Uji Autokorelasi Uji Heterokedastisitas Uji Normalitas Uji Reabilitas dan Validitas

JURIDIKTI , Vol. 6 No. 2, Agustus 2013 ISSN LPI 1979- 9640 a Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolonieritas Berdasarkan Tabel nilai Tolerance pada Tabel Coefficients a tidak menunjukkan adanya variabel independen yang memiliki nilai Tolerance yang kurang dari 0,10 variabel independen 0,10 sehingga variabel independen bebas dari adanya multikolonieritas.

2. Uji Autokorelasi

Berdasarkan nilai DW dalam Tabel Summary, nilai DW = 1,734. Oleh karena nilai DW 1,734 di mana nilai du =1,837 dan dl =1,401 yang menunjukkan bahwa dl ≤ d ≤ du berarti tidak ada autokorelasi positif.

3. Uji Heterokedastisitas

Pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan uji White yaitu dengan grafik scatterplot. Berdasarkan pada grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat diketahui bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menganalisis grafik normal plot berikut : JURIDIKTI , Vol. 6 No. 2, Agustus 2013 ISSN LPI 1979- 9640 Hasil pengujian berdasarkan Normal P-P Plot Residual dapat dilihat bahwa residual terdistribusi secara normal. Hal ini terlihat dari data yang tersusun mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas residual.

