13
Independent-Samples T-Test. Hipotesis yang digunakan adalah Ho : Hasil belajar peserta didik treatment class sama dengan peserta didik control class. Ha : Hasil
belajar peserta didik treatment class lebih besar dari peserta didik control class.
4. Hasil dan Pembahasan
Melihat dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa antusias peserta didik, sikap afektif dan kognitif peserta
didik dalam pembelajaran masih kurang, guru mencoba kegiatan baru dengan memberikan alternatif pembelajaran menggunakan twitter mengingat jejaring
sosial ini dimiliki dan diakses oleh peserta didik. Alternatif yang dilakukan oleh guru adalah memberikan latihan-latihan soal yang diberikan pada akun
sosiologivf yang telah diikuti oleh para peserta didik. Penerapan twitter sebagai media pembelajaran yang dilakukan oleh guru, memperoleh respon yang baik dari
peserta didik dari treatment class. Dari beberapa eksperimen yang telah dilakukan, posting yang diberikan kepada peserta didik berjumlah 12 kali.
Sebanyak 24 peserta didik ikut serta dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tanpa harus diberi dorongan oleh agar mereka menjawab.
Aktivitas yang dilakukan peserta didik dalam menggunakan twitter sebagai media belajar, selain menjawab pertanyaan yang diutarakan oleh guru, terdapat
peserta didik yang berdiskusi dengan teman mengenai materi yang dipelajari, dimana ketika salah satu peserta didik keliru dalam menjawab terdapat peserta
didik lain yang memberikan arahanpenjelasan mengenai jawaban yang benar. Melalui twitter telah terjadi Tanya jawab antara peserta didik dengan guru tentang
materi yang masih kurang dipahami. Hal tersebut tentunya membawa dampak positif dalam proses belajar peserta didik. Dari kegiatan mereka menjawab
pertanyaan yang terdapat dalam twitter, secara tidak langsung telah menggali pemahaman mereka mengenai materi yang peserta didik pelajari. Antusias peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan twitter begitu baik meskipun frekuensi peserta didik dalam menjawab berbeda-beda. Berikut tabel
data frekuensi menjawab peserta didik treatment class yang telah melakukan pembelajaran menggunakan twitter :
Tabel 4.1 Frekuensi Peserta Didik Mengakses Twitter
Jumlah Frekuensi Menjawab
Jumlah Peserta Didik Orang
Kategori Menjawab
0-5 6 Orang
Tidak Aktif 6-10
5 Orang Kurang Aktif
11-15 6 Orang
Standar 16-20
7 Orang Aktif
21-25 -
Sangat Aktif
14
Tabel 4.1, menunjukan bahwa dari 24 peserta didik terdapat 6 orang peserta didik yang masih tidak aktif sedangkan terdapat 5 orang peserta didik
yang dapat dikatakan kurang aktif. Sedangkan 6 orang peserta didik lainnya dapat dikatakan standar. Sisanya, 7 orang peserta didik dapat digolongkan dalam
kategori aktif. Jadi hanya terdapat 13 peserta didik yang dapat dikatakan aktiv dalam pembelajaran berdasarkan standar yang telah ditentukan.
Setelah pemanfaatan twitter sebagai media pembelajaran, mereka terlihat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Tidak ada lagi peserta didik yang
bercengkrama dengan peserta didik lain selain memperhatikan penjelasan yang guru berikan dan berdiskusi mengenai materi yang sedang diberikan oleh guru.
Beberapa peserta didik sudah berani menyatakan pendapat, gagasannya dan menjelaskan materi yang sedang dibahas. Peserta didik juga tanpa ragu bertanya
terhadap guru mengenai materi yang belum peserta didik pahami. Berikut merupakan grafik dari hasil observasi yang telah dilakukan.
Grafik 4.1 Perbandingan Jumlah Peserta Didik Treatment Class Dalam Indikator Minat Belajar
Sebelum dan Setelah Twitter Diterapkan
Berdasarkan indikator minat dari sumber yang digunakan, maka pada grafik 4.1 dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan minat belajar peserta didik
treatment class. Untuk peserta didik control class, dengan menggunakan pembelajaran konvensional tanpa melakukan pembelajaran menggunakan twitter,
minat belajar mereka tidaklah berbeda dengan observasi awal yang dilakukan. Masih terdapat peserta didik yang bercengkrama dengan rekan sebangkunya, dan
menjalankan aktivitas di luar pembelajaran. Untuk bertanya, berpendapat maupun menjelaskan materi kembali yang telah guru berikan dirasa masih kurang. Hanya
beberapa peserta yang berani melakukannya dan harus ada peran serta guru dalam memberikan dorongan terhadap peserta didik. Berikut grafik perbedaan minat
belajar peserta didik treatment class dengan control class.
15
Grafik 4.1.1 Perbandingan Peserta Didik Treatment Class dengan Control Class Dalam Indikator
Minat Belajar
Dari grafik 4.1.1 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan minat belajar peserta didik treatment class yang mendapat tambahan pembelajaran
menggunakan twitter sebagai media pembelajaran di luar jam sekolah dengan peserta didik control class yang hanya menggunakan pembelajaran konvensional
di kelas sangatlah berbeda.
Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam belajarnya, dilakukan evaluasi tertulis yang terdiri dari 15 soal. Tes ini dilakukan setelah seluruh materi
diberikan oleh guru. Hasil evaluasi peserta didik yang telah diperoleh dari peserta didik treatment class maupun control class diperoleh hasil dengan nilai tertinggi
100 untuk peserta didik treatment class dan 97 untuk peserta didik control class. Untuk nilai terendah dari kedua kelas tersebut adalah 50 untuk peserta didik
treatment class dan nilai 29 dari peserta didik control class. Rata-rata kelas dari setiap kelasnya diperoleh hasil 79.13 untuk treatment class, sedangkan untuk
control class, rata-rata kelasnya adalah 63.88. Dari data evaluasi peserta didik tersebut, akan diuji untuk mengetahui nilai perbedaan yang signifikan antara
peserta didik treatment class dengan peserta didik control class. Pengujian ini akan dilakukan dengan pengujian Independent-Samples t test pada aplikasi SPSS.
Terdapat 2 hipotesis yang akan diuji dalam pengujian ini. Hipotesis pertama dalam tabel Levenes Test untuk uji homogenitas menyebutkan : Ho = Kedua kelas
memiliki varian yang sama. Ha = Kedua kelas tidak memiliki varian yang sama. Hipotesis kedua dalam tabel t-test for Equality of Means digunakan untuk menguji
apakah kedua kelas memiliki rata-rata yang sama menyebutkan : Ho = Hasil belajar peserta didik treatment class sama dengan peserta didik control class. Ha
= Hasil belajar peserta didik treatment class lebih besar dari peserta didik control class.
16
Dari hasil pengujian dapat dijelaskan bahwa jumlah data yang diteliti adalah 24 peserta didik. Kelas 1 adalah treatment class, sedangkan kelas 2 adalah
control class. Rata-rata dari kelas 1 adalah 79.13 sedangkan kelas 2 adalah 63.88. Dari data tersebut tampak bahwa F= 0.041 dengan nilai p=0.841. Karena nilai p
dari 0.05 maka dapat dikatakan bahwa Ho diterima karena kedua kelas tidak memiliki perbedaan varians nilai antara peserta didik kelas 1 dengan kelas 2.
Dengan kata lain dikatakan bahwa nilai kelas 1 dengan nilai kelas 2 adalah homogen.
Dalam tabel t-test for Equality of Means digunakan untuk menguji apakah kedua kelas memiliki rata-rata yang sama. Hipotesis yang diketahui adalah Ho :
Hasil belajar peserta didik treatment class sama dengan peserta didik control class. Ha : Hasil belajar peserta didik treatment class lebih besar dari peserta didik
control class.
Tabel 4.2 : Tabel Kriteria Pengujian
t-test for Equality of Means
Output Penjelasan
Berdasar t-hitung t-tabel a. t hitung t tabel
b. t hitung t tabel Ho ditolak
Ho diterima Berdasar probabilitas
a. p value 0.05 b. p value 0.05
Ho ditolak Ho diterima
Dari tabel 4.2 diperoleh bahwa nilai t hitung 2.990 lebih besar dari nilai t tabel 2.013 dengan p value 0.004 0.05. Jadi jika t hitung t tabel dapat
dijelaskan bahwa Ho ditolak sedangkan Ha diterima. Untuk probabilitasnya, dapat diketahui bahwa nilai Sig 2-tailed sebesar 0.004 lebih kecil dari 0.05. Jadi dari
dua perhitungan diatas hasil akhir yang diperoleh adalah ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai evaluasi tertulis treatment class dengan rata-rata
evaluasi tertulis control class.
Setelah proses pembelajaran dilakukan, peserta didik treatment class diwajibkan untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan. Kuesioner berguna
untuk mengetahui respon peserta didik terhadap pemafaatan twitter dalam pembelajaran serta manfaat yang diperoleh oleh peserta didik. Berikut tabel
indikator dan prosentasenya.
Tabel 4.3 Cakupan Pertanyaan Dalam Kuesioner
Aspek Indikator
Afektif Berkaitan dengan keaktifan peserta didik dalam
mengikuti proses pembelajaran. Soal no : 7,8,14,16
Kognitif Berkaitan dengan pemahaman peserta didik mengenai
materi yang diajarkan guru. Soal no : 6,9,10,11,12
17
Tabel 4.3.1 Hasil Kuesioner
Pernyataan Prosentase
Afektif Sangat
Setuju Setuju
Tidak Setuju
1. Setelah menggunakan twitter saya dapat menyimak pelajaran
dengan baik 54.17
37.5 8.33
2. Setelah menggunakan twitter saya
berani bertanya
maupun menyampaikan gagasan saya saat
pembelajaran sosiologi tanpa ada dorongan dari guru
50 12.5
37.5 3.
Pembelajaran menggunakan
twitter membuat
minat saya
bertambah dalam
mengikuti pelajaran Sosiologi
62.5 25
12.5 4.
Setelah pembelajaran
menggunakan twitter
antusias belajar saya terhadap mata pelajaran
sosiologi meningkat. 58.33
41.67
Kognitif
1. Setelah menggunakan twitter saya memperoleh pemahaman baru
mengenai hal-hal yang ada disekitar saya
58.33 29.17
12.5 2. Setelah menggunakan twitter
saya mampu
mengutarakan pendapat saya saat pembelajaran
sosiologi tanpa ada dorongan dari guru
62.5 12.5
25 3. Setelah menggunakan twitter
saya mampu menjelaskan kembali mengenai
materi yang
telah dipelajari
54.17 25
20.83 4.
Pembelajaran Sosiologi
menggunakan twitter membantu saya dalam berfikir praktis dan tepat
sasaran 50
33.33 16.67
5. Pembelajaran
Sosiologi menggunakan twitter membantu
saya dalam melatih analisa saya terhadap materi pelajaran sosiologi
62.5 25
12.5
Dari tabel 4.3.1, menjelaskan bahwa pemanfaatan twitter sebagai media pembelajaran berdampak positif terhadap proses belajar peserta didik. Dari aspek
afektif menunjukan 54.17 peserta didik sangat setuju twitter mampu membantu mereka untuk menyimak pelajaran dengan baik. 50 peserta didik berani untuk
18
bertanya, 62.5 perserta didik merasa bahwa minat belajar mereka bertambah setelah pemanfaatan twitter. 58.33 peserta didik merasakan antusias belajar
mereka bertambah.
Dari aspek kognitif diperoleh hasil bahwa 58.33 peserta didik memperoleh pemahaman baru setelah pemanfaatan twitter. 62.5 peserta didik
mampu berpendapat, 54.17 peserta didik mampu menjelaskan kembali materi yang dijelaskan oleh guru setelah memanfaatkan media belajar ini. 50 peserta
didik merasa bahwa pembelajaran ini membantu mereka untuk berpikir praktis dan tepat sasaran. 62.5 peserta didik merasa bahwa pembelajaran ini membantu
mereka dalam melatih analisa mereka terhadap suatu materi.
Selain data diatas, dilakukan wawancara terhadap guru dan peserta didik mengenai hasil yang diperoleh setelah pembelajaran menggunakan twitter. Dari
hasil wawancara dengan peserta didik diperoleh hasil bahwa pembelajaran dengan twitter dapat membantu peserta didik untuk berani memberikan pendapat pribadi
dan dari materi yang diberikan di twitter peserta didik dapat memahami serta mengalisa hal-hal baru yang sekiranya belum peserta didik ketahui. Dengan
adanya batasan karakter penulisan dalam twitter, secara tidak langsung dapat melatih peserta didik untuk berpikir praktis, dan tepat sasaran. Selain itu dengan
adanya pembelajaran melalui twitter, peserta didik menjadi lebih siap dan secara tidak langsung minat belajar peserta didik menjadi bertambah. Pembelajaran
dengan model ini menyenangkan, secara tidak langsung mengajak peserta didik untuk belajar.
Selain wawancara dengan peserta didik, wawancara juga dilakukan terhadap guru mata pelajaran sosiologi. Menurut guru, penggunaan twitter untuk
media pembelajaran di luar sekolah sangat bagus, media ini secara tidak langsung dapat membantu peserta didik dalam belajarnya. Mereka bisa bersantai sambil
belajar dan ini merupakan terobosan baru yang pantas untuk dikembangkan. Hasil setelah penggunaan twitter terhadap proses pembelajaran dirasa sangat positif.
Terdapat perubahan minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dari yang awalnya pasif menjadi aktif. Mereka tidak ragu untuk mengeluarkan pendapat
mereka. Mereka juga ikut aktif dalam pembelajaran, pemahaman mereka terhadap suatu pokok bahasan juga bertambah, contoh yang mereka berikan juga
bervariatif.
5. Simpulan dan Saran