GAMBARAN DARAH BROILER DENGAN KEPADATAN KANDANG YANG BERBEDA PADA SEMI CLOSED HOUSE

ABSTRAK
GAMBARAN DARAH BROILER DENGAN KEPADATAN KANDANG
YANG BERBEDA PADA SEMI CLOSED HOUSE
Oleh
Khoirul Anam
Pertumbuhan broiler dipengaruhi oleh dua faktor yaitu genetik dan lingkungan.
Salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan broiler adalah
kepadatan kandang. Kepadatan kandang dapat memengaruhi suhu yang ada
dalam kandang tersebut. Tingginya suhu dapat menurunkan jumlah oksigen yang
sangat dibutuhkan dalam kelangsungan hidup ayam yang dipelihara dalam
kandang tersebut. Ketersediaan oksigen di dalam kandang memengaruhi sistem
peredaran darah dan gambaran darah unggas.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh kepadatan kandang
terhadap gambaran darah broiler ; (2) mengetahui gambaran darah (total sel
darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin) broiler yang terbaik pada
semi closed house (kandang semi tertutup) dengan kepadatan kandang yang
berbeda.
Penelitian dilaksanakan selama 24 hari dari 16 Februari--7 Maret 2012, di
kandang ayam milik PT. Rama Jaya Lampung Unit Candimas Kecamatan Natar,
Kabupaten Lampung Selatan, dan analisis sampel darah di UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan, Bandar Lampung.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Langkap (RAL), terdiri atas empat
perlakuan, dengan lima ulangan, yaitu P1: kepadatan kandang 12 ekor m-2, P2:
kepadatan kandang 15 ekor m-2, P3: kepadatan kandang 18 ekor m-2, dan P4:
kepadatan kandang 21 ekor m-2. Data yang dihasilkan dianalisis sesuai dengan
asumsi sidik ragam, apabila dari analisis asumsi sidik ragam pada taraf 5%. maka
analisis dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
Hasil penelitian menunjukkan kepadatan kandang 12, 15, 18 dan 21 ekor m-2
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap total sel darah merah, nilai hematokrit
dan kadar hemoglobin broiler.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki
pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap
dipotong pada umur muda, serta mampu menghasilkan kualitas daging yang
bersih, berserat lunak dengan kandungan protein tinggi (Irawan,1996).

Dalam pemeliharaan broiler banyak faktor lingkungan yang memengaruhi

diantaranya adalah kandang. Kandang merupakan tempat ayam tinggal dan
beraktivitas sehingga kandang yang nyaman sangat berpengaruh terhadap
pencapaian produktivitas yang baik.

Menurut Rasyaf (2001), kepadatan kandang yang sesuai akan meningkatkan
performans broiler menjadi lebih baik. Hal ini karena kepadatan kandang
berpengaruh pada kenyamanan ternak yang selanjutnya memengaruhi suhu dan
kelembapan udara dalam kandang. Kepadatan kandang yang tinggi dapat
menyebabkan suhu dalam kandang juga tinggi. Suhu yang tinggi dapat
mengganggu fungsi fisiologis dari organ–organ pernapasan dan peredaran darah.
Tingginya suhu dapat menurunkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup ayam. Oksigen yang tersedia di dalam kandang akan
memengaruhi sistem peredaran dan gambaran darah unggas.

2

Semi close house (kandang semi tertutup) merupakan adopsi dari close house.
Bagian atas kandang dibuat plafon yang tujuannya untuk mengadopsi vakum
udara pada sistem close house yang dikenal dengan tunnel system, menutupi
sekeliling kandang dengan menggunakan layar dan kipas dipasang di kedua ujung

kandang. Kandang ini merupakan kandang yang nyaman, bermutu baik untuk
ternak unggas. Kandang ini menggunakan alat exhaust fan yang berfungsi untuk
menarik atau menyedot oksigen dan mengeluarkan karbondioksida, dan
menggunakan alat cooling pad system (Priyo 2009).

Hasil penelitian Marlina (2011), kepadatan kandang ayam jantan tipe medium 16,
19, dan 22, ekor m-2 di kandang panggung sistem terbuka berpengaruh tidak nyata
terhadap sel darah merah (SDM) dan hemoglobin.

Penggunaan semi close house pada peternakan ayam komersial sudah mulai
dilakukan karena kepadatan ayam bisa ditingkatkan, suhu disesuaikan dengan
kebutuhan hidup ayam, pertumbuhan ayam lebih baik, resiko terhadap penyakit
sedikit. Namun, penggunaan kepadatan ayam dalam kandang masih beragam
dimulai dari 12 ekor/m-2 sampai 18 ekor/m-2.

Dengan kepadatan yang berbeda tersebut, akan berpengaruh pada gambaran
darah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti gambaran darah di semi
closed house.

3


B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:
1. mengetahui pengaruh kepadatan kandang terhadap gambaran darah broiler ;
2. mengetahui gambaran darah (total sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar
hemoglobin) broiler yang terbaik pada semi closed house (kandang semi
tertutup) dengan kepadatan kandang yang berbeda.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penggunaan
kepadatan kandang yang terbaik pada pemeliharaan broiler di semi closed house
(kandang semi tertutup), khususnya mengenai gambaran darahnya (total sel darah
merah, nilai hematokrit dan kadar hemoglobin).

D. Kerangka pemikiran

Pertumbuhan broiler dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu genetik 30% dan lingkungan
70% (Aksi Agraris Kanisius, 2003). Salah satu faktor lingkungan yang

memengaruhi pertumbuhan broiler adalah kepadatan kandang. Tingkat kepadatan
kandang ayam dinyatakan dengan luas lantai kandang yang tersedia bagi setiap
ekor ayam atau jumlah ayam yang dipelihara pada satu satuan luas kandang.
Menurut Guyton dan Hall (1997), kepadatan kandang yang terlalu tinggi akan
menyebabkan suhu dan kelembaban tinggi sehingga akan mengganggu fungsi
fisiologis tubuh ayam.

4

Suhu yang tinggi dapat mengganggu fungsi fisiologis dari organ-organ pernapasan
dan peredaran darah. Tingginya suhu dapat menurunkan jumlah oksigen yang
sangat dibutuhkan dalam kelangsungan hidup ayam yang dipelihara dalam
kandang tersebut. Ketersediaan oksigen di dalam kandang memengaruhi sistem
peredaran dan gambaran darah unggas. Adanya perubahan fisiologis pada tubuh
hewan menyebabkan gambaran darah juga mengalami perubahan (Sturkie, 1976)

Berdasarkan sistem ventilasi atau dinding kandang, ada kandang tertutup (closed
house) dan kandang terbuka (open house). Kandang tertutup adalah kandang
yang semua dinding kandangnya tertutup. Sistem ventilasi atau pergerakan
udaranya tergantung sepenuhnya dan kipas yang dipasang. Kandang terbuka

adalah semua dinding kandangnya terbuka serta kondisi dalam kandang sangat
dipengaruhi oleh kondisi luar kandang (Sudaryani dan Santoso, 1999).

Kadar amoniak sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam. Daya ikat NH3
terhadap hemoglobin 12 kali lipat lebih kuat dari O2, karena berat jenis NH3 lebih
besar dari oksigen. Hemoglobin berfungsi mengikat oksigen. Jika hemoglobin
terlalu banyak mengikat NH3, kemampuan mengikat oksigen akan berkurang.
Suprijatna dkk. (2005) menyatakan bahwa jumlah sel darah merah berkaitan
dengan pengikatan oksigen oleh hemoglobin. Semakin banyak total sel darah
merah maka frekuensi pernafasan akan semakin baik pula karena oksigen yang
diikat oleh hemoglobin untuk diedarkan ke seluruh tubuh semakin banyak.

Menurut Nesheim dkk. (1979), jumlah sel darah merah ayam jantan tipe medium
berkisar 2,5—3,5 juta sel mm3. Hasil penelitian Marlina (2011) menunjukkan
bahwa ayam jantan tipe medium jumlah sel darah merah didapat hasil (2,73 dan

5

2,92x106 per mm3), jumlah sel darah putih (189,33 dan 234,76 x103 mm3), dan
hemoglobin (7,18 dan 8,33 g%).


Schalms, dkk. (1986) menyatakan bahwa kadar hemoglobin normal pada ayam
yaitu 7,0–13 g/dl. Menurut Azhar (2011), kadar atau jumlah hemoglobin pada
ayam dan unggas lainnya (mg/100mL darah atau mg%) pada kisaran yang hampir
sama dengan yang dimiliki mamalia, yaitu 11 mg% pada ayam.
Kepadatan kandang konvensional (open house) biasanya 10 ekor m-2, sedangkan
pada close house mencapai 21 ekor m-2 (Suhaimi, 1997). Pada kenyataan di
lapangan penggunaan kepadatan kandang broiler masih beragam, belum ada
tingkat kepadatan yang optimal. Kepadatan yang berbeda pada kandang semi
close house juga akan memengaruhi gambaran darah ayam. Oleh sebab itu,
peneliti ini akan menggunakan berbagai kepadatan (12, 15, 18, 21 ekor m-2) di
semi close house.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penilitian adalah
1. ada pengaruh kepadatan kandang terhadap gambaran darah (total sel darah
merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin) broiler pada semi close house
(kandang semi tertutup);
2. terdapat kepadatan kandang terbaik yang berpengaruh terhadap gambaran

darah broiler.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Broiler

Broiler adalah ternak yang paling ekonomis dibandingkan dengan ternak lain.
Daging broiler diperoleh, dipasarkan atau dikonsumsi dalam waktu yang relatif
singkat (Murtidjo, 2001). Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006), broiler
adalah ayam-ayam muda jantan atau betina yang umumnya dipanen umur 5–6
minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging. Broiler mempunyai peranan
yang penting sebagai sumber protein hewani asal ternak. Broiler mempunyai
kelebihan bila dibandingan dengan ayam kampung yakni keempukan daging, kulit
halus dan lunak, ujung tulang dada lunak, serta dada lebar dengan timbunan
daging yang baik.

Menurut Rasyaf (2001), broiler adalah ayam jantan atau betina muda yang
berumur kurang dari 8 minggu ketika dijual, dengan berat tertentu, mempunyai
pertumbuhan yang cepat dan dada yang lebar, serta dengan timbunan daging yang
banyak. Menurut Fuad (1986), broiler merupakan ternak yang dipelihara baik

jantan maupun betina untuk diambil produk dagingnya dengan ciri berdaging
banyak, dada montok dan perawakan lamban. Menurut Aksi Agraris Kanisius
(2003), broiler mempunyai karakteristik pertumbuhan yang cepat, efisien dalam
mengkonversi ransum menjadi daging, ukuran tubuh besar dengan dada yang
lebar, padat dan berisi serta mempunyai daging yang banyak.

7

Broiler dibedakan menjadi dua bagian, yaitu broiler klasik dan broiler modern.
Broiler klasik menggunakan bahan nutrisi pakan untuk mempertahankan hidup
(live ability rate), pada broiler modern disamping untuk mempertahankan hidup,
juga untuk penampilan akhir (performance). Broiler modern mempunyai
pertumbuhan yang cepat dan bobot tubuh pada 28 hari sudah mencapai 1,2 kg
(Unandar, 2003).

B. Semi Closed House (Kandang Semi Tertutup)

Semi closed house merupakan adopsi dari prinsip closed house. Semi closed
house bentuknya seperti kandang terbuka, dinding dibuat belum permanen masih
menggunakan tirai atau terpal, bagian atas kandang dibuat plafon, dan

menggunakan alat exhaust fan yang berfungsi untuk menarik atau menyedot
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kandang yang semula terbuka
ditutup seluruhnya dengan terpal (layar), bagian atas kandang dibuat plafon.
Tujuannya untuk mengadopsi konsep vakum udara pada sistem closed house
yang dikenal dengan tunnel system. Setelah menutupi sekeliling kandang dengan
menggunakan layar, kipas pun dipasang di kedua ujung kandang. Satu ujung
kipas berfungsi mendorong angin masuk (inlet) dan ujung lain menarik angin
dalam kandang dan mendorong keluar (outlet). Untuk berhasilnya sistem ini,
maka kandang harus ditutup layar. Agar modifikasi semi closed house dapat
maksimal memberikan hawa sejuk dan nyaman dalam kandang, maka perlu diberi
pendinginan di ujung inlet (Priyo 2009).

8

Menurut Sunanto (1997 ), teknologi closed house memang bisa menekan
kematian ayam karena teknologi ini mampu menjaga kondisi lingkungan kandang
sesuai dengan kondisi optimum yang dibutuhkan ayam. Dengan keadaan seperti
ini kematian akibat stres karena panas bisa ditekan. Penularan dan masuknya
bibit penyakit ke kandang juga bisa dikurangi. Jadi kandang ini mampu
meningkatkan daya tahan ayam terhadap serangan penyakit.


Menurut Charles (1997), kandang sistem closed house adalah memanjang, ada
yang terbagi atas beberapa bagian atau pen, ada pula yang terbentuk ruangan luas
tanpa disekat-sekat. Antar bagian kandang situasi dan kondisinya dibuat sama.
Mengenai persyaratannya adalah suhu harus di bawah 300 C (berkisar 26--280C)
dengan kelembaban 70--80%. Menurut PT. Lito Prima Mandiri (1997), ada dua
tipe closed house system yaitu tunnel ventilation dengan evaporative cooler dan
tunnel ventilation tanpa evaporative cooler.

Exhaust fan adalah alat untuk menarik atau menyedot oksigen (O2) masuk dari in
let dan mengeluarkan gas karbondioksida (CO2) serta gas amonia dari dalam
kandang ke luar kandang. Ukuran exhaust fan yang berdiameter 120 cm (48”) dan
berkapasitas 30.000 m3/kipas dengan kemampuan memenuhi kebutuhan udara
(O2) per kilogram bobot badan ayam hidup 8 m3/jam. Exhaust fan dipasang pada
bagian sisi lebar kandang. Prinsip kerja exhaust fan agar suhu dalam kandang
menjadi stabil sesuai kebutuhan ayam (Miku dan Sumiati, 2010).
Menurut Rosario (1997), cooling pad system memiliki kelebihan dalam
kemampuan menurunkan suhu yaitu antara 6--120C dibandingkan dengan tunnel
ventilation yang hanya 4--60C. Model cooling pad system merupakan sistem

9

closed house yang banyak digunakan oleh industri perunggasan khususnya
breeder. Kondisi lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan ayam dewasa adalah
200-- 270 C dengan kelembaban relatif kurang dari 50%.

C. Kepadatan Kandang

Kepadatan kandang dapat memengaruhi keseragaman berat badan. Kandang yang
terlalu padat menyebabkan ayam tidak mendapatkan pakan dan minum secara
serentak. Selain itu, ketidakseragaman ini dapat menimbulkan perilaku dominasi
pada sekelompok ayam. Menurut Suhaimi (1997), kepadatan kandang broiler di
kandang konvensional (open house) biasanya 10 ekor m-2, sedangkan kepadatan
kandang di closed house mencapai 21 ekor m-2. Kepadatan kandang optimal
untuk ayam pedaging (broiler) di daerah subtropis adalah 15 ekor m-2. Menurut
Creswell dan Hardjosworo (1979), untuk Indonesia kepadatan kandang yang
optimal adalah 10 ekor m2.

Kepadatan kandang tinggi, maka akan menyebabkan mortalitas meningkat dan
mengakibatkan terjadi kanibalisme pada ternak . Selain itu, dapat meningkatkan
persaingan antar ayam dalam mendapatkan oksigen. Kepadatan kandang yang
berlebih dapat menghambat pertumbuhan ayam, menurunkan ketersediaan
oksigen. dan feses yang dihasilkan akan lebih banyak sehingga amonia pun
meningkat. Oksigen yang berkurang dan amonia yang meningkat menjadi
ancaman bagi kesehatan ayam. Keadaan ini akan menyebabkan metabolisme
dalam tubuh terganggu dan akan memicu ayam terserang penyakit pernapasan
(Rasyaf, 2005).

10

Pengaturan kepadatan area brooder dilakukan dengan melebarkan chick guard.
Pelebaran sebaiknya dilakukan seiring dengan pertambahan umur dan berat badan
ayam. Pelebaran chick guard pada broiler dilakukan pada umur 3--4 hari,
selanjutnya setiap 3--4 hari sekali dan pada umur 14 hari ayam sudah menempati
seluruh luasan kandang. Bersamaan dengan pelebaran kandang brooder, juga
harus diikuti dengan pengaturan letak pemanas dan distribusi tempat ransum dan
minum. Kepadatan kandang ayam dinyatakan sebagai satuan luas lantai per ekor.
Luas lantai kandang setiap ekor ayam antara lain tergantung dari tipe lantai, tipe
ayam, jenis kelamin, dan periode produksi (North dan Bell, 1990)

Menurut Meizwarni (1993), ukuran kandang yang disediakan tergantung dari
beberapa faktor seperti macam kandang, ukuran ayam, suhu lingkungan serta
keadaan ventilasi. Menurut Rasyaf ( 2001), kepadatan kandang berpengaruh
terhadap kenyamanan ternak di dalam kandang. Pengaturan kepadatan kandang
dilakukan sedemikian rupa untuk mengatasi kanibalisme akibat terlalu padatnya
kandang. Hal ini juga bermanfaat untuk kenyamanan ayam. Kepadatan kandang
juga berpengaruh terhadap produksi, performen, dan tingkat kenyamanan broiler
(May dan Lott, 1992).

Kepadatan tinggi yang diasumsikan dengan bobot badan perluasan lantai
mengurangi aktivitas broiler menjadi lebih sedikit, sebaliknya lebih banyak
mengantuk dan tidur (Cravener, dkk., 1992). Menurut Rasyaf (2005), kepadatan
kandang optimal untuk ternak ayam dipengaruhi oleh suhu kandang. Semakin
tinggi suhu udara dalam kandang maka kepadatan kandang optimal semakin

11

rendah, sebaliknya apabila suhu udara di dalam kandang semakin rendah, maka
kepadatan kandang optimal semakin tinggi.

D. Gambaran Darah
Peredaran darah unggas tersusun oleh jantung sebagai pusat peredaran darah, dan
pembuluh-pembuluh darah. Jantung unggas berbentuk kerucut dan terbungkus
selaput perikardium. Jantung terdiri dari dua serambi yang berdinding tipis serta
dua bilik yang dindingnya lebih tebal. Pembuluh-pembuluh darah dibedakan atas
arteri dan vena. Arteri yang keluar dari bilik kiri ada tiga buah, yaitu dua arteri
anonim yang bercabang lagi menjadi arteri - arteri vang memberi darah ke bagian
kepala, otot terbang, dan anggota depan, dan sebuah aorta vang merupakan sisa
dari arkus aortikus yang menuju ke kanan (arkus aortikus yang menuju ke kiri
rnereduksi). Pembuluh nadi ini kemudian melingkari bronkus sebelah kanan dan
membelok ke arah ekor menjadi aorta dorsalis (pembuluh nadi punggung).
Pembuluh nadi yang keluar dari bilik kana hanya satu, yakni arteri pulmonis
(pembuluh nadi paru -paru), yang kemudian bercabang menuju paru-paru kiri dan
kanan. Darah yang kekurangan oksigen akan berwarna kebiru-biruan yang
disebut sianosis. Darah dengan jumlah hemoglobin berkurang jauh dari standar
karena pembentukan yang kurang memadai disebut anemia (Frandson, 1993).

Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran
pencernaan ke jaringan tubuh, membawa kembali produk sisa metabolisme sel ke
organ eksternal, mengalirkan oksigen ke dalam sel tubuh dan mengeluarkan
karbondioksida dari sel tubuh, dan membantu membawa hormon yang dihasilkan
kelenjar endokrin ke seluruh bagian tubuh (Hartono, dkk., 2002). Berdasarkan

12

hasil penelitian Marlina (2011) pada kepadatan kandang ayam jantan tipe
medium 16, 19, dan 22, ekor m-2 di kandang panggung sistem terbuka
berpengaruh tidak nyata terhadap sel darah merah, sel darah putih, dan
hemoglobin.

a. Sel darah merah (SDM)

Menurut Hartono, dkk. (2002), darah tersusun atas cairan plasma, garam-garam,
bahan kimia lainnya, sel darah merah, dan leukosit (sel darah putih). Jumlah sel
darah merah dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengetahui kesehatan
probandus pada suatu saat. Sel darah merah adalah sel yang fungsinya
mengangkut oksigen. Pembentukan sel darah merah pada hewan maupun
manusia dewasa normalnya terjadi pada sumsum tulang merah, sedangkan pada
janin atau fetus dihasilkan dalam hati, limpa, dan nodus limpatikus. Sel darah
merah mamalia tidak berinti, tetapi sel darah merah muda memiliki inti.

Sel darah merah pada unggas mempunyai nukleus dan berbentuk elips. Sel darah
merah terdiri dari air (65%), Hb (33%), dan sisanya terdiri dari sel stroma, lemak,
mineral, vitamin, dan bahan organik lainnya dan ion K (Kusumawati, 2004).
Dibandingkan dengan sel-sel lain, dalam jaringan sel darah merah kurang
mengandung air. Lipid yang terdapat pada sel darah merah ialah stromatin,
lipoprotein, dan eliminin. Beberapa enzim yang terdapat dalam eritrosit antara
lain anhidrase karbohidrat, peptidase, kolinesterase dan enzim pada sistem
glikolisis (Poedjiadi,1994).

13

Kebanyakan sel darah merah mengalami disentegrasi dan ditarik dari aliran darah
oleh sistem retikuloendotelial. Pada proses ini dihasilkan pigmen empedu yang
dinamakan bilirubin dan biliverdin. Apabila di dalam aliran darah banyak
mengandung kedua bentuk pigmen itu maka membran mukosa mata dan mulut
akan berwarna kuning, keadaan ini disebut ikterus (Hartono, dkk., 2002).

Menurut Smith (1988), nilai normal sel darah merah broiler sekitar
2,0 --3,2 x10 6 per mm 3, sedangkan menurut Sturkie (1976), rata-rata sel darah
merah dalam kondisi normal pada ayam umur 26 hari adalah 2,77 x 106 per mm3.
Hasil penilitian Marlina (2011) mununjukkan bahwa sel darah merah ayam jantan
tipe medium yang dipelihara di kandang panggung dengan system ventilasi
terbuka dan kepadatan kandang 16, 19, dan 22 ekor m-2 berkisar 2, 73 dan
2,92 x 106 per mm3.

b. Nilai Hematokrit

Nilai hematokrit adalah presentase volume endapan eritrosit setelah sampel darah
dipisahkan dalam waktu dan kecepatan tertentu . Nilai hematokrit merupakan
volume sel-sel eritrosit seluruhnya dalam 100 mL yang dinyatakan dalam persen.
Nilai hematokrit merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan
jumlah sel darah merah terlalu tinggi, terlalu rendah, atau normal (Azhar, 2009).

Faktor–faktor yang memengaruhi nilai hematokrit adalah jenis kelamin, spesies,
dan jumlah sel darah merah. Selain itu, aktivitas dan keadaan patologis, serta
ketinggian tempat juga memengaruhi nilai hematokrit, karena pada tempat yang
tinggi seperti pegunungan kadar oksigen dalam udara berkurang, sehingga untuk

14

menjaga keseimbangan maka sumsum tulang belakang memproduksi sel–sel
darah merah dalam jumlah banyak. Nilai hematokrit atau packed cell volume
(PCV) pada ayam bervariasi mencapai 30--35% pada jantan dewasa dan 33--35%
pada anak ayam; pada burung puyuh dewasa 53,1% pada jantan dan 48,7% pada
betina (Azhar, 2009). Hasil penelitian Riduan (2011) menunjukkan bahwa rata–
rata nilai hematokrit ayam jantan medium umur 5 minggu adalah 29,33 %-33,67%.

c. Hemoglobin

Hemoglobin merupakan zat padat dalam sel darah merah yang menyebabkan
warna merah. Hemoglobin merupakan molekul protein pada sel darah merah.
Adanya hemoglobin dalam sel darah merah memungkinkan timbulnya
kemampuan untuk mengangkut oksigen, serta menjadi timbulnya warna merah
pada darah (Frandson, 1992). Fungsi dari hemoglobin adalah mengangkut CO2
dari jaringan, mengambil O2 dari paru-paru, memelihara keseimbangan asambasa, dan merupakan sumber bilirubin. Jumlah hemoglobin di dalam darah
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, keadaan fisik, cuaca, tekanan udara,
penyakit, dan jumlah sel darah merah. Kadar hemoglobin berbanding lurus
dengan jumlah sel darah merah, semakin tinggi jumlah sel darah merah maka
akan semakin tinggi pula kadar hemoglobin dalam sel darah merah tersebut
(Haryono, 1978).

Pengaruh haemoglobin di dalam sel darah merah menyebabkan timbulnya warna
merah pada darah karena mempunyai kemampuan untuk mengangkut oksigen.
Haemoglobin adalah senyawa organik yang komplek dan terdiri dari empat

15

pigmen forpirin merah (heme) yang masing-masing mengandung iron dan globin
yang merupakan protein globural dan terdiri dari empat asam amino.
Haemoglobin bergabung dengan oksigen didalam paru-paru yang kemudian
terbentuk oksihaemoglobin yang selanjutnya melepaskan oksigen ke sel-sel
jaringan didalam tubuh (Frandson, 1992).

Menurut Schalms, dkk. (1986) menyatakan bahwa kadar hemoglobin normal pada
ayam yaitu 7,0--13 g/dl. Hasil penelitian Marlina (2011) menunjukkan bahwa
rata-rata kadar hemoglobin ayam jantan tipe medium yang dipelihara di kandang
panggung dengan sistem ventilasi terbuka berkisar antara 7,18 dan 8,33g%.

1

III.

BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari 12 Februari--6 Maret 2012 yang bertempat di
kandang ayam milik PT. Rama Jaya Lampung di Desa Candi Mas Kecamatan
Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Sampel darah penelitian ini dianalisis di
UPTD Balai Laboratorium Kesehatan, Jl. dr Sam Ratulangi No.103 Penengahan
Bandar Lampung.

B. Bahan

a. Ayam

Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah broiler strain Cobb umur 12
hari yang dipelihara sampai dengan umur 23 hari sebanyak 330 ekor. Bobot awal
umur 12 hari rata-rata 367,29 ± 27,73 g/ekor, dan koefesien keragaman 7,56 %,
sedangkan bobot awal DOC adalah 42,55 ± 3,13 g/ekor dengan koefesien
keragaman 7,36 %.

b. Ransum

Ransum berbentuk crumble yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum
HI-PRO® produksi PT. Vista Grain dan BBR1(Bestfeed ®) produksi PT. Japfa

17

Comfeed Indonesia, Tbk. Ransum diberikan secara ad-libitum. Kandungan
nutrisi ransum yang akan diberikan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan nutrisi ransum HI-PRO ® (umur 1--15 hari) dan BBR1
(Bestfeed ®) (umur 16--24 hari)
Kandungan nutrisi
Air (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Serat kasar** (%)
Abu (%)
Energi Metabolisme

611 HI-PRO
9,59
22,05
6,81
4,90
5,07
2.830,00**

BBR1 (Bestfeed)
8,97
21,70
8,69
4,50
4,76
3.172,06*

Sumber : Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak,
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2012)
*Hasil analisis Laboratorium Politeknik Lampung (2012)
**Hasil analisis Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar Lampung
(2012)

c.

Kandang

Kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah semi closed house yang
menggunakan sekat kandang berukuran 1,6 x 0,6 m2 (setara 1 m2) dengan tinggi
60 cm sebanyak 20 petak.

d. Air minum

Air minum yang digunakan pada penelitian ini berasal dari air sumur bor yang
diberikan secara ad libitum.

e. Vaksin, antibiotik, dan vitamin

Antibiotik yang diberikan adalah spira flug, sedangkan vitamin yang diberikan
Strong fit ®dan Catalyst ® Pemberian vitamin dilakukan pada minggu pertama

18

sampai ayam dipanen. Pengaruh vaksin yang dilakukan saat penelitian di sajikan
pada Tabel 2.

Tabel 2. Program vaksin yang diberikan selama pemeliharaan broiler
No

Nama Vaksin

Deskripsi

Cara pemberian

1

Avinew ®

Vaksin ND

Spray Dilakukan di dalam box

2

Vaksimin AI®

Vaksin AI

suntik dengan dosis 0,2 cc/ekor

3

IBD Blend®

Vaksin Gumboro 1 vial vaksin ditambah susu skim 30
g/10 Liter air melalui air minum

4

Medivac

®

Vaksin ND

1 vial vaksin ditambah susu skim 30
g/10 Liter air melalui air minum

f. Alkohol 70%

Alkohol digunakan untuk desinfeksi kulit bagian sayap broiler yang akan diambil
sampel darahnya pada vena brachialis.

C. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. kandang yang menggunakan sekat kandang berukuran 1,6 x0,6 m2 sebanyak
20 petak;
2. tempat ransum, ada dua bentuk yaitu tempat ransum anak ayam (baby chick
feeder) sebanyak 20 buah yang digunakan untuk ayam umur 1-14 hari dan
tempat ransum gantung (hanging feeder) sebanyak 20 buah yang digunakan
untuk ayam berumur 15-24 hari;
3. timbangan kapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,01 g sebanyak 1 buah yang
digunakan untuk menimbang day old chik (DOC);

19

4. timbangan kapasitas 10 kg ketelitian 0,1 g sebanyak 1 buah yang digunakan
untuk menimbang ayam dan ransum;
5. ember sebanyak 2 buah, bak air minum sebanyak 2 buah;
6. tempat air minum, menggunakan tempat air minum yang berbentuk tabung
(gallon) sebanyak 20 buah,dan drinker otomatis:
7. tirai yang terbuat dari plastik sebanyak 10 buah;
8. hand sprayer sebanyak 2 buah;
9. bestasept ®;
10. bambu untuk membuat sekat-sekat pada kandang;
11. tabung darah yang mengandung Ethylen-Diamine-Tetraacetic-Acid (EDTA);
12. lampu pijar untuk penerangan sehingga ayam dapat makan pada malam hari;
13. gassolec untuk pemanas ayam umur 1-12 hari;
14. chickguard;
15. jets sprayer;
16. spray vaksin
17. alat-alat kebersihan;
18. spuit 3 cc;
19. kapas;
20. marina cooler untuk menyimpan sampel darah;
21. spectrofotometer (Mindray BC 2600);
22. thermohigrometer 1 buah;
23. alat tulis untuk melakukan pencatatan;
24. exhaust fan.

20

D. Metode Penelitian

a. Rancangan perlakuan

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL), terdiri atas 4 perlakuan, setiap perlakuan diulang sebanyak 5
kali.
R1

: kepadatan kandang 12 ekor m-2.

R2

: kepadatan kandang 15 ekor m-2.

R3

: kepadatan kandang 18 ekor m-2.

R4

: kepadatan kandang 21 ekor m-2.

b. Analisis data

Data yang dihasilkan dianalisis sidik ragam yang terlebih dahulu diuji normalitas,
homogenitas, dan aditivitas. Apabila dari analisis ragam menunjukkan bahwa
perlakuan terhadap kepadatan kandang nyata pada taraf 5 %, maka analisis
dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).

E. Pelaksanaan Penelitian

Kandang dibersihkan satu minggu sebelum DOC datang, kemudian didisinfeksi
menggunakan desinfektan bestasept®. Pembuatan sekat berukuran 1,6 x 0,6 m2
sebanyak 20 petak, setelah itu dilakukan pengapuran sekat kandang. Satu hari
sebelum ayam datang sekam padi disebar setebal 10 cm pada tiap petak kandang,
dan lampu pijar untuk penerangan makan malam. Pemeliharaan DOC dengan
pemanasan dilakukan sampai umur 12 hari, kemudian pada umur 13 hari secara

21

acak 330 broiler diletakkan di 20 kandang penelitian dengan bobot tubuh yang
hampir seragam, masing-masing kepadatan 12, 15, 18, dan 21 ekor per petak
sebagai perlakuan.

Suhu dan kelembaban ruang kandang dan petak kandang diukur setiap hari, yaitu
pada pukul 06.00, 12.00, dan 18.00 WIB. Sebelum perlakuan, dicari terlebih
dahulu pola suhu ekstrim tertinggi maupun terendah dengan mengukur suhu dan
kelembapan 1 jam sekali selama dua hari. Suhu (0C) dan kelembaban (%)
lingkungan kandang diukur menggunakan thermohigrometer yang diletakkan
pada bagian tengah kandang yang digantung sejajar dengan tinggi petak-petak
kandang.
Program vaksin yang diberikan adalah (1) melakukan vaksin Avinew ® ND spray
saat umur ayam 1 hari melalui spray yang dilakukan di dalam box; (2) melakukan
vaksimin AI ® saat umur ayam berumur 7 hari melalui suntik di sekitar leher
(subcutaneous) dengan dosis 0,2 cc/ekor; (3) melakukan vaksinasi gumboro
(Gumboro IBD Blen®) + susu skim 30 g saat ayam berumur 12 hari melalui air
minum; (4) melakukan vaksinasi Medivac® ND Clone + susu skim 30 g saat ayam
berumur 19 hari melalui air minum.

Pengambilan darah broiler dilakukan pada umur 16 hari dan 23 hari, kecuali
pengukuran nilai hematokrit hanya dilakukan pada umur 23 hari. Pada kepadatan
kandang yang berbeda untuk pengukuran total sel darah merah, nilai hematokrit,
dan kadar hemoglobin diambil sampel sebanyak 10% dari jumlah ayam per petak.
Pengambilan darah dilakukan melalui vena brachialis sekitar 1 cc. Darah
dimasukkan ke dalam tabung darah yang mengandung Ethylen Diamine

22

Tetraacetic Acid (EDTA) dan dihomogenkan dengan gerakan angka 8, setelah itu
tabung darah diletakkan dalam thermos yang telah diisi es. Hasil sampel darah
yang diambil langsung dibawa ke UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
Lampung untuk dianalisis sel darah merah, nilai hematokrit, dan hemoglobin.

F. Peubah yang Diamati

Sampel darah yang diambil kemudian dilakukan analisa untuk mengetahui jumlah
sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin. Analisa sampel darah
dilakukan dengan menggunakan metode auto analizer. Prinsip metode ini adalah
dengan membedakan sel-sel darah dan menghitung berdasarkan ukuran dan
diameter dari sel-sel darah tersebut. Tahap yang dilakukan terdiri dari
menghidupkan alat, pemeriksaan sampel, dan mematikan alat.

Tahap pertama dimulai dengan menyalakan alat dengan menekan tombol on/off
yang berada pada bagian belakang alat dan menunggu sekitar 3 menit hingga
stabil. Setelah alat stabil maka prosedur kedua dapat dilakukan.

Tahap kedua yaitu pemeriksaan sampel yang dilakukan dengan menekan tombol
ID untuk memasukan nomor identitas darah, lalu menekan enter. Setelah identitas
diisi, langkah selanjutnya adalah memasukkan sampel darah sampai ujung jarum
menyentuh dasar tabung. Alat akan melakukan perhitungan secara otomatis
terhadap sampel darah dan hasilnya akan keluar dalam waktu 60 detik. Setelah
semua sampel diamati, maka prosedur ketiga dapat dilakukan.

Tahap ketiga yaitu mematikan alat yang dilakukan dengan cara menekan tombol
shut down, lalu menekan tombol on/off pada bagian belakang alat. Hasil

23

perhitungan dengan menggunakan metode auto analizer berupa print out data
jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, dan nilai hematrokit (UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan, 2012).

Data pendukung menggunakan data konsumsi ransum (Andriani, 2012), dan
frekuensi pernafan dari data pada penelitian yang sama (Fazar, 2012).

GAMBARAN DARAH BROILER DENGAN KEPADATAN KANDANG
YANG BERBEDA PADA SEMI CLOSED HOUSE

Oleh
Khoirul Anam

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PETERNAKAN
pada
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

GAMBARAN DARAH BROILER DENGAN KEPADATAN KANDANG
YANG BERBEDA PADA SEMI CLOSED HOUSE
(Skripsi)

Oleh
KHOIRUL ANAM

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

Judul Usul Penelitian : GAMBARAN DARAH BROILER DENGAN
KEPADATAN KANDANG YANG BERBEDA PADA
SEMI CLOSED HOUSE
Nama

: Khoirul Anam

NPM

: 0814061044

Jurusan

: Peternakan

Fakultas

: Pertanian

MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing

drh. Madi Hartono, M.P.
NIP 19660708 199203 1 004

Ir. Tintin Kurtini, M.S.
NIP 19510922 198002 2 001

2. Ketua Jurusan Peternakan

Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.
NIP 19610307 198503 1 006

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1. Tata letak kandang penelitian ………………………………….

Halaman
47

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................

Halaman
viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................

xii

I.

PENDAHULUAN.................................................................................

1

A. Latar Belakang dan Masalah .........................................................

1

B. Tujuan Penelitian ...........................................................................

3

C. Kegunaan Penelitian .....................................................................

3

D. Kerangka Pemikiran ...........................................................................

3

E. Hipotesis..............................................................................................

5

II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................

6

A. Broiler………………...…...............................................................

6

B. Semi Close House .........................................................................

7

C. Kepadatan Kandang ......... ...........................................................

9

D. Gambaran Darah ...........................................................................

12

a. Sel darah merah (SDM) ............................................................
b. Nilai hematokrit.........................................................................
c. Hemoglobin ...............................................................................

12
14
14

III. BAHAN DAN METODE ..................................................................

16

A. Waktu dan Tempat Penelitian .....................................................

16

B. Bahan dan Alat ............................................................................

16

a. Ayam ......................................................................................
b. Ransum .................................................................................

16
16

c.
d.
e.
f.

Kandang .................................................................................
Air Minum .............................................................................
Vaksin, Antibiotik, dan Vitamin ............................................
Alkohol 70% ...........................................................................

17
17
17
18

C. Alat Penelitian .............................................................................

18

D. Metode Penelitian..........................................................................

20

a. Rancangan perlakuan................................................................
b. Rancangan percobaan...............................................................

20
20

E. Pelaksanaan Penelitian....................................................................

20

F. Peubah yang diamati..........................................................................

22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................

24

A. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Total Sel Darah Merah.......

24

B. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Nilai Hematokrit................

28

C. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Kadar Hemoglobin.............

30

V. SIMPULAN DAN SARAN..................................................................

33

A. Simpulan..........................................................................................

33

B. Saran.................................................................................................

33

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................

34

LAMPIRAN..............................................................................................

37

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Pedaging. Agromedia
Pustaka. Jakarta
Aksi Agraris Kanisius. 2003. Berternak Ayam Pedaging. Cetakan ke -18
Kanasius. Jakarta
Andriani , D. 2012. “Pengaruh Kepadatan Kandang Terhadap Performan Broiler
di Semi Closed House”. Skripsi. Fakultas Pertanian Unila. Bandar Lampung
Azhar, M. 2011. Fisiologi III dan IV. http://manusiaplanet.blogspot.com/2011/12/
fisiologi-iii-dan-iv.html. Diakses pada tanggal 20 Desember 2011
Charles. 1997. “Inilah Teknologi Closed House”. Majalah Infovet. Edisi 047
Creswell, D dan P.S. Hardjosworo. 1979. ”Bentuk Kandang Unggas dan
Kepadatan Kandang untuk Daerah Tropis”. Laporan Seminar Ilmu dan
Industri Perunggasan II, Ciawi Bogor, Puslitbang Ternak, Bogor
Cravener, T.L., W.W. Roush and M.M. Mashaly. 1992. “Broiler production under
varying population densities”. Poultry Science. Vol.71:427
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Alih Bahasa
oleh B. Srigandono dan Koen Praseno. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Fuad Y. 1986. Usaha Ternak Potong. Akademika Pressindo. Jakarta
Guyton, A. C. dan J.E Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Buku Ajar. Alih Bahasa
Setiawan, I.,K.A. Tengadi, A. Santoso. Penerbitan Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Hartono, M., S, Suharyati, dan P.E, Santosa. 2002. Dasar Fisiologi Ternak.
Penuntun Praktikum. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Haryono, B. 1978. Hematologi Klinik. Bagian Kimia Medik Veteriner. Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Irawan, A.1996. Ayam Ayam Pedaging Unggul. CV. Aneka, Solo

35

Kartasujana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Gadjah Mada
Press.Yogyakarta
May, J.D. and B.D. Lott. 1992. “Feed and Nater Consumtion Pattern of Broiler At
High Temperatur”. Poultry Sci
Marlina, 2011. “Gambaran Darah Ayam Jantan Tipe Medium Pada Kandang
Panggung Dengan Kepadatan Yang Berbeda”. Skripsi. Universitas Lampung.
Bandar Lampung
Meizwarni. 1993. ”Sistem Perkandangan”. Paper Fakultas Pasca Sarjana.
Universitas Andalas. Padang
Miku, Y,F. dan Sumiati. 2010. “Manajemen Perkandangan Ayam Bibit Pedaging
Strain Ross dan Strain Lohman di PT. Silga Perkasa Sukabumi-Jawa Barat”.
Makalah Seminar PKL. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor
Murtidjo, B.A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Cetakan Pertama.
Kanisius. Jakarta
Nesheim, M.C.,R.E.Austic and L.E. Card. 1979. Poultry Production. 12 Edition.
Lea and Febiger. Philadelphia
North, M. O. and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Product Manual. 4th Ed.
Van Nostrand Reinhold. New York
Poedjiadi, A.1994. Dasar-dasar Bsiokimia. Indonesia University Press. Jakarta
Priyo. 2009. ”Menyiasati (Angin Mati)”. Artikel. Blogspot(http://ilmupeternakanpriyo.blogspot.com/2009_05_01_archive.html). Diakses pada18 Desember
2011
PT. Charoen Pokhphand Indonesia. Tbk. 2003. Manual Broiler Manajeman CP
707. Jakarta
PT. Lito Prima Mandiri .1997. “Dengan Closed House Peternakan Lebih
Menguntungkan”. Majalah Infovet. Edisi 047
Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Ke Sepuluh. Penebar
Swadaya. Jakarta
______. 2005. Beternak Ayam Petelur. Cetakan Ke-XX. Penebar Swadaya.
Jakarta

36

Riduan, M. 2011. “Kajian Penggunaan Berbagai Dosis Senyawa Brusein-A Yang
Dikapulasi Liposom Terhadap Gambaran Darah Ayam Jantan Tipe Medium”.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Rosario. 1997. “Teknologi baru harapan baru”. Majalah infovet. Edisi 047
Schalms,O.W., N.C. Jain, and E.J. Corel. 1986. Veterinary Haematology. 4th Ed.
Philadelphia. Lea and Febiger
Smith, J. B, dan Mangkooewidjojo S. 1988. “Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis”. Universitas Indonesia, Jakarta.
Avian Phisiology. Third Edition. Spinger Verlag. New York

Steel, R.G.D., and Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Diterjemahkan
oleh Bambang Sumantri, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Sturkie, P.D. 1976. Avian Phisiology. Third Edition. Spinger Verlag. New York
Sudaryani, T. dan Santoso. 1999. Pembibitan Ayam Ras. Cetakan Ke-IV. Penebar
Swadaya. Jakarta
Suhaimi, Y.R. 1997. ”Tekhnologi Baru Harapan Baru”. Majalah Infovet. Edisi
047
Sunanto, S. 1997. “Teknologi Closed House dan Tantangan Globalisasi”. Majalah
Infovet. Edisi 047
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan K. Ruhyat. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penerbit Swadaya. Jakarta
Unandar, T. 2003. “Ada Apa dengan Broiler”. Makalah disampaikan dalam
Temu Plasma Pintar. Bandar Lampung
UPTD Balai Laboratorium Kesehatan. 2012.Bandar Lampung
Winters, J.L. 2004. Adventorial. PT. Supreme Indo Pertiwi. Available at :
http://www.sip-mlm.com/adventorial.htm. Diakses pada 18 Januari 2012

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada:

1. Bapak drh. Madi Hartono, M.P.--selaku Pembimbing Utama --atas petunjuk,
bimbingan, dan arahannya;
2. Ibu Ir. Tintin Kurtini, M.S.--selaku Pembimbing Anggota dan Pembimbing
Akademik--atas bimbingan, petunjuk, dan sarannya;
3. Bapak drh. Purnama Edy Santosa, M.Si. --selaku Penguji Utama--atas
bimbingan, saran, dan bantuannya;
4. Bapak Ir. Arif Qisthon, M.Si.--selaku Sekretaris Jurusan Peternakan--atas izin
dan bimbingannya;
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas
izin dan bimbingannya;
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung--atas izin yang telah diberikan;
7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Jurusan Peternakan atas ilmu, motivasi, bimbingan,
dan saran yang diberikan selama ini;

8. Ibu, Ayah, Nenek, Siswati Handayani, Amelia heni susanti serta seluruh
keluarga di rumah atas segala doa, dorongan, nasehat, cinta, dan kasih
sayangnya, yang selalu tercurah tiada henti bagi penulis;
9. Teman seperjuangan selama penelitian (zulfadli, dwi andriani, nidia),
karyawan Candi Mas Farm, teman – teman angkatan’08 ( andi, esti, adit, ratih,
arif,triyan, putri, cintia, adi,ana, neka,dwi jayanto, febri, yudi, oka, pram,
satrio, dkk) , dan seluruh mahasiswa Jurusan Peternakan, Universitas
Lampung atas motivasi, bantuan, kebersamaan, dan kasih sayang yang telah
diberikan.
10. Teman-teman kostan (andri, adi, joni, suherman, nalfa, hestian) yang telah
memberi semangat, keceriaan, dan rasa kekeluargaannya;
11. Seluruh staf Rama Jaya Farm Candimas yang telah memberikan izinnya,
bantuan dan semangat kepada penulis selama melakukan penelitian;
12. Seluruh Mahasiswa Jurusan Peternakan, Universitas Lampung atas bantuan
dan kebersamaannya selama ini.

Semoga semua yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan rahmat
dari Allah SWT dan penulis berharap karya ini dapat bermanfaat. Amin.

Bandar lampung, Agustus 2012
Penulis

Khoirul Anam

MOTTO

Kerjakanlah yang anda bisa kerjakan, lakukan segala sesuatu dengan ketulusan ikhlas.
Sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Pengasih, Penyayang dan Maha Tahu Segalanya.
”Berikan yang terbaik untuk mendapatkan yang terbaik”
”Jangan pernah takut untuk menjadi yang lebih baik”
(Khoirul Anam)
Allah menciptakan manusia tidak sempurna. Sebagai manusia yang mau berusaha,
sempurnakan lah diri kita untuk mencapai kesempurnaan itu, berusaha menjadikan kita
sebagai manusia yang utuh sebagai Ciptaan-Nya yang penuh kelebihan dibanding
kekurangan. Semangat !!!!
(Khoirul Anam)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hatiku,
kupersembahkan karya kecilku untuk:
Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Surahman dan Ibunda Sumarmi yang dengan sabar
telah membesarkan, mendidik, menyayangi dengan sepenuh hati, dan selalu berdoa untuk
keberhasilanku.
Adekku Amelia Heni .S. dan mbakku tersayang Siswati Handayani yang selalu dihatiku
Para Guru dan Dosen yang telah berjasa memberikan bimbingan dan ilmu yang sangat
berharga.
Almamater tercinta

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua

: drh. Madi Hartono, M.P.

......................

Sekretaris

: Ir. Tintin Kurtini, M.S.

......................

Penguji
Bukan Pembimbing : drh. Purnama Edy Santosa, M.Si.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.
NIP 19610826 198702 1 001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 9 Agustus 2012

......................

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rejo Asri, Kecamatan Seputih Raman, Lampung Tengah
pada 19 Oktober 1989, merupakan anak kedua dari dua bersaudara, putra
pasangan Bapak Surahman dan Ibu Sumarmi.

Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah dasar pada 1996 di Sekolah
Dasar Negeri 1 Rejo Asri, Kecamatan Seputih Raman, Lampung Tengah; Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Kotagajah, Lampung Tengah, diselesaikan pada
2005. Pada 2008 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Seputih Raman, Lampung Tengah.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) pada 2008. Penulis telah melaksanakan Praktik Umum di
PT. Rama Jaya Lampung Unit Candimas Natar Kabupaten Lampung Selatan pada
Januari sampai Februari 2012.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepadatan kandang (12,
15, 18, dan 21) ekor m-2 tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap sel darah
merah, dan kadar hemoglobin broiler baik pada umur 16 maupun 23 hari, serta
nilai hematokrit pada umur 23 hari.

B. Saran
Secara fisiologis, kepadatan kandang sampai dengan 21 ekor m-2 dalam
pemeliharaan broiler di semi closed house dapat digunakan. Selanjutnya perlu
dilakukan penelitian yang sejenis dengan strain dan kepadatan kandang yang
berbeda.