Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Besaran Pembiayaan Sektor Industri Pengolahan Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BESARAN
PEMBIAYAAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN PADA
BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

GHINA KHALIDA ZULHIDIA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang
Memengaruhi Besaran Pembiayaan Sektor Industri Pengolahan pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 12 Juni 2015
Ghina Khalida Zulhidia
NIM H54110008

ABSTRAK
GHINA KHALIDA ZULHIDIA. Faktor-faktor yang Memengaruhi Besaran
Pembiayaan Sektor Industri Pengolahan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia. Dibimbing oleh SAHARA dan IRFAN SYAUQI BEIK.
Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang berkontribusi besar
terhadap perekonomian sehingga dibutuhkan dukungan industri perbankan guna
memenuhi kebutuhan modal pada sektor ini. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan sektor industri
pengolahan pada BPRS di Indonesia. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Vector Error Correction Model untuk melihat pengaruh jangka
panjang dan respon terhadap shock yang terjadi pada variabel yang diteliti dengan
menggunakan data dari Januari 2009 hingga Desember 2014. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Indeks Produksi Industri (IPI), dana pihak ketiga, dan suku
bunga kredit berpengaruh positif sedangkan inflasi, Non Performing Financing

(NPF), dan Equivalent Rate Pembiayaan (ERP) berpengaruh negatif terhadap
pembiayaan. Berdasarkan hasil penelitian ini BPRS sebaiknya meningkatkan
pemasaran untuk meningkatkan penghimpunan dana pihak ketiga dan menjaga
rasio NPF tetap rendah. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter diharapkan
senantiasa mengontrol laju inflasi agar bank lebih berani untuk menyalurkan
dananya pada sektor ini.
Kata kunci: pembiayaan, perbankan syariah, sektor industri pengolahan, VECM

ABSTRACT
GHINA KHALIDA ZULHIDIA. Determinant of Islamic Rural Bank Financing on
Manufacturing Sector in Indonesia. Supervised by SAHARA and IRFAN SYAUQI
BEIK.
Manufacturing sector is one of nine sectors that has major role to GDP.
Collaboration with the banking industry is needed to overcome capital issues faced
by this sector. This study aims to analyze determinant of Islamic rural bank
financing on manufacturing sector in Indonesia. Analytical method used in this
study is Vector Error Correction Model to observe the long term effect and
responses of the shock on variables using data from January 2009 to December
2014. The results shows that Industrial Production Index (IPI), third party fund and
interest rate positively affected financing on manufacturing sector meanwhile

inflation, Non Performing Financing (NPF), and equivalent rate of financing have
negative effect. Based on the result of this study BPRS should increase third party
fund and keep the NPF’s ratio at low level. Bank Indonesia as the nation’s monetary
authority is expected to stabilize the inflation rate in order to assure banking
industry funding this sector.
Keywords: Islamic bank financing, manufacturing sector, VECM

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BESARAN
PEMBIAYAAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN PADA
BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

GHINA KHALIDA ZULHIDIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini adalah Faktorfaktor yang Memengaruhi Besaran Pembiayaan Sektor Industri Pengolahan pada
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.
Penulis menyadari dalam proses penyusunan skripsi ini terdapat banyak
kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Namun
pada akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan dengan bimbingan, doa, dan
dukungan berbagai pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Sahara,
S.P., M.Si dan Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik, S.P., M.Sc.Ec selaku pembimbing
yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan kritik serta saran kepada
penulis selama proses penyusunan skripsi ini serta kepada Ibu Dr. Tanti Novianti,
S.P., M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Ranti Wiliasih, S.P., M.Si selaku
dosen komisi pendidikan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Ibu Laily Dwi Arsyianti, S.E., M.Sc yang telah membimbing dan memberikan

kritik serta saran pada awal penulisan skripsi ini, serta kepada para dosen lainnya,
staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah
memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis. Terima kasih pula penulis ucapkan
kepada teman-teman sebimbingan sekaligus teman berdiskusi Sendy W. Ilmi,
Claudia Andriani dan Ika Fauziah.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah Aswan Hadi, Ibu Evy
Taviana, serta adik penulis Ridha Amira atas segala doa dan kasih sayangnya.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat terbaik selama
perkuliahan Dessy Nur Hasanah, Dhia Adiati, Diniyah Ginung Pratina, Sarah
Nabilah, Salma Siti Salamah, Siti Karimah, Vita Nayunda, dan Zara Fathia, sahabat
sejak TPB Ipeh dan Uci, teman-teman proletar HIPOTESA 2014, dan teman-teman
Ekonomi Syariah 48 serta kepada teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas segala saran, pelajaran, bantuan, doa dan waktu yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015
Ghina Khalida Zulhidia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA

5

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional


5

Pembiayaan Syariah

6

Industri Pengolahan

8

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pembiayaan

8

Penelitian Terdahulu

11

Kerangka Pemikiran


13

Hipotesis Penelitian

14

METODE

15

Jenis dan Sumber Data

15

Metode Pengolahan dan Analisis Data

16

HASIL DAN PEMBAHASAN


18

Perkembangan BPRS di Indonesia

18

Uji Pra Estimasi

20

Hasil Estimasi VECM

22

Hasil Impulse Response Function

25

Hasil Forecasting Error Variance Decomposition


26

SIMPULAN DAN SARAN

27

DAFTAR PUSTAKA

28

LAMPIRAN

31

RIWAYAT HIDUP

46

DAFTAR TABEL
1 Perkembangan industri mikro, kecil, sedang, dan besar di Indonesia

tahun 2010-2013

2

2 Jenis kesulitan yang dihadapi industri mikro dan kecil di Indonesia
3
4
5
6
7
8
9

tahun 2012-2014
Perbedaan bagi hasil dan bunga
Jenis dan sumber data
Hasil uji stasioneritas
Hasil uji lag optimum
Hasil uji stabilitas VAR
Hasil uji kointegrasi
Hasil estimasi VECM

4
6
15
20
21
21
22
22

DAFTAR GAMBAR
1 Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga konstan tahun

2010-2014 (miliar)
2 Pembiayaan BPRS di Indonesia tahun 2009-2014 (miliar rupiah)
3 Rasio pembiayaan sektor industri pengolahan pada BPRS tahun
4
5
6
7
8
9
10

2009-2014 (persen)
Kerangka pemikiran
Perkembangan DPK, pembiayaan, dan aset BPRS tahun 2009-2014
(miliar)
Pembiayaan BPRS berdasarkan sektor ekonomi tahun 2014 (persen)
Efek guncangan IPI, inflasi, dan DPK terhadap pembiayaan
Efek guncangan NPF, FDR, dan ERDPK terhadap pembiayaan
Efek guncangan ERP dan SBK terhadap pembiayaan
Variance Decomposition dari pembiayaan sektor industri pengolahan

1
2
3
14
19
20
25
25
26
27

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Hasil Uji Stasioneritas
Hasil Uji Stabilitas VAR
Hasil Uji Lag Optimal
Hasil Uji Kointegrasi
Hasil Uji Kausalitas Granger
Hasil Estimasi VECM
Hasil Uji IRF
Hasil FEVD

31
36
37
38
39
41
44
45

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang berkontribusi
besar terhadap perekonomian Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2014)
pada triwulan ketiga 2014 lebih dari separuh PDB berasal dari tiga sektor terbesar
yaitu sektor industri pengolahan; sektor pertanian; dan sektor perdagangan, hotel,
dan restoran. Diantara sektor-sektor tersebut, sektor industri pengolahan merupakan
sektor yang memberikan kontribusi tertinggi terhadap produk domestik bruto
Indonesia dengan tren yang terus meningkat setiap tahunnya. Selain itu sektor
industri pengolahan merupakan sumber pertumbuhan ekonomi terbesar pada
triwulan ketiga 2014 yaitu sebesar 1.17%.

PDB (Miliar rupiah)

800000
600000

523167

549935

2009

2010

587024

624740

662830

698195

400000
200000
0
2011

2012

2013

2014

Tahun
Pertanian
Industri Pengolahan
Konstruksi
Keuangan

Petambangan
Perdagangan, hotel, dan restoran
Pengangkutan
Jasa dunia usaha

Gambar 1 Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga konstan
tahun 2010-2014 (miliar)
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

Untuk mendorong pertumbuhan sektor industri pengolahan yang optimal
diperlukan adanya kerja sama antara pemerintah, pelaku usaha dengan lembaga
keuangan terutama perbankan. Saat ekspansi yang dilakukan oleh dunia usaha
meningkat sejalan dengan pertumbuhan dan perbaikan ekonomi, dunia usaha sudah
tidak dapat lagi melakukan pengembangan usaha yang didasarkan atas sumber dana
sendiri sehingga industri perbankan menjadi salah satu pilihan sumber pembiayaan
untuk memenuhi kebutuhan modal yang diinginkan (Sitompul 2005).
Permodalan merupakan hal yang krusial bagi industri pengolahan terutama
bagi industri pengolahan berskala mikro dan kecil. Industri pengolahan mikro dan
kecil seringkali terlupakan padahal jumlah usaha serta tenaga kerja yang diserap
oleh industri mikro dan kecil lebih banyak daripada industri pengolahan berskala
sedang dan besar. Pada tahun 2013 sebesar 83.87% usaha pada sektor industri
pengolahan merupakan usaha berskala mikro, 15.44% usaha berskala kecil, dan
hanya 0.7% usaha berskala sedang dan besar (BPS 2014).

2
Tabel 1 Perkembangan industri mikro, kecil, sedang, dan besar di Indonesia tahun
2010-2013
Jumlah Usaha (unit)
Tenaga Kerja (orang)
Tahun
Mikro
Kecil
Sedang
Mikro
Kecil
Sedang
dan Besar
dan Besar
2010
2 529 847 202 877
23 345
4 817 261 1 629 999 4 501 145
2011
2 554 787 424 284
23 370
4 791 144 3 843 491 4 629 369
2012
2 812 747 405 296
23 592
5 607 782 3 523 506 4 928 839
2013
2 887 015 531 351
23 941
5 408 857 4 325 254 4 382 908
Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)

Menurut Alamsyah (2012) Perbankan syariah diyakini membawa maslahat
bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dikarenakan sifat-sifat
bank syariah yang berbeda dari bank konvensional. Pertama, bank syariah tidak
menggunakan bunga yang merupakan riba sebagaimana tertulis dalam Al-Qur’an
Surat Al- Baqarah 278-279 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika
kamu orang beriman. Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah
perang dari Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak
atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim dan tidak dizalimi. Sebagai gantinya
bank syariah menerapkan sistem yang lebih adil bagi pemilik dana, debitur maupun
pihak bank selaku pengelola dana. Kedua, bank syariah identik dekat dengan sektor
riil sehingga sehingga memiliki dampak nyata bagi perekonomian. Ketiga, tidak
diperbolehkannya unsur gharar dalam produk-produk perbankan syariah sehingga
bank syariah memiliki daya tahan terhadap krisis.
Salah satu lembaga keungan yang diharapkan dapat menjadi alternatif bagi
masalah permodalan yang dihadapi oleh usaha kecil adalah Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS). Wilayah operasional BPRS yang lebih terbatas daripada
bank umum mendorong BPRS untuk lebih dekat dengan masyarakat. Sasaran BPRS
sendiri adalah memenuhi kebutuhan masyarakat yang belum dapat terjangkau oleh
bank umum dan mewujudkan pemerataan layanan perbankan agar masyarakat tidak
terjebak pada praktik rentenir.
Pembiayaan (milyar rupiah)

6000

60

5000

4433
3554

4000

34

40

40

30

2676

20
2060

2000

50

5005

31

25

3000

53

20

1587
1000

10

0

0
2009

2010

Total Pembiayaan

2011

Tahun

2012

2013

2014

Pembiayaan sektor industri pengolahan

Gambar 2 Pembiayaan BPRS di Indonesia tahun 2009-2014 (milyar rupiah)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, OJK (2014)

3
Besaran pembiayaan yang disalurkan oleh BPRS terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun namun hal ini tidak diikuti oleh peningkatan rasio
pembiayaan sektor industri. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan baik dari segi internal seperti rasio
keuangan perbankan maupun eksternal seperti kondisi makroekonomi Indonesia
serta risiko usaha.

Perumusan Masalah
Sektor industri sebagai penggerak utama ekonomi membutuhkan
pembiayaan yang kompetitif untuk investasi dan modal kerja namun lembaga
pembiayaan yang ada saat ini kurang memahami kebutuhan pembiayaan industri
dalam negeri. Hal ini mengakibatkan perusahaan industri pengolahan terutama
yang berskala kecil mengalami kesulitan dalam meningkatkan modal dan menjual
produk pada pembelinya (Kemenperin 2013).
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai lembaga keuangan yang
1.800

Rasio Pembiayaan (%)

1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
Sep-14

May-14

Jan-14

Sep-13

May-13

Jan-13

Sep-12

May-12

Jan-12

Sep-11

May-11

Jan-11

Sep-10

May-10

Jan-10

Sep-09

May-09

Jan-09

0.000

Bulan-Tahun

Gambar 3 Rasio pembiayaan sektor industri pengolahan pada BPRS tahun
2009-2014 (persen)
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, OJK (2014)

fokus terhadap usaha-usaha beskala kecil merupakan salah satu alternatif sumber
pembiayaan bagi industri-industri berskala kecil. Fokus utama usaha BPRS adalah
pada pembentukan dan pengembangan usaha dengan menyediakan modal, bukan
kredit konsumtif. BPRS tidak memberikan kredit melainkan pembiayaan
(pemodalan). Bentuk usahanya berbentuk investasi bersama (partnership) dan
pembiayaan modal kerja dengan sistem bagi hasil dan bagi resiko serta pembiayaan
produktif dengan akad-akad lainnya.
Meskipun nominal pembiayaan yang disalurkan oleh BPRS mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun namun hal ini tidak diikuti oleh peningkatan rasio
pembiayaan pada sektor industri pengolahan. Rasio pembiayaan BPRS pada sektor
industri pengolahan selama periode 2009 hingga 2014 hanya berkisar antara 0.8%
hingga 1.6%. Padahal, survei industri mikro dan kecil yang dilakukan oleh Badan

4
Pusat Statistik menunjukkan bahwa setiap tahunnya rata-rata sebanyak lebih dari
75% industri pengolahan berskala mikro dan kecil mengalami kesulitan dalam
menjalankan usaha.
Tabel 2 Jenis kesulitan yang dihadapi
2012-2014
2012
Jenis
Jumlah
PresenKesulitan
usaha
tase (%)
Modal
845 340
33.13
Pemasaran
678 467
26.59
Bahan Baku 658 309
25.80
Skill
76 292
2.99
Bahan bakar 15 310
0.60
Transportasi 12 248
0.48
Upah
23 985
0.94
Lain-lain
241 380
9.46

industri mikro dan kecil di Indonesia tahun

Jumlah
usaha
957 339
535 176
629 542
83 418
46 928
39 255
19 193
267 612

2013
Presentase (%)
37.13
20.76
24.42
3.24
1.82
1.52
0.74
10.38

Jumlah
usaha
981 429
545 801
640 277
67 646
26 786
31 470
18 358
247 193

2014
Presentase (%)
38.35
21.33
25.02
2.64
1.05
1.23
0.72
9.66

Sumber : Survei Industri Mikro dan Kecil, BPS (2014)

Kesulitan utama yang dihadapi oleh pelaku usaha industri mikro dan kecil
pada tahun 2012 adalah masalah permodalan dengan presentase sebesar 33.13%,
pemasaran dengan presentase sebesar 26.59%, dan bahan baku dengan presentase
sebesar 25.8%. Sementara pada tahun 2013 presentase jumlah industri mikro dan
kecil yang mengalami kesulitan modal meningkat menjadi sebesar 37.13%
sementara presentase jumlah industri mikro dan kecil yang mengalami
permasalahan pemasaran dan bahan baku mengalami penurunan menjadi masingmasing sebesar 20.76% dan 24.42%. Pada tahun 2014 kesulitan utama yang
dihadapi industri mikro dan kecil yaitu permodalan sebesar 38.35%, bahan baku
sebesar 25.02%, dan pemasaran sebesar 21.33%. Dapat dilihat bahwa sejak tahun
2010 hingga 2014 kesulitan modal yang dihadapi oleh usaha industri mikro dan
kecil presentasenya semakin meningkat (BPS 2014).
Berdesarkan penjelasan latar belakang dan rumusan masalah, pertanyaan
yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor apa saja yang memengaruhi besaran pembiayaan sektor industri
pengolahan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia dalam
jangka pendek dan jangka panjang?
2. Bagaimana respon pembiayaan sektor industri pengolahan pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah saat terjadi guncangan (shock) pada faktor-faktor
kinerja perbankan, rate of return dan kondisi makroekonomi?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dijabarkan maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan sektor industri
pengolahan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

5
2. Menganalisis respon pembiayaan sektor industri pengolahan pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah saat terjadi guncangan (shock) pada faktor-faktor
kinerja perbankan, rate of return dan kondisi makroekonomi.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.
Bagi lembaga keuangan syariah
Memberikan informasi bagi lembaga keuangan syariah, khususnya Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah mengenai variabel-variabel yang harus
dipertimbangkan dan berdampak pada penyaluran pembiayaan bagi sektor
industri terutama industri berskala kecil guna meningkatkan peran perbankan
syariah sebagai financial intermediary institution.
2.
Bagi akademisi dan masyarakat
Memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai
lembaga keuangan syariah dan sebagai perbandingan bagi peneliti-peneliti
selanjutnya.
3.
Bagi penulis
Sebagai sarana untuk menuangkan pemikiran dan menghubungkan teori-teori
yang ada dengan keadaan sebenarnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada pembahasan faktor-faktor yang memengaruhi
pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah pada sektor industri pengolahan atau
manufaktur. Secara lebih spesifik penelitian ini akan menganalisis pembiayaan
BPRS terhadap sektor industri sejak Januari 2009 hingga Desember 2014. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah VAR/VECM. Ruang lingkup analisis
pembiayaan sektor industri pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dibatasi dengan
beberapa variabel. Variabel eksternal yang dianggap berpengaruh terhadap rasio
pembiayaan sektor industri pengolahan adalah inflasi, suku bunga kredit, dan
Industrial Production Index (IPI). Sementara variabel internal yang dianggap
berpengaruh adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Equivalent Rate pembiayaan, dan Equivalent
Rate DPK.

TINJAUAN PUSTAKA
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Menurut Machmud dan Rukamana (2010) perbedaan antara sistem bank
konvensional dengan sistem bank syariah secara ringkas dapat dilihat dari empat
aspek, yaitu:

6
1.
2.

3.

4.

Falsafah: Pada bank syariah tidak berdasarkan atas bunga, spekulasi, dan
ketidakjelasan, sedangkan pada bank konvensional berdasarkan atas bunga.
Operasional: Pada bank syariah, dana masyarakat berupa titipan, dan investasi
baru akan mendapatkan hasil jika diusahakan terlebih dahulu, sedangkan pada
bank konvensional, dana masyarakat berupa simpanan yang harus dibayar
bunganya pada saat jatuh tempo. Pada sisi penyaluran, bank syariah
menyalurkan dananya pada usaha yang halal dan menguntungkan sedangkan
pada bank konvensional aspek halal tidak menjadi pertimbangan utama.
Sosial: Pada bank syariah, aspek sosial dinyatakan secara eksplisit dan tegas
yang tertuang dalam visi dan misi perusahaan, sedangkan pada bank
konvensional tidak tersirat secara tegas.
Organisasi: Bank syariah harus memiliki Dewan Pengawas Syariah

Perbedaan yang paling utama antara bank syariah dan bank konvensional
terletak pada konsep bagi hasil yang digunakan pada bank syariah dan bunga yang
digunakan pada bank konvensional. Perbedaan antara bagi hasil dan bunga dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Perbedaan bagi hasil dan bunga
No
Bagi hasil
1
Penentuan bagi hasil dibuat
sewaktu perjanjian berdasarkan
untung/rugi
2
Jumlah nisbah bagi hasil
berdasarkan jumlah keuntungan
yang telah dicapai
3
Bagi hasil tergantung pada hasil
proyek, risiko ditanggung kedua
pihak
4
Jumlah pemberian hasil
keuntungan meningkat sesuai
dengan peningkatan keuntungan
yang didapat

Bunga
Penentuan bunga dibuat sewaktu
perjanjian tanpa berdasarkan
untung/rugi
Jumlah persen bunga berdasarkan
modal yang ada
Pembayaran bunga tanpa
pertimbangan apakah proyek yang
dilaksanakan pihak kedua untung/rugi
Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat walaupun jumlah
keuntungan berlipat ganda

Sumber: Machmud dan Rukmana (2010)

Pembiayaan Syariah
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil. Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan,
dengan demikian pemberian pembiayaan adalah pemberian kepercayaan.
Pembiayaan syariah dilaksanakan sesuai dengan konsep dasar dalam sistem
ekonomi dan keuangan syariah (Rivai dan Arifin 2010).
Dilihat dari tujuan penggunaannya menurut Rivai dan Arifin (2010)
pembiayaan dapat dibagi menjadi tiga. Pertama pembiayaan modal kerja yaitu
pembiayaan untuk memenuhi modal kerja nasabah dalam rangka pembiayaan

7
aktiva lancar seperti pembelian bahan baku, barang dagangan dan lain-lain. Kedua,
pembiayaan investasi yaitu pembiayaan yang diberikan kepada nasabah guna
merehabilitasi, modernisasi, perluasan atau pendirian proyek baru. Ketiga,
pembiayaan konsumsi yaitu pembiayaan yang diberikan pada nasabah untuk
keperluan konsumsi seperti pembiayaan kendaraan pribadi, pembiayaan perumahan
dan lain-lain.
Menurut Karim (2009), dalam menyalurkan dananya ke nasabah secara garis
besar produk pembiayaan syariah terbagi menjadi:
1.
Pembiayaan dengan prinsip jual beli yang terdiri dari pembiayaan dengan
akad murabahah, salam, dan istishna
2.
Pembiayaan dengan prinsip sewa menggunakan akad ijarah
3.
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang terdiri dari pembiayaan dengan
akad musyarakah dan mudharabah
4.
Pembiayaan dengan prinsip akad lainnya yang terdirir dari hiwalah (alih
piutang), rahn (gadai), qardh, wakalah (perwakilan), dan kafalah (garansi).

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip Islam yang kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. BPRS merupakan badan usaha yang setara dengan bank
perkreditan rakyat konvensional dengan bentuk hukum Perseroan Terbatas,
Perusahaan Daerah, atau Koperasi (Rivai dan Arifin, 2010).
Dalam UU No 21 Tahun 2008 Pasal 21, Kegiatan usaha Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah meliputi:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:
1. Simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
akad-akad wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah
2. Investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
1. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah
2. Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, atau istishna
3. Pembiayaan berdasarkan akad qardh
4. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik
5. Pengambilalihan hutang berdasarkan akad hiwalah.
c. Menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan
akad wadiah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan/atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
d. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di Bank
Umum Syariah, Bank Umum Konvensional dan UUS; dan

8
e. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya
yang sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan peraturan Bank Indonesia

Industri Pengolahan
Menurut Badan Pusat Statistik, industri pengolahan adalah suatu kegiatan
ekonomi berupa kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau
dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi, dan atau barang
yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dan sifatnya lebih
dekat kepada pemakai akhir.
Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang
melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak
pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi
tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang
bertanggung jawab atas usaha tersebut. Berdasarkan skala usaha, industri
pengolahan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Industri mikro adalah usaha industri yang tenaga kerjanya antara 1-4 orang
2. Industri kecil adalah usaha industri yang tenaga kerjanya antara 5-19 orang
3. Industri menengah adalah usaha industri yang tenaga kerjanya antara 20-99
orang
4. Industri besar adalah usaha industri yang tenaga kerjanya lebih dari 100
orang

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pembiayaan
Nugroho (2009) membagi faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan
dengan melihat dari sisi permintaan dan penawaran. Menurut teori mekanisme
pasar yang dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah, permintaan merupakan salah satu
elemen yang menggerakkan pasar. Istilah yang digunakan Ibnu Taimiyah untuk
menggambarkan permintaan adalah keinginan. Faktor-faktor yang memengaruhi
permintaan yaitu harga barang yang bersangkutan, pendapatan konsumen, harga
barang lain yang terkait, selera konsumen, ekspektasi, dan maslahah. Sementara
Ibnu Taimiyah mengistilahkan penawaran sebagai ketersediaan barang di pasar.
Faktor-faktor yang memengaruhi penawaran adalah maslahah dan keuntungan.
Keuntungan sendiri dipengaruhi oleh harga barang dan biaya produksi (P3EI 2013).
Dalam penelitian Nugroho (2009) beberapa variabel yang digunakan dalam
penelitian yaitu variabel kredit bank konvensional dan kondisi makroekonomi yang
direpresentasikan dengan indeks produksi industri dan Jakarta Islamic Index
digunakan sebagai faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan perbankan
syariah. Sementara faktor yang memengaruhi pembiayaan dari sisi penawaran
adalah kondisi internal perbankan dengan proksi Non Performing Financing (NPF),
Return on Asset (ROA), dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).
Sujatna (2007), dalam penelitiannya mengenai pembiayaan bagi hasil pada
pebankan syariah, membagi faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan dalam
dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-

9
faktor yang berasal dari kondisi di dalam bank syariah itu sendiri seperti rasio
keungan bank syariah dan nisbah bagi hasil. Sementara faktor eksternal adalah
faktor-faktor yang berasal dari luar perbankan syariah seperti kondisi
makroekonomi dan suku bunga kredit bank konvensional. Suku bunga kredit bank
konvesional diposisikan sebagai harga barang substitusi yang berpengaruh positif
terhadap permintaan pembiayaan bagi hasil.

Kategori Kinerja Perbankan
Non Performing Financing
Pembiayaan bermasalah dalam perbankan syariah dikenal dengan istilah Non
Performing Financing sedangkan pada perbankan konvensional dikenal dengan
istilah Non Performing Loan. Menurut Kasmir (2008) Non Performing Loan atau
Non Performing Financing adalah presentase jumlah pembiayaan bermasalah,
dengan kategori kurang lancar, dipertanyakan, dan macet, terhadap total
pembiayaan yang dikeluarkan bank. NPF merupaka rasio keuangan yang digunakan
sebagai indikator terhadap nilai dari suatu risiko kredit atau pembiayaan. Rasio ini
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah.
��� =











%

Financing to Deposit Ratio
Menurut Darmawi (2011) Financing to Deposit Ratio merupakan rasio total
pembiayaan yang disalurkan ke nasabah pembiayaan dibagi dengan jumlah dana
masyarakat yang terkumpul. Financing to Deposit Ratio salah satu rasio untuk
mengukur likuiditas dan intermediasi perbankan. Likuiditas adalah suatu istilah
yang digunakan untuk menunjukkan persediaan uang tunai dana aset lain yang
dengan mudah dijadikan uang tunai. Menurut Dendawijaya (2005) FDR
menyatakan seberapa jauh pemberian pembiayaan kepada nasabah pembiayaan
dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan
yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk
memberikan pembiayaan. Semakin tinggi rasio FDR mengindikasikan semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan.
��� =








��ℎ

� �
��



%

Dana Pihak Ketiga
Menurut Kasmir (2008) dana pihak ketiga adalah dana yang berasal dari
masyarakat yang merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional
suatu bank. Masyarakat mempercayakan dananya kepada bank berdasarkan
perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito,
tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Pada perbankan syariah dana simpanan yang dipercayakan oleh nasabah
kepada bank syariah dapat berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro dan tabungan. Sementara

10
dana investasi yang dipercayakan oleh nasabah kepada bank syariah dapat
berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dalam bentuk deposito, tabungan, dan bentuk lain yang dapat
dipersamakan dengan itu (Soemitra 2009).

Rate of Return Perbankan
Equivalent Rate
Equivalent rate dalam Statistik Perbankan Syariah (SPS) OJK adalah indikasi
tingkat imbalan dari suatu penanaman dana atau nisbah bagi hasil dari pembiayaan
perbankan syariah.
Suku Bunga
Menurut Mankiw (2013) bunga mewakili pembayaran masa mendatang
untuk transfer uang pada masa lalu. Dalam Kasmir (2008) bunga dapat diartikan
sebagai balas jasa yang diberikan oleh nasabah pada bank yang berdasarkan prinsip
konvensional, sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah
pinjaman.

Inflasi
Inflasi menurut Mankiw (2013) adalah kenaikan tingkat harga rata-rata dan
harga adalah tingkatan dimana uang ditukarkan untuk barang atau jasa. Laju inflasi
adalah perubahan presentase pada tingkat harga dari periode sebelumnya.
Sementara menurut BPS (2014) inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa
secara umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok
masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara.

Indeks Produksi Industri
Indeks produksi industri menurut Badan Pusat Statistik (2011) adalah angka
indeks yang menggambarkan perkembangan produksi sektor industri pengolahan
secara lebih dini karena sidatnya yang dirancang secara periodik bualanan. Angka
indeks yang dihasilkan menggambarkan perkembangan produksi sektor industri
pengolahan secara lebih dini dan data series yang lebih panjang dan lengkap karena
sifatnya yang dirancang secara periodik bulanan. Jika nilai indeks produksi industri
periode berjalan (It)>100, maka secara umum industri pengolahan pada periode
yang bersangkutan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode dasar.
Jika nilai indeks produksi industri periode berjalan (It)