Pengembangan Indeks Gizi Seimbang Untuk Menilai Kualitas Konsumsi Pangan Remaja Usia 13-18 Tahun Di Indoensia.

PENGEMBANGAN INDEKS GIZI SEIMBANG UNTUK
MENILAI KUALITAS KONSUMSI PANGAN REMAJA USIA
13-18 TAHUN DI INDONESIA

RAHMAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Pengembangan Indeks
Gizi Seimbang untuk Menilai Kualitas Konsumsi Pangan Remaja Usia 13-18
Tahun di Indonesia” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

Rahmawati
NIM I15113018

RINGKASAN

RAHMAWATI. Pengembangan Indeks Gizi Seimbang untuk Menilai Kualitas
Konsumsi Pangan Remaja Usia 13-18 Tahun di Indoensia. Dibimbing oleh
HARDINSYAH dan KATRIN ROOSITA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Indeks Gizi Seimbang
(IGS) bagi remaja Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2010. Secara khusus
penelitian ini bertujuan menganalisis pola konsumsi pangan, mengembangkan
beberapa alternatif IGS, menguji validitas dari berbagai alternatif IGS dan
menentukan IGS terpilih, dan menganalisis hubungan antara karakteristik sosial
ekonomi remaja dengan IGS yang terpilih.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan design cross-sectional
survey. Penentuan validasi IGS menggunakan data konsumsi yang diperoleh dari

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010. Pengumpulan data konsumsi
pangan tersebut menggunakan metode recall 1x24 jam dalam bentuk electronic
file berupa entry data dan hasil pengolahan Riskesdas 2010. Penelitian
pengembangan IGS dilakukan di Bogor, Jawa Barat pada bulan September 2014Juni 2015. Jumlah subjek yang digunakan sebanyak 21183 remaja terdiri atas
11075 laki-laki dan 10108 perempuan berusia 13-18 tahun yang diperoleh dari
hasil penapisan sesuai kriteria ekslusi.
Pengembangan alternatif IGS yang dilakukan melalui beberapa tahapan,
yaitu (1) penentuan komponen penilaian pada IGS yang terdiri atas kelompok
pangan yang harus tercukupi (pangan karbohidrat, sayur, buah, lauk hewani
termasuk susu, dan lauk nabati) dan zat gizi yang perlu dibatasi terkait Penyakit
Tidak Menular (lemak total, lemak jenuh, gula tambahan, dan natrium)
berdasarkan Panduan Gizi Seimbang (PGS) tahun 2014, (2) sistem pemberian
nilai/skor IGS yang terdiri atas 2 cara yaitu penilaian secara kategori (tiga tingkat
(IGS3) dan empat tingkat (IGS4)) dan kontinyu (IGSK). IGS3 memiliki nilai 0, 5,
atau 10. IGS4 memiliki nilai 0, 7, 5, atau 10. IGSK memiliki rentang nilai 0
sampai 10 berdasarkan rumus perhitungan dari hasil persamaan linier, dan (3)
melakukan validasi IGS melalui uji korelasi antara berbagai alternatif IGS dengan
Mutu Gizi Pangan (MGP). MGP dari 15 zat gizi digunakan sebagai standar dalam
pengujian IGS diantaranya energi, protein, lemak, karbohidrat, air, vitamin A,
vitamin B1, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, kalsium, zat besi, fosfor,

natrium, dan zink. Terdapat 12 alternatif IGS yang dikembangkan yaitu, IGS3-50,
IGS3-60, IGS3-94, IGS3-104, IGS4-50, IGS4-60, IGS4-94, IGS4-104, IGSK-50,
IGSK-60, IGSK-94, dan IGSK-104.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok pangan yang
cenderung lebih tinggi dikonsumsi oleh remaja adalah pangan karbohidrat dengan
jumlah konsumsi sebesar 560.1 ± 248.5 g (99.9%), sementara konsumsi kelompok
pangan yang lain relatif masih rendah seperti lauk hewani, sayur, lauk nabati,
buah, dan susu dengan rata-rata konsumsi masing-masing sebesar 103.1 ± 99.2 g
(79.3%), 79.5 ± 100.2 g (62.7%), 38.6 ± 64.8 g (44.4%), 15.1 ± 53.3 g (15.4%),
dan 1.8 ± 7.5 g (6.7%). Asupan semua zat gizi, kecuali protein dan natrium, belum
memenuhi kebutuhan gizi per hari. Selain itu, dari perhitungan nilai MGP baik
remaja laki-laki maupun perempuan usia 13-18 tahun juga masih tergolong rendah

(47.7 ± 15.3). Sebanyak 12 alternatif IGS yang telah dikembangkan tersebut
semuanya menunjukkan korelasi yang signifikan terhadap nilai MGP remaja (r =
0.29-0.60). Terdapat 3 diantaranya yang terpilih untuk menilai kualitas konsumsi
pangan remaja, yaitu IGSK-60 (r = 0.60), IGS3-60 (r = 0.55), dan IGSK-104 (r =
0,44).
IGSK-60 adalah IGS yang paling valid, cocok digunakan untuk penelitian
kualitas konsumsi pangan remaja karena memiliki ketelitian yang tinggi dalam hal

perhitungan nilai tiap komponen pangan. IGS3-60 adalah IGS yang praktis dan
valid, cocok digunakan untuk memantau kualitas konsumsi pangan remaja dalam
kehidupan sehari-hari. IGSK-104 adalah IGS yang memiliki komponen paling
lengkap dan valid, cocok digunakan untuk keperluan penelitian tentang penyakit
degeneratif. IGSK-60, IGS3-60, dan IGSK-104 adalah instrumen penilaian
kualitas konsumsi pangan yang sangat cocok digunakan sesuai dengan PGS 2014
yang saat ini menjadi acuan konsumsi pangan masyarakat Indonesia.
Karakteristik sosial ekonomi remaja sebagian besar memiliki korelasi
positif signifikan pada nilai IGS, baik itu IGS3-60, IGSK-60, maupun IGSK-104
terutama pada pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah, serta status ekonomi
keluarga remaja. Pendidikan dan pekerjaan ayah dan ibu sejalan dengan status
ekonomi remaja. Artinya semakin tinggi pendidikan dan pekerjaan ayah dan ibu
remaja semakin tinggi pula tingkat pendapatan keluarga sehingga kualitas
konsumsi pangan remaja juga semakin baik. Studi selanjutnya diharapkan untuk
mengaplikasikan dan mengevaluasi kegunaan alternatif IGS dalam menilai
kualitas konsumsi pangan remaja.
Kata kunci: indeks gizi seimbang, mutu gizi pangan, remaja

SUMMARY


RAHMAWATI. Development of Balance Diet Indices to Assess Quality of Food
Consumption in Indonesian Adolescents Aged 13-18 Years Old. Supervised by
HARDINSYAH dan KATRIN ROOSITA
The study was aimed to develop the balanced diet indeces (BDI) for
Indonesian adolescent aged 13-18 years. The specific purposes of this study were
to analyze the pattern of food consumption, to develop several alternatives of
BDIs, and to test the validity of those various alternatives and select the most
appropriate BDI for Indonesian adolescents, to analyse correlation between the
socio-economic characteristics of adolescent with the BDI value.
This secondary data of Basic Health Research in 2010 was used, which
was designed trough a cross-sectional survey. The food consumption data was
created by 1x24 hours recall which was obtained in electronic file forms and
contained data entry and processing results. This study was conducted in Bogor,
West Java from September 2014 to June 2015. The number of subjects were
11679 adolescents, consisted of 6040 males and 5639 females at 13-18 years of
age. They were obtained from screening result according to exclusion criterias.
The development of BDI alternatives was conducted through several
stages, namely (1) determination of the components of the assessment on the BDI
consisted of the food groups that should be satisfied and aspects related to foods
should be limited to prevent non-communicable disease (NCDs) based on the

balance diet guidelines for Indonesians, (2) scoring system consisted of two ways
applied in the BDI, namely a categorical scoring system (three level (BDI3) and
four level (BD4)); and a continuous scoring system (BDIC), and (3) the validation
test by using Pearson correlation test between various BDI alternatives with
Nutrient Food Quality of the diet (NFQ). NFQ of 15 nutrients were used as
standard in BDI test, among them energy, protein, fat, carbohydrates, water,
vitamin A, vitamin B1, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, calcium, iron,
phosphorus, sodium, and zinc. All of 12 BDI alternatives which were successfully
developed, they were BDI3-50, BDI3-60, BDI3-94, BDI3-104, BDI4-50, BDI460, BDI4-94, BDI4-104, BDIC-50, BDIC-60, BDIC-94, and BDIC-104.
The results showed that the higest consumed group of food by adolescents
was carbohydrate source foods with 560.1 ± 248.5 g (99.9%). While, the
consumption of other food groups were still relatively low like animal protein,
vegetables, plant protein, fruits, and milk with an average consumption 103.1 ±
99.2 g (79.3%), 79.5 ± 100.2 g (62.7%), 38.6 ± 64.8 g (44.4%), 15.1 ± 53.3 g
(15.4%), and 1.8 ± 7.5 g (6.7%), respectively. The intake of all nutrients per day,
except protein and sodium, were not adequate. Furthermore, the calculation of
NFQ value both in male adolescents and female adolescents aged 13-18 years
were also still low (47.7 ± 15.3). The 12 BDI alternatives showed a significantly
correlation to the NFQ value of adolescents (r = 0.29-0.60). There were 3 of them
selected to assess the nutritional quality food of the diet in indonesian adolescents,

they were BDIC-60 (r = 0.60), BDI3-60 (r = 0.55), and BDIC-104 (r = 0.44).
BDIC-60 was the most valid BDI alternative, it was suitable in food
consumption quality for adolescent study because of the high accuracy in the

calculation of the value of each component of food. BDI3-60 was more practical
and valid, It was suitable for monitoring the quality of adolescent food
consumption in daily life. BDIC-104 has a complete component, it was suitable
for study on degenerative diseases. BDIC-60, BDI3-60, and BDIC-104 were
instruments to assess nutritional food quality of the diet which were very highly
suitable to be used in accordance with balance diet guidelines for Indonesians in
2014 which is now a reference for Indonesian people's food consumption.
The socio-economic characteristics of adolescents mostly had a significant
positive correlation on the BDI value, in BDI3-60, BDIC-60, and BDIC-104,
especially on education of father and mother, occupation of father and economic
status of adolescent. Education of father and mother, and occupation of father
were in line with the economic status of adolescent. The higher education of
father and mother, and occupation of father, then the hinger family income level,
so the quality of the adolescent’s food consumption is also high. Further study is
expected to apply and evaluate the alternative uses of BDI for assessing the
quality of the diet in adolescents.

Keywords: balanced diet indices, nutritional food quality, adolescents

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGEMBANGAN INDEKS GIZI SEIMBANG UNTUK
MENILAI KUALITAS KONSUMSI PANGAN REMAJA USIA
13-18 TAHUN DI INDONESIA

RAHMAWATI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains

pada
Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS

Judul

:

Nama Mahasiswa
NIM

:
:


Pengembangan Indeks Gizi Seimbang untuk
Menilai Kualitas Konsumsi Pangan Remaja Usia
13-18 Tahun di Indonesia
Rahmawati
I151130181

Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Hardinsyah, MS
Ketua

Dr Katrin Roosita, SP MSi
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Gizi Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana


Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian : 26 Agustus 2015

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengembangan
Indeks Gizi Seimbang untuk Menilai Kualitas Konsumsi Pangan Remaja Usia 1318 Tahun di Indonesia”. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi dan memperoleh gelas magister (S2) pada Program Studi
Ilmu Gizi Masyarakat, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang
tinggi kepada Prof Dr Ir Hardinsyah MS dan Dr Katrin Roosita, SP MSi selaku
pembimbing yang selalu sabar memberikan arahan, masukan, dan dorongan yang
membangun untuk menyelesaikan tesis ini. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada Prof Dr Ir Ikeu Tanziha MS selaku penguji luar komisi atas saran
perbaikan yang diberikan dalam penyusunan tesis ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI yang telah memberikan izin untuk menggunakan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Terima kasih juga diucapkan kepada
Direktorat Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah
memberikan beasiswa program pascasarjana kepada penulis. Rasa terima kasih
yang tulus dan penuh kasih sayang juga penulis ucapkan kepada suami tercinta,
ibu, adik, keluarga besar, dan teman seperjuangan penulis di Pascasarjana Gizi
Masyarakat IPB angkatan 2013, serta pihak-pihak lain atas doa, dukungan, dan
semangatnya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
Terkhusus anakku Yumna Adzkia Bahri, terima kasih telah sabar mendampingi
ibu tiap beraktivitas ke kampus, semoga kelak menjadi anak soleha yang cerdas
dan membawa berkah untuk sesama.
Penulis menyadari penulisan tesis ini masih jauh dari kata sempurna.
Semoga karya ilmiah tesis ini membawa manfaat.

Bogor, Oktober 2015

Rahmawati

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
2 TINJAUAN PUSTAKA
Remaja
Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Makan Remaja
Kecukupan Gizi untuk Remaja
Pedoman Gizi Seimbang Indonesia
Penilaian Konsumsi Pangan
Mutu Gizi Pangan (MGP)
Pola Pangan Harapan (PPH)
Healty Eating Index (HEI)
3 KERANGKA PEMIKIRAN
4 METODE
Desain, Tempat, dan Waktu
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Kebutuhan energi dan zat gizi makro
Kebutuhan zat gizi mikro
Asupan zat gizi dan tingkat kecukupan zat gizi
Perhitungan Mutu Gizi Pangan (MGP)
Pengembangan Indeks Gizi Seimbang (IGS)
Definisi Operasional
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteritik Sosial Ekonomi Remaja
Pola Konsumsi Pangan Remaja
Alternatif Indeks Gizi Seimbang (IGS)
Pengujian Validitas Alternatif IGS Terhadap MGP Remaja
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

i
iii
iii
1
1
3
3
4
4
5
6
6
8
8
9
10
18
20
20
20
21
22
23
25
26
26
27
34
36
36
37
42
48
58
58
58
59
63
84

ii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

Bobot setiap kelompok pangan di PPH
Komponen dan penilaian dalan HEI 1995
Komponen dan penilaian dalam HEI 2005
Komponen dan penilaian dalam HEI 2010
Komponen Aust-HEI dan skor masing-masing komponen
Komponen dan penilaian dalam THEI
Komponen dan kriteria penilaian IGS tiga tingkat (IGS3) wanita dewasa
Komponen dan kriteria penilaian IGS empat tingkat (IGS4) wanita dewasa
Jenis dan cara pengumpulan data
Perhitungan kebutuhan energi menurut usia dan jenis kelamin
Perhitungan kebutuhan protein remaja berdasarkan usia dan jenis kelamin
Kebutuhan air subjek menurut berat badan
Angka kecukupan gizi mikro remaja usia 13-18 tahun
Alternatif Indeks Gizi Seimbang (IGS)
Penilaian IGS berdasarkan 3 tingkat (IGS3) remaja usia 13-18 tahun
Penilaian IGS berdasarkan 4 tingkat (IGS3) remaja usia 13-18 tahun
Penilaian IGS berdasarkan nilai kontinyu (IGSK) remaja usia 13-18 tahun
Sebaran karakteristik sosial ekonomi remaja usia 13-18 tahun
Rataan, dan standar deviasi (gram), serta tingkat partisipasi (%) konsumsi
kelompok pangan remaja usia 13-18 tahun
Rataan dan standar deviasi asupan gizi remaja usia 13-18 tahun
Rataan dan standar deviasi nilai MGP remaja usia 13-18 tahun
Rataan dan standar deviasi nilai IGS3-50 remaja usia 13-18 tahun
Rataan dan standar deviasi nilai IGS3-60 remaja usia 13-18 tahun
Rataan dan standar deviasi nilai IGS3-94 remaja usia 13-18 tahun
Rataan dan standar deviasi nilai IGS3-104 remaja usia 13-18 tahun
Rataan dan standar deviasi nilai IGS4-50 remaja usia 13-18 tahun
Rataan dan standar deviasi nilai IGS4-60 remaja usia 13-18 tahun
Rataan dan standar deviasi nilai IGS4-94 remaja usia 13-18 tahun
Rataan dan standar deviasi nilai IGS4-104 remaja usia 13-18 tahun
Rataan dan standar deviasi nilai IGSK-50 remaja usia 13-18 tahun
Rataan dan standar deviasi nilai IGSK-60 remaja usia 13-18 tahun
Rataan dan standar deviasi nilai IGSK-94 remaja usia 13-18 tahun
Rataan dan standar deviasi nilai IGSK-104 remaja usia 13-18 tahun
Hasil uji korelasi Pearson antara IGS dan MGP
Komponen dan kriteria penilaian IGSK-60 remaja usia 13-15 tahun
Komponen kriteria penilaian IGS3-60 remaja usia 13-15 tahun
Komponen dan kriteria penilaian IGSK-104 remaja usia 13-15 tahun
Kategori kualitas konsumsi pangan remaja dengan nilai MGP
Kategori kualitas konsumsi pangan remaja dengan nilai IGS
Kualitas konsumsi pangan berdasarkan nilai MGP remaja usia 13-18 tahun
Kualitas konsumsi pangan berdasarkan nilai IGSK-60 remaja usia 13-18 tahun
Kualitas konsumsi pangan berdasarkan nilai IGS3-60 remaja usia 13-18 tahun
Kualitas konsumsi pangan berdasarkan nilai IGSK-104 remaja usia 13-18 tahun
Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik dengan nilai MGP, IGSK60, IGS3-60, dan IGSK-104 usia 13-18 tahun

10
11
12
12
13
15
15
16
21
23
25
25
26
31
32
33
33
36
38
40
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
49
49
50
51
52
53
53
53
54
54
55

iii

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Kerangka pemikiran penelitian pengembangan Indeks Gizi Seimbang
remaja
Alur proses penapisan (cleaning data) remaja usia 13-18 tahun
Kurva persamaan garis linier antara porsi konsumsi buah dengan nilai IGS
buah untuk remaja laki-laki usia 13-15 tahun
Persentase tingkat kecukupan gizi remaja usia 13-18 tahun

19
21
31
41

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Cara pengumpulan data karakteristik dan antropometri oleh tim Riskesdas
2010
Cara pengumpulan data asupan pangan oleh tim Riskesdas 2010
Hasil perhitungan menu kelompok pangan sehari untuk remaja usia 13-18
tahun sesuai pembatasan porsi pangan karbohidrat
Hasil perhitungan estimasi kebutuhan energi remaja usia 13-18 tahun
berdasarkan aktivitas fisik (PA)
Kriteria penilaian alternatif IGS yang dikembangkan untuk remaja usia 1318 tahun
Rataan dan standar deviasi konsumsi kelompok pangan dan zat gizi remaja
usia 13-18 tahun
Uji beda independent samples t-test variabel menurut jenis kelamin
Uji beda independent samples t-test variabel kelompok usia
Tingkat kecukupan energi dan zat gizi (%) remaja usia 13-18 tahun
Uji beda independent samples t-test variabel berdasarkan daerah perdesaan
dan perkotaan

63
64
65
71
72
80
81
82
83
83

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke dewasa yang pada
umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan
tahun atau awal dua puluhan tahun. Remaja pada masa ini mengalami berbagai
perubahan baik secara biologis, intelektual, psikososial, maupun ekonomi (Papalia
et al. 2007). Perubahan tersebut menyebabkan remaja rentan terhadap masalah
gizi karena adanya pola konsumsi pangan remaja yang ikut berubah (Savige et al.
2007) sehingga perlu perhatiankhusus karena pengaruhnya yang besar tidak
hanya untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya, tetapi juga untuk
kesehatan saat ini dan masa depan remaja (Lietz et al. 2002).
Masalah gizi remaja di Indonesia saat ini merupakan masalah gizi ganda
(double burden of malnutrition) yaitu gizi kurang dan gizi lebih dengan berbagai
risiko penyakit yang ditimbulkan. Hasil analisis Riskesdas di Indonesia
menunjukkan bahwa prevalensi remaja kurususia 13-15 tahun pada tahun 2010
sebesar 10.1% dan naik menjadi 11.1% pada tahun 2013, prevalensi remaja
gemuk dengan usia yang sama juga mengalami peningkatan yaitu dari 2.5% pada
tahun 2010 menjadi 10.8% pada tahun 2013. Remaja kelompok usia 16-18 tahun
juga mengalami hal yang serupa, prevalensi kurus sebanyak 8.9% pada tahun
2010 dan naik menjadi 9.4% pada tahun 2013, prevalensi remaja gemukdengan
usia yang sama juga naik menjadi 7.3% pada tahun 2013 dari sebelumnya 1.4%
pada tahun 2010. Prevalensi hipertensi dan anemia juga mulai banyak dijumpai
dikisaran usia remaja yaitu diatas 15 tahun, masing-masing 8.3% pada tahun 2007
dan 18.4% pada tahun 2013 (Kemenkes 2007; 2010; 2013).
Salah satu faktor pemicu terjadinya permasalahan gizi remaja adalah
rendahnya jumlah dan kualitas konsumsi pangan. Hal tersebut biasanya
disebabkan karena adanya kebiasaan makan yang tidak sehat seperti melewatkan
waktu makan, mengurangi ataumelebihkan konsumsi makan, konsumsi makanan
cepat saji (fast food) dan snack, serta konsumsi makanan tidak memenuhi
rekomendasi diet, yang semuanya dapat menurunkan kualitas konsumsi
pangannya (Wortington-Robert 2000; Savige et al. 2007; Tek et al. 2011).
Padahal, kualitas konsumsi pangan yang baik adalah faktor utama bagi kesehatan
dan kesejahteraan remaja (USDA 2013). Hal ini menunjukkan bahwa masalah
gizi pada remaja perlu dicegah dan ditangani dengan cara memperbaiki jumlah
dan kualitas konsumsi pangannya melalui promosi, pendidikan, dan penyuluhan
gizi dan kesehatan (Khatib 2004; Kemenkes 2014).
Kemenkes Indonesia sebenarnya telah lama mengupayakan pencegahan
dan perbaikan gizi dengan menerbitkan pedoman gizi. Pedoman Gizi Seimbang
(PGS) tahun 2014 merupakan penyempurnaan Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS) tahun 1995, berisi pedoman diet sehat bagi semua kelompok usia
termasuk remaja. PGS tersebut mengandung 10 pesan gizi seimbang, salah satu
pesan penting yang disampaikan adalah “syukuri dan nikmati keanekaragaman
makanan”. Keanekaragaman makanan yang dimaksud adalah memvariasikan
pangan yang dikonsumsi, sehingga tidak berfokus pada satu jenis pangan saja

2

(Kemenkes 2014). Meskipun demikian, masyarakat Indonesia belum sepenuhnya
menerapkan pedoman tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Instrumen (alat ukur) yang digunakan untuk memudahkan menilai
kesesuaian konsumsi pangan terhadap anjuran PGS Indonesia sampai saat ini
belum dikembangkan. Sementara, negara lain telah lama mengembangkan indeks
penilaian kualitas konsumsi pangan yang disesuaikan dengan dietary guidelines
(pedoman makan) yang ada di negara masing-masing. Negara Amerika yang awal
mengembangkan indeks penilaian tersebut pada tahun 1995 melalui Center for
Nutrition Policy and Promotion USDA dengan nama Healthy Eating Index (HEI).
Amerika kemudian melakukan perbaikan HEI pada tahun 2005 sejalan dengan
The 2005 Dietary Guidelines for Americans. Perbedaan dengan HEI Amerika
yang dikembangkan sebelumnya ada pada jenis kelompok pangan serta cara
penilaian yang berdasarkan densitas energi. Pedoman makan HEI-2005
selanjutnya diperbaharui menjadi HEI-2010 yang beberapa komponen dari HEI2005 masih tetap digunakan (Guenther et al. 2007; 2013).
Australian Institute of Health and Welfare (AIHW) di tahun 2007 juga
telah mengembangkan Aust-HEI yang berfokus pada pilihan makanan sehat dan
perilaku terkait dengan penyakit kronis, terdiri atas 7 komponen (keragaman,
pilihan makanan sehat, konsumsi buah, konsumsi sayur, susu rendah lemak,
daging rendah lemak, dan konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, serta rendah zat
gizi lain). Sementara itu, Taechangam et al. (2008) di Thailand telah
mengembangkan The Healthy Eating Index for Thais (THEI) yang terdiri atas 11
komponen (karbohidrat, sayur, buah, susu, daging, lemak total, lemak jenuh, gula
tambahan, kolesterol, sodium, dan keragaman makanan).
Penilaian kualitas konsumsi pangan di Indonesia sebenarnya sudah lama
dikembangkan oleh Hardinsyah (1998), berupa penilaian mutu gizi makanan
(MGM) bagi ibu hamil dan anak batita dalam skala kecil di Bogor. Kemudian
Amrin et al. (2013) dan Perdana et al. (2014) telah mengembangkan menjadi
instrumen HEI bagi pria dan wanita dewasa Indonesia yang disebut Indeks Gizi
Seimbang (IGS). Pengembangan IGS tersebut dilakukan berdasarkan kesesuaian
acuan dari PUGS dan tumpeng pedoman gizi seimbang di Indonesia pada saat itu.
Kedua peneliti tersebut mengembangkan 10 alternatif IGS. Standar yang
digunakan untuk validasi alternatif IGS tersebut adalah nilai Mutu Gizi Pangan
(MGP) yang dihitung berdasarkan tingkat kecukupan dari beberapa zat gizi yang
diperoleh dari data konsumsi pangan dan asupan gizi hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas 2010) yang digunakan sebagai standar dalam pengujian validitasnya.
Sampai saat ini, belum ada pengembangan suatu indeks berdasarkan data
konsumsi pangan remaja berskala nasional untuk menilai kesesuaian konsumsi
pangan remaja terhadap anjuran porsi makan yang ada pada PGS 2014.
Oleh karena itu, informasi ini dapat menjadi dasar untuk menentukan
strategi dalam menilai pemenuhan kebutuhan gizi remaja di Indonesia dengan
melihat kualitas konsumsi pangan secara praktis melalui pengembangan IGS yang
disesuaikan dengan PGS 2014.

3

Tujuan
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan Indeks Gizi
Seimbang ramaja (usia 13-18 tahun) di Indonesia berdasarkan data Riskesdas
2010. Secara khusus penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis pola konsumsi
pangan remaja di Indonesia; (2) Mengembangkan beberapa alternatif IGS untuk
remaja di Indonesia; (3) Menguji validitas dari berbagai alternatif IGS dan
menentukan IGS terpilih untuk remaja di Indonesia; dan (4) Menganalisis
hubungan antara karakteristik sosial ekonomi remaja dengan IGS yang terpilih.

Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan sebagai bahan
masukan dalam pemantauan perubahan pola konsumsi pangan dengan
menggunakan Indeks Gizi Seimbang sebagai salah satu instrumen yang praktis
untuk menilai kualitas konsumsi pangan secara keseluruhan, khususnya pada
remaja usia 13-18 tahun di Indonesia.

4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Remaja
Istilah remaja yaitu adolescence berasal dari kata adolescere yang berarti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock 1994). Banyak para ahli
mengemukakan berbagai pendapat mengenai batasan usia remaja, Rice dan
Dolgin (2002) membedakan masa remaja menjadi remaja awal (11-14 tahun) dan
masa remaja tengah (15-19 tahun), Steinberg (2002) mengategorikan sebagai
remaja awal (10-13 tahun), remaja tengah (14-18 tahun), dan remaja akhir (19-22
tahun). Sementara Papalia et al. (2007) mangatakan bahwa masa remaja dimulai
pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal
dua puluhan tahun. Remaja merupakan periode transisi yang mengalami berbagai
perubahan baik secara biologis, intelektual, psikososial, maupun ekonomi. Pada
periode ini terjadi kematangan fisik dan seksual, peningkatan kemampuan dan
mampu membuat suatu keputusan.
Pertumbuhan cepat, perubahan emosional dan perubahan sosial merupakan
ciri yang spesifik pada usia remaja. Segala sesuatunya cepat berubah, dan untuk
mengantisipasi perubahan-perubahan ini, makanan sehari-hari menjadi sangat
penting karena asupan makanan remaja berpengaruh pada status gizinya.
Riskesdas (2013) membagi status gizi remaja sesuai kelompok umur yang
dikelompokkan menjadi remaja umur 13-15 tahun dan 16-18 tahun.

Masalah Gizi Remaja Indonesia
Masalah gizi remaja di Indonesia saat ini merupakan masalah ganda yang
harus diperhatikan karena pengaruhnya yang besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi saat dewasa. Anemia
defisiensi besi, kelebihan dan kekurangan berat badan pada saat dewasa adalah
masalah gizi yang sering terjadi dan merupakan kelanjutan dari masalah pada usia
remaja (Arisman 2004). Salah satu faktor pemicu terjadinya permasalahan gizi
remaja adalah rendahnya jumlah dan mutu konsumsi pangan. Hasil Riskesdas
2010 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia mengkonsumsi energi dibawah
kebutuhan minimal (lebih rendah dari 70%) yaitu 40.6% dan proporsi defisit
energi