Penerapan Metode Swface Related Multiple Elimination (SRME) untuk Mereduksi Pantulan Multipel pada Data Seismik Laut

PENERAPAN METODE SURFACE RELATED MULTIPLE
ELIMINATION (SRME) UNTUK MEREDUKSI PANTULAN
MULTIPEL PADA DATA SEISMIK LAUT

LIA BADRIYAH

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul “Penerapan Metode Surface
Related Multiple Elimination (SRME) untuk Mereduksi Pantulan Multipel pada Data
Seismik Laut” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar

Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013

Lia Badriyah
NIM.C54090008

ii

ABSTRAK
LIA BADRIYAH. Penerapan Metode Surface Reated Multiple Elimination (SRME)
untuk Mereduksi Pantulan Multipel pada Data Seismik Laut. Dibimbing oleh HENRY
M. MANIK
Teknologi seismik merupakan suatu metode perolehan data mengenai struktur
bawah permukaan bumi dengan menggunakan prinsip akustik. Hasil perekamannya
tidak hanya berupa sinyal primer, tetapi juga terdapat gangguan yang nantinya akan
berpengaruh pada interpretasi hasil. Refleksi (pantulan) multipel merupakan salah satu
dari gangguan yang ada pada data seismik. Dalam penelitian ini menggunakan data
yang diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL)

Bandung. Metode yang digunakan dengan Surface Related Multiple Elimination
(SRME) yang berasumsi bahwa data yang mengandung multipel permukaan akan
dibuatkan suatu prediksi multipel kemudian dieliminasi multipel dari data input. Hasil
penelitian dengan SRME menunjukan adanya perbedaan dengan tidak menggunakan
SRME pada tampilan penampang seismik. Pada data sebelum di SRME secara kasat
mata terlihat bahwa data masih memiliki multipel. Pada data setelah di SRME multipel
berhasil direduksi. Multipel yang ada pada data termasuk multipel lintasan panjang.
Berdasarkan hasil tersebut menyatakan bahwa SRME merupakan metode yang efektif
dalam menekan keberadaan multipel.
Kata Kunci: Multipel, Seismik, SRME, Refleksi

ABSTRACT
LIA BADRIYAH. Application of Surface Related Multiple Elimination (SRME)
Method to reduce multiple reflection in Marine Seismic Data. Supervised by HENRY
M. MANIK.
Seismic technology is a method of acquiring data on the structure of the earth's
subsurface using acoustic principles. Results of the recording not only of primary signal,
but also a noise that will affect the interpretation. Multiple reflection is one of the
existing noise in the seismic data. In this study using data obtained from the Center for
Research and Development of Marine Geology (PPPGL) Bandung. The method used by

a Surface Related Multiple Elimination (SRME) have assumes that the data contains
multiple related to surface than made a file multiple prediction and then subtraction the
multiple. Results with and without SRME processing shows the differences in seismic
display. Data before SRME seen that the data still has multiple. After using SRME the
multiple was reduced. Multiple still exist in the data path including multiple long path
multiple. Based on these results that the SRME is an effective method to reduce the
presence of multiple.
Keywords: Multiple, Seismic, SRME, Reflection

PENERAPAN METODE SURFACE RELATED MULTIPLE
ELIMINATION (SRME) UNTUK MEREDUKSI PANTULAN
MULTIPEL PADA DATA SEISMIK LAUT

LIA BADRIYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan


DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iv

Judul Skripsi
Nama
NIM
Program Studi

: Penerapan Metode Swface Related Multiple Elimination (SRME)
untuk Mereduksi Pantulan Multipel pada Data Seismik Laut
Lia Badriyah
C54090008
llmu dan Teknologi Kelautan


Disetujui oleh

Dr Henry M Manik SPi MT
Dosen Pembimbing

Tanggal Lulus: (9 Oktober 2013)

Judul Skripsi
Nama
NIM
Program Studi

: Penerapan Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME)
untuk Mereduksi Pantulan Multipel pada Data Seismik Laut
: Lia Badriyah
: C54090008
: Ilmu dan Teknologi Kelautan

Disetujui oleh


Dr Henry M Manik SPi MT
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir I Wayan Nurjaya MSc.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (9 Oktober 2013)

vi

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul
“Penerapan Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) untuk Mereduksi
Pantulan Multipel pada Data Seismik Laut” ini dapat diselesaikan. Skripsi disusun
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen
Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.

Penelitian ini tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr Henry M. Manik, SPi MT selaku pembimbing skripsi.
2. Bapak Adriyan Willyan Djaja selaku pembimbing lapang dan seluruh staf Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung yang telah
membantu penulis selama pengolahan data.
3. Bapak Ir. Lili Sarmili dan Tim Cekungan Bone atas data penelitian Teluk Bone
lintasan 7-1 yang digunakan dalam penelitian ini.
4. Kedua orang tua penulis Muhammad Bawing dan Icah Aisyah atas do’a restu
dan dukungannya selalu sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
5. Saudara penulis Lisa Latifah, Aldiansyah, dan Ahmad Baidowi.
6. Teman-teman Kosan Wisma QQ.
7. Teman-teman seperjuangan ITK 46 yang selalu memberikan semangat.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
perlulah kiranya saran dan kritik yang membangun demi perbaikan pada masa
mendatang. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013


Lia Badriyah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan dan Alat
Prosedur Pengolahan Data
Input data
Geometri
Dekonvolusi
Filter
Analisis kecepatan
Penerapan SRME
Stacking

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis kecepatan
Surface Related Multiple Elimination (SRME)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
viii
viii
1
1
3
3
3
4
4

5
5
5
5
5
6
7
7
7
8
14
14
14
14
16
24

viii

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6

Parameter Pengambilan Data Lapangan Bone Lintasan 7-1
5
Pengolahan SRME di ProMAX
18
Parameter modul SRME Regularization pada data Bone Lintasan 7-1
18
Parameter modul SRME Macro pada data Bone Lintasan 7-1
19
Parameter modul SRME Match filter pada data Bone Lintasan 7-1
20
Parameter modul SRME Adaptive subtraction pada data Bone Lintasan 7-1 20

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Jenis Multipel Berdasarkan Klasifikasinya
Peta Akuisisi data Perairan Teluk Bone
Diagram alir pemprosesan data
Pemilihan analisis kecepatan pada salah satu CDP Gather
Picking Velocity Terhadap Semblance
Penampang Seismik berupa Prediksi Multipel data Bone Lintasan 7-1
Penampang seismik dengan pembagian sedimen berdasarkan lapisan
Penampang Input Data Bone Lintasan 7-1
Penampang Output Data Bone Lintasan 7-1
Agoritma Metode SRME
Model Refleksi Seismik pada Permukaan

2
3
4
6
8
9
11
13
13
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Lampiran 1
2 Lampiran 2
3 Lampiran 3

18
21
23

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya alam khususnya minyak bumi (hidrokarbon) adalah
sumber daya energi yang paling dicari dan dibutuhkan oleh umat manusia
untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu
dibutuhkan metode yang tepat guna untuk meningkatkan akurasi dari hasil
eksplorasi tersebut (Verschuur 2006). Metode seismik adalah metode yang
paling populer dalam eksplorasi minyak bumi. Kecanggihan teknologinya
dalam bidang akuisisi data, pengolahan data maupun penunjang interpretasi
akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu eksplorasi.
Teknologi seismik adalah suatu metode untuk memperoleh data
mengenai struktur bawah permukaan dengan menggunakan prinsip akustik.
Metode perekaman seismik ada dua, yaitu seismik refleksi (pantul) dan
seismik refraksi (bias) . Secara umum yang biasa digunakan dalam
eksplorasi minyak dan gas, lebih menggunakan metode seismik refleksi
karena informasi rekaman yang diberikan lebih lengkap dan lebih baik
(Oktavinta 2008). Namun dalam kenyataannya data seismik yang terekam
tidak hanya mengenai sub-dasar perairan, tetapi juga terdapat derau. Salah
satu derau yang sering terekam pada data seismik adalah derau multipel.
Keberadaan multipel sampai saat ini masih menjadi masalah utama dalam
pengolahan data seismik laut, karena energi multipel menyebabkan energi
gelombang primer menjadi tidak fokus, sehingga akan sulit membedakan
antara gelombang primer dengan multipel. Padahal model dasar dalam
pengolahan data seismik semestinya hanya berupa sinyal primer (Hill et al.
1999).
Selain itu salah satu pekerjaan penting dalam eksplorasi hidrokarbon
adalah mengidentifikasi dan menekan keberadaan multipel. Oleh karena itu
perlu dilakukannya studi untuk menerapkan teknik atau metode yang secara
efektif dapat mereduksi multipel. Banyak metode yang sudah dikembangkan
dalam menekan keberadaan multipel. Pada umumnya, metode eliminasi
multipel diklasifikasikan dalam dua kategori (Wiggins, 1988) : (1) metode
berdasarkan perbedaan antara refleksi primer dan multipel, dan (2) metode
yang memprediksi dan mengurangkan energi multipel dari input data
seismik.
Metode pada kategori pertama menyatakan pengurangan multipel
berdasarkan keberkalaan seperti Dekonvolusi (Besta 2012) dan pembedaan
moveout seperti Metode Tau-P (Abdullah 2001) Stacking, F-K filter, dan
filter Radon (Brisbane 2001), sedangkan pengurangan multipel pada
kategori kedua berdasarkan pada hubungan yang tidak bisa dipisahkan
antara refleksi primer dengan refleksi multipel. Sederhananya, multipel
didefinisikan sebagai kejadian yang nampak seperti refleksi primer dengan
kedalaman dua kali dari refleksi primer dalam TWT (lampiran 3).
Metode untuk mengurangi multipel salah satunya dengan Surface
Related Multiple Elimination (SRME). SRME merupakan metode untuk
mengurangi multipel yang berhubungan dengan permukaan laut (Verschuur

2

dan Berkhout 1997), dengan memanfaatkan refleksi (Rahadian 2011) dan
dengan secara efektif melakukan penekanan dengan membuat model
multipel dari data seismik (Verschuur et al. 1992). Multipel memiliki
beberapa jenis berdasarkan klasifikasinya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Jenis Multipel yang merupakan klasifikasi dari multipel
permukaan (a) Water Bottom Multiple (b) Peg-Leg Multiple (c)
Second – Order Multiple (d) Refracted Multiple (e) Diffracted
Multiple (f) Hybrid Multiple (Dragoset et al. 2010)
Prosedur SRME yang diterapkan berdasarkan konsep bahwa seluruh
kejadian refleksi multipel adalah disusun oleh konvolusi dari refleksi primer
(Wiggins 1988). Hal ini diimplementasikan ke dalam dua langkah : pertama
adalah melakukan prediksi dari multipel melalui auto-konvolusi trace
(lampiran 3); dan yang kedua melakukan pengurangan multipel hasil
prediksi dengan data input (Verschuur et al. 1992), karena metode SRME
ini tidak bergantung pada perbedaan jarak antara sumber dan penerima,
maka atenuasi multipel permukaan akan dapat menghilangkan refleksi
multipel secara efektif tanpa mempengaruhi refleksi primer, bahkan jika
pola antara keduanya mirip.
Penelitian dilaksanakan untuk menerapkan metode SRME yang terdiri
dari lima modul, yakni : SRME Regularization, SRME Macro, SRME Unregularization, SRME Match filter dan SRME Adaptive subtraction. Modul
tersebut memiliki fungsinya masing-masing dalam proses menekan
keberadaan multipel. Data input yang digunakan dalam SRME harus
menggunakan data Pre-Stack (Verschuur 1992). Menurut penelitian yang
sudah ada, SRME ini terbukti menjadi alternatif dalam menghapus multipel
yang kompleks dari data (PGS 2008).

3

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan metode SRME untuk
mereduksi multipel pada data seismik laut.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan akuisisi data dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi kelautan (PPPGL) Bandung dengan kapal
Geomarin III pada November 2011. Lokasi survei terletak di perairan Bone
Propinsi Sulawesi Selatan dengan koordinat 120° 30’ BT - 120° 30’ BT dan
04° 00’ LS - 06° 00’ LS. Teluk Bone memiliki potensi hidrokarbon,
sehingga perlu kajian seismik untuk mengetahui potensinya. Selama survei,
terdapat 17 lintasan seismik dengan panjang 967.100 Km. Namun hanya
lintasan 7-1 yang digunakan dalam penelitian ini (Gambar 2). Lintasan 7-1
memiliki panjang 63.850 m. Pengolahan data dilakukan selama ± 3 bulan
yakni April – Juni 2013. Lokasi pengolahan data di laboratorium Promax,
PPPGL, Bandung.

Gambar 2. Peta Akuisisi data Perairan Teluk Bone, Sulawesi Indonesia

4

Bahan dan Alat
Penelitian menggunakan bahan berupa data seismik yang berekstensi
SEG - D. Peralatan yang digunakan terdiri dari perangkat keras yang
meliputi satu PC dengan sistem operasi LINUX. Sedangkan perangkat lunak
yang digunakan yaitu ProMAX 2D Versi R5000.0.2.9 (software
dikembangkan oleh Bryan Research and Enginering yang merupakan
produk dari ©Landmark Graphics Corporation) dan ArcGIS 10.

Prosedur Pengolahan Data
Tahap penelitian yang dilakukan antara lain tahap sebelum
pemprosesan (Input data, Geometri, Dekonvolusi, Filter, Muting); dan tahap
pemprosesan dengan menggunakan metode SRME. Pada penelitian ini lebih
ditekankan pada Metode SRME yang diharapkan dapat mereduksi multipel
yang berkaitan dengan lapisan permukaan laut. Gambar 3 merupakan
diagram alir pemprosesan data seismik laut 2D pada software ProMAX.
Alur Pemprosesan mengacu pada Nimamulla (2010), Rahadian (2011),
Santoso (2007), dan Verschuur et al. (1992).
Input Data

Geometri

Deconvolusi

Filter
Top Muting
Analisa Kecepatan

SRME

Stacking

1. SRME Regularization
2. SRME Macro
3. SRME Un-Regularization
4. SRME Match Filter
5. SRME AdaptiveSubtraction

Profil Penampang Seismik
Gambar 3. Diagram alir pemprosesan data seismik menggunakan ProMAX

5

Input Data
Input data merupakan proses pemasukkan data kedalam software.
Data yang digunakan berekstensi SEG-D. Format perekaman data
Demultiplexed yang berarti penyusunan dan penggabungan data diatur
kembali berdasarkan saluran. Tipe sercel yang digunakaan 408 XL.
Geometri
Proses geometri merupakan proses penyesuaikan data input dengan
informasi data di lapangan ketika akuisisi berlangsung. Geometri perlu
dilakukan agar data rekaman sesuai dengan keadaan di lapangan (Victor
2010). Koreksi dilakukan dengan memberi alamat pada setiap titik tembak
agar kedudukan atau posisinya tepat, atau dapat terdefinisi sesuai dengan
informasi data di lapangan. Informasi geometri data yang dipakai di dalam
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter Pengambilan Data Lapangan Bone Lintasan 7-1
Parameter
Shot Interval
Group Interval
Near Channel
Far Channel
Interval Channel
Near/Minimum Offset
Nominal Source Depth
Nominal Receiver Depth
Number of Shots
Sumber : PPPGL Bandung

Nilai
25 m
12.5 m
13 m
48 m
12.5 m
100 m
4m
8m
2545

Dekonvolusi
Proses Dekonvolusi adalah suatu proses untuk kompensasi efek filter
bumi agar kembali seperti data yang sebenarnya dengan amplitudo yang
tinggi dan tajam. Selain itu Dekonvolusi merupakan tahapan untuk
meningkatkan resolusi temporal dari data seismik.
Filter
Pada proses filter, masukan berupa data Pre-Stack yang kemudian di
Top muting. Proses Top muting dilakukan untuk memotong sinyal yang
berada di kolom perairan yang berfungsi untuk memotong ganguan yang
bercampur dengan data ataupun membuang data yang rusak.
Analisis Kecepatan
Analisis kecepatan merupakan proses pemilihan (picking) pada data
CDP (lampiran 3) di interval batas lapisan yang diketahui dari perbedaan
kecepatan.

6

Gambar 4 menunjukan proses pemilihan analisis kecepatan CDP 123
dengan gerbang waktu dari ± 1.000 ms sampai ± 7.500 ms. Titik-titik
berwarna merah merupakan titik pilih, daerah yang di-pick merupakan
daerah dengan respon amplitudo terkuat yang menunjukkan kesamaan, yaitu
ditandai dengan warna merah pada semblance panel (panel kemiripan).
Garis merah menggambarkan hiperbolik dari kecepatan seismik, semakin
mendekati inti bumi maka nilai kecepatan semakin bertambah. Kesulitan
dalam tahap ini terkadang sulit untuk membedakan antara reflektor yang
sebenarnya dengan multipel. Multipel juga memiliki gambaran refleksi yang
sama kuat dengan reflektor sinyal primer, sehingga diperlukan konsentrasi
Titik Picking
(Warna merah)

Gambar 4. Pemilihan analisis kecepatan pada salah satu CDP Gather
tinggi pada proses analisis kecepatan untuk memilih titik-titik reflektor
dengan kecepatan yang membentuk pola hiperbolik serta membedakan
antara kecepatan reflektor dan multipel. Pada CDP terdapat lima titik pick
pada CDP 123 dan dapat dilihat bahwa nilai kecepatan pada titik-titik pick
tersebut selalu bertambah besar seiring meningkatnya kedalaman.
Alur dalam pembuatan analisis kecepatan terdiri dari Supergather
Formation dan Velocity analysis. Setelah pemilihan kecepatan selesai
dilakukan, simpan dengan File kemudian Save as picks, dan dapat dilihat
kembali melalui perintah Velocity Viewer/Point Editor*. Hal ini dapat
digunakan untuk melihat proses pemilihan kecepatan yang telah dilakukan
sudah baik atau belum pada setiap CDP. Analisis kecepatan ini dibutuhkan
dalam modul SRME yakni pada modul SRME Regularization yang berguna
untuk melakukan interpolasi dan ekstrapolasi ke Zero offset dalam keadaan
gather terkoreksi NMO (lampiran 3).
Penerapan Surface Related Multiple Elimination (SRME)
SRME pada ProMAX Versi 5000.0.2.9 ada lima modul, yakni Modul
SRME Regularization, SRME Macro, SRME Un-Regularization, SRME
Match-Filter, dan SRME Adaptive Substraction (lampiran 1).

7

Modul SRME memberikan langkah yang efektif dalam mengestimasi
multipel yang berhubungan dengan permukaan pada data seismik laut
(Rahadian 2011). Tahap awal yang dilakukan pada proses ini yakni dengan
meregularisasi data untuk mengisi kekosongan pada offset data seismik,
kemudian melakukan pemodelan multipel dengan menggunakan data
masukan dalam Prestack yang sudah teregularisasi. Proses pembuatan
model pada tahap ini menggunakan algoritma pembuatan model (lampiran
2).
Alur kerja SRME melalui tiga tahapan yaitu persiapan data untuk
diregularisasi, pembuatan model prediksi multipel, dan proses subtraksi
antara data masukan dengan model prediksi multipel dari data masukan
tersebut. Data keluaran dari proses ini adalah suatu data yang sudah bebas
multipel permukaan.
Stacking
Stacking merupakan proses penjumlahan antar data seismik setelah
terkoreksi oleh NMO. Proses ini berfungsi untuk meningkatkan SNR
(lampiran 3). Penjumlahan dari setiap sample data menggunakan stacking
NMO dilakukan untuk mendapatkan penampang seismik.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kecepatan
Analisis kecepatan dilakukan untuk membenarkan kecepatan agar
berada di posisi yang sebenarnya (Victor 2010). Pemilihan yang dilakukan
adalah berdasarkan kecepatan yang ditampilkan pada tampilan kemiripan
yang menunjukkan kisaran kecepatan pada setiap batas lapisan. Pemilihan
yang dilakukan tidak hanya dengan melihat kisaran kecepatan pada time
window, namun diperkirakan juga kisaran yang tepat pada titik picking yang
dapat meluruskan reflektor (Yilmaz 1998). Jadi meskipun interpretasi warna
pada semblance tinggi, belum tentu dilakukan picking pada titik tersebut.
Selain itu, dalam picking velocity data yang dianggap sebagai multipel
sebaiknya tidak di picking. Multipel yang didapatkan pada data Bone
Lintasan 7-1 yang offsetnya pendek ini terdapat pada kisaran kedalaman
2000 ms dalam TWT (Gambar 5).
Analisis kecepatan prosedur kerjanya adalah membuat perhitungan
dan penentuan fungsi kecepatan menggunakan koreksi Normal Move Out
(NMO). Menurut Hubral dan Krey (1980), data yang akan dianalisis
kecepatan berupa CDP gather, hasil analisis kecepatan tergantung pada hasil
piking (pemilihan) kecepatan. Analisis kecepatan merupakan proses yang
terpenting dalam bidang seismik refleksi, evaluasi, dan interpretasi.
Sehingga dalam melakukan piking, pilih pick dengan kecepatan rambat yang
lebih besar dari 1500 m/s (kecepatan rambat di air) yang menandakan
lapisan batas di sub-permukaan lapisan bumi pemilihan dilakukan dengan

8

membentuk pola hiperbolik, karena pada dasarnya pola kecepatan di
gelombang seismik adalah mencari persamaan hiperbola yang sesuai dengan
sinyal yang dihasilkan. Semakin jauh jarak suatu penerima maka semakin
besar waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari sumber ke
penerima.

Gambar 5. Picking Kecepatan terhadap Semblance dengan Nilai
Kecepatan yang Tinggi Ditunjukkan dengan Warna
Merah.
Analisis kecepatan dilakukan pada tahap procesing untuk
membenarkan kecepatan agar seolah-olah antara sumber dan penerima
berada pada titik yang sama dan tidak hiperbolik lagi, kemudian energi yang
dihasilkan digunakan sebagai indikasi kecepatan stack yang sesuai (Victor
2010). Pada Gambar 5 terlihat bahwa rentang kecepatan melebar, akibat
offset yang pendek saat akuisisi data sehingga derau yang ada cukup kuat.
File analisis yang sudah dilakukan selanjutnya digunakan dalam proses
reduksi multipel dengan menggunakan SRME.
Penerapan SRME
Proses yang dilakukan pada penelitian adalah untuk mengurangi
multipel permukaan dengan menggunakan metode Surface Related Multiple
Elimination (SRME). Berikut ini akan dijelaskan analisis dari hasil
pengolahan data dengan pemprosesan tersebut.
Berdasarkan pengolahan data dari Preprocessing sampai Processing
dengan menggunakan SRME yang selanjutnya ditampilkan dalam
penampang seismik Perairan Bone Lintasan 7-1, dapat dikatakan bahwa
Metode SRME ini cukup efektif dalam menekan multipel pada data Bone.
Proses awal dalam pelaksanaan metode SRME adalah mengkonvolusikan
data input untuk dibuat prediksi multipel yang selanjutnya dikurangi dengan
data input itu sendiri. Proses konvolusi tersebut diperlukan file velocity
analysis. File analisis kecepatan menggunakan proses picking (proses
pemilihan reflektor) untuk mendapatkan event reflektor yang lurus
horizontal, sehingga apabila data hasil koreksi NMO dilakukan stacking
(penampang seismik) maka akan menghasilkan event dengan amplitudo
yang saling menguatkan.

9

Gambar 6 merupakan prediksi multipel dari data Bone lintasan 7-1,
Gambar 8 merupakan data masukan sebelum dilakukan proses reduksi
multipel dengan SRME, dan Gambar 9 merupakan data yang telah
dilakukan proses reduksi multipel dengan SRME. Pada Gambar 8 secara
kasat mata terlihat jelas bahwa data input masih memiliki derau berupa
multipel. Perbedaan multipel dengan sinyal primer dilihat dari offsetnya.
Semakin besar offset maka akan terjadi perbedaan diantara keduanya, dan
akan jelas sekali jika far offset (lampiran 3). Selain itu keberadaan multipel
juga dapat dibedakan dengan melihat spektrum kecepatannya, multipel
memiliki kecepatan yang lebih rendah dibandingkan dengan refleksi primer.
Multipel pada data terlihat ada 2 orde yaitu multipel orde 1 dan orde 2.
Multipel orde 1 terdapat pada kedalaman sekitar 1500 ms dalam TWT,
Sedangkan multipel orde-2 pada kedalaman sekitar 2500 ms dalam TWT.
Daerah yang berpanah merah menunjukan adanya multipel, jenis multipel
tersebut merupakan multipel lintasan panjang (long path multiple). Menurut
Besta (2012) Jenis mutipel lintasan panjang hadir sebagai sinyal yang
terpisah dengan sinyal primer atau multipel yang memiliki waktu tiba yang
sangat besar dari pada waktu tiba gelombang primer, sehingga akan
tergambarkan jauh dari refleksi primer.

Gambar 6. Penampang Seismik berupa Prediksi Multipel
SRME yang diaplikasikan secara historikal memang bertujuan untuk
menekan multipel (Rahadian 2011). Hal ini terlihat bahwa SRME dapat
memodelkan multipel dengan sangat baik khususnya multipel permukaan
(Satrio 2012). Metode SRME menggunakan pendekatan pada data yang
berhubungan langsung dengan data permukaan sehingga metode ini cukup
efektif dalam menghilangkan multipel terutama multipel yang terdapat pada
near offset (lampiran 3). Selain itu penampang seismik dari output modul
SRME Adaptive subtraction pada Gambar 9 terlihat jelas bahwa efek
multipel telah berkurang dibandingkan dengan data input pada Gambar 8.
Noise-noise yang sebelumnya terdapat pada Gambar 8 telah efektif ditekan
pada Gambar 9, walaupun belum menampakan apapun di reflektor pertama,
dan berdasarkan hasil tersebut terlihat sinyal primer yang terdapat pada data

10

tidak ikut termodelkan (Gambar 8), sehingga data keluaran yang dihasilkan
(Gambar 9) merupakan hasil pengurangan antara data dengan prediksi
multipel.
Ketidakjelasan di reflektor pertama kemungkinan dikarenakan
kekuatan gelombang seismik yang digunakan pada saat akuisisi kurang
kuat, sehingga tidak sampai menembus kelapisan bawah bumi, atau sedimen
yang ada di lokasi tersebut yang menyebabkan kekuatan gelombang tidak
dapat menembus lapisan bumi. Kemungkinan lain karena kuatnya multipel
akibat sedimen atau litologi yang ada pada perairan Bone.
Menurut Abdullah (2001), variasi kuat dan lemahnya multipel dapat
digunakan untuk mengindikasikan adanya perubahan litologi sedimen dasar
laut. Jenis pasir dan tanah liat mampu menghasilkan multipel yang kuat
sedangkan lumpur merupakan reflektor yang lemah. Multipel pada Gambar
9 termasuk jenis multipel yang kuat sehingga kemungkinan besar sedimen
dasar lautnya adalah pasir atau tanah liat.
Berdasarkan informasi akuisisi data (Sarmili dan Tim Bone 2011)
menyatakan bahwa dari sebelah timur daerah Bone merupakan daerah yang
terdapat batuan dasar yang membentuk tebing dengan lereng yang cukup
curam. Batuan tersebut ditafsirkan sebagai batuan yang padat dan keras
sehingga menyebabkan tidak terlihat tanda-tanda pola reflektor.
Pada gambar 7 terbagi dari beberapa tipe sedimen (garis hitam
menunjukan batas lapisan), Pada lapisan A merupakan lapisan yang diwakili
oleh sedimen berfraksi halus. Di atas lapisan A, ditutupi secara tidak selaras
oleh lapisan B yang dapat ditafsirkan sebagai sedimen berfraksi halus
sampai kasar. Lapisan C terbagi menjadi C1 dan C2. Lapisan C1 ditafsirkan
berfraksi halus, sedangkan lapisan C2 diperkirakan berupa endapan delta
yang mengalir dari barat ke timur dan sebagian lagi berupa sedimen
berfraksi halus hingga sedang. Di atas lapisan C diendapkan lapisan D yang
berupa sedimen termuda dan endapan tersebut biasanya mengisi cekungancekungan kecil hasil erosi laut. Berdasaran hasil analisis penampang seismik
(Sarmili dan Tim Bone 2011), lapisan ini ditafsirkan sebagai endapan sungai
yang mungkin dulunya pernah menjadi daratan pada zaman es dan pada saat
itu es mulai mencair dan aktifitas sungai aktif, sehingga pada saat mengalir,
batuan tererosi sambil mengangkut dan mengendapkan sedimen di
dalamnya. Menurut Sarmili dan Tim Bone (2011) disimpulkan bahwa
daerah penelitian merupakan daerah yang memiliki sedimen berupa
berfraksi halus yakni pasir dan lempung.
Pada penelitian yang telah dilakukan tampak jelas bahwa efek
multipel telah berhasil ditekan dan hasil refleksi jauh lebih baik pada
Gambar 8. Sesuai dengan penelitian dari Rahadian (2011), Santoso (2007),
dan Nimamulla (2010), menyatakan bahwa SRME merupakan metode yang
efektif untuk menghilangkan multipel pada data seismik laut dengan
beberapa persamaan yang dapat dilihat pada lampiran 2. Namun
berdasarkan penelitian tersebut SRME memang tidak sepenuhnya dapat
menghilangkan multipel yang ada di dalam data seismik karena pada data
Bone Lintasan 7-1 memiliki offset yang pendek sehingga eliminasi derau
apapun hasilnya tidak sepenuhnya menghilangkan multipel yang ada, tetapi

11

jika disertai dengan metode lain seperti Filter Radon, output yang dihasilkan
akan jauh lebih baik (Rahadian, 2011).
Sebelumnya sudah terdapat beberapa metode dalam menekan
keberadaan multipel pada data seismik. Salah satunya Dekonvolusi dan
Filter Radon. Menurut Rahadian (2011) masing-masing metode memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari Metode SRME adalah kurang
efektif dalam menghilangkan multipel permukaan yang berada pada Offset
yang jauh akibat adanya feather angle pada data seismik, sedangkan
kelebihan SRME dapat menekan multipel pada offset dekat karena SRME
tidak bergantung pada moveout.

Gambar 7 . Penampang seismik dengan pembagian sedimen berdasarkan
lapisan
Keterangan :
A : Sedimen berfraksi halus B : Sedimen berfraksi halus sampai kasar
C1: Sedimen berfraksi halus C2: Endapan delta
D : Sedimen termuda hasil erosi
Metode SRME juga bisa diformulasikan dengan persamaan Iterative
menggunakan output sebagai langkah awal dalam proses iterasi
(pengulangan) selanjutnya (Verschuur 1997a) atau bisa disebut juga dengan
iterasi SRME. Proses akan lebih sederhana jika di iterasi pertama sudah
diperoleh multipelnya. Dalam estimasi multipel menggunakan lebih dari dua
kali iterasi tidak akan berpengaruh pada data karena prosesnya hanya
mengkonvergen. Dengan proses iterasi baik data yang kompleks pun dapat
menghasilkan keluaran yang lebih baik dalam tampilannya (Verschuur
1997b). Namun dalam penelitian tidak menggunakan tahap iterasi, karena
pada hasil stacking modul SRME Adaptive Subtraction sudah cukup
meminimalkan walau memang tidak sepenuhnya menghilang.

12

Gambar 8. Penampang input Data Bone Lintasan 7-1

13

Gambar 9. Penampang Output Data Bone Lintasan 7-1

14

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Metode SRME mampu mereduksi multipel pada data Bone Lintasan 7-1 yang
beroffset pendek, walaupun belum memperlihatkan apapun di reflektor pertama.
Saran
Proses SRME yang dilakukan agar lebih efektif dalam menghilangkan multipel,
dapat lebih diperbaiki proses pre-processing. Atau dengan menerapkan metode multipel
lainnya, seperti Radon hiperbola, Metode IRME (Internal Related Multiple Elimination)
dan metode IDP (Invers Data Processing).

DAFTAR PUSTAKA
Asparini D. 2011.Penerapan Metode Stacking dalam Pemprosesan Sinyal Seismik di
Perairan Barat Aceh. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Skripsi. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Abdullah A. 2001. Ensiklopedia Seismik Online [internet].[diunduh 2013 Apr 12].
Tersedia pada: http//ensiklopediseismik.blogspot.com/
Besta 2012 . Penerapan Metode Dekonvolusi pada Data Seismik. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan.Skripsi.Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Brisbane 2001. Surface-Related Multiple Elimination – Applications to an offshore
Australia data set. ASEG 15th Geophysical Conference and Exhibition.
Dragoset W, Jericevic Z. 2010. Some remarks on Surface Multiple Attenuation :
Suplement to Geophysics, 63:772-789
Hill, Stephen J, Dragoset B, Weglein. 1999. The New World of Multiple Attenuation.
The Leading Edge. No.18
Hubral P, Krey T. 1980. Internal Velocities from seismic reflection traveltime
measurements : Soc.Expl. Geophysics
Nimamulla R. 2010.Atenuasi multiple menggunakan kombinasi SRME dan
Radon.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Skripsi.Depok (ID) :
Universitas Indonesia
Oktavinta A. 2008. Konsep Gelombang Seismik [internet].[diunduh 2012 Des 27].
Tersedia pada: http//duniaseismik.blogspot.com/
PGS 2008. True-Azimuth 3-D Surface-Related Multiple Elimination. A Publication of
Petroleum Geo-Services. Vol 8 No 11.
ProMAX 2D Version 5000.0.2.9. Promax Reference. Landmark Graphics Corporation.
Houston
Rahadian A. 2011.Penerapan Metode Surface Related Multiple Elimination dalam
Optimalisasi Pengolahan Data Seismik 2D Marine.Fakultas Teknik Pertambangan
dan Perminyakan.Tesis.Bandung (ID) : Institut Teknologi Bandung

15

Santoso P. 2007. 2 D Surface-Related Multiple Elimination (SRME) : Application on
Real 3D Marine Seismic Data. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Tesis.Depok (ID) : Universitas Indonesia
Sarmili L, Tim Bone. 2011. Laporan akhir penelitian Cekungan Bone. Kelompok
pelaksana penelitian dan pengembangan sumber daya geologi kelautan.
66/LAP/P2K/P3GL/XII/2011
Satrio I. 2012. Penggunaan CRS Gather untuk Meningkatkan Akurasi Model Multipel
SRME. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Skripsi. Depok (ID) :
Universitas Indonesia
Victor 2010. Seismic Method IV. [internet].[Diunduh : 2013 Jan 22]. Tersedia pada:
http//www.docstoc.com/docs/30492489/Seismic-Method-IV
Verschuur D, Berkhout A. 1997a. Estimation of multiple scattering by iterative
inversion, Part I: Theoretical considerations: Geophysics, 62:1586-1595
Verschuur D, Berkhout A. 1997b. Estimation of multiple scattering by iterative
inversion, Part II: Practicalaspects and examples: Geophysics, 62:1596-1611
Verschuur D, Berkhout A, Wapernaar C. 1992. Adaptife Surface Related Multiple
Elimination. Geophysics 57:1166-1177
Verschuur D. 2006. Seismic multiple removal techniques – past, present and future:
EAGE Publications.
Wiggins J. 1988. Attenuation of complex water-bottom multiples by wave-equationbased prediction and subtraction: Geophysics 53:1527-1539.
Yilmaz O. 1988. Seismic Data Processing: Society of exploration Geophysicists

16

17

Lampiran

18

Lampiran 1

Penerapan SRME menggunakan Software ProMAX 2D Versi R5000.0.2.9
SRME pada ProMAX Versi 5000.0.2.9 ada lima modul, yakni Modul SRME
Regularization, SRME Macro, SRME Un-Regularization, SRME Match-Filter, dan
SRME Adaptive Substraction. Di bawah ini merupakan langkah-langkah dalam
Pengolahan Surface Related Multiple Elimination (SRME) di ProMAX Versi
5000.0.2.9
Tabel 2. Pengolahan Surface Related Multiple Elimination (SRME) di ProMAX
Add
Delete
Execute
View
Exit
Disk Data Input (Masukan data Filter yang telah di Top Muting (Prestack))
SRME Regularization (Masukan File Velocity Analysis)
Disk Data output
Disk Data Input (Masukan data hasil keluaran SRME Regularization)
SRME Macro
Disk Data output
Disk Data Input (Masukan data Filter yang telah di Top Muting (Prestack))
Disk Data Insert (Masukan Data keluaran SRME Macro)
SRME Un - Regularization (Masukan File Velocity Analysis)
Disk Data output
Disk Data Input (Masukan data hasil keluaran SRME Un - Regularization)
SRME Match Filter
Disk Data output
Disk Data Input (Masukan data hasil keluaran SRME Match Filter)
SRME Adaptive Subtraction
Disk Data output
1.

SRME Regularization
Pada modul ini akan dibuat suatu ensamble baru dengan spasi offset yang teratur
dan dilakukan ekstrapolasi trace dari offset minimum hingga offset nol. Pada tahap
ini juga terjadi interpolasi trace yang berdekatan sehingga tiap satu poin tembak
terdapat satu penerima. Modul regularisasi ini membutuhkan Picking Velocity dari
data input yang sudah dilakukan sebelumnya pada proses analisis kecepatan.
a. Input yang digunakan pada SRME menggunakan data Pre-Stack atau filter yang
telah di Top muting.
b. Parameter SRME Regularization sebagai berikut (Tabel 3) :
Tabel 3. Parameter modul SRME Regularization pada Data Bone Lintasan 7-1
SRME Regularizatin
Offset Increment
12.5 m
Maximum Offset
600 m
Get RMS Velocity From database
Yes
Selesct Velocity parameter file
Velan-Table Predict
c. Output dari modul ini adalah ensamble – ensamble yang telah teratur spasi
offsetnya dengan offset pertama nol dan terakhir adalah offset maksimum.

19

2. SRME Macro :
Tahapan pada Modul SRME Macro merupakan modul dengan proses perhitungan
matematis yang cukup panjang sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan modul SRME lainnya. Modul tersebut membutuhkan waktu
prosesing lama karena terjadi proses perhitungan yang secara matematis antar data
seismik sehingga keluaran yang diperoleh merupakan data prediksi multipel.
a. Data input yang digunanakan merupakan keluaran SRME Regularization
dalam Shot gather.
b. Parameter SRME Macro sebagai berikut (Tabel 4) :
Tabel 4. Parameter modul SRME Macro pada Data Bone Lintasan 7-1
SRME Macro
SIN
8000 ms (berdasarkan tampilan Data
input di Trace Display)
Maximum Number Of Shots
2545
Select Velocity parameter file
Velan-Table Predict
Maximum Frequency to process
0
Length of Spacial Taper
20
Frequency Taper
10
Input shot/receiver
2:1 (interval shot 25 m dan interval
receiver 12.5)
Primary of regularization
Maximum Trace time

c. Hasil keluaran dari Modul SRME Macro berupa prediksi multipel.
3.

SRME Un-Regularization :
Modul SRME Un-Regularization merupakan upaya untuk mengembalikan data
baik dari trace dan zero offset agar kembali seperti semula atau seperti data input
awal.
a. Data input yang digunakan merupakan data masukan SRME Regularization
dalam shot gather.
b. Data Insert :
Insertion mode
: Merged
Primary ordering
: Ascending
Secondary ordering
: Ascending
Tertiary ordering
: Ignore
Maximum traces per output ensemble
: 9999
Read data from other lines/surveys
: No
Select dataset
: Output Macro
Propagate input file history
: Yes
Trace read option
: urutan berdasarkan SIN
c. Parameter yang digunakan berupa file kecepatan RMS pada analisis kecepatan.
d. Keluaran merupakan gabungan dari kedua data input yang berupa Prediksi
multipel yang offsetnya sama dengan data awal input.

20

4.

SRME Match Filter :
Modul ini berfungsi untuk me-matchkan model estimasi multipel sesungguhnya
yang terdapat pada data awal. Tahapan pada modul ini menggunakan Filter Least
Square, mencari parameter untuk mendapatkan parameter terbaik agar model
mendekati multipel sesungguhnya baik besar amplitude maupun fasenya.
a. Data input yang digunakan berupa hasil dari SRME Un-regularization dalam
shot gather. Pada modul menggunakan file picking dari data Pre-Stack
kemudian di Picking Other horizon selanjutnya diberi nama Water bottom.
b. Parameter SRME Match filter sebagai berikut (Tabel 5) :
Tabel 5. Parameter modul SRME Match filter pada Data Bone Lintasan 7-1
SRME Match filter
DDD…NNN (Panel data input dan
panel model prediksi multipel)
Start Time
-100
Add to start time
Yes
Select top time parameter file
Water bottom
Mute Noise Above Start Time
Yes
Windows Length
2000
Adjustment velocity
0
Minimum Offset
12.5
Maximum Offset
600
Filter length
400
Input data Organization

c. Keluaran data berupa file yang telah cocok antara multipel sebenarnya dengan
model prediksi multipel.
5.

SRME Adaptive Substraction :
Pada modul ini terjadi proses pengurangan data pre-stack dengan model multipel
yang telah dicocokkan dengan data multipel sesungguhnya melalui proses
penapisan. Pada tahap ini diharapkan data telah bebas dari multipel permukaan.
a. Data input yang digunakan berupa hasil dari SRME Un-regularization dalam
shot gather.
b. Parameter SRME Adaptive Substraction sebagai berikut (Tabel 6) :
Tabel 6. Parameter modul SRME Adaptive Substraction pada Data Bone
Lintasan 7-1
SRME Adaptive Substraction
Input data Organization
DDD…NNN (Panel data input dan
panel model prediksi multipel)
Output option
signal
Temporal windows length
1000 (panjangnya lebih sedikit lima
kali panjang filter)
Filter length
200 (panjangnya tidak melebihi 20%
panjang window temporal)
Spatial averaging size
25
Maximum filter coefficient
1:5
c. Hasil keluaran pada modul adalah sesuai dengan pilihan keluaran yang
ditentukan di parameter di atas.

21

Lampiran 2

Teori SRME
Algoritma perhitungan model multipel (Gambar 10) pada metode SRME bermula
dari pemodelan forward pada data seismik.

Gambar 10. Algoritma Metode SRME
Pemodelan forward tersebut sebagai berikut (Berkhout, 1982):

Dengan

dimana

menyatakan medan gelombang yang menuju ke atas dan ke bawah,
menyatakan perambatan gelombang ke atas dan ke bawah,
menyatakan
operator refleksi untuk rambatan gelombang ke atas dan ke bawah , dan
menyatakan sumber medan gelombang yang mengarah ke bawah pada saat akuisisi
permukaan , termasuk efek shot pattern dan juga ghost.
Apabila internal multipel dapat diabaikan, maka untuk nilai m≥ 1 dianggap nol,
maka persamaan (1.1), (1.2) dan (1.3) dapat dijadikan

Operator
merepresentasikan fungsi transfer dari bawah permukaan
dengan asumsi
. Operator
merepresentasikan fungsi transfer
dengan asumsi
dan dengan mengabaikan internal multipel.

Menyatakan bahwa adanya kehadiran
menyebabkan proses looping
(Gambar 10). Sementara operator
merepresentasikan efek ghost.

22

Gambar 11. Model Refleksi Seismik pada Permukaan
Dari persamaan (1.3), (1.4), (1.5) dan (1.6) diketahui persamaan untuk data
refleksi dapat dituliskan

Di mana
merepresentasikan data primary dan multipel dari
suatu data. Persamaan di bawah menunjukan gelombang primary menimbulkan respon
primary.

Dan gelombang secondary

menimbulkan respon multipel

Sehingga dapat disimpulkan bahwa :

Dengan

Sehingga dapat diketahui algoritma untuk melakukan eliminasi terhadap multipel
yang berada pada suatu gather bercampur dengan data primer persamaannya sebagai
berikut :

Perumusan tersebut di atas diharapkan mampu mengeliminasi multipel yang
berada dalam gather dengan data primer. Namun yang perlu diingat bahwa perumusan
diatas pada asumsinya menyatakan bahwa semua noise yang ada pada data tersebut
hanya terdiri dari noise yang related to surface atau memiliki kaitan dengan permukaan.

23

Lampiran 3
 CDP (Common Mid Point): merupakan jejak rekaman seismik yang dihasilkan
memberikan informasi dari suatu titik bawah permukaan yang sama pada suatu
reflektor horisontal.
 NMO (Nomal MoveOut): Koreksi pada penampang seismik untuk menghilangkan
efek jarak.
 Offset : Jarak antara sumber dengan penerima.
 Near Offset : Jejak rekaman seismik yang terdekat dengan sumber getar.
 Far Offset : Jejak rekaman seismik yang terjauh dengan sumber getar.
 SNR (Signal Noise Ratio): Perbandingan antara daya sinyal yang diinginkan
terhadap daya noise yang diterima pada suatu titik pengukuran. SNR adalah suatu
parameter untuk menunjukkan tingkat kualitas sinyal penerimaan pada sistem
komunikasi analog, dimana semakin besar harga SNR maka kualitas semakin baik.
Satuan dari SNR ini adalah dalam dB.
 TWT (Two Way Travel time) : merupakan waktu tempuh yang dilalui oleh
gelombang seismik ke lapisan bumi kemudian dipantulkan dan diterima oleh
penerima.
 Trace : Jejak rekaman seismik.

24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 17 Oktober
1992 dari pasangan Muhammad Bawing dan Icah Aisyah.
Penulis adalah Putri Pertama dari empat bersaudara.
Tahun 2003 Penulis Lulus dari Madrasah Ibtidaiyah
Mathla’ul Anwar Kayu Bongkok. Tahun 2006 Lulus dari SMP
Negeri 1 Sepatan. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1
Sepatan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (PMDK - IPB) dan Alhamdulillah diterima di
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten Biologi Laut pada
tahun ajaran 2011/2012. Penulis juga aktif mengikuti organisasi diantaranya Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM-C) sebagai Staf pada tahun kepemimpinan Ekspansi Biru
tahun 2010/2011, dan pada tahun yang sama juga menjabat sebagai Sekertaris divisi
Akustik dan Instrumentasi Kelautan HIMITEKA. Tahun 2011/2012 melanjutkan
kembali di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM-C) sebagai Sekretaris Umum II pada
kepemimpinan Biru Bersatu. Bulan Juni-Juli 2012 penulis melaksanakan Praktik Kerja
Lapang di Cilacap Jawa Tengah dengan judul Upaya Kelestarian Ekosistem Mangrove
di Segara Anakan sebagai Langkah Awal Program Ekowisata.
Penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat mahasiswa.
Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis antara lain ialah Juara I Tim Nasyid TPB IPB
Gedung A3 tahun 2009, Juara III dan Tim Presentasi terbaik dari Tim Eco-Mangrove
lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional di UNAIR Surabaya 2012, Peraih penghargaan
sebagai Mahasiswa berprestasi di Bidang Ekstra Kurikuler 2012 yang tertera dalam SK
Rektor IPB No:68/IT3/KM/2013, PKM Penelitian yang mendapat Dana Hibah Dikti
2012. Dan Tim PKM - P3 yang meraih Juara II (Perak) PIMNAS XXVI di Universitas
Mataram, NTB 2013.