Penurunan tingkat stres pada ayam broiler melalui pemberian metionina
PENURUNAN TINGKAT STRES PADA AYAM BROILER
MELALUI PEMBERIAN METIONINA
IKHSAN SUMIRAT
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penurunan Tingkat
Stres pada Ayam Broiler melalui Pemberian Metionina adalah benar karya saya
dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Ikhsan Sumirat
NIM B04090046
ABSTRAK
IKHSAN SUMIRAT. Penurunan Tingkat Stres pada Ayam Broiler melalui
Pemberian Metionina. Dibimbing oleh ANDRIYANTO dan ABADI SOETISNA.
Ayam broiler merupakan hewan ternak yang paling diminati masyarakat
Indonesia. Cekaman panas dan cekaman metabolik di Indonesia menjadi masalah
untuk meningkatkan produksi ayam broiler. Metionina adalah asam amino
esensial yang dapat digunakan untuk menurunkan efek cekaman panas dan
cekaman metabolik. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh dosis metionina
yang efektif dilihat dari diferensiasi sel darah putih. Metode yang dilakukan
adalah rancangan acak lengkap one way anova. Ayam broiler sebanyak 27 ekor
yang dimulai dari umur 1 hari dibagi ke dalam tiga kelompok dan diberi perlakuan
dengan pemberian dosis metionina 0.2% dan 0.4%. Analisis darah dilakukan
dengan metode hemositometer dan preparat ulas. Pemberian metionina cenderung
tidak memengaruhi terhadap jumlah leukosit dan rasio heterofil/limfosit. Jumlah
rata-rata limfosit tertinggi didapatkan pada pemberian dosis metionina 0.2%.
Jumlah rata-rata heterofil terendah didapatkan pada pemberian metionina dosis
0.2%. Hasil yang didapat menunjukkan pemberian metionina dengan dosis 0.2%
memperlihatkan rasio H/L paling baik. Pemberian metionina dosis 0.2% dapat
digunakan untuk menurunkan cekaman panas tubuh.
Kata kunci: Metionina, ayam broiler, diferensiasi leukosit, cekaman panas,
glukokortikoid
ABSTRACT
Broiler chicken is the most popular livestock in Indonesia. Heat and
metabolic stress in Indonesia become problem to increase broiler chicken
production. Methionine is an essensial amino acid which can be used to decrease
of heat and metabolic stress. The purpose of this study was to obtain an effective
dose of methionine that observed from the differentiation of leucocyte. The method
used was a completely randomized design one-way ANOVA. A total of 27 broiler
chickens were divided into 3 groups. First group was control, second group was
given methionine 0.2% in feed, and third group was given methionine 0.4% in
feed. Blood analysis was conducted by using hemositometer method and blood
smear examination. Methionine administration in feed were not significantly
affect the leucocyte number and heterophil/lymphocyte ratio. The highest of
average number lymphocytes obtained at the dose of 0.2%. The lowest of average
number heterophils obtained at the dose of 0.2%. The results showed that
administration of methionine 0.2% obtain the best H/L ratio. Methionine 0.2%
could be used to reduce heat stress.
Keywords : methionine, broiler chicken, differentiation of leucocyte, heat stress,
glucocorticoid
PENURUNAN TINGKAT STRES PADA AYAM BROILER
MELALUI PEMBERIAN METIONINA
IKHSAN SUMIRAT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Penurunan Tingkat Stres pada Ayam Broiler melalui Pemberian
Metionina
Nama
: Ikhsan Sumirat
NIM
: B04090046
Disetujui oleh
drh Andriyanto, M.Si
Pembimbing I
drh Abadi Soetisna, M.Si
Pembimbing II
Diketahui oleh
drh Agus setiyono, MS, Ph.D, APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi dengan judul
“Penurunan Tingkat Stres pada Ayam Broiler melalui Pemberian Metionina”
dapat diselesaikan dengan baik. Salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
Rasullulah Muhammad SAW.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
kedokteran hewan. Penelitian ini dimulai pada bulan November sampai dengan
Januari bertempat di kandang ungas, Labolatorium Fisiologi departemen
Fisiologi, Farmakologi dan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada drh. Andriyanto, M.Si dan drh. Abadi
Soetisna, M.Si selaku pembimbing skripsi. Di samping itu, terima kasih penulis
ucapkan kepada ayahanda Ismail, ibunda Rosmalia, aa Asep, kekasih hati saya
ade ayu, dan seluruh keluarga yang selalu memberi semangat, motivasi, doa, dan
kasih sayang dalam proses pembuatan skripsi.
Bogor, 2013
Ikhsan Sumirat
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Stres
2
Metionina
3
Leukosit
3
Heterofil
3
Limfosit
4
METODE
4
Waktu dan Tempat
4
Bahan dan Alat
4
Tahap Persiapan
5
Kandang, Pakan, dan Minum
5
Hewan Percobaan
5
Aklimatisasi Hewan
5
Tahap Pelaksanaan
5
Rancangan Percobaan
5
Pemberian Pakan
5
Pengambilan dan Analisis Sampel
6
Variabel yang Diamati
6
Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Leukosit
7
Heterofil
7
Limfosit
9
Rasio Heterofil/Limfosit
10
SIMPULAN DAN SARAN
11
Simpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
11
LAMPIRAN
13
RIWAYAT HIDUP
15
DAFTAR TABEL
1 Rata-rata jumlah leukosit ayam broiler (×103/mm3) yang diberi
metionina
2 Rata-rata jumlah heterofil (%) ayam broiler yang diberi metionina
3 Rata-rata jumlah limfosit (%) ayam broiler yang diberi metionina
4 Rata-rata rasio H/L ayam broiler yang diberi metionina
7
8
9
10
DAFTAR LAMPIRAN
1 perhitungan jumlah leukosit, heterofil, limfosit, dan rasio H/L pada
minggu ke-2 pemberian metionina.
2 perhitungan jumlah leukosit, heterofil, limfosit, dan rasio H/L pada
minggu ke-4 pemberian metionina.