5. Uji Reabilitas dan Validitas

Nunnally dalam Ghozali 2006 menjelaskan bahwa suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha melebihi 0,60. Hasil pengujian yang dilakukan pada variabel produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi menunjukan nilai Cronbach Alpha 0,697 yang hal ini berarti bernilai reliable, karena nilainya lebih besar dari 0,60. Sedangkan untuk menguji validitas data dilihat dari korelasi antara masing – masing variabel baik produksi maupun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi signifikan pada 0,01 dan 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing – masing indikator pertanyaan adalah valid. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi di Kecamatan Purwodadi dapat dilihat pada Tabel 4.1. JURIDIKTI , Vol. 6 No. 2, Agustus 2013 ISSN LPI 1979- 9640 Tabel 4.1. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Padi di Kecamatan Purwodadi. No Variabel Koefisien Prob Prop. F- hit R-squared Adjusted R-squared 1. Intersep LnJBD LnJPD LnJOD LnJTK LnLAT LnPT LnPd 4.387 0.216 0.459 0.013 0.208 0.110 0.019 -0.04 0.000 0.000 0.397 0.000 0.008 0.201 0.819 0.000 0.984 0.983 Keterangan : signifikan pada α=10; signifikan pada α=5; signifikan pada α=1; Hasil analisis berdasarkan Tabel 4.1. dengan menggunakan SPSS 16 untuk hipotesis pertama diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut : LnPROD = 4,387 + 0,216 LnJBD + 0,459 LnJPD + 0,013 LnJOD + 0,208 LnJTK + 0,110 LnLAT + 0,019 LnPT - 0,04 LnPd……………………………………………………… 12 di mana : PROD = Produksi padi JBD = Jumlah benih JPD = Jumlah pupuk JOD = Jumlah obat-obatan JTK = Jumlah tenaga kerja LAT = Luas lahan PT = Pengalaman bertani Pd = Pendidikan Hasil analisis bersadarkan Tabel 4.1. dapat dilihat nilai adjusted R 2 sebesar 0,984 yang artinya adalah bahwa sebesar 98,4 variabel produksi usahatani padi dapat dijelaskan oleh variabel jumlah benih, jumlah pupuk, jumlah obat, jumlah tenaga kerja, luas lahan, pengalaman bertani, pendidikan, sedangkan sisanya sebesar 1,6 dijelaskan oleh sebab sebab lain diluar model, dengan demikian model dikatakan cocok. Secara serempak uji F diperoleh nilai probabilitas 0,000. Oleh karena nilai probailitas F jauh lebih kecil dari 0,05 , maka dapatlah disimpulkan bahwa secara serempak, hasil koefisien regresi variabel independen jumlah benih, jumlah pupuk, JURIDIKTI , Vol. 6 No. 2, Agustus 2013 ISSN LPI 1979- 9640 jumlah obat, jumlah tenaga kerja, luas lahan, pengalaman bertani, dan pendidikan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen produksi padi. Secara parsial uji t dapat diketahui tingkat signifikansinya sebagai berikut : 1. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel jumlah benih = 0,00 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel jumlah benih berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Nilai koefisien regresi sebesar 0,216 berarti bahwa setiap kenaikan jumlah benih sebesar 1 satuan akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,216. Jumlah benih berpengaruh positif terhadap produksi padi di mana semakin banyak benih padi yang ditanam maka semakin tinggi pula produksi padi yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan luas lahan yang digarap untuk menanam padi, di mana semakin luas lahan yang digarap maka semakin banyak benih yang dibutuhkan. 2. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel jumlah pupuk = 0,00 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti jumlah pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Nilai koefisien regresi sebesar 0,459. berarti bahwa setiap kenaikan jumlah pupuk sebesar 1 satuan akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,459. Jumlah pupuk berpengaruh terhadap produksi padi karena pemupukan bertujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan kesuburan tanah. Kesuburan tanah akan membuat tanaman tumbuh subur sehingga akan meningkatkan produksi. Pupuk yang digunakan petani di daerah penelitian adalah pupuk non organik yaitu pupuk Urea, SP36 dan KCL. 3. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel jumlah obat-obatan = 0,397 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti secara parsial variabel jumlah obat-obatan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Jumlah Obat-obatan tidak berpengaruh terhadap produksi padi karena berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa obat-obatanpestisida hanya digunakan petani pada saat tanaman terserang hama dan penyakit. Dalam hal ini fungsi dari obat-obatan bukan untuk meningkatkan produksi melainkan untuk melindungi dan mempertahankan produksi dari ancaman hama dan penyakit. Di samping itu juga, hama padi yang sering dihadapi petani adalah hama wereng di mana hama tersebut muncul pada saat-saat tertentu saja berdasarkan kondisi dari cuaca atau alam, JURIDIKTI , Vol. 6 No. 2, Agustus 2013 ISSN LPI 1979- 9640 sehingga pestisida hanya digunakan pada saat munculnya hama wereng. Dalam satu periode tanam padi, petani hanya melakukan 3-6 kali penyemprotan sehingga tidak membutuhkan jumlah pestisida yang besar. 4. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel jumlah tenaga kerja = 0,00 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti jumlah tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Nilai koefisien regresi sebesar 0,208 berarti setiap kenaikan jumlah tenaga kerja sebesar 1 satuan akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,208. Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi padi karena kebutuhan tenaga kerja sejalan dengan luas lahan yang digarap, di mana semakin luas lahan garapan maka semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan. Secara teori semakin luas lahan yang digarap maka semakin tinggi pula produksi dan keuntungan yang diterima. 5. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel luas lahan = 0,008 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Nilai koefisien regresi sebesar 0,110 berarti setiap kenaikan luas lahan sebesar 1 satuan akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,110. Luas lahan yang digunakan untuk menanam padi berpengaruh positif terhadap produksi padi. Menurut Moehar 2001, bahwa luas garapan lahan pertanian adalah suatu hal yang sangat penting dalam proses produksi usahatani dan usaha pertanian. Semakin sempit kepemilikan lahan dalam usahatani maka semakin tidak efisien usahatani yang dilakukan. 6. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel pengalaman bertani = 0,201 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti secara parsial variabel pengalaman bertani tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Pengalaman bertani tidak berpengaruh terhadap produksi padi karena adanya keterbatasan modal yang dimiliki petani untuk menerapkan hal-hal yang sebenarnya sudah diketahui petani sebelumnya. Sehingga pengaruh yang muncul dari kondisi ini adalah penanganan yang tidak maksimal sehingga proses inovasi dan pengembangan akan terhambat. Hal ini sesuai dengan pendapat Moehar 2001 yang menyatakan bahwa dalam mengambil keputusan petani sering kali berdasarkan kebiasaan, naluri, atau mencontoh pada petani lain. Sehingga walaupun mereka JURIDIKTI , Vol. 6 No. 2, Agustus 2013 ISSN LPI 1979- 9640 mengetahui dan memahami teknologi, pada prakteknya mereka tetap saja melakukan berdasarkan kemampuan dan dana yang tersedia.Hal lain juga yang sering dilakukan petani adalah pada saat pemberian pupuk mereka berpedoman pada keadaan tanaman. Apabila petani melihat keadaan tanaman kurang subur dan dana tersedia, maka petani akan menambahkan pupuk sesuai perhitungan dan kemampuan mereka sendiri sekalipun itu disadari sudah melebihi dosis atau takaran. Berlaku juga sebaliknya pada saat petani tidak mempunyai cukup dana maka dengan terpaksa tanaman tidak dipupuk atau hanya menggunakan sekedar menurut kemampuan bukan menurut teknologi. Keadaan seperti inilah yang sangat mempengaruhi terhadap produksi Moehar, 2001. 7. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel pendidikan = 0,819 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti secara parsial variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani tidak berpengaruh terhadap produksi padi karena sebagian besar petani adalah lulusan SDSederajat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal yang telah dicapai petani masih tergolong rendah. Rendahnya pendidikan ini akan menyebabkan petani kesulitan dalam menyerap informasi dan inovasi teknologi. Nilai koefisien regresi dari pendidikan adalah negatif yang berarti tingkat pendidikan formal petani yang semakin tinggi akan menurunkan produksi padi. Keadaan ini sesuai dengan penelitian Bagamba dalam Nansi 2011 yang menyatakan bahwa pendidikan formal memberikan dampak negatif terhadap kegiatan usahatani namun memberikan dampak positif terhadap kegiatan non usahatani. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh seseorang maka semakin sedikit waktu yang dicurahkan terhadap usahatani. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi waktu yang dicurahkan terhadap non usahatani karena dengan pendidikan yang semakin tinggi seseorang akan memiliki keahlian atau pengetahuan untuk bekerja di luar usahatani. Dalam model fungsi produksi Cobb Douglas nilai koefisien regresi merupakan nilai elastisitas dari masing-masing variabel tersebut, sedangkan penjumlahan dari nilai- nilai elastisitas dapat digunakan untuk menduga keadaan skala usaha. Hasil penjumlahan koefisien regresi secara keseluruhan dapat diketahui bahwa nilai elastisitas JURIDIKTI , Vol. 6 No. 2, Agustus 2013 ISSN LPI 1979- 9640 produksi adalah sebesar 0,98, artinya setiap kenaikan masing-masing variabel sebesar 1 akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,98. Nilai elastisitas produksi berada antara 0-1 maka produksi berada pada daerah rasional yang disebut dengan skala kenaikan hasil yang semakin berkurang decreasing return to scale, di mana pada tingkat penggunaan faktor produksi tertentu akan tercapai keuntungan maksimum. Dalam hal ini petani sudah dapat menetapkan penggunaan faktor produksi secara optimal untuk mencapai produksi keuntungan maksimal.

4.5. Pendapatan Usaha Lain