. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pembiayaan Murabahah Di Bank Umum Syariah Di Indonesia

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBIAYAAN
MURABAHAH BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
(PERIODE TAHUN 2010 – 2013)

SELA DWIYUNI LESTARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Pembiayaan Murabahah di Bank Umum Syariah di Indonesia
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Sela Dwiyuni Lestari
NIM H54100066

ABSTRAK
SELA DWIYUNI LESTARI. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Pembiayaan Murabahah di Bank Umum Syariah di Indonesia. Dibimbing oleh
MUHAMMAD FINDI dan SALAHUDDIN EL AYYUBI.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang
memengaruhi pembiayaan murabahah di Bank Umum Syariah di Indonesia dan
mengukur seberapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap pembiayaan
murabahah.dengan metode regresi data panel. Penelitian ini menggunakan data
triwulan periode tahun 2010 hingga tahun 2013. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pembiayaan murabahah sebagai variabel dependen dan Dana
Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequancy Ratio (CAR), Non Performing
Financing (NPF), Return On Asset (ROA), Finance to Deposit Ratio (FDR) dan
suku bunga konvensional sebagai variabel independen. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada uji F variabel DPK, CAR, NPF, ROA, FDR, dan suku

bunga konvensional berpengaruh nyata terhadap pembiayaan murabahah di bank
umum syariah di Indonesia. Untuk uji t variabel DPK, ROA, FDR dan suku bunga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Sedangkan
untuk variabel CAR dan NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pembiayaan murabahah di Bank Umum Syariah di Indonesia.
Kata kunci: bank syariah, dana pihak ketiga, pembiayaan murabahah, regresi data
panel, dan suku bunga.

ABSTRACT
SELA DWIYUNI LESTARI. Analysis of factors that influence to murabahah
fund at syariah banking in Indonesia. Supervised by MUHAMMAD FINDI and
SALAHUDDIN EL AYYUBI.
The objective of this research is to identify factors that influence to
murabahah fund at syariah banking in Indonesia and to measure the influence this
factors to murabahah fund using panel data regression method. This research
using triwulan data period in the year 2010 to 2013. Variables was used in this
study are murabahah fund as dependent variable and Third Party Fund, Capital
Adequancy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Return On Asset
(ROA), Finance to Deposit Ratio (FDR) and convensional interest as independent
variables. The results of this study show that in F test for DPK, CAR, NPF, ROA,

FDR and interest rate convensional variables influence to murabahah fund at Bank
Umum Syariah in Indonesia. For t test DPK, ROA, FDR and interest rate variable
positive influence and significant to murabahah fund. By the way for CAR and
NPF variables negative influence and significant to murabahah fund at Bank
Umum Syariah in Indonesia.
Keywords: interest rate, panel data regression method, murabahah, syariah
banking, and third party found.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBIAYAAN
MURABAHAH DI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
(PERIODE TAHUN 2010 – 2013)

SELA DWIYUNI LESTARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi dan Manajemen


DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Sk1ipsi : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Murabahah
di Bank Umum Syatiah di Indonesia (Periode T ah un 20 10-2013)
: Sela Dwiyuni Lestari
Nama
: H54100066
N IM

Disetujui oleh

Dr. Muhammad Findi A, M.E.
Pembimbing I

Salahuddin E A
bi, Lc MA.

Pembimbing II

MA.Ec.

Tanggal Lulus:

1 g S[P 2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarja Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Adapun
judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan
Murabahah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2010-2013)”.
Penulis menyadari dalam proses penyusunan skripsi terdapat banyak
kekurangan mengingat kemampuan dan pengetahuan penulis. Namun, pada
akhirnya penelitian ini dapat penulis selesaikan atas bantuan doa, dukungan,
bimbingan kepada berbagai pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Allah subhanahu wa ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya

2. Kedua orang tua penulis, Hadiat dan Ismiyati atas doa, dukungan moral
dan materi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Serta kepada kakakadik Riksa Adiba Putra, Sandy Alvisabil, dan Thalif Andia Novaldi.
3. Dr Muhammad Findi A, M.E. Selaku pembimbing skripsi I dan
Salahuddin El Ayyubi, Lc, MA. selaku pembimbing skripsi II yang telah
banyak memberi saran kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
4. Seluruh dosen Ilmu Ekonomi khususnya dosen Ilmu Ekonomi Syariah atas
segala ilmu yang telah diberikan.
5. Sahabat-sahabat penulis, Naula Rezekitiani, Muhammad Rizqi, Ghina
Zahra Afifah, Wulandari Sangidi, Rahmah Syafira, Fithri Tyas Hapsari,
Myrella Velika Amanta, dan Faqih Aulia Akbar Rasyid atas semua
momen, dukungan, dan semangatnya selama ini.
6. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Fitriyanti, Prawito, dan Riki Okta
atas kerjasama dan dukungannya selama proses penyusunan skripsi.
7. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi Syariah angkatan 47.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2014
Sela Dwiyuni Lestari

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

ABSTRAK

ii

ABSTRACT

ii


PRAKATA

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3


Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup

4

TINJAUAN PUSTAKA

4

Definisi Bank

4

Bank Syariah

4


Persamaan dan perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah

5

Sistem Operasional Bank Syariah

6

Pembiayaan dan Kredit

6

Pembiayaan Jual Beli

7

Pembiayaan Murabahah

8


Dana Pihak Ketiga (DPK)

9

Rasio Keuangan

10

Suku Bunga

12

Penelitian Terdahulu

12

Kerangka Pemikiran

14

Hipotesis Penelitian

14

METODE

15

Jenis dan Sumber Data

15

Metode Analisis

15

Metode Evaluasi Model

18

Perumusan Model
HASIL DAN PEMBAHASAN

21
22

Gambaran Umum Bank Umum Syariah di Indonesia

22

Hasil Estimasi Model dan Evaluasi Model

28

Pengujian Asumsi

30

Model

31

Indikator Kebaikan Model

31

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum
Syariah di Indonesia
32
SIMPULAN DAN SARAN

35

Simpulan

35

Saran

35

DAFTAR PUSTAKA

36

LAMPIRAN

38

RIWAYAT HIDUP

48

DAFTAR TABEL
1 Jaringan kantor perbankan syariah
2 Komposisi pembiayaan yang diberikan Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah
3 Hasil Uji Chow
4 Hasil uji Hausman
5 Hasil Estimasi Panel Data
6 Hasil Uji t

1
2
28
29
30
32

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran
2 Pertumbuhan pembiayaan murabahah Bank Umum Syariah di
Indonesia
3 Pertumbuhan DPK Bank Umum Syariah di Indonesia (dalam juta
rupiah)
4 Pertunbuhan CAR Bank Umum Syariah di Indonesia
5 Pertumbuhan NPF Bank Umum Syariah di Indonesia
6 Pertumbuhan ROA Bank Umum Syariah di Indonesia
7 Pertumbuhan FDR Bank Umum Syariah di Indonesia

14
23
24
25
26
27
28

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel statistik deskriptif
2 Tabel hasil model gabungan
3 Tabel hasil model fix
4 Tabel hasil Uji Chow
5 Tabel hasil random
6 Tabel hasil Uji Hausman
7 Tabel hasil estimasi model fix dengan pembobotan Cross Section
Weight (PCSE)
8 Tabel hasil uji multikolienieritas
9 Tabel hasil uji heteroskedastisitas
10 Tabel hasil uji autokorelasi
11 Hasil uji normalitas
12 Data 7 Bank Umum Syariah

38
39
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peranan bank di Indonesia bukan hanya dijadikan sebagai sumber
pembiayaan saja akan tetapi bank juga mampu memengaruhi siklus usaha dalam
perekonomian secara keseluruhan (Halim, 2005). Begitupun dengan keberadaan
bank syariah, dengan orientasi pencapaian kesejahteraan diharapkan bank syariah
dapat meningkatkan perkembangan perekonomian suatu negara. Indonesia
menganut dual banking system yang artinya bank konvensional dengan bank
syariah dapat beroperasi secara bersamaan.
Perbankan syariah jika dilihat dari aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan
yang diberikan dapat dikatakan bahwa telah mengalami pertumbuhan yang cukup
pesat. Menurut data Bank Indonesia hingga akhir 2013, pertumbuhan aset bank
syariah meningkat hingga mencapai 31.8% dengan jumlah aset sebesar Rp242.3
triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp195 triliun, dana pihak ketiga
juga mengalami peningkatan hingga mencapai Rp183.5 triliun dibandingkan
dengan tahun sebelumnya sebesar Rp147 triliun. Selain itu, jika dibandingkan
dengan pembiayaan tahu 2012 sebesar Rp147 triliun, pembiayaan pada tahun
2013 mengalami peningkatan hingga mencapai 32.2% dengan pembiayaaan
sebesar Rp184.2 triliun. Dengan adanya peningkatan tersebut, industri perbankan
syariah pun mengalami pertumbuhan dalam hal kelembagaan yang dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Jaringan kantor perbankan syariah
2007
2008
Bank Umum Syariah
5
3
- Jumlah Bank
581
401
- Jumlah Kantor
Unit Usaha Syariah
26
27
- Jumlah Bank
Umum
Konvensional
yang memiliki
UUS
196
241
- Jumlah Kantor
BPRS
144
131
- Jumlah Bank
185
202
- Jumlah Kantor

2009

2010

2011

2012

2013

6
711

11
1215

11
1401

11
1745

11
1998

25

23

24

24

23

287

262

336

517

590

138
225

150
286

155
364

158
401

163
402

Sumber : Bank Indonesia, 2013.

Bagi kegiatan operasional bank syariah, hal yang mendasar yang harus
diperhatikan adalah tetap memperhatikan keseimbangan antara memaksimalkan
keuntungan dan pemenuhan prinsip syariah. Sesuai dengan Undang-Undang No.
21 Tahun 2008, perbankan syariah wajib menjalankan fungsinya baik fungsi
intermediasi yang meliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana
masyarakat untuk kepentingan menunjang pelaksanaan pembangunan sosial, juga
fungsi sosial yang dilakukan dalam bentuk lembaga baitul mal yang dananya

2
berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, ataupun dana sosial lainnya yang
kemudian disalurkan kepada organisasi pengelola terkait.
Fasilitas pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah harus memiliki
peranan yang penting untuk menjaga stabilitas terhadap perkembangan sektor riil
yang erat kaitannya dengan masyarakat kelas menengah kebawah. Pembiayaan
dengan prinsip bagi hasil diharapkan dapat lebih menggerakan sektor riil. Namun
ternyata setelah sistem bagi hasil ini dipraktekkan dalam bentuk institusional LKS,
sistem ini mengalami beberapa hambatan sehingga membuat pihak bank enggan
menempatkan sebagian besar portfolio asetnya pada sistem bagi hasil ini. Sistem
bagi hasil dianggap sangat berisiko, sehingga kemudian muncul alternatif
pembiayaan murabahah yang dianggap lebih menguntungkan.
Sejak berkembangnya perbankan syariah di Indonesia, praktek murabahah
di bank syariah memiliki kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan musyarakah
serta mudharabah. Tabel 2 adalah komposisi pembiayaan yang diberikan Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Tabel 2 Komposisi pembiayaan yang diberikan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah (miliar rupiah)

Akad

2010

Akad Mudharabah
Akad Musyarakah
Akad Murabahah
Akad Salam
Akad Istishna
Akad Ijarah
Akad Qardh
Lainnya

5578
4406
16553
0
351
2341
540
0

2011
6205
7411
22486
0
369
3839
959
0

2012
12023
27667
88004
0
376
7345
12090
0

2013
13625
39 874
110565
0
582
10481
8995
0

Sumber : Bank Indonesia, 2013.

Berdasarkan data pada tabel 2, penyaluran pembiayaan hingga akhir tahun
2013 didominasi oleh pembiayaan dengan akad murabahah. Akad murabahah
yang diaplikasikan pada bank syariah adalah bank berperan sebagai penjual dari
objek barang dan nasabah berperan sebagai pembeli. Jenis kontrak yang
digunakan dalam murabahah adalah natural certainty contract yaitu suatu jenis
kontrak transaksi yang memiliki kepastian keuntungan dan pendapatan baik dari
segi jumlah maupun waktu, sehingga pihak perbankan dapat memprediksi
pendapatan dari murabahah yang sifatnya fixed.
Perumusan Masalah
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
membuat perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang
memadai, sehingga meningkatkan pula peran industri perbankan syariah dalam
hal mendukung perekonomian nasional. Pada sistem perbankan syariah transaksi
yang cukup populer dikembangkan adalah sistem jual beli. Pembiayaan dengan
prinsip jual beli jenisnya dibagi menjadi tiga cara, yaitu pembiayaan murabahah,
pembiayaan salam, dan pembiayaan Istishna. Diantara ketiga jenis sistem jual beli
tersebut, murabahah yang banyak dilakukan dalam sistem jual beli.

3
Pembiayaan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan
bank. Dana bank akan bertambah dengan sendirinya dengan perolehan
keuntungan berupa margin yang didapatkan melalui pembiayaan. Margin dalam
dunia perbankan syariah adalah sebuah istilah yang menunjukkan pendapatan
yang diperoleh dari selisih antar harga jual dan harga beli atas sebuah akad jual
beli (Ahmad, 2006). Menurut statistik Perbankan Syariah hingga akhir tahun 2013,
akad murabahah masih mendominasi pembiayaan yang disalurkan bank syariah
dalam kisaran 60.04% dari total pembiayaan. Oleh karena itu, akad murabahah
menjadi fokus dalam kegiatan bank syariah.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi bank dalam hal menyalurkan
pembiayaan. Dana Pihak Ketiga (DPK) bukanlah satu-satunya variabel yang
memengaruhi perilaku penawaran kredit perbankan, tetapi juga dipengaruhi oleh
persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu sendiri
seperti permodalan atau CAR (Capital Adequacy Ratio), jumlah kredit macet atau
NPL (Non Performing Loans), dan LDR (Loan to Deposit Ratio) (Warjiyo, 2004).
Suseno dan Piter A. (2003), menambahkan bahwa ROA (Return on Assets) yang
merupakan faktor rentabilitas dan mencerminkan tingkat keuntungan adalah
variabel lain yang bisa berpengaruh terhadap keputusan bank dalam menyalurkan
kredit kepada nasabah.
Berdasarkan uraian tersebut, terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1.
2.
3.

Bagaimana gambaran umum perkembangan pembiayaan murabahah
Bank Umum Syariah di Indonesia ?
Faktor-faktor apa yang memengaruhi penyaluran pembiayaan
murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia ?
Bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap penyaluran
pembiayaan murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia ?
Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang dan perumusan masalah di
atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah
1.
2.
3.

Menganalisis gambaran umum perkembangan pembiayaan murabahah
Bank Umum Syariah di Indonesia
Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan
murabahah bank umum syariah di Indonesia
Menganalisis bagaimana pengaruh faktor tersebut terhadap
pembiayaan murabahah
Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan pertimbangan untuk
melakukan atau menggunakan pembiayaan murabahah di Bank Umum
Syariah di Indonesia

4
2. Bagi Bank Syariah
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan rekomendasi bahan evaluasi
yang dapat digunakan oleh beberapa Bank Syariah terutama pada
penawaran produk murabahah
3. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana penerapan dan
implementasi teori-teori yang diterima pada saat kuliah serta mampu
memberikan gambaran mengenai keadaan minat pasar terhadap
pembiayaan syariah dan dapat memberikan manfaat bagi penelitian
selanjutnya.
Ruang Lingkup
Fokus pada penelitian ini adalah tujuh Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia pada periode tahin 2010 hingga tahun 2013. Tujuh bank tersebut adalah
Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank
Negara Indonesia Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Central Asia Syariah, dan
Bank Panin Syariah.

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Bank
Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan yang
merupakan perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk–bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dua fungsi pokok
bank tersebut yang menyebabkan bank disebut dengan Financial Intermediary.
(Ismail, 2010).
Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau
mencari dana (uang) dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito.
Kegiatan penghimpunan dana ini sering disebut dengan istilah funding.
Sedangkan, pengertian menyalurkan dana adalah menyerahkan kembali dana yang
diperoleh lewat simpanan giro, tabungan, dan deposito kepada masyarakat dalam
bentuk pinjaman (kredit) bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau
pembiayaan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan penyaluran
dana ini juga dikenal dalam perbankan dengan istilah Lending.
Dalam pemberian kredit, disamping dikenakan bunga bank juga
mengenakan jasa pinjaman kepada peneriman kredit (debitur) dalam bentuk biaya
administrasi serta biaya provisi dan komisi. Sedangkan bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal.
(Kasmir, 2000).
Bank Syariah
Bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan bank
konvensional. Bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para

5
nasabahnya. Bank syariah tidak mengenal sistem bunga, baik bunga yang
diperoleh dari nasabah yang meminjam uang atau bunga yang dibayar kepada
penyimpan dana di bank syariah. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank syariah memiliki fungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
titipan dan investasi dari pihak pemilik dana. Fungsi lainnya adalah menyalurkan
dana dalam bentuk jual beli maupun kerja sama usaha. (Ismail, 2010).
Pada dasarnya bank syariah merupakan bank yang seluruh aktifitas dan
transaksinya meninggalkan masalah riba. Perbankan syariah didirikan berdasarkan
alasan filosofis dan praktek, seperti adanya larangan riba dalam transaksi
keuangan maupun nonkeuangan serta adanya kelemahanan pada sistem berbasis
bunga atau konvensional (Zainul, 2002).
Regulasi di Indonesia yang menjelaskan mengenai bank syariah ada pada
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, yaitu
“Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah
dan Unit Usaha Syariah mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”. Menurut jenisnya, bank syariah
dapat dibagi menjadi Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bank Syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki
orientasi pencapaian kesejahteraan. Beberapa kegiatan yang dinyatakan sesuai
dengan syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli
barang dengan keuntungan (murabahah) ataupun pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), ataupun dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh
pihak lain (ijarah wa iqtina).
Persamaan dan perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah
Secara garis besar fungsi Bank Islam tidak berbeda dengan bank
konvensional yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi (intermediary
institution) yang menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkan
kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam
bentuk fasilitas pembiayaan. Hal yang membedakan antara keduanya adalah
dalam perlakuan dan jenis keuntungan yang bank dapatkan dari transaksitransaksi yang dilakukannya. Bank konvensional mendapatkan keuntungannya
dari pengambilan bunga, sedangkan Bank Islam dari apa yang disebut sebagai
imbalan, baik berupa jasa (fee based income) maupun mark-up atau profit margin,
serta bagi hasil (loss and profit sharing).
Untuk perbedaan yang lebih detail antara bank syariah dengan bank
konvensional terdapat pada tujuan investasinya, return yang diterima dan dibayar,
perjanjian, orientasi pembiayaan, hubungan antara bank dengan nasabah, dewan
pengawas, dan penyelesaian sengketa.

6
Sistem Operasional Bank Syariah
Untuk pemilik dana yang menanamkan dananya di bank syariah harus
memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi hasil bukan dengan motif
untuk mendapatkan bunga. Dana tersebut kemudian akan digunakan atau
disalurkan untuk kepentingan lain dengan perjanjian pembagian keuntungan
sesuai dengan kesepakatan. Bank syariah yang terdiri dari BUS, UUS, serta BPRS,
pada dasarnya melakukan kegiatan usaha yang sama dengan bank konvensional,
yaitu melakukan penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat di samping
penyediaan jasa keuangan lainnya (Soemitra, 2010).
Sistem operasional yang diterapkan oleh bank syariah yaitu meliputi
sistem penghimpunan dana dan sistem pembiayaan. Untuk sistem penghimpunan
dana, pada dasarnya jika dilihat dari sumbernya dana bank syariah terdiri atas
modal, titipan (wadiah), dan investasi (mudharabah), Syafii Antonio (2001).
Modal merupakan dana yang diberikan atau dikeluarkan oleh para pemilik
(owner) yang nantinya dana tersebut akan digunakan untuk pembelian tanah,
gedung, perlengkapan, ataupun yang lainnya yang secara tidak langsung tidak
menghasilkan. Selain itu, dana modal juga dapat digunakan untuk pembiayaan
yang hasilnya tetap akan diberikan kepada pemilik modal. Titipan merupakan
dana yang diberikan oleh nasabah kepada bank dengan akad al-wadiah dan bank
menerima titipan dari nasabah dan bertanggung jawab atas titipan tersebut, serta
nasabah berhak untuk mengambil dana terebut setiap saat sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Akad mudharabah merupakan akad yang sesuai dengan prinsip
investasi yang memiliki tujuan kerjasama antara pemilik dana dengan pengelola
dana. Disini pemilik dana berperan sebagai investor murni yang menanggung
aspek sharing risk dan return dari bank.
Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan syariah dapat disimpulkan dengan menggunakan empat pola yang
berbeda, yaitu;
1.
2.
3.
4.

Pembiayaan berdasarkan pola jual beli dengan akad murabahah, salam,
atau istishna.
Pembiayan berdasarkan pola bagi hasil dengan akad mudharabah atau
musyarakah
Pembiayaan berdasarkan pola pinjaman dengan akad qardh
Pembiayaan berdasarkan penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada nasabah dengan akad ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik

Selain melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank
syariah juga dapat menawarkan jasa keuangan perbankan. Jasa keuangan bank
syariah antara lain Letter of Credit (L/C) Impor Syariah, Bank Garansi Syariah,
dan penukaran valuta asing (Sharf) (Soemitra, 2010).
Pembiayaan dan Kredit
Bank syariah dapat melakukan jual beli dimana bank syariah boleh
mengambil keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli sesuai dengan

7
akadnya, selain itu bagi hasil, sewa ataupun jenis jasa keuangan lainnya. Bank
syariah tidak menggunakan istilah pinjaman atau kredit, melainkan pembiayaan
(financing). Menurut Muhammad (2005) pembiayaan, dalam arti luas berarti
financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan didefinisikan dengan
pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada
nasabah.
Berdasarkan prinsip syariah pembiayaan adalah penyediaan uang atau
tagihan untuk pihak yang dibiayai yang diberikan oleh bank berdasarkan
kesepakatan kedua pihak dan pihak yang dibiayai diwajibkan untuk
mengembalikan uang tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi
hasil. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan oleh pemilik
dana kepada pengguna dana didasari pada kepercayaan. Berbeda dengan kredit
yang diberikan oleh bank konvensional, pembiayaan yang dimiliki oleh bank
syariah tidak mendapatkan return dalam bentuk bunga, tetapi dalam bentuk lain
sesuai dengan akad-akad yang disediakan di bank syariah, Ismail (2011).
Perbedaan pokok antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan
konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip
syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank yang
berdasarkan prinsip konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga,
sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip bagi hasil berupa imbalan atau
bagi hasil. Perbedaan lainnya terdiri dari analisis pemberian kredit beserta
persyaratannya (Kasmir, 2000).
Sifat pembiayaan dalam bank syariah adalah investasi yang diberikan bank
kepada nasabah dalam melakukan usaha bukan merupakan utang piutang.
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, pembiayaan
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Dari berbagai macam produk pembiayaan yang ditawarkan oleh bank
syariah di Indonesia dapat disimpulkan dengan menggunakan empat pola yang
berbeda, yaitu pola bagi hasil, pola jual beli, pola sewa, dan pola pinjaman. Pola
bagi hasil ditujukan untuk investment financing (musyarakah dan mudharabah),
pola jual beli ditujukan untuk trade financing (murabahah, salam, istisna), pola
sewa ditujukan untuk trade financing (ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik),
dan pola pinjaman untuk dana talangan (qardh). (Ascarya, 2007).
Pembiayaan Jual Beli
Akad pembiayaan jual beli yang dikembangkan bank syariah adalah tiga
akad yaitu murabahah, istisna, dan salam yang masing-masingnya memiliki ciri
yang berbeda. Return yang didapatkan dari pembiayaan ini berasal dari margin
keuntungan yaitu selisih antara harga jual dan harga beli.
Landasan syariah yang terdapat pada al-Quran yang menjelaskan
dibolehkannya jual beli adalah QS. An-Nisa’: 29, QS. Al-Baqarah: 275 yang
artinya sebagai berikut :

8
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali ada transaksi di antaramu”. (QS. AnNisa : 29)
“... dan Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”. (QS. AlBaqarah : 275)
Dapat diketahui dari ayat al-Quran tersebut bahwa jual beli dihalalkan
dalam Islam dan tidak perlu diragukan lagi selama tidak ada unsur pemaksaan
dalam trasaksi jual beli yang dilakukan, dan riba jelas diharamkan.
Selain itu, ada pula hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya sebagai
berikut: Dari Suhaib al-Rumi r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Tiga hal
yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual-beli secara tangguh, muqaradhan
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,
bukan untuk dijual”. (HR. Ibn Majah)
Pembiayaan Murabahah
Menurut Ismail (2010) Murabahah adalah akad jual beli atas barang
tertentu, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli
kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang
diharapkan sesuai jumlah tertentu. Akad ini menjadikan bank syariah berperan
sebagai penjual atas objek barang yang memenuhi kebutuhan nasabah dengan
membelikan aset yang dibutuhkan nasabah dari supplier yang kemudian dijual
kepada nasabah dengan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan harga
pembelian awal dengan margin keuntungan yang diinginkan. Harga jual barang
yang telah ditetapkan sesuai dengan akad jual beli dan tidak dapat berubah selama
masa perjanjian.
Menurut sejarah pada awalnya murabahah digunakan untuk memenuhi
kewajiban untuk melindungi pihak yang lemah di pasar yang tidak mengetahui
informasi harga sehingga rentan terhadap penipuan. Kejujuran informasi
mengenai harga dan keuntungan adalah sebuah ketentuan yang wajib dilakukan
pada transaksi yang disebut jual beli murabahah, hal ini untuk melindungi pihak
yang rentan tersebut dari kemungkinan eksploitasi dan penipuan. Murabahah
bukanlah jual beli biasa yang hanya menggantikan “bunga” dengan “keuntungan”,
akan tetapi murabahah dilakukan sebagai pembiayaan yang boleh dilakukan
apabila syarat yang telah ditentukan menurut syariah telah terpenuhi. Bank syariah
yang ada di Indonesia telah metetapkan syarat yang harus dipenuhi dalam
memberikan pembiayaan murabahah, yaitu: Umum, pembiayaan murabahah
tidak hanya diperuntukkan untuk kaum muslim saja; Harus cakap hukum, sesuai
dengan KUHPerdata; dan harus memenuhi 5C yaitu: Character (watak);
Collateral (jaminan); Capital (modal); Condition of economy (prospek usaha);
Capability (kemampuan).
Akad murabahah merupakan akad yang paling luas penggunaanya karena
mudah diterapkan dan berisiko kecil, Ascarya (2007). Pembiayaan ini pada
umumnya sering diaplikasikan di bank syariah untuk melakukan transaksi jual
beli barang investasi atapun barang dibutuhkan oleh individu. Bagaimanapun juga,
bank syariah lembaga komersial yang ingin mendapatkan keuntungan, dan
keuntungan yang didapat oleh bank syariah melalui pembiayaan murabahah
berasal dari laba penjualan atas barang barang. Berbeda dengan kredit pada sistem

9
konvensional, besarnya mark up (laba) tersebut tidak dipengaruhi oleh lamanya
jatuh tempo pembiayaan melainkan dipengaruhi oleh besar kecilnya risiko yang
ditanggung dalam pembiayaan tersebut. Skema pembiayaan murabahah dapat
dijelaskan dalam Gambar 1.
1. NEGOSIASI &
PERSYARATAN

2. Akad Jual Beli

NASABAH

BANK
5. Bayar

3. Beli barang

4. Kirim, terima
barang&dokumen

SUPPLIER
Sumber : Antonio (2001)

Gambar 1 Skema pembiayaan murabahah

Dalam menjalankan kegiatan operasional, bank syariah harus mematuhi
prinsip syariah serta Fatwa Dewan Syariah Nasional. Adapun Fatwa DSN nomor
04/DSN-MUI/IV/2000 yang menjelaskan tentang murabahah. Fatwa tersebut
membahas mengenai ketentuan murabahah, diantaranya adalah ketentuan umum
murabahah dalam bank syariah, ketentuan murabahah kepada nasabah, jaminan
dalam murabahah, utang dalam murabahah, penundaan pembayaran dalam
murabahah, dan bangkrut dalam murabahah.
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Untuk mendukung aktivitas operasional dalam penyaluran dana, bank
membutuhkan sumber dana yang cukup, dana pihak ketiga merupakan salah satu
sumber dana yang dimiliki oleh bank. Dana tersebut diperoleh bank dari individu
maupun badan usaha dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan
yang dimiliki oleh bank. Dana pihak ketiga dapat berbentuk titipan (wadiah)
simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya (guarantee deposit)
tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan. Selain itu dana ini diperoleh bank
melalui partisipasi modal berbagi risiko (non guaranteed account) untuk investasi
umum (general investment account/mudharabah muqayyadah) dimana bank akan
membayar bagian keuntungan secara proporsional dengan portofolio yang didanai
dengan modal tersebut.
Dana pihak ketiga dapat diperoleh bank melalui investasi khusus dimana
bank bertindak sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee. DPK dapat
dikatakan sebagai aset yang paling besar yang dimiliki oleh bank syariah sehingga
memiliki pengaruh yang kuat terhadap pembiayaan. Berdasarkan data empiris
dana modal yang berasal dari para pemegang saham bank hanya sebagian kecil
dari total aktiva bank, itu berarti sebagian besar modal kerja bank berasal dari

10
masyarakat, lembaga keuangan lain dan pinjaman likuiditas dari Bank Sentra
(Muhammad, 2005).
Besar kecilnya dana pihak ketiga dapat memengaruhi besar kecilnya
penyaluran dana yang diberikan bank syariah (Wibowo, 2007). Semakin banyak
dana pihak ketiga yang dimiliki maka akan semakin tinggi penyaluran dana yang
dilakukan oleh bank syariah yang diberikan kepada nasabah dalam bentuk
pembiayaan.
Rasio Keuangan
Untuk mengetahui kondisi internal pada bank dapat dilihat dari beberapa
rasio keuangan. Dalam penelitian ini terdapat empat rasio yang diteliti yaitu, rasio
kualitas aktiva produktif dengan menggunakan Non Performing Financing (NPF),
rasio permodalan (solvabilitias) dengan menggunakan Capital Adequancy Ratio
(CAR), rasio rentabilitas dengan menggunakan Return On Assets (ROA), dan
rasio likuiditas dengan menggunakan Financing to Deposit Ratio (FDR).
Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Loan (NPL) merupakan indikator yang menunjukan
kerugian akibat risiko kredit. Hal ini dinilai berdasarkan prospek usaha, kondisi
keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur, dan kemampuan membayar.
(Adhim, 2011). Dalam bank syariah non performing loan disebut dengan non
performing financing (NPF). NPF adalah rasio antara pembiayaan yang
bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. NPF juga
dapat dikatakan sebagai suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup lagi
membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang
disepakati, Kuncoro dan Suharjono (2002).
Pada bank syariah pembiayaan yang disalurkan dibagi menjadi lima
kategori, yaitu macet, diragukan, kurang lancar, dalam perhatian khusus, dan
lancar. Pembagian kategori ini berdasarkan pada tingkat pengembalian dan juga
besarnya nominal pengembalian dari nasabah peminjam yang memiliki besaran
yang berbeda-beda tergantung pada kebijakan yang ditetapkan masing-masing
bank.
Bank Indonesia telah menetapkan kriteria yang termasuk dalam NPF
adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan, dan macet. Menurut Syafi’i Antonio
(2001) pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja lembaga
perbankan. NPF sangat berpengaruh terhadap pengendalian biaya dan juga
terhadap kebijakan pembiayaan yang dilakukan oleh bank itu sendiri. Semakin
tinggi NPF yang dimiliki maka bank akan lebih berhati-hati untuk melakukan
penyaluran dana sehingga jumlah pembiayaan menjadi turun. Besarnya NPF dapat
dirumuskan sebagai berikut:
NPF =

Capital Adequancy Ratio (CAR)
Modal bank yang cukup menjadi sangat penting karena dapat berfungsi
untuk memperlancar operasional sebuah bank. Capital Adequancy Ratio (CAR)

11
merupakan rasio yang menunjukkan kewajiban pemenuhan modal minimum yang
harus dimiliki oleh bank. Rasio modal bank dihitung dengan membandingkan
antara modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR (Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

CAR =
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001, di Indonesia
bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR. Cara untuk
mengetahui apakah suatu bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan
CAR (kecukupan modal) atau tidak adalah dengan membandingkan hasil
perhitungan rasio modal dengan kewajiban penyediaan modal minimum (sebesar
8%). Modal bank telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal) jika
perbandingan antara perhitungan rasio modal dan kewajiban penyediaan modal
minimum sama dengan 100% atau lebih.
Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya finansial yang
dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi
potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit (Wuri, 2012).
Penyediaan modal yang cukup merupakan hal yang penting, untuk mengimbangi
ketergantungan dari dana pihak ketiga. Sehingga dengan semakin besar jumlah
CAR maka akan semakin banyak pula dana yang dapat disalurkan melalui
pembiayaan murabahah. CAR diprediksi berpengaruh positif terhadap
pembiayaan murabahah.
Return on Asset (ROA)
Rentabilitas atau tingkat keuntungan merupakan salah satu aspek yang
berpengaruh terhadap keputusan bank dalam menyalurkan kredit kepada debitur
dan hal ini tercermin dari Return On Assets (Suseno Piter, 2003). Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank tersebut dari segi pengamanan aset. Dengan kondisi perbankan yang
stabil maka akan meningkatkan kemampuan bank dalam hal mennyalurkan
kreditnya. Rumus yang digunakan adalah:
ROA =

Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio likuiditas merupakan salah satu rasio yang dapat digunakan sebagai
sumber informasi dan juga untuk menganalisis kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, membayar kembali semua depositonya
serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan
(Fauzan, 2011). Loan to Deposit Ratio (LDR) atau dalam bank syariah rasio ini
dikenal sebagai Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio likuiditas yang
digunakan dalam penelitian ini. Setiawan (2012) dalam Prastanto (2013)
menyatakan bahwa FDR menggambarkan tingkat kemampuan bank syariah dalam

12
mengembalikan dana kepada pihak ketiga melalui keuntungan yang diperoleh dari
pembiayaan mudharabah. Semakin tinggi rasionya maka akan semakin tinggi
pula tingkat likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

FDR =
Suku Bunga
Untuk bank yang menerapkan sistem konvensional bunga dapat diartikan
sebagai balas jasa ataupun harga yang harus dibayar antara bank dengan nasabah.
Terdapat dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu bunga
simpanan dan bunga pinjaman. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman
merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapat bagi hasil dan diantara
keduanya masing-masing saling memengaruhi satu sama lainnya. Apabila bunga
simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik
dan demikian pula sebaliknya. Untuk fasilitas kredit pada prinsip konvensional
yang digunakan adalah bunga pinjaman. Bunga pinjaman adalah bunga yang
diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah
peminjam kepada bank seperti bunga kredit dan harga ini bagi bank merupakan
harga jual, Kasmir (2000). Penetapan suku bunga pinjaman biasanya mengacu
pada suku bunga SBI. BI Rate adalah suku bunga yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yang merupakan cerminan sikap stance kebijakan moneter.
Penetapan besaran bunga di bank konvensional dapat berpengaruh
terhadap permintaan dan penyaluran pada pembiayaan di perbankan syariah. Jika
suku bunga kredit naik maka kemampuan masyarakat rendah, membuat
permintaan kredit bank konvensional akan turun sehingga masyarakat akan
memilih alternatif untuk beralih pada pembiayaan murabahah. Pada sisi
penyaluran, bank syariah menjadikan tingkat suku bunga sebagai acuan dalam
menetapkan margin murabahah. Bank syariah melakukan penetapan margin
murabahah secara sendiri-sendiri karena tidak adanya ketentuan yang mengatur
secara khusus. (Heykal, 2005). Hal tersebut memunculkan hipotesis bahwa
semakin tinggi suku bunga bank konvensional, maka akan semakin tinggi
penyaluran pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh bank syariah.
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai keputusan penyaluran pembiayaan oleh bank telah
banyak dilakukan, terlepas yang menjadi fokus penelitian tersebut baik faktor
eksternal maupun faktor internal bank itu sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Endang Nurjaya (2011) dengan judul
“Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non
Performing Financing (NPF), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap
Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah di Indonesia”. Dengan menggunakan
metode regresi linier berganda penelitian ini menunjukkan bahwa variabel inflasi,
NPF, dan DPK berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan murabahah.
Sedangkan SBIS berpengaruh signifikan negatif terhadap pembiayaan murabahah.
Penelitian yang dilakukan oleh Prastanto (2013) dengan judul “Faktor

13
yang Memengaruhi Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum Syariah di
Indonesia” dengan menggunakan data populasi laporan keuangan triwulan dari
seluruh Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia pada priode tahun 2009-2011
dengan mengambil sampel 3 Bank Umum Syariah dengan menerapkan metode
purposive sampling. Dengan menggunakan alat analisis regresi berganda paa
penelitian ini menunjukan bahwa FDR, NPF, DER, QR, dan ROE secara simultan
berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah. Untuk hasil secara parsial,
variabel FDR, QR, dan ROE berpengaruh positif terhadap pembiayaan
murabahah. Sedangkan untuk variabel NPF, dan DER berpengaruh negatif
terhadap pembiayaan murabahah.
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Nurapriani (2009) dengan judul
“Faktor – faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah
Mandiri Periode Tahun 2005-2007” dijelaskan bahwa variabel-variabel yang
memengaruhi pembiayaan murabahah pada Bank Syariah Mandiri, antara lain:
Simpanan atau dana pihak ketiga (DPK), NPF (Non Performing Financing),
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Suku Bunga konvensional. Dan hasil
dari penelitian yang sudah dilakukan menyebutkan bahwa secara parsial NPF,
SWBI, Suku bunga Konvensional dan DPK berpengaruh secara signifikan
terhadap pembiayaan murabahah pada Bank Syariah Mandiri, dan variabel DPK
terbukti sebagai variabel yang dominan berpengaruh terhadap pembiayaan
murabahah.
Hal-hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah:
1. Variabel yang digunakan
Untuk penelitian ini variabel yang akan digunakan adalah penyaluran
pembiayaan murabahah sebagai variabel dependen dan Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequancy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Return On Asset (ROA), Finance to Deposit Ratio (FDR) dan suku
bunga sebagai variabel independen.
2. Tahun yang digunakan
Data yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah data laporan
keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2013.
3. Objek penelititan
Objek pada penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah di Indonesia
dengan mengambil tujuh bank sebagai sampel dari populasi, yaitu: Bank
Syariah Mandiri, Bank Muamalat, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank
Negara Indonesia Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Central Asia Syariah,
dan Bank Panin Syariah.
4. Metode Analisis
Metoode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
analisis regresi data panel.

14
Kerangka Pemikiran
Bank Syariah

Penyaluran
Dana

Penghimpunan
Dana
Modal

Jual Beli

Bagi Hasil

Sewa

Titipan
Salam
Investasi
(Mudharabah)

Istishna

Murabahah

Eksternal

Internal

DPK

Suku
Bunga

Rasio
Keuangan

CAR

NPF

ROA

FDR

Gambar 2 Kerangka pemikiran

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada pokok permasalahan juga kerangka teori yang telah
dipaparkan di atas, didapatkan hipotesis yang akan diuji kebenarannya pada
penelitian ini. Rumusan dugaan sementara (hipotesis) yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1

:

H2

:

H3

:

Dana Pihak Ketiga (DPK) mempunyai pengaruh positif
terhadap penyaluran pembiayaan murabahah
Capital Adequancy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh
positif terhadap penyaluran pembiayaan murabahah
Non Performing Finance (NPF) mempunyai pengaruh

15

H4

:

H5

:

H6

:

negatif terhadap penyaluran pembiayaan murabahah
Ratio on Assets (ROA) mempunyai pengaruh positif
terhadap penyaluran pembiayaan murabahah
Financing to Deposit Ratio mempunyai pengaruh positif
terhadap penyaluran pembiayaan murabahah
Suku bunga kredit konvensional mempunyai pengaruh yang
positif terhadap penyaluran pembiayaan murabahah

METODE
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berasal dari laporan keuangan triwulan Bank Umum Syariah di periode tahun
2010-2013 yang dipublikasikan melalui internet, serta sumber-sumber lainnya
yang relevan. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan metode dokumentasi dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan
juga mengkaji data sekunder yang berupa laporan triwulan publikasi Bank Umum
Syariah periode 2010-2013 yang diperoleh dari situs Bank Indonesia dan bank
syariah terkait.
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulan dari
seluruh bank umum syariah yang ada di Indonesia pada periode tahun 2010 –
2013 yang berjumlah 11. Untuk pengambilan sampel pada penelitian ini bersifat
purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu.
Kriteria yang ditentukan oleh penulis dalam pemilihan sampel bank syariah yaitu
bank syariah tersebut harus memiliki kelengkapan data laporan keuangan triwulan
periode 2010 sampai 2013. Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel dalam
penelitian ini terdiri dari tujuh bank umum syariah, yaitu : Bank Central Asia
Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat, Bank Negara Indonesia Syariah,
Bank Panin Syariah, Bank Rakyat Indonesia Syariah, dan Bank Syariah Mandiri
.
Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif dan metode kuantiatif. Pengolahan data yang dilakukan adalah dengan
dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2003 dan E-Views 6.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang memiliki
tujuan untuk mengetahui gambaran dari data yang akan digunakan sehingga
memudahkan untuk penafsiran dan pendeskripsian. Pada penelitan ini analisis
deskriptif dilakukan untuk memaparkan perkembangan pembiayaan murabahah
serta faktor-faktor yang memengaruhinya.
Analisis Regresi Data Panel
Data panel adalah gabungan antara data deret waktu (time series) dan data
silang (cross section). Data deret waktu yaitu meliputi satu objek tetapi dengan
beberapa periode, sedangkan data silang meliputi beberapa objek dengan hanya

16
satu waktu, sehingga data panel adalah data yang meliputi banyak objek dengan
beberapa periode waktu. Terdapat dua keuntungan penggunaan model data panel
dibandingkan data time series dan cross section saja. Pertama, dengan
mengkombinasikan data time series dan cross section dalam data panel membuat
jumlah observasi menjadi lebih besar. Kedua, keuntungannya dari penggunaan
data panel adalah dapat mengurangi masalah identifikasi dan mengukur efek, hal
ini yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data time series saja atau cross
section saja (Firdaus, 2011).
Berbeda dengan regresi biasa pada time series saja atau cross section saja,
model regresi data panel dapat dituliskan dengan

฀=1,...,฀;฀=1,...,฀

dimana :


Xit
yit dan uit

=
=
=
=
=
=

�� = + �′� + � ;
objek lintas individu sebanyak N
periode waktu selama T tahun
konstanta
kemiringan fungsi berukuran k x 1
pengamatan objek ke-i dan waktu ke-t, untuk setiap peubah
penjelas k
vektor pengamatan dari peubah tak bebas dan sisaan untuk
individu ke-i

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data panel, maka model
regresi yang digunakan adalah model regresi dengan menggunakan tiga macam
pendekatan yang terdiri dari pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square),
pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan efek acak (random effect).
a. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)
Pada prinsipnya, pendekatan Pooled Least Square adalah pendekatan
dengan menggunakan gabungan dari seluruh data (pooled), sehingga terdapat N x
T observasi, dimana N menunjukkan jumlah unit cross section dan T
menunjukkan jumalah series yang digunakan. (Firdaus, 2011). Model persamaan
yang digunakan adalah:
Yit=α + xitβj + εi untuk i = 1, 2, ...., N dan t = 1, 2, ..., T

Dimana N adalah jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah
periode waktunya. Dengan mengasumsi komponen error dalam pengolahan
metode kuadrat terkecil biasa, kita dapat melakukan proses estimasi secara
terpisah untuk setiap unit cross section. Untuk periode t = 1, akan diperoleh
persamaan regresi cross section sebagai berikut:
Yit=α + xitβj + εit untuk i = 1, 2, ...., N

Pada akhirnya akan berimplikasi diperolehnya persamaan sebanyak T
persamaan yang sama. Begitu juga sebaliknya, kita juga akan memperoleh
persamaan deret waktu (time series) sebanyak N persamaan untuk setiap T
observasi. Namun, untuk mendapatkan parameter α dan β yang konstan dan
efisien, akan dapat diperoleh dalam bentuk regresi yang lebih besar dengan

17
melibatkan sebanyak NT observasi.
b. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)
Model ini menggunakan semacam peubah boneka untuk memungkinkan
perubahan-perubahan dalam intersep-intersep kerat lintang dan runtut waktu
akibat adanya peubah-peubah yang dihilangkan. Intersep hanya bervariasi
terhadap individu namun konstan terhadap waktu sedangkan slopenya konstan
baik terhadap individu maupun waktu. Jadi i adalah sebuah grup dari spesifik
nilai konstan pada model regresi. Formulasi umum model ini mengasumsikan
bahwa perbedaan antar unit dapat diketahui dari perbedaan nilai konstantanya.
Kelemahan model efek tetap adalah penggunaan jumlah derajat kebebasan yang
banyak serta penggunaan peubah boneka tidak secara langsung
mengidentifikasikan apa yang menyebabkan garis regresi bergeser lintas waktu
dan lintas individu. Modelnya ditulis sebagai berikut:


c. Pendekatan Efek Acak (Random Effect)
Model ini muncul ketika antara efek individu dan regresor tidak ada
korelasi. Intersepnya bervariasi terhadap individu dan waktu namun slopnya
konstan terhadap individu maupun waktu. Jadi ( i ) adalah sebuah grup dari
gangguan khusus, mirip seperti ( it ) kecuali untuk setiap grup ada nilai khusus
yang masuk dalam regresi secara identik untuk setiap periode. Nilai ( i)
terdistribusi secara acak pada unit-unit kerat lintang. Metode ini juga dikenal
sebagai variance components estimation. Model ini meningkatkan efisiensi proses
pendugaan kuadrat terkecil dengan memperhitungkan pengganggu-pengganggu
kerat lintang dan deret waktu. Model estimasinya yang digunakan adalah

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Profitabilitas Bank Umum Syariah (Bus) Di Indonesia

0 10 62

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Besaran Pembiayaan Sektor Industri Pengolahan Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di Indonesia

0 5 56

Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Bank Umum Syariah Di Indonesia (Periode 2009-2013)

0 4 50

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

0 4 89

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah di Indonesia Periode 2012.05-2015.04.

0 3 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah di Indonesia Periode 2012.05-2015.04.

0 3 19

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia.

0 2 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia.

0 4 23

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN MURABAHAH KPR : Survey Pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

3 11 36

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Berbasis Margin pada Bank Umum Syariah di Indonesia IMG 20151104 0001

0 0 1