13
14
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam broiler merupakan hewan ternak yang diminati masyarakat Indonesia
karena harganya yang relatif murah, nilai gizi yang tinggi, dan penyedia protein
hewani bagi tubuh manusia (Mulyantini 2011). Protein berperan dalam
pertumbuhan, pemelihara sel-sel tubuh, membantu pertumbuhan otak, dan
meningkatkan kecerdasan.
Permintaan ayam broiler yang meningkat setiap tahun harus diimbangi
dengan peningkatan produktivitas ayam broiler. Peningkatan produktivitas
diharapkan mampu menghasilkan peningkatan bobot badan ayam broiler dalam
waktu yang singkat dengan tingkat kematian yang rendah (Fadillah 2004). Namun,
peningkatan produktivitas dapat menyebabkan cekaman metabolik pada ayam
broiler. Pemberian obat dan suplemen untuk memacu pertumbuhan umumnya
akan memperparah cekaman metabolik.
Indonesia sebagai negara tropis memiliki suhu yang relatif tinggi berkisar
30 sampai dengan 35°C. Menurut Mulyantini (2010) suhu ideal pemeliharaan
ayam broiler berkisar 15 sampai dengan 27°C. Suhu yang tinggi di Indonesia
menjadi penyebab adanya cekaman panas. Cekaman panas dapat menyebabkan
penurunan nafsu makan, laju pertumbuhan, dan efisiensi pakan (Lu et al. 2007).
Cekaman panas pada ayam broiler dapat membentuk radikal bebas yang
berikatan dengan asam lemak tidak jenuh yang disebut lipida peroksida. Hal ini
menyebabkan penurunan imunitas tubuh sehingga terjadi peningkatan angka
mortalitas pada ayam broiler (Yamada 2001).
Cekaman ayam broiler menyebabkan terjadinya induksi pada hipotalamus
untuk mengeluarkan hormon stres. Hipotalamus melepaskan corticotrophin
releasing hormone (CRH) yang merangsang hipofise anterior untuk mengeluarkan
hormon adrenocorticotrophic hormone (ACTH) yang memerintahkan kelenjar
adrenal mengeluarkan glukokortikoid (Hillman et al. 2000; Sahin et al. 2001;
Boonstra 2005). Peningkatan kadar glukokortikoid terjadi pada ayam broiler yang
mengalami cekaman panas akut (Post et al. 2003). Cekaman panas yang bersifat
kronis dapat menyebabkan penurunan imunitas tubuh. Hal ini berkaitan dengan
keadaan glukokortikoid di dalam tubuh yang dapat menurunkan imunitas tubuh
(Siegal 1995). Cekaman kronis akan menyebabkan penurunan jumlah limfosit dan
peningkatan jumlah heterofil di dalam darah sehingga terjadi peningkatan rasio
heterofil/limfosit (Zulkifli et al. 2000).
Alternatif untuk mengurangi tingkat cekaman pada ayam adalah dengan
penggunaan metionina. Metionina merupakan asam amino esensial mengandung
gugus metil yang bersifat lipotropik. Menurut Pesti et al. (2005) salah satu fungsi
metionina adalah menekan deposisi lemak di dalam hati. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan metionina untuk mensintesis metabolisme karnitin dan kreatin.
Karnitin merupakan senyawa pembawa asam lemak rantai panjang. Karnitin
berfungsi menembus membran mitokondria pada β-oksidasi asam lemak.
Ketersediaan metionina dalam ransum dapat meningkatkan β-oksidasi asam lemak
sehingga timbunan lemak dalam bentuk kolesterol, trigliserida, garam empedu,
dan hormon glukokortikoid dapat ditekan. Berkurangnya deposisi lemak di dalam
2
tubuh menjadikan ayam broiler lebih tahan terhadap cekaman panas dan dapat
menekan tingkat stres. Penelitian ini dilakukan untuk melihat jumlah rata-rata
leukosit, dan rasio heterofil/limfosit pada ayam broiler yang diberi metionina
untuk melihat efek metionina dalam menurunkan efek cekaman panas di dalam
tubuh.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini mengetahui pengaruh pemberian metionina di
dalam ransum ayam broiler terhadap pengurangan efek cekaman di dalam tubuh.
Di samping itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur penggunaan
metionina yang efektif pada ransum ayam broiler untuk menghasilkan ayam
broiler yang sehat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat mengoptimalkan pemberian metionina di dalam
ransum ayam dan menghasilkan produksi ayam broiler berkualitas yang
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
Stres
Stres adalah bentuk respon fisiologis terhadap suatu perubahan yang berasal
dari dalam dan luar tubuh. Faktor terjadi stres dapat digolongkan ke dalam 2
sumber yaitu, sumber yang berasal dari dalam tubuh (internal) seperti kecepatan
metabolisme yang berlebihan dan sumber yang berasal dari luar tubuh (eksternal)
seperti lingkungan sekitar (Smith dan French 1997).
Respon tubuh terhadap stres adalah merangsang induksi beberapa hormon.
Pada respon hormonal, stres akan merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan
CRH (corticotrophin realising hormone) yang akan memberikan sinyal pada
hipofise anterior untuk mengeluarkan ACTH (adrenocorticotrophic hormone)
yang menginduksi korteks adrenal untuk mengeluarkan glukokortikoid sebagai
produk akhir hormon (Hillman et al. 2000; Sahin et al. 2001; Boonstra 2005).
Efek glukokortikoid akibat stres di dalam tubuh adalah meningkatkan
pembentukan energi yang berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein. Namun,
hal ini berdampak pada penurunan bobot badan, penurunan respons peradangan,
perubahan diferensiasi leukosit, dan penurunan sistem imunitas tubuh sehingga
hewan lebih mudah terkena infeksi.
Pengaruh glukokortikoid terhadap leukosit adalah meningkatkan jumlah
heterofil dan menurunkan jumlah limfosit di dalam pembuluh darah. Hal ini
menjadi dasar terhadap pengukuran tingkat stres hewan. Rasio heterofil/limfosit
3
digunakan untuk mengukur tingkat stres pada hewan. Semakin tinggi rasio H/L
maka semakin tinggi tingkat stres yang terjadi pada hewan (Zulkifli et al. 2000).
Metionina
Metionina merupakan salah satu asam amino essensial. Metionina memiliki
gugus sulfur yang dibutuhkan dalam peternakan ayam broiler. Metionina memiliki
sifat yang essensial, sehingga metionina harus tersedia di dalam pakan dalam
jumlah yang cukup (Schutte et al. 1997). Metionina merupakan faktor yang dapat
mencegah kerusakan hati. Hal ini dikarenakan metionina bersifat lipotropik
(memetabolisme lemak di dalam hati) sehingga akumulasi lemak di dalam hati
dapat dikurangi (Kano et al. 1982).
Metionina berperan dalam fungsi imunitas ayam broiler. Pemberian
metionina pada pakan ayam broiler dapat mendorong terbentuknya respon
antibodi dan kekebalan seluler pada ayam broiler. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan metionina untuk mempertahankan dan memperbesar organ limfogen
terutama bursa fabrisius (Thompson dan Scott 1970). Bursa fabrisius merupakan
organ limfoid utama pada ayam broiler. Menurut Zhang dan Guo (2008)
kekurangan metionina akan menyebabkan penurunan bobot dan kerusakan sel dari
bursa fabrisius sehingga dapat menurunkan imunitas humoral dan imunokompeten
nonspesifik.
Leukosit
Sel darah putih (leukosit) merupakan bagian darah yang berbentuk padat.
Sebagian besar leukosit berada di dalam sistem pembuluh darah. Namun, leukosit
dapat menembus pembuluh darah dan bermigrasi ke dalam jaringan. Fungsi
umum leukosit melakukan pertahanan terhadap infeksi. Jumlah leukosit hanya
1% dari total volume darah. Namun, leukosit merupakan komponen penting
dalam sistem pertahanan tubuh. Peningkatan jumlah leukosit merupakan ciri
umum terjadinya infeksi di dalam tubuh (Fradson 1992). Jenis infeksi di dalam
tubuh dapat dilihat dari diferensiasi sel darah putih (Guyton 1996).
Leukosit dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan histopatologi yaitu
granulosit dan agranulosit. Granulosit merupakan sel yang memiliki lobus pada
inti sel dan granul pada sitoplasma. Granulosit terdiri atas heterofil, eosinofil, dan
basofil. Agranulosit adalah sel yang tidak bersegmen dan berlobus pada inti dan
tidak ada granul pada sitoplasma. Agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit
(Guyton 1996).
Heterofil
Heterofil merupakan sel granulosit polimorfonuklear-pseudoeosinofilik.
Heterofil tua memiliki gelambir yang lebih banyak dibandingkan heterofil muda
(Delman dan Brown 1992). Heterofil diproduksi dalam sumsum tulang belakang.
Heterofil mengalir di dalam pembuluh darah selama 6 sampai dengan 10 jam, dan
4
masuk ke dalam jaringan. Heterofil bertahan 1 sampai dengan 2 hari di dalam
jaringan (Strukie 1976).
Menurut Ganong (1995) fungsi heterofil adalah merespon adanya infeksi di
dalam tubuh. Heterofil dapat keluar dari pembuluh darah menuju pusat infeksi, di
sisi lain terjadi rangsangan pada sumsum tulang belakang untuk memproduksi
heterofil lebih banyak. Tizard (1988) menyatakan fungsi utama heterofil adalah
menghancurkan benda asing dengan cara fagositosis. Heterofil dapat terangsang
akibat adanya infeksi bakteri, adanya sel-sel yang rusak, dan bebagai produk yang
dilepaskan oleh sel-sel yang rusak. Heterofil merupakan sistem pertahanan
pertama pada infeksi. Pada proses infeksi akut secara klinis heterofil muda lebih
banyak ditemukan.
Limfosit
Limfosit merupakan sel darah putih yang paling banyak ditemukan pada
unggas. Ukuran limfosit bervariasi tergantung pada umurnya. Limfosit muda
memiliki ukuran yang besar (paralimfosit), sedangkan limfosit tua memiliki
ukuran yang lebih kecil (Guyton 1996). Limfosit paling banyak ditemukan di
jaringan limfogen seperti limpa, timus, kelenjar limfe, daun payer dan bursa
fabrisius (Guyton 1996).
Secara histopatologi limfosit memiliki inti hepatokromatik berbentuk
lonjong sampai dengan bulat. Memiliki sifat basofilik, tidak bergranul pada
sitoplasma. Limfosit terdiri atas limfosit T dan limfosit B. limfosit T berfungsi
sebagai sel imunitas yang dapat menghancurkan benda asing. Limfosit B
berfungsi sebagai imunitas humoral yang dapat menyerang antigen melalui
pembentukan anti bodi. Jain (1986) menyatakan persentase limfosit pada ungas
berkisar 45 sampai dengan 75%.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan bulan November 2012 sampai dengan Januari 2013.
Penelitian dilakukan di kandang unggas Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Analisis sampel darah dilakukan di laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi,
Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang percobaan, alas
sekam, spuid, kapas, kertas label, pensil, ice box, tabung reaksi, pipet pengencer
WBC, gelas objek, kaca penutup, tisu, alat penghitung, kamar hitung Neubauer,
dan mikroskop cahaya. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
broiler, metionina, multivitamin, air gula, vaksin (terdiri atas ND IB, ND La sota,
5
dan gumboro), alkohol 70%, pakan, cairan pengencer (larutan rees ecker), metil
alkohol, larutan pewarna giemsa 10%, akuades, dan minyak emersi.
Tahap Persiapan
Kandang, Pakan, dan Minum
Kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang tembok yang
dialasi sekam. Kandang diberi pembatas berupa papan setinggi 1 meter pada
setiap perlakuan ayam broiler. Kandang terlebih dahulu dibersihkan dan
didesinfeksi 10 hari sebelum ayam masuk kandang.
Pakan yang diberikan memiliki 2 kandungan yaitu, pakan yang tidak
memiliki kandungan metionina dan pakan dengan campuran metionina. Pakan
dengan campuran metionina diatur dosisnya terlebih dahulu sebelum pemberian.
Penambahan metionina pada pakan dikerjakan 3 hari sebelum dilakukan
perlakuan. Air minum tersedia ad libitum.
Hewan Percobaan
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam broiler sebanyak 27
ekor yang dipelihara mulai dari umur 1 hari. Ayam dibagi ke dalam 3 kelompok
dengan jumlah yang sama.
Aklimatisasi Ayam Broiler
Sebelum diberikan perlakuan, ayam diaklimatisasi selama 1 minggu.
Aklimatisasi bertujuan untuk menyesuaikan fisiologis ayam broiler terhadap
lingkungan. Pada tahap ini, ayam broiler diberikan multivitamin dan air gula pada
hari ke-1, vaksin ND IB pada hari ke-3. Pemberian vaksin gumboro dilakukan
pada hari ke-7. Pemberian vaksin ND La sota pada hari ke-18. Pemberian vitamin
dan vaksin bertujuan meningkatkan daya tahan tubuh dan membentuk antibodi
dari infeksi ND, IB, dan IBD.
Tahap Pelaksanaan
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah rancangan
acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 9 ulangan. Faktor yang dilihat adalah
pemberian metionina pada berbagai dosis. Dosis yang digunakan adalah 0%, 0.2%,
dan 0.4%.
Pemberian Pakan
Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari selama 28 hari
setelah aklimatisasi. Setelah periode aklimatisasi selesai, perlakuan mulai
dilakukan yaitu, pada hari ke-8 setelah ayam masuk kandang. Ayam broiler
kontrol diberi pakan yang tidak mengandung metionina. Sementara itu, ayam
broiler yang lain diberi pakan dengan kandungan metionina dosis 0.2% dan 0.4%.
6
Pengambilan dan Analisis sampel
Pengambilan sampel darah dilakukan pada periode perlakuan hari ke-0, 14,
dan 28. Sampel darah diambil dari vena axillaris, ditampung pada tabung reaksi
yang telah diberi antikoagulan (EDTA) dan di simpan pada ice box. Perhitungan
jumlah sel darah putih dilakukan dengan metode hemositometer menggunakan
larutan pengencer rees ecker. Sampel darah dihisap sampai batas 0.5, ujung pipet
dibersihkan dengan tisu kemudian diencerkan dengan rees ecker sampai batas
angka 11. Kedua ujung pipet ditutup menggunakan jempol dan telunjuk dengan
posisi mendatar. Campuran pada pipet dihomogenkan dengan membolak-balik
pipet membentuk angka 8. Campuran pipet diteteskan ke dalam kamar hitung
Neubauer dan ditutup dengan kaca penutup. Jumlah sel darah putih dihitung pada
5 bujur sangkar di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 40 kali. Hasil
penghitungan akhir adalah jumlah seluruh sel darah putih dari ke-5 bujur sangkar
yang dihitung dikalikan dengan 200.
Diferensiasi sel darah putih dihitung dengan menggunakan metode preparat
ulas darah. Dua gelas objek disiapkan dan dibersihkan dengan alkohol 70%.
Sampel darah diteteskan pada ujung gelas objek yang bersih. Sementara itu, gelas
objek lain disiapkan dan dipegang pada kedua sisi panjangnya. Ujung gelas objek
tersebut diletakkan pada tetesan darah membentuk sudut antara 45˚ terhadap gelas
objek pertama. Darah dibiarkan menyebar diujung gelas objek kedua. Gelas objek
kedua didorong sehingga darah menyebar sepanjang gelas objek pertama. Sediaan
ulas darah dikeringkan dan difiksasi dengan metil alkohol selama 5 menit. Setelah
kering dimasukkan ke dalam larutan giemsa 10% selama 30 menit. Preparat ulas
yang telah diwarnai kemudian dicuci dan dibersihkan dengan air mengalir dan
dikeringkan di udara. Diferensiasi sel darah putih diamati di bawah mikroskop
cahaya dengan pembesaran 100 kali.
Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah jumah leukosit dan rasio
heterofil/limfosit untuk mengetahui tingkat stres pada ayam broiler.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan metode analysis of variance (Anova).
Faktor yang dilihat adalah dosis dan pengaruh metionina terhadap jumlah ratarata leukosit dan rasio heterofil/limfosit.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini memperlihatkan jumlah rata-rata leukosit dan rasio
heterofil/limfosit pada pemberian metionina masing-masing dengan dosis 0%,
0.2%, dan 0.4% pada pakan. Pada hari ke-0 perlakuan dilakukan pengambilan
darah sebagai data awal. Selanjutnya, diamati jumlah rata-rata leukosit dan rasio
heterofil/limfosit pada pengambilan darah hari ke-14 dan hari ke-28. Rata-rata
jumlah leukosit ayam broiler pada data awal adalah 1.71±1.41 (×103/mm3),
jumlah rata-rata heterofil pada data awal adalah 22.00±11.83%, dan jumlah ratarata limfosit pada data awal adalah 71.44±11.99%.
Leukosit
Pemberian metionina terhadap jumlah rata-rata leukosit cenderung tidak
berpengaruh pada setiap perlakuan. Jumlah leukosit tertinggi ada pada dosis 0.4%
pengambilan darah hari ke-28. Selanjutnya, penghitungan jumlah rata-rata
leukosit disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rata-rata jumlah leukosit ayam broiler (×103/mm3) yang diberi metionina
Dosis metionina (%)
Hari
0 (kontrol)
0.2
0.4
a
a
14
5.33±0.46
9.20±3.27
8.80±1.60a
28
6.20±1.71a
7.33±3.88a
15.40±7.79a
ket : huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata (p
MELALUI PEMBERIAN METIONINA
IKHSAN SUMIRAT
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penurunan Tingkat
Stres pada Ayam Broiler melalui Pemberian Metionina adalah benar karya saya
dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Ikhsan Sumirat
NIM B04090046
ABSTRAK
IKHSAN SUMIRAT. Penurunan Tingkat Stres pada Ayam Broiler melalui
Pemberian Metionina. Dibimbing oleh ANDRIYANTO dan ABADI SOETISNA.
Ayam broiler merupakan hewan ternak yang paling diminati masyarakat
Indonesia. Cekaman panas dan cekaman metabolik di Indonesia menjadi masalah
untuk meningkatkan produksi ayam broiler. Metionina adalah asam amino
esensial yang dapat digunakan untuk menurunkan efek cekaman panas dan
cekaman metabolik. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh dosis metionina
yang efektif dilihat dari diferensiasi sel darah putih. Metode yang dilakukan
adalah rancangan acak lengkap one way anova. Ayam broiler sebanyak 27 ekor
yang dimulai dari umur 1 hari dibagi ke dalam tiga kelompok dan diberi perlakuan
dengan pemberian dosis metionina 0.2% dan 0.4%. Analisis darah dilakukan
dengan metode hemositometer dan preparat ulas. Pemberian metionina cenderung
tidak memengaruhi terhadap jumlah leukosit dan rasio heterofil/limfosit. Jumlah
rata-rata limfosit tertinggi didapatkan pada pemberian dosis metionina 0.2%.
Jumlah rata-rata heterofil terendah didapatkan pada pemberian metionina dosis
0.2%. Hasil yang didapat menunjukkan pemberian metionina dengan dosis 0.2%
memperlihatkan rasio H/L paling baik. Pemberian metionina dosis 0.2% dapat
digunakan untuk menurunkan cekaman panas tubuh.
Kata kunci: Metionina, ayam broiler, diferensiasi leukosit, cekaman panas,
glukokortikoid
ABSTRACT
Broiler chicken is the most popular livestock in Indonesia. Heat and
metabolic stress in Indonesia become problem to increase broiler chicken
production. Methionine is an essensial amino acid which can be used to decrease
of heat and metabolic stress. The purpose of this study was to obtain an effective
dose of methionine that observed from the differentiation of leucocyte. The method
used was a completely randomized design one-way ANOVA. A total of 27 broiler
chickens were divided into 3 groups. First group was control, second group was
given methionine 0.2% in feed, and third group was given methionine 0.4% in
feed. Blood analysis was conducted by using hemositometer method and blood
smear examination. Methionine administration in feed were not significantly
affect the leucocyte number and heterophil/lymphocyte ratio. The highest of
average number lymphocytes obtained at the dose of 0.2%. The lowest of average
number heterophils obtained at the dose of 0.2%. The results showed that
administration of methionine 0.2% obtain the best H/L ratio. Methionine 0.2%
could be used to reduce heat stress.
Keywords : methionine, broiler chicken, differentiation of leucocyte, heat stress,
glucocorticoid
PENURUNAN TINGKAT STRES PADA AYAM BROILER
MELALUI PEMBERIAN METIONINA
IKHSAN SUMIRAT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Penurunan Tingkat Stres pada Ayam Broiler melalui Pemberian
Metionina
Nama
: Ikhsan Sumirat
NIM
: B04090046
Disetujui oleh
drh Andriyanto, M.Si
Pembimbing I
drh Abadi Soetisna, M.Si
Pembimbing II
Diketahui oleh
drh Agus setiyono, MS, Ph.D, APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi dengan judul
“Penurunan Tingkat Stres pada Ayam Broiler melalui Pemberian Metionina”
dapat diselesaikan dengan baik. Salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
Rasullulah Muhammad SAW.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
kedokteran hewan. Penelitian ini dimulai pada bulan November sampai dengan
Januari bertempat di kandang ungas, Labolatorium Fisiologi departemen
Fisiologi, Farmakologi dan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada drh. Andriyanto, M.Si dan drh. Abadi
Soetisna, M.Si selaku pembimbing skripsi. Di samping itu, terima kasih penulis
ucapkan kepada ayahanda Ismail, ibunda Rosmalia, aa Asep, kekasih hati saya
ade ayu, dan seluruh keluarga yang selalu memberi semangat, motivasi, doa, dan
kasih sayang dalam proses pembuatan skripsi.
Bogor, 2013
Ikhsan Sumirat
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Stres
2
Metionina
3
Leukosit
3
Heterofil
3
Limfosit
4
METODE
4
Waktu dan Tempat
4
Bahan dan Alat
4
Tahap Persiapan
5
Kandang, Pakan, dan Minum
5
Hewan Percobaan
5
Aklimatisasi Hewan
5
Tahap Pelaksanaan
5
Rancangan Percobaan
5
Pemberian Pakan
5
Pengambilan dan Analisis Sampel
6
Variabel yang Diamati
6
Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Leukosit
7
Heterofil
7
Limfosit
9
Rasio Heterofil/Limfosit
10
SIMPULAN DAN SARAN
11
Simpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
11
LAMPIRAN
13
RIWAYAT HIDUP
15
DAFTAR TABEL
1 Rata-rata jumlah leukosit ayam broiler (×103/mm3) yang diberi
metionina
2 Rata-rata jumlah heterofil (%) ayam broiler yang diberi metionina
3 Rata-rata jumlah limfosit (%) ayam broiler yang diberi metionina
4 Rata-rata rasio H/L ayam broiler yang diberi metionina
7
8
9
10
DAFTAR LAMPIRAN
1 perhitungan jumlah leukosit, heterofil, limfosit, dan rasio H/L pada
minggu ke-2 pemberian metionina.
2 perhitungan jumlah leukosit, heterofil, limfosit, dan rasio H/L pada
minggu ke-4 pemberian metionina.
13
14
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam broiler merupakan hewan ternak yang diminati masyarakat Indonesia
karena harganya yang relatif murah, nilai gizi yang tinggi, dan penyedia protein
hewani bagi tubuh manusia (Mulyantini 2011). Protein berperan dalam
pertumbuhan, pemelihara sel-sel tubuh, membantu pertumbuhan otak, dan
meningkatkan kecerdasan.
Permintaan ayam broiler yang meningkat setiap tahun harus diimbangi
dengan peningkatan produktivitas ayam broiler. Peningkatan produktivitas
diharapkan mampu menghasilkan peningkatan bobot badan ayam broiler dalam
waktu yang singkat dengan tingkat kematian yang rendah (Fadillah 2004). Namun,
peningkatan produktivitas dapat menyebabkan cekaman metabolik pada ayam
broiler. Pemberian obat dan suplemen untuk memacu pertumbuhan umumnya
akan memperparah cekaman metabolik.
Indonesia sebagai negara tropis memiliki suhu yang relatif tinggi berkisar
30 sampai dengan 35°C. Menurut Mulyantini (2010) suhu ideal pemeliharaan
ayam broiler berkisar 15 sampai dengan 27°C. Suhu yang tinggi di Indonesia
menjadi penyebab adanya cekaman panas. Cekaman panas dapat menyebabkan
penurunan nafsu makan, laju pertumbuhan, dan efisiensi pakan (Lu et al. 2007).
Cekaman panas pada ayam broiler dapat membentuk radikal bebas yang
berikatan dengan asam lemak tidak jenuh yang disebut lipida peroksida. Hal ini
menyebabkan penurunan imunitas tubuh sehingga terjadi peningkatan angka
mortalitas pada ayam broiler (Yamada 2001).
Cekaman ayam broiler menyebabkan terjadinya induksi pada hipotalamus
untuk mengeluarkan hormon stres. Hipotalamus melepaskan corticotrophin
releasing hormone (CRH) yang merangsang hipofise anterior untuk mengeluarkan
hormon adrenocorticotrophic hormone (ACTH) yang memerintahkan kelenjar
adrenal mengeluarkan glukokortikoid (Hillman et al. 2000; Sahin et al. 2001;
Boonstra 2005). Peningkatan kadar glukokortikoid terjadi pada ayam broiler yang
mengalami cekaman panas akut (Post et al. 2003). Cekaman panas yang bersifat
kronis dapat menyebabkan penurunan imunitas tubuh. Hal ini berkaitan dengan
keadaan glukokortikoid di dalam tubuh yang dapat menurunkan imunitas tubuh
(Siegal 1995). Cekaman kronis akan menyebabkan penurunan jumlah limfosit dan
peningkatan jumlah heterofil di dalam darah sehingga terjadi peningkatan rasio
heterofil/limfosit (Zulkifli et al. 2000).
Alternatif untuk mengurangi tingkat cekaman pada ayam adalah dengan
penggunaan metionina. Metionina merupakan asam amino esensial mengandung
gugus metil yang bersifat lipotropik. Menurut Pesti et al. (2005) salah satu fungsi
metionina adalah menekan deposisi lemak di dalam hati. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan metionina untuk mensintesis metabolisme karnitin dan kreatin.
Karnitin merupakan senyawa pembawa asam lemak rantai panjang. Karnitin
berfungsi menembus membran mitokondria pada β-oksidasi asam lemak.
Ketersediaan metionina dalam ransum dapat meningkatkan β-oksidasi asam lemak
sehingga timbunan lemak dalam bentuk kolesterol, trigliserida, garam empedu,
dan hormon glukokortikoid dapat ditekan. Berkurangnya deposisi lemak di dalam
2
tubuh menjadikan ayam broiler lebih tahan terhadap cekaman panas dan dapat
menekan tingkat stres. Penelitian ini dilakukan untuk melihat jumlah rata-rata
leukosit, dan rasio heterofil/limfosit pada ayam broiler yang diberi metionina
untuk melihat efek metionina dalam menurunkan efek cekaman panas di dalam
tubuh.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini mengetahui pengaruh pemberian metionina di
dalam ransum ayam broiler terhadap pengurangan efek cekaman di dalam tubuh.
Di samping itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur penggunaan
metionina yang efektif pada ransum ayam broiler untuk menghasilkan ayam
broiler yang sehat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat mengoptimalkan pemberian metionina di dalam
ransum ayam dan menghasilkan produksi ayam broiler berkualitas yang
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
Stres
Stres adalah bentuk respon fisiologis terhadap suatu perubahan yang berasal
dari dalam dan luar tubuh. Faktor terjadi stres dapat digolongkan ke dalam 2
sumber yaitu, sumber yang berasal dari dalam tubuh (internal) seperti kecepatan
metabolisme yang berlebihan dan sumber yang berasal dari luar tubuh (eksternal)
seperti lingkungan sekitar (Smith dan French 1997).
Respon tubuh terhadap stres adalah merangsang induksi beberapa hormon.
Pada respon hormonal, stres akan merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan
CRH (corticotrophin realising hormone) yang akan memberikan sinyal pada
hipofise anterior untuk mengeluarkan ACTH (adrenocorticotrophic hormone)
yang menginduksi korteks adrenal untuk mengeluarkan glukokortikoid sebagai
produk akhir hormon (Hillman et al. 2000; Sahin et al. 2001; Boonstra 2005).
Efek glukokortikoid akibat stres di dalam tubuh adalah meningkatkan
pembentukan energi yang berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein. Namun,
hal ini berdampak pada penurunan bobot badan, penurunan respons peradangan,
perubahan diferensiasi leukosit, dan penurunan sistem imunitas tubuh sehingga
hewan lebih mudah terkena infeksi.
Pengaruh glukokortikoid terhadap leukosit adalah meningkatkan jumlah
heterofil dan menurunkan jumlah limfosit di dalam pembuluh darah. Hal ini
menjadi dasar terhadap pengukuran tingkat stres hewan. Rasio heterofil/limfosit
3
digunakan untuk mengukur tingkat stres pada hewan. Semakin tinggi rasio H/L
maka semakin tinggi tingkat stres yang terjadi pada hewan (Zulkifli et al. 2000).
Metionina
Metionina merupakan salah satu asam amino essensial. Metionina memiliki
gugus sulfur yang dibutuhkan dalam peternakan ayam broiler. Metionina memiliki
sifat yang essensial, sehingga metionina harus tersedia di dalam pakan dalam
jumlah yang cukup (Schutte et al. 1997). Metionina merupakan faktor yang dapat
mencegah kerusakan hati. Hal ini dikarenakan metionina bersifat lipotropik
(memetabolisme lemak di dalam hati) sehingga akumulasi lemak di dalam hati
dapat dikurangi (Kano et al. 1982).
Metionina berperan dalam fungsi imunitas ayam broiler. Pemberian
metionina pada pakan ayam broiler dapat mendorong terbentuknya respon
antibodi dan kekebalan seluler pada ayam broiler. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan metionina untuk mempertahankan dan memperbesar organ limfogen
terutama bursa fabrisius (Thompson dan Scott 1970). Bursa fabrisius merupakan
organ limfoid utama pada ayam broiler. Menurut Zhang dan Guo (2008)
kekurangan metionina akan menyebabkan penurunan bobot dan kerusakan sel dari
bursa fabrisius sehingga dapat menurunkan imunitas humoral dan imunokompeten
nonspesifik.
Leukosit
Sel darah putih (leukosit) merupakan bagian darah yang berbentuk padat.
Sebagian besar leukosit berada di dalam sistem pembuluh darah. Namun, leukosit
dapat menembus pembuluh darah dan bermigrasi ke dalam jaringan. Fungsi
umum leukosit melakukan pertahanan terhadap infeksi. Jumlah leukosit hanya
1% dari total volume darah. Namun, leukosit merupakan komponen penting
dalam sistem pertahanan tubuh. Peningkatan jumlah leukosit merupakan ciri
umum terjadinya infeksi di dalam tubuh (Fradson 1992). Jenis infeksi di dalam
tubuh dapat dilihat dari diferensiasi sel darah putih (Guyton 1996).
Leukosit dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan histopatologi yaitu
granulosit dan agranulosit. Granulosit merupakan sel yang memiliki lobus pada
inti sel dan granul pada sitoplasma. Granulosit terdiri atas heterofil, eosinofil, dan
basofil. Agranulosit adalah sel yang tidak bersegmen dan berlobus pada inti dan
tidak ada granul pada sitoplasma. Agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit
(Guyton 1996).
Heterofil
Heterofil merupakan sel granulosit polimorfonuklear-pseudoeosinofilik.
Heterofil tua memiliki gelambir yang lebih banyak dibandingkan heterofil muda
(Delman dan Brown 1992). Heterofil diproduksi dalam sumsum tulang belakang.
Heterofil mengalir di dalam pembuluh darah selama 6 sampai dengan 10 jam, dan
4
masuk ke dalam jaringan. Heterofil bertahan 1 sampai dengan 2 hari di dalam
jaringan (Strukie 1976).
Menurut Ganong (1995) fungsi heterofil adalah merespon adanya infeksi di
dalam tubuh. Heterofil dapat keluar dari pembuluh darah menuju pusat infeksi, di
sisi lain terjadi rangsangan pada sumsum tulang belakang untuk memproduksi
heterofil lebih banyak. Tizard (1988) menyatakan fungsi utama heterofil adalah
menghancurkan benda asing dengan cara fagositosis. Heterofil dapat terangsang
akibat adanya infeksi bakteri, adanya sel-sel yang rusak, dan bebagai produk yang
dilepaskan oleh sel-sel yang rusak. Heterofil merupakan sistem pertahanan
pertama pada infeksi. Pada proses infeksi akut secara klinis heterofil muda lebih
banyak ditemukan.
Limfosit
Limfosit merupakan sel darah putih yang paling banyak ditemukan pada
unggas. Ukuran limfosit bervariasi tergantung pada umurnya. Limfosit muda
memiliki ukuran yang besar (paralimfosit), sedangkan limfosit tua memiliki
ukuran yang lebih kecil (Guyton 1996). Limfosit paling banyak ditemukan di
jaringan limfogen seperti limpa, timus, kelenjar limfe, daun payer dan bursa
fabrisius (Guyton 1996).
Secara histopatologi limfosit memiliki inti hepatokromatik berbentuk
lonjong sampai dengan bulat. Memiliki sifat basofilik, tidak bergranul pada
sitoplasma. Limfosit terdiri atas limfosit T dan limfosit B. limfosit T berfungsi
sebagai sel imunitas yang dapat menghancurkan benda asing. Limfosit B
berfungsi sebagai imunitas humoral yang dapat menyerang antigen melalui
pembentukan anti bodi. Jain (1986) menyatakan persentase limfosit pada ungas
berkisar 45 sampai dengan 75%.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan bulan November 2012 sampai dengan Januari 2013.
Penelitian dilakukan di kandang unggas Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Analisis sampel darah dilakukan di laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi,
Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang percobaan, alas
sekam, spuid, kapas, kertas label, pensil, ice box, tabung reaksi, pipet pengencer
WBC, gelas objek, kaca penutup, tisu, alat penghitung, kamar hitung Neubauer,
dan mikroskop cahaya. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
broiler, metionina, multivitamin, air gula, vaksin (terdiri atas ND IB, ND La sota,
5
dan gumboro), alkohol 70%, pakan, cairan pengencer (larutan rees ecker), metil
alkohol, larutan pewarna giemsa 10%, akuades, dan minyak emersi.
Tahap Persiapan
Kandang, Pakan, dan Minum
Kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang tembok yang
dialasi sekam. Kandang diberi pembatas berupa papan setinggi 1 meter pada
setiap perlakuan ayam broiler. Kandang terlebih dahulu dibersihkan dan
didesinfeksi 10 hari sebelum ayam masuk kandang.
