Pengaruh Tekanan Ekonomi, Dukungan Sosial, dan Mekanisme Koping Terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Buruh Konveksi

PENGARUH TEKANAN EKONOMI, DUKUNGAN SOSIAL, DAN
MEKANISME KOPING, TERHADAP KESEJAHTERAAN
SUBJEKTIF KELUARGA BURUH KONVEKSI

PUPUT RIZKIYAH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Tekanan
Ekonomi, Dukungan Sosial, dan Mekanisme Koping, Terhadap Kesejahteraan
Subjektif Keluarga Buruh Konveksi” adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Puput Rizkiyah
NIM I24080038

ABSTRAK
PUPUT RIZKIYAH. Pengaruh Tekanan Ekonomi, Dukungan Sosial, dan
Mekanisme Koping, Terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Buruh
Konveksi. Dibimbing oleh LILIK NOOR YULIATI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tekanan ekonomi,
dukungan sosial, dan mekanisme koping terhadap kesejahteraan subjektif keluarga
buruh konveksi. Contoh dalam penelitian adalah suami atau istri yang bekerja
sebagai buruh konveksi di Kelurahan Jurangmangu Timur, Kecamatan Pondok
Aren, Tangerang Selatan. Contoh diambil secara Purposive sebanyak 60 keluarga.
Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil
penelitian menunjukan tekanan ekonomi yang dirasakan contoh terkategori
sedang dan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kesejahteraan subjektif.
Selain itu, contoh melakukan mekanisme koping yang terkategori sedang dan
memiliki dukungan sosial yang tinggi, sehingga kesejahteraan subjektif contoh

terkategori sedang.
Kata kunci : buruh konveksi, dukungan sosial, mekanisme koping, persespi tekanan
ekonomi, kesejahteraan keluarga

ABSTRACT
PUPUT RIZKIYAH. The Effect of Economic Pressure, Social Support, and
Coping Mechanism to the Subjective Well-being of the Laborers of a ReadyMade Clothes Company. supervised by LILIK NOOR YULIATI.
This study has aims goal for analyzing of the effect of economic pressure
perception, coping mechanism, social facilities, and subjective prosperity level of
the family of casual laborers. The sample taken is on sixty families of the
abovementioned laborers. The data intended are collected through direct
intervious using quesionaire. As a result the writer concludes that the families of
the casual laborers of such ready-made clothes have more tendency of choosing
coping mechanism by way of minimizing their expenditure both on consumption
and non-consumtive needs, meanwhile the economic pressure of medium
category, social facility/support is of high category and subjective well-being is
also of medium level. The result of the study showed that coping mechanism
increase the income of other sectors a significant positive effect on subjective
well-being, coping mechanism to reduce spending on the education sector is a
significant negative effect on the subjective well-being. Meanwhile, the

perception of economic pressures give negative impact to the subjective wellbeing and social support of society well-being postiviely gives positive effect to
the subjevtive well-being. Key words: convection labor, social support, coping
mechanisms, perseption economic pressures, family well-being

PENGARUH TEKANAN EKONOMI, DUKUNGAN SOSIAL, DAN
MEKANISME KOPING, TERHADAP KESEJAHTERAAN
SUBJEKTIF KELUARGA BURUH KONVEKSI

PUPUT RIZKIYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi : Pengaruh Tekanan Ekonomi, Dukungan Sosial, dan Mekanisme
Koping Terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Buruh
Konveksi
Nama
: Puput Rizkiyah
NIM
: I24080038

Disetujui oleh

Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati MFSA
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa
membimbing, melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga karya tulis ilmiah
dengan judul “Pengaruh Tekanan Ekonomi, Dukungan Sosial, dan Mekanisme
Koping terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Buruh Konveksi”, akhirnya
dapat terselesaikan. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat yang
harus ditempuh untuk menyelesaikan program sarjana (S1) Jurusan Ilmu Keluarga
dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Penulis
menyadari dalam penyusunan proposal ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa
hormat dan menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr.Ir. Lilik Noor Yuliati MFSA selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dengan sabar baik secara teoritis maupun perbaikan tata cara
penulisan dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti M.Si selaku penguji pada ujian tugas akhir
3. Dr. Ir. Istiqlaliyah muflikhati M.Si selaku pemandu ujian tugas akhir
4. Lurah dan Aparat kelurahan Jurangmangu Timur, Kecamatan Pondok Aren,
Kota Tangerang Selatan dan responden pada penelitian ini.

5. Ibu Tin Herawati SP., M.Si selaku Pembimbing Akademik selama penulis
menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.
6. Keluarga tercinta, Ayahanda Bahrudin (AllahummaghFirlahu), Uminda
Juannah atas limpahan kasih sayangnya yang tidak akan pernah terbalas,
suami tercinta Bahtiar Abdillah atas semangatnya yang tak terhingga, putriku
Adhiya Latifah yang menemani dengan senyuman dan tangisannya, dan
Adik-adikku terkasih (Euis Zikriyah, Nenden Balqis Muthowafah, Syifa
Fauziyah) atas do’a dan dukungan yang sangat besar dalam proses
penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
7. Keluarga besar IKK 45, Tarsidoh dan sahabat Centrum (Anom, yusti, Dian,
Chan-chan, dll) yang telah membantu dan mendukung dalam menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Puput Rizkiyah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..x
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

Latar Belakang ........................................................................................ 1
Rumusan Masalah ................................................................................... 2
Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
Tujuan Umum ................................................................................... 3
Tujuan Khusus .................................................................................. 3
Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................................... 3
DEFINISI OPERASIONAL .......................................................................... 4
METODE ....................................................................................................... 5
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian .................................................... 5
Contoh dan Teknik Penarikan Contoh .................................................... 5
Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Cara Pengukuran Variabel ............ 6
Pengolahan dan Analisis Data................................................................. 6
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 8
Gambaran Lokasi Penelitian ................................................................... 8
Karakteristik Keluarga Contoh ............................................................... 9
Persepsi Tekanan Ekonomi ................................................................... 10
Dukungan Sosial ................................................................................... 11
Mekanisme Koping ............................................................................... 13
Kesejahteraan Subjektif ........................................................................ 15

Pengaruh Karakteristik Keluarga, Mekanisme koping, Persepsi Tekanan
Ekonomi, Dukungan Sosial Terhadap Kesejahteraan Subjektif ........... 17
Pembahasan ........................................................................................... 18
SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 22

DAFTAR TABEL

Tabel.1 Variabel data, skala data, dan kategori skor data .............................. 9
Tabel.2 Nilai maksimum, minimum, rata-rata, dan standar deviasi
Karakteristik Keluarga Contoh ....................................................... 10
Tabel.3 Sebaran persentase contoh berdasarkan persepsi tekanan ekonomi 11
Tabel.4 Sebaran persepsi tekanan ekonomi contoh .................................... 11
Tabel.5 Sebaran persentase contoh berdasarkan dukungan sosial ............... 12
Tabel.6 Sebaran dukungan sosial contoh .................................................... 13
Tabel.7 Sebaran contoh berdasarkan mekanisme koping menambah
Pendapatan ...................................................................................... 14
Tabel.8 Sebaran contoh berdasarkan mekanisme koping mengurangi
pengeluaran pangan ......................................................................... 14


