Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Remaja Usia 13-18 Tahun di Indonesia

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI
SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH)
PADA REMAJA USIA 13-18 TAHUN DI INDONESIA

LATIVA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Konsumsi Pangan dan
Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Remaja Usia 13-18 Tahun di
Indonesia ” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Lativa
NIM I14090028

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
LATIVA. Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
pada Remaja Usia 13-18 Tahun di Indonesia. Dibimbing oleh HARDINSYAH.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai konsumsi pangan, Mutu
Gizi Konsumsi Pangan (MGP), skor PPH, dan korelasi antara nilai PPH dengan
MGP remaja berusia 13-18 tahun. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data
Riskesdas 2010. Data konsumsi Riskesdas 2010 dikumpulkan dengan
menggunakan metode recall 24 jam. Kriteria inklusi dan eksklusi sabjek akhir
untuk penelitian ini adalah 22064 (11324 laki-laki dan 10740 perempuan). Skor

PPH tersebut dihitung berdasarkan sistem penilaian PPH yang digunakan oleh
Departemen Pertanian. Sebagian besar subjek mengkonsumsi padi-padian(99.6%)
dan paling kecil biji berminyak (2.1%). Sebagian besar subjek memiliki energi,
lemak, karbohidrat, air, kalsium, fosfor, seng, vitamin A, vitamin B9, vitamin C
tergolong defisit.Rata-rata skor PPH remaja adalah 64.4 ± 17.5 (61.4 ± 16.9 untuk
laki-laki dan 67.4 ± 18.2 untuk anak perempuan). Rata-rata dari MGP remaja
adalah 62.0 ± 25.9 (62.5 ± 25.8 untuk laki-laki dan 61.5 ± 26.1 untuk perempuan).
Korelasi antara skor PPH dengan masing-masing MGP ditemukan (0.56-0.62),
menunjukkan bahwa sistem penilaian PPH saat ini dapat digunakan untuk menilai
keragaman dan mutu gizi konsumsi pangan remaja.
Kata kunci: konsumsi pangan, pola pangan harapan, mutu gizi pangan, remaja

ABSTRACT
LATIVA. Food Consumption, Nutrient Intake, and Desirable Dietary Pattern
Score of Adolescence 13-18 Years Old in Indonesia. Supervised by
HARDINSYAH.
The objectives of this study were to assess food and nutrient intake, NDQ,
DDP score, and the correlation between DDP score and NDQ of adolescence
aged 13-18 years. This research was carried out through analyzing a data set of
basic health research (Riskesdas) 2010 from Ministry of Health. The Riskesdas

2010 food intake data were collected using 24-hr recall method. After applying
inclusive and exclusice criterias the final subjects for this study were 22064
(11324 boys and 10740 girls ). The DDP were calculated based on the current
DDP scoring system used by Ministry of Agriculture. The results showed that
samples were most likely eat cereals (99,6%) and least likely eat oily seeds
(2.1%). Most of subject having energy, fat, carbohydrate, water, calcium,
phosphor, zinc, vitamin A, vitamin B9, vitamin C were deficit. The mean DDP
score of the adolescence was 64.4±17.5 (61.4±16.9 for boys and 67.4±18.2 for
girls) the mean NDQ of the adolescence was 62.0±25.9 (62.5±25.8 for boys and
61.5±26.1 for girls). High correlation between DDP score and each of NDQ was
found (0.56-0.62), which implies that the current DDP scoring system can be to
evaluate dietary diversity and nutritional quality of adolescence diet.
Keywords: food consumption, desirable dietary pattern, nutritional quality of
diets, adolescence

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI,
SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH)
PADA REMAJA USIA 13-18 TAHUN DI INDONESIA

LATIVA


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

LEMBAR PENGESAHAN
]uduJ
Nama
NIM

: Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Po1a Pangan Harapan (PPH)
pada Remaja Usia 13-18 Tahun di Indonesia

: Lativa
: 114090028

Disetujui oleh

Prof Dr Ir1:svah MS
Dosen Pembimbing

Tangga1 Lulus:

2 3 OCT 2013

LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama
NIM

: Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
pada Remaja Usia 13-18 Tahun di Indonesia
: Lativa

: I14090028

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Hardinsyah MS
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Budi Setiawan MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga penulisan skripsi berjudul “Konsumsi Pangan dan Gizi
serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Remaja Usia 13-18 Tahun di
Indonesia”sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana (S1) Gizi di
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian

Bogor, dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan dari banyak
pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Hardinsyah MS
selaku dosen pembimbing akademik dan skripsi yang dengan penuh kesabaran
senantiasa meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan bimbingan, arahan,
dorongan, saran, dan semangat untuk menyelesaikan skripsi. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Bapak Dr Ir Dodik Briawan MCN selaku dosen pemandu seminar
sekaligus dosen penguji sidang yang telah memberikan semangat, masukan, kritik,
dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Orang tua, kakak-kakak, dan
keluarga besar yang selalu mendoakan penulis, memberikan semangat, motivasi,
dan dukungan baik moril maupun materi selama masa pendidikan.Di samping itu,
terima kasih penulis sampaikan kepada Badan Penelitian Pengembangan
Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI yang telah mengijinkan penulis
menggunakan data hasil survei Riskesdas 2010. Terima kasih kepada temanteman sesama tim penelitian Karina, Teguh dan Khoirul, serta sahabat dan teman
terdekat Sarah, Weni, Ibet, Nisa, Evi, kak Giway, kak Triko, kak Fachrudin, kak
Nazhif, mba Mali serta teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 46 atas semua
saran, motivasi, bantuan, dan dukungannya selama ini.Teman-teman seperjuangan
Kost “Bara IV 105” Srividola, Chintia, Desca, Mela, Rafika, dan Anggi yang
senantiasa ada di saat senang dan susah serta telah menjadi keluarga selama kita

kuliah bersamaserta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.

Bogor, Oktober 2013
Lativa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii


PENDAHULUAN

1

KERANGKA PEMIKIRAN

3

METODE

5

Desain, Waktu, dan Tempat

5

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

5


Jenis dan Cara Pengumpulan Data

6

Pengolahan dan Analisis Data

7

Definisi Operasional

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

15

Karakteristik Sosial Ekonomi

15


Konsumsi Pangan

19

Asupan Zat Gizi dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi

20

Mutu Gizi Konsumsi Pangan dan Skor Pola Pangan Harapan

22

Hubungan antara Tingkat kecukupan Zat Gizi dengan Skor PPH dan MGP

27

SIMPULAN DAN SARAN

31

Simpulan

31

Saran

31

DAFTAR PUSTAKA

32

RIWAYAT HIDUP

57

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10

11
12
13
14
15
16
17

Cara pengumpulan data Riskesdas 2010
Perhitungan kebutuhan energi menurut usia dan jenis kelamin
Perhitungan kebutuhan protein berdasarkan usia dan jenis
kelamin
Angka kecukupan gizi remaja usia 13-18 tahun
Susunan Pola Pangan Harapan (PPH) berdasarkan Deptan 2001
Sebaran remaja usia 13-18 tahun menurut jenis kelamin dan
sosial ekonomi
Sebaran remaja usia 13-15 tahun menurut jenis kelamin dan
sosial ekonomi
Sebaran remaja usia 16-18 tahun menurut jenis kelamin dan
sosial ekonomi
Rata-rata, standar deviasi (median) dan tingkat partisipasi
konsumsi pangan remaja menurut jenis kelamin, usia dan
kelompok pangan
Rata-rata dan standar deviasi asupan gizi, (rata-rata) dan median
persentase pemenuhan kebutuhan gizi remaja menurut jenis
kelamin dan usia
Rata-rata mutu gizi pangan remaja menurut jenis kelamin, usia
dan kategori mutu gizi pangan
Rata-rata skor PPH remaja usia 13-18 tahun menurut jenis
kelamin dan kelompok pangan
Rata-rata skor PPH remaja usia 13-15 tahun menurut jenis
kelamin dan kelompok pangan
Rata-rata skor PPH remaja usia 16-18 tahun menurut jenis
kelamin dan kelompok pangan
Uji korelasi spearman hubungan skor Pola Pangan Harapan dan
mutu gizi pangan dengan tingkat kecukupan gizi
Sebaran remaja usia 13-18 tahun menurut kategori mutu gizi
konsumsi pangan dan pola pangan harapan
Hasil regresi logistik faktor mutu gizi konsumsi pangan dari 14
zat gizi remaja usia 13-18 tahun

6
8
9
10
13
15
16
18

20

22
23
25
26
27
28
29
30

DAFTAR GAMBAR
1

Kerangka pemikiran mutu gizi pangan dan skor Pola Pangan Harapan
(PPH) remaja di Indonesia
2 Alur memperoleh jumlah subjek yang digunakan

4
6

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Cara pengumpulan data karakteristik dan antropometri oleh tim
Riskesdas 2010
Cara pengumpulan data asupan pangan oleh tim Riskesdas 2010

35
36

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Rata-rata (median) berat badan dan tinggi badan usia remaja 13 -18
tahun menurut karakteristik sosial ekonomi dan jenis kelamin
Sebaran dan rata-rata (median) konsumsi pangan menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
Rata-rata ( median) konsumsi energi menurut 9 kelompok pangan,
jenis kelamin dan kelompok usia
Rata-rata ( median ) konsumsi protein menurut 9 kelompok pangan,
jenis kelamin dan kelompok usia
Rata-rata ( median ) konsumsi lemak menurut 9 kelompok pangan,
jenis kelamin dan kelompok usia
Rata-rata ( median ) konsumsi karbohidrat menurut 9 kelompok
pangan, jenis kelamin dan kelompok usia
Rata-rata ( median ) konsumsi kalsium menurut 9 kelompok pangan,
jenis kelamin dan kelompok usia
Rata-rata ( median ) konsumsi fosfor menurut 9 kelompok pangan,
jenis kelamin dan kelompok usia
Rata-rata ( median ) konsumsi Besi menurut 9 kelompok pangan,
jenis kelamin dan kelompok usia
Rata-rata ( median ) konsumsi Vitamin A menurut 9 kelompok
pangan, jenis kelamin dan kelompok usia
Rata-rata ( median ) konsumsi Vitamin B1 menurut 9 kelompok
pangan, jenis kelamin dan kelompok usia
Rata-rata ( median ) konsumsi Vitamin B9 menurut 9 kelompok
pangan, jenis kelamin dan kelompok usia
Rata-rata ( median ) konsumsi Vitamin B12 menurut 9 kelompok
pangan, jenis kelamin dan kelompok usia
Rata-rata ( median ) konsumsi Vitamin C menurut 9 kelompok
pangan, jenis kelamin dan kelompok usia
Rata-rata ( median ) konsumsi air menurut 9 kelompok pangan,
jenis kelamin dan kelompok usia
Rata-rata ( median ) konsumsi Zn menurut 9 kelompok pangan,
jenis kelamin dan kelompok usia
Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) energi menurut
9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) protein
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) lemak menurut
9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) karbohidrat
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) kalsium
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) fosfor menurut
9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) fosfor menurut
9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) zink menurut
9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia

37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48

27 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) air menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
28 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin A
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
29 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin B1
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
30 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin B9
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
31 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin B9
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
32 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin B9
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
33 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin B9
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
34 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) zat gizi
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
35 Uji beda independent samples t-test variabel menurut jenis kelamin
36 Uji beda independent samples t-test variabel menurut kelompok usia
37 Persentase kategori tingkat kecukupan zat gizi pada remaja usia
13-18 tahun

49
49
50
50
51
51
52
52
53
54
55

PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan
sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik
yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti
empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik,
dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.
Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi
pangan. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan,
faktor sosial-ekonomi, budaya dan politik.
Situasi ketahanan pangan di Indonesia dari sisi konsumsi masih belum
tahan pangan berdasarkan data konsumsi yang diperoleh dari data Susenas tahun
2002 (padi-padian 56.3%, umbi-umbian 3.9%, pangan hewani 7.7%, minyak dan
lemak 9.5%, buah/biji berminyak 2.9%, kacang-kacangan 4.9%, gula 5.5%, sayur
dan buah 4.0%, dan lain-lain 2.1%). Situasi belum tahan pangan dapat ditinjau
dari sisi komposisi antar kelompok pangan yang belum sesuai dengan ketetapan
nasional yaitu terlalu tingginya konsumsi beras dan rendahnya konsumsi pangan
hewani serta sayur dan buah . Hasil Riskesdas 2010 menunjukan 40.6% penduduk
Indonesia mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal (kurang dari 70%
dari Angka Kecukupan Gizi) yang dianjurkan tahun 2004.Penduduk yang
mengonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 80% dari angka
kecukupan bagi orang Indonesia) adalah sebanyak 37%. Masalah konsumsi energi
dan protein dibawah kebutuhan minimal terjadi pada semua kelompok umur yaitu
24.4% pada Balita, 41.2% pada anak usia sekolah, 54.5% pada remaja, 40.2%
pada dewasa, serta 44.2% pada ibu hamil (Balitbangkes 2011).
Skor PPH sudah lama dianjurkan oleh FAO-RAPA untuk digunakan menilai
mutu gizi dan keragaman konsumsi pangan penduduk di suatu negara atau
wilayah. FAO-RAPA (1989) mendefenisikan Pola Pangan Harapan (PPH) adalah
komposisi kelompok pangan utama yang sesuai dengan daya terima yang bila
dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya. Aspek
penilaian situasi konsumsi pangan , PPH akan dijadikan sebagai basis untuk
menentukan seberapa senjang pola konsumsi pangan penduduk di suatu wilayah
dengan pola konsumsi yang diharapkan atau dianjurkan yang terdiri dari
kombinasi aneka ragam pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan sesuai
citarasa (FAO-RAPA 1989). Awalnya Pola Pangan Harapan dikembangkan untuk
kawasan Asia Pasifik berdasarkandata Pola Pangan (pola ketersediaan pangan)
dari Neraca Bahan Makanan, karena data inilah yang mudah tersedia secara
berkala setiap tahun, namun saat ini Pola Pangan Harapan (PPH) digunakan untuk
mengetahui kondisi kualitas konsumsi pangan rumah tangga, salah satunya
dengan menggunakan data Susenas (hasil Survey Sosial Ekonomi Nasionalpublikasi BPS) (Hardinsyah et al 2001).
Gambaran situasi konsumsi nasional tahun 2011 berdasarkan hasil Susenas
menunjukkan belum terpenuhinya tingkat konsumsi pangan baik dari sisi jumlah
maupun mutu konsumsi, dilihat dari konsumsi energi nasional baru mencapai
1952 kkal/kap/hari, dan skor PPH sebesar 77.3. Kondisi ini masih jauh dari
standar yang diharapkan yaitu 2000 kkal/kap/hari (skor PPH 100). Dalam kondisi
dua tahun terakhir ini skor pola pangan harapan cenderung mengalami penurunan.

2
Kondisi penurunan skor PPH terjadi sangat tajam pada periode tahun 2008-2009
yaitu menurun sebesar 6,2 poin dari skor PPH 81.9 pada tahun 2008 menjadi 75.5
pada tahun 2009 (BPS 2011).
Pada umumnya telah diketahui bahwa enam kelompok zat gizi yang esensial
diperlukan oleh tubuh adalah protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin, dan
mineral.Tubuh akan memperoleh energi dari tiga zat gizi pertama tersebut
sehingga manusia mampu mempertahankan kerja alat-alat tubuh dan melakukan
kegiatan fisik sehari-hari. Berbagai zat gizi ini dapat disediakan oleh beragam
pangan yang di konsumsi . Sejumlah golongan bahan makanan yang tersusun
secara seimbang akan mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Hal ini lebih
sederhana tanpa menghitung semua zat gizi cukup energi dari 9 kelompok pangan,
dapat menghasilkan satu skor atau indeks (Hardinsyah et al 2001).
Perhitungan skor PPH selama ini menggunakan data ketersedian pangan
NBM dan konsumsi rumahtangga Susenas (BPS), belum pernah dilakuan untuk
penilaian mutu konsumsi pangan individu. Selama ini penilaian konsumsi gizi
individu dengan menghitung kecukupan gizi setiap zat gizi, dan ini lebih rumit
karena perlu menghitung masing-masing zat gizi dan tidak dapat diinterpretasikan
berupa satu indeks atau skor. Karena itu penelitian ini fokus pada menguji apakah
sistim skor PPH dapat digunakan pada individu, khususnya remaja penting sekali
untuk diperhatikan. Masa ini terjadi perubahan secara fisik, mental maupun sosial.
Perubahan ini perlu ditunjang oleh kebutuhan makanan (zat-zat gizi) yang tepat
dan memadai, karena masa remaja merupakan masa rawan gizi. Sementara
mereka tidak tahu bagaimana cara memenuhi kebutuhan gizi dengan
mengkonsumsi makanan yang beragam serta bermutu tinggi akibat pola makan
yang salah.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai konsumsi pangan, mutu gizi pangan
dan skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada remaja usia 13 -18 tahun di Indonesia
dengan tujuan khususnya adalah (1) menganalisis pola konsumsi dan mutu gizi
pangan pada remaja usia 13 -18 tahun di Indonesia; (2) menganalisis skor Pola
Pangan Harapan (PPH) pada remaja usia 13 -18 tahun di Indonesia; (3)
menganalisis skor Pola Pangan Harapan(PPH) pada remaja usia 13 – 18 tahun
dan hubungannya dengan mutu gizi konsumsi pangan di Indonesia .
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola
konsumsi dan mutu gizi konsumsi pangan yang tinggi pada remaja usia 13 – 18
tahun serta skor Pola Pangan Harapan(PPH) dan hubungannya dengan mutu gizi
konsumsi pangan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi dan
evaluasi bagi remaja untuk memperhatikan pola konsumsi pangan dan kebutuhan
gizi yang seimbang dalam memenuhi kecukupan gizi. Selain itu, hasil dari
penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai referensi untuk penelitian lebih
lanjut.

3

KERANGKA PEMIKIRAN
Karakteristik individu seperti umur, jenis makanan, pengetahuan gizi dan
kebutuhan gizi. Apabila individu mengkonsumsi jenis makanan beragam akan
berpengaruh terhadap skor PPH, pola konsumsi dan mutu gizi konsumsi pangan
yang tinggi tetapi mereka juga dapat mempengaruhi pengembangan konsumsi
pangan dan identifikasi faktor-faktor internal yang mempengaruhi pola konsumsi
pada remaja. Pola konsumsi, status infeksi (UNICEF 1998) setiap individu dapat
juga mempengaruhi status gizi . Konsumsi zat gizi yang cukup sesuai dengan
angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk setiap individu akan mengakibatkan
status gizi yang baik pada seseorang. Konsumsi yang terpenuhi untuk kebutuhan
tubuhnya dapat digunakan untuk melakukan aktivitas fisik dengan baik.
Pangan yang disediakan dan dikonsumsi harus memenuhi kebutuhan gizi
yang dianjurkan. Oleh karena itu paradigma yang digunakan dalam
pengembangan konsumsi pangan adalah dengan memperhatikan keanekaragaman
dan keseimbangan gizi individu. Ragam pangan yang dikonsumsi harus terdiri
dari zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun (protein), dan zat pengatur (vitamin
dan mineral). Konsumsi pangan yang beranekaragam dapat melengkapi
kekurangan zat gizi pada jenis makanan lain sehingga dapat diperoleh masukan
zat gizi yang seimbang. Salah satu acuan yang dapat digunakan adalah skor PPH.
Subsistem konsumsi pangan berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan
pangan memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, keamanan pangan.
Asupan pangan adalah suatu informasi mengenai jenis dan jumlah pangan
yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu, sehingga
penilaian asupan pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis pangan yang
dikonsumsi (Hardinsyah & Martianto 1992). Mutu gizi konsumsi pangan adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan dan penggunaan makanan oleh
tubuh, sehingga dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatan baik individu
maupun masyarakat (Hardinsyah 2001). Menurut McCollum dan becker (1934)
dalam Hardinsyah et al (2001), mutu gizi konsumsi pangan adalah totalitas
kandungan gizi dari makanan yang dibutuhkan oleh manusia.
PPH atau Desirable Dietary Pattern adalah komposisi dari kelompokkelompok pangan utama yang ketika disiapkan untuk dikonsumsi sebagai
makanan untuk memenuhi kebutuhan kalori akan memberikan semua zat gizi
dalam jumlah yang mencukupi. Pendekatan PPH dapat dinilai mutu pangan
penduduk berdasarkan skor pangannya (dietary score). Semakin tinggi skor mutu
pangan, menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik
komposisi dan mutu gizinya. Terpenuhinya kebutuhan energi dan berbagai
kelompok pangan sesuai PPH, secara impilisit kebutuhan zat gizi juga terpenuhi.
Oleh karena itu skor pola konsumsi pangan mencerminkan mutu gizi konsumsi
pangan dan tingkat keragaman konsumsi pangan (Hardinsyah et al 2001). Usia,
jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pendikan orang tua, dan pekerjaan orang
tua serta status ekonomi mempengaruhi asupan zat gizi individu, dapat dilihat dari
tingkat kecukupan zat gizi yang mempengaruhi skor Pola Pangan Harapan (PPH)
dan mutu gizi konsumsi pangan (MGP). Oleh karena itu penelitian ini diduga
hubungan skor PPH berhubungan positif dengan mutu gizi konsumsi pangan pada
remaja, atau semakin tinggi skor PPH semakin tinggi pula mutu gizi konsumsi

4
pangan. Bagan kerangka pemikiran penilaian konsumsi pangan, mutu gizi pangan,
dan skor pola pangan harapan (PPH) pada usia remaja di Indonesia ditampilkan
sebagai berikut.
Karakteristik subjek

Karakteristik keluarga

- Usia
- Jenis kelamin
- BB dan TB

- Pendidikan ayah dan ibu
- Pekerjaan ayah dan ibu
- Status ekonomi keluarga

- Daerah Tempat Tinggal

- Besar keluarga

Konsumsi pangan
- Jenis/kelompok pangan
- Jumlah pangan

Mutu gizi
- Tingkat kecukupan Zat Gizi
- Mutu gizi konsumsi pangan

Skor pola pangan
harapan – PPH
(0-100)

Keterangan :
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pemikiran mutu gizi pangan dan skor Pola Pangan Harapan
(PPH) remaja di Indonesia

5

METODE
Desain, Waktu, dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dengan mengolah data sekunder dari hasil
penelitian Riskesdas 2010 (Riset Kesehatan dasar 2010) yang menggunakan
desain cross sectional study dan dilakukan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan. Pengumpulan data Riskesdas
2010 dilakukan oleh tenaga terlatih dengan kualifikasi minimal tamat D3
kesehatan di beberapa daerah sejak bulan Juni 2010 sampai dengan Agustus 2010.
Proses pengolahan, analisis dan interpretasi data untuk penelitian ini dilakukan
pada bulan April 2013 – Agustus 2013 di Kampus Institut Pertanian Bogor,
Darmaga, Jawa Barat.
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Penelitian ini menggunakan subjek yang digunakan dalam Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2010. Subjek rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih
berdasarkan listing sensus penduduk tahun 2010. Populasi dalam Riskesdas 2010
adalah seluruh rumah tangga yang mewakili 33 provinsi. Proses pemilihan rumah
tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling,
yaitu pemilihan subjek dengan dua tahap. Riskesdas mengambil sejumlah blok
sensus dari setiap kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kerangka subjek
kabupaten/kota. Pemilihan blok sensus tersebut dilakuklan sepenuhnya oleh BPS
dengan memperhatikan status ekonomi, dan rasio perkotaan/perdesaan. Blok
sensus tersebut proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota
tersebut. Blok sensus yang dipilih untuk kesehatan masyarakat adalah sebesar
2800 blok sensus dengan 70000 rumah tangga.
Subjek Riskesdas 2010 di tingkat Kabupaten/Kota berasal dari 441
kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi. Jumlah kabupaten/kota yang menjadi
subjek Riskesdas merupakan sebagian dari jumlah keseluruhan Kabupaten/Kota di
Indonesia (497 kabupaten/kota). Sebanyak 56 kabupaten tidak termasuk ke dalam
subjek Riskesdas, karena daerah tersebut tidak memenuhi syarat yang telah
ditetapkan, yaitu jumlah rumah tangga yang kurang dari 25 rumah tangga dan
terdapat satu kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak dapat
dikunjungi dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas. Riskesdas 2010
berhasil mengunjungi 2798 blok sensus dari 441 kabupaten/kota. Jumlah rumah
tangga dari blok sensus tersebut sebanyak 69300 rumah tangga dengan jumlah
anggota rumah tangga sebanyak 251388 anggota.
Kriteria inklusi subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjek
berusia 13-18 tahun dalam kondisi sehat, dan konsumsi harian normal (tidak
sedang puasa, diet, sakit, dan lain-lain), sedangkan kriteria eksklusi subjek adalah
kondisi fisiologis hamil. Proses cleaning data awal dilakukan terhadap data berat
badan, tinggi badan, dan konsumsi pangan yang tidak lengkap. Proses cleaning
selanjutnya dilakukan terhadap subjek yang memiliki BMI 40 (WHO 2007) , asupan energi 3 kali dari energi basal
(FANTA Study dalam Mary A et al 2011), subjek dengan tingkat kecukupan zat
gizi >400% serta skor pola pangan harapan 40 (untuk
subjek usia 13-18 tahun) : 12 subjek
 Asupan energi: 3 BMR
: 72 subjek
 Tingkat kecukupan zat gizi >400% :
921 subjek
 Pola pangan harapan