Studi Antropometri Pemanen Kelapa Sawit dan Aplikasinya Pada Rancang Bangun Angkong

STUDI ANTROPOMETRI PEMANEN KELAPA SAWIT DAN
APLIKASINYA PADA RANCANG BANGUN ANGKONG

BANI SHIDEK

TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Antropometri
Pemanen Kelapa Sawit dan Aplikasinya Pada Rancang Bangun Angkong adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, 2013
Bani Shidek
NIM F14090121

ABSTRAK
BANI SHIDEK. Studi Antropometri Pemanen Kelapa Sawit dan Aplikasinya
pada Rancang Bangun Angkong. Dibimbing oleh SAM HERODIAN dan M.
FAIZ SYUAIB.
Kegiatan pengangkutan kelapa sawit dipengaruhi oleh pekerja dan alat
bantunya. Aktivitas pengangkutan memiliki beberapa tahapan yang cukup
beresiko dan banyak dikeluhkan oleh pekerja. Terdapat tiga tahapan yang beresiko
yaitu pengangkatan, pengangkutan, dan pengeluaran buah sawit. Tahapan tersebut
dapat mempengaruhi produktivitas hasil panen, namun hingga saat ini belum
dilakukan optimasi untuk mencapai hasil yang optimal. Sehingga perlu dilakukan
analisis ergonomika selama kegiatan tersebut untuk mengurangi resiko kerja dan
keluhan yang terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
aktivitas pengangkutan serta membuat rekomendasi desain dimensional angkong
yang sesuai. Perancangan ulang angkong berdasarkan data antropometri pekerja.
Rekomendasi desain yang diberikan yaitu perubahan tinggi handle dengan

persentil ke-50 sebesar 71 cm, perubahan bentuk penyangga dan perubahan
mekanisme handle yang fleksibel dengan dimensi pemendekan sebesar 23,5 cm.
Kata kunci: Kegiatan pengangkutan, buah kelapa sawit, antropometri, desain
angkong,

ABSTRACT
BANI SHIDEK. Anthropometric Studies of Palm Oil Harvesting and Application
in Wheelbarrow Design. Supervised by SAM HERODIAN and M. FAIZ
SYUAIB.
Transportation of oil palm fruit is affected by labours and their tools. The
activity has some stage which has a risk and complaints occured by the labours.
There are 3 stage with a risk, namely lifting, transportation, and revoming the
fruits from field. Those stages can affect crop productivity, but until now, those
are not optimized yet to get optimal result. So, ergonomic analysis is needed for
these activities to reduce the risks of working and complaints that occur. The aim
of the research is to analyze every transportation stages and make
recommendation of dimensional design for appropriate wheelbarrow. Redesign of
wheelbarrow is based on labours anthropometric data. Given recommendation
were changes of handle height by 50th percentile, 71 cm, changes of wheelbarrow
cantilever form, and changes mechanism with a flexible handle with shortening

dimension was 23,5 cm.
Keywords: Transportation activities, oil palm fruits, anthropometric, wheelbarrow
design.

STUDI ANTROPOMETRI PEMANEN KELAPA SAWIT DAN
APLIKASINYA PADA RANCANG BANGUN ANGKONG

BANI SHIDