PENGARUH MASING-MASING BAHAN AKTIF 2,4-D DAN GLIFOSAT TERHADAP KANDUNGAN KLOROFIL ASYSTASIA (Asystasia intrusa) DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MASING-MASING BAHAN AKTIF 2,4 D DAN GLIFOSAT TERHADAP KANDUNGAN KLOROFIL ASYSTASIA (Asystasia intrusa)

Oleh

Eka Rahmawati

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki. Gulma secara langsung maupun tidak langsung dapat menurunkan hasil produksi tanaman budidaya. Salah satu alternatif pengendalian gulma yaitu dengan menggunakan herbisida. Pada penelitian ini menggunakan herbisida berbahan 2,4-D dan Glifosat. Kedua jenis bahan aktif bersifat selektif terhadap gulma dan membunuh gulma berdaun lebar dengan cara

mengganggu metabolisme seperti pembelahan sel dan menghambat pembentukan klorofil tanaman tersebut hingga menimbulkan kerusakan jaringan daun maupun kerusakan klorofil dari gulma sehingga gulma mati.

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar Lampung Tengah dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Desember 2013 hingga februari 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh herbisida

berbahan aktif 2,4-D dan Glifosat terhadap kandungan klorofil dan kerusakan daun Asystasia intrusa. Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan perlakuan herbisida berbahan aktif 2,4-D dan Glifosat pada konsentrasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4%. Setiap perlakuan diulang sebanyak 4x dan digunakan sebagai kelompok. Parameter yang diamati yaitu

persentase kerusakan gulma, kandungan klorofil dan perubahan warna daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh dari herbisida dengan bahan aktif 2,4-D dan Glifosat terhadap persentase kerusakan daun. Bahan aktif herbisida menimbulkan persentase kerusakan daun terbesar pada konsentrasi 4% sebesar 87,5% pada 2,4-D, pada Glifosat persentase kerusakan daun terbesar pada konsentrasi 4% sebesar 97,5%. Penurunan kandungan klorofil terbesar pada bahan aktif 2,4-D terlihat pada konsentrasi 4% sebesar 11,029 mg/L dan pada bahan aktif glifosat pada konsentrasi 4% sebesar 10,471 mg/L. Kata kunci: Gulma, Herbisida, Konsentrasi.


(2)

(3)

(4)

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Poncowati pada tanggal 22 desember 1993, sebagai anak pertama dari dua bersaudara buah kasih dari pasangan bapak Wasir dan ibu Purwati. Pada tahun 1998 penulis terdaftar sebagai murid Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Poncowati dan diselesaikan pada tahun 2004. Setelah tamat tahun 2004, penulis menjadi murid Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Terbanggi Besar. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Terbanggi Besar dan diselesaikan pada tahun 2010. Penulis pernah aktif dalam organisasi Pramuka Saka Bhayangkara Polsek Terbanggi Besar Lampung Tengah selama SMA.

Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Biologi FMIPA Unila melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Biologi Umum, Botani Umum, Taksonomi Tumbuhan II, Biosistematika Tumbuhan, Struktur Perkembangan Tumbuhan dan menjadi anggota Biro RT dan PO di Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio) FMIPA Unila. Penulis melakukan kerja praktik di Research and Development PT. Great Giant Pineapple Kecamatan Terbanggi Besar Lampung Tengah.


(6)

Ku Persembahkan Karya Kecilku Ini Kepada

Ayahanda Dan Ibundaku Tercinta, Adikku Ahmad,

Orang Yang Menyayangiku, Teman-Temanku Serta

Almamaterku Tercinta


(7)

MOTO

Manusia yang paling mulia di dunia ialah orang-orang yang pemurah dan orang yang paling mulia di akhirat ialah orang-orang yang taqwa

(H.R. Ali bin Abi Thalib)

Dalam hidup, manusia bisa tiba-tiba dibenturkan pada sebuah keadaan yang tk pernah tergambar didalam benak. Disaat tidak ada cara lain untuk bertahan itulah kita dikenalkan pada kekuatan diri yang

tersembunyi

(Mimpi Sejuta Dolar halaman 17)

Janganlah melihat kemasa depan dengan mata buta!!!

Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca benggala dari masa yang akan datang

(Soekarno)

Jangan terlalu bodoh untuk menyesali sesuatu yang telah dilakukan dan jangan terlalu sombong untuk menganggap mudah sesuatu yang akan dikerjakan


(8)

iii

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Masing-Masing Bahan Aktif 2,4-D dan Glifosat Terhadap Kandungan Klorofil Asystasia (Asystasia intrusa) di PT. Great Giant Pineapple Lampung” tepat pada waktunya.

Penulis menyadari banyak sekali pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil hingga terselesainya skripsi ini, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dra. Tundjung Tripeni Handayani, M.S. selaku Pembimbing I atas segala bimbingan, arahan, saran, dan semangat selama penulis melaksanakan

penelitian hingga terselesainya skripsi ini.

2. Ibu Dra. Martha Lulus Lande,M.P selaku pembimbing II atas segala bimbingan, arahan, dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan penelitian hingga terselesainya skripsi ini.

3. Ibu Dra. Ellyzarti, M.Sc. selaku Pembahas atas segala bimbingan, motivasi, saran, serta semangat kepada penulis selama pelaksanaan penelitian hingga terselesainya skripsi ini.


(9)

4. Ibu Dra. Elly Lestari Rustiati, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan, kritik, dan sarannya kepada penulis dalam menempuh pendidikan di Jurusan Biologi.

5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung. 6. Bapak Prof. Suharso, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung.

7. Bapak Ibu Dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu penulis mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang sudah diberikan kepada penulis selama penulis melaksanakan studi di Jurusan Biologi. 8. Ibu dan Bapak serta adikku Ahmad Nur Iman yang telah memberikan

semangat, perhatian, dukungan, dan do’a kepada penulis yang tiada hentinya.

9. PT. Great Giant Pineaplle dan Human Reseach and Development Departement yang telah memfasilitasi tempat penelitian.

10. Bapak Muh. Basuki, Ibu Ratdiana dan seluruh Staf PT. Great Giant Pineaplle terimakasih atas saran dan bimbingan kepada penulis selama melakukan penelitian.

11. Muhamad Sidik Saputra yang telah memberikan semangat, perhatian, canda tawa, dan bantuannya selama penelitian.

12. Sahabat-sahabatku Mala, Khusnul, Linda, Dwi, Rita, Neni dan Aprilia atas semangat, perhatian, canda tawa, yang selalu diberikan sejak awal

perkuliahan sampai akhir terselesainya skripsi ini.

13. Teman-teman dari Universitas Brawijaya yang telah seperjuangan dalam penelitian.


(10)

14. Teman-teman Biologi 2010 Eko, Billi, Aris, Putra, Fais, Aviy, Adi, Ana, Nova, Kiki, Tari, Ita, Anggi, Arin, Dewi, Isma, Rodi, Rika, Gigih, Dito, Wikke, Pipin, Ayu, Elisa, Elga, Dimas, Yusrina, Citra, Ara, Suci, Nisa, Ipeh, Puput, Meita, Aul, Nurul, Feabo, Reffy, Rendy, Tina, Sofi, Sonia, Windi. 15. Kanda, Yunda 2008, 2009, adik-adik angkatan 2011, 2012, dan 2013. 16. Karyawan dan staff di Jurusan Biologi serta seluruh pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyelesaian SKRIPSI ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Bandar Lampung, Agustus 2014

Penulis


(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.3. Manfaat penelitian ... 3

1.4. Kerangka Pemikiran ... 3

1.5. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tanaman Gulma ... 6

2.2 Asystasia intrusa ... 7

2.2.1 Akar Asystasia intrusa ... 8

2.2.2 Batang Asystasia intrusa ... 9

2.2.3 Daun Asystasia intrusa ... 9

2.2.4 Bunga Asystasia intrusa ... 10

2.2.5 Buah Asystasia intrusa ... 10

2.2.6 Biji Asystasia intrusa ...11

2.2.7 Klasifikasi Asystasia intrusa ... 11

2.3 Pengendalian Gulma ... 12

2.4 Herbisida ... 13

2.4.1 Klasifikasi Herbisida ... 14

2.4.2 Mekanisme Kerja Herbisida ... 17

2.4.3 Faktor yang mempengaruhi Respon Tanaman terhadap Herbisida ... 18

2.4.4 Aplikasi Herbisida ... 20

2.5 Bahan Aktif Glifosat ... 20

2.6 Bahan aktif 2,4-D ... 21

2.7 Klorofil ... 22


(12)

iii

III. METODE KERJA ... 27

3.1 Waktu dan Tempat ... 27

3.2 Alat dan Bahan ... 27

3.3 Metode Penelitian ... 28

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 29 1. Persiapan Media Tanam... 29

2. Penanaman Gulma... 29

3. Pemeliharaan Gulma... 30

4. Pembuatan larutan Herbisida ... 30

5. Aplikasi Herbisida... 30

6. Parameter Pengamatan... 31

7. Analisis Data... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 33

4.1. Hasil pengamatan ... 33

4.1.1. Persentase kerusakan daun pada gulma Asystasia intrusa ... 33

a. Persentase kerusakan daun pada gulma Asystasia intrusa oleh herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 33

b. Persentase kerusakan daun pada gulma Asystasia intrusa oleh bahan aktif Glifosat... 35

4.1.2. Kandungan klorofil 4 hari setelah pemberian bahan aktif herbisida ... 36

a. Rerata kandungan klorofil a 4 hari setelah pemberian bahan aktif herbisida 2,4-D ... 36

b. Rerata kandungan klorofil b 4 hari setelah pemberian herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 38

c. Rerata kandungan klorofil total 4 hari setelah pemberian bahan aktif herbisida (2,4-D) ... 39

d. Rerata kandungan klorofil a 4 hari setelah pemberian bahan aktif herbisida (Glifosat) ... 42

e. Rerata kandungan klorofil b 4 hari setelah pemberian bahan aktif herbisida (Glifosat) ... 43

f. Rerata kandungan klorofil Total 4 hari setelah pemberian bahan aktif herbisida (Glifosat) ... 45

4.2. Pembahasan ... 48

4.2.1. Persentase kerusakan daun pada gulma Asystasia intrusa ... 48

a. Persentase kerusakan daun pada gulma Asystasia intrusa oleh herbisida dengan bahan aktif 2,4-D .... 48


(13)

b. Persentase kerusakan daun pada gulma Asystasia

intrusa oleh bahan aktif Glifosat ... 49

4.2.2. Kandungan Klorofil a, b dan total Pada Daun Asystasia intrusa oleh perlakuan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D dan glifosat ... 50

V. SIMPULAN ... 53

5.1. Simpulan ... 53

5.2. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Konsentrasi Herbisida ... 28 Tabel 2. Tata Letak satuan percobaan Bahan aktif 2,4-D ... 28 Tabel 3. Tata Letak satuan percobaan Bahan aktif Glifosat ... 29 Tabel 4. Uji lanjut BNT pengaruh bahan aktif herbisida (2,4-D) terhadap

persentase kerusakan daun Asystasia (Asystasia intrusa) ... 34 Tabel 5. Uji lanjut BNT pengaruh bahan aktif herbisida (Glifosat) terhadap

persentase kerusakan daun Asystasia intrusa ... 35 Tabel 6. Uji lanjut BNT pengaruh bahan aktif 2,4-D terhadap kandungan

klorofil a daun Asystasia intrusa ... 37 Tabel 7. Uji lanjut BNT pengaruh herbisida dengan bahan aktif 2,4-D

terhadap kandungan klorofil b daun Asystasia intrusa ... 38 Tabel 8. Uji lanjut BNT pengaruh herbisida dengan bahan aktif 2,4-D

terhadap kandungan klorofil total daun Asystasia intrusa ... 40 Tabel 9. Perubahan Warna Daun Asystasia intrusa Pengaruh bahan

aktif 2,4-D ... 41 Tabel 10. Uji lanjut BNT pengaruh bahan aktif Glifosat terhadap

kandungan klorofil a daun Asystasia intrusa ... 42 Tabel 11. Uji lanjut BNT pengaruh bahan aktif (Glifosat) terhadap

kandungan klorofil b daun Asystasia intrusa ... 44 Tabel 12. Uji lanjut BNT pengaruh bahan aktif (Glifosat) terhadap

kandungan klorofil total daun Asystasia intrusa ... 45 Tabel 13. Perubahan Warna Daun Asystasia intrusa Pengaruh bahan

Aktif (Glifosat) ... 47 Tabel 14. Rerata persentase kerusakan daun 4 hari setelah perlakuan

herbisida dengan bahan aktif 2,4-D dalam (%) ... 58 Tabel 15. Uji homogenitas persentase kerusakan daun 4 hari setelah


(15)

Tabel 16. Analisis Ragam persentase kerusakan daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 59 Tabel 17. Uji Beda nyata terkecil (BNT) persentase kerusakan daun 4 hari

setelah perlakuan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 59 Tabel 18. Rerata persentase kerusakan daun 4 hari setelah perlakuan

herbisida dengan bahan aktif Glifosat dalam (%) ... 60 Tabel 19. Uji homogenitas persentase kerusakan daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif Glifosat ... 60 Tabel 20. Analisis Ragam persentase kerusakan daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif Glifosat ... 61 Tabel 21. Uji Beda nyata terkecil (BNT) persentase kerusakan daun 4 hari

setelah perlakuan herbisida dengan bahan aktif Glifosat ... 61 Tabel 22. Rerata kandungan klorofil a daun 4 hari setelah perlakuan

herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 62 Tabel 23. Uji homogenitas kandungan klorofil a daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 62 Tabel 24. Analisis Ragam kandungan klorofil a daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 63 Tabel 25. Uji Beda nyata terkecil (BNT) kandungan klorofil a daun 4 hari

setelah perlakuan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 63 Tabel 26. Rerata kandungan klorofil b daun 4 hari setelah perlakuan

herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 64 Tabel 27. Uji homogenitas kandungan klorofil b daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 64 Tabel 28. Analisis Ragam kandungan klorofil b daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 65 Tabel 29. Uji Beda nyata terkecil (BNT) kandungan klorofil b daun 4 hari

setelah perlakuan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 65 Tabel 30. Rerata kandungan klorofil total daun 4 hari setelah perlakuan

herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 66 Tabel 31. Uji homogenitas kandungan klorofil total daun 4 hari setelah


(16)

vii

Tabel 32. Data transformasi kandungan klorofil total daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 67 Tabel 33. Uji homogenitas kandungan klorofil total daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 67 Tabel 34. Analisis Ragam kandungan klorofil total daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 68 Tabel 35. Uji Beda nyata terkecil (BNT) kandungan klorofil b daun 4 hari

setelah perlakuan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 68 Tabel 36. Rerata kandungan klorofil a daun 4 hari setelah perlakuan

herbisida dengan bahan aktif Glifosat ... 69 Tabel 37. Uji homogenitas kandungan klorofil a daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif Glifosat ... 69 Tabel 38. Analisis Ragam kandungan klorofil a daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif Glifosat ... 70 Tabel 39. Uji Beda nyata terkecil (BNT) kandungan klorofil a daun

4 hari setelah perlakuan herbisida dengan bahan aktif Glifosat ... 70 Tabel 40. Rerata kandungan klorofil b daun 4 hari setelah perlakuan

herbisida dengan bahan aktif Glifosat ... 71 Tabel 41. Uji homogenitas kandungan klorofil b daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif Glifosat ... 71 Tabel 42. Analisis Ragam kandungan klorofil b daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif Glifosat ... 72 Tabel 43. Uji Beda nyata terkecil (BNT) kandungan klorofil b daun 4 hari

setelah perlakuan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D ... 72 Tabel 44. Rerata kandungan klorofil total daun 4 hari setelah perlakuan

herbisida dengan bahan aktif Glifosat ... 73 Tabel 45. Uji homogenitas kandungan klorofil total daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif Glifosat ... 73 Tabel 46. Data transformasi kandungan klorofil total daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif Glifosat ... 73 Tabel 47. Uji homogenitas kandungan klorofil total daun 4 hari setelah


(17)

Tabel 48. Analisis Ragam kandungan klorofil total daun 4 hari setelah

perlakuan herbisida dengan bahan aktif Glifosat ... 74 Tabel 49. Uji Beda nyata terkecil (BNT) kandungan klorofil b daun 4 hari


(18)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Asystasia intrusa ... 7

Gambar 2. Akar Asystasia intrusa ... 8

Gambar 3. Batang Asystasia intrusa ... 9

Gambar 4. Daun Asystasia intrusa ... 9

Gambar 5.Bunga Asystasia intrusa ... 10

Gambar 6. Buah Asystasia intrusa ... 10

Gambar 7. Biji Asystasia intrusa ... 11

Gambar 8. Struktur Kimia glifosat ... 20

Gambar 9. Struktur Kimia 2,4-D ... 21

Gambar 10. Molekul Klorofil ... 22

Gambar 11. Struktur Klorofil a dan Struktur Klorofil b ... 23

Gambar 12. Diagram Pengaruh bahan aktif Herbisida (2,4-D) terhadap kerusakan daun Asystasia intrusa ... 34

Gambar 13. Diagram Pengaruh bahan aktif Herbisida Glifosat terhadap kerusakan daun Asystasia intrusa ... 36

Gambar 14. Diagram Pengaruh bahan aktif Herbisida (2,4-D) terhadap kandungan klorofil a daun Asystasia intrusa ... 37

Gambar 15. Diagram Pengaruh bahan aktif Herbisida (2,4-D) terhadap kandungan klorofil b daun Asystasia intrusa ... 39

Gambar 16. Diagram Pengaruh bahan aktif Herbisida (2,4-D) terhadap kandungan klorofil total daun Asystasia intrusa ... 40


(19)

Gambar 17. Diagram Pengaruh bahan aktif Herbisida (Glifosat) terhadap

kandungan klorofil a daun Asystasia intrusa ... 43

Gambar 18. Diagram Pengaruh bahan aktif Herbisida (Glifosat) terhadap kandungan klorofil b daun Asystasia intrusa ... 44

Gambar 19. Diagram Pengaruh bahan aktif Herbisida Glifosat terhadap kandungan klorofil total daun Asystasia intrusa ... 46

Gambar 20. Spektrofotometer ... 75

Gambar 21. Peta Plantation Group 1 PT. Great Giant Pineapple ... 76

Gambar 22. Alat Penyemprot (Hand Pump) ... 77

Gambar 23. Alat Pemanas (water bath) ... 77

Gambar 24. Perendaman daun dalam alkohol ... 78

Gambar 25. Asystasia intrusa ... 78

Gambar 26. Tanah Media Tanam ... 79


(20)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Masalah

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki seperti pada areal perkebunan yang terdapat di PT. Great Gian Pineapple. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya karena gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman

(Gupta.,1984). Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas seperti cahaya, hara, dan air. Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, kondisi tanah, kerapatan gulma, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman budidaya saat gulma mulai bersaing (Jatmiko et al.,2002).

Pada umumnya pengendalian gulma di lakukan dengan cara mekanis, namun pengendalian ini banyak membutuhkan waktu, tenaga kerja, dan kurang efisien. Salah satu alternatif pengendalian gulma adalah dengan

menggunakan herbisida. Penghambatan atau pemacuan pertumbuhan dan perkembangan gulma ditentukan oleh jenis dan konsentrasi herbisida

tersebut. Herbisida pada dosis tertentu dapat bersifat selektif pada suatu jenis gulma, tetapi bila dosis diturunkan atau dinaikkan maka herbisida berubah menjadi tidak selektif terhadap gulma (Tjitrosoedirdjo et al.,1984).


(21)

Jenis dan konsentrasi herbisida yang digunakan di PT. Great Giant Pineapple saat ini kurang efektif terhadap gulma tertentu, hal ini terlihat dari beberapa jenis gulma yang masih dominan di areal perkebunan nanas PT. Great Giant Pineapple seperti Asystasia intrusa yang hampir ditemui disetiap areal tanaman nanas.

Asystasia intrusa merupakan gulma berdaun lebar dan memiliki kemampuan perkembangan yang cepat. Selain menggunakan biji, Asystasia intrusa dapat berkembang melalui batang yang menempel pada tanah. Hal ini yang

menyebabkan Asystasia intrusa menjadi salah satu gulma dominan di areal perkebunan nanas PT. Great Giant Pineapple.

Herbisida dengan bahan aktif 2,4-dichlorophenoxy Acetic Acid dan glifosat merupakan herbisida yang banyak digunakan para petani untuk

menanggulangi gulma berdaun lebar . Kedua jenis bahan aktif bersifat selektif terhadap gulma dan biasanya dipakai untuk membunuh gulma berdaun lebar dengan cara mengganggu metabolisme tanaman tersebut hingga menimbulkan kerusakan daun maupun kerusakan klorofil dari gulma hingga gulma mengalami kematian.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh herbisida dengan bahan aktif 2,4-D dan Glifosat terhadap kerusakan jaringan daun dan kandungan klorofil dalam mengendalikan gulma Asystasia ( Asystasia intrusa) di PT. Great Giant Pineapple


(22)

3

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh herbisida dengan bahan aktif 2,4 D terhadap perubahan morfologi, kandungan klorofil dan kerusakan daun Asystasia (Asystasia intrusa)

2. Untuk mengetahui pengaruh herbisida dengan bahan aktif Glifosat terhadap perubahan morfologi, kandungan klorofil dan kerusakan daun Asystasia (Asystasia intrusa)

1.3. Manfaat Penelitian

Dengan diperolehnya hasil penelitian diharapkan penulis dapat memberikan informasi kepada para peneliti dan pelaku budidaya tanaman mengenai pengaruh herbisida dengan bahan aktif 2,4-D dan Glifosat terhadap perubahan morfologi, kandungan klorofil dan kerusakan daun Asystasia (Asystasia intrusa).

1.4. Kerangka Pemikiran

PT. Great Giant Pineapple merupakan salah satu produsen nanas terbesar di Indonesia. Namun masih banyak permasalahan yang di temui dalam produksi nanas, salah satunya yaitu mengenai gulma yang menurunkan hasil produksi nanas. Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki. Beberapa cara telah di lakukan dalam mengendalikan gulma pada perkebunan nanas. Salah satu pengendalian gulma yang di lakukan oleh


(23)

PT. Great Giant Pineapple yaitu dengan menggunakan herbisida. Beberapa herbisida kurang berpotensi secara maksimal dalam mematikan gulma. Hal ini terlihat dari penelitian sebelumnya yang telah di lakukan untuk beberapa jenis gulma masih dapat bertahan hidup dan dominan meski telah di lakukan aplikasi herbisida dengan dosis yang telah ditetapkan.

Konsentrasi suatu herbisida yang sesuai dapat bersifat selektif terhadap suatu gulma, namun jika konsentrasi dinaikkan atau diturunkan dapat berubah menjadi tidak selektif terhadap suatu gulma.

Diperkirakan jenis herbisida dan konsentrasi yang digunakan di PT. Great Giant Pineapple saat ini kurang selektif terhadap gulma tertentu, yang

menyebabkan gulma tersebut menjadi dominan di areal perkebunan PT. Great Giant Pineapple. Salah satu gulma yang dominan di perkebunan nanas adalah Asystasia intrusa. Asystasia intrusa memiliki pertumbuhan yang sangat cepat, karena selain menggunakan biji, Asystasia intrusa dapat berkembang melalui batang yang menempel pada tanah sehingga untuk dapat mengendalikan gulma Asystasia intrusa harus digunakan jenis dan dosis herbisida yang tepat

sehingga herbisida bersifat selektif terhadap Asystasia intrusa dalam mengganggu metabolisme seperti kerusakan daun yang menyebabkan rusaknya klorofil dan menimbulkan kematian dari Asystasia intrusa.

Beberapa jenis herbisida yang biasa digunakan oleh sebagian besar petani yaitu herbisida yang mengandung bahan aktif 2,4-dichlorophenoxy Acetic Acid dan glifosat dimana bahan aktif ini bersifat sistemik dan selektif untuk


(24)

5

bahan aktif tersebut memiliki potensi dalam mematikan gulma berdaun lebar seperti Asystasia intrusa.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini akan dilakukan pengaruh dari masing-masing herbisida dengan bahan aktif

2,4-dichlorophenoxy Acetic Acid dan glifosat dengan taraf konsentrasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4% terhadap kerusakan morfologi daun dan kandungan klorofil dalam mengendalikan gulma Asystasia (Asystasia intrusa ) di PT. Great Giant

Pineapple.

1.5. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan adalah herbisida dengan bahan aktif 2,4-D maupun Glifosat berpengaruh terhadap kerusakan morfologi daun dan kandungan klorofil gulma Asystasia intrusa di PT. Great Giant


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki yakni tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya. Gulma dapat merugikan tanaman budidaya karena bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, dan air. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologi, habitat, dan bentuk pertumbuhanya (Gupta, 1984).

Menurut Sutidjo (1981) ditinjau dari segi ekologi gulma merupakan tumbuhan yang mudah beradaptasi dan memiliki daya saing yang kuat dengan tanaman budidaya. Karena gulma mempunyai sifat mudah beradaptasi dengan tempat lingkungan tumbuhnya maka gulma memiliki beberapa sifat diantaranya: (1) mampu berkecambah dan tumbuh pada kondisi zat hara dan air yang sedikit, biji tidak mati dan mengalami dorman apabila lingkungan kurang baik untuk pertumbuhannya, (2) tumbuh dengan cepat dan mempunyai pelipat gandaan yang relatif singkat apabila kondisi menguntungkan, (3) dapat mengurangi hasil tanaman budidaya dalam populasi sedikit, (4) mampu berbunga dan berbiji banyak, (5) mampu tumbuh dan berkembang dengan cepat, terutama yang berkembang biak secara vegetatif (Mercado, 1979).


(26)

7

Tanaman pokok yang lebih dominan dari pada gulma dan tingkat kepadatan gulma yang rendah, tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Jika gulma mempunyai tingkat kerapatan yang tinggi, akan menyebabkan terjadinya kompetisi antara tanaman pokok dan gulma, sehingga dapat menurunkan kuantitas hasil pertanian. Penurunan tersebut akibat dari persaingan antara gulma dan tanaman pokok untuk mendapatkan sinar

matahari, air tanah, unsur hara, ruang tumbuh, dan udara (Sukman, 2003).

2.2. Asystasia intrusa

Nama lain Asystasia intrusa adalah Asystasia gangetica. Dalam dunia tumbuhan termasuk ke dalam famili Acanthaceae, genus Asystasia. Asal tumbuhan ini dari Afrika. Asystasia intrusa merupakan gulma penting di perkebunan (Gambar 1).

Gambar 1. Morfologi Asystasia intrusa ( foto koleksi pribadi).

Asystasia intrusa dapat ditemukan di daerah sampai 500 meter di atas permukaan laut. Dapat tumbuh baik pada daerah ternaungi maupun daerah


(27)

terbuka. Pada daerah yang ternaungi seperti daerah perkebunan dengan tanaman yang relatif tinggi, tanaman ini banyak menghasilkan daun dan menghasilkan organ vegetatif. Merupakan rumput liar subur dan kompetitif yang membutuhkan unsur hara tinggi terutama N dan P. Menghasilkan biji dengan baik dengan viabilitas hingga 85% yang dapat bertahan hingga 8 bulan didalam tanah.

Pada kondisi alami biji dapat berkecambah pada 30 hari setelah pecah, dan 10 minggu setelah perkecambahan dapat tumbuh cepat, kemudian menghasilkan buah polong dengan biji setelah 8 bulan atau lebih (Haryatun, 2008).

2.2.1. Akar Asystasia intrusa

Akar Asystasia intrusa melekat pada cabang. Sistem perakaran tunggang, bercabang kecil dan memiliki bulu-bulu akar. Akar berwarna putih kecoklatan

Gambar 2. Akar Asystasia intrusa


(28)

9

2.2.2. Batang Asystasia intrusa

Asystasia intrusa merupakan tanaman herba yang tumbuh cepat dan mudah berkembang biak. Berbatang lunak, berwarna hijau kecoklatan dan dapat tumbuh dalam keadaan yang kurang baik (gambar 3).

Gambar 3. Batang Asystasia intrusa

a. Batang b. Stolon (batang yang menempel pada tanah) ( foto koleksi pribadi).

2.2.3 Daun Asystasia intrusa

Duduk daun berhadapan, berbentuk bulat panjang, pangkal bulat, ujung runcing, pertulangan daun menyirip dan bertangkai (gambar 4).

Gambar 4. Daun Asystasia intrusa ( foto koleksi pribadi).


(29)

2.2.4 Bunga Asystasia intrusa

Bunga tersusun dalam tandan yang rapat seperti bulir, berwarna putih atau keungu-unguan, kelopak bunga menutupi ovary (gambar 5).

Gambar 5. Bunga Asystasia intrusa ( foto koleksi pribadi).

2.2.5 Buah Asystasia intrusa

Buah kotak, 2-3 cm panjangnya, dalam satu buah kotak berbiji empat atau kurang. Saat buah belum masak kulit buah berwarna hijau, namun saat buah sudah masak maka kulit buah berwarna coklat (gambar 6).


(30)

11

2.2.6 Biji Asystasia intrusa

Biji Asystasia intrusa kecil berwarna hitam kecoklat-coklatan, kecil dan ringan sehingga mudah diterbangkan oleh angin. Biji ini pecah dari polong dengan keadaan lingkungan yang tepat baik dari suhu dan penyinaran yang cukup. Bila penyinaran matahari lama saat biji pecah maka jarak loncat biji semakin jauh dari pohonnya (gambar 7).

Gambar 7. Biji Asystasia intrusa (a. Polong b.biji) (foto koleksi pribadi).

2.2.7 Klasifikasi Asystasia intrusa

Klasifikasi Asystasia intrusa (Cronguist, 1981) Regnum : Plantae

Divisio : Magnoliophyta/Spermatophyta Classis : magnoliopsida/Dicotyledoneae Ordo : Scrophulariales

Familia : Acanthaceae Genus : Asystasia


(31)

2.3 Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman budidaya lebih produktif. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomi atau tidak melampaui ambang ekonomi, sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada dasarnya ada enam macam metode pengendalian gulma, yaitu : mekanis, kultur teknis, fisik, biologis, kimia dan terpadu. Pengendalian gulma dengan cara kimia lebih diminati akhir-akhir ini, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas (Sukman et al, 1991).

Pengendalian dengan cara kimia ini adalah dengan menggunakan herbisida. Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984), pengendalian dengan menggunakan herbisida memiliki beberapa keuntungan yaitu penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit dan lebih mudah dan cepat dalam pelaksanaan pengendaliannya. Salah satu pertimbangan yang penting dalam pemakaian herbisida adalah untuk mendapatkan pengendalian yang selektif, yaitu mematikan gulma tetapi tidak merusak tanaman budidaya. Keberhasilan aplikasi suatu herbisida dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : jenis herbisida, formulasi herbisida, ukuran butiran semprot, volume semprotan dan waktu pemakaian (pra pengolahan, pra tanam, pra tumbuh atau pasca tumbuh). Faktor lainnya yang

mempengaruhi keberhasilan aplikasi herbisida adalah sifat kimia dari herbisida itu sendiri, iklim, kondisi tanah dan aktivitas mikroorganisme. Teknik


(32)

13

penyemprotan dan air pelarut yang digunakan juga mempengaruhi efektivitas herbisida yang diaplikasikan (Utomo et al, 1998).

2.4 Herbisida

Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida ini dapat mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (seperti pada proses pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, fotosintesis, respirasi, metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya) yang sangat

diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan penganggu juga terhadap tanaman yang dibudidayakan. Herbisida yang diaplikasikan dengan konsentrasi tinggi akan mematikan seluruh bagian dan jenis tumbuhan. Pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan dan tidak merusak tumbuhan yang di budidayakan (Sjahril dan Syam’un, 2011).

Menurut Sukman dan Yakup (1991) terdapat beberapa keuntungan

menggunakan herbisida diantaranya : dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu tanaman budidaya, dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman yang dibudidayakan, lebih efektif dalam membunuh gulma, dalam dosis rendah dapat berperan sebagai hormon tumbuh, dan dapat

meningkatkan produksi tanaman budidaya dibandingkan dengan perlakuan pengendalian gulma dengan cara yang lain. Pemakaian suatu jenis herbisida secara terus menerus akan membentuk gulma yang resisten sehingga akan sulit mengendalikannya.


(33)

2.4.1 Klasifikasi Herbisida

1. Klasifikasi herbisida berdasarkan pada perbedaan derajat respon tumbuh-tumbuhan terhadap herbisida (selektivitas).

Herbisida selektif merupakan herbisida yang bersifat lebih beracun untuk tumbuhan tertentu dari pada tumbuhan lainnya. Contoh herbisida selektif adalah 2,4-D, ametrin, diuron, oksifluorfen, klomazon, dan karfentrazon. Sedangkan herbisida nonselektif merupakan herbisida yang beracun bagi semua spesies tumbuhan yang ada. Herbisida selektif sangat penting bagi sistem produksi tanaman. Dengan adanya sifat tersebut dapat dipilih herbisida yang mampu mengendalikan gulma dengan baik namun tidak meracuni tanaman yang dibudidayakan (Sjahril dan Syam’un, 2011).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi selektivitas suatu herbisida yakni faktor fisik dan faktor biologi atau hayati.

a. Faktor-fisik yang mempengaruhi selektivitas yaitu semua faktor yang dapat mempengaruhi kontak antara herbisida yang diaplikasikan dengan permukaan gulma yang akan dikendalikan serta retensi atau pengikatan herbisida tersebut pada permukaan. Supaya efektif dalam mengendalikan gulma, maka herbisida yang diaplikasikan harus tetap kontak atau

melekat atau berada pada tumbuhan sasaran atau gulma dan bertahan dalam waktu yang cukup lama serta dalam jumlah yang dapat mematikan gulma tersebut. Selektivitas ini dipengaruhi oleh dosis dan formulasi herbisida. Jumlah atau dosis herbisida yang diaplikasikan dan dapat


(34)

15

diserap oleh gulma akan menentukan selektivitas herbisida tersebut. Semua jenis herbisida bersifat tidak selektif apabila diaplikasikan dengan dosis yang tinggi. Formulasi herbisida, misalnya adanya perekat atau tidak, akan menentukan jumlah herbisida yang mampu melekat pada permukaan gulma (Sjahril dan Syam’un, 2011).

b. Faktor biologi yang menentukan selektivitas herbisida berkaitan dengan sifat morfologi, fisiologi, dan metabolisme tumbuhan. Permukaan daun yang berlilin, halus, atau berambut lebat akan lebih sulit terbasahi oleh herbisida yang diaplikasikan dengan pelarut air bila dibandingkan dengan permukaan yang tidak berlilin atau berambut. Posisi daun yang tegak juga akan menampung lebih sedikit herbisida yang diaplikasikan

dibandingkan daun yang posisinya horisontal atau datar. Herbisida yang telah masuk dalam sel, sebagian ada yang tidak mobil dan yang lainnya dapat ditranslokasikan ke sel-sel lainnya. Sifat mobilitas herbisida dalam sel ini juga memiliki kontribusi terhadap selektivitas herbisida.

Selektivitas antar spesies tumbuhan dapat pula disebabkan karena tumbuhan tertentu mampu mendetoksifikasi (membuat tidak beracun) herbisida yang diaplikasikan dibandingkan spesies lainnya.

Fase tumbuh gulma menentukan tingkat kerentanan gulma tersebut terhadap herbisida. Secara umum, pada fase kecambah gulma rentan terhadap herbisida. Dengan demikian, herbisida yang diaplikasikan pada gulma yang lebih muda akan bersifat kurang selektif bila dibandingkan


(35)

dengan gulma yang sudah tua dengan dosis yang direkomendasikan (Sjahril dan Syam’un, 2011).

2. Klasifikasi herbisida berdasarkan pada waktu aplikasinya

Ada dua tipe herbisida berdasarkan aplikasinya yaitu herbisida pratumbuh (preemergence herbicide) dan herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide). Yang pertama disebarkan pada lahan setelah diolah namun

sebelum benih ditebar. Biasanya herbisida jenis ini bersifat nonselektif, yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Yang kedua diberikan setelah benih memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak mengganggu tumbuhan pokoknya (Sjahril dan Syam’un, 2011).

3. Klasifikasi herbisida berdasarkan media atau jalur aplikasinya

Herbisida tertentu dapat diaplikasikan melalui daun. Herbisida yang termasuk dalam kelompok ini adalah herbisida pasca tumbuh, yaitu herbisida yang diaplikasikan pada saat gulma sudah tumbuh. Beberapa contoh herbisida pasca tumbuh adalah glifosat, paraquat, glufosinat, propanil, dan 2,4-D. Jalur aplikasi herbisida yang lain adalah melalui tanah, baik dilakukan dengan cara penyemprotan pada permukaan tanah maupun dicampur/diaduk dengan tanah. Herbisida yang diaplikasikan melalui tanah diarahkan untuk mengendalikan gulma sebelum gulma tersebut tumbuh (Sjahril dan Syam’un, 2011).


(36)

17

4. Klasifikasi berdasarkan tipe translokasi herbisida dalam tumbuhan

Secara umum herbisida dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu herbisida kontak (tidak ditranslokasikan) dan sistemik (ditranslokasikan).

a. Herbisida kontak dapat mengendalikan gulma dengan cara mematikan bagian gulma yang terkena/kontak langsung dengan herbisida karena sifat herbisida ini tidak ditranslokasikan atau tidak dialirkan dalam tubuh gulma. Semakin banyak organ gulma yang terkena herbisida akan semakin baik daya kerja herbisida tersebut. Oleh sebab itu, herbisida kontak umumnya diaplikasikan dengan volume semprot tinggi sehingga seluruh permukaan gulma dapat terbasahi. Daya kerja herbisida tersebut kurang baik bila diaplikasikan pada gulma yang memiliki organ

perkembangbiakan dalam tanah.

b. Herbisida sistemik merupakan suatu herbisida yang dialirkan atau ditranslokasikan dari tempat terjadinya kontak pertama dengan herbisida ke bagian lainnya, biasanya akan menuju titik tumbuh karena pada bagian tersebut metabolisme tumbuhan paling aktif berlangsung. Herbisida ini dapat diaplikasikan melalui daun /pasca tumbuh atupun melalui

tanah/pratumbuh.

2.4.2. Mekanisme Kerja Herbisida

Pada umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang "normal" dalam proses tersebut. Herbisida menjadi


(37)

kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan (Sjahril dan Syam’un, 2011).

2.4.3. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Tanaman Terhadap Herbisida

Salah satu pertimbangan yang penting dalam pemakaian herbisida adalah untuk mendapatkan pengendalian yang selektif, yaitu mematikan gulma tetapi tidak merusak tanaman budidaya. Keberhasilan aplikasi suatu herbisida dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : jenis herbisida, formulasi herbisida.

Formulasi herbisida adalah bentuk herbisida yang dapat mempengaruhi daya larut, daya penguapan, daya meracun pada tanaman dan sifat-sifat lainnya (Moenandir, 1988).

Pada umumnya hanya sejumlah kecil herbisida yang diperlukan untuk

mengendalikan gulma secara efisien. Tetapi justru ini yang sangat perlu agar jumlah yang kecil itu dapat disebarkan secara merata keseluruh bagisn gulma yang ada. Apabila tidak merata atau terlalu sedikit, tidak dapat mematikan gulma, sedang bila terlalu banyak mungkin dapat menjadi racun bagi tanaman budidaya. Oleh kerena itu herbisida harus diformulasikan sedemikian rupa agar mudah mengaturnya, aman dan efektif.

Herbisida diformulasikan untuk memudahkan pengaturan, penyimpanan dan pemakaian agar lebih aman serta meningkatkan keefektifan dalam mematikan gulma sasaran. Pemilihan formulasi yang akan digunakan harus disesuaikan


(38)

19

dengan kemudahan aplikasi, peralatan yang tersedia, jenis gulma sasaran, jenis tanaman budidaya dan keefektifannya (Wudianto, 2004).

Menurut Akobundu (1975), herbisida yang diformulasikan dalam bentuk cair lebih mudah digunakan karena mudah dalam proses pengukuran jika

dibandingkan dengan formulasi dalam bentuk padat. Herbisida dalam bentuk cair lebih efektif dari herbisida yang diformulasikan dalam bentuk padat karena partikel-partikel dari bahan aktif yang terkandung dalam formulasi ini lebih halus sehingga proses penyebaran dan penyerapan herbisida ke permukaan tanah dan gulma lebih baik. Faktor lainnya yang mempengaruhi keberhasilan aplikasi herbisida adalah sifat kimia dari herbisida itu sendiri, iklim, kondisi tanah.

Kelemahan dari penggunaan herbisida adalah dapat menimbulkan efek samping seperti mengakibatkan resistensi beberapa spesies gulma,

menimbulkan populasi gulma resisten yang dominan, dan residunya dapat meracuni tanaman. Keanekaragaman spesies dan kepadatan gulma telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir akibat semakin berkembangnya penggunaan herbisida yang memiliki tingkat efektivitas tinggi.

Jumlah (dosis) herbisida yang digunakan dapat dikurangi dengan

mempersempit jarak antar tanaman budidaya, karena kunci keberhasilan untuk mengurangi kepadatan gulma dan mengurangi dosis herbisida yang digunakan adalah pengaturan jarak tanaman yang dibudidayakan(Tollenar et al, 1994).


(39)

2.4.4. Aplikasi herbisida

Aplikasi herbisida dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada gulma itu sendiri yaitu fase pertumbuhan gulma. Berdasarkan faktor internalnya, waktu aplikasi herbisida yang paling tepat adalah pada saat gulma masih muda dan belum memasuki pertumbuhan generatif. Pada fase ini, penyerapan bahan aktif herbisida yang diaplikasikan dapat berlangsung lebih efektif. Faktor

eksternal adalah faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi keefektifan dan efisiensi aplikasi herbisida, misalnya curah hujan, angin, sinar matahari (cahaya), temperatur dan kelembaban udara. Curah hujan dapat

menyebabkan bahan aktif herbisida tercuci, angin yang kencang dapat menerbangkan butiran-butiran larutan herbisida dan sinar matahari yang terik dapat menyebabkan terjadinya penguapan larutan herbisida yang

diaplikasikan (Djojosumarto, 2008).

2.5 Bahan Aktif Glifosat

Nama kimia dari glifosat adalah N-(phosphonomethyl) glycine atau garam isopropylamine. Glifosat memiliki berat molekul 169.07, tidak berbau, dan berwarna putih jernih (kristal bening). Titik lebur 230 oC dengan massa jenis 0,5 g/cm3 (Landardale dan Savannah, 1998).


(40)

21

Glifosat bersifat sistemik, yaitu mengendalikan gulma dengan cara menghambat proses metabolisme protein (Sukman dan Yakup, 1991). Herbisida ini bekerja dengan cara menghambat biosintesis asam-asam

amino aromatik, seperti fenilalanin, tirosin, dan triptofan (Cremlyn, 1991). Gejala keracunan terlihat agak lambat, dimana daun akan terlihat layu menjadi coklat dan akhirnya mati. Glifosat merupan herbisida pasca tumbuh non-residual yang bersifat non-selektif ( Landardale dan Savannah, 1998).

2.6. Bahan Aktif 2,4-D (2,4dichlorophenoxy acetic acid)

2,4-D merupakan senyawa hormon tumbuhan sintetik yang bekerja seperti indol asam asetat. 2,4-D adalah salah satu herbisida yang paling banyak digunakan di seluruh dunia sebagai pengendali gulma berdaun lebar. 2,4-D bersifat selektif dan sistemik, diserap melalui daun atau akar, ditranslokasikan dan akan terakumulasi pada jaringan muda (meristem) pucuk dan akar (Djojosumarto, 2008).

Gambar 9. Struktur kimia 2,4-D (Riadi,2011) 2,4-D mengendalikan gulma dengan cara mengganggu pembelahan sel meristem secara cepat dan menghentikan perpanjangan sel. Gulma yang terkena 2,4-D akan mengalami kematian secara perlahan, karena gulma akan mengalami kehilangan kemampuan akar untuk menyerap air dan


(41)

hara, proses fotosintesis terhambat, dan tersumbatnya pembuluh floem. Gangguan tersebut akan membunuh gulma (Ashton dan Crafts, 1981).

2.7. Klorofil

Klorofil merupakan pigmen yang ditemukan di semua daun. Menurut Winarno (2004), klorofil merupakan pigmen berwarna hijau yang terdapat di dalam kloroplas bersama-sama dengan karoten dan xantofil. Menurut Harborne (1987) klorofil merupakan katalisator fotosintesis yang penting. Klorofil tersebut terdapat dalam kloroplas dalam jumlah banyak, sering terikat longgar dengan protein, tetapi mudah diekstraksi ke dalam pelarut lipid seperti aseton dan eter.

Klorofil terdiri dari molekul empat cincin pirol, satu dengan lainnya dihubungkan oleh gugus metana (-CH=). Pada inti molekul terdapat atom magnesium yang diikat oleh nitrogen dari dua cincin pirol dengan ikatan kovalen serta oleh dua buah atom nitrogen dari dua cincin pirol lain dengan ikatan koordinat kovalen (Rothemund, 1956)


(42)

23

Tswett dalam Rothemund (1956) menetapkan bahwa beberapa tumbuhan mengandung dua pigmen hijau, yaitu klorofil a sebagai blue-green chlorophyll dan klorofil bsebagai yellow-green chlorophyll. Beberapa tumbuhan lebih banyak mengandung klorofil adaripada klorofil b. Kedua klorofil tersebut menurut Harborne (1987) memiliki perbedaan yang terletak pada struktur klorofil a yang memiliki gugus metil, sedangkan klorofil b memiliki gugus aldehida yang terikat di kanan atas cincin pirol.

Gambar 11. Struktur Klorofil a dan Struktur Klorofil b (Winarno, 2004)

Faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil (Dwijoseputro,1980): a. Faktor pembawaan

Pembentukan klorofil sama halnya dengan pembentukan pigmen-pigmen lain pada hewan dan manusia yang dibawa oleh suatu gen tertentu di dalam kromosom.


(43)

b. Cahaya

Tanaman yang disimpan didalam gelap tidak akan berhasil membentuk klorofil, kecuali pada beberapa tanaman Angiospermae. Jika tanaman tidak terkena cahaya akan terdapat protoklorofil yang mirip dengan klorofil a. Reduksi protoklorofil untuk menjadi klorofil a memerlukan sinar untuk mengubah dirinya sendiri menjadi klorofil a, peristiwa ini disebut autotransformasi.

c. Oksigen

Oksigen sangat diperlukan dalam pembentukan pada masa perkecambahan.

d. Karbohidrat

Karbohidrat terutama dalam bentuk gula ternyata diperlukan dalam pembentukan klorofil dalam daun-daun yang tumbuh dalam keadaan gelap (etiolasi).

e. Nitrogen, magnesium, besi

Unsur-unsur tersebut sudah menjadi keharusan dalam pembentukan klorofil. Kekurangan akan unsur-unsur tersebut akan menyebabkan klorosis pada tumbuhan.

f. Air

Kekurangan air mengakibatkan desintegrasi klorofil. g. Suhu


(44)

25

Energi matahari diserap oleh klorofil dan digunakan untuk menguraikan molekul air, membentuk gas oksigen, dan mereduksi molekul NADP menjadi NADPH. Energi cahaya juga digunakan untuk membentuk

molekul-molekul ATP, NADP dan ATP digunakan untuk reaksi-reaksi yang menghasilkan glukosa.

Klorofil merupakan pigmen yang berwarna hijau yang terdapat pada kloroplas sel tanaman. Pigmen klorofil sangat berperan dalam proses fotosintesis dengan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia (Kusmita dan Limantara, 2009).

2.8. Bagan Warna Daun (BWD)

Bagan warna daun (BWD) pertama kali dikembangkan di Jepang, dan kemudian peneliti-peneliti dari Universitas Pertanian Zhejiang-Cina mengembangkan suatu BWD yang lebih baik dan mengkalibrasinya untuk padi indica, japonica dan hibrida. Alat ini kemudiannya menjadi model bagi BWD yang didistribusikan oleh Crop Resources and Management Network (CREMNET) - IRRI untuk tanaman padi; suatu alat yang sederhana, mudah digunakan, dan tidak mahal untuk menentukan waktu pemupukan N pada tanaman padi.

BWD terdiri dari empat warna hijau, dari hijau kekuningan (No. 2 pada kartu) sampai hijau tua (No. 5 pada kartu). BWD tak dapat menunjukkan perbedaan warna hijau daun yang terlalu kecil sebagaimana pada khlorofil meter (Gani, 2006).


(45)

Cara pengukuran

Pilih daun termuda yang telah kembang sempurna dan sehat dari suatu tanaman untuk pengukuran warna daun. Ukur warna dari tiap daun yang terpilih dengan memegang BWD dan menempatkan bagian tengah daun di atas standar warna untuk dibandingkan.

Selama pengukuran, tutupi daun yang sedang diukur dengan badan karena pembacaan warna daun dipengaruhi oleh sudut matahari dan intensitas cahaya matahari. Jangan memotong ataupun merusak daun, dan bila mungkin sebaiknya pengukuran dilakukan oleh orang yang sama pada waktu yang sama di hari-hari pengamatan. Bila warna daun nampaknya berada diantara dua standar warna, ambil rata-rata dari keduanya sebagai pembacaan warna daun. Contoh; bila warna suatu daun padi terletak antara No. 3 dan No. 4, maka bacaan warna daun adalah 3,5 (Gani, 2006).


(46)

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar Lampung Tengah dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Desember 2013 sampai dengan bulan Februari 2014.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah semprotan ( Hand pump), gelas ukur, sarung tangan, masker, kamera, polybag ukuran 15 x 30, skop, gancu, label, cangkul, mistar, kantung plastik, kertas, ember, pengaduk, timbangan, Termometer, Corong, Erlenmeyer, Kompor Listrik, Spektrofotometer. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah gulma Asystasia intrusa dengan tinggi 25 cm dan jumlah daun sebanyak 10 helai daun yang diperoleh dari perkebunan PT. Great Giant Pineapple, herbisida dengan bahan aktif 2,4-dichlorophenoxy Acetic Acid , herbisida dengan bahan aktif glifosat yang diperoleh dari toko pertanian, air, tanah perkebunan


(47)

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) perlakuan tunggal baik untuk uji kerusakan daun dan kandungan klorofil oleh herbisida dengan bahan aktif 2,4-dichlorophenoxy Acetic Acid maupun glifosat, yang di ulang sebanyak 4x sebagai kelompok.

Perlakuan yang digunakan adalah konsentrasi bahan aktif dan digunakan pada masing-masing rancangan percobaan dengan taraf konsentrasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4%. Penentuan konsentrasi herbisida dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1. Konsentrasi Herbisida

Air 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml

Glifosat 0 ml 1 ml 2ml 3 ml 4 ml

2,4-dichlorophenoxy Acetic Acid

0 ml 1 ml 2ml 3 ml 4 ml

Konsentrasi 0% 1% 2% 3% 4%

Tabel 2. Tata letak satuan percobaan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D Kelompok 4 L4U4

L1U4 L0U4 L3U4 L2U4 Kelompok 1

L4U1 L0U1 L2U1 L3U1 L1U1

Kelompok 2 L4U2

L2U2 L0U2 L3U2 L1U2

Kelompok 3 L4U3

L3U3 L0U3 L2U3 L1U3 Keterangan

L = 2,4-dichlorophenoxy Acetic Acid 0 = 0%

1 = 1% 2 = 2% 3 = 3% 4 = 4% U=Ulangan


(48)

29

Tabel 3. Tata letak satuan percobaan herbisida dengan bahan aktif Glifosat

Tabel 4. Tata letak satuan

Keterangan

3.4. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Media Tanam

Persiapan media tanam dilakukan dengan pengambilan tanah pada bagian atas (top soil) sebagai media tanam di areal PT. Great Giant Pineapple. Tanah diayak dan dimasukkan ke dalam polybag ukuran 15 x 30 sebanyak ¾ dari volume polybag. Tujuan dari pengayakan tanah yaitu untuk

mengurangi sampah seperti sisa akar gulma lain yang bercampur dengan tanah yang akan digunakan dalam penelitian.

2. Penanaman Gulma Asystasia intrusa

Gulma Asystasia intrusa diambil dari perkebunan nanas PT. Great Giant Pineapple dengan tinggi 25 cm diukur dari pangkal batang hingga ujung

Kelompok 4 B4U4

B1U4 B0U4 B3U4 B2U4 Kelompok 1

B4U1 B0U1 B2U1 B3U1 B1U1

Kelompok 2 B4U2

B2U2 B0U2 B3U2 B1U2 Kelompok 3 B4U3 B3U3 B0U3 B2U3 B1U3 Keterangan

B = Glifosat 0 = 0% 1 = 1% 2 = 2% 3 = 3% 4 = 4% U= Ulangan


(49)

batang dan jumlah daun sebanyak 10 helai. Asystasia intrusa ditanam dalam polybag ukuran 15 x 30 sebanyak tiga tanaman untuk masing-masing satuan percobaan. Gulma di biarkan tumbuh dan menyesuaikan dengan lingkungan yang baru dalam polybag hingga tumbuh normal seperti di areal perkebunan nanas PT. Graet Giant Pineapple.

3. Pemeliharaan Gulma Asystasia intrusa

Pemeliharaan gulma dilakukan dengan cara penyiraman sebanyak 2 kali yaitu pagi hari dan sore hari atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan hingga gulma tumbuh normal seperti diareal perkebunan PT. Graet Giant Pineapple selama 30 hari.

4. Pembuatan Larutan Herbisida

Pembuatan larutan herbisida dilakukan sebelum perlakuan dengan cara menambahkan bahan aktif herbisida kedalam pelarut. Pelarut yang digunakan adalah air. Penentuan konsentrasi herbisida dapat dilihat pada tabel 1.

5. Aplikasi Herbisida

Aplikasi perlakuan herbisida di lakukan 30 hari setelah tanam sebanyak satu kali untuk masing-masing satuan percobaan dengan cara


(50)

31

6. Parameter Pengamatan

Terdapat beberapa parameter yang akan diamati, antara lain : a. Kualitatif

Parameter yang akan diambil berupa pengamatan secara visual yaitu perubahan yang terjadi pada daun. Perubahan ini diamati berdasarkan timbulnya bercak karena herbisida, kelayuan pada daun dan perubahan warna daun. Perubahan warna daun menggunakan alat yang disebut Bagan Warna Daun (BWD). Pengamatan dilakukan 4 hari setelah aplikasi

herbisida. Data yang diperoleh berupa foto dari kondisi daun dari tiap satuan percobaan.

b. Kuantitatif

Parameter yang akan diambil berupa :

1. Persentase kerusakan daun pada gulma Asystasia intrusa

Persentase kerusakan gulma dilakukan di kebun percobaan PT. Great Giant Pineapple 4 hari setelah perlakuan pemberian herbisida dengan bahan aktif 2,4-D maupun herbisida dengan bahan aktif Glifosat. Persentase di lihat dari jumlah daun yang mengalami kerusakan karena herbisida per jumlah seluruh daun dalam satu tanaman Asystasia intrusa dikalikan dengan 100% (Sudarjat, 2008).

2. Pengukuran kandungan klorofil

• Pengukuran kandungan klorofil dilakukan 4 hari setelah aplikasi herbisida. Pengukuran dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan


(51)

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Pengukuran kandungan klorofil menggunakan

spektrofotometer berdasarkan Wintermans dan De Mots (Suyitno,2008). Daun yang di gunakan sebanyak 0,4 gr . Larutan klorofil diambil dengan cara daun sebanyak 0,4 gr di masukkan kedalam tabung reaksi yang berisi alkohol 50 ml dan direbus hingga mendidih dan tersisa larutan alkohol ±5 ml. Kemudian larutan dipindahkan kedalam tabung reaksi dan larutan di sentrifuge selama 30 menit. Larutan filtrat dimasukkan kedalam kuvet dan di ukur nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 645, 663, 683.

Untuk menghitung kadar klrorofil a, klorofil b, dan kadar klorofil total dapat digunakan rumus dari Wintermans dan De Mots sebagai berikut: - Klorofil a : 12,7 x D 683 – 2,69 D 645 x V/1000xW (mg/l) - Klorofil b : 12,7 x D 645 – 2,69 D 663 x V/1000xW (mg/l) - Klorofil total : 20,2 x D 645 + 8,02 D 663xV/100xW (mg/l)

(Suyitno, 2008)

3. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis ragam 5 %. Karena terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf kepercayaan 5%.


(52)

V. SIMPULAN

5.1. Simpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

1. Bahan aktif (2,4-D) dan bahan aktif (Glifosat) memberikan pengaruh terhadap kerusakan daun seperti timbulnya bercak kuning pada daun, kelayuan daun dan kerusakan klorofil yang berakibat pada kematian Asystasia intrusa

2. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, persentase kerusakan daun dan penurunan kandungan klorofil tertinggi pada konsentrasi 4%, dan di dukung dengan adanya perubahan warna daun (Menguning).

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu diadakan penelitian lanjut

mengenai pengaruh bahan aktif (2,4-D dan Glifosat) terhadap kandungan klorofil daun mulai dari timbulnya gejala keracunan herbisida hingga tanaman mati, perubahan anatomi sel daun Asystasia intrusa akibat pemberian herbisida serta waktu pengamatan yang lebih panjang sehingga dapat mengetahui pengaruh bahan aktif herbisida hingga fase kematian.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Akobundu, I. O., R. D. Sweet and W. B. Duke. 1975. A method of evaluating herbicide combinations and determining herbicide synergism. Weed Sci

Bangun dan Pane.1984. Pengendalian Gulma Pada Budidaya jagung. Pusat penelitian dan Pengembangan tanaman pangan. Bogor

Ashton, F. M. And A. S. Crafts. 1981. Mode of action of herbicide. A. Wiley-Interscience Publ., John Wiley and Sons, New York

Cremlyn, R. J. 1991. Agrochemicals :Preparation and Mode Of action. John Wiley and Sons. Chichester, UK. 258 p.

Cronguist,A.1981.An Integrated System of Classification of Flowering Plants. Columbia University Press.New York

Djojosumarto, P. 2008. Pestisida & aplikasinya. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.Gramedia. Jakarta.

Gani, Anischan. 2006. Bagan warna daun, menghemat penggunaan pupuk N. Bekerja sama dengan Puslitbangtan, BB PPSLP, BB PPTP dan IRRI.

Gupta, O.P. 1984. Scientific Management. Today and Tomorrows. Printers and

Pub. New Delhi, India. p. 102.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung: ITB.


(54)

55

Haryatun, 2008. Karakteristik Asystasia. http://biotrop.org/database.php. Diakses

pada bulan Oktober 2013.

Jatmiko, S.Y., Harsanti S., Sarwoto, dan A.N. Ardiwinata. 2002. Apakah

herbisida yang digunakan cukup aman? hlm. 337-348. Dalam J. Soejitno, I.J. Sasa, dan Hermanto (Ed.). Prosiding Seminar Nasional Membangun Sistem Produksi Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Kusmita, L dan L Limantara. 2009. Pengaruh Asam Kuat dan Asam Lemah terhadap Agregasi dan Feofitinisasi Klorofil a dan b. Indo. J. Chem., Vol 9 No. 1, hal: 70-76

Landerdale, F.T. and Savanah. 1998. Spectrum Laboratories : Chemical Fact

Sheet. Spectrum Laboratories, Inc. GA, USA. Chemical Abstract number 1071836

Mercado, B. L. 1979. Introduction to Weed Science. Southeast Asia Regional Centre for Graduate Study and Research in Agriculture. p 37-69.

Moenandir,J.1990b. Pengantar Ilmu Pengendalian Gulma. Rajawali Press.

Jakarta

Moenandir, J. 1988. Fisiologi Herbisida (Ilmu Gulma: Buku II). Rajawali Pers. Jakarta. 143 hal.

Riadi, Muh. 2011. Herbisida dan aplikasinya. Universitas hasanudin. Makasar

Rothemund, P. 1956. Hemin and Chlorophyll- The Two Most Important Pigments For Life on Earth. The Ohio Journal of Science, Vol. LVI, No. 4.

Diakses 25 maret 2014

Sjahril, R. dan Syam’un, E. 2011. Herbisida dan Aplikasinya. Makasar.

Sudarjat. 2008. Hubungan antara kepadatan populasi kutu daun persik dan tingkat kerusakan daun dengan kehilangan hasil Cabai Merah. Universitas Padjadjaran. Bandung.


(55)

Sukamto. 2007. Tanaman Multi Fungsi yang Menjadi Inang Potensial Virus Tanaman. Warta Puslitbangbun Vol.13 No.3. Bogor.

Sukman.2003. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers. Jakarta.

Sukman, Yarnelis dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers. Jakarta. 157 hal.

Sukman Y, Yakup.1991. Gulma dan Tekhnik Pengendaliannya. Jakarta: Rajawali Pers

Sutidjo, D. 1981. Dasar-dasar ilmu pengenda'lian/pemberantasan tumbuhan pengganggu. Dep. Agronomi. Faperta, IPB, Bogor. 99 hal.

Suyitno. 2008. Modul Praktikum : Klorofil/Pigmen Fotosintesis. Universitas Negeri Yogyakarta

Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo & J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan gulma di perkebunan. Gramedia, Jakarta.

Tollenaar, M., A. A. Dibo, A. Aguilera, S. F. Weise, and C. J. Swanton. 1994. Effect of crop density on weed interference in maize. Agronomy Journal. 86 (4) : 591-595

Utomo, I. H., A. P. Lontoh., S. Zaman dan D. Guntoro. 1998. Panduan Praktikum Pengendalian Gulma. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). 24 hal.

Winarno, F.G.. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wudianto.2004. Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. PT Raja Grapindo Persada, Jakarta.


(1)

31

6. Parameter Pengamatan

Terdapat beberapa parameter yang akan diamati, antara lain : a. Kualitatif

Parameter yang akan diambil berupa pengamatan secara visual yaitu perubahan yang terjadi pada daun. Perubahan ini diamati berdasarkan timbulnya bercak karena herbisida, kelayuan pada daun dan perubahan warna daun. Perubahan warna daun menggunakan alat yang disebut Bagan Warna Daun (BWD). Pengamatan dilakukan 4 hari setelah aplikasi

herbisida. Data yang diperoleh berupa foto dari kondisi daun dari tiap satuan percobaan.

b. Kuantitatif

Parameter yang akan diambil berupa :

1. Persentase kerusakan daun pada gulma Asystasia intrusa

Persentase kerusakan gulma dilakukan di kebun percobaan PT. Great Giant Pineapple 4 hari setelah perlakuan pemberian herbisida dengan bahan aktif 2,4-D maupun herbisida dengan bahan aktif Glifosat. Persentase di lihat dari jumlah daun yang mengalami kerusakan karena herbisida per jumlah seluruh daun dalam satu tanaman Asystasia intrusa dikalikan dengan 100% (Sudarjat, 2008).

2. Pengukuran kandungan klorofil

• Pengukuran kandungan klorofil dilakukan 4 hari setelah aplikasi herbisida. Pengukuran dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan


(2)

32

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Pengukuran kandungan klorofil menggunakan

spektrofotometer berdasarkan Wintermans dan De Mots (Suyitno,2008). Daun yang di gunakan sebanyak 0,4 gr . Larutan klorofil diambil dengan cara daun sebanyak 0,4 gr di masukkan kedalam tabung reaksi yang berisi alkohol 50 ml dan direbus hingga mendidih dan tersisa larutan alkohol ±5 ml. Kemudian larutan dipindahkan kedalam tabung reaksi dan larutan di sentrifuge selama 30 menit. Larutan filtrat dimasukkan kedalam kuvet dan di ukur nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 645, 663, 683.

Untuk menghitung kadar klrorofil a, klorofil b, dan kadar klorofil total dapat digunakan rumus dari Wintermans dan De Mots sebagai berikut: - Klorofil a : 12,7 x D 683 – 2,69 D 645 x V/1000xW (mg/l) - Klorofil b : 12,7 x D 645 – 2,69 D 663 x V/1000xW (mg/l) - Klorofil total : 20,2 x D 645 + 8,02 D 663xV/100xW (mg/l)

(Suyitno, 2008)

3. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis ragam 5 %. Karena terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf kepercayaan 5%.


(3)

V. SIMPULAN

5.1. Simpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

1. Bahan aktif (2,4-D) dan bahan aktif (Glifosat) memberikan pengaruh terhadap kerusakan daun seperti timbulnya bercak kuning pada daun, kelayuan daun dan kerusakan klorofil yang berakibat pada kematian Asystasia intrusa

2. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, persentase kerusakan daun dan penurunan kandungan klorofil tertinggi pada konsentrasi 4%, dan di dukung dengan adanya perubahan warna daun (Menguning).

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu diadakan penelitian lanjut

mengenai pengaruh bahan aktif (2,4-D dan Glifosat) terhadap kandungan klorofil daun mulai dari timbulnya gejala keracunan herbisida hingga tanaman mati, perubahan anatomi sel daun Asystasia intrusa akibat pemberian herbisida serta waktu pengamatan yang lebih panjang sehingga dapat mengetahui pengaruh bahan aktif herbisida hingga fase kematian.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akobundu, I. O., R. D. Sweet and W. B. Duke. 1975. A method of evaluating herbicide combinations and determining herbicide synergism. Weed Sci

Bangun dan Pane.1984. Pengendalian Gulma Pada Budidaya jagung. Pusat penelitian dan Pengembangan tanaman pangan. Bogor

Ashton, F. M. And A. S. Crafts. 1981. Mode of action of herbicide. A. Wiley-Interscience Publ., John Wiley and Sons, New York

Cremlyn, R. J. 1991. Agrochemicals :Preparation and Mode Of action. John Wiley and Sons. Chichester, UK. 258 p.

Cronguist,A.1981.An Integrated System of Classification of Flowering Plants. Columbia University Press.New York

Djojosumarto, P. 2008. Pestisida & aplikasinya. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.Gramedia. Jakarta.

Gani, Anischan. 2006. Bagan warna daun, menghemat penggunaan pupuk N. Bekerja sama dengan Puslitbangtan, BB PPSLP, BB PPTP dan IRRI.

Gupta, O.P. 1984. Scientific Management. Today and Tomorrows. Printers and Pub. New Delhi, India. p. 102.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung: ITB.


(5)

55

Haryatun, 2008. Karakteristik Asystasia. http://biotrop.org/database.php. Diakses pada bulan Oktober 2013.

Jatmiko, S.Y., Harsanti S., Sarwoto, dan A.N. Ardiwinata. 2002. Apakah

herbisida yang digunakan cukup aman? hlm. 337-348. Dalam J. Soejitno, I.J. Sasa, dan Hermanto (Ed.). Prosiding Seminar Nasional Membangun Sistem Produksi Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Kusmita, L dan L Limantara. 2009. Pengaruh Asam Kuat dan Asam Lemah terhadap Agregasi dan Feofitinisasi Klorofil a dan b. Indo. J. Chem., Vol 9 No. 1, hal: 70-76

Landerdale, F.T. and Savanah. 1998. Spectrum Laboratories : Chemical Fact Sheet. Spectrum Laboratories, Inc. GA, USA. Chemical Abstract number 1071836

Mercado, B. L. 1979. Introduction to Weed Science. Southeast Asia Regional Centre for Graduate Study and Research in Agriculture. p 37-69.

Moenandir,J.1990b. Pengantar Ilmu Pengendalian Gulma. Rajawali Press. Jakarta

Moenandir, J. 1988. Fisiologi Herbisida (Ilmu Gulma: Buku II). Rajawali Pers. Jakarta. 143 hal.

Riadi, Muh. 2011. Herbisida dan aplikasinya. Universitas hasanudin. Makasar

Rothemund, P. 1956. Hemin and Chlorophyll- The Two Most Important Pigments For Life on Earth. The Ohio Journal of Science, Vol. LVI, No. 4.

Diakses 25 maret 2014

Sjahril, R. dan Syam’un, E. 2011. Herbisida dan Aplikasinya. Makasar.

Sudarjat. 2008. Hubungan antara kepadatan populasi kutu daun persik dan tingkat kerusakan daun dengan kehilangan hasil Cabai Merah. Universitas Padjadjaran. Bandung.


(6)

56

Sukamto. 2007. Tanaman Multi Fungsi yang Menjadi Inang Potensial Virus Tanaman. Warta Puslitbangbun Vol.13 No.3. Bogor.

Sukman.2003. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers. Jakarta.

Sukman, Yarnelis dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers. Jakarta. 157 hal.

Sukman Y, Yakup.1991. Gulma dan Tekhnik Pengendaliannya. Jakarta: Rajawali Pers

Sutidjo, D. 1981. Dasar-dasar ilmu pengenda'lian/pemberantasan tumbuhan pengganggu. Dep. Agronomi. Faperta, IPB, Bogor. 99 hal.

Suyitno. 2008. Modul Praktikum : Klorofil/Pigmen Fotosintesis. Universitas Negeri Yogyakarta

Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo & J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan gulma di perkebunan. Gramedia, Jakarta.

Tollenaar, M., A. A. Dibo, A. Aguilera, S. F. Weise, and C. J. Swanton. 1994. Effect of crop density on weed interference in maize. Agronomy Journal. 86 (4) : 591-595

Utomo, I. H., A. P. Lontoh., S. Zaman dan D. Guntoro. 1998. Panduan Praktikum Pengendalian Gulma. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). 24 hal.

Winarno, F.G.. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wudianto.2004. Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. PT Raja Grapindo Persada, Jakarta.