PERBANDINGAN DAYA RACUN ISOLAT MURNI EKSTRAK METANOL DAN EKSTRAK AIR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata) TERHADAP MORTALITAS KUTU PUTIH (Pseudococcus cryptus) PADA TANAMAN SIRSAK (Annona muricata)

ABSTRAK

PERBANDINGAN DAYA RACUN ISOLAT MURNI EKSTRAK
METANOL DAN EKSTRAK AIR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata)
TERHADAP MORTALITAS KUTU PUTIH (Pseudococcus cryptus) PADA
TANAMAN SIRSAK (Annona muricata)

Oleh

Fahrul Aksah
Produksi buah sirsak di Indonesia terus mengalami penurunan. Salah satu hama
penyebabnya adalah kutu putih (P. cryptus). Penggunaan insektisida sintetik
berdampak negatif, maka dibutuhkan insektisida nabati yang berasal dari tanaman
yaitu gamal (G. maculata) yang mengandung bahan aktif senyawa flavonoid.
Penelitian dilakukan pada bulan April – Juni 2016 di Laboratorium Zoologi dan
Laboratorium Sentra Terpadu Inovasi Teknologi Universitas Lampung. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui perbandingan daya racun isolat murni ekstrak
metanol dan ekstrak air daun gamal terhadap mortalitas kutu putih. Ekstraksi
dilakukan dengan cara maserasi bertingkat. Fraksinasi, penapisan dan pemurnian
senyawa flavonoid ekstrak polar (metanol dan air) serbuk daun gamal dan uji daya
insektisidanya pada skala Laboratorium terhadap P. cryptus. Bioassay dilakukan

terhadap kutu putih pada buah sirsak yang sudah direndam dalam ekstrak polar
serbuk daun gamal selama 10 menit pada tingkatan konsentrasi 0%, 0,02%,
0,04%, 0,06% dan 0,08%, percobaan dilakukan 3 kali ulangan, dan diamati pada
12, 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan. Analisis data menggunakan probit untuk
menentukan nilai LC50, uji anara dan uji lanjut Tukey’s. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan ekstrak air daun gamal efektif terhadap
mortalitas hama kutu putih. LC50 pada 72 jam ekstrak murni metanol sebesar
0,096% dan LT50 sebesar 95,876 jam. dan LC50 Ekstrak murni air adalah 0,061%
dan LT50 sebesar 69,296 jam. Dengan demikian ekstrak murni air lebih cepat dan
lebih efektif daripada ekstrak metanol.

Kata kunci: ekstrak metanol, ekstrak air, P. cryptus, A. muricata, G. maculata

ABSTRACT

THE COMPARISON OF TOXICITY PURIFIED ISOLATE OF
METHANOL AND WATER EXTRACTS OF POWDER LEAF
GLIRICIDIA MACULATA ON MORTALITY SOURSOP MEALYBUG
PSEUDOCOCCUS CRYPTUS


By

Fahrul Aksah

Soursop production in Indonesia continues to decline from year to year. One cause is the

mealybug pest (Pseudococcus cryptus). the mealybug suck the young fruits
soursop to dry and stunted. To control the pest, using botanical insecticides more
safety than synthetic insecticides. One of the plants that can be used is Gliricidia
maculata. The leaves of G. maculata contain planty of an active compound
flavonoid. The study conducted in April – June 2016 in the Laboratory of
Zoologi and an Integrated Center For Technological Innovation Laboratory of
Lampung University. The purpose of the study to compare the toxicity of the
purified isolates of water and methanol extracts of G. maculata leaves on
mortality soursop mealybugs (P. cryptus). Extraction was done by maceration
series using various organic solvents (n-hexane, dichloromethane, methanol and
water). Fractionation and purification of flavonoids from polar extracts were done
by Chromatography Coloum. A set of laboratory expriment was conducted by
using block design. Methanol and Water extracs (ME and WE) with 5 levels
concentration i.e. 0%, 0.02%, 0.04%, 0.06% and 0.08%, and 3 replications.

ANOVA was conducted to obtain the means and standard deviations of the
exprimental study, and Tukey’s test at α = 5% was peformed in order to obtain the
different among the exprimental groups. Analisys Probit were used for compare
the efectivities the exstracts. The result indicated the was toxic to mealybug pest
(P. cryptus) with LC50 72 hours metanol extract 0,096% and LT50 metanol extract
95, 876 hours and water extract 0,061% and LT50 69,296 hours. Therefore water
extract more toxic than metanol extract.

Keywords : methanol extract, water extract, P .cryptus, A. muricata, G. maculata.

PERBANDINGAN DAYA RACUN ISOLAT MURNI EKSTRAK
METANOL DAN EKSTRAK AIR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata)
TERHADAP MORTALITAS KUTU PUTIH (Pseudococcus cryptus)
PADA TANAMAN SIRSAK (Annona muricata)

(Tesis)

Oleh

FAHRUL AKSAH


PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017

ABSTRAK

PERBANDINGAN DAYA RACUN ISOLAT MURNI EKSTRAK
METANOL DAN EKSTRAK AIR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata)
TERHADAP MORTALITAS KUTU PUTIH (Pseudococcus cryptus) PADA
TANAMAN SIRSAK (Annona muricata)

Oleh

Fahrul Aksah
Produksi buah sirsak di Indonesia terus mengalami penurunan. Salah satu hama
penyebabnya adalah kutu putih (P. cryptus). Penggunaan insektisida sintetik
berdampak negatif, maka dibutuhkan insektisida nabati yang berasal dari tanaman

yaitu gamal (G. maculata) yang mengandung bahan aktif senyawa flavonoid.
Penelitian dilakukan pada bulan April – Juni 2016 di Laboratorium Zoologi dan
Laboratorium Sentra Terpadu Inovasi Teknologi Universitas Lampung. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui perbandingan daya racun isolat murni ekstrak
metanol dan ekstrak air daun gamal terhadap mortalitas kutu putih. Ekstraksi
dilakukan dengan cara maserasi bertingkat. Fraksinasi, penapisan dan pemurnian
senyawa flavonoid ekstrak polar (metanol dan air) serbuk daun gamal dan uji daya
insektisidanya pada skala Laboratorium terhadap P. cryptus. Bioassay dilakukan
terhadap kutu putih pada buah sirsak yang sudah direndam dalam ekstrak polar
serbuk daun gamal selama 10 menit pada tingkatan konsentrasi 0%, 0,02%,
0,04%, 0,06% dan 0,08%, percobaan dilakukan 3 kali ulangan, dan diamati pada
12, 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan. Analisis data menggunakan probit untuk
menentukan nilai LC50, uji anara dan uji lanjut Tukey’s. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan ekstrak air daun gamal efektif terhadap
mortalitas hama kutu putih. LC50 pada 72 jam ekstrak murni metanol sebesar
0,096% dan LT50 sebesar 95,876 jam. dan LC50 Ekstrak murni air adalah 0,061%
dan LT50 sebesar 69,296 jam. Dengan demikian ekstrak murni air lebih cepat dan
lebih efektif daripada ekstrak metanol.

Kata kunci: ekstrak metanol, ekstrak air, P. cryptus, A. muricata, G. maculata


ABSTRACT

THE COMPARISON OF TOXICITY PURIFIED ISOLATE OF
METHANOL AND WATER EXTRACTS OF POWDER LEAF
GLIRICIDIA MACULATA ON MORTALITY SOURSOP MEALYBUG
PSEUDOCOCCUS CRYPTUS

By

Fahrul Aksah

Soursop production in Indonesia continues to decline from year to year. One cause is the

mealybug pest (Pseudococcus cryptus). the mealybug suck the young fruits
soursop to dry and stunted. To control the pest, using botanical insecticides more
safety than synthetic insecticides. One of the plants that can be used is Gliricidia
maculata. The leaves of G. maculata contain planty of an active compound
flavonoid. The study conducted in April – June 2016 in the Laboratory of
Zoologi and an Integrated Center For Technological Innovation Laboratory of

Lampung University. The purpose of the study to compare the toxicity of the
purified isolates of water and methanol extracts of G. maculata leaves on
mortality soursop mealybugs (P. cryptus). Extraction was done by maceration
series using various organic solvents (n-hexane, dichloromethane, methanol and
water). Fractionation and purification of flavonoids from polar extracts were done
by Chromatography Coloum. A set of laboratory expriment was conducted by
using block design. Methanol and Water extracs (ME and WE) with 5 levels
concentration i.e. 0%, 0.02%, 0.04%, 0.06% and 0.08%, and 3 replications.
ANOVA was conducted to obtain the means and standard deviations of the
exprimental study, and Tukey’s test at α = 5% was peformed in order to obtain the
different among the exprimental groups. Analisys Probit were used for compare
the efectivities the exstracts. The result indicated the was toxic to mealybug pest
(P. cryptus) with LC50 72 hours metanol extract 0,096% and LT50 metanol extract
95, 876 hours and water extract 0,061% and LT50 69,296 hours. Therefore water
extract more toxic than metanol extract.

Keywords : methanol extract, water extract, P .cryptus, A. muricata, G. maculata.

PERBANDINGAN DAYA RACUN ISOLAT MURNI EKSTRAK
METANOL DAN EKSTRAK AIR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata)

TERHADAP MORTALITAS KUTU PUTIH (Pseudococcus cryptus)
PADA TANAMAN SIRSAK (Annona muricata)

Oleh

FAHRUL AKSAH
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
MAGISTER SAINS
Pada
Program Pascasarjana Magister Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Pekon Purawiwitan Kecamatan Kebun
Tebu Kabupaten Lampung Barat Lampung pada tanggal
17 Oktober 1987, anak ke Enam dari delapan bersaudara,
Pasangan Bapak Hadi dan Ibu Nurjanah.
Penulis mengawali pendidikan formal di SDN 1 Pura Jaya, tamat dan berijazah
tahun 2001, setelah lulus sekolah dasar penulis langsung melanjutkan pendidikan
menengah pertama di sekolah swasta yaitu di MTs Nurul Ulum Pura Jaya tamat
pada tahun 2004, setelah lulus Tsanawiyah penulis melanjutkan pendidikan di
Madrasyah Aliyah yang satu yayasan dengan MTs dan lulus tahun 2007 dan pada
tahun yang sama penulis diterima di Institut Agama Islam Negari (IAIN) Raden
Intan Lampung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan
Biologi yang diselesaikan pada tahun 2011.

Adapun pengalaman organisasi penulis aktif di HMI Cabang Bandar Lampung
dari tahun 2008 dan sekarang aktif di Korps Alumni HMI (KAHMI) Wilayah
Lampung, adapun pengalaman kerja yaitu sebagai tenaga pendidik di SMP dan
SMA Al-Mujtama’ Karang Anyar Lampung Selatan 2011-2013 dan SMA Bina
Mulya Bandar Lampung 2013, Tenaga kontrak Dinas Pemuda Dan Olahraga
bidang kepemudaan 2015-2016 dan aktif sebagai penyelenggara pemilu 2014 dan

2017 di kabupaten Lampung Barat. Tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan
sebagai mahasiswa Magister Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Lampung Bandar Lampung.

PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, ku persembahkan karya yang sederhana
ini untuk orang yang selalu mencintai dan memberi makna dalam hidupku,
terutama bagi:
1. Ayahanda Hadi dan Ibunda Nurjanah tercinta, yang telah membesarkan ku,
membimbing serta senantiasa dalam setiap sujud dan tahajudnya, selalu
memberikan motivasi dan berdoa untuk keberhasilan ku.
2. Kelima kakakku Hernah Dewi, Sri Hartati, Asniarti, Khairil Anwar,
Mirwansyah dan kedua adikku Rasminah dan Habibullah yang selalu
mendoakan akan keberhasilanku.
3. Almamaterku

MOTTO





Artinya

“Dan bahwasanya seseorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya. Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan
(kepadanya)” QS. An-Najm 39-40

-YAKIN USAHA SAMPAI-

SANWANCANA

Alhamdulillah pujisyukur kehadirat Allah SWT atas ridho-Nya penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “Perbandingan Daya Racun Isolat Murni
Ekstrak MetanolDan Ekstrak Air Daun Gamal (Gliricidia maculata)
Terhadap Mortalitas Kutu Putih (Pseudococcus cryptus) Pada Tanaman
Sirsak (Annona muricata)”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Emantis Rossa, M. Biomed.selaku pembimbing utama dan
pembimbing akademik yang telah banyak meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, nasihat, ide, saran, dan kritik dalam penulisan
tesis ini.
2. IbuNismah Nukmal, Ph.D.selaku pembimbing pembantu yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat, ide,
saran, dan kritik dalam penulisan tesis ini.
3. Ibu Dr. Herawati Soekardi, M.S.selaku dosen penguji atas kritik dan saran
yang diberikan hingga terselesainya tesi sini.
4. IbuDra. NuningNurcahyani, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Unila atas dukungan, kritik dan saran yang telah diberikan.

5. Bapak Prof. Warsito,S.Si., D.E.A., Ph.D.selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
6. Ibu Dra. Nurul Utami, Ibu Gina Dania Pratami, M.Si. Bapak Sungadi, S.E,
Mas Supri Yanto, yang telah membantu dalam penelitian.
7. Bapak dan Ibu Dosen, Staf beserta Laboran Jurusan Biologi FMIPA Unila
atas Ilmu, dukungan dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.
8. Teristimewa kepada Bapak Hadi dan Ibu Nurjanah tercinta ataskasih
sayang, doa yang tulus, nasihat, dukungan moril dan materil untuk
kesuksesan penulis, kakakku Hernah Dewi, Sri Hartati, Asniarti, Khairil
Anwar, Mirwansyah dan adikku Rasminah dan Habibullah yang selalu
memberikan dukungan dan kasih saying kepada penulis.
9. Teman-teman Magister Biologi FMIPA Unila angkatan 2014,
RatihAndriyani, S.Pd.Si.,M.Si.GardisAndari, S.Pd.,M.Si.IkaListiana,
S.Pd.,M.Si.Firtisia, S.Pd,HestiYunilawati, S.Pd, Mahmud
Rudini,S.Pd.,M.Si, AjengPratiwi, S.Pd.,M.Si. Ana TrianaMaiyah, M.Si,
Apriliyani, Sp.,M.SiEkoNastiti, S.Pd, Indah Selfiana, S.Pd., M.Si.
danFirdaus RA, S.Si., M.Si.ataskebersamaan,
candatawadansemangatselamaini.
10. RatihAndriyani, S.Pd.Si., M.Si. Apriliyani, SP.,M.Si. Firtisia, S.Pd, dan
Hesti Yunilawati, S.Pd, atas bantuan dan kerjasama selama penelitian di
LaboratoriumZoologi FMIPA Unila.
11. Evi Nilawati, Amd. Keb yang dengan sabar memberikan semangat serta
menanti keberhasilanku dimasa mendatang.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam proses perkuliahan dari awal
hingga akhir yang tidak dapat dituliskan satu persatu.
13. Almamater tercinta Universitas Lampung.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah
diberikan.Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Aamiin
Bandar Lampung,
Penulis

Fahrul Aksah

Januari 2017

i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................
1.2. Tujuan Penelitian ...........................................................................
1.3. Manfaat Penelitian .........................................................................
1.4. Kerangka Pemikiran.......................................................................
1.5. Hipotesis ........................................................................................

1
3
4
4
5

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6
2.1.Tanaman Gamal (Gliricidia macullata)........................................
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Gamal .............................................
2.1.2. Deskripsi Tanaman Gamal ..............................................
2.1.3. Penyebaran dan Manfaat Tanaman Gamal .......................
2.1.4. Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Gamal ..................
2.1.5. Insektisida .........................................................................
2.1.6. Mekanisme Daya Racun Insektisida Masuk Kedalam
Tubuh Serangga ................................................................
2.2.Hama Kutu Putih Tanaman Sirsak(Pseudococcus cryptus)..........
2.2.1. Klasifikasi Pseudococcus cryptus...................................
2.2.2. Morfologi Pseudococcus cryptus ...................................
2.2.3. Siklus Hidup Pseudococcus cryptus ...............................
2.2.4. Kerugian yang Disebabkan Kutu Putih ..........................

6
6
6
7
8
9
11
13
13
13
14
16

III. METODE PENELITIAN................................................................... 17
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 17
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................ 17
3.2.1. Pengambilan Daun Gamal dan Serangga Uji .................. 17

ii

3.2.2. Pembuatan Serbuk Daun gamal ...................................... 18
3.2.3. Pembuatan Ekstrak .......................................................... 18
3.2.4. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Flavoniod ..................... 18
3.2.4.1. Ekstrak Metanol ................................................. 18
3.2.4.2. Ekstrak Air ......................................................... 19
3.2.5. Pengambilan Kutu Putih Sebagai Serangga Uji ................ 20
3.2.3.1 Pengambilan Putik Buah Sirsak Sebagai
Media Uji Kutu Putih .......................................... 20
3.2.3.2 Bioassay .............................................................. 20
3.3.Cara Kerja ........................................................................................ 21
3.3.1. Pembuatan serbuk daun gamal .......................................... 21
3.3.2. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid. ..... 21
3.3.2.1 Isolasi dan Pemurnian Ekstrak Metanol ................ 21
3.3.2.2 Isolasi dan Pemurnian Ekstrak Air ........................ 22
3.3.3. Bioassay Fraksi Yang Didapat........................................... 23
3.3.3.1.Bioassay Fraksi Aktif dari Ekstrak metanol dan
air Daun Gamal Terhadap Hama
Pseudococcus cryptus ............................................ 23
3.3.4. Analisis Data ...................................................................... 24
3.3.5. Diagram Alir Penelitian .................................................... 24
IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 26
4.1. Senyawa Flavonoid Ekstrak Air dan Ekstrak Metanol Daun
Gamal .......................................................................................... 26
4.1.1 Ekstraksi Ekstrak Metanol dan Ekstrak Air .................... 26
4.1.2 Pemurnian Ekstrak Kasar Metanol dan
Ekstrak Kasar Air ............................................................ 29
4.1.2.1 Pemurnian Ekstrak Kasar Metanol (Fraksinasi) .... 29
4.1.2.2 Pemurnian Ekstrak Kasar Air (Hidrolisis) ............. 30
4.2. Bioassay Ekstrak Murni .............................................................. 34
4.2.1 Tingkat Mortalitas Hama Kutu Putih yang diperlakukan
Dengan Ekstrak Metanol dan Ekstrak Air daun Gamal . 34

V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 43
5.1 Simpulan...................................................................................... 43
5.2 Saran ............................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 44
LAMPIRAN .................................................................................................. 47
Tabel 7 - 16 ........................................................................................ 48
Gambar 1 - 14.....................................................................................

iii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Nilai RF ekstrak metanol dan ekstrak air daun gamal
dengan larutan pengembang DCM : Metanol (4:1)................................. 33
2. Hasil analisis ragam perlakuan ekstrak murni metanol dan
ekstrak murni air ..................................................................................... 37
3. Rata-rata mortalitas kutu putih pada buah sirsak (ekor ± SD)
setelah diperlakukan dengan ekstrak murni air dan ekstrak murni
metanol daun gamal pada konsentrasi yang berbeda.............................. 38
4. Rata-rata mortalitas kutu putih (ekor ± SD) setelah diperlakukan
dengan ekstrak murni air dan ekstrak murni metanol daun gamal
pada waktu pengamatan yang berbeda ................................................... 39
5. Nilai LC50 hasil analisis probit ekstrak murni metanol dan
ekstrak murni air daun gamal pada 12 – 72 jam setelah perlakuan ......... 40
6. Nilai LT50 hasil analisis probit ekstrak murni metanol dan
ekstrak murni air daun gamal pada konsentrasi yang berbeda ................ 41
7. Hasil analisis probit LC50 ekstrak kasar metanol daun gamal ................. 48
8. Hasil analisis probit LC50 ekstrak kasar air daun gamal .......................... 50
9. Bagan alir pembuatan isolat murni ekstrak polar (metanol dan air)
serbuk daun gamal .................................................................................. 52
10. Persentase mortalitas hama kutu putih pada buah sirsak
dengan perlakuan ekstrak metanol daun gamal .......................................53
11. Persentase mortalitas hama kutu putih pada buah sirsak
dengan perlakuan ekstrak air daun gamal................................................54

12. Hasil analisis probit LC50 ekstrak murni metanol daun gamal
72 jam perlakuan .....................................................................................55

iv

13. Hasil analisis probit LC50 ekstrak murni air daun gamal
72 jam perlakuan .....................................................................................57
14. Hasil analisis probit LT50 ekstrak murni metanol daun gamal
masing-masing konsentrasi ....................................................................59
15. Hasil analisis probit LT50 ekstrak murni air daun gamal
masing-masing konsentrasi ....................................................................67
16. Hasil analisis uji lanjut Tukey’s rata–rata mortalitas kutu putih
pada buah sirsak (A. muricata) setelah diperlakukan dengan ekstrak
metanol dan ekstrak air dengan konsentrasi dan waktu pengamatan
yang berbeda. ......................................................................................75

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Bagian tanaman gamal ........................................................................... 7
2. Struktur senyawa flavonoid .................................................................... 9
3. Morfologi Pseudococcus cryptus............................................................ 14
4. Siklus hidup Pseudococcus cryptus ........................................................ 15
5. Serangan hama kutu putih pada buah sirsak ........................................... 16
6. Bagan alir penelitian ............................................................................... 25
7. Kromatogram hasil analisis KLT ekstrak kasar metanol (a) dan ekstrak
kasar air (b) daun gamal dengan pelarut visualisasi
CeSO4, AlCl3, NaOH, H3BO3 ................................................................. 27
8. Hasil analisis probit ekstrak kasar metanol terhadap mortalitas
hama kutu putih....................................................................................... 29
9. Hasil analisis probit ekstrak kasar air terhadap mortalitas
hama kutu putih....................................................................................... 29
10. Enam fraksi hasil penggabungan yang diperoleh dari proses
fraksinasi ekstrak kasar metanol daun gamal.......................................... 30
11. Hasil hidrolisis ekstrak kasar air ............................................................ 31
12. Kromatogram hasil analisis KLT ekstrak metanol (a) dan ekstrak
air (b) daun gamal dengan pelarut visualisasi CeSO4, AlCl3,
NaOH, H3BO3 ......................................................................................... 32
13. Persentase mortalitas hama kutu putih pada perlakuan ekstrak murni
metanol daun gamal pada konsentrasi dan waktu yang berbeda ............ 34
14. Persentase mortalitas hama kutu putih pada perlakuan ekstrak murni air
daun gamal pada konsentrasi dan waktu yang berbeda .......................... 35

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tanaman sirsak merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki
nilai ekonomi tinggi dan dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat
dan petani, baik petani skala kecil, menengah, maupun besar (Dirjen
Hortikultura, 2011). Buah sirsak merupakan tanaman yang kaya akan manfaat
yang terdiri dari 68% daging buah dan mengandung banyak nutrisi penting
seperti karbohidrat, vitamin A, B dan C, serat, air lebih kurang 82% dan gula
lebih kurang 12%. Biji, daun, akar, bahkan kulit batang dapat digunakan
untuk mengobati berbagai penyakit (Hermawan, 2013).

Produksi sirsak di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun ketahun,
pada tahun 2010 rata-rata produksi buah sirsak di Indonesia mengalami
penurunan hingga 15% dari tahun sebelumnya (Statistik Pertanian 2009).
Salah satu penyebabnya adalah serangan hama dan penyakit pada tanaman
buah sirsak sehingga kualitas dan kuantitas buah menurun. Salah satu hama
yang menyebabkan turunnya produksi sirsak adalah kutu putih
(Pseudococcus cryptus). Keberadaan kutu putih dapat menurunkan produksi
buah sirsak hingga 58% (Ivakdalam, 2010).

2

Untuk mengatasi serangan hama kutu putih pada tanaman sirsak biasanya
digunakan insektisida sintetik. Penggunaan insektisida sintetik yang tidak
tepat dan dalam waktu yang lama akan membawa dampak yang buruk,
bahkan lebih merugikan dibanding manfaat yang dihasilkannya antara lain,
dapat menyebabkan timbulnya resistensi hama, munculnya hama sekunder,
pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem lahan pertanian,
terganggunya eksistensi flora dan fauna di sekitar lahan pertanian dan
kesehatan petani pekerja, ditolaknya produk karena masalah residu yang
melebihi ambang batas toleransi (Tukimin dan Rizal, 2002).

Untuk itu dibutuhkan insektisida yang lebih aman dan ramah lingkungan,
seperti menggunakan insektisida nabati yang berasal dari tanaman (Prijono,
2005 ; Siswanto dan Karmawati, 2012). Salah satu tanaman yang dapat
digunakan sebagai insektisida nabati adalah daun gamal (Gliricidia
maculata). Daun gamal mempunyai bahan aktif kumarin yang bersifat
insektisida, rodentisida dan bakterisida (Manglayang Farm, 2006).

Penelitian pemanfaatan daun gamal sebagai insektisida telah dilakukan oleh
beberapa peneliti yang menunjukan hasil bahwa ekstrak air dan metanol daun
gamal segar dapat menyebabkan mortalitas 100% pada imago hama bisul
dadap (Quadrastichus erythrinae) setelah 72 jam perlakuan pada skala
laboratorium (Nismah dkk., 2009).

3

Ekstrak air serbuk daun gamal hasil maserasi bertingkat dengan konsentrasi
terendah 2,19% dapat mematikan 50% hama penghisap buah lada (Dasynus
piperis) setelah bioassay pada skala laboratorium (Nismah dkk., 2009 ;
Nukmal dkk. 2010). Selain itu penelitian mengenai senyawa flavonoid yang
terkandung dalam ekstrak daun gamal dapat mematikan hama kutu putih
(Nismah dkk., 2010). Ekstrak air daun gamal dapat mematikan 50% hama
kutu putih pepaya pada konsentrasi 0,75% - 1,82% setelah 48 jam perlakuan
(Pratami, 2011).

Namun bagaimana perbandingan daya racun isolat murni ekstrak metanol dan
ekstrak air daun gamal terhadap kutu putih pada tamanan sirsak belum
banyak informasi. Untuk itu, diperlukan penelitian ini untuk mengetahui
perbandingan daya racun kedua ekstrak tersebut.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan daya racun isolat
murni ekstrak metanol dan ekstrak air serbuk daun gamal (G. macullata)
terhadap mortalitas hama kutu putih (P. cryptus) pada tanaman sirsak
(A. muricata).

4

1.3. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan
informasi kepada masyarakat bahwa ekstrak metanol dan ekstrak air daun
gamal dapat digunakan sebagai insektisida nabati yang ramah lingkungan
dalam menekan populasi dan penyebaran hama kutu putih pada buah sirsak.

1.4. Kerangka Pemikiran

Penyebaran kutu putih (Paracoccus marginatus) di Indonesia diketahui sejak
tujuh tahun yang lalu pada pepaya. Akhir-akhir ini diketahui kutu putih tidak
hanya menyerang pepaya saja tetapi juga menyerang tanaman lain seperti
halnya pada tanaman sirsak yang menjadi inang spesies kutu putih
(Pseudococcus cryptus). Penyebaran kutu putih ini melalui hembusan angin,
terbawa manusia atau hewan yang menempel pada tanaman yang terserang.
Serangan kutu putih dapat menurunkan produktivitas buah sirsak dalam
waktu yang singkat. Hama yang menyerang tanaman sirsak ini adalah
serangga yang termasuk ordo Hemiptera dari famili Pseudoccocidae.

Hama kutu putih hidup secara bergerombol dan merusak tanaman dengan
cara menghisap cairan yang ada pada tanaman. Hama ini lebih banyak
menyerang buah dibandingkan daun. Daun yang terserang akan menjadi
layu, kering dan akhirnya tanaman akan mati, sedangkan pada buah yang
terserang tidak akan berkembang baik dan maksimal.

5

Pengunaan insektisida sintetik akan berdampak buruk pada lingkungan dan
manusia apabila pengunaannya tidak tepat. Selain itu juga dapat
menimbulkan resistensi terhadap kutu jika pengunaannya secara berlebihan.
Untuk itu perlu adanya solusi untuk pengendalian hama ini dengan insektisida
nabati yang aman, murah serta ramah lingkungan karena terbuat dari bahan
alami. Tanaman yang dapat menjadi insektisida nabati salah satunya adalah
daun gamal yang mengandung senyawa golongan flavonoid.

Pemurnian, KLT dan rekristalisasi ekstrak polar (metanol dan air) serbuk
daun gamal dilakukan dengan cara maserasi bertingkat serbuk daun gamal
menggunakan pelarut non polar yaitu hexana, DCM, metanol dan air.
Selanjutkan kedua ekstrak kasar diujikan terhadap hama kutu putih pada
konsentrasi 0%, 0,05%, 0,010%, 0,015% dan 0,020% dan ekstrak murni
dengan konsentrasi 0%, 0,02%, 0,04%, 0,06% dan 0,08% dan diamati
mortalitas kutu putih setelah 12, 24, 48 dan 72 jam perlakuan. LC50 dan LT50
ditentukan dengan analisis Probit minitab 16 dan SPSS 16.0. Dengan
demikian diketahuinya perbandingan daya racun antara ekstrak metanol dan
ekstrak air daun gamal terhadap kutu putih pada tanaman sirsak.

1.5. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ekstrak air daun gamal
dapat mematikan kutu putih pada buah sirsak lebih cepat dan lebih banyak
dibandingkan ekstrak metanol.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Gamal (Gliricidia maculata)
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Gamal

Menurut Elevitch and Francis (2006) tanaman gamal diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Fabales

Famili

: Fabaceae

Subfamili : Faboideae
Genus

: Gliricidia

Spesies

: Gliricidia maculata atau Gliricidia sepium

2.1.2. Deskripsi Tanaman Gamal

Gamal merupakan tanaman yang tumbuh dengan cepat di daerah tropis
(Joker, 2002). Tanaman gamal tahan terhadap paparan sinar matahari dan
dapat tumbuh pada tanah yang kering serta mampu bersaing dengan alang-

7

alang. Tanaman gamal berukuran tinggi antara 2-13 m, memiliki kulit
batang yang berwarna coklat keabu-abuan dengan alur-alur kecil pada
batang yang sudah tua ( Gambar 1 a). Sedangkan daun gamal adalah jenis
daun majemuk menyirip dengan panjang 19- 30 cm, dan jumlah helai daun
7-15 yang saling berhadapan (Gambar 1 b). Tanaman gamal berbunga
pada bulan November sampai April (Joker, 2002 ; Elevitch and Francis
2006). Bunga tanaman gamal warna putih hingga merah muda terang dan
panjang 2,5 – 15 cm (Gambar 1 c). Sedangkan buah gamal berbentuk
polong dengan panjang 10-17 cm berwarna coklat kemerahan dengan
jumlah 3 - 8 biji per polong.

a

a

b

c

d

Gambar 1.Bagian tanaman gamal : a. batang, b. daun, c. bunga, d. Buah
(Dokumen pribadi, 2015).

2.1.3. Penyebaran dan Manfaat Tanaman Gamal
Tanaman gamal berasal dari Meksiko. Habitat tanaman gamal yaitu pada
dataran yang memiliki curah hujan yang rendah. Tanaman gamal telah
diperkenalkan di Indonesia sejak Tahun 1958 (Martoatmodjo, dkk., 1973).

8

Tanaman Gamal biasanya ditanam sebagai pagar hidup, peneduh
tanaman, atau sebagai rambatan untuk vanili dan lada. Tanaman gamal
merupakan sumber kayu api yang baik, terbakar perlahan dan
menghasilkan sedikit asap. Kayu gamal memiliki nilai kalori sebesar
4.900 kkal/kg. Kayunya awet dan tahan rayap dan baik untuk membuat
perabot rumah tangga, mebel, konstruksi bangunan dan lain-lain (Joker,
2002).

Bunga-bunga gamal merupakan pakan lebah, sedangkan daun, biji, dan
kulit batang gamal mengandung zat yang bersifat racun. Zat beracun
yang dihasilkan biasanya digunakan sebagai pestisida dan rodentisida
alami. Kulit batang dan daun pada tanaman gamal juga dapat digunakan
sebagai obat tradisional untuk penyembuhan luka, bisul, memar, luka
bakar, batuk, kelemahan, demam, patah tulang, sakit kepala, gatal, biang
keringat, rematik dan tumor kulit (Orwa, et al., 2009). Daun gamal yang
sudah diekstrak dapat dijadikan sebagai bahan anti mikroba (Nazli, dkk.,
2011).

2.1.4 Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Gamal

Tanaman gamal memiliki kandungan bahan aktif kumarin. Kumarin
merupakan senyawa golongan flavonoid (Manglayang Farm, 2006; Nukmal
dkk., 2010). Menurut Tapas, et al., (2008). flavonoid merupakan metabolit
sekunder dari tanaman hijau dengan struktur polifenol. Flavonoid disintesis

9

melalui jalur polypropanoid dan membentuk komponen molekul fenilalanin.
Semua flavonoid memiliki kerangka struktural dasar C6 - C3 - C6, yang
terdiri dari dua cincin aromatik C6 ( A dan B ) dan cincin heterosiklik ( C )
yang berisi satu atom oksigen (Gambar 2).

Gambar 2. Struktur senyawa flavonoid
(Sumber: Tapas, et al., 2008).
Flavonoid pada tumbuhan umumnya sebagai glikosida yang berperan penting
dalam menentukan aktivitas kerja tumbuhan tersebut. Flavonoid termasuk
senyawa fenolik pada tumbuhan yang potensial sebagai antioksidan (Selawa,
et al., 2013).

2.1.5. Insektisida

Menurut Tarumingkeng (1992), Insektisida adalah senyawa kimia yang
digunakan untuk mengendalikan atau membunuh serangga pengganggu
tanaman. Terdapat 2 mekanisme untuk mengendalikan atau membunuh hama
yang pertama yaitu dengan cara meracuni makanannya dan yang kedua
dengan cara langsung meracuni hama tersebut. Berdasarkan mekanismenya
meracuni makanan serangga adalah sebagai berikut:

10

1. Insektisida sistemik
Insektisida sintetik adalah jenis insektisida yang penyerapannya melalui
mulut daun (stomata), meristem akar lentisel batang dan celah lain yang
terdapat pada permukaan tanaman. Insektisida akan melewati sel-sel
melalui jaringan pengangkut dan akan meninggalkan residu insektisida,
selanjutnya residu ini akan ditranslokasikan ke atas atau bawah tanaman
dan termasuk tunas yang baru tumbuh. Serangga yang memakan
tanaman ini akan mengalami mortalitas.
2. Insektisida non-sistemik
Insektisida non-sistemik adalah jenis insektisida yang tidak dapat diserap
oleh jaringan tanaman, akan tetapi hanya menempel pada permukaan
tanaman. Serangga yang memakan dipermukaan tanaman yang terpapar
insektisida ini akan mengalami keracunan dan akan mati.
3. Insektisida sistemik lokal
Insektisida sistemik lokal adalah jenis insektisida yang mampu diserap
oleh jaringan daun, akan tetapi tidak dapat ditranslokasikan ke jaringan
bagian tanaman lainnya. Insektisida yang jatuh pada permukaan atas
daun akan menembus epidermis atas kemudian masuk kedalam jaringan
parenkim pada mesofil dan akan menyebar keseluruh mesofil daun dan
mampu masuk kedalam sel lapisan epidermis daun bagian bawah.

11

2.1.6. Mekanisme Daya Racun Insektisida Masuk ke Dalam Tubuh
Serangga

Mekanisme kerja masuknya insektisida ke dalam tubuh serangga
Berdasarkan sasarannya terdapat tiga cara (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2009) yaitu:
1. Racun lambung (Racun perut)
Insektisida yang dapat membunuh serangga dengan cara masuk ke
pencernaan melalui makanan yang mereka makan. Insektisida akan
masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh usus kemudian
ditranslokasikan ke organ sasaran yang mematikan seperti pusat
syaraf, organ respirasi dan meracuni sel-sel lambung.
2. Racun kontak
Insektisida ini membunuh serangga dengan cara masuk kedalam tubuh
serangga melalui kulit, celah/lubang alami pada tubuh atau langsung
mengenai mulut serangga. Serangga akan mati apabila kontak
langsung dengan insektisida tersebut.
3. Racun pernafasan
Racun pernafasan adalah jenis insektisida yang masuk melalui trachea
serangga dalam bentuk partikel mikro yang melayang diudara berupa
gas, asap, maupun uap dari insektisida. Serangga akan mati apabila
menghirup partikel dari insektisida tersebut dalam jumlah tertentu.

Menurut Tarumingkeng (2002), insektisida terbagi atas 2 golongan ditinjau dari
aplikasi dan spesifikasi nya.

12

1. Aplikasinya dapat dilakukan dengan cara sistemik atau sistemik lokal yang
di injeksi kedalam jaringan tanaman, maka residu insektisida akan
disalurkan ke dalam jaringan tanaman. Dengan demikian hama yang
menghisap atau memakan tanaman tersebut akan keracunan dan mati.
2. Pengendalian hama yang memiliki mobilitas yang tinggi, dapat
dikendalikan dengan racun kontak atau sistemik dengan efek residu yang
cukup lama, dengan cara ini insektisida akan terpapar pada tanaman yang
disemprotkan. Apabila hama memakan tanaman tersebut akan keracunan
dan mati karena jaringan tanaman tersebut mengandung residu insektisida.

Menurut Tarumingkeng (1992), insektisida nabati adalah insektisida alternatif
yang digunakan dengan tujuan agar penggunaan insektisida sintetis tidak menjadi
ketergantungan dan berdampak pada lingkungan. Insektisida nabati adalah jenis
insektisida yang didapatkan dari tumbuhan yang dibuat secara mudah dan
sederhana, misalkan dengan rendaman, perasan atau ekstrak yang diambil dari
bagian tanaman.

Menurut Novizan (2002), insektisida nabati memiliki beberapa fungsi
diantaranya: memberikan bau yang menyengat sehingga serangga enggan hadir
atau memakan tanaman, mencegah agar serangga tidak meletakkan telur pada
tanaman, dapat menghambat reproduksi serangga betina, dan memiliki daya racun
saraf yang mengakibatkan mortalitas serangga.

13

Keunggulan lainnya yaitu : mudah terurai secara cepat, toksisitas yang rendah
terhadap manusia sehingga relatif aman bagi mamalia dan hewan ternak lainnya
dan tidak meracuni dan tidak merusak tanaman.

2.2. Hama Kutu Putih Tanaman Sirsak (Pseudococcus cryptus)
2.2.1 Klasifikasi Pseudococcus cryptus

Klasifikasi P. cryptus menurut Nasution (2012), adalah sebagai berikut:
Kerajaan

: Animalia

Philum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Hemiptera

Famili

: Pseudococcoidae

Genus

: Pseudococcus

Spesies

: Pseudococcus cryptus

2.2.2. Morfologi Pseudococcus cryptus

P. cryptus adalah kutu putih yang hidup pada tanaman inang sirsak. Kutu
putih betina berbentuk oval dan memilik panjang tubuh sekitar 2,0 - 3,15
mm dan lebar tubuh sekitar 1,4 - 1,8 mm yang berwarna kuning pucat
hingga kuning kehijauan. Warna kuning kehijauan tertutupi dengan adanya
embun madu yang dieksresikan oleh tubuh. Disepanjang sisi tubuh kutu
betina terdapat 17 pasang filamen (Gambar 3). Filamen ganda terletak pada

14

bagian anterior dan posterior. Filamen ini tidak mudah rusak dibanding
dengan filamen disepanjang tubuh lainnya (Yigit and Telli, 2013).

Gambar 3. Betina dewasa kutu putih (P. cryptus)
(Sumber : Nasution, 2012).

P. cryptus jantan hanya memiliki 10 segmen. Tubuhnya berbentuk oval
dengan panjang antara 1,0 mm dan lebar 0,3 mm. Jantan aktif terbang
disekitar tanaman mencari imago betina (Yigit and Telli, 2013).

2.2.3.

Siklus Hidup Pseudococcus cryptus

Kutu putih betina mampu bertelur 200-500 telur. Telur berbentuk oval dan
berwarna kuning pucat. Masa peletakkan telur selama 4-5 minggu, telur
berkembang dalam tubuh induknya menjadi embrio, dari 270 embrio yang
berhasil menjadi dewasa hanya 30 ekor (Yigit and Telli, 2013).

Stadium nimfa terdiri dari 4 instar yaitu pertama disebut crawler dan belum
dapat dibedakan jenis kelaminnya, instar kedua sudah bisa di bedakan antara
jantan dan betinanya, ketiga nimfa muda sangat aktif bergerak dan

15

bergerombol selama 4 minggu pertama, dan yang ke-empat nimfa dewasa
setelah 37 - 50 hari. Kutu putih betina dewasa dapat hidup hingga 7 bulan
(Rizki, 1970).

Kutu putih jantan sangat jarang dijumpai. Kutu putih jantan mengalami
metamorfosis sempurna (holometabola). Siklus hidup kutu putih jantan
lebih singkat hanya mampu hidup selama 2-4 hari. Kutu putih jantan
memiliki enam tahap pertumbuhan yaitu telur, nimfa (instar 1 dan 2),
prapupa, pupa, dan dewasa (Gambar 4). Telur kutu putih jantan akan
menetas selama 2-10 hari yang kemudian memasuki tahap nimfa yakni
instar 1 selama 7- 14 berwarna kuning (Rizki, 1970). instar 2 selama 6-16
hari. Setelah melewati tahap instar akhir kutu putih jantan memasuki tahap
prapupa selama 4 hari dan selanjutnya memasuki tahap pupa. Pada tahap
pupa individu berkembang dalam pupa lilin selama 2 hari yang pada
akhirnya memasuki masa dewasa. Kutu putih jantan memiliki sayap dan
antena dengan tubuh berwarna merah muda.

Gambar 4. Siklus hidup kutu putih P. cryptus dari telur sampai dewasa.
betina dewasa (A), telur, (B), nimfa instar I (C), nimfa instar II
(D), nimfa instar III (E),nimfa instar IV betina (F), nimfa
jantan (G), jantan dewasa (H). Sumber : (Rizki, 1970).

16

2.2.4. Kerugian Yang Disebabkan Kutu Putih

Kutu putih banyak menyebabkan kerugian, semua bagian tanaman dari
buah sampai pucuk bisa diserang. Kutu putih menghisap cairan pada buah
sirsak sebagai makanannya. Serangan lain seperti pada pucuk daun dapat
menyebabkan kerdil dan keriput seperti terbakar, kutu putih juga
menghasilkan embun madu yang kemudian ditumbuhi cendawan jelaga,
sehingga permukaan tanaman diserang akan berwarn hitam (Walker, et al.,
2008).

Serangan hama kutu putih pada tanaman sirsak mengakibatkan gagal panen
karena buah terganggu pertumbuhannya, buah menjadi rusak dan kerdil
serta lama kelamaan buah menjadi kering. Serangan yang hebat ditandai
dengan seluruh permukaan buah dipenuhi kutu putih (Gambar 5).

Gambar 5. Serangan hama kutu putih (P. cryptus) pada buah sirsak
(Sumber : Dokumen pribadi, 2015).

III.

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April - Juni 2016. Pengambilan daun gamal
(Gliricidia maculata) di Pekon Purawiwitan, Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten
Lampung Barat.Titik koordinat antara 5o 2'20"Lintang Selatan dan 104o 31'28"
Bujur Timur.Penggilingan daun gamal dilakukan di Laboratorium Hasil Pertanian
Politeknik Negeri Lampung. Pengambilan kutu putih pada sirsak (Pseudococcus
cryptus) betina dewasa di kelurahanSukarame, Kota Bandar Lampung.
Identifikasi kutu putihpada buah sirsak dilakukan di Laboratorium Zoologi
FMIPA Universitas Lampung. Pembuatan ekstrak daun gamal, danbioassay
dilakukan di Laboratorium Zoologi FMIPA dan diLaboratorium Sentra Terpadu
Inovasi Teknologi Universitas Lampung.

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Pengambilan Daun Gamal dan Serangga Uji

Alat yang digunakan untuk pengambilan daun gamal yaitu golok dan karung
untuk wadah daun gamal yang sudah diambil dari pohon. Alat yang
digunakan untuk pembuatan serbuk daun gamal yaitu mesin Disk Mill untuk

8

menghaluskan daun gamal yang sudah kering, timbangan untuk menimbang
berat daun gamal. Pengambilan serangga uji pada buah sirsak yang
dihinggapi kutu putih. Toples untuk wadah buah sirsak beserta kutu
putihnya, kain kassa untuk menutup bagian atas toples.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun tanaman gamal yang
diekstrak untuk mendapatkan isolat murni sudah dikering anginkan dan kutu
putih (P. cryptus) sebagai serangga uji pada buah sirsak.

3.2.2. Pembuatan Serbuk Daun Gamal

Daun gamal yang sudah dikering anginkan selama 10 hari selanjutnya di
giling haluskan menggunakan mesin Disk Mill dan serbuk daun gamal
disimpan dalam ruang tertutup sebelum digunakan.

3.2.3. Pembuatan Ekstrak

Serbuk daun gamal sebanyak 500 gram direndam dengan secara maserasi
bertingkat yaitu hexana,DCM, metanol dan air sebanyak 1.500 ml dan
masing-masing direndam selama 3x24 jam.

3.2.4. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid
3.2.4.1. Ekstrak Metanol

Alat yang digunakan untuk membuat ekstrak metanol daun gamal
yaitu Lampu UV digunakan pada saat melakukan uji KLT, ultra

19

sonic cleaner (BANDELIN sonorex technik) untuk
menghomogenkan campuran. Alat-alat lain yang digunakan adalah
alumunium foil, labu erlenmeyer, tabung reaksi, spatula, timbangan
analitik, oven, gelas kimia, gelas ukur, pipet, corong, kertas saring,
dan hot plate.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak metanol daun
gamal adalah serbuk daun gamal, pelarut n- heksana, diklorometana
(DCM), metanol, H2SO4, amonia, kloroform. Pereaksi Wagner,
Mayer, Dragendrof, larutan brusin, CH3COOH anhidrat, NaOH, HCl
dan KK silika dan isokratik Sephandex LH-20 untuk menghilangkan
klorofil, KK AmberliteXAD-4 untuk pemurnian filtrat. Plat KLT
alumunium Cellulosa Merck KgaA 64271 Darmstadt, Germany
untuk memantau pemurnian.

3.2.4.2.Ekstrak Air

Alat yang digunakan untuk membuat ekstrak air serbuk daun gamal
yaitu toples kaca untuk merendam serbuk daun gamal, penyaring
Bunchner untuk memisahkan endapan dan filtrat, Freezedrayer
untukmengeringkan ekstrak,KLT (Kromatografi Lapis Tipis) untuk
memurnikan filtrat.Alat-alat lain yang digunakan yaitu pemanas
listrik, pipet kapiler, kamera digital sebagai alat dokumentsi serta alat
tulis untuk menulis data yang didapat.

20

Bahan yang digunakan untuk membuat ekstrak air daun gamal
adalah serbuk daun gamal, pelarut n-heksana, diklorometan (DCM),
dan metanol dengan merk J.T Beker, akuades untuk membuat ekstrak
air serbuk daun gamal. KK AmberliteXAD-4 untuk pemurnian
filtrat, Plat KLT (Kromatografi Lapis Tipis) untuk memantau
pemurnian. KLT Pereaksi SbCl3, AlCl3, dan CeSo4. Ketiga pereaksi
ini berfungsi untuk mengidentifikasi adanya kandungan flavonoid
yang terdapat pada sampel.

3.2.5. Pengambilan Kutu Putih Sebagai Serangga Uji

Kutu putihdiambilpada buah sirsak yang banyak ditempeli kutu putih
dengan cara memetik buahnya.

3.2.5.1.PengambilanPutik Buah Sirsak Sebagai Media Uji Kutu Putih

Bahan yang digunakan untuk bioassay yaitu putik buah sirsak
sebanyak 30 buah untuk 1x bioassay yang berukuran 2 – 3 cm
danbebas hama.

3.2.5.2. Bioassay

Kutu putih diambil betina stadium dewasa dan diaklimatisasi
sebelum diujikan. Untuk melakukan pengujian yang diperlukan
yaitu gelas plastik untuk merendam dan wadah media uji. Kain kasa

21

untuk penutup gelas plastik. Kuas dan jarum pentul untuk
memindahkan dan meletakkan serangga uji pada media uji.

3.3. Cara Kerja
3.3.1. Pembuatan Serbuk Daun Gamal

Daun gamal yang digunakan sebagai bahan adalah daun mulai dari tangkai
daun kelima dari pucuk. Diseleksi yang masih segar.Selanjutnya dikering
anginkan selama 7-10 hari sampai benar-benar kering. Daun gamal yang
sudah kering dibawa ke laboratorium untuk digiling menggunakan mesin
Disk Mill sampai menjadi serbuk dan dibungkus plastik, lalu disimpan dalam
ruang tertutup agar tidak terjadi kontaminan sampai saatnya digunakan.

3.3.2. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid

Daun gamal dimaserasi secara bertingkat menggunakan pelarut Hexana,
DCM, Metanol dan air untuk memisahkan senyawa-senyawa polar dan non
polar yang terkandung didalamnya.

3.3.2.1 . Isolasi dan Pemurnian Ekstrak Metanol

Ekstrak metanol daun gamal kering banyak mengandung klorofil,
untuk itu dipisahkan klorofilnya dengan cara kromatografi kolom
(KK) menggunakan silika dan isokratik. Filtrat metanol yang sudah
bersih dari klorofil (FM) direfraksikan dengan menggunakan metoda

22

KK menggunakan kolom AmberliteXAD-4. Fraksi- fraksi
dikumpulkan berdasarkan volume dan setiap fraksi dianalisis
kandungan flavonoidnya menggunakan metoda kromatografi lapis
tipis (KLT). Fraksi hasil isolasi yang kaya flavonoid diujikan
keserangga uji hama kutu putih (P. cryptus) yang ada pada tanaman
sirsak. Fraksi aktif yang dipilih adalah fraksi kaya flavonoid dengan
jumlah matrik yang rendah dan memberikan aktivitas yang tinggi
terhadap serangga uji.

3.3.2.2. Isolasi dan Pemurnian Ekstrak Air
Ekstrak air serbuk daun gamal hasil maserasi yang menunjukkan
adanya endapan berbentuk amorf disaring dengan penyaring
Buncher,guna memisahkan endapan (EA) dan filtrat (FA) nya.
Selanjutnya EA dikeringkan dengan freeze drayer. Pasta yang
didapat dilakukan bioassay terhadap hama kutu putih.

Filtrat (FA) dimurnikan dengan cara fraksinasi dengan metoda
kromatografi kolom menggunakan KK-AmberliteXAD-4 dan
diisolasi secara landaian (gradient elution). Fraksi-fraksi
dikumpulkan berdasarkan volume. Setiap fraksi diuji kandungan
flavonoidnya dengan metoda KLT dan fraksi yang positif
mengandung flavonoid akan dilakukan bioassay terhadap hama kutu
putih.

23

Fraksi aktif yang dipilih adalah fraksi yang mengandung flavonoid
dengan matrik yang rendah dan memberikan aktivitas yang tertinggi
terhadap serangga uji. Jenis flavonoid yang terdapat dalam fraksi
aktif diketahui dengan menganalisis fraksi aktif menggunakan
metoda spektroskopis UVmenggunakan beberapa pereaksi geser.

3.3.3. Bioassay Fraksi yang Didapat
3.3.3.1. Bioassay Fraksi Aktif dari Ekstrak Metanol dan Air
Daun Gamal Terhadap Hama Pseudococcus cryptus

Bioassay yang dilakukan adalah uji mortalitas terhadap hama
kutu putih dengan pengaruh residu (residual effect).Setiap
senyawa yang ditemukan pada tahapan fraksinasi dilakukan
bioassay terhadap hama kutu putih betina stadium dewasa
dengan media uji yang digunakan adalah putik buah sirsak. Hal
ini dilakukan untuk menapis senyawa aktif insektisida.

Uji residu dilakukan dengan merendam buah sirsak dengan 5
taraf konsentrasi ekstrak kasar dengan konsentrasi (0%, 0,05%,
0,010%, 0,015% dan 0,020%) dan ekstrak murni dengan
konsentrasiyaitu (0%, 0,02%, 0,04%, 0,0,06% dan 0,08%)
selama 10 menit, 10 ekor kutu putih(P. cryptus) betina dewasa
yang sudah diaklimatisasi selama 1 hari sebelum perlakuan
diletakkan pada putikbuah sirsak yang sudah direndam dengan
ekstrak daun gamal dan dipelihara pada wadah uji. Pengamatan

24

mortalitas serangga uji dilakukan pada 12, 24, 48 dan 72 jam
setelah perlakuan.

Percobaan ini dilakukan masing-masing 3 kali ulangan.
Larutan uji dikatakan efektif bila larutan tersebut memberikan
nilai LC50≤ 5% (Prijono, 2005).
Untuk lebih jelasnya pembuatan ekstrak dan bioassay dapat
dilihat pada bagan alir penelitian (Gambar 6).

3.3.4. Analisis Data

Untuk menentukan daya racun isolat murni antara ekstrak metanol dan
ekstrak air daun gamal ditentukan dengan nilai LC50dan LT50dianalisis
dengan probit Minitab 16. Untukmenentukan larutan yang efektif sebagai
insektisida nabatidilakukan uji Anara dengan SPSS 16.0 dan bila ada
perbedaan yang signifikan dilakukan uji lanjut Tukey’s dengan SPSS 16.0.

3.3.5. Diagram Alir Penelitian

Pelaksa

Dokumen yang terkait

Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Metanol Dan Fraksi Kloroform Daun Sirsak (Annona muricata L.)

7 59 72

Pemanfaatan Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona reticulata L.) Menggunakan Matriks Nata De Coco Dan Gel Dalam Penyembuhan Luka Sayat

2 44 98

Pengaruh Ekstrak-Metanol Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) Terhadap Daya Tetas Telus, Mortalitas Dan Perkembangan Larva Aedes Aegypti Linn

3 104 47

Pengaruh konsentrasi pelarut terhadap aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata Linn) dengan metode peredaman radikal bebas DPPH

5 30 63

KARAKTERISASI SENYAWA FLAVONOID HASIL ISOLASI EKSTRAK METANOL DAUN GAMAL (Gliricidia maculata) (THE CHARACTERIZATION OF FLAVONOID COMPOUND ISOLATED FROM METHANOL EXTRACT OF Gliricidia maculata LEAVES)

20 106 32

UJI TOKSISITAS EKSTRAK AIR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata Hbr.) TERHADAP HAMA KUTU PUTIH (Paracoccus marginatus)

2 18 11

DAYA INSEKTISIDA, JENIS, DAN STRUKTUR ISOLAT MURNI EKSTRAK POLAR SERBUK DAUN GAMAL (Gliricidia maculata Hbr.) TERHADAP KUTU PUTIH (Planococcus minor Maskell ) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

4 48 60

EFEKTIFITAS DAYA BUNUH SERBUK BIJI DAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata) TERHADAP LARVA NYAMUK Efektivitas Daya Bunuh serbuk Biji dan Ekstrak Daun sirsak (Annona muricata) Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti.

0 2 14

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L) TERHADAP MORTALITAS Crocidolomia binotalis Zeller (LEPIDOPTERA PYRALIDAE).

0 0 1

PENGARUH EKSTRAK METANOL DAUN SIRSAK (Annona

1 8 11