Tabel.9 Sebaran contoh berdasarkan mekanisme koping mengurangi
pengeluaran non pangan ................................................................ 15
Tabel.10 Sebaran mekanisme koping yang dipilih contoh ........................... 16
Tabel.11 Sebaran frekuensi contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif .... 16
Tabel.12 Sebaran tingkat kesejahteraan subjektif contoh ............................ 17
Tabel.13 Pengaruh karakteristik keluarga, tekanan ekonomi, dukungan sosial,
dan mekanisme koping terhadap kesejahteraan subjektif.............. 18

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang yang
tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk dapat mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Purnomo 2010) dan merupakan
salah satu permasalahan pembangunan bangsa yang hingga saat ini masih sulit
diatasi. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan
pemenuhan kebutuhan dasar (basic need approach) untuk mengukur kemiskinan,
dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang
diukur dari sisi pengeluaran (BAPPENAS 2010). Selain itu diketahui bahwa

jumlah penduduk miskin tahun 2013 sebanyak 28,5 juta jiwa atau 11,47 persen
dari total penduduk indonesia (BPS 2013).
Menurut Elmaora et al. (2012) Keluarga miskin adalah keluarga yang
memiliki pengeluaran per kapita per bulan kurang dari atau sama dengan garis
kemiskina. Keluarga miskin dengan pendapatan yang rendah diindikasikan
memiliki kesejahteraan yang rendah. Hasil penelitian Firdaus (2008) menunjukan
bahwa kesejahteraan yang rendah dipicu oleh tekanan ekonomi yang tinggi, selain
itu hasil penelitian Rachmawaty (2010) juga menunjukan bahwa dukungan sosial
yang tinggi mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Faktor ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan hidup.
Pendapatan yang rendah merupakan satu dari sekian banyak penyebab munculnya
tekanan ekonomi. Suatu keluarga yang berpendapatan rendah tentunya akan
mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Banyak hal atau
mekanisme tertentu yang dilakukan keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan
keluarga agar mencapai kesejahteraan keluarga. Menurut Puspitawati (1998) diacu
dalam Puspasari (2013), ada dua mekanisme yang dilakukan keluarga ketika
mengalami kesulitan keuangan yaitu menambah pendapatan (generating income)
dan mengurangi pengeluaran (cutting back). Hasil penelitian Puspasari (2013)
menyatakan bahwa semakin tinggi koping mengurangi pengeluran maka semakin
rendah kesejahateraan objektif keluarga, selian itu hasil penelitian Rachmawaty

(2010) juga menunjukan bahwa semakin sering keluarga melakukan koping fungsi
ekonomi maka kesejahteraan keluarga semakin menurun.
Menghadapi masalah yang muncul dalam keluarga tentunya tidak lepas
dari dukungan berbagai pihak. Seperti keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Cutrona (1996) diacu dalam Puspasari (2013) mengemukakan bahwa jaringan
sosial merupakan sumber potensial dari dukungan sosial. Dukungan sosial juga
dapat berupa pemberian informasi, bantuan tingkah laku atau materi yang terdapat
dari hubungan sosial yang akrab sehingga membuat individu merasa diperhatikan,
bernilai, dan dicintai sehingga dukungan sosial yang tinggi akan membantu
keluarga dalam mencapai kesejahteraannya (Sunarti et al. 2011).
Perkembangan pembangunan terutama yang mengarah kepada
perkembangan industrialisasi semakin pesat termasuk industri konveksi, hal
tersebut menuntut adanya pemanfaatan sumberdaya secara optimal. Sumber daya
manusia yang dimanfaatkan dalam industri biasa di sebut buruh.
Ketidakmenentuan pendapatan yang di hasilkan oleh seorang buruh konveksi

1

menuntut agar keluarga buruh konveksi dapat terampil dalam mengelola
pendapatan keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Lingkungan di
sekitar tempat tinggal buruh konveksi juga secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi dalam kebiasaan pengelolaan pendapatan misalnya
menabung, meminjam uang dan investasi lainnya.
Perumusan Masalah
Buruh konveksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sekelompok
masyarakat yang bekerja sebagai kuli jahit pada industri rumahan yang tinggal
diperkotaan. Belum banyak diketahui bagaimana keadaan keluarga mereka,
seberapa besar persepsi tekanan ekonomi yang dirasakan keluarga, mekanisme
koping apa yang dilakukan oleh keluarga, dukungan sosial yang diterima oleh
keluarga, dan apakah hal tersebut mempengaruhi kesejahteraan subjektif yang
dirasakan oleh keluarga. Buruh konveksi dengan penghasilan yang kurang
menentu memungkinkan terjadinya kemiskinan, selain itu kemiskinan juga dapat
terjadi karena belum optimalnya pengelolaan sumberdaya manusia. diperlukan
cara khusus untuk bisa bertahan hidup dalam kondisi yang serba tidak menentu.
Industri konveksi merupakan salah satu industri yang populer dikalangan
masyarakat Tangerang Selatan, hal tersebut disebabkan karena output dari industri
ini adalah barang yang langsung bersentuhan dengan masyarakat misalnya
pakaian. Banyaknya buruh yang menuntut kenaikan upah minimum provinsi
(UMP), pelaksanaan jaminan sosial, dan penghapusan sistem pekerja alih daya
(outsource), selain itu para buruh juga menuntut kenaikan hingga 50% dari
penetapan UMP sebelumnya. Para buruh yang berunjuk rasa merupakan buruh
yang rata-rata berasal dari perusahaan atau pun pabrik berskala besar, hal tersebut
menjadi indikasi bagaimana buruh yang bekerja di industri skala mikro atau
rumahtangga yang kemungkinan besar upah mereka jauh dibawah UMP atau
UMR.
Daerah Jurang Mangu merupakan salah satu kawasan industri konveksi
yang penduduknya banyak yang bekerja sebagai buruh konveski.
Ketidakmenentuan dan rendahnya upah yang di peroleh buruh konveksi karena
bukan merupakan buruh tetap kemungkinan besar berpengaruh terhadap tingkat
kesejahteraan. Serta ketidakmampuan keluarga dalam melakukan perencanaan
keuangan dengan baik menjadi salah satu sebab semakin meningkatnya tekanan
persepsi ekonomi. Usaha dalam penelitian ini merupakan kegiatan ekonomi rakyat
berskala kecil dan bersifat tradisioal informal, dalam arti belum terdaftar, belum
tercatat dan belum berbadan hukum. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada,
maka masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimana tekanan ekonomi keluarga buruh konveksi?
2. Bagaimana dukungan sosial keluarga buruh konveksi?
3. Bagaimana mekanisme koping keluarga buruh konveksi?
4. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga, tekanan ekonomi,
dukungan sosial dan mekanisme koping terhadap kesejahteraan subjektif
keluarga buruh konveksi?