Pakan yang diberikan memiliki 2 kandungan yaitu, pakan yang tidak
memiliki kandungan metionina dan pakan dengan campuran metionina. Pakan
dengan campuran metionina diatur dosisnya terlebih dahulu sebelum pemberian.
Penambahan metionina pada pakan dikerjakan 3 hari sebelum dilakukan
perlakuan. Air minum tersedia ad libitum.
Hewan Percobaan
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam broiler sebanyak 27
ekor yang dipelihara mulai dari umur 1 hari. Ayam dibagi ke dalam 3 kelompok
dengan jumlah yang sama.
Aklimatisasi Ayam Broiler
Sebelum diberikan perlakuan, ayam diaklimatisasi selama 1 minggu.
Aklimatisasi bertujuan untuk menyesuaikan fisiologis ayam broiler terhadap
lingkungan. Pada tahap ini, ayam broiler diberikan multivitamin dan air gula pada
hari ke-1, vaksin ND IB pada hari ke-3. Pemberian vaksin gumboro dilakukan
pada hari ke-7. Pemberian vaksin ND La sota pada hari ke-18. Pemberian vitamin
dan vaksin bertujuan meningkatkan daya tahan tubuh dan membentuk antibodi
dari infeksi ND, IB, dan IBD.
Tahap Pelaksanaan
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah rancangan
acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 9 ulangan. Faktor yang dilihat adalah
pemberian metionina pada berbagai dosis. Dosis yang digunakan adalah 0%, 0.2%,
dan 0.4%.
Pemberian Pakan
Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari selama 28 hari
setelah aklimatisasi. Setelah periode aklimatisasi selesai, perlakuan mulai
dilakukan yaitu, pada hari ke-8 setelah ayam masuk kandang. Ayam broiler
kontrol diberi pakan yang tidak mengandung metionina. Sementara itu, ayam
broiler yang lain diberi pakan dengan kandungan metionina dosis 0.2% dan 0.4%.
6
Pengambilan dan Analisis sampel
Pengambilan sampel darah dilakukan pada periode perlakuan hari ke-0, 14,
dan 28. Sampel darah diambil dari vena axillaris, ditampung pada tabung reaksi
yang telah diberi antikoagulan (EDTA) dan di simpan pada ice box. Perhitungan
jumlah sel darah putih dilakukan dengan metode hemositometer menggunakan
larutan pengencer rees ecker. Sampel darah dihisap sampai batas 0.5, ujung pipet
dibersihkan dengan tisu kemudian diencerkan dengan rees ecker sampai batas
angka 11. Kedua ujung pipet ditutup menggunakan jempol dan telunjuk dengan
posisi mendatar. Campuran pada pipet dihomogenkan dengan membolak-balik
pipet membentuk angka 8. Campuran pipet diteteskan ke dalam kamar hitung
Neubauer dan ditutup dengan kaca penutup. Jumlah sel darah putih dihitung pada
5 bujur sangkar di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 40 kali. Hasil
penghitungan akhir adalah jumlah seluruh sel darah putih dari ke-5 bujur sangkar
yang dihitung dikalikan dengan 200.
Diferensiasi sel darah putih dihitung dengan menggunakan metode preparat
ulas darah. Dua gelas objek disiapkan dan dibersihkan dengan alkohol 70%.
Sampel darah diteteskan pada ujung gelas objek yang bersih. Sementara itu, gelas
objek lain disiapkan dan dipegang pada kedua sisi panjangnya. Ujung gelas objek
tersebut diletakkan pada tetesan darah membentuk sudut antara 45˚ terhadap gelas
objek pertama. Darah dibiarkan menyebar diujung gelas objek kedua. Gelas objek
kedua didorong sehingga darah menyebar sepanjang gelas objek pertama. Sediaan
ulas darah dikeringkan dan difiksasi dengan metil alkohol selama 5 menit. Setelah
kering dimasukkan ke dalam larutan giemsa 10% selama 30 menit. Preparat ulas
yang telah diwarnai kemudian dicuci dan dibersihkan dengan air mengalir dan
dikeringkan di udara. Diferensiasi sel darah putih diamati di bawah mikroskop
cahaya dengan pembesaran 100 kali.
Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah jumah leukosit dan rasio
heterofil/limfosit untuk mengetahui tingkat stres pada ayam broiler.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan metode analysis of variance (Anova).
Faktor yang dilihat adalah dosis dan pengaruh metionina terhadap jumlah ratarata leukosit dan rasio heterofil/limfosit.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini memperlihatkan jumlah rata-rata leukosit dan rasio
heterofil/limfosit pada pemberian metionina masing-masing dengan dosis 0%,
0.2%, dan 0.4% pada pakan. Pada hari ke-0 perlakuan dilakukan pengambilan
darah sebagai data awal. Selanjutnya, diamati jumlah rata-rata leukosit dan rasio
heterofil/limfosit pada pengambilan darah hari ke-14 dan hari ke-28. Rata-rata
jumlah leukosit ayam broiler pada data awal adalah 1.71±1.41 (×103/mm3),
jumlah rata-rata heterofil pada data awal adalah 22.00±11.83%, dan jumlah ratarata limfosit pada data awal adalah 71.44±11.99%.
Leukosit
Pemberian metionina terhadap jumlah rata-rata leukosit cenderung tidak
berpengaruh pada setiap perlakuan. Jumlah leukosit tertinggi ada pada dosis 0.4%
pengambilan darah hari ke-28. Selanjutnya, penghitungan jumlah rata-rata
leukosit disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rata-rata jumlah leukosit ayam broiler (×103/mm3) yang diberi metionina
Dosis metionina (%)
Hari
0 (kontrol)
0.2
0.4
a
a
14
5.33±0.46
9.20±3.27
8.80±1.60a
28
6.20±1.71a
7.33±3.88a
15.40±7.79a
ket : huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata (p