Respon Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap Sistem Tanam Alur dan Pemberian Jenis Pupuk

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS
KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP SISTEM
TANAM ALUR DAN PEMBERIAN JENIS PUPUK

RIZAL MAHDI KURNIAWAN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Pertumbuhan
dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap Sistem
Tanam Alur dan Pemberian Jenis Pupuk adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013
Rizal Mahdi Kurniawan
NIM A24090093

ABSTRAK
RIZAL MAHDI KURNIAWAN. Respon Pertumbuhan dan Produksi Dua
Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap Sistem Tanam Alur
dan Pemberian Jenis Pupuk. Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI dan
YUDIWANTI WAHYU E.K.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sistem tanam alur
dan pemberian jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas
kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Penelitian dilaksanakan di KP Leuwikopo
IPB Dramaga, Bogor pada bulan Februari - Juni 2013. Percobaan
menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot Design) dengan perlakuan
yang terdiri dari dua faktor, yaitu sistem tanam sebagai petak utama dan jenis
pupuk sebagai anak petak. Sistem tanam pada petak utama terdiri atas dua
taraf, yaitu sistem tanam alur dan sistem tanam konvensional. Jenis pupuk pada

anak petak terdiri atas tiga taraf yaitu pupuk kandang ayam, pupuk kandang
ayam + kapur Dolomit, pupuk kandang ayam + kapur dolomit + pupuk NPK.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanam alur meningkatkan
produktivitas biji kering dan produktivitas polong kering lebih baik
dibandingkan sistem tanam konvensional. Hal tersebut ditunjukkan oleh
produktivitas polong kering varietas Gajah sebesar 2.93 ton ha-1 pada sistem
tanam alur dibanding 2.55 ton ha-1 pada sistem tanam konvensional, dan untuk
varietas Jerapah sebesar sebesar 2.61 ton ha-1 pada sistem tanam alur dibanding
2.22 ton ha-1 pada sistem tanam. Budidaya kacang tanah dengan sistem tanam
alur dapat meningkatkan efisiensi tanaman dalam memanfaatkan unsur hara
yang diberikan, baik pupuk organik maupun anorganik, sehingga pertumbuhan
dan hasil tanaman kacang tanah menjadi lebih baik. Jenis pupuk kandang ayam
+ Dolomit + NPK memberikan pengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan
daya hasil tanaman dibandingkan jenis pupuk lainnya.
Kata kunci: Kacang tanah, produktivitas, sistem tanam alur

ABSTRACT
RIZAL MAHDI KURNIAWAN. Growth respond and production of two
varieties of peanut (Arachis hypogaea L.) to deep furrow planting system and
application of different fertilizers. Supervised by HENI PURNAMAWATI dan

YUDIWANTI WAHYU E.K.
This research aims to study the effect of cropping systems and types of
fertilizers on the growth and production of two varieties of peanut (Arachis
hypogaea L.). The experiment was conducted at IPB Dramaga Leuwikopo KP,
Bogor in February-June 2013. Experiments using a split plot design with a
treatment consisting of two factors, namely cropping systems as main plots and
fertilizer as the subplot. Cropping systems in the main plot consists of two
levels, the deep furrow planting and conventional planting. Types of fertilizers
on subplot consisted of three levels i.e. chicken manure, chicken manure +
Dolomite lime, chicken manure + Dolomite lime + NPK compound. The
results showed that the deep furrow planting system increase productivity
based on dry kernel weight and dry pod weight better than conventional
planting system. This is shown by the productivity of dry pods of Gajah variety
of 2.93 tonnes ha-1 at deep furrow planting system than 2.55 tonnes ha-1 at
conventional planting system, and for Jerapah variety of 2.61 tonnes ha-1 at
deep furrow planting system than 2.22 tonnes ha-1 at conventional planting
system. Peanut cultivation by deep furrow planting system can improve
efficiency in the use of plant nutrients supplied, both organic and inorganic
fertilizers, so that the growth and yield of groundnut better. Fertilizers type of
chicken manure + Dolomite lime + NPK compound give better effect on the

growth and yield of plants than other fertilizers types.
the average crop yield better than other types of fertilizjjjjjkkkkkkkjjjers.
Keywords: Peanuts, productivity, deep furrow planting system

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS
KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP SISTEM
TANAM ALUR DAN PEMBERIAN JENIS PUPUK

RIZAL MAHDI KURNIAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.) terhadap Sistem Tanam Alur dan
Pemberian Jenis Pupuk
Nama
: Rizal Mahdi Kurniawan
NIM
: A24090093

Disetujui oleh

Dr Ir Heni Purnamawati, MScAgr
Pembimbing I

Dr Ir Yudiwanti Wahyu E.K., MS
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini
ialah respon pertumbuhan dan produksi dua varietas kacang tanah (Arachis
hypogaea L.) terhadap sistem tanam alur dan pemberian jenis pupuk.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Heni Purnamawati, MScAgr
dan Dr Ir Yudiwanti Wahyu E.K., MS selaku pembimbing skripsi atas
bimbingan, arahan, dan fasilitas yang telah diberikan selama penulis
melakukan penelitian ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Asep
Setiawan, MS selaku dosen penguji atas saran dan masukannya untuk
penulisan skripsi ini dan penulis ucapkan terima kasih kepada Dr Ir Endah
Retno Palupi, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa
memberikan semangat akademik selama menjalani perkuliahan di Institut
Pertanian Bogor.

Kepada kedua orang tua dan kakak tercinta atas pengertian dan
ketenangan dalam rangka mendoakan penulis, penulis mengucapakan terima
kasih. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman Agronomi
dan Hortikultura Angkatan 46 (Socrates 46), teman-teman Himpunan Keluarga
Rembang di Bogor (HKRB), teman-teman kelompok Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) 2013, dan semua pihak yang ikut terlibat dalam penelitian
ini penulis mengucapkan terima kasih.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2013
Rizal Mahdi Kurniawan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

i

DAFTAR GAMBAR

ii


DAFTAR LAMPIRAN

ii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Hipotesis

2


TINJAUAN PUSTAKA

2

Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah

2

Fase Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah

3

Pemupukan dan Pengapuran

3

METODE PENELITIAN

4


Tempat dan Waktu

4

Bahan dan Alat

4

Rancangan Percobaan

5

Pelaksanaan Penelitian

5

Prosedur Analisis Data

7


HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum

8
8

Daya Tumbuh dan Waktu 50 % Populasi Berbunga

10

Tinggi Tanaman

11

Jumlah Cabang Tanaman

12

Indeks Luas Daun

13

Bobot Kering Brangkasan Tanaman

14

Jumlah dan Persentase Polong per Tanaman

16

Bobot Kering Polong Tanaman

17

Bobot Kering 100 Butir

18

Indeks Panen Tanaman

19

Produktivitas Tanaman

20

Analisis Usaha Tani

21

KESIMPULAN DAN SARAN

22

Kesimpulan

22

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

26

RIWAYAT HIDUP

34

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10
11
12
13
14
15
16

Daya tumbuh dan waktu berbunga tanaman kacang tanah varietas
Gajah dan Jerapah pada perlakuan sistem tanam dan jenis pupuk
Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah varietas Gajah dan Jerapah
pada perlakuan tunggal sistem tanam dan jenis pupuk
Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah varietas Gajah 10 MST pada
interaksi perlakuan sistem tanam dan jenis pupuk
Rata-rata jumlah cabang tanaman kacang tanah varietas Gajah dan
Jerapah pada perlakuan tunggal sistem tanam dan jenis pupuk
Rata-rata jumlah cabang tanaman kacang tanah varietas Jerapah 15
MST pada interaksi perlakuan sistem tanam dan jenis pupuk
Rata-rata indeks luas daun kacang tanah varietas Gajah dan Jerapah
pada perlakuan tunggal sistem tanam dan jenis pupuk
Rata-rata bobot kering brangkasan kacang tanah varietas Gajah dan
Jerapah pada perlakuan tunggal sistem tanam dan jenis pupuk
Rata-rata bobot kering brangkasan varietas Gajah dan Jerapah pada
interaksi perlakuan sistem tanam dan jenis pupuk
Rata-rata jumlah dan persentase polong kacang tanah per tanaman
varietas Gajah dan Jerapah pada perlakuan tunggal sistem tanam dan
jenis pupuk
Rata-rata bobot kering polong kacang tanah per tanaman varietas Gajah
dan Jerapah pada perlakuan tunggal sistem tanam dan jenis pupuk
Rata-rata bobot kering polong per tanaman varietas Gajah hasil
interaksi perlakuan sistem tanam dan jenis pupuk
Rata-rata bobot kering 100 butir kacang tanah varietas Gajah dan
Jerapah pada perlakuan tunggal sistem tanam dan jenis pupuk
Rata-rata indeks panen kacang tanah varietas Gajah dan Jerapah pada
perlakuan tunggal sistem tanam dan jenis pupuk
Rata-rata indeks panen tanaman kacang tanah varietas Gajah hasil
interaksi perlakuan sistem tanam dan jenis pupuk
Produktivitas tanaman kacang tanah varietas Gajah dan Jerapah pada

10
11
12
13
13
14
15
15

17
17
18
18
19
20

perlakuan tunggal sistem tanam dan jenis pupuk

21

Produktivitas polong kering kacang tanah varietas Gajah hasil
interaksi perlakuan sistem tanam dan jenis pupuk

21

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Sistem tanam alur
Tanaman kacang tanah umur 4 MST, 6MST, dan 10 MST
Penyakit layu pada kacang tanah

6
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Deskripsi kacang tanah varietas Gajah dan Jerapah
Analisis tanah lahan percobaan
Data iklim lokasi percobaan
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh sistem tanam dan jenis
pupuk pada tanaman kacang tanah varietas Gajah
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh sistem tanam dan jenis
pupuk pada tanaman kacang tanah varietas Jerapah
Brangkasan tanaman kacang tanah varietas Gajah dan Jerapah
Polong penuh, setengah penuh, dan cipo pada kacang tanah
Analisis usaha tani sistem tanam konvensional
Analisis usaha tani sistem tanam alur

26
27
27
28
29
30
31
32
33

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) di Indonesia merupakan komoditas
pertanian terpenting setelah kedelai yang memiliki peran strategis pangan nasional
sebagai sumber protein dan minyak nabati. Marzuki (2009) menyatakan bahwa
kacang tanah mengandung lemak 40-50%, protein 27%, karbohidrat 18%, dan
vitamin. Kacang tanah dimanfaatkan sebagai bahan pangan konsumsi langsung
atau campuran makanan seperti roti, bumbu dapur, bahan baku industri, dan pakan
ternak, sehingga kebutuhan kacang tanah terus meningkat setiap tahunnya sejalan
dengan peningkatan jumlah penduduk (Balitkabi 2008).
Produktivitas rata-rata kacang tanah nasional dari tahun 2008 hingga 2012
mengalami sedikit peningkatan. Data BPS (Badan Pusat Statistik) menyebutkan
bahwa produktivitas kacang tanah pada tahun 2008 sekitar 1.21 ton ha-1, pada
tahun 2012 terjadi peningkatan menjadi 1.26 ton ha-1. Produktivitas kacang tanah
di Indonesia tergolong rendah, jika dibandingkan dengan negara USA, Cina, dan
Argentina yang sudah mencapai lebih dari 2 ton ha-1. Peningkatan produktivitas
kacang tanah di Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan produksi kacang
tanah, produksi kacang tanah nasional masih tergolong rendah, bahkan dari tahun
2008 hingga 2012 terus mengalami penurunan. Tahun 2008 produksi kacang
tanah sekitar 770 054 ton, dan tahun 2012 sekitar 709 063 ton. Kasno (2005)
menyatakan bahwa kemampuan produksi rata-rata hanya sekitar 1 ton ha-1 biji
kering. Salah satu penyebab produktivitas kacang tanah yang masih rendah karena
proses pengisian polong kacang tanah belum maksimal, masih banyak ditemukan
polong yang hanya terisi setengah penuh bahkan cipo. Kadekoh (2007)
menyatakan bahwa hasil polong kacang tanah di tentukan oleh fotosintat yang di
akumulasi ke dalam kulit dan biji kacang tanah. Purnamawati et al. (2010)
menambahkan bahwa bahan kering untuk pengisian biji pada kacang tanah diduga
lebih banyak diperoleh dari fotosintesis selama pengisian biji.
Permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan produksi kacang tanah
nasional disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: a) Penerapan teknologi belum
dilakukan dengan baik, sehingga produktivitas belum optimal misalnya,
pengolahan lahan kurang optimal sehingga drainase buruk dan struktur tanah
padat, pemeliharaan tanaman kurang optimal sehingga serangan OPT tinggi b)
Penggunaan benih bermutu masih rendah, c) Penggunaan pupuk hayati dan
organik masih rendah (Dirjen Tanaman Pangan 2012). Rendahnya hasil kacang
tanah juga dipengaruhi jumlah bulan basah kurang dari tiga bulan sehingga
tanaman mengalami kekeringan. Penurunan hasil kacang tanah akibat kekeringan
berkisar antara 22-96% tergantung pada fase pertumbuhan saat kekeringan terjadi
(Harsono 2007).
Produksi kacang tanah dapat ditingkatkan dengan memperhatikan
beberapa sasaran yaitu luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas (Pitojo
2005). Peningkatan produksi kacang tanah dapat dicapai melalui beberapa
strategi, diantaranya: a) Peningkatan produktivitas, upaya yang dilakukan adalah
menerapkan teknologi produksi yang tepat guna, pengembangan dan penerapan
teknologi budidaya terbaru, dan perlindungan tanaman dari OPT. b) Perluasan

2
areal lahan budidaya dan optimalisasi lahan dilakukan dengan membuka lahan
baru (sawah), mengoptimalkan lahan dengan memanfaatkan lahan marjinal dan
lahan pertanian lainnya (Dirjen Tanaman Pangan 2012).
Sumarno et al. (2001) menyatakan bahwa kacang tanah membutuhkan
unsur hara N, P, K, dan Ca dalam jumlah yang cukup, sehingga membutuhkan
pemberian kapur dan pemupukan baik organik maupun anorganik. Kari et al.
(2000) menambahkan bahwa penambahan bahan organik dapat meningkatkan
efisiensi penyerapan unsur fosfor (P), yang dapat meningkatkan agregasi tanah
sehingga tanah menjadi lebih gembur, dan sangat menguntungkan untuk
pertumbuhan ginofor. Pengapuran juga dapat mengatasi lahan asam untuk
meningkatkan produksi.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sistem tanam alur dan
pemberian jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas kacang
tanah (Arachis hypogaea L.).

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah :
1 Sistem tanam alur lebih baik dalam mendukung pertumbuhan dan
produksi kacang tanah dibanding sistem tanam konvensional.
2 Terdapat pengaruh pemberian jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan
produksi kacang tanah pada sistem alur.
3 Terdapat interaksi antara sistem tanam alur dan pemberian jenis pupuk
terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah.

TINJAUAN PUSTAKA
Syarat Tumbuh Kacang Tanah
Kacang tanah memiliki daya adaptasi yang luas terhadap berbagai jenis
tanah, yaitu pada tanah-tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol.
Pada umumnya tanaman kacang tanah cocok ditanam pada tanah yang ber pH 6.57.0 (Adisarwanto 2005). Untuk dapat tumbuh dengan baik kacang tanah
menehendaki tanah yang subur, gembur, dan ringan, serta kaya akan humus dan
bahan organik. Tanah yang gembur akan memberikan kemudahan pada kacang
tanah saat perkecambahan biji dan pembentukan polong. Pada saat berbunga
tanaman kacang tanah menghendaki keadaan yang cukup lembab dan cukup
udara, sehingga kuncup buah dapat menembus tanah dengan baik, sedangkan saat
buah kacang tanah menjelang tua, tanah harus diupayakan kering untuk

3
menghindari buah kacang tanah yang membusuk. Di daerah suhu kurang dari
20oC tanaman akan tumbuh lambat dan produksi relative sedikit, sedangkan pada
suhu lebih dari 40oC justru akan mematikan benih yang baru di tanam. Suhu
merupakan faktor penentu dalam perkecambahan biji dan pertumbuhan awal
tanaman (Maesen dan Somaatmadja 1992).
Pitojo (2005) menyatakan bahwa tanaman kacang tanah umunya
melakukan penyerbukan sendiri sewaktu bunga masih kuncup (kleistogami).
Bunga kacang tanah yang terbentuk menjadi polong adalah bunga yang terbentuk
pada sepuluh hari pertama dan bunga yang muncul berikutnya akan gugur
sebelum menjadi ginofor. Ginofor tumbuh mengarah ke bawah dan masuk
kedalam tanah sedalam 1-5 cm. Ginofor yang terbentuk cabang bagian atas dan
tidak masuk ke dalam tanah akan gagal terbentuk polong. Polong yang terbentuk
sangat bervariasi ada yang berisi hingga 4 biji tergantung pada varietas yang
dugunakan.

Fase Pertumbuhan Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah mempunyai dua fase pada pertumbuhan yaitu fase
pertumbuhan vegetatif dan generatif. Fase vegetatif dihitung sejak tanaman
muncul dari dalam tanah atau sejak biji berkecambah hingga tajuk mencapai
maksimum. Kacang tanah termasuk tanaman hari pendek dengan lama penyinaran
± 12 jam per hari. Fase generatif atau reprodukif dinyatakan sejak waktu tanam
berbunga hingga perkembangan polong, perkembangan biji, dan pada saat
matang.
Trustinah (1993) menyatakan bahwa pembungaan pada kacang tanah
dimulai dari hari ke-27 sampai hari ke-32 setelah tanam yang ditandai dengan
munculnya bunga pertama. Ginofor (tangkai kepala putik) muncul pada hari ke-4
atau ke-5 setelah bunga mekar, kemudian akan memanjang, serta menuju dan
menembus tanah untuk pembentukan polong. Pembentukan polong dimulai ketika
ujung ginofor mulai membengkak, yaitu pada hari ke-40 sampai hari ke-45 setelah
tanam atau sekitar satu minggu setelah ginofor masuk ke dalam tanah.

Pemupukan dan Pengapuran
Penambahan pupuk kandang bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah
dan komposisi hara tanah. Koesrini et al. (2006) menyatakan bahwa pengelolaan
hara pada tanaman kacang tanah dapat meningkatkan hasil produksi polong kering
dua kali lebih besar dari tingkat petani. Pemberian pupuk kandang dapat
meningkatkan bobot kering tanaman, karena pupuk kandang dapat menciptakan
kondisi lingkungan tumbuh tanaman yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk
kandang menyumbangkan sejumlah hara kedalam tanah yang dapat diambil
tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, seperti N, P, K selain itu pupuk
kandang juga dapat menghasilkan zat-zat yang dapat menstimulir pertumbuhan
tanaman (Endriani et al. 2002). Pupuk kandang dapat berupa dari kotoran
Kambing, Unggas, Sapi, Babi, Kuda, dan lain-lain. Pupuk kandang ayam
memiliki keunggulan sehingga sering digunakan dalam budidaya pertanian

4
dibandingkan pupuk kandang lainnya. Pupuk kandang ayam mempunyai
kandungan unsur hara dan bahan organik yang lebih tinggi serta kelembapan dan
nisabah C/N yang rendah sehingga unsur hara lebih cepat tersedia. Hardjowigeno
(2007) menyatakan bahwa pupuk kandang ayam mengandung nitrogen tiga kali
lebih besar dari pupuk kandang lainnya. Melati (2005) menambahkan bahwa
kotoran ayam merupakan sumber hara penting karena mengandung nitrogen dan
fosfat yang lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang lainya.
Penambahan pupuk anorganik juga dibutuhkan dalam menunjang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah. Sumaryo dan Suryono
(2000) menyatakan bahwa pemberian pupuk SP36 dapat meningkatkan hasil
kacang tanah polong kering.
Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah, sehingga pemberian kapur
pada tanah masam akan merangsang pembentukan struktur tanah menjadi remah,
mempengaruhi pelapukan bahan organik, dan pembentukan humus (Brady and
Nely 2002). Pengapuran merupakan penambahan senyawa yang mengandung K,
Ca dan Mg ke dalam tanah (Trustinah et al. 2008). Bahan kapur yang umum
digunakan adalah kelompok karbonat, seperti dolomite dan kalsit. Kedua bahan
kapur tersebut berbeda dalam kandungan unsur Ca dan Mg, dan kecepatan
reaksinya dalam tanah. Dolomite mempunyai reaksi lebih lambat, tetapi
kandungan Mg lebih banyak. Ca dan Mg sangat penting keseimbangannya
didalam tanah dalam menunjang pertumbuhan tanaman (Wahjudin 1992).
Machfud dan Mindari (1996) menambahkan bahwa pemberian kapur pada kacang
tanah dapat meningkatkan bobot polong dibandingkan tanpa kapur. Sumaryo dan
Suryono (2000) menyatakan bahwa pemberian dolomit dapat meningkatkan
jumlah bintil akar dan hasil kacang tanah yang dilihat dengan perubahan jumlah
polong isi, berat berangkasan kering, berat polong basah, serta berat polong
kering.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga,
Bogor. Periode pelaksanaan penelitian dari bulan Februari sampai Juni 2013

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan terdiri dari 2 varietas kacang tanah yaitu varietas
Gajah dan Jerapah (Lampiran 1), pupuk kandang ayam dengan dosis 1 ton ha-1,
dan pupuk majemuk NPK Phonska dengan dosis 200 kg ha-1. Kapur Dolomit
dengan dosis 600 kg ha-1. Pengendalian OPT menggunakan profenofos, mankozeb
dan karbofuran. Alat yang digunakan terdiri dari alat pertanian, Sprayer,
timbangan digital, LICOR LI-3000L, dan oven pengering.

5
Rancangan Percobaan
Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot Design)
dengan perlakuan terdiri dari dua faktor, yaitu sistem tanam sebagai petak utama
dan jenis pupuk sebagai anak petak. Petak utama merupakan faktor perlakuan
sistem tanam terdiri dari dua taraf yaitu sistem tanam alur dan sistem tanam
konvensional. Pemberian jenis pupuk sebagai anak petak yang terdiri dari tiga
taraf yaitu pupuk kandang ayam, pupuk kandang ayam + kampur Dolomit, dan
pupuk kandang ayam + kapur Dolomit + pupuk NPK Phonska. Pada percobaan ini
akan menggunakan dua varietas yang berbeda yaitu varietas Gajah dan Jerapah
sehingga terdapat 12 kombinasi untuk setiap percobaan diulang sebanyak 3 kali,
sehingga seluruhnya terdapat 36 satuan percobaan. Adapun 2 faktor perlakuan
tersebut adalah:
P1
P2
P3

Sistem tanam konvensional
: Sistem tanam konvensional + pupuk kandang ayam
: Sistem tanam konvensional + pupuk kandang ayam + kapur Dolomit
: Sistem tanam konvensional + pupuk kandang ayam + kapur Dolomit +
pupuk NPK Phonska

P1
P2
P3

Sistem tanam alur
: Sistem tanam alur + pupuk kandang ayam
: Sistem tanam alur + pupuk kandang ayam + kapur Dolomit
: Sistem tanam alur + pupuk kandang ayam + kapur Dolomit + pupuk NPK
Phonska
Model statistika untuk rancangan yang digunakan adalah:
Yijk = μ + Ui + Pj + αij + Kk + (PK)jk + εijk
Keterangan :
Yijk = nilai pengamatan (respon) dari ulangan ke-i, Sistem tanam ke-j,
dan jenis pupuk ke-k
μ
= rataan umum
Ui
= pengaruh ulangan ke-i, i = 1, 2, 3
Pj
= pengaruh sistem tanam ke-j, j = 1, 2
αij
= pengaruh galat pada ulangan ke-i dan perlakuan sistem tanam ke- j
Kk
= pengaruh jenis pupuk ke-k, k = 1, 2, 3
(PK)jk = pengaruh interaksi antara perlakuan sistem tanam ke-j dan jenis
pemupukan ke-k
εijk
= pengaruh galat percobaan dari ulangan ke-i, sistem tanam ke-j,
dan jenis pupuk ke-k

Pelaksanaan Penelitian
Dua minggu sebelum tanam dilakukan pengolahan tanah. Lahan diolah
sempurna sampai tanah menjadi gembur dan tidak terlalu padat. Ukuran petak
yang digunakan penelitian adalah 3 m x 2.5 m dengan arah Barat-Timur sebanyak
36 petak. Jarak tanam yang digunakan adalah 40 cm x 20 cm untuk semua
perlakuan. Perlakuan konvensional pemberian kapur Dolomit CaMg(CO3)2 dan
pupuk kandang dilakukan bersamaan saat pengolahan tanah yaitu dua minggu

6
sebelum tanam dengan cara disebar diatas tanah yang akan diolah, sedangkan
pupuk NPK diberikan bersamaan saat tanam. Pada perlakuan sistem tanam alur
Dolomit, pupuk kandang, dan pupuk NPK diberikan sehari sebelum tanam dengan
dosis yang sama pada perlakuan konvensional. Pupuk tersebut diberikan dalam
alur dengan kedalaman alur 20 cm dan lebar alur 20 cm, sehingga dalam satu alur
tanaman terdapat campuran antara pupuk kandang, kapur Dolomit, dan pupuk
NPK tergantung perlakuan (Gambar 1). Setelah campuran tersebut dimasukan ke
dalam alur, kemudian alur di tutup dengan tanah dan benih ditanam.

Gambar 1 Sistem tanam alur pada tanaman kacang tanah

Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiraman, penyiangan gulma, dan
pengendalian hama penyakit. Penyulaman dilakukan pada saat 1 MST, benih yang
digunakan penyulaman direndam dengan pupuk organik untuk mempercepat
perkecambahan. Penyiangan gulma dilakukan pada saat 3 MST, 5 MST, dan 12
MST. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan penyemprotan prefenofos
dan mankozeb dengan konsentrasi 4 ml l-1. Pengendalian hama penyakit tanaman
dilakukan pada saat 6 MST dan 11 MST. Pembumbunan dilakukan dua kali pada
perlakuan konvensional saat 3 MST dan 5 MST. Pemanenan dilakukan ketika
umur tanaman 15 MST.

Pengamatan
Pengamatan pada tanaman kacang tanah dilakukan dua tahap yaitu
pengamatan saat pertumbuhan tanaman dan pengamatan saat panen, pengamatan
dilakukan untuk semua perlakuan.
Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur
1 MST sampai tanaman berbunga, meliputi:
1. Daya tumbuh kacang tanah
Menghitung jumlah benih yang tumbuh pada saat awal tanam.
2. Waktu berbunga tanaman
Menentukan umur berbunga tanaman saat muncul bunga hingga 50%.
Pengamatan destruktif dilakukan pada saat tanaman berumur 4, 6, 10, dan
15 MST dengan mengambil 4 tanaman contoh secara acak. Pengamatan meliputi:
1. Tinggi tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan bersamaan dengan pengamatan
jumlah cabang tanaman. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi
batang utama tanaman.

7
2. Jumlah cabang pada tanaman
Pengamatan dilakukan pada saat tanaman sudah memiliki cabang primer
dan sekunder.
3. Indeks Luas daun (ILD)
Indeks luas daun adalah perbandingan antara luas daun dengan luas tanah
yang dinaungi oleh daun tersebut yaitu jarak tanam dari tanaman kacang
tanah 40 x 20 cm.
4. Bobot kering brangkasan
Bobot kering (BK) = (100-Kadar air (KA) / 100-10%) x Bobot basah (BB)
Bobot kering dihitung setelah tanaman melalui proses pengovenan dengan
suhu 70 oC selama tiga hari.
Pengamatan komponen produksi dan produktivitas tanaman kacang tanah
dilakukan pada saat panen untuk setiap perlakuan dari setiap ulangan secara
ubinan. Luasan yang diambil untuk contoh yaitu 1 m x 1 m. Peubah yang diamati
adalah:
1. Jumlah dan persentase polong total, penuh, setengah penuh dan cipo
Jumlah polong total
= jumlah seluruh polong dari tanaman
dalam ubinan yang dipanen
Jumlah polong penuh
= jumlah polong total - jumlah polong
setengah penuh dan cipo
Jumlah polong setengah penuh = jumlah polong yang berisi sebagian atau
tidak penuh
Jumlah polong cipo
= jumlah polong yang hampa dan rusak
Jumlah polong yang diamati adalah rata-rata jumlah polong per tanaman.
2. Bobot kering polong
Bobot kering (BK) = (100-Kadar air (KA) / 100-10%) x Bobot basah (BB)
Pengamatan bobot kering polong dilakukan pada saat panen. Bobot kering
dihitung setelah melalui proses pengovenan dengan suhu 70oC selama tiga
hari.
3. Bobot kering 100 butir biji
Biji kacang tanah dalam ubinan ditimbang bobotnya dengan jumlah 100
butir biji.
4. Indeks panen (IP)
IP = BK polong / (BK brangkasan + BK polong) x 100%
Pengamatan indeks panen dilakukan setelah polong dioven dengan suhu
70 oC selama tiga hari. Indeks panen yang diamati adalah rata-rata per
tanaman.
5. Produktivitas polong dan biji kering kacang tanah
Produktivitas kacang tanah diperoleh dari hasil bobot kering polong
kacang tanah. Selanjutnya nilai tersebut di konversi ke dalam satuan ton
per hektar.
Prosedur Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji F (analisis ragam). Jika
perlakuan berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjut dengan Uji Wilayah Berganda
Duncan (DMRT) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez 1995).

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan IPB, dapat diketahui bahwa lahan penelitian yang
digunakan percobaan penelitian ini dikategorikan tanah masam dengan pH sebesar
5.10. Kandungan C-organik tergolong rendah hanya 1.83% dan kandungan Ntotal 0.18%, P Bray I 4.30 ppm, K 0.32 me/100g (Lampiran 2). Kadar organik
tergolong rendah sehingga untuk meningkatkan kadar organik dalam tanah perlu
adanya pemberian pupuk kandang ayam. Hasil analisis pupuk kandang ayam
mengandung 21.26% kadar air, 29.34% C-Organik, 1.6% N, 0.58% P-total, dan
0.80% K-total (Halim 2004).
Pertumbuhan kacang tanah pada lahan penelitian menunjukkan kondisi yang
baik dengan tersedianya cukup air. Berdasarkan data iklim dari BMKG Unit
Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor (2013), curah hujan rata-rata selama
percobaan berlangsung yaitu pada bulan Februari hingga Mei adalah 327.83 mm
per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 24.5 hari per bulan. Intensitas
penyinaran matahari rata-rata adalah 305.2 Cal cm-2 (Lampiran 3).
Daya tumbuh kacang tanah untuk setiap perlakuan berkisar antara 77%
hingga 80% baik pada varietas Gajah maupun varietas Jerapah. Penyulaman
dilakukan 1 minggu setelah tanam (1 MST) dengan menanam kembali satu benih
per lubang tanam. Selama pertumbuhan vegetatif tanaman menunjukkan
pertumbuhan yang cukup baik (Gambar 2), pada saat 4 MST tanaman sudah mulai
berbunga lebih dari 50% dan rata-rata tinggi tanaman mencapai 10.85 cm per
tanaman.

Gambar 2 (a) Tamanam kacang tanah umur 4 MST; (b) Tanaman kacang tanah umur 6
MST; (c) Tanaman kacang tanah umur 10 MST

Gejala penyakit yang menyerang tanaman kacang tanah selama penelitian
berlangsung diantaranya bercak daun (leafspot disease) disebabkan oleh
cendawan Cercospora sp., penyakit layu (wilt disease) disebabkan oleh bakteri
Pseudomonas solacearum, sapu setan (witches broom) disebabkan oleh
Mycoplasma like Organism (MLO), penyakit belang (peanut mottle disease)
disebabkan oleh Peanut Mottle Virus (PMoV), karat daun (Puccinia arachidis),
dan mosaik kuning daun yang disebabkan oleh Bean Yellow Mozaik Virus
(BYMV). Penyakit layu (wilt disease) banyak di temukan pada saat umur tanaman
4 MST, penyakit layu banyak menyerang pada varietas Jerapah (Gambar 3).
Rahayu (2012) menyatakan bahwa penyakit layu menyebabkan kerugikan hasil
antara 15-35% bahkan mencapai 65% pada tanaman kacang tanah yang rentan
penyakit. Trustinah (2009) menambahkan bahwa untuk mengatasi penyakit

9
tersebut digunakan varietas tahan penyakit layu, seperti: Gajah, Macan, dan
Kidang serta mengadakan rotasi tanaman yang bukan tanaman inangnya.

Gambar 3 Penyakit layu pada tamanam kacang tanah, a) umur 3 MST dan b) umur 5
MST

Hama yang dominan menyerang tanaman kacang tanah di lokasi penelitian
adalah belalang (Valanga sp.), ulat grayak (Spodoptera litura), dan ulat jengkal
(Plusia chlucites). Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kacang tanah
dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan fungisida, hal ini untuk
mencegah kehilangan hasil karena hama dan penyakit yang menyarang tanaman.
Penyemprotan dilakukan sejak tanaman berumur 5 MST hingga 11 MST.
Pertumbuhan gulma dilahan percobaan sangat tinggi, keberadaan gulma
mengakibatkan adanya persaingan dalam pemanfaatan hara di dalam tanah
sehingga dapat menurunkan hasil kacang tanah. Gulma yang banyak dijumpai di
lokasi penelitian adalah jenis gulma berdaun lebar, diantaranya: Amaranthus sp.,
Mimosa pudica, Mimosa invisa, Euphorbia sp., Oxalis barrerieli, Sida rombifolia,
dan Borreria allata. Kepadatan gulma saat tanaman berumur 3 MST berkisar
antara 52% hingga 72%. Kompetisi tanaman dengan gulma dapat menurunkan
hasil kacang tanah sebesar 47% (Moenandir et al. 1996), oleh karena itu
pengendalian gulma sangat penting untuk meningkatkan hasil tanaman.
Pengendalian gulma dilakuan pada saat tanaman berumur 3 MST, 5 MST, dan 10
MST. Pada saat 10 MST pengendalian gulma dilakukan dengan cara memotong
gulma, berbeda pada saat tanaman berumur 3 dan 5 MST dengan cara dicabut.
Pemanenan kacang tanah kedua varietas dilakukan pada saat berumur 105
hari. Hal ini ditunjukkan dengan menguningnya daun kacang tanah dikarenakan
bercak daun (Cercospora sp). Varietas Gajah memiliki umur panen yang lebih
lama yaitu 100-110 hari, sedangkan pada varietas Jerapah pada umur 90-95 hari
(Lampiran 1). Pada percobaan ini kacang tanah varietas Jerapah di panen
bersamaan dengan varietas Gajah yang memiliki umur panen lebih lama, sehingga
saat panen varietas Jerapah ditemukan banyak polong yang berkecambah dan
rusak hal ini diduga pemanenan kacang tanah varietas Jerapah sudah memasuki
fase kelewat masak biji (R9).

Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah
Pengamatan pertumbuhan tanaman kacang tanah pada peubah vegetatif dan
generatif yang diamati adalah daya tumbuh kacang tanah, waktu berbunga
tanaman, tinggi tanaman, jumlah cabang tanaman, Indeks Luas Daun (ILD), dan

10
bobot kering brangkasan tanaman. Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan
saat tanaman berumur 4, 6, 10, dan 15 MST sedangkan untuk daya tumbuh
kacang tanah diamati 1 MST dan waktu berbunga tanaman 3 MST hingga 4 MST.

Daya Tumbuh Kacang Tanah dan Waktu 50 % Populasi Berbunga
Daya tumbuh tanaman merupakan kemampuan tanaman untuk tumbuh saat
ditanam, dan untuk kacang tanah dapat diketahui saat tanaman berumur 1 MST.
Daya tumbuh kacang tanah dipengaruhi keadaan lingkungan. Dengan kondisi
lingkungan yang mendukung kacang tanah akan mampu berkecambah dan
tumbuh dengan baik. Hasil sidik ragam pada varietas Gajah maupun Jerapah
menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam dan jenis pupuk tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap daya tumbuh tanaman (Tabel 1). Daya tumbuh tanaman
tertinggi hanya 80.50%. Hal ini diduga karena keadaan lingkungan lahan
penelitian saat penanaman kering dan keras, sehingga perkecambahan kacang
tanah terhambat. Ketersediaan air di lingkungan menjadi faktor penting, kurang
tersedianya air di lingkungan benih akan menyebabkan jumlah air yang diambil
untuk berkecambah rendah atau tidak terpenuhi, sehingga dapat mempengaruhi
perkecambahan (Adisyahputra et al. 2004).
Tabel 1 Daya tumbuh dan waktu berbunga tanaman kacang tanah varietas Gajah
dan Jerapah pada perlakuan sistem tanam dan jenis pupuk
Perlakuan

Sistem Tanam
Alur
Konvensional
Jenis pupuk
Pukan
Pukan+Dolomit
Pukan+Dolomit+NPK

Daya tumbuh tanaman
Varietas
Varietas
Gajah
Jerapah
….. (%) …..

50 % populasi berbunga ͣ
Varietas
Varietas
Gajah
Jerapah
…… (HST) ……

79.55
79.44

78.22
77.11

30.44 a
28.78 b

29.33
29.67

79.16
80.50
78.83

76.67
79.17
77.17

29.67 a
29.67 a
29.50 a

29.67
30.17
28.67

ͣ Angka-angka pada kolom varietas dan faktor tunggal yang sama pada tiap peubah yang diikuti huruf yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf α= 5%

Pembungaan tanaman kacang tanah pada percobaan ini dimulai sejak
tanaman berumur 4 MST (sekitar 28-30 HST). Hasil sidik ragam menunjukkan
bahwa perlakuan sistem tanam pada varietas Gajah berpengaruh nyata, dan pada
varietas Jerapah tidak berpengaruh nyata pada peubah 50% populasi berbunga.
Perlakuan jenis pupuk varietas Gajah dan varietas Jerapah tidak memberikan
pengaruh nyata pada peubah waktu tanaman berbunga (Tabel 1). Menurut
Trustinah (1993) tanaman kacang tanah mulai umur 4 MST memasuki fase
generatif, yaitu pembentukan bunga, pembentukan ginofor, pembentukan polong,
dan pengisian polong (pembentukan biji). Kemampuan munculnya 50% populasi
berbunga diduga dipengaruhi oleh genetik atau varietas. Purnamawati (2011)
menyatakan bahwa masing-masing varietas membutuhkan waktu berbeda untuk
mencapai 50% populasi berbunga, dimana varietas Mahesa paling lama untuk

11
mencapai 50% populasi berbunga, yaitu pada hari ke-33 setelah tanam. Waktu
munculnya bunga kacang tanah mempengaruhi persentase polong penuh.
Tanaman kacang tanah yang muncul bunganya lebih cepat cenderung
menghasilkan persentase polong penuh lebih banyak dari pada tanaman kacang
tanah yang muncul bunganya lebih lambat. Wijaya (2011) menyatakan bahwa
bunga kacang tanah yang terletak dekat dengan tanah memiliki peluang lebih
besar menjadi polong, karena lebih cepat mencapai tanah dan memiliki periode
pengisian yang lebih panjang, sehingga polong yang dihasilkan cenderung penuh.

Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman keterkaitan dengan kemampuan tanaman untuk
mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak untuk proses fotosintesis. Hasil
sidik ragam menunjukkan bahwa pada tanaman kacang tanah varietas Gajah
perlakuan sistem tanam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peubah tinggi
tanaman, sedangkan perlakuan jenis pupuk memberikan pengaruh nyata pada
tinggi tanaman saat tanaman berumur 6 MST dan 10 MST. Pada varietas Jerapah
perlakuan sistem tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat tanaman
berumur 6 MST, sedangkan jenis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap peubah
tinggi tanaman dari 4 MST hingga 15 MST (Tabel 2). Sutrisno (2004)
menyatakan bahwa bertambahnya tinggi tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan
unsur hara didalam tanah yang seimbang, antara lain N, P, dan K, unsur tersebut
mendorong pembelahan sel, terutama sel-sel meristem sehingga tanaman tumbuh
tinggi.
Tabel 2 Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah varietas Gajah dan Jerapah pada
perlakuan tunggal sistem tanam dan jenis pupuk
Perlakuan
Varietas Gajah
Sistem Tanam
Alur
Konvensional
Jenis pupuk
Pukan
Pukan+Dolomit
Pukan+Dolomit+NPK
Varietas Jerapah
Sistem Tanam
Alur
Konvensional
Jenis pupuk
Pukan
Pukan+Dolomit
Pukan+Dolomit+NPK

4

11.39
10.31
10.03
10.51
12.02

Tinggi tanaman minggu ke- ͣ
6
10
…………… (cm) ……………
23.95 a
23.24 a

64.52 a
63.41 a

21.04 b
60.70 b
24.20 ab
62.13 b
25.53 a
69.69 a
…………… (cm) ……………

15

89.61
83.01
80.94
91.72
86.25

11.65
11.22

25.75 a
22.17 b

67.13
61.62

91.89
90.50

11.20
10.97
12.13

23.12 a
23.56 a
25.19 a

60.24
63.58
69.30

88.51
92.05
93.03

ͣ Angka-angka pada kolom varietas dan faktor tunggal yang sama pada tiap minggu pengamatan yang
diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf α= 5%

12
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan sistem
tanam dan jenis pupuk memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman 10 MST
(Lampiran 4). Sistem tanam alur dengan pemberian jenis pupuk kandang +
Dolomit dan pupuk kandang + Dolomit + NPK memberikan tinggi tanaman lebih
baik dibandingkan hanya pemberian jenis pupuk kandang, sedangkan sistem
tanam konvensional dengan pemberian pupuk kandang + Dolomit + NPK
memberikan tinggi tanaman lebih baik dari pemberian jenis pupuk lainnya (Tabel
3). Jumakir et al. (2000) menyatakan bahwa kombinasi antara kapur dan
pemupukan menghasilkan pertumbuhan kacang tanah lebih tinggi dibanding tanpa
kapur atau pupuk.
Tabel 3 Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah varietas Gajah 10 MST pada
interaksi perlakuan sistem tanam dan jenis pupuk
Sistem tanam

Pupuk kandang

Alur
Konvensional

60.38 b
59.75 b

Jenis pupuk ͣ
Pupuk kandang +
Pupuk kandang + Dolomit
Dolomit
+ NPK
………. (cm) ……….
65.34 ab
67.83 ab
58.93 b
71.56 a

ͣ Angka-angka pada kolom dan baris yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji Duncan taraf α= 5%

Jumlah Cabang
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam dan jenis
pupuk pada varietas Gajah tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang
tanaman pada 4 MST hingga 10 MST, sedangkan pada 15 MST sistem tanam alur
berpengaruh nyata terhadap sistem tanam konvensional (Lampiran 4). Sistem
tanam alur memiliki jumlah cabang rata-rata 7.72 cabang, sedangkan sistem
tanam konvensional 6.61 cabang (Tabel 4). Perlakuan sistem tanam pada varietas
Jerapah dari 4 MST hingga 15 MST tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
cabang rata-rata tanaman, sedangkan perlakuan jenis pupuk berpengaruh nyata
pada jumlah cabang rata-rata tanaman saat 10 MST dan 15 MST (Lampiran 5).
Pemberian jenis pupuk kandang + Dolomit + NPK memberikan jumlah cabang
tanaman varietas Jerapah lebih banyak dibandingkan pemberian jenis pupuk
lainnya (Tabel 4). Kemampuan tanaman bercabang diduga dipengaruhi oleh
varietas atau genetik tanaman itu sendiri. Emha (1990) menyatakan bahwa pada
tanaman kacang kedelai faktor genetik lebih dominan dibandingkan faktor
lingkungan dalam menentukan kemampuan varietas untuk bercabang.
Pada varietas Jerapah saat 15 MST. Sistem tanam alur dengan pemberian
jenis pupuk kandang + Dolomit + NPK dan pupuk kandang + Dolomit
memberikan jumlah cabang lebih banyak dibandingkan hanya pemberian pupuk
kandang. Pada sistem tanam konvensional pemberian jenis pupuk kandang +
Dolomit + NPK memberikan jumlah cabang terbanyak dibandingkan jenis pupuk
lainnya (Tabel 5).

13
Tabel 4 Rata-rata jumlah cabang tanaman kacang tanah varietas Gajah dan
Jerapah pada perlakuan tunggal sistem tanam dan jenis pupuk
Jumlah cabang tanaman pada minggu ke- ͣ
4
6
10
15

Perlakuan
Varietas Gajah
Sistem Tanam
Alur
Konvensional
Jenis pupuk
Pukan
Pukan+Dolomit
Pukan+Dolomit+NPK
Varietas Jerapah
Sistem Tanam
Alur
Konvensional
Jenis pupuk
Pukan
Pukan+Dolomit
Pukan+Dolomit+NPK

5.94
5.58

7.31
6.75

7.47
6.77

7.72 a
6.61 b

5.83
5.67
5.79

6.62
7.17
7.29

6.61
6.77
8.00

7.16 a
6.79 a
7.54 a

5.44
5.11

6.79
6.17

7.77 a
7.18 a

6.79 a
6.53 a

5.21
4.87
5.75

6.00
6.08
6.91

6.55 b
7.00 b
8.88 a

6.21 b
6.58 ab
7.19 a

ͣ Angka-angka pada kolom varietas dan faktor tunggal yang sama pada tiap minggu pengamatan yang
diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf α= 5%

Tabel 5 Rata-rata jumlah cabang tanaman kacang tanah varietas Jerapah 15 MST
pada interaksi perlakuan sistem tanam dan jenis pupuk
Sistem tanam

Pupuk kandang

Alur
Konvensional

6.25 b
6.16 b

Jenis pupuk ͣ
Pupuk kandang
Pupuk kandang +
+ Dolomit
Dolomit + NPK
7.08 ab
7.06 ab
6.08 b
7.33 a

ͣ Angka-angka pada kolom dan baris yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji Duncan taraf α= 5%

Indeks Luas Daun
Indeks luas daun (ILD) merupakan suatu peubah yang menunjukkan
hubungan antara luas daun dan luas bidang yang tertutupi (Risdiyanto dan
Setiawan 2007). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam
dan jenis pupuk pada varietas Gajah tidak berpengaruh nyata terhadap indeks luas
daun (Lampiran 4). Pada varietas Jerapah sistem tanam alur berpengaruh nyata
terhadap sistem tanam konvensional pada indeks luas daun 6 MST, sedangkan
perlakuan jenis pupuk dari 4 MST hingga 10 MST tidak berpengaruh nyata
(Lampiran 5). Indeks luas daun tanaman kacang tanah baik varietas Gajah dan
varietas Jerapah dari 4 MST hingga 10 MST terus mengalami peningkatan (Tabel
6). Hal ini diduga karena pertumbuhan tanaman kacang tanah seragam dari segi
ukuran daun dan jumlah daun per tanamannya. Purnamawati (2011) menyatakan
bahwa tanaman kacang tanah pada saat memasuki fase pengisian polong
diharapkan kanopi sudah menutup dan ILD mencapai 3 - 4 sehingga sebagian

14
besar daun dapat menerima radiasi matahari secara maksimal. Lakitan (2008)
menyatakan bahwa ILD mempengaruhi tanaman dalam berfotosintesis untuk
mendapatkan asimilat, namun luas daun yang terlalu tinggi tidak menguntungkan
karena dapat menaungi daun dibawahnya, tanaman yang ternaungi laju
fotosintesisnya lebih rendah dibandingkan tanaman tidak ternaungi. Darmijati
(1992) menambahkan bahwa pengurangan radiasi surya karena naungan dapat
menurunkan hasil dan komponen hasil sebesar 13%.
Tabel 6 Rata-rata indeks luas daun kacang tanah varietas Gajah dan Jerapah pada
perlakuan tunggal sistem tanam dan jenis pupuk
ILD pada minggu ke- ͣ
Perlakuan

4

6

10

Varietas Gajah
Sistem Tanam
Alur
Konvensional
Jenis pupuk
Pukan
Pukan+Dolomit
Pukan+Dolomit+NPK

4

6

10

Varietas Jerapah

0.74
0.65

1.87
1.70

4.57
4.39

0.74
0.65

2.59 a
2.08 b

4.06
4.29

0.69
0.82
0.58

1.80
1.43
1.92

4.21
4.06
5.17

0.74
0.69
0.64

2.16 a
2.43 a
2.42 a

4.07
4.35
4.11

ͣ Angka-angka pada kolom varietas dan faktor tunggal yang sama pada tiap minggu pengamatan yang diikuti
huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf α= 5%

Bobot Kering Brangkasan Tanaman
Bobot kering tanaman untuk mengetahui bahan kering yang disimpan
tanaman setelah melakukan fotosintesis (Lampiran 6). Hasil sidik ragam pada
varietas Gajah menunjukan bahwa perlakuan sistem tanam berpengaruh nyata
terhadap bobot kering brangkasan tanaman saat 4 MST dan 6 MST, sedangkan
perlakuan jenis pupuk berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering
brangkasan tanaman pada 6 MST dan berpengaruh nyata pada 10 MST (Lampiran
4). Pemberian pupuk kandang + Dolomit + NPK pada bobot kering brangkasan
tanaman 6 MST dan 10 MST berbeda nyata terhadap jenis pupuk lainnya (Tabel
7). Hasil sidik ragam pada varietas Jerapah menunjukan bahwa perlakuan sistem
tanam dan jenis pupuk berpengaruh nyata terhadap bobot kering brangkasan saat 4
MST (Lampiran 5). Bobot kering brangkasan tanaman kacang tanah pada varietas
Gajah dan Jerapah menunjukkan bahwa dari 4 MST hingga 10 MST terus
meningkat, sedangkan pada 15 MST bobot kering brangkasan tanaman
mengalami penurunan (Tabel 7). Hal ini diduga bahan kering yang dihasilkan dari
proses fotosintesis berkurang karena daun kacang tanah mulai terserang bercak
daun dan warna daun tanaman menguning menjelang panen, sehingga proses
fotosintesis terganggu. Purnamawati et al. (2010) menyatakan bahwa tanaman
kacang tanah dapat memberikan hasil lebih baik jika tanaman mampu
mengumpulkan lebih banyak bahan kering pada awal tumbuhnya (26 - 42 HST).
Goldworthy and fisher (1996) menambahkan bahwa bobot kering tanaman akan
berubah-ubah tergantung ukuran tanaman dan banyaknya karbohidrat yang
tersimpan.

15
Tabel 7 Rata-rata bobot kering brangkasan kacang tanah varietas Gajah dan Jerapah
pada perlakuan tunggal sistem tanam dan jenis pupuk
Bobot kering brangkasan minggu kePerlakuan
4
6
10
…………… (g) ……………
Varietas Gajah
Sistem Tanam
Alur
4.08 a
17.18 a
32.13 a
Konvensional
3.57 b
13.70 b
29.65 a
Jenis pupuk
Pukan
3.63 a
13.97 b
28.27 b
Pukan+Dolomit
3.99 a
13.45 b
26.19 b
Pukan+Dolomit+NPK
3.85 a
18.90 a
38.20 a
……………
(g)
……………
Varietas Jerapah
Sistem Tanam
Alur
3.80 a
14.69
31.23
Konvensional
3.38 b
12.88
28.97
Jenis pupuk
Pukan
3.54 ab
12.59
26.36
Pukan+Dolomit
3.38 b
13.43
30.45
Pukan+Dolomit+NPK
3.85 a
15.33
33.49
ͣ
15

29.66
26.24
28.27
27.68
27.89

27.96
25.43
25.22
27.73
27.14

ͣ Angka-angka pada kolom varietas dan faktor tunggal yang sama pada tiap minggu pengamatan yang
diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf α= 5%

Tabel 8 Rata-rata bobot kering (BK) brangkasan kacang tanah varietas Gajah dan
Jerapah hasil interaksi sistem tanam dan jenis pupuk
Sistem tanam
Varietas Gajah
BK Brangkasan 6 MST
Alur
Konvensional
BK Brangkasan 10 MST
Alur
Konvensional
Varietas Jerapah
BK Brangkasan 4 MST
Alur
Konvensional

Jenis pupuk ͣ
Pupuk
Pupuk kandang Pupuk kandang +
kandang
+ Dolomit
Dolomit + NPK
…………… (g) ……………

15.56 abc
12.38 bc
28.27 b
28.28 b

15.44 abc
11.47 c

20.55 a
17.26 ab

27.84 b
40.28 a
24.55 b
26.12 a
…………… (g) ……………

3.62 abc
3.46 bc

3.72 ab
3.05 c

4.07 a
3.63 abc

ͣ Angka-angka pada kolom dan baris pada varietas dan umur tanaman yang sama yang diikuti huruf yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf α= 5%

Interaksi perlakuan sistem tanam dengan jenis pupuk pada varietas Gajah
berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering brangkasan tanaman pada 6 MST
dan berpengaruh nyata pada 10 MST, sedangkan pada varietas Jerapah
berpengaruh nyata pada 4 MST (Lampiran 4 dan 5). Kombinasi sistem tanam alur
maupun konvensional dengan jenis pupuk kandang + Dolomit + NPK
menunjukkan bobot kering brangkasan rata-rata tanaman kacang tanah lebih besar
dibandingkan kombinasi perlakuan jenis pupuk lainnya (Tabel 8). Pemberian
pupuk kandang + Dolomit + NPK mampu meningkatkan bobot kering tanaman
kacang tanah. Hal ini disebabkan penambahan pupuk kandang dapat menciptakan

16
kondisi lingkungan yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman (Endriani et al.
2004). Pemberian dolomit selain menambah Ca dan Mg juga dapat meningkatkan
ketersediaan unsur hara yang lain serta memperbaiki sifat fisik tanah maka
pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik (Sumaryo dan Suryono 2000).

Hasil dan Komponen Hasil
Pengamatan hasil dan komponen hasil merupakan pengamatan data panen
diantaranya adalah jumlah dan persentase polong per tanaman, bobot kering
polong total, bobot kering biji 100 butir, indeks panen, produktivitas polong
kering, dan produktivitas biji kering kacang tanah. Pengamatan tanaman
komponen hasil dilakukan pada saat panen umur 105 hari setelah tanam (HST)
untuk setiap perlakuan dan setiap ulangan secara ubinan dengan luas ubinan 1 m x
1 m.

Jumlah dan Persentase Polong per Tanaman
Jumlah polong per tanaman diklasifikasikan menjadi tiga jenis polong yaitu,
polong isi penuh, isi setengah penuh, dan cipo (Lampiran 7). Persentase jumlah
polong per tanaman menunjukkan komposisi kualitas polong hasil panen yang
dihasilkan tanaman. Polong terbentuk dari bunga kacang tanah menjadi ginofor
yang muncul dibuku-buku cabang tanaman. Hasil sidik ragam menunjukkan
bahwa perlakuan sistem tanam dan jenis pupuk baik varietas Gajah dan varietas
Jerapah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah dan persentase polong
penuh, setengah penuh, cipo, dan polong total (Lampiran 4 dan 5). Jumlah polong
penuh varietas Gajah pada sistem tanam alur sebanyak 18.86 polong dan sistem
tanam konvensional sebanyak 17.97 polong, sedangkan pada varietas Jerapah
perlakuan sistem tanam alur sebanyak 19.54 polong, dan sistem tanam
konvensional 17.08 polong (Tabel 9). Pengamatan pada 6 MST sudah ada
beberapa polong yang terbentuk antara 2 - 3 polong per tanaman dengan kriteria
ukuran diameter polong 10 mm, sedangkan pada 6 MST polong yang terbentuk
pada tanaman kacang tanah 14-19 polong per tanaman. Persentase polong penuh
pada pemberian jenis pupuk kandang + Dolomit + NPK memberikan hasil
persentase polong penuh varietas Gajah sebanyak 88.21% dan pada varietas
Jerapah sebanyak 84.18% dari total polong (Tabel 9). Hal ini diduga terbentuknya
polong penuh atau cipo dipengaruhi oleh kemampuan tanaman mengakumulasi
fotosintat untuk pengisian