Virus
29
c. Perkembangbiakan atau Replikasi Virus
Perkembangbiakan atau replikasi virus hanya dapat terjadi dalam sel
inang yang hidup. Hal ini berarti bahwa virus harus mampu menem-
bus sel inang dan memasukkan materi genetiknya. Selanjutnya, virus
memerintah sel inang untuk mem- bentuk komponen virus baru. Untuk
menjelaskan reproduksi virus, biasanya digunakan contoh virus
yang menyerang bakteri atau bakteriofage yang strukturnya dapat
kamu lihat pada Gambar 2.5.
Fase-fase yang terjadi selama proses reproduksi atau perbanyakan bakteriofage dapat dibagi menjadi 7 tahapan seperti tertera pada Gambar
2.6, berikut ini.
DNA Sarung ekor
Serabut ekor Kepala
Gambar 2.5 Struktur bakteriofage: Terdiri dari kepala yang di dalamnya
terdapat DNA dilindungi kapsid, ekor, dan serabut ekor
penetrasi
replikasi dan perakitan
lisis adsorpsi
Fase-fase yang terjadi: 1. Penempelan adsorpsi virus pada sel
inang yang cocok. 2. Penetrasi injeks DNA virus ke dalam
sel inang. 3. Awal pembentukan DNA virus dalam
sel inang dan DNA sel inang yang dihancurkan. Selanjutnya. dibentuk
DNA virus. 4. Replikasi atau perbanyakan DNA
virus. 5. Sintesis atau pembuatan protein
pelindung virus. 6. Perakitan partikel virus baru.
7. Pembebasan partikel virus yang telah masak dari sel inang dengan
memecah lisis sel inang. Virus-virus baru yang dikeluarkan, kemudian
dapat menginfeksi sel-sel lain dan tahapan di atas dapat terulang
kembali.
selubung protein asam nukleat virus
kromosom bakteri serabut ekor
ekor Gambar 2.6 Fase-fase reproduksi virus bakteri bakteriofage:
Reproduksi diawali dengan fase adsorpsi, kemudian penetrasi DNA, replikasi, sintesis, perakitan sampai pembebasan virus baru
Sumber: Biologi jilid 1, Campbell
Sumber: Biology, Barrett
30
Biologi Kelas X SMA dan MA
Sebagian besar bakteriofage bersifat virulen, yaitu dapat menyebabkan lisis atau pecahnya sel inang. Beberapa bakteriofage bersifat nonvirulen,
masuknya DNA virus tidak diikuti dengan pembentukan virus-virus baru. DNA virus tidak menyebabkan sel inang pecah, tetapi hanya menempel pada
DNA bakteri dan menjadi bagian dari DNA bakteri. DNA virus yang menempel pada DNA bakteri disebut profage. Pada saat bakteri membelah,
profage ikut membelah sehingga bakteri hasil pembelahan mengandung profage. Virus yang mengalami proses semacam ini disebut mengalami fase
lisogenik.
Fase lisogenik dapat terjadi karena sel bakteri mempunyai daya tahan atau semacam daya imun yang menyebabkan virus tidak dapat bersifat
virulen. Akan tetapi, jika keadaan lingkungan berubah dan daya tahan bakteri berkurang, keadaan lisogenik ini dapat berubah menjadi litik atau lisis. Dalam
keadaan ini, profage akan berubah menjadi virulen dan bakteri akan hancur lisis karena terbentuknya virus-virus baru. Hubungan antara fase litik dan
fase lisogenik dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Hubungan fase litik dan fase lisogenik pada virus: Dalam keadaan lingkungan tertentu, virus yang berada pada fase lisogenik
dapat beralih ke fase litik virus
DNA bakteri
fase lisogenik
sel bakteri DNA virus
fase litik
Sumber: Biology, Barrett
Virus
31 Untuk meningkatkan wawasanmu tentang struktur dan perkembangbiakan
virus. Buatlah kelompok-kelompok kecil dalam kelas. Dua di antara kelompok-kelompok yang terbentuk bertugas mencari berbagai informasi
tentang struktur dan perkembangbiakan virus dari majalah, koran atau internet; informasi yang telah diperoleh dipresentasikan di depan kelas dan
diskkusikan dengan kelompok lain yang mempunyai tugas berbeda.
2. Virus dan Penyakit
Penyakit influenza, cacar, herpes, demam berdarah, hepatitis, AIDS, dan flu burung merupakan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus.
Beberapa contoh penyakit dan virus penyebabnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel Beberapa Penyakit Manusia karena Virus
Nama Penyakit Virus Penyebab
Campak Paramyxovirus
Campak Jerman Rubella Virus Rubella
Pneumonia Atypical Paramyxovirus 1-3; Orthomyxovirus
tipe A, B, dan C Pilek
Virus Coryza; Rhinovirus Influenza
Orthomyxovirus tipe A, B, dan C Hepatitis
Virus Hepatitis Herpes
Herpes simplex tipe 1 dan 2 Poliomelitis
Virus Polio Encephalis
Virus Semliki Forest Penyakit Gondong
Paramyxovirus Smallpox
Virus Smallpox Rabies
Rhabdovirus Demam berdarah
Tagovirus Flavivirus Demam kuning
Tagovirus Flavivirus Acquired Imunodeficiency
HTLV III LAV Syndrome AIDS
Flu Burung Orthomyxovirus tipe A subtype H5N1
SARS Corona Paramyxovirus
Demam berdarah ebola Ebola Haemorragic Virus
T u g a s 2.1