Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis HypogaeaL.) dan Jagung (Zea MaysL.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM POLA TUMPANG SARI SKRIPSI OLEH : ADRIA SARTIKA BR SEMBIRING/090301077 AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM POLA TUMPANG SARI
SKRIPSI OLEH : ADRIA SARTIKA BR SEMBIRING/090301077 AGROEKOTEKNOLOGI Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi
Nama NIM Minat Program Studi

:Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaeaL.) dan (Zea maysL.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari : Adria Sartika br Sembiring : 090301077 : Budidaya Pertanian dan Perkebunan : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing :

Ir. Jonis Ginting, MS. Ketua

Ferry Ezra Sitepu, SP., MP. Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc. Ketua Program Studi

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK ADRIA SARTIKA SEMBIRING: Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis HypogaeaL.) dan Jagung (Zea MaysL.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari, dibimbing oleh JONIS GINTING dan FERRY EZRA SITEPU.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh populasi tanaman kacang tanah(Arachis hypogaeaL.) dan tanaman jagung (Zea maysL.) terhadap pertumbuhan dan produksi pada sistem pola tumpang sari.Penelitian ini dilaksanakandi desa Lambar Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ±1200 meter di atas permukaan laut, yang dimulai pada bulan November 2013 sampai Mei 2014.Rancangan penelitian adalah rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu populasi kacang tanah (20x20 cm, 30x20 cm, 40x20 cm, 50x20 cm) dan populasi jagung (60x20 cm, 70x20 cm, 80x20 cm). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman kacang tanah, jumlah daun kacang tanah, tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, jumlah polong kacang tanah per sampel, produksi kacang tanah per plot, bobot 100 biji kacang tanah, indeks luas daun kacang tanah, bobot basah tongkol jagung, bobot kering tongkol jagung, dan produksi jagung per plot.Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi kacang tanah berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, produksi kacang tanah per plot, bobot 100 biji kacang tanah, bobot basah tongkol jagung, dan indeks luas daun kacang tanah. Populasi jagung berpengaruh nyata terhadap bobot basah tongkol jagung, bobot kering tongkol jagung, dan produksi jagung per plot. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ditemukan adanya interaksi antara populasi kacang tanah dan populasi jagung pada parameter tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, dan bobot 100 biji kacang tanah. Kata kunci: kacang tanah, jagung, populasi.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT ADRIA SARTIKA SEMBIRING: The Number of Peanut and Corn Population Effect to the Growth and Yield in Intercropping Pattern System,supervised by JONIS GINTING and FERRY EZRA SITEPU.
The purpose of the study was to determine the effect of the number of peanut and corn population to the growth and yield in intercropping pattern system. The research was conducted atLambar Village Tigapanah District Karo Regency, North Sumatera with the height of ±1200metres above sea level, began from November 2013 until May 2014. The research was arranged with a randomized block design with two factors.The first factor waspeanut population (20x20 cm, 30x20 cm, 40x20 cm, 50x20 cm) and the second was corn population (60x20 cm, 70x20 cm, 80x20 cm). The parameters observed were peanut height, number of peanut leaf, corn height, number of corn leaf, number of pod per sample, peanut production per plot, weight of 100 peanut grain, peanut leaf area index, wet weight of corn cob, dry weight of corn cob, and corn production per plot. The results showed that corn height, number of corn leaf, peanut production per plot, weight of 100 peanut grain, wet weight of corn cob, and peanut leaf area index were significantly affected by population of peanut. Population of corn significantly affected the wet weight of corn cob, dry weight of corn cob, and corn production per plot. Analysis of data showed that the interaction of peanut and corn population were founded and significantly affected the corn height, number of corn leaf, and weight of 100 peanut grain. Keywords : peanut, corn, population.
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Kabanjahe pada tanggal 26 November 1991 dari ayah Jona Sembiring dan ibu Helmidawati br Ginting. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kabanjahe, Kabupaten Karo dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), IMK (Ikatan Mahasiswa Katolik) FP USU, IMKA (Ikatan Mahasiswa Karo) Mbuah Page FP USU, sebagai asisten praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Budidaya Tanaman Penyegar. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III, Kebun Rambutan dari tanggal 9 Juli sampai 10 Agustus 2012.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaeaL.) dan Jagung (Zea maysL.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari” Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ir. Jonis Ginting, MS. dan Ferry Ezra Sitepu, SP. MP. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta kerabat di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2014
Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRACT..................................................................................................... i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ....................................................................................... 1 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 3 Kegunaan Penelitian ............................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA Jagung (Zea maysL.)............................................................................... 5 Botani Tanaman ..................................................................................... 5 Syarat Tumbuh ........................................................................................ 6 Iklim ................................................................................................ 6 Tanah .............................................................................................. 7 Kacang Tanah (Arachis hypogaeaL.) ..................................................... 8 Botani Tanaman ...................................................................................... 8 Syarat Tumbuh ........................................................................................ 10 Iklim................................................................................................. 10 Tanah ............................................................................................... 11 Populasi Tanaman ................................................................................... 11 Sistem Pola Tumpang Sari ...................................................................... 13
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 16 Bahan dan Alat Penelitian....................................................................... 16 Metode Penelitian ................................................................................... 16
PELAKSANAAN PERCOBAAN Pengolahan Tanah ................................................................................... 19 Pembuatan Plot dan Saluran Drainase .................................................... 19
Universitas Sumatera Utara

Penanaman .............................................................................................. 19 Pemeliharaan ........................................................................................... 19
Penyiraman ...................................................................................... 19 Penjarangan ..................................................................................... 20 Penyulaman ..................................................................................... 20 Penyiangan....................................................................................... 20 Pemupukan ...................................................................................... 20 Pembumbunan ................................................................................. 21 Pengendalian Hama dan Penyakit ................................................... 21 Panen ............................................................................................... 21 Penimbangan ................................................................................... 21 Pengamatan Parameter ............................................................................ 21 Tinggi Tanaman Jagung (cm).......................................................... 21 Tinggi Tanaman Kacang Tanah ...................................................... 21 Jumlah Daun Jagung (helai) ............................................................ 22 Jumlah Daun Kacang Tanah (helai) ................................................ 22 Bobot Basah Tongkol Jagung (g) .................................................... 22 Bobot Kering Tongkol Jagung (g)................................................... 22 Jumlah Polong Kacang Tanah per Sampel (polong) ....................... 22 Bobot 100 Biji Kacang Tanah (g).................................................... 22 Produksi Jagung per Plot (g) ........................................................... 22 Produksi Kacang Tanah per Plot (g)................................................ 23 Indeks Luas Daun Kacang Tanah.................................................... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ............................................................................................. .. 24 Pembahasan ................................................................................. .. 54
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................. .. 61 Saran ............................................................................................ .. 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... .. 62
LAMPIRAN ................................................................................................. .. 64
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL No.

Hal.

1. Rataan tinggi tanaman kacang tanah 1-14 MST pada jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda .................................... 25
2. Rataan jumlah daun kacang tanah 2-14 MST pada jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda ................................................. 27
3. Rataan tinggi tanaman jagung 2-10 MST pada jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda ................................................. 29
4. Rataan jumlah daun jagung 2-10 MST pada jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda........................................................... 37
5. Rataan jumlah polong kacang tanah per sampel pada jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda..................................... 41
6. Rataan produksi kacang tanah per plot pada jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda........................................................... 42
7. Rataan bobot 100 biji kacang tanah pada jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda........................................................... 44
8. Rataan indeks luas daun kacang tanah pada jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda........................................................... 47
9. Rataan bobot basah tongkol jagung pada jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda........................................................... 48
10. Rataan bobot kering tongkol jagung pada jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda........................................................... 51

11. Rataan produksi jagung per plot pada jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda.................................................................. 53

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Grafik tinggi tanaman jagung 8 MST pada perlakuan jarak tanam kacang tanah.................................................................................................. 31
2. Grafik tinggi tanaman jagung 9 MST pada perlakuan jarak tanam kacang tanah.................................................................................................. 31
3. Grafik tinggi tanaman jagung 10 MST pada perlakuan jarak tanam kacang tanah.................................................................................................. 32
4. Grafik tinggi tanaman jagung 2 MST pada interaksi jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung ........................................................... 33
5. Grafik tinggi tanaman jagung 3 MST pada interaksi jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung ........................................................... 34
6. Grafik tinggi tanaman jagung 4 MST pada interaksi jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung ........................................................... 34
7. Grafik tinggi tanaman jagung 6 MST pada interaksi jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung ........................................................... 35
8. Grafik tinggi tanaman jagung 8 MST pada interaksi jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung ........................................................... 35
9. Grafik tinggi tanaman jagung 9 MST pada interaksi jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung ........................................................... 36
10. Grafik tinggi tanaman jagung 10 MST pada interaksi jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung ........................................................... 36
11. Grafik jumlah daun jagung umur 8 MST pada perlakuan jarak tanam kacang tanah.................................................................................................. 39
12. Grafik jumlah daun umur 5 MST pada interaksi jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung........................................................................ 40
13. Grafik produksi kacang tanah per plot pada perlakuan jarak tanam kacang tanah.................................................................................................. 43
14. Grafik bobot 100 biji kacang tanah pada perlakuan jarak tanam kacang tanah.................................................................................................. 45

15. Grafik bobot 100 biji pada interaksi jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung ........................................................................................ 46
16. Grafik indeks luas daun pada perlakuan jarak tanam kacang tanah.............. 47 17. Grafik bobot basah tongkol jagung pada perlakuan jarak tanam kacang
tanah .............................................................................................................. 49 18. Grafik bobot basah tongkol jagung pada perlakuan jarak tanam jagung ...... 50 19. Grafik bobot kering tongkol jagung pada perlakuan jarak tanam
jagung............................................................................................................ 52 20. Grafik produksi jagung per plot pada perlakuan jarak tanam jagung ........... 54
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Bagan Penelitian............................................................................................ 63 2. Deskripsi Jagung Varietas P-29 .................................................................... 64 3. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Banteng................................................... 65 4. Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................................... 66 5. Bagan Penanaman dalam Plot ...................................................................... 67 6. Foto Penelitian ............................................................................................. 68 7. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 2 MST (cm) ....................... 71 8. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 2 MST ........................................ 71 9. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 3 MST (cm) ....................... 72 10. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 3 MST ........................................ 72 11. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 3 MST (cm) ....................... 73 12. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 3 MST ........................................ 73 13. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 5 MST (cm) ....................... 74 14. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 5 MST ........................................ 74 15. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 6 MST (cm) ....................... 75 16. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 6 MST ........................................ 75 17. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 7 MST (cm) ....................... 76 18. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 7 MST ........................................ 76 19. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 8 MST (cm) ....................... 77 20. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 8 MST ........................................ 77 21. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 9 MST (cm) ....................... 78 22. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 9 MST ........................................ 78 23. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 10 MST (cm) ..................... 79 24. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 10 MST ...................................... 79 25. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 11 MST (cm) ..................... 80 26. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 11 MST ...................................... 80 27. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 12 MST (cm) ..................... 81 28. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 12 MST ...................................... 81 29. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 13 MST (cm) ..................... 82 30. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 13 MST ...................................... 82 31. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 14 MST (cm) ..................... 83 32. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 14 MST ...................................... 83 33. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 2 MST (helai) ........................ 84 34. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 2 MST ............................................ 84 35. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 3 MST (helai) ........................ 85 36. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 3 MST ............................................ 85 37. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 4 MST (helai) ........................ 86 38. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 4 MST ............................................ 86
Universitas Sumatera Utara

39. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 5 MST (helai) ........................ 87 40. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 5 MST ............................................ 87 41. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 6 MST (helai) ........................ 88 42. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 6 MST ............................................ 88 43. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 7 MST (helai) ........................ 89 44. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 7 MST ............................................ 89 45. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 8 MST (helai) ........................ 90 46. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 8 MST ............................................ 90 47. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 9 MST (helai) ........................ 91 48. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 9 MST ............................................ 91 49. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 10 MST (helai) ...................... 92 50. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 10 MST .......................................... 92 51. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 11 MST (helai) ...................... 93 52. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 11 MST .......................................... 93 53. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 12 MST (helai) ...................... 94 54. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 12 MST .......................................... 94 55. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 13 MST (helai) ...................... 95 56. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 13 MST .......................................... 95 57. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 14 MST (helai) ...................... 96 58. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 14 MST .......................................... 96 59. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 2 MST (cm) ................................. 97 60. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 2 MST .................................................. 97 61. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 3 MST (cm) ................................. 98 62. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 3 MST .................................................. 98 63. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 4 MST (cm) ................................. 99 64. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 4 MST .................................................. 99 65. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 5 MST (cm) ................................. 100 66. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 5 MST .................................................. 100 67. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 6 MST (cm) ................................. 101 68. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 6 MST .................................................. 101 69. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 7 MST (cm) ................................. 102 70. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 7 MST .................................................. 102 71. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 8 MST (cm) ................................. 103 72. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 8 MST .................................................. 103 73. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 9 MST (cm) ................................. 104 74. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 9 MST .................................................. 104 75. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 10 MST (cm) ............................... 105 76. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 10 MST ................................................ 105 77. Data pengamatan jumlah daun jagung 2 MST (helai) .................................. 106 78. Sidik ragam jumlah daun jagung 2 MST ...................................................... 106 79. Data pengamatan jumlah daun jagung 3 MST (helai) .................................. 107 80. Sidik ragam jumlah daun jagung 3 MST ...................................................... 107
Universitas Sumatera Utara

81. Data pengamatan jumlah daun jagung 4 MST (helai) .................................. 108 82. Sidik ragam jumlah daun jagung 4 MST ...................................................... 108 83. Data pengamatan jumlah daun jagung 5 MST (helai) .................................. 109 84. Sidik ragam jumlah daun jagung 5 MST ...................................................... 109 85. Data pengamatan jumlah daun jagung 6 MST (helai) .................................. 110 86. Sidik ragam jumlah daun jagung 6 MST ...................................................... 110 87. Data pengamatan jumlah daun jagung 7 MST (helai) .................................. 111 88. Sidik ragam jumlah daun jagung 7 MST ...................................................... 111 89. Data pengamatan jumlah daun jagung 8 MST (helai) .................................. 112 90. Sidik ragam jumlah daun jagung 8 MST ...................................................... 112 91. Data pengamatan jumlah daun jagung 9 MST (helai) .................................. 113 92. Sidik ragam jumlah daun jagung 9 MST ...................................................... 113 93. Data pengamatan jumlah daun jagung 10 MST (helai) ................................ 114 94. Sidik ragam jumlah daun jagung 10 MST .................................................... 114 95. Data pengamatan jumlah polong per sampel (polong) ................................. 115 96. Sidik ragam jumlah polong per sampel......................................................... 115 97. Data pengamatan produksi kacang tanah per plot (g)................................... 116 98. Sidik ragam produksi kacang tanah per plot ................................................. 116 99. Data pengamatan bobot 100 biji kacang tanah (g)........................................ 117 100. Sidik ragam bobot 100 biji kacang tanah...................................................... 117 101. Data pengamatan indeks luas daun kacang tanah ......................................... 118 102. Sidik ragam indeks luas daun kacang tanah.................................................. 118 103. Data pengamatan bobot basah tongkol jagung (g)........................................ 119 104. Sidik ragam bobot basah tongkol jagung ...................................................... 119 105. Data pengamatan bobot kering tongkol jagung (g)....................................... 120 106. Sidik ragam bobot kering tongkol jagung..................................................... 120 107. Data pengamatan produksi jagung per plot (g) ............................................. 121 108. Sidik ragam produksi jagung per plot ........................................................... 121
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK ADRIA SARTIKA SEMBIRING: Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis HypogaeaL.) dan Jagung (Zea MaysL.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari, dibimbing oleh JONIS GINTING dan FERRY EZRA SITEPU.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh populasi tanaman kacang tanah(Arachis hypogaeaL.) dan tanaman jagung (Zea maysL.) terhadap pertumbuhan dan produksi pada sistem pola tumpang sari.Penelitian ini dilaksanakandi desa Lambar Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ±1200 meter di atas permukaan laut, yang dimulai pada bulan November 2013 sampai Mei 2014.Rancangan penelitian adalah rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu populasi kacang tanah (20x20 cm, 30x20 cm, 40x20 cm, 50x20 cm) dan populasi jagung (60x20 cm, 70x20 cm, 80x20 cm). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman kacang tanah, jumlah daun kacang tanah, tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, jumlah polong kacang tanah per sampel, produksi kacang tanah per plot, bobot 100 biji kacang tanah, indeks luas daun kacang tanah, bobot basah tongkol jagung, bobot kering tongkol jagung, dan produksi jagung per plot.Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi kacang tanah berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, produksi kacang tanah per plot, bobot 100 biji kacang tanah, bobot basah tongkol jagung, dan indeks luas daun kacang tanah. Populasi jagung berpengaruh nyata terhadap bobot basah tongkol jagung, bobot kering tongkol jagung, dan produksi jagung per plot. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ditemukan adanya interaksi antara populasi kacang tanah dan populasi jagung pada parameter tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, dan bobot 100 biji kacang tanah. Kata kunci: kacang tanah, jagung, populasi.
Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT ADRIA SARTIKA SEMBIRING: The Number of Peanut and Corn Population Effect to the Growth and Yield in Intercropping Pattern System,supervised by JONIS GINTING and FERRY EZRA SITEPU.
The purpose of the study was to determine the effect of the number of peanut and corn population to the growth and yield in intercropping pattern system. The research was conducted atLambar Village Tigapanah District Karo Regency, North Sumatera with the height of ±1200metres above sea level, began from November 2013 until May 2014. The research was arranged with a randomized block design with two factors.The first factor waspeanut population (20x20 cm, 30x20 cm, 40x20 cm, 50x20 cm) and the second was corn population (60x20 cm, 70x20 cm, 80x20 cm). The parameters observed were peanut height, number of peanut leaf, corn height, number of corn leaf, number of pod per sample, peanut production per plot, weight of 100 peanut grain, peanut leaf area index, wet weight of corn cob, dry weight of corn cob, and corn production per plot. The results showed that corn height, number of corn leaf, peanut production per plot, weight of 100 peanut grain, wet weight of corn cob, and peanut leaf area index were significantly affected by population of peanut. Population of corn significantly affected the wet weight of corn cob, dry weight of corn cob, and corn production per plot. Analysis of data showed that the interaction of peanut and corn population were founded and significantly affected the corn height, number of corn leaf, and weight of 100 peanut grain. Keywords : peanut, corn, population.
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang
Usaha tani monokultur pada lahan relatif sempit kurang menguntungkan, kegagalan panen berarti kerugian sangat besar. Polikultur dengan sistem pola tanam yang tepat dapat mengatasi kerugian akibat gagal panen dari satu jenis komoditas (Effendi, dkk., 2007).
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisanbarisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah (Warsana, 2009).
Problematik dalam model tumpangsari ialah timbulnya persaingan di antara dua atau lebih spesies yang ditanam. Persaingan dapat mencakup air, hara, cahaya dan ruang. Sebagai dampak persaingan, baik tanaman utama maupun
Universitas Sumatera Utara

tanaman sela mengalami penurunan pertumbuhan dan hasil dibanding pertumbuhan dan hasil tanaman monokultur spesies tanaman tersebut. Lebih lanjut Nugroho (1990) mengemukakan bahwa spesies-spesies tanaman yang memiliki agresivitas tinggi lebih mampu bersaing. Amin (2006) mengemukakan bahwa tanaman jagung lebih agresif dibanding kedelai dalam tumpangsari, terutama jika ketersediaan hara cukup tersedia sehingga hasil kedelai sangat turun drastis (Zuchri, 2007).
Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Liu (2004) menyatakan jika peningkatan populasi masih di bawah peningkatan kompetisi maka peningkatan produksi akan tercapai pada populasi yang lebih padat (Bakkara, 2010).
Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam perdagangan pertanian baik regional, nasional maupun internasional. Permintaan komoditas tersebut dari tahun ke tahun menunjukkan laju peningkatan yang besar. Hal ini disebabkan karena keunggulan komoditas tersebut yang bersifat multiguna yaitu sebagai komoditas pangan yang dapat dikonsumsi langsung dan bahan baku industri utamanya untuk pakan ternak (Effendi, 1985).
Kacang tanah (Arachis hypogaeaL.) merupakan tanaman legum terpenting setelah kedelai yang memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati. Sebagai bahan pangan dan makanan yang
Universitas Sumatera Utara

bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak 40 – 50%, protein 27%, karbohidrat dan vitamin. Di Indonesia kacang tanah ditanam pada lahan sawah dan lahan kering dengan rata-rata produksi 1,0 – 2,0 ton/ha pada lahan sawah dan 0,5 – 1,5 ton/ha pada lahan kering (Harsono et al.,1997), sedangkan rata-rata produksi di tingkat petani di bawah 1,0 ton/ha (Barus et al., 2000). Menurut Arsyad dan Asadi (1993) hasil kacang tanah dapat mencapai 2,0 ton/ha di lahan sawah, bahkan menurut Adisarwanto et al. (1993), Sudaryono dan Indrawati (2001) potensinya dapat mencapai lebih dari 4 ton/ha (Murrinie, 2010).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti sistem budidaya tumpangsari antara tanaman kacang tanah dengan tanaman jagung agar kompetisi yang terjadi antar tanaman dapat dikurangi dan tidak saling merugikan, salah satu cara yang dapat digunakan yaitu dengan melakukan pengaturan populasi tanaman (jarak tanam) kacang tanah dan jagung. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh populasi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaeaL.) dan tanaman jagung (Zea maysL.) terhadap pertumbuhan dan produksi pada sistem pola tumpang sari. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh nyata populasi tanaman kacang tanah dan tanaman jagung yang berbeda serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan produksi jagung dan kacang tanah pada sistem pola tumpang sari.
Universitas Sumatera Utara

Kegunaan Penelitian Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan untuk mendapatkan informasi tentang populasi kacang tanah (Arachis hypogaeaL.) dan (Zea maysL.) terhadap pertumbuhan dan produksi pada sistem pola tumpang sari.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Jagung (Zea mays L.) Botani Tanaman
Menurut Effendi (1985), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Poales, Famili: Poacea, Genus: Zea, Spesies: Zea mays L.
Akar jagung tergolong akar serabut, pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku- buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum (Muis dkk., 2008).
Batang jagung tidak berulang tetapi padat dan terisi oleh bekas-bekas pembuluh sehingga memperkuat tegaknya tanaman. Batang jagung beruas-ruas yang jumlahnya bervariasi antara 10-14 ruas, umumnya tak berkecambah, panjang batang berkisar antara 60-300 cm tergantung dari jenis jagung (Effendi, 1985).
Daun jagung adalah daun sempurna, bentuknya memanjang, antara pelepah dan helai daun terdapat ligula, tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki famili Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Muis dkk., 2008).
Jagung disebut tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Tanaman jagung adalah protandri, di
Universitas Sumatera Utara

mana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol (putik). Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman lain (serbuk silang) dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri (serbuk sendiri), oleh karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross pollinated crop) (Sudaryono, 1998).
Tanaman ini memiliki buah matang berbiji tunggal yang disebit korvopsis buah ini gepeng dengan permukaan atas cembung atau cekung dan dasar runcing. Buah ini terdiri atas endosperma yang mengelilingi embrio lapisan aleuron dan jaringan perikarp (kulit) yang merupakan lapisan pembungkus. Lapisan perikarp yang merupakan jaringan indung pada jagung manis memang tipis, kira-kira setebal 5 lapis sel ketimbang pada jagung brondong yang lebih dari 20 lapis sel (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Biji jagung tersusun terususn rapi diatas tongkol. Pada setiap tanaman jagung ada sebuah tongkol, kadang-kadang ada dua. Biji berkeping tunggal berderet pada tongkol. Setiap tongkol terdiri atas 10-14 deret, sedang setiap tongkol terdiri kurang lebih 200-400 butir (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Syarat Tumbuh Iklim
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah beriklim sedang hingga sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal
Universitas Sumatera Utara


yakni sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji, tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan dan menjelang musim kemarau (Muis dkk., 2008).
Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat. Namun untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki persyaratan lingkungan antara lain yaitu, menghendaki penyinaran matahari yang teduh, pertumbuhan jagung akan merana dan tidak mampu membentuk buah. Menghendaki suhu optimum 21-340C. Di Indonesia, suhu semacam ini terdapat di daerah dengan ketinggian antara 0-600 m dpl (Rubatzky danYamaguchi, 1998).
Distribusi curah hujan yang merata selama pertumbuhan akan memberikan hasil yang baik. Distribusi hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman jagung kurang lebih 200 mm tiap bulan. Untuk memperoleh hasil yang baik, tanaman jagung membutuhkan keadaan air yang cukup, terutama pada fase perbungaan hingga pengisian biji (Effendi, 1985). Tanah
Tanah yang baik untuk jagung adalah gembur dan subur, karena tanaman ini memerlukan aerase dan drainase yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengelolahan yang baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhan. Tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik pengolahan tanah yang dikerjakan secara optimal, sehingga aerase dan ketersediaan air dalam tanah berada dalam kondisi baik (Effendi, 1985).
Tanaman jagung dapat tumbuh disegala macam tanah, tetapi akan tumbuh lebih subur bila ditanam pda tanah yang gembur dan kaya akan humus. Jagung
Universitas Sumatera Utara

tidak memerlukan persyaratan khusus, sehingga dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, bila mendapatkan pengelolaan yang baik. Tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik, asalkan pengolahan tanah dikerjakan secara optimal (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Botani Tanaman
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998), sistematika tanaman kacang tanah adalah Sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Leguminales, Famili: Leguminoceae, Genus: Arachis, Spesies: Arachis hypogaeaL.
Kacang tanah mempunyai susunan perakaran sebagai berikut. Yang pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus. Akar cabang mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat pengisap. Karena meningkatnya umur tanaman akar-akar tersebut kemudian mati, sedangkan akar yang masih tetap bertahan hidup menjadi akar-akar yang permanen. Akar permanen tersebut akhirnya mempunyai cabang lagi dan berfungsi juga sebagai alat pengisap. Kadang-kadang polong juga mempunyai alat pengisap, yakni bulu akar yang menempel pada kulitnya. Bulu akar ini berfungsi sebagai alat pengisap zat-zat hara (AAK, 1989).
Batang utamanya, atau poros tengah berasal dari epikotil yang berisi keping biji di kedua sisi pada dua buku pertama. Percabangannya dimorfik, beserta cabang-cabang vegetative dan cabang-cabang reproduktif yang memendek. Semua cabang vegetatif memiliki daun sisik, disebut katafil, berhadapan dengan buku kedua dari cabang itu. Cabang-cabang vegetatif
Universitas Sumatera Utara

sekunder atau tersier akan muncul dari cabang-cabang vegetatif primer (Somaatmadja, 1993).
Tanaman kacang tanah mempunyai daun majemuk bersirip genap. Setiap helai daun terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu, berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan. Sedangkan gerakan niktitropik merupakan aktivitas daun sebagai persiapan diri untuk dapat menyerap cahaya matahari sebanyak-banyaknya (AAK, 1989).
Bunga berwarna kuning terbentuk pada ketiak daun, dan setelah terjadi penyerbukan sendiri, tangkai (karpofon) bakal buah yang terbuahi akan menjadi geotropic dan menembus ke dalam tanah. Polong (buah) berkembang di ujung struktur lir-pasak ini (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Setelah terjadi pembuahan, di bagian pangkal bakal buah muncullah suatu bentukan yang mirip tangkai, yaitu disebut pasak atau ginofor melalui meristem interkalar. Panjangnya pasak ini bergantung kepada jarak awal bunga itu dari tanah, tetapi jika lebih dari 15 cm, pasak ini akan gagalo mencapai tanah dan ujungnya akan mati. Jika telah menembus tanah sedalam 2-7 cm, pasak ini akan mendatar dan mulailah terjadi perkembangan buah setelah ujung ini membengkak dengan cepat. Buah tua (polong) berbentuk silinder, berukuran (1-8)cm x (0,52)cm, berisi 1-6 butir biji. Kulit luar polong atau perikarp di antara 2 biji seringkali meminggang yang besarnya bervariasi, mesokarpnya yang mengeras tertutup oleh urat jala (Somaatmadja, 1993).
Bentuk dan ukuran biji kacang tanah sangat berbeda-beda; ada yang besar, sedang, dan kecil. Begitu juga warna biji pun bermacam-macam, yaitu putih, ungu, dan merah kesumba. Perbedaan-perbedaan itu tergantung pada varietas-
Universitas Sumatera Utara


varietasnya. Pada umumnya biji kacang tanah kurang mengandung unsur-unsur vitamin, namun mengandung sekitar 27% protein dan 45% lemak (AAK, 1989). Syarat Tumbuh Iklim
Kacang tanah tumbuh anatara garis lintang 40 0U dan 40 0S di daerah tropik dan subtropik yang hangat, dan di iklim sedang yang lembap yang memiliki musim panas hangat dan panjang. Suhu rata-rata harian optimum untuk pertumbuhannya adalah 300C dan pertumbuhan akan terhenti pada suhu 150C. Fotoperiode panjang (lebih dari 14 jam) umumnya meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan fotoperiode pendek (kurang dari 10 jam) akan meningkatkan pertumbuhan reproduktif (Somaatmadja, 1993).
Tanaman kacang tanah dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian di bawah 1500 mdpl. Tanaman ini sepanjang pertumbuhannya memerlukan kondisi basah (sekitar 400 mm curah hujan) dan pada saat menjelang panen kondisi kering yang diperlukannya. Dengan demikian pada waktu panen dilaksanakan tidak banyak tanah yang lengket yang terangkut dari lapangan. Jika pada waktu panen keadannya basah, besar kemungkinan produk tanaman akan terpengaruh oleh sejenis jamur (Kartasapoetra, 1988).
Pada waktu berbunga tanaman kacang tanah menghendaki keadaan yang lembap dan cukup udara, sehingga kuncup buah dapat menembus tanah dengan baik dan pembentukan polong dapat berjalan secara leluasa, tidak mengalami hambatan atau kesulitan. Apabila benih sudah ditanam, pada bulan pertama sampai ketiga diusahakan tanaman tidak sampai mengalami kekeringan atau sebaiknya tidak terlalu basah (AAK, 1989).
Universitas Sumatera Utara

Tanah Kacang tanah memberikan hasil terbaik jika ditanam di tanah remah dan
berdrainase baik, terutama di tanah berpasir. Tanah bertekstur ringan memudahkan penembusan dan perkembangan polong, yang biasanya terjadi di bawah permukaan tanah. Ketersediaan kalsium tanah sangat diperlukan agar biji dapat tumbuh dengan baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Jenis tanah yang dapat dijadikan tempat pertumbuhan yang baik yaitu tanah lempung berpasir yang agak subur. Tanaman yang masih muda dapat berpenetrasi pada tanah yang lebih gembur, akarmya dapat memperkuat struktur tanah dengan baik, tanamannya pun dapat bertambah subur dan pelaksanaan panen menjadi lebih mudah. Tanah yang agak subur hendaknya tidak masam, kadar pH yang baik antara 6-6,5 (Kartasapoetra, 1988).
Tanaman kacang tanah tidak menghendaki persyaratan yang istimewa, namun demikian tetap dituntut juga adanya unsur-unsur hara dalam jumlah yang cukup dan dapat mendukung pertumbuhan kacang tanah, antara lain unsur P (phosphor), Ca (Calsium), dan K (Kalium). Kebutuhan tanaman kacang tanah akan unsur N (Nitrogen) dapat disuplai sendiri melalui bintil-bintil akar tanaman itu sendiri yang mampu mengikat unsur N (AAK, 1989). Populasi Tanaman
Jarak tanam atau jumlah populasi tanaman per satuan luas merupakan faktor penting untuk mendapatkan produksi tinggi, disamping kultur teknis lainnya. Jumlah populasi tanaman per satuan luas pada suatu tempat sangat bergantung pada varietas, umur tanaman, kesuburan tanah dan keadaan air tanah (Effendi,1985).
Universitas Sumatera Utara

Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan keefisienan penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan zat hara, sehingga akan mempengaruhi hasil. Populasi yang lebih besar juga akan mengefisienkan penggunaan pupuk karena tercapainya keefisienan penggunaan cahaya. Pada umumnya produksi per satuan luas yang tinggi tercapai dengan populasi yang tinggi pula, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Akan tetapi pada akhirnya, penampilan masingmasing tanaman secara individu menurun karena persaingan cahaya dan faktorfaktor tumbuh lainnya (Harjadi, 1996 dalam Anggayuhlin, 2012).
Tajuk tanaman, perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak antar tanaman, hal ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan penyerapan unsur hara oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Pada umumnya, produksi yang tinggi per satuan luas akan dicapai dengan populasi yang tinggi, akan tetapi, penampilan masing-masing tanaman secara individu menurun karena persaingan terhadap cahaya dan faktorfaktor tumbuh lainnya (Setyati, 2002).
Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, disamping juga laju evaporasi dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum (Dad Resiworo, 1992).
Universitas Sumatera Utara

Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2, angin dan unsur hara yang diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesa yang pada akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan produksi jagung. Jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan produksi per luas lahan dan jumlah biji namun menurunkan bobot biji. Sedangkan menurut Liu (20