2

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum:
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tekanan ekonomi,
dukungan sosial, mekanisme koping dan kesejahteraan keluarga buruh konveksi.
Tujuan Khusus:
1. Mengkaji tekanan ekonomi, dukungan sosial, mekanisme koping, dan
kesejahteraan keluarga subjektif contoh
2. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, tekanan ekonomi,
dukungan sosial, dan mekanisme koping terhadap kesejahteraan
subjektif keluarga buruh konveksi.
Manfaat Penelitian:
Penelitian mengenai pengaruh tekanan ekonomi, dukungan sosial, dan
mekanisme koping terhadap kesejahteraan keluarga buruh konveksi ini memiliki
kegunaan, antara lain:
1) Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain dapat
mengasah kemampuan berfikir secara logis dan sistematik.
2) Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan studi
kepustakaan untuk penelitian selanjutnya.
3) Bagi Pemerintah dan pelaku usaha, hasil penelitian ini dapat diharapkan
dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pelaku usaha dan
pemerintah yang berwenang dalam mengambil keputusan atau
menentukan suatu kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan
sumber daya manusia dimasa yang akan datang, terutama para buruh
industri konveksi rumahan.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kesejahteraan adalah sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari
hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima (Sunarti 2006). Kesejahteraan
keluarga menurut Undang-undang No. 52 tahun 2009 menyebutkan bahwa
kesejahteran keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan
ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan
mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalm meningkatkan
kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin (Anonim 2014).
Suatu keluarga akan melakukan berbagai cara atau mekanisme tertentu
untuk memenuhi kebutuhan keluarga ketika merasakan tekanan ekonomi dalam
keluarga. Misalnya, pendapatan keluarga tidak mencukupi kebutuhan keluarga.
Keterbatasan pendapatan menuntut adanya optimalisasi sumberdaya yang baik,
agar dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup baik untuk material
maupun non material. Pendapatan yang rendah dan tidak menentu dapat
menimbulkan
permasalahan-permasalahan
dalam
keluarga,
sehingga
menimbulkan tekanan ekonomi (economic pressure) yang dirasakan oleh keluarga.
Keluarga dengan tekanan ekonomi akan mecoba mengatasi permasalahan yang
dihadapi melalui mekanisme koping dengan harapan kesulitan pemenuhan baik
untuk kebutuhan materi maupun non materi dapat teratasi dengan baik sehingga
dapat tercapai tujuan hidup dan kesejahteraan keluarganya. Keluarga sejahtera
3

merupakan kondisi yang diidamkan semua keluarga dan merupakan hasil dari
dinamika proses pengelolaan sumberdaya serta masalah-masalah dalam keluarga
(Sunarti 2001) diacu dalam Nishrinah (2012).
Menurut Rojas (2004) diacu dalam Nishrinah (2012) menjelaskan bahwa
kesejahteraan yang hanya diukur berdasarkan pendapatan dan indikator sosial
ekonomi lainnya dinilai kurang tepat. Kelompok masyarakat hanya diukur secara
rata-rata dengan patokan tertentu, baik ukuran ekonomi, sosial maupun ukuran
lainnya tanpa melihat penilaian pribadi individu terhadap kesejahteraan itu sendiri.
Oleh karena itu, terdapat pendekatan lain dalam mengukur kesejahteraan yaitu
dengan pendekatan subyektif yang menilai kesejahteraan berdasarkan kebutuhan
kesenangan individu dan kebahagiaan/kepuasan hidup.
Karakteristik Contoh
Usia
Lama pendidikan
Pendapatan
Besar Keluarga

Tekanan Ekonomi

Dukungan Sosial
Dukungan keluarga luas
Dukungan tetangga
Dukungan pemerintah

Mekanisme koping
Menambah Pendapatan
Mengurangi Pengeluaran

Kesejahteraan Keluarga
Subjektif

Gambar.1 Kerangka Pemikiran, Tekanan Persepsi Ekonomi, Dukungan Sosial,
Mekanisme Koping dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga

DEFINISI OPERASIONAL
Keluarga adalah sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, dara, atau adopsi,
terdiri atas satu orang kepala rumah tangga, interaksi dan komunikasi satu
sama lainnya
Keluarga Miskin adalah keluarga yang memiliki pengeluaran per kapita per
bulan kurang dari atau sama dengan garis kemiskinan
4

5
Kesejahteraan adalah sejumlah kepuasan yang diterima oleh contoh dari hasil
mengkonsumsi pendapatan yang diterima.
Kesejahteraan Subjektif adalah kualitas hidup berdasarkan indikator perasaan
bahagia atau sedih, kedamaian atau kecemasan jiwa, dan kepuasan atau
ketidakpuasan
Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan
serta memiliki kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan
mengembangkan diri dan keluarga untuk hidup harmonis dalm
meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin
Buruh adalah sekelompok orang yang bekerja dengan upah tertentu
Keluarga Buruh adalah responden dalam penelitian, terdiri dari keluarga yang
bermata pencaharian sebagai buruh konveksi.
Upah Kerja adalah sejumlah uang yang didapatkan oleh contoh yang bekerja
sebagai buruh konveksi yang dinyatakan dalam rupiah per bulan.
Besar Keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga (dinyatakan dalam
orang) yang masih tinggal dalam satu rumah atau yang masih menjadi
tanggungan contoh dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Lama Pendidikan adalah pendidikan formal (dinyatakan dalam tahun) yang
ditempuh contoh
Pendapatan Per Kapita Keluarga adalah pendapatan total dibagi besar keluarga
Mekanisme Koping adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh keluarga untuk
mengatasi permasalahan
Tekanan Ekonomi adalah masalah yang dirasakan atau persepsi contoh akibat
dari adanya masalah ekonomi
Dukungan Sosial adalah bantuan yang diperoleh dan diupayakan oleh keluarga
dalam mengatasi masalah ekonomi, pengasuhan, kesehatan, dan konflik
dalam keluarga.

METODE
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study karena data
dikumpulkan dan diteliti pada satu waktu dan tidak berkelanjutan. Metode yang
digunakan adalah metode survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat
utama untuk mengumpulkan data. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Jurang
Mangu Timur, Kecamatan Pondok Aren. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan banyaknya masyarakat di daerah
tersebut yang bekerja sebagai buruh konveksi. Penelitian berlangsung selama dua
bulan, yaitu maret dan April 2014. Jangka waktu tersebut meliputi persiapan,
pengumpulan data, dan pengolahan data.
Contoh dan Teknik Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah keluarga dengan anggota keluarga yang
bekerja sebagai buruh konveksi di wilayah kelurahan Jurang Mangu Timur.
Responden penelitian merupakan anggota keluarga yang bekerja sebagai buruh
konveksi. Proses pengambilan contoh yang dilakukan di dua RW secara
5

6
purposive, yaitu di RW 03 dan RW 12 dengan kedua RW tersebut memiliki
jumlah KK yang bekerja sebagai buruh konveksi terbanyak. Jumlah contoh yang
akan diambil di masing-masing RW ditentukan dengan cara snow ball sebanyak
60 keluarga dengan alasan daftar populasi tidak tersedia selain itu merupakan
teknik penarikan contoh non-probability yang rancangan penarikan contohnya
menyandarkan pada anggota kelompok yang teridentifikasi sebelumnya untuk
mengidentifikasi anggota lain dari populasi dan memenuhi batas minimal
statistika. Informasi keluarga yang bekeja sebagai buruh konveksi diperoleh dari
kelurahan, Rw/Rt setempat.
Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Cara Pengukuran Variabel
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data sekunder diperoleh dari pemerintah daerah setempat dan Pusat
Data Industri dan Tenaga Kerja berupa gambaran umum lokasi penelitian. Data
primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan alat bantu
kuesioner yang terdiri dari karakteristik keluarga, tekanan ekonomi keluarga
dirujuk dari Firdaus (2009) dengan cronbach alpha 0.586, terdapat 11 item
pernyataan. Dukungan sosial dirujuk dan dimodifikasi dari Tati (2004) daiacu
dalam Puspasari (2013) dengan cronbach alpha 0.607, terdapat 33 item
pernyataan. Mekanisme koping dirujuk dari Puspitawati (1998) diacu dalam
Puspasari (2013) dengan cronbach alpha 0.820, terdapat 18 item pernyataan
untuk mekanisme koping menambah pendapatan dan 7 item pernyataan untuk
mekanisme koping mengurangi pengeluaran pangan dan 12 item pernyataan untuk
mekanisme koping mengurangi pengeluaran non pangan. Kesejahteraan subjektif
dirujuk dari Rachmaty (2010) dengan cronbach alpha 0.847 terdapat 22
pernyataan. Jenis pengumpulan data seluruh variabel menggunakan data primer,
cara pengambilan data dengan wawancara dan alat bantu berupa kuisioner.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dilakukan proses editing, coding, entry, dan cleaning
dengan Microsoft Office Excel 2007. Data akan dianalisis secara deskriptif dan
inferensia (uji regression linear) menggunakan computer program Statistical
Package for Social Science (SPSS)
Variabel yang diukur adalah karakteristik keluarga, persepsi tekanan ekonomi
keluarga, dukungan sosial, mekanisme koping, dan kesejahteraan keluarga. Tekanan
ekonomi persepsi merupakan persepsi contoh terhadap permasalahan keuangan yang
dihadapi. Dukungan sosial diukur terdiri dari keluarga luas, tetangga, dan lembaga
masyarakat/pemerintah.Mekanisme koping terdiri dari mekanisme koping
mengurangi pengeluaran dan menambah pendapatan.
Sistem skoring pada seluruh variabel dibuat konsisten yaitu semakin tinggi
skor maka semakin tinggi kategorinya. Setelah itu dijumlahkan dan dikategorikan
menggunakan teknik skoring secara normatif. Indeks dilakukan dengan tujuan
untuk menyamakan skor supaya dapat diperbandingkan.
Indeks = Total skor jawaban- Skor Minimum
Skor Maksimum- Skor Minimum

6

7
Berdasarkan Slamet (1993) dalam Puspasari (2013), interval kelas ditentukan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum (SMa) - Skor Minimum (SMi)
Jumlah kategori
Tabel 1 Variabel, skala, dan kategori skor data
Variabel
Skala Data
Usia

Rasio

Besar Keluarga

Rasio

Tingkat Pendidikan

Besar pendapatan/kap/bln

Rasio

Mekanisme koping
Mekanisme menambah pendapatan
Mekanisme mengurangi pengeluaran

Ordinal
Ordinal

Tekanan Ekonomi

Ordinal

Dukungan sosial
Dukungan keluarga luas
Dukungan Tetangga
Dukungan pemerintah

Ordinal
Ordinal
Ordinal

Kategori Data
Hurlock (1998) diacu
dalam Puspasari (2013)
Dewasa muda : 18-40
tahun;
Dewasa madya : 41- 80
tahun; Dewasa tua : > 80
tahun
BKKBN (2008) diacu
dalam Puspasari (2013)
Kecil : ≤4 orang
Sedang: 5-7 orang
Besar :≥8 orang
1. Tidak sekolah
2. Tidak tamat SD
3. Tamat SD
4. Tamat SMP
5. Tamat SMA
6. Tamat diploma/
akademi/sarjana
Garis kemiskinan (GK)
Provinsi Banten daerah
perkotaan menurut BPS
(2013).
-Tidak Sejahtera :
≤ Rp 300.109,0
-Sejahtera :
≥ Rp 300.109,0
(Puspitawati 1998) dalam
Puspasari (2013)
Rendah : 0-33.3%
Sedang : 33.4-66.7%
Tinggi : 66.8-100%
Berdasarkan interval
kelas:
Rendah (66.7)
Berdasrkan interval kelas:
Rendah : 0-33.3%
Sedang : 33.4-66.7%
Tinggi : 66-8-100%

7

8

Pengelompokan kategori adalah sebagai berikut:
Rendah/Kurang/kurang = SMi sampai (SMi + IK) =0 – 33.3
Sedang = (SMi + IK)+1 sampai (SMi +2IK) =33.4 – 66.7
Tinggi/Baik/banyak = (SMi 2IK)+1 sampai SMa = 66.8- 100
Variabel tekanan ekonomi, dukungan sosial, dan kesejahteraan subjektif keluarga,
dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Sementara itu mekanisme
koping dikategorikan menjadi sedikit, sedang dan banyak.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Lokasi Penelitian
Posisi geografis Kota Tangerang Selatan terletak pada koordinat 106º38ʼ106º47ʼ bujur timur dan 06º13ʼ30-6º22ʼ30ʼ lintang selatan, bagian timur Provinsi
Banten. Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah perkotaan yang secara
administratif terbagi dalam 7 kecamatan, 49 sembilan keluarhan dan 5 desa
dengan luas wilayah 149,19 kilometer persegi. Kota Tangerang Selatan berbatasan
dengan provinsi DKI Jakarta dan memiliki potensi besar menjadi wilayah
penyangga Ibukota Jakarta.
Kecamatan Pondok Aren merupakan bagian dari wilayah Kota Tangerang
Selatan Provinsi Banten dengan batas-batas sebagai berikut :
Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Ciledug
Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Pesanggrahan
Selatan : Berbatasan dengan Ciputat / Ciputat Timur
Barat : Berbatasan dengan Serpong /Serpong Utara
Kecamatan Pondok Aren memiliki letak yang sangat strategis yang
berbatasan langsung dengan ibukota Negara Indonesia, sebagian besar wilayah
Kecamatan Pondok aren merupakan wilayah pemukiman serta pusat perdagangan
dan jasa. Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Pondok Aren sangat dinamis
terdiri dari berbagai macam suku, adat dan budaya. Data Penduduk di Kecamatan
Pondok Aren Kota Tangerang Selatan pada Tahun 2013 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini disebabkan banyaknya warga
pendatang yang inigin mencari pekerjaan di Kecamatan Pondok Arena atau hanya
sebatas bermukim bekerja diluar wilayah Kecamatan Pondok Aren.
Penduduk Kecamatan Pondok Aren tercatat sebanyak : 330.858 Jiwa,
dengan rincian Laki-laki: 168.907 Jiwa dan Perempuan: 161.951 Jiwa, sebanyak:
87.268 Kepala Keluarga (KK). Di Kecamatan Pondok Aren terdapat beberapa
industry rumah tangga yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
Pondok Aren, selain itu diwilayah Kecamatan Pondok Aren juga terdapat banyak
pada sector perdaganagan dan jasa serta property, hal ini konsekuensi logis dari
letak geografis yang berdekatan dengan pusat ibu kota dan masuknya berbagai
investor terutama pada property dan perbelanjaan modern.

8

9
Berdasarkan data BPS dan Survey Angkatan Kerja Nasional yang diolah
Pusat Data Industri dan Tenaga Kerja (Pusdatinaker 2012) menyebutkan bahwa
angkatan kerja Kota Tangerang Selatan berjumlah 638.659 jiwa, hal tersebut
menunjukan Kota Tangerang Selatan menduduki angkatan kerja peringkat ke-4
terbesar di Banten. Selanjutnya menurut data dari direktori Kota Tangsel, sebaran
industri kecil, menengah/besar di Kota Tangerang Selatan, kecamatan Pondok
Aren merupakan kecamatan yang memiliki data sebaran tertinggi yaitu 281
dengan spesifikasi sebaran yaitu kerajinan kain. Kota Tangerang Selatan memiliki
400 industri kecil menengah (IKM) atau home industry yang melibatkan hampir
seluruh warga sekitar untuk keperluan menjahit pakaian jadi yang siap di jual atau
pasarkan (Dinas Perdagangan dan Indsutri Tangsel 2011). Kelurahan Jurang
Mangu merupakan salah satu wilayah yang sebagian besar masyarakatnya
melakukan aktivitas home industri berupa konveksi rumahan. Oleh karena itu,
Pemerintah Kota Tangerang Selatan juga telah menetapkan daerah Jurang
Mangu, Kecamatan Pondok Aren, sebagai kawasan industri konveksi di daerah itu.
Pertimbangan penetapan Jurang Mangu sebagai kawasan konveksi karena
banyaknya pelaku usaha di bidang jasa menjahit di daerah tersebut. Sehingga
sebagai kawasan konveksi, Jurang Mangu juga akan dijadikan sebagai ikon
konveksi Kota Tangerang Selatan (Disperindag Tangsel 2011).

Karakteristik Keluarga Contoh
Responden pada penelitian ini adalah suami atau istri yang bekerja sebagai
buruh jahit, minimal telah bekerja dua tahun di bidang tersebut dan memiliki anak
usia sekolah. Karakteristik keluarga contoh meliputi usia, lama pendidikan, besar
keluarga, pendapatan keluarga, pendapatan per kapita. Rata-rata usia contoh pada
penelitian ini adalah 39.68 tahun, artinya lebih dari separuh contoh 53.3 persen
termasuk dalam usia dewasa muda. Menurut Puspasari (2013) usia dapat
dijadikan ukuran untuk melihat kemampuan berfikir dan menyelesaikan masalah
dalam diri seseorang. Hurlock (1998) dalam Puspasari (2013) membagi usia
kedalam tiga kategori yaitu dewasa muda (18-40 tahun), dewasa madya (41-60
tahun) dan dewasa tua (>60 tahun).
Tabel 2 Nilai maksimum, minimum, rata-rata, dan standar deviasi pada
karakteristik keluarga contoh
Variabel
Usia (tahun)
Lama pendidikan (tahun)
Besar keluarga (orang)
Pendapatan (Rp/bulan)
Pendapatan perkapita
(Rp/bulan)

Minimum
23
5
2
840.000

Maksimum
55
12
8
3.600.000

Rataan ± SD
39.68 ± 7.17
8.93 ± 2.34
3.92 ± 1.05
1777733 ± 1 050 600

320.000

1.320.000

640319.4 ± 203 901

Lama pendidikan dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu berdasarkan
program wajib belajar 9 tahun yaitu ≤ 9 tahun dan > 9 tahun. Lama pendidikan
contoh tertinggi adalah 12 tahun yaitu hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan
terendah 5 tahun atau tidak tamat Sekolah Dasar (SD). BKKBN (2008) membagi
besar keluarga kedalam 3 kategori yaitu ≤ 4 orang dinyatakan kecil, 5-7 orang
9

10
disebut sedang dan ≥ 8 orang dinayatakan keluarga besar. Sebagian besar keluarga
contoh (73.3%) pada penelitian ini termasuk dalam keluarga kecil dengan
minimum anggota keluarga 3 orang dan maksimum anggota keluarga 8 orang.
Sedangkan rata-rata contoh memiliki anggota keluarga 3 orang.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pendapatan contoh perbulan terendah adalah
Rp 840.000,0 dan pendapatan contoh tertinggi adalah Rp 3.600.000,0. Adapun
pendapat per kapita merupakan pendapatan total keluarga contoh dibagi dengan
jumlah besar keluarga contoh. Pendapatan rata-rata keluarga contoh adalah Rp
640.319.4,0. Pendapatan per kapita contoh terendah adalah Rp 320000 sedangkan
pendapatan perkapita contoh tertinggi adalah 1.320.000,0 artinya seluruh contoh
(100 %) menurut garis kemiskinan BPS (2013) dapat di kategorikan tidak miskin.
Kelas sosial seseorang dapat digambarkan melalui pekerjaannya. Hal tersebut
karena upah pekerjaan seseorang merupakan penyumbang terbesar dari
pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga adalah total pemasukan keluarga per
bulan.
Tekanan Ekonomi
Tabel 3 menunjukkan bahwa tujuh dari sepuluh contoh (78.3 %) merasa
penghasilan keluarga tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga, sementara itu,
empat per lima contoh (86.7 %) juga merasa penghasilan keluarga cenderung
lebih kecil dari pengeluaran. Hampir seluruh contoh (96.7 %) merasa perlu lebih
hemat dan dua per tiga contoh merasa mengalami kesulitan keuangan.
Tabel 3 sebaran contoh berdasarkan tekanan persepsi ekonomi
Pernyataan
Tidak puas dengan penghasilan keluarga
Kecewa ketidakmampuan pasangan menambah
penghasilan
Kurang puas dengan pekerjaan saat ini
Butuh bantuan keuangan
Penghasilan tidak mencukupi kebutuhan
Pasangan perlu mencari pekerjaan sampingan
Penghasilan lebih kecil dari pengeluaran
Terpaksa berhutang memenuhi kebutuhan pokok
Terpaksa berhutang untuk kebutuhan material
Merasa perlu menghemat pengeluaran
Mengalami kesulitan keuangan

n
48
4
8
11
47
9
52
9
7
58
44

Ya
%
80
6.7

n
12
56

Tidak
%
20
93.3

13.3
18.3
78.3
15
86.7
15
11.7
96.7
73.3

52
49
13
51
8
51
53
2
16

86.7
81.7
21.7
85
13.3
85
88.3
3.3
26.7

Sebaran tekanan ekonomi dibagi menjadi 3 yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Berdasarkan tabel 4 menurut tekanan ekonomi contoh tergolong sedang dengan
jumlah persentase 78.3 persen. Sedangkan sisanya 11.7 persen contoh memilliki
persepsi tekanan ekonomi rendah, dan hanya 10 persen contoh yang memiliki
persepsi tekanan ekonomi tinggi.
Persepsi seseorang terhadap suatu objek berbeda-beda, hal tersebut
menyebabkan persepsi seseorang terhadap tekanan ekonomi yang dirasakan juga
akan berbeda (Firdaus 2008). Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi tekanan
ekonomi adalah suatu keadaan yang diukur dengan cara melihat bagaimana

10

11
seseorang menanggapi permasalahan ekonomi. Tekanan ekonomi pada penelitian
ini diukur dengan menanyakan kepuasan terhadap pendapatan keluarga, kepuasan
terhadap kemampuan pasangan dalam menambah pendapatan, kepuasan dengan
pekerjaan sebagai buruh konveksi, keterpaksaan berhutang, dan perbandingan
antara pendapatan dan pengeluaran
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan kategori persepsi tekanan ekonomi
Kategori
n
%
Rendah (0-33.3)
7
11.7
Sedang (33.4-66.7)
47
78.3
Tinggi (66.8-100)
6
10
Total
60
100
Min-Maks
0.00-100.00
44.85±15.68
Rataan ± SD

Dukungan Sosial
Tabel 5 menunjukkan bahwa seluruh contoh berusaha berhubungan akrab
dengan keluarga (100%), dan dianggap menjadi bagian penting dari keluarga
(100%). Hampir seluruh contoh (91.7%) tidak mendapat bantuan mesin jahit dari
keluarga besar dan (88.3%) contoh tidak mendapat bantuan barang (perabot
rumah, alat transportasi dll).
Tabel 5 Sebaran persentase contoh berdasarkan dukungan sosial
Ya
Dukungan Sosial
Keluarga Luas
Bersedia mendengarkan masalah
Memperlihatkan kepedulian
Berhubungan akrab
Dianggap bagian penting dari kelaurga
Berkata sesuatu menghargai
Berbuat untuk menghargai
Bantuan mesin jahit
Bantuan keuangan
Bantuan barang
Bantuan pengasuhan
Memberikan solusi terhadap masalah

n
60
59
60
60
60
59
5
50
7
48
58

Tidak
%

n

%

100
98.3
100
100
100
98.3
8.3
83.3
11.7
80
96.7

0
1
0
0
0
1
55
10
53
12
2

0
1.7
0
0
0
1.7
91.7
16.7
88.3
20
3.3

Tetangga
Mendengarkan masalah
Menunjukan rasa kepedulian
hubangan akrab dengan tetangga
Bagian dalam masyarakat
Menunjukan perbuatan menghargai
Berkata baik menunjukan penghargaan

59
59
46
47
48
47

98.3
98.3
76.7
78.3
80
78.3

1
1
14
13
12
13

1.7
1.7
23.3
21.7
20
21.7

Memberikan rasa aman dan nyaman
Bertukar pikiran dengan tetangga
Tetangga memberikan kritik, saran dan dukungan

48
43
44

80
71.3
73.3

12
17
16

20
28.3
26.7

Mendapat bantuan keuangan

6

10

54

90

11

12
Ya
Dukungan Sosial
n
Keluarga Luas
Tetangga membantu mengasuh anak
43
Ketika mendapat musibah tetangga Senantiasa 48
membantu
Tetangga memberikan solusi
38
Mendapat bantuan barang dari
5
Lembaga Masyarakat/Pemerintah
Bersedia mendengarkan masalah
Berusaha memperlihatkan kepedulian
ramah dalam melayani
Menunjukkan sikap ramah dan santun
Memberi solusi solusi terhadap masalah
Mendapatkan bantuan keuangan
Mendapatkan bantuan barang
Fasilitas lengkap

60
40
12
15
4
2
39
4

Tidak
%

n

%

17
12

28.3
20

63.3
8.3

22
55

36.7
91.7

100
66.7
20
25
6.7
3.3
65
6.7

0
20
48
45
56
58
21
56

0
33.3
80
75
93.3
96.7
35
93.3

71.7
80

Hampir seluruh contoh memiliki persentase diatas (70%) dukungan sosial
dengan tetangga. Akan tetapi (90%) contoh tidak mendapat bantuan keuangan dari
tetangga dan (91.7%) contoh tidak mendapat bantuan barang dari masyarakat
sekitar. Seluruh contoh (100%) contoh menyatakan bahwa pemerintah bersedia
mendengarkan masalah, enam dari sepuluh contoh (66.7%) menyatakan bahwa
pemerintah berusaha memperlihatkan kepedulian dan tiga per lima contoh (65%)
mendapat bantuan barang dari pemerintah. Sebagian besar contoh (93.3%)
menyatakan bahwa pemerintah tidak memberi solusi terhadap masalah yang
dihadapi, contoh tidak mendapat bantuan keuangan dari pemerintah dinyatakan
oleh Sembilan dari sepuluh contoh (96.7%) dan pemerintah belum menyediakan
fasilitas lengkap untuk menolong masyarakat saat terjadi bencana.
Tabe 6 Sebaran dukungan sosial contoh
Kategori
Kurang (0-33.3)
Sedang (33.4-66.7)
Banyak (66.8-100)
Total
Min-Maks
Rataan ± Std

n
8
11
41
60

%
13.3
18.3
68.3
100
27.27-78.79
61.77±15.55

. Tabel 6 menunjukkan bahwa secara keseluruhan baik dukungan sosial
keluarga luas, tetangga maupun lembaga masyarakat atau pemerintah terkategori
sedang (68.3%).

Mekanisme Koping
Berdasarkan tabel 7 contoh melakukan mekanisme koping menambah
pendapatan dengan menerima makanan dari saudara sebesar 93.3 persen dan
meminjam uang sebesar 86.7 persen, meminta obat gratis mencapai lebih dari
separuh contoh (65 %). Adapun mekanisme koping dalam hal pendidikan hampir
separuh contoh (41.7 %) memiliki anak yang bekerja membantu orangtua.
12

13
Sedangkan mekanisme koping menambah memperoleh persentase sebesar
(13,3 %) yakni kurang dari separuh contoh memiliki pasangan yang mempunyai
pekerjaan sampingan. Terdapat dua item pernyataan yang tidak dicantumkan
dalam tabel karena dinilai kurang tepat, akan tetapi ikut dalam pengolahan anlisis
yaitu menggadaikan barang-barang dan menjual barang-barang.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan mekanisme koping menambah
pendapatan
Bentuk koping

Ya

Keluarga memanfaatkan lahan kosong
Beternak unggas
Beternak ikan
Menerima makanan dari saudara
Membeli pangan dengan hutang
Meminjam uang
memanfaatkan pekarangan rumah
Meminta obat gratis ke puskesmas
Anak bekerja/membantu orang tua
Keluarga mengusahakan beasiswa
Meminta buku bekas
Memiliki pekerjaan sampingan
Pasangan memiliki pekerjaan sampingan
Berganti-ganti pekerjaan
Pasangan berjualan untuk menambah
penghasilan
Mengontrakkan rumah

Tidak
n
1
5
2
56
9
52
17
39
25
4
2
9
8
2
5

%
1.7
8.3
3.3
93.3
15
86.7
28.3
65
41.7
6.7
3.3
15
13.3
3.3
8.3

n
59
55
58
4
51
8
43
21
35
56
58
51
52
58
55

%
98.3
91.7
96.7
6.7
85
13.3
71.7
35
58.3
93.3
96.7
85
86.7
96.7
91.7

2

3.3

58

96.7

Mekanisme koping mengurangi pengeluaran dibedakan menjadi 2 yaitu,
mengurangi pengeluaran pangan dan non-pangan. Tabel 8 menunjukan persentase
sebaran contoh berdasarkan mekanisme koping mengurangi pengeluaran pangan
contoh. Empat per lima contoh (81.7%) mengurangi pembelian kebutuhan pangan
1 kali dalam seminggu. Kemudian, seluruh contoh pada penelitian ini tidak pernah
mengganti beras dengan makanan pokok lain, dan lebih dari separuh contoh
(60.0%) tidak pernah mengurangi frekuensi makan.
Tabel 8 Sebaran persentase contoh berdasarkan mekanisme koping
mengurangi pengeluaran pangan
Mekanisme Koping
Mengurangi pembelian
Mengganti beras
Mengurangi makan
Mengurangi teh/kopi/gula
Mengurangi jajan anak
Membawa bekal
Menyimpan makanan

Tidak Pernah
n
9
60
36
37
30
3
9

%
15.0
100.0
60.0
61.7
50.0
5.0
15.0

1x/ minggu
n
49
0
21
20
27
3
2

2-5x/ minggu
%
81.7
0.0
35.0
33.3
45.0
5.0
3.3

n
1
0
3
3
2
0
1

%
1.7
0.0
5.0
5.0
3.3
0.0
1.7

Setiap
Hari
n
1
0
0
0
1
54
48

%
1.7
0.0
0.0
0.0
1.7
90.0
80.0

Enam dari sepuluh contoh (61%) tidak pernah mengurangi pembelian
the/kopi/gula. Kemudian, separuh contoh pada penelitian ini sebesar (50%)
mengurangi jajan anak berarti separuh contoh penelitian mengurangi jajan anak.

13

14
Adapun mekanisme koping mengurangi pengeluaran pangan yang dilakukan
contoh setiap hari yaitu membawa bekal saat kerja dilakukan oleh hampir seluruh
contoh (90%) dan menyimpan makanan yang tidak habis dilakukan juga oleh
hampir seluruh contoh yaitu sebesar 80 persen.
Tabel 9 menjelaskan mekanisme koping mengurangi pengeluaran non
pangan, hampir seluruh contoh diatas lebih dari 90 persen melakukan koping
mengurangi pengeluaran non pangan yaitu mengganti obat mahal dengan yang
murah (91.7%), menggunakan jamu daripada obat modern (90%), dan memilih
tempat berobat yang murah (96.7%).
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan mekanisme koping mengurangi pengeluaran
non pangan
Ya

Mekanisme koping
Mengganti obat mahal
Menggunakan jamu
Mengurangi pembelian rokok
Memilih tempat berobat yang murah
Mengurangi uang saku anak
Anak berhenti sekolah
Membeli seragam bekas
Membeli sepatu bekas
Mengurangi
penggunaan
air/telepon/listrik
Mengurangi pembelian pakaian
Mengurangi pembelian perabot
Mengurangi pembelian peralatan
dapur

Tidak
n
55
54
9
58
4
1
1
1
55

%
91.7
90.0
15.0
96.7
6.7
1.7
1.7
1.7
91.7

n
5
6
51
2
56
59
59
59
5

%
8.3
10.0
85.0
3.3
93.3
98.3
98.3
98.3
8.3

50
52
51

83.3
86.7
85

10
8
9

16.7
13.3
1

Hampir seluruh contoh diatas 90 persen tidak mengurangi uang saku anak
(93.3%), tidak ada anak yang berhenti sekolah (98.3%), tidak pernah membeli
seragam bekas (98.3), dan tidak pernah membeli sepatu bekas (98.3%). Sebagian
besar contoh melakukan koping mengurangi pengeluaran non pangan mengurangi
penggunaan air/telpon/listrik sebesar (91.7%), mengurangi pembelian pakaian
sebesar (83.3%), mengurangi pembelian perabot rumahtangga sebesar (86.7%)
dan mengurangi pembelian peralatan dapur sebesar (85%).
Tabel 10 Sebaran mekanisme koping yang dipilih contoh
Kategori

Rendah (0-33.3)
Sedang (33.466.7)
Tinggi (66.8-100)
Total
Min-maks
Rataan ± Std

14

Menambah
pendapatan
n
57
3
0
60

%
95
5
0
100
5.56 - 44.44
25.46 ± 6.65

Mengurangi
pengeluaran pangan
n
15
45
0
60

%
25
75
0
100
0.00 - 61.90
36.19 ± 12.28

Mengurangi
pengeluaran
non-pangan
n
%
8
13.3
46
76.7
6
10
60
100
16.67 - 75.00
54.17 ± 13.50

15
Tabel 10 menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh 95 persen tidak
memilih menambah pendapat sebagai mekanisme koping, mekanisme koping
menambah pendapatan termasuk dalam kategori rendah yaitu sebanyak 57 contoh
dari 60 contoh menjawab “tidak” melakukan koping dengan menambah
pendapatan. akan tetapi lebih dari separuh contoh lebih memilih mengurangi
pengeluaran baik pengeluaran pangan (75 %) atau pengeluaran non-pangan
(76.7 %). Koping mengurangi pengeluaran pangan dan non-pangan termasuk
dalam kategori sedang.
Kesejahteraan Subjektif
Enam dari sepuluh contoh (61.7%) menyatakan kurang puas terhadap
keadaan kesehatan fisik keluarga, dan tujuh dari sepuluh contoh (71.7%) kurang
puas terhadap gaya manajemen (cara pengelolaan) keuangan keluarga. Sebagian
besar contoh (diatas 70%) cukup puas terhadap upaya bertahan hidup yang
dilaksanakan keluarga (78.3%), Gaya manajemen (cara pengelolaan) pekerjaan
pasangan (76.7%), Keterlibatan dalam kegiatan sosial (78.3%), Perasaan
terhadap kebersihan rumah (81.7%), Perasaan terhadap sekolah anak (86.7%),
Perasaan terhadap perilaku anak (88.3%).
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif
Pernyataan
Keuangan
Makanan
Tempat tinggal
Materi/aset
Spiritual/mental
Kesehatan fisik
Upaya bertahan hidup
Pengelolaan keuangan
Pengelolaan pekerjaan
Komunikasi
dengan
orang tua/mertua
Komunikasi
dengan
saudara
Komunikasi
dengan
tetangga
Kegiatan sosial
Pengetahuan/
keterampilan
Kebersihan rumah
Sekolah anak
Perilaku anak
Penghasilan tambahan
Komunikasi
dengan
pasangan
Pasangan membantu
Hubungan perkawinan
Kebahagiaan perkawinan

n
2
0
1
1
1
0
1
1
1
0

TP
%
3.3
0.0
1.7
1.7
1.7
0.0
1.7
1.7
1.7
0.0

n
11
4
7
8
6
37
7
43
9
0

KP
%
18.3
6.7
11.7
13.3
10
61.7
11.7
71.7
15
0.0

n
47
13
9
14
48
13
47
12
46
8

CP
%
78.3
21.7
15
23.3
80
21.7
78.3
20
76.7
13.3

n
0
43
42
37
5
8
3
4
4
50

P
%
0
71.7
69.9
61.7
8.3
13.3
5
6.7
6.7
83.3

n
0
0
1
0
0
2
2
0
0
2

SP
%
0
0
1.7
0.0
0.0
3.3
3.3
0.0
0.0
3.3

0

0.0

4

6.7

6

10

48

80

2

3.3

0

0.0

1

1.7

13

21.7

44

73.3

2

3.3

0
0

0.0
0.0

9
13

15
21.7

47
45

78.3
75

4
2

6.7
3.3

0
0

0.0
0.0

0
0
0
2
0

0.0
0.0
0.0
3.3
0.0

5
3
6
5
3

8.3
5
10
8.3
5

49
52
53
52
53

81.7
86.7
88.3
86.7
88.3

5
3
1
1
2

8.3
5
1.7
1.7
3.3

1
2
0
0
2

1.7
3.3
0.0
0.0
3.3

0
0
0

0.0
0.0
0.0

3
1
0

5
1.7
0.0

55
45
7

91.7
75
11.7

2
12
50

3.3
20
83.3

0
2
3

0.0
3.3
5

Perasaan terhadap penghasilan tambahan pasangan (86.7%), Perasaan
terhadap komunikasi dengan pasangan (88.3%), Perasaan terhadap perilaku
15

16
pasangan dalam membantu pekerjaan di rumah tangga (91.7%), dan 75 persen
terhadap kepuasan hubungan perkawinan dengan pasangan. Sebagian besar
contoh (diatas 70%) menyatakan puas terhadap, hubungan/komunikasi dengan
orang tua/mertua (83.3%), Hubungan/komunikasi dengan tetangga (73.3%) dan
kebahagiaan hubungan perkawinan sebesar 83.3 persen.
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif
Kategori
n
Rendah (0-33.3)
1
Sedang (33.4-66.7)
57
Tinggi (66.8-100)
2
Total
60
Min-Maks
Rataan ± SD

%
1.7
95
3.3
100
32.95-73.86
53.92 ± 6.89

Tabel 12 menunjukkan bahwa kesejahteraan subjektif keluarga buruh
konveksi tergolong pada kategori sedang dengan jumlah persentase hampir
separuh contoh (95%). Contoh yang terkategori memiliki kesejahteraan subjektif
tinggi hanya mencapai persentase (3.3%), sedangkan contoh yang merasa
memiliki kesejahetraan subjektif rendah hanya 1 orang atau (1.7%).
Pengaruh Karakteristik Keluarga, Mekanisme Koping, Persepsi
Tekanan Ekonomi, Dukungan Sosial Terhadap Kesejahteraan Subjektif
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa model mempunyai signifikansi
sebesar 0,004. Adjusted R Square menunjukkan bahwa kolaborasi semua variabel
mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan subjektif sebesar 27,6 persen dan
sisanya sebesar 72,4 persen berasal dari variabel lain yang tidak diteliti.
Tabel 13 Pengaruh karakteristik keluarga, mekanisme koping, tekanan persepsi
ekonomi dan dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif
Unstandardized Standardized
Sig.
Coefficients
Coefficients
B
Beta
(Constant)
59.172
.000
Usia
.242
.251
.118
Tingkat pendidikan
-.909
-.308
.012*
Besar keluarga
-1.809
-.273
.165
Total pendapatan
0.000002317
.353
.037*
Tekanan persepsi ekonomi
-.213
-.483
.003**
Dukungan sosial
.096
.216
.145
Koping menambah pendapatan
.228
.220
.118
Koping mengurangi
.087
.156
.420
pengeluaran pangan
Koping mengurangi
-.0.87
-.171
.333
pengeluaran non pangan
Signifikansi model
0.004
Adjusted R Square
0.276
16

17
.
Tabel 13 menjelaskan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh negatif
signifikan (B= -0.909, p-value= 0.012) terhadap kesejahteraan subjektif contoh.
Artinya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan contoh maka contoh merasa
semakin tidak sejahtera. Total pendapatan berpengruh positif signifikan
(B=0.000002317, p-value=0.037) terhadap kesejahteraan subjektif contoh.
Artinya jika total pendapatan yang diperoleh tinggi maka kesejahteraan subjektif
contoh pun tinggi. Tekanan persepsi ekonomi contoh berpengaruh negatif sangat
signifikan (B = -0.213, p-value = 0.003) terhadap kesejahteraan subjektif contoh.
Hal tersebut dapat diindikasikan bahwa jika persepsi tekanan ekonomi yang
dirasakan contoh semakin menurun maka hal tersebut akan menyebabkan semakin
meningkatnya kesejahteraan subjektif yang dirasakan contoh
PEMBAHASAN
Keluarga merupakan sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, darah,
atau adopsi, terdiri atas satu orang kepala rumah tangga, interaksi dan komunikasi
satu sama lainnya dalam peran suami istri yang saling menghormati, ibu dan ayah,
anak laki-laki dan perempuan dan menciptakan serta mempertahankan
kebudayaannya (Duvval