Pengolahan Feses Dan Darah Dengan Memanfaat Larva Hermetia Illucens Pada Taraf Penambahan Darah Yang Berbeda

PENGOLAHAN FESES DAN DARAH DENGAN MEMANFAATKAN
LARVA Hermetia illucens PADA TARAF PENAMBAHAN
DARAH YANG BERBEDA

LISTIAN NOVA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengolahan Feses dan
Darah dengan Memanfaat Larva Hermetia illucenspada Taraf Penambahan Darah
yang Berbeda” adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015
Listian Nova
NIM D14110029

ABSTRAK
LISTIAN NOVA. Pengolahan feses dan darah dengan memanfaat larva Hermetia
illucens pada taraf penambahan darah yang berbeda. Dibimbing oleh SALUNDIK
and HOTNIDA C.H. SIREGAR.
Salah satu permasalahan dalam bidang peternakan adalah limbahnya.
Limbah yang paling umum adalah feses. Di sisi lain, darah juga menjadi limbah
yang bermasalah karena metode penanganannya yang masih terbatas. Terdapat
metode pengolahan alternatif yang lebih murah seperti pemanfaatan satwa
harapan dalam pengolahan. Hermetia illucens memiliki fase larva yang lebih
panjang dari lalat lain pada umumnya serta memiliki kemampuan konsumsi yang
tinggi.Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan larva H. illuccens sebagai
dekomposer limbah feses dan darah. Perlakuan berupa penambahan darah pada
taraf yang berbeda, yaitu 7.5%, 15% dan 22.5% (P7.5, P15 dan P22.5). Hasil

menunjukkan bahwa P7.5 memiliki nilai WRI paling tinggi.Hasil yang diperoleh
dari perlakuan berbeda tidak menunjukkan perbedaan nyata, yang artinya
pemanfaatan larva H. illucensmasih bisa diterapkan pada taraf penambahan darah
yang lebih tinggi (>22.5%).Jumlah darah yang bisa dikonsumi oleh larva H.
illucens setiap hari berkisar antara 18.19-45.64g (penambahan darah 7.5%22.5%)Kompos setelah pemeliharaan tidak cukup baik untuk digunakan sebagai
pupuk karena nilai C/N yang tinggi dan nilai KTK yang rendah; tetapi hasil
pemeliharaan ini berpotensi sebagai media pemeliharaan cacing tanah karena
kandungan C yang tinggi dan kadar ammonia yang rendah.
Kata kunci: darah, feses, H. illucens

ABSTRACT
LISTIAN NOVA. Faeces and blood treatment using Hermetia illucens larvae on
different level of blood addition. Supervised by SALUNDIK and HOTNIDA C.H.
SIREGAR.
One of the most crusial problem in the farm activities is its waste. The most
common form of waste is feces. In other hand, there is blood waste which also
becomes a major problem due to its limited processing method. There are vairious
metodhes to treat waste, for example, by using dekomposer animal. Hermetia
illucenshas larvae phase longer than any flies in common and also known for its
consumption capability. This study intended to utilize H. illucens as decomposers

of feces and blood. This study used Completely Randomized Design and the
treatment was addition of blood percentage; 7.5%, 15% and 22.5% (P7.5, P25,
P22.5). The results showed that P7.5 had the highest WRI score. While other
variables were not affected, which mean thatutilization of H. illucens larvae could
be done at higher blood addition (>22.5%). The compost was not good enough to
be used as fertilizer due to its high value of C/N and low value of cation exchange
capacity; but had potential to be used as earthworm media due to its high content
of C and lower ammonia residue.
Keywords: blood, faeces, H. illucens

PENGOLAHAN FESES DAN DARAH DENGAN MEMANFAATKAN
LARVA Hermetia illucens PADA TARAF PENAMBAHAN
DARAH YANG BERBEDA

LISTIAN NOVA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi :Pemanfaatan Larva Hermetia illucens dalam Pengolahan Feses dan
Darah pada Taraf Penambahan Darah yang Berbeda
Nama
: Listian Nova
NIM
: D14110029

Disetujui oleh

Dr Ir Salundik, MSi
Pembimbing I


Ir Hotnida C.H. Siregar, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Irma Isnafia Arief, SPt MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2015 ini ialah
pengolahan limbah, dengan judul Pengolahan Fesesdan Darah dengan
Memanfaatkan Larva Hermetia illucens pada Taraf Penambahan Darah yang
Berbeda.
Terima kasih penulis haturkan kepada Bapak Dr Ir Salundik, MSi dan Ibu Ir
Hotnida CH Siregar, MSi selaku dosen pembimbing, serta Ibu Ir Komariah, MSi
selaku dosen penguji, atas segala arahan dan dorongan yang telah diberikan.

Terima kasih juga kepada Ibu Dr Ir Asnath M Fuah, MS, Bapak Winarno, SPt,
dan Bapak Febriwendi Firdaus, SPt MSiyang telah banyak membantu selama
penelitian di Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa Harapan. Terima kasih
kepada Rio Octarizza S, Imam Turmudzi, M. Pramudjo, Andika Sunyoto,
Syaepudin, Tri Arfani, Fandes Trisman selaku Tim Penelitian NRSH yang telah
banyak membantu selama penulis melakukan penelitian di Kandang UnitNon
Ruminansia dan Satwa Harapan. Terima kasih pula kepada seluruh keluarga besar
Asrama PPKU IPB yang telah banyak memberi pelajaran hidup. Terakhir, karya
ilmiah ini penulis persembahkan sebagai bingkisan kecil untuk ayah dan ibu
tercinta.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaatdan memberikan kontribusi bagi
kemajuan ilmu pengetahuan. Semoga pengetahuan dalam karya ilmiah ini dapat
diterapkan dan bermanfaat dalam kehidupan, terutama dalam bidang peternakan.

Bogor, Desember 2015
Listian Nova

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur
HASIL DAN PEMBAHASAN
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
2

2
2
2
2
2
3
5
12
15

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Suhu dan kelembaban lingkungan kandang
Susut bobot media
Besar perubahan kandungan mineral pada media

Kandungan proksimat mediasebelum dan setelah pemeliharaan
Rataan bobot dan panjang pupa H. illucens setelah pemeliharaan

5
6
7
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
12
13
14
15

ANOVA Pengaruh penambahan darah terhadap C
ANOVA Pengaruh penambahan darah terhadap N
ANOVA Pengaruh penambahan darah terhadap P
ANOVA Pengaruh penambahan darah terhadap K
ANOVA Pengaruh penambahan darah terhadap KTK
ANOVA Pengaruh penambahan darah terhadap PK
ANOVA Pengaruh penambahan darah terhadap LK
ANOVA Pengaruh penambahan darah terhadap SK
ANOVA Pengaruh penambahan darah terhadap KA
ANOVA Pengaruh penambahan darah terhadap Kadar Abu
ANOVA Pengaruh penambahan darah terhadap BETN
ANOVA Pengaruh penambahan darah terhadap C/N
Gambar siklus hidup H. illucens
Gambar media akhir

Gambar H. illucens

12
12
12
12
12
12
13
13
13
13
13
13
14
14
15

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu masalah terbesar dalam kegiatan atau usaha peternakan adalah
limbah yang dihasilkan.Limbah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sisa proses produksi; bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian.Secara khusus, istilah
limbah peternakan mengacu pada sisa-sisa yang ditinggalkan dari suatu kegiatan
usaha peternakan seperti pemeliharaan, rumah potong, pengolahan produk hasil
ternak, dan sebagainya.Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair
seperti feses, urin, sisa makanan, embrio, kulit telur, darah, bulu, kuku, tulang,
tanduk, isi rumen dan lain-lain (Sihombing 2000).
Penelitian ini secara khusus membahas limbah yang dihasilkan dari kegiatan
RPH, yaitu feses dan darah. Menurut Padmono (2005), feses yang dihasilkan RPH
kira-kira 7.5 sampai 10 kg per ekor sapi, sementara darah yang dihasilkam
sebanyak 15 sampai 20 L per ekor sapi.Pada umumnya, darah diolah menjadi
pakan, sebagian unit RPH (seperti unit tradisional) masih membuangnya langsung
selokan-selokan terdekat.Pembuangan tersebut dapat menjadi penyebab
tersumbatnya saluran air dan dengan cepat menjadi media perkembangan
mikroorganisme patogen.Rata-rata RPH dapat membuang 5.4-7.3 kg BOD untuk
setiap dua ekor sapi sedangkan RPU dapat membuang rata-rata 16.8kg BOD per
1000 ekor ayam. Darah memiliki BOD tinggi yang besarnya 160000 mgL-1 untuk
darah sapi dan 90000 mgL-1 untuk darah ayam (Jamila 2014).
Pengolahan darah yang banyak digunakan RPH di Indonesia adalah
dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).Proses IPAL membutuhkan
banyak biaya instalasi, pembelian bahan kimia dan energi listrik untuk
menjalankan mesin sehingga penerapannya kurang ekonomis.Sementara itu,
pemanfaatan darah sebagai pakan ternak ruminansia dan monogastrik telah
diaplikasikan, tetapi penggunaannya masih terbatas karena mengakibatkan diare
pada ternak. Ketimpangan kadar asam amino juga menjadi penyebab daya cerna
darah yang rendah. Roseno (2014) menyatakan bahwa cacing dapat digunakan
sebagai alternatif pengolahan darah yang efisien.Pemanfaatan darah tersebut
terbatas pada penambahan darah sebesar 7.5% yang pada taraf tersebut
pertumbuhan cacing mulai terhambat. Larva Hermetia illucens, di sisi lain,
memiliki ketahanan yang lebih tinggi pada perlakuan tersebut.
Ada banyak keuntungan yang bisa didapat dari pemanfaatan H.
illucens.Menurut Sheppard dan Newton (2000), larva H. illucens mampu
mengurai limbah organik hingga 50%.Selain itu, H. illucens tidak dianggap
sebagai vektor penyakit karena secara alami tidak hinggap di lingkungan manusia.
Liu et al.(2008) menambahkan bahwa keberadaan H. illucens dapat mengurangi
keberadaan lalat rumah (Musca domestica) yang dikenal sebagai vektor penyakit
dan sekaligus mengurangi keberadaan bakteri E. Colidalam 1 sistem yang sama.
Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan larva H. illucens dalam
pengolahan limbah feses dan darah yang bertujuan untuk menghasilkan media
yang lebih ramah untuk cacing. Pengaruh larva H. illucens pada limbah akan diuji
dengan membandingkan kandungan beban cemaran pada media sebelum dan

2
sesudah pemeliharaan H. illucens. Perlakuan yang diberikan adalah penambahan
konsentrasi darah yang berbeda (7.5%; 15% dan 22.5%).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas H. illucens dalam
mengurai feses dan darah dalam menghasilkan media yang lebih ramah untuk
pemeliharaan cacing.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup proses dekomposisi limbah
campuran darah dan feses serta tambahan potongan batang pisang; analisis
kualitas hasil pengomposan dan efektivitas larva H. illucens dalam mengurai
bahan organik.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian berlangsung dari bulan Maret – Juni 2015. Pengamatan dan
pemeliharaan larva H. illucens dilaksanakan di Kandang Unit non-ruminansia dan
Satwa Harapan (Kandang C) Fakultas Peternakan Bogor
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi telur lalat H. illuicens,
bungkil kelapa, air, feses sapi, darah sapi Brahman Crossdari RPH Elders, dan
batang pisang.
Alat
Alat yang digunakan adalah ember plastik, wadah plastik kapastias 2.5 kg,
selang plastik diameter 1 cm, kelambu, sarung tangan, timbangan digital kapasitas
200 g, timbangan kapasitas 15 kg, termometer bola basah dan kering, pH soil
tester, masker, pisau, dan sekop kecil.

3
Prosedur
Koleksi Larva Hermetia illucens
Tahap awal budidaya larva H. illucens dimulai dengan mengoleksi telur H.
illucens.Telur lalat dikoleksi dengan menyiapkan media bungkil kelapa yang
dicampur dengan air pada perbandingan 2:1 (Katayane et al. 2014). Media akan
berperan sebagai pencipta aroma yang dapat mengundang H. illucens untuk
datang, sementara itu potongan kardus diletakkan di atas permukaan media
sebagai tempat bertelur H. illucens dewasa.
Media diperiksa 3 kalisehari untuk mengetahui keberadaan telur H.
illucens.Adanya telur H. illucens ditandai dengan gumpalan berwarna kuning pada
rongga-rongga kardus. Telur H. illucens yang diperoleh kemudian dpindahkan ke
dalam media pemeliharan campuran bungkil kelapa dan dedak. Setelah 1 minggu
pemeliharaan, larva siap dipindahkan ke dalam media perlakuan.Larva yang
digunakan dalam perlakuan adalah sebanyak 2 g.
Persiapan Kandang dan Media Tumbuh
Darah hasil pemotongan sapi Brahman Cross di RPH Elders ditampung
dalam ember plastik segera setelah proses penyembelihan. Darah tersebut tidak
tercampur air maupun materi lainya. Selanjutnya darah dicampurkan ke dalam
fesses sapidan cacahan batang pohon pisang. Feses yang digunakan adalah feses
segar yang langsung diambil dari kandang. Batang pohon pisang yang digunakan
adalah pohon pisang yang telah dipanen. Batang tersebut dicacah seukuran
kurang lebih 1 cm.
Media dibuat dengan cara mencampur ketiga bahan tersebut dalam bentuk
segar.Feses dan cacahan batang pohon pisang diaduk hingga homogen dengan
perbandingan 6 : 4 untuk menghasilkan 180 kg media. Media tersebut dibagi ke
dalam 3 taraf dengan 3 ulangan.Perlakuan pertama sampai ketiga berturut-turut
ditambahkan darah sebanyak 1500 g (7.5%), 3000 g (15%), dan 6kg
(22.5%).Setiap media tersebut diambil sampel sebanyak 200 g untuk diuji
kandungannya.
Pemeliharaan
Suhu dan kelembaban lingkungan juga diukur3 kali sehari pada pukul
07.00; 12.00; dan 16.00.Pengukuran suhu dilakukan untuk memastikan
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan larva H. illuccens.Saat
larva H. illucens mencapai fase pre-pupa (± 21 hari), sampel media diambil
sebanyak 200 g untuk diuji di laboratorium.
Peubah
Kandungan HasilPengomposan
Kandungan yang dimaksud adalah indikator-indikator dalam menentukan
kualitas pupuk organik, antara lain: kandungan C, N, P, K, protein kasar (PK),
lemak kasar (LK), serat kasar (SK), bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), kadar
abu, kadar air (KA), kapasitas tukar kation (KTK) dan rasio perbandingan C/N.
Pengujian mengacu pada petunjuk teknis analisis kimia tanah, tanaman, air dan
pupuk (BPT LITBANG 2009)

4
Susut media
Susut media adalah persentase bobot media yang hilang selama proses
pengomposanyang disebabkan oleh penguapan dan penguraian oleh larva H.
illucens. Susut mediadinyatakan dalam persen dandihitung dengan rumus:

Susut media (%) = (bobot awal media - bobot akhir akhir) x 100%
bobot awal media
Waste Reduction Index (WRI) dan Kapasitas Larva H. illucens dalam
Mengkonsumsi Darah
Waste Reduction Index adalah nilai yang menunjukkan efisiensi H. illucens
dalam mengkonsumsi media (Diener et al. 2009). Nilai WRI berbanding lurus
dengan efisiensi konsumi.

(

)⁄

Keterangan:
W
: jumlah seluruh media yang diberikan selama t (hari)
R
: sisa media setelah pemeliharaan selama t (hari)
t
: lama pemeliharaan dalam satuan hari

Kemampuan larva untuk mengkonsumsi darah dihitung terpisah dari
perhitungan WRI. Konsumsi satu gram biomassa larva H. illucens dihitung
dengan rumus:

Keterangan:
P
: taraf penambahan darah (7.5%, 15%, 22.5%)



Rancangan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan taraf darah yang ditambahkan 7.5%, 1.5%dan 22.5% dari bobot
media. Tiap taraf terdiri atas tiga ulangan. Model matematikanya menurut Matjik
dan Sumertajaya (2002):
Yij = µ + αi + εij
Keterangan :
Yij
: nilai pengamatan pada ulangan ke-j dari ulangan ke-i
µ
: nilai rataan umum
αi
: pengaruh perlakuan ke-i
εij
: galat pada ulangan ke-j dari perlakuan ke-i
i
: perlakuan taraf penggunaan darah dalam media; 7.5%; 15% dan 22.5%
j
: ulangan perlakuan (3)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Pemeliharaan dalam media dilakukan selama 14 hari. Semakin banyak
persentase darah yang ditambahkan, media semakin becek dan berbau busuk. Bau
busuk perlahan memudar dan benar-benar hilang pada hari ke-7. Bau pada pakan
disebabkan akumulasi kandungan amoniak hasil peruraian protein pada media
(Roseno 2014).Pada perlakuan 22.5%, larva H. illucens banyak yang naik ke
permukaan media karena darah menutupi rongga-ronga udara dalam media
sehingga menyulitkan larva untuk bernapas. Kondisi ini membuat larva rentan
terhadap serangan semut. Dalam aplikasi pemeliharaan, sebaiknya bahan yang
digunakan lebih kering sebelum ditambahkan dengan darah. Holmes (2010)
menyatakan bahwa media pemeliharaan larva yang terbaik memiliki struktur
remah yang lembut tetapi dengan ukuran granul yang lebih besar dari spirakel
larva.
Suhu lingkungan berkisar antara 24.58 sampai 29.27oC dengan rataan
27.22±2.30oC (Tabel 1).Suhu lingkungan tertinggi tercatat pada siang hari dan
terendah pada pagi hari. Rataan suhu tersebut masih termasuk dalam kisaran suhu
optimum untuk pembentukan pupa (fase prepupa), yaitu 25-30 oC (Zhang et al.
2010).Fase prepupa sangat pentingdiperhatikan dalam pemanfaatan H. illucens
sebagai pengolah limbah sebab larva perlu mencapai berat badan tertentu untuk
membentuk pupa (Tomberlin et al. 2009).Berat badan larva berhubungan dengan
konsumsi.Pada penelitian ini suhu lingkungan tidak berpengaruhterhadap suhu
media karena media dapat menjaga suhunya tetap stabil dengan rataan suhu
24.72±0.58oC.
Tabel 1Suhu dan kelembaban lingkungan kandang
Parameter
lingkungan
media
Kelembaban lingkungan
(%)
media
Suhu (oC)

Pagi
(06.00)
24.85±1.42
24.72±0.58
91.93±2.64
100±0.00

Siang
(13.00)
29.27±1.11
76.57±7.21

Sore
(16.00)
27.55±1.67

Rataan

27.22±2.30
24.72±0.58
82.36±10.36 83.62±9.10
100±0.00

Suhu media berkisar antara 23.83-25.67oC untuk semua perlakuan dengan
rataan seluruhnya 24.72±0.58oC.Selain kisaran, tingkat suhu perlu diperhatikan.
Suhu dalam penelitian ini berada di bawah suhu optimal pembentukan pupa, yaitu
25 sampai 30 oC (Zhang et al. 2010). Tomberline et al.(2009). menyatakan bahwa
perbedaan suhu 3 oC berpengaruh signifikan terhadap waktu yang dibutuhkan
larva untuk menjadi pupa; semakin tinggi suhu, semakin singkat fase larva.
Lalat Hermetia illucens atau dikenal sebagai black soldier fly merupakan
invertebrata yang hidup di lingkungan hangat. Myers et al. (2008) menyatakan
bahwa siklus H. illucens diawali dengan fase telur yang menetas 3-6 hari. Seperti
kelompok diptera lainnya, siklus hidup H. illucens dilanjutkan ke fase larva,

6
prepupa, pupa kemudian fase imago.Menurut Zhanget al. (2010), H. illucens
dapat bertahan hidup pada suhu terendah yaitu 10oC dan suhu tertinggi pada 45oC,
dengan suhu optimum untuk membentuk pupa berkisar 25-30oC dan
mengkonsumsi media paling optimum pada suhu 35oC atau 27-33 oC (Sheppard et
al. 2002). Berikut disajikan hasill pengukuran suhu lingkungan selama penelitian.
Faktor lain dari lingkungan yang perlu diperhatikan adalah kelembaban
relatif. Kelembaban relatif media dalam penelitian in disajikan dalam Tabel 1.
Kelembaban relatif lingkungan berkisarantara 76.57%-91.63%, sementara
kelembaban media tetap 100% hingga 14 hari pemeliharaan; terlihat dari
bentuknya yang menyerupai bubur. Keadaan tesebut disebabkan kandungan darah
dan penggunaan cacahan batang pisang pada media dalam jumlah besar yang
menyebabkan struktur media becek dan tetap lembab. Dalam kelembaban tinggi,
larva masih dapat bertahan hidup namun mortalitas larva tidak diamati. Menurut
Holmes (2010), kelembaban relatif yang rendah akan menyebabkan air dalam
tubuh larva menguap dengan cepat sehingga tingkat mortalitasnya tinggi.
Susut Bobot Media
Pemeliharaan larva H. illucens selama 14 hari menyebabkan penyusutan
media yang berkisar 29.89%-35.74%.Persentase tersebut mewakili penyusutan
sebesar 5.68-6.79 kg dari 19 kg media yang diberikan pada setiap ulangan.Tabel 2
menunjukkan media yang berhasil didekomposisi selama 14 hari.
Tabel 2 Susut bobot media
Perlakuan
P7.5
P15
P22.5

Pemberian
Media (kg)
19
19
19

Sisa Media
12.21±0.78
12.52±0.17
13.32±0.92

Susut Media
(kg)
6.79±0.78
6.48±0.17
5.68±0.92

(%)
35.74
34.11
29.89

WRI
1.70
1.62
1.42

Susut media dipengaruhi oleh jenis, kondisi fisik dan kandungan nutrien
media. Diener et al. (2009) menyatakan dalam penelitiannya bahwa larva dapat
mengurangi bobot media feses hingga 54.7% dalam waktu 27 hari dan
menujukkan persentase susut media yang berbeda pada media yang berbeda pula.
Nilai penyusutan bobot dapat dinyatakan dalam Waste Reduction Index
(WRI).Semakin tinggi nilai WRI semakin efisien reduksi yang dilakukan oleh
larva (Diener et al. 2009).
Perlakuan P7.5 memiliki WRI yang lebih tinggi, akan tetapi tidak berbeda
nyata secara statistik. Dari hasil tersebut dapat diketahui kapasitas larva H.
illucens dalam mengkonsumsi media. Selama 14 hari pemeliharaan, 2 g biomassa
larva H. illucens dapat mengkonsumsi 6.79 kg media pada perlakuan P7.5; 6.48
kg pada perlakuan P15; dan 5.68 kgpada perlakuan P22.5. Dapat dinyatakan
bahwa setiap hari, sebanyak 1 g biomassa larva H. illucens mampu
mengkonsumsi limbah sebesar 242.50 g dengan konsentrasi darah 7.5%; 231.43 g
dengan konsentrasi limbah 15%; dan 202.86 g dengan konsentrasi darah 22.5%.
Itu artinya, jumlah darah yang bisa dikonsumi oleh 1 g larva H. illucens setiap
hari berkisar antara 18.19-45.64 g.

7
Kandungan Media
Sebelum pemeliharaan, media terlebih dahulu diuji kandungan mineral dan
kandungan proksimat untuk dibandingkan dengan hasil setelah 14 hari
pemeliharaan. Tabel 3 menunjukkan kandungan mineralsebelumdan sesudah
pemeliharaan H. illucens dengan 3tarafpenambahan darah: 7.5%, 15%, 22.5%.
Tabel 3Besar perubahan kandungan mineral pada media
Parameter

Sebelum
P7.5

P15

Sesudah

P22.5

P7.5

P15

Perubahan (%)
P22.5

P7.5

P15

P22.5

C (%)

49.00 50.53 47.95 48.68 50.99 49.02

-0.65

0.91

2.23

N (%)

1.28

1.06

1.28

1.08

0.82

1.08

-15.62 -22.64 -15.63

P (%)

0.68

0.52

0.86

0.95

0.89

0.80

38.65

71.15

-6.98

K (%)

1.39

1.04

1.31

1.36

0.97

1.61

-2.17

-6.73

22.90

KTK(me
100g-1)

14.14 10.98

9.70

7.60

7.60

6.79

-46.26 -30.78 -30.00

C/N

38.79 48.11 38.09 48.11 63.39 47.12

24.02

31.76

23.71

Perubahan C dan Ksangat tipis. Hal ini diduga karena bahan media yang
digunakan, yaitu cacahan batang pisang.Cacahan batang pisang mengandung
selulosa yang sangat tinggi. Seperti serangga pada umumnya, fase larva H.
illucens tidak mampu mencerna selulosa yang tinggi, sementara batang pisang
mengandung unsur C dan K yang sangat tinggi (Feriotti dan Diguti 2011)
sehingga kandungannya dalam media tetap tinggi setelah pemeliharaan.
Hasil pengomposan ini baik untuk digunakan sebagai media pemeliharaan
cacing tanah karena mengandung karbon yang masih tinggi, sebab cacing tanah
memerlukan karbon sebagai sumber energi (Letik 2008). Selain itu,
menghilangnya bau amis dari media dapat dijadikan indikator menurunnya kadar
ammonia. Ammonia dapat mengganggu pertumbuhan cacing tanah bahkan
menyebabkan kematian (Roseno 2014).
Tabel 3 juga menunjukkan, bahwa kemampuan dekomposisi larva terhadap
C cenderung semakin berkurang seiring dengan bertambahnya kandungan darah.
Secara keseluruhan, media pada seluruh perlakuan mengalami penurunan
kapasitas tukar kation (KTK). Penurunan KTK menunjukkan kandungan organik
dalam media yang semakin berkurang.
Kandungan C yang besar dan N yang berkurang menyebabkan nilai C/N
yang tinggi. Menurut Tisdale et al. (1990), nilai C/N di atas 30 akan mengganggu
penyerapan N oleh tanaman. Artinya, selain baik untuk media pemeliharaan
cacing, hasil pengomposan ini tidak baik untuk digunakan sebagai pupuk.
Nilai C/N menunjukkan nilai karbon per satuan nitrogen yang digunakan
mikroorganisme untuk mendekomposisi bahan organik.Karbon digunakan oleh
mikroorganisme sebagai sumber energi sementara nitrogen digunakan sebagai
bahan penyusun sel. Nilai C/N yang tinggi mengindikasikan nilai karbon yang
tinggi atau nitrogen yang rendah, sehingga meskipun memiliki sumber energi
yang tinggi, mikroorganisme tidak dapat bereplikasi secara cepat. Dalam keadaan

8
seperti itu, media tidak baik untuk diaplikasikan sebagai pupuk, karena
mikroorganisme akan mengambil nitrogen dari tanah yang menyebabkan
defisiensi nitrogen pada tanaman (Tisdale et al. 1990).
Hasil pengujian statistik pada media setelah pemeliharaan menunjukkan
tidak ada perbedaan nyata pada taraf penambahan darah yang berbeda. Artinya,
larva H. illucens memiliki efektivitas konsumsi yang sama pada taraf penambahan
darah 7.5%, 15% dan 22.5%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan darah di
atas 22.5% masih dapat diterapkan untuk pemeliharaan larva H. illucens.
Tabel 4Kandunganproksimat media sebelum dan setelah pemeliharaan
Perlakuan

Hasil analisis Parameter
P7.5

P15

P22.5

PK (%)

7.98±0.95

6.63±-0.63

7.98±1.18

LK (%)

1.66±0.11

1.48±0.13

1.72±0.43

SK (%)
Sebelum
pemeliharaan KA (%)

9.97±5.61

6.09±0.91

12.42±6.46

82.00±4.72

79.04±7.76

86.11±4.78

Abu (%)

15.52±0.62

14.40±3.22

17.32±1.55

BETN

64.87±6.53

71.40±4.55

60.56±6.51

PK (%)
LK (%)

6.73±0.96
1.45±0.10b

5.13±0.85
1.41±0.05b

6.73±1.47
1.96±0.19a

Setelah
SK (%)
pemeliharaan KA (%)

7.29±0.96b
73.63±2.42b

6.00±0.88b
65.79±1.47c

12.92±3.94a
76.64±3.51b

Abu (%)
BETN

16.07±1.80
68.45±1.89ab

12.09±0.37
75.36±1.23a

15.47±2.62
62.92±4.32b

Keterangan: Angka pada kolom atau baris yang sama dan diikuti huruf berbeda (a, b, c) menunjukkan berbeda nyata (P