HUKUM ADAT 009
BAB I PENDAHULUAN
Mengenal Hukum Adat
Adat adalah pencerminan dari pada kepribadian suatu bangsamerupakan penjelmaan dari jiwa suatu bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad. Maka tiap bangsa di dunia memiliki adat dan kebiasaan sendiri-sendiri yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Di dalam negara Republik Indonesia ini, adat yang dimiliki adalah daerah-daerah, suku-suku bangsa adalah berbeda-beda, meskipun dasarnya dan sifatnya adalah satu yaitu keIndonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa Indonesia itu dikatakan merupakan “Bhineka” (berbeda-beda di daerah suku2nya), “tunggal Ika” (tetap satu juga, yaitu dasar dan sifat keIndonesiaannya).
Adat istiadat yang hidup serta yang behubungan dengan tradiksi rakyat inilah yang merupakan sumber yang mengagumkan bagi hukum adat kita.
Apakah Hukum Adat?
Beberapa pengertian hukum adat menurut; a. Prof.Dr Supomo S.H
Hukum adat sebagai hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan-peraturan legislatif (unstatutory law) meliputi peraturan-peraturan hidup yang meskipun tidak ditetapkan oleh yang berwajib. Hukum adat dpakai sebagai sinonim dari hukum yang tidak tertulis, hukum yang hidup sebagai konvensi pada badan-badan hukum negara, hukum yang timbul karena putusan-putusan hakim (judge made law), hukum yan hidup sebagai peraturan kebiasaan yang dipertahankan di dalam pergaulan hidup, baik di kotamaupun di desa (costumary law)
b. Dr. Sukanto
Dalam buku “ meninjau Hukum Adat Indonesia” hukum adat sebagai kompleks adat-aday tang kebanyakan tidak dikitabkan, tidak dikodifikasi dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi, jadi mempunya akibat hukum.
c. Mr. J.H.P Bellefroid
Hukum adat sebagai peraturan hidup yang meskipun tidak diundangkan oleh para penguasadan diormati dan ditaati oleh rakyatnya denga keyakinan bahwa peraturan-peraturan tersebut berlaku sebagai hukum.
(2)
Dalam bukunya “asas-asas hukum adat” tahun 1958, Hukum Adat adalah yang tidak bersumber pada peraturan-peraturan.
e. Prof. Mr. C. van Vollenhen
Dalam buku “Het Adatrecht Nederland Indie” memberi pengertian Hukum Adat adalah hukum yang tidak bersumber kepada peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda dahulu atau alat-alat kekuasaan yang menjadi sendinya dan diadakan sendiri oleh Hindia Belanda dahulu.
f. Mr. B. Terhaar Bzn
- Hukum adat lahir dan dipelihara oleh keputusan-keputusan, keputusan para warga masyaraat hukum, terutama keputusan dari kepala-kepala rakyat yang membantu pelaksanaan perbuatan-perbuatan hukum.
- Hukum adat itu adalah keseluruhan peraturan yang menjelma dalam keputusan-keputusan para Fungsionaris Hukum yang mempunyai wibawa serta pengaruh yang dalam pelaksanaanya berlaku serta-merta dan dipatuhi dengan sepenuh hati. Dengan demikian Hukum Adat yang diketahui hanya dapat diketahui dan dilihat dalam bentuk keputusan-keputusan para Fungsionaris Hukum
g. Prof. Dr. Hazairin
Adat adalah endapan (renapan) kesusilaan dalam masyarakat, yaitu bahwa: kaidah-kaidah adat itu berupa kaidah-kaidah kesusilaan yang sebenarnya telah mendapatkan pengauan umum dalam masyarakat itu. Yang dimaksud dengan kaidah hukum adalah kaidah yang tidak hanya didasarkan pada kebebasan pribadi tapi serentak mengekang pula kebebasan itu dengan suatu gertakan, suatu ancaman paksaan, yang dapat dinamakan ancaman hukum atau penguatan hukum. Hukum Adalah Hukum Non-Statutair
Hukum adat pada umumnya belum/tidak tertulis. oleh sebab itu kebanyakan ahli hokum Asing yang baru mempelajarinya tidak dapat memahaminya. Namun apabila mereka mempelajarinya tidak hanya menggunakan rasio tapi juga menggunakan perasaan, maka mereka akan melihat suatu yang mengagumkan, yaitu adat istiadat dahulu dan sekarag, adat-istiadat yang hidup, yang berkembang serta yang berirama.
Tapi tidak semua adat merupakan hukum adat, kebiasaan-kebiasaan dan adat-istiadat yang berhubungan dengan tradiksi rakyat.
Hukum Adat berurat akar pada kebudayaan tradisional. Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup karena ia menjelmakan perasaan hukum rakyat yang nyata.
Adat ialah tingkah laku yang oleh dan dalam sesuatu masyarakat diadatkan. Dan adat itu ada yang tebal dan ada yang tipis dan senantiasa menebal dan menipis.
(3)
Atuan-aturan tingkah laku manusia dalam masyarakat sebagaimana dimaksud tadi adalah aturan-aturan adat.
Wujud Hukum Adat
Didalam masyarakat hokum adat tampak dalam tiga wujud:
a. Hukum yang tidak tertulis(“jus non scriptum”); merupaka bagian yang terbesar.
b. Hokum yang tertulis (“jus scriptum”) hanya sebagian kecil saja, misalnya peraturan-peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh raja-raja/sultan-sultan dahulu.
c. Uraian-uraian hokum secara tertulis, lazimnya uraian-uraian ini adalah merupakan suatu hasil penelitian yang dibukukan.
Kekuatan Material Peraturan Hukum Adat
Tebal atau tipisnya kekuatan material Hukum Adat adalah tergantung dari factor-faktor berikut:
a. Lebih atau kurang banyaknya penetapan-penetapan yang serupa yang memberikan stabilitas kepada peraturan hukum yang diwujudkan oleh penetapan-penetapan itu. b. Seberapa jauh keadaan social di dalam masyarakat yang beesangkutan mengalami
perubahan.
c. Seberapa jauh keadaan social didalam masyarakat yang yang bersangkutan mengalami perubahan
d. Seberapa jauh peraturan itu selaras dengan syarat-syarat kemanusiaan. Mulai Kapan Istilah “Hukum Adat” dipakai?
Istilah “Hukum Adat” baru dipergunakan secara resmi dalam peraturan perundangan dalam tahun 1929. Proses perkembangannya sebagai berikut
Tahun 1747- pada waktu VOC menyusun buku perundang-undangan yang berlaku untuk Landraadnya di Semarang dipergunakan istilah “Undang-undang Jawa sejauh dapat kita terima”.
Tahun 1754- William Marsden memakai di Sumatera sampai tahun 1836 istilah “custom of the country” dan “customs and manners of the native inhabitants
(4)
Tahun 1804- dalam charter Nederburgh dipakai istilah “undang-undang pribumi atau agama.
Tahun 1825- pada tahun-tahun Mr. H.L Wichers menjabat ketua Mahkamah Agung pemerintah colonial Belanda, beliau mempergunakan istilah “undang-undang agama atau peraturan-peraturan tata-susila dan kebiasaan-kebiasaan yang telah turun temurun.
Tahun 1854- dipergunakan istilah “undang-undang agama, peraturan-peraturan lembaga-lembaga dan kebiasaan rakyat”
Tahun 1920- dalam Regerings-Reglement teks baru yang mulai berlaku pada tahun 1920dipakai istilah “peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi mereka serta yang erat hubungannya dengan agama dan tata kebiasaan mereka
Tahun 1929- dalam indische Staatsregeling pasal 134 ayat 2 yang mulai brlaku pada tahun 1929 baru dipergunakan istilah “Hukum Adat”.
Istilah “Hukum Adat” ini diketengahkan oleh Prof. Dr. Christian Snouck Hurgronje dalam bukunya yang sangat berharga dalam perkembangan hukum adat, yaitu yang berjudul “De Atjehers” (orang-orang aceh).
BAB II
(5)
Beberapa Macam Istilah Hukum Adat Hukum adat dapat dipisahkan dalam:
a. Sejarah proses pertumbuhan atau perkembangan hukum Adat itu sendiri
b. Sejarah hukum adat sebagai system hukum dari tidak / belum dikenalhingga sampai dikenal dalam sunia ilmu pengetahuan
c. Sejarah kedudukan Hukum Adat sebagai masalah politik hukum, didalam system perundang-undangan Indonesi
Proses Perkembangan Hukum Adat
Peraturan adat-istiadat kita ini pada hakikatnya sudah terdapat pada zaman kuno, zaman pra-hindu.. lambat laun dating di kepulauan kita ini kultur Hindu, kemudian kultur Islam dan Kultur Kristen yang masing-masing mempengaruhi kultur asli tersebut.
Unsur lainnya yang tidak begitu besar artinya atau luas pengaruhnya ialah unsure-unsur keagamaan, teristimewa unsure-unsure-unsure-unsur yang dibawa oleh agama Islam; pengaruh agama Hindu dan Kristen pun ada juga.
Kitab-Kitab Hukum Kuno dan Peraturan-peraturan Asli Lainnya
Hukum rakyat Indonesia ternyata telah ada sebelum datangnya orang-orang asia disini seperti orang India (Hindu), Cina, Arab dan sebagainya. Disamping kitab-kitab hukum kuno tersebut di atas dikenal juga peraturan-peraturan asli sebagai berikut:
a. Di Tapanuli
Ruhut Parsaroan di Habatahon ( kehidupan social di tanah Batak)
Patik Dohot Uhum Batak (undang-undang dan ketentuan-ketentuan Batak) b. Di Jambi
Undang-Undang Jambi c. Di Palembang
Undang-Undang Simbur Cahaya (Undang-Undang tentang tanah di dataran tinggi daerah Palembang)
d. Di Minangkabau
Undang-Unang nan duo puluah (Undang-Undang tentang hukum adat delik di Minangkabau)
(6)
f. Buku undang-undang perniagaan dan pelayaran dari suku Bugis Wajo. Kumpulan keputusan-kepuusan serta pemberitahuan para raja-raja yang disebut Latowa (Bugis) dan Rapag (makasar)
g. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh raja-raja atau sultan-sultan yang dahulu pernah bertahta di negri kita ini.
Teori ”Reception in Complexu”
Inti daripada teori ini adalah sebagai berikut “selama bukan sbaliknya dapat dibuktikan, menurut ajaran ini hukum pribumi ikut agamanya, karena jika memeluk agama harus juga mengikuti hukum-hukumagama itu dengan setia”.
Jadi tegasnya menurut teori ini, kalau suatu masyarakat itu memeluk suatu agam tertentu, maka hukum adat masyarakat yang bersangkutan adalah hukum agama yang dipeluknya itu.
Kalau ada hal-hal yang menyimpang daripada hukum agama yang bersangkutan, maka hal-hal yang dianggapnya sebagai “perkecualian/penyimpangan” daripada hukum agama yang telah “incomplexu gerecipieerd”
Vollenhoven mengakui, bahwa di dalam hukum adat banyak dipakai istilah-istilah yang berasal dari hukum Islam, seperti mili, adat, ijab/Kabul, hibah dan lainnya. Tapi istilah-istilah ini sesungguhnua sama arti dan maknanya seperti halnya istilah-istilah lainnya yang terdapat di dalam hukum Belanda.
Nyatanya hukum Adat itu terdiri atas hukum Islam (Melayu-polynesia) dengan ditambah di sana-sini ketentuan-ketentuan hukum agama.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Perkembangan Hukum Adat Factor terpenting yang mempengarhi proses perkembangan hukum adat adalah:
a. Factor Magi dan Animisme
Di Indonesia, factor magi dan animism ini pengaruhnya ternyata begitu besar, sehingga tidak dapat atau belum dapat hilang didesak oleh agama, yang kemudian dating. Hal ini terlihat dalam ujud pelaksanaan upacara adat yang bersumber pada kepercayaan kepada kekuasaan-kekuasaan serta kekuatan-kekuatan gaib, yang dimohon bantuannya.
(7)
- Agama Hindu
Pengaruh agama Hindu yang terbesa terapat di Pulau Bali. Tetapi pengaruh dalam hukum Adatnya ternyata sedikit sekali. Hukum Hindu hanya penting dalam soal pemerintahan raja dan pembagian kasta saja.
- Agama Islam
Dibawa masuk Indonesia oleh pedagang-pedagang dari Malaka /atau Iran pada akhir abad ke 14. Pengaruhnya terbesar nyata sekali terlihat dalam hukum perkawinan, yaitu dalam acara melangsungkan dan memutuskan perkawinn dan juga dala lembaga wakaf.
- Agama Kristen dibawa oleh pedagangpedagang bangsa Barat masuk ke Indonesia. Kemudian meluas secara damai melalui zendig dan missie ke seluruh kepulauan kita.
c. Factor kekuasaan yang lebih tinggi daripada pesekutuan hukum adat
Kalau diperhatikan kekuasaan raja-raja yang terdahulu pernah bertahta sebelum jaman pemerintahan colonial Belanda maka terlihat adanya pengaruh-pengaruh sebagai berikut:
- Yang positif, yang berupa penetapan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku d wilayah kerajaannya seperti “Gajahmada” dan “Adigama” (mojopahit) “peswara-peswara” (Bali)
- Yang negative, yang berupa tindakan-tindakan yang menginjak-injak ketentuan-ketentuan ada sesuatu persekutuan hukum, misalnya pelaksanaan persekutuan hukum yang bersangkutan, penempatankaula-kaula kerajaan.
d. Hubungan dengan orang-orang ataupun kekuasaan asing
Hukum adat yang mula-mula meliputi segala bidang kehidupan hukum, oleh kekuasaan asing, yaitu kekuasaan penjajahan Belanda, menjadi terdesak sedemikian rupa, hingga akhirnya praktis tinggal meliputi bidang perdata material saja.
Hukum Adat Sebagai Sistem Hukum dar Tidak/Belum Dikenal Sampai Dikenal Dalam Dunia
Sebelum zaman compeni-sebelum tahun 1602 tidak ditemukan catatan ataupun tidak terdapat perhatian terhadap hukum adat kita.
- Pada zaman kompeni
Kompeni (VOC) pada hakikatnya suatu perseroan dagang. Oleh karena itu kompeni hanyalah mengutamakan kepentingannya sebagai badan perniagaan. Dengan demikian, maka bangunan-bangunan hukum adat yang hingga saat itu masih ada didaerah-daerah sejauh mungkin dibiarkan saja.
(8)
Bahan-bahan mengenai hal ini kurang cukup, yang ditemui hanyalah mengenai hukum
yang dijatuhkan saja. Jelas sekali bahwa penetapan hukum itu berasal dari hukum kompeni, sebab hukum asli tidak mengenal hukuman semacam itu. Dalam adat suatu kejahatan harus dihukum dengan hukuman denda.
- Zaman Daendels (1808-1811)
Daendels dalam peraturannya “daerah pantai timurlaut jawa” menetapkan penghulu dalam perlakuan hukum asli sebagai ahli serta dipergunakan sebagai juru penasehat. Oleh karena ketentuanya ini, maka diperoleh kesimpulan bahwa daendels menganggap bahwa hukum asli di pulau jawa terdiri atas hukum Islam. Jadi pada zama Daendels umumlah anggapan bahwa hukum adat terdiri atas hukum Islam.
- Zaman Raffles
Raffles sangat tertarik oleh kendahan kekayaan kepulauan Indonesia. Tindakan oertama yang dilakukan oleh Rafless adalah dibentuknya Panitia Meckenzie untuk mengadakan penyelidikan terhadap masyarakat Indonesia di Pulau Jawa. Raffles mengira baha huku adat itu tidak lain adalah hukum Islam. Hukum adat menurut Raffles tidak mempunyai derajat setinggi hukum Eropa; hukum Adat dianggap baik untuk bangsa Indonesia akan tetapi tidak patut jika diperlakukan atas bangsa Eropa.
Adapula mereka yang semgajamempelajari dan menyelidiki hukum Adat itu sebagai ilmu pengetahuan, menulis karangan-karangan dala beberapa majalah yang kemudian diterbitkan:
a. Van den Broecke - karangan tentang Bali dimuat dalam majalah “De Oosterling” b. Van Schmid – Bahan-bahan adat-istiadat Maluku dibuat dalam majalah
“Tijdschrift voor Ned Indie”
c. Heymering – Adat istiadat Rote dimuat dalam majalah tersebut diatas
d. Mr. J.F.W. Van Nes – tentang warisan, entang perubahan pengadilan di tanah-tanah raja dan tentang perubahan susunan pajak bumi, yang dimuat dalam majalah yang sama diatas.
e. Prof. roorda – kitab Undang-undang Raja-raja
f. J.F.G Brumund – (pendeta) – menulis tentang Maluku, Makyan, Bacan g. Dr. S.A. Bundingh – (pendeta) – menuis tentang Undonesia.
Bahkan di luar Indonesia padaa saat itu tedapat banyak orang asing yang memperhatikan adat kita, diantaranya:
(9)
Menerbitkan karangannya tahun 1839 “Strait Settiments” yang memuat banyak bahan-bahan tentang hukum adat
b. James Richard Logan
Menggunakan istilah “Indonesia” dalam “Journal of The Indian Archipelago and Estern Asia” memuat bahan-bahan tentang Indonesia.
c. Edouard Dularier
Dalam karangannya “Recherches la legislation malaye (1843) juga memperhatikan hukum Indonesia.
Pengertian dan Penghargaan terhadap Hukum Adat Mulai Bertambah
Baik dalam pemerintahan colonial, lembaga-lembaga Zendig, maupun dalam kalangan para ahli hukum pengertian hukum adat bertambah serta penghargaannya mulai naik. Perhatian untuk lebih mempelajari hukum adat dari semua kalangan Nampak sekali sebaga berikut:
a. Kalangan Staten General dalam soal-soal Agraria
b. Kalangan Binnenlandsch Bestuur (Pamong-Praja) dalam soal-soal organisasi masyarakat desa dan hukum adat tata Negara.
c. Kalangan Zendig dalam sal-soal hukum kekeluargaan dan hukum waris. d. Kalangan ahi hukum dalam soal-soal perjanjian-perjanjian hukum kekayaan
dan pertanyaan-pertanyaan tentang hukum pidana.
Memperdalam Penyelidikan Hukum Adat Dilihat dengan Kaca Mata Timur
Samapi permulaan abad ke 20 tidak terdapat usaha-usaha penyorotn hukum adat dengan kacamata timur bidang adat yang dikemukakan pada masa itu antara lain:
a. Wilken
Karena tulisan-tulisannya maka hukum adat mendapat tempat sendiri dan tersendiri dalam bahan-bahan ethnographi. Wilken pun menegaskan bahwa hukum adat itu dimana-mana adalah hukum rakyat, kadang-kadang sebagian kecil dirubah sedikit karena pengaruh Islam atau Hindu
b. F.A Liefrinck
Pekerjaannya tentang hukum adat meliputi hukum tanah, pajak bumi raja-raja, susunan desa, khususnya di pulau Bali
c. Snouck Hurgronje
Ia adalah yang pertama kali menggunakan istilah “hukum Adat” untuk menyebut adat-adat yang mempunyai sanksi hukum.
Pada abad ke 20 mulai hidup pengertian bahwa penyelidian hukum adat harus juga dilihat dengan kacamata Timur; meninggalkan rasionalisme dan matrealisme dari abad yang lalu dan membuka mata teradap ketimuran.
(10)
Periode memperdalam pengertian hukum adat dengan teliti ini dikerjakan pula oleh a. Balai perguruan tinggi
1914 diterbitkan di Leiden. “pandeeten van het Adatrecht” b. Yayasan hukum adat
1917 di Leiden menerbitkan “adatrecht-bundels” dan dalam 1921 hukum adat dijadikan mata kuliah
c. Pamong Praja
Mulai mengumpulkan, mengatur, membanding serta menyaring bahan-bahan tentang hukum adat
d. Zending dan Messie
Di Sulawesi Dr. Adriani; di Kepulauan Kei. PaterGeirtjens dan lain sebagainya
Sejak tahun 1918 putera-putera Indonesia sendiri sudah mulai sadar akan beberapa soal tentang hukum Adat dan melakukan penelitian antara lain mengenai:
- Kusumaadmadja – 1992 Tentang wakaf
- Soebroto – 1925 tentang sawah varpanding ( gadai sawah)
- Endabumi – 1925 Tentang Bataks grodenrecht (hukum tentang suku Batak) - Soepomo – 1927 Tentang Vorstenlands grodenrecht ( hak tanah di
kerajaan-kerajaan, dimaksud kerajan di Surakarta)
Di Indonesia sendiri penyelidikan tentang hukum adat dilakukan oleh; - Djodjonegoro/ - Hukum Adat privat Jawa Tengah
Tirtawinata
- Soepomo - Hukum Adat Jawa Barat
(1)
Beberapa Macam Istilah Hukum Adat Hukum adat dapat dipisahkan dalam:
a. Sejarah proses pertumbuhan atau perkembangan hukum Adat itu sendiri
b. Sejarah hukum adat sebagai system hukum dari tidak / belum dikenalhingga sampai dikenal dalam sunia ilmu pengetahuan
c. Sejarah kedudukan Hukum Adat sebagai masalah politik hukum, didalam system perundang-undangan Indonesi
Proses Perkembangan Hukum Adat
Peraturan adat-istiadat kita ini pada hakikatnya sudah terdapat pada zaman kuno, zaman pra-hindu.. lambat laun dating di kepulauan kita ini kultur Hindu, kemudian kultur Islam dan Kultur Kristen yang masing-masing mempengaruhi kultur asli tersebut.
Unsur lainnya yang tidak begitu besar artinya atau luas pengaruhnya ialah unsure-unsur keagamaan, teristimewa unsure-unsure-unsure-unsur yang dibawa oleh agama Islam; pengaruh agama Hindu dan Kristen pun ada juga.
Kitab-Kitab Hukum Kuno dan Peraturan-peraturan Asli Lainnya
Hukum rakyat Indonesia ternyata telah ada sebelum datangnya orang-orang asia disini seperti orang India (Hindu), Cina, Arab dan sebagainya. Disamping kitab-kitab hukum kuno tersebut di atas dikenal juga peraturan-peraturan asli sebagai berikut:
a. Di Tapanuli
Ruhut Parsaroan di Habatahon ( kehidupan social di tanah Batak)
Patik Dohot Uhum Batak (undang-undang dan ketentuan-ketentuan Batak) b. Di Jambi
Undang-Undang Jambi c. Di Palembang
Undang-Undang Simbur Cahaya (Undang-Undang tentang tanah di dataran tinggi daerah Palembang)
d. Di Minangkabau
Undang-Unang nan duo puluah (Undang-Undang tentang hukum adat delik di Minangkabau)
(2)
f. Buku undang-undang perniagaan dan pelayaran dari suku Bugis Wajo. Kumpulan keputusan-kepuusan serta pemberitahuan para raja-raja yang disebut Latowa (Bugis) dan Rapag (makasar)
g. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh raja-raja atau sultan-sultan yang dahulu pernah bertahta di negri kita ini.
Teori ”Reception in Complexu”
Inti daripada teori ini adalah sebagai berikut “selama bukan sbaliknya dapat dibuktikan, menurut ajaran ini hukum pribumi ikut agamanya, karena jika memeluk agama harus juga mengikuti hukum-hukumagama itu dengan setia”.
Jadi tegasnya menurut teori ini, kalau suatu masyarakat itu memeluk suatu agam tertentu, maka hukum adat masyarakat yang bersangkutan adalah hukum agama yang dipeluknya itu.
Kalau ada hal-hal yang menyimpang daripada hukum agama yang bersangkutan, maka hal-hal yang dianggapnya sebagai “perkecualian/penyimpangan” daripada hukum agama yang telah “incomplexu gerecipieerd”
Vollenhoven mengakui, bahwa di dalam hukum adat banyak dipakai istilah-istilah yang berasal dari hukum Islam, seperti mili, adat, ijab/Kabul, hibah dan lainnya. Tapi istilah-istilah ini sesungguhnua sama arti dan maknanya seperti halnya istilah-istilah lainnya yang terdapat di dalam hukum Belanda.
Nyatanya hukum Adat itu terdiri atas hukum Islam (Melayu-polynesia) dengan ditambah di sana-sini ketentuan-ketentuan hukum agama.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Perkembangan Hukum Adat Factor terpenting yang mempengarhi proses perkembangan hukum adat adalah:
a. Factor Magi dan Animisme
Di Indonesia, factor magi dan animism ini pengaruhnya ternyata begitu besar, sehingga tidak dapat atau belum dapat hilang didesak oleh agama, yang kemudian dating. Hal ini terlihat dalam ujud pelaksanaan upacara adat yang bersumber pada kepercayaan kepada kekuasaan-kekuasaan serta kekuatan-kekuatan gaib, yang dimohon bantuannya.
(3)
- Agama Hindu
Pengaruh agama Hindu yang terbesa terapat di Pulau Bali. Tetapi pengaruh dalam hukum Adatnya ternyata sedikit sekali. Hukum Hindu hanya penting dalam soal pemerintahan raja dan pembagian kasta saja.
- Agama Islam
Dibawa masuk Indonesia oleh pedagang-pedagang dari Malaka /atau Iran pada akhir abad ke 14. Pengaruhnya terbesar nyata sekali terlihat dalam hukum perkawinan, yaitu dalam acara melangsungkan dan memutuskan perkawinn dan juga dala lembaga wakaf.
- Agama Kristen dibawa oleh pedagangpedagang bangsa Barat masuk ke Indonesia. Kemudian meluas secara damai melalui zendig dan missie ke seluruh kepulauan kita.
c. Factor kekuasaan yang lebih tinggi daripada pesekutuan hukum adat
Kalau diperhatikan kekuasaan raja-raja yang terdahulu pernah bertahta sebelum jaman pemerintahan colonial Belanda maka terlihat adanya pengaruh-pengaruh sebagai berikut:
- Yang positif, yang berupa penetapan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku d wilayah kerajaannya seperti “Gajahmada” dan “Adigama” (mojopahit) “peswara-peswara” (Bali)
- Yang negative, yang berupa tindakan-tindakan yang menginjak-injak ketentuan-ketentuan ada sesuatu persekutuan hukum, misalnya pelaksanaan persekutuan hukum yang bersangkutan, penempatankaula-kaula kerajaan.
d. Hubungan dengan orang-orang ataupun kekuasaan asing
Hukum adat yang mula-mula meliputi segala bidang kehidupan hukum, oleh kekuasaan asing, yaitu kekuasaan penjajahan Belanda, menjadi terdesak sedemikian rupa, hingga akhirnya praktis tinggal meliputi bidang perdata material saja.
Hukum Adat Sebagai Sistem Hukum dar Tidak/Belum Dikenal Sampai Dikenal Dalam Dunia
Sebelum zaman compeni-sebelum tahun 1602 tidak ditemukan catatan ataupun tidak terdapat perhatian terhadap hukum adat kita.
- Pada zaman kompeni
Kompeni (VOC) pada hakikatnya suatu perseroan dagang. Oleh karena itu kompeni hanyalah mengutamakan kepentingannya sebagai badan perniagaan. Dengan demikian, maka bangunan-bangunan hukum adat yang hingga saat itu masih ada didaerah-daerah sejauh mungkin dibiarkan saja.
(4)
Bahan-bahan mengenai hal ini kurang cukup, yang ditemui hanyalah mengenai hukum
yang dijatuhkan saja. Jelas sekali bahwa penetapan hukum itu berasal dari hukum kompeni, sebab hukum asli tidak mengenal hukuman semacam itu. Dalam adat suatu kejahatan harus dihukum dengan hukuman denda.
- Zaman Daendels (1808-1811)
Daendels dalam peraturannya “daerah pantai timurlaut jawa” menetapkan penghulu dalam perlakuan hukum asli sebagai ahli serta dipergunakan sebagai juru penasehat. Oleh karena ketentuanya ini, maka diperoleh kesimpulan bahwa daendels menganggap bahwa hukum asli di pulau jawa terdiri atas hukum Islam. Jadi pada zama Daendels umumlah anggapan bahwa hukum adat terdiri atas hukum Islam.
- Zaman Raffles
Raffles sangat tertarik oleh kendahan kekayaan kepulauan Indonesia. Tindakan oertama yang dilakukan oleh Rafless adalah dibentuknya Panitia Meckenzie untuk mengadakan penyelidikan terhadap masyarakat Indonesia di Pulau Jawa. Raffles mengira baha huku adat itu tidak lain adalah hukum Islam. Hukum adat menurut Raffles tidak mempunyai derajat setinggi hukum Eropa; hukum Adat dianggap baik untuk bangsa Indonesia akan tetapi tidak patut jika diperlakukan atas bangsa Eropa.
Adapula mereka yang semgajamempelajari dan menyelidiki hukum Adat itu sebagai ilmu pengetahuan, menulis karangan-karangan dala beberapa majalah yang kemudian diterbitkan:
a. Van den Broecke - karangan tentang Bali dimuat dalam majalah “De Oosterling” b. Van Schmid – Bahan-bahan adat-istiadat Maluku dibuat dalam majalah
“Tijdschrift voor Ned Indie”
c. Heymering – Adat istiadat Rote dimuat dalam majalah tersebut diatas
d. Mr. J.F.W. Van Nes – tentang warisan, entang perubahan pengadilan di tanah-tanah raja dan tentang perubahan susunan pajak bumi, yang dimuat dalam majalah yang sama diatas.
e. Prof. roorda – kitab Undang-undang Raja-raja
f. J.F.G Brumund – (pendeta) – menulis tentang Maluku, Makyan, Bacan g. Dr. S.A. Bundingh – (pendeta) – menuis tentang Undonesia.
Bahkan di luar Indonesia padaa saat itu tedapat banyak orang asing yang memperhatikan adat kita, diantaranya:
(5)
Menerbitkan karangannya tahun 1839 “Strait Settiments” yang memuat banyak bahan-bahan tentang hukum adat
b. James Richard Logan
Menggunakan istilah “Indonesia” dalam “Journal of The Indian Archipelago and Estern Asia” memuat bahan-bahan tentang Indonesia.
c. Edouard Dularier
Dalam karangannya “Recherches la legislation malaye (1843) juga memperhatikan hukum Indonesia.
Pengertian dan Penghargaan terhadap Hukum Adat Mulai Bertambah
Baik dalam pemerintahan colonial, lembaga-lembaga Zendig, maupun dalam kalangan para ahli hukum pengertian hukum adat bertambah serta penghargaannya mulai naik. Perhatian untuk lebih mempelajari hukum adat dari semua kalangan Nampak sekali sebaga berikut:
a. Kalangan Staten General dalam soal-soal Agraria
b. Kalangan Binnenlandsch Bestuur (Pamong-Praja) dalam soal-soal organisasi masyarakat desa dan hukum adat tata Negara.
c. Kalangan Zendig dalam sal-soal hukum kekeluargaan dan hukum waris. d. Kalangan ahi hukum dalam soal-soal perjanjian-perjanjian hukum kekayaan
dan pertanyaan-pertanyaan tentang hukum pidana.
Memperdalam Penyelidikan Hukum Adat Dilihat dengan Kaca Mata Timur
Samapi permulaan abad ke 20 tidak terdapat usaha-usaha penyorotn hukum adat dengan kacamata timur bidang adat yang dikemukakan pada masa itu antara lain:
a. Wilken
Karena tulisan-tulisannya maka hukum adat mendapat tempat sendiri dan tersendiri dalam bahan-bahan ethnographi. Wilken pun menegaskan bahwa hukum adat itu dimana-mana adalah hukum rakyat, kadang-kadang sebagian kecil dirubah sedikit karena pengaruh Islam atau Hindu
b. F.A Liefrinck
Pekerjaannya tentang hukum adat meliputi hukum tanah, pajak bumi raja-raja, susunan desa, khususnya di pulau Bali
c. Snouck Hurgronje
Ia adalah yang pertama kali menggunakan istilah “hukum Adat” untuk menyebut adat-adat yang mempunyai sanksi hukum.
Pada abad ke 20 mulai hidup pengertian bahwa penyelidian hukum adat harus juga dilihat dengan kacamata Timur; meninggalkan rasionalisme dan matrealisme dari abad yang lalu dan membuka mata teradap ketimuran.
(6)
Periode memperdalam pengertian hukum adat dengan teliti ini dikerjakan pula oleh a. Balai perguruan tinggi
1914 diterbitkan di Leiden. “pandeeten van het Adatrecht” b. Yayasan hukum adat
1917 di Leiden menerbitkan “adatrecht-bundels” dan dalam 1921 hukum adat dijadikan mata kuliah
c. Pamong Praja
Mulai mengumpulkan, mengatur, membanding serta menyaring bahan-bahan tentang hukum adat
d. Zending dan Messie
Di Sulawesi Dr. Adriani; di Kepulauan Kei. PaterGeirtjens dan lain sebagainya
Sejak tahun 1918 putera-putera Indonesia sendiri sudah mulai sadar akan beberapa soal tentang hukum Adat dan melakukan penelitian antara lain mengenai:
- Kusumaadmadja – 1992 Tentang wakaf
- Soebroto – 1925 tentang sawah varpanding ( gadai sawah)
- Endabumi – 1925 Tentang Bataks grodenrecht (hukum tentang suku Batak) - Soepomo – 1927 Tentang Vorstenlands grodenrecht ( hak tanah di
kerajaan-kerajaan, dimaksud kerajan di Surakarta)
Di Indonesia sendiri penyelidikan tentang hukum adat dilakukan oleh; - Djodjonegoro/ - Hukum Adat privat Jawa Tengah
Tirtawinata
- Soepomo - Hukum Adat Jawa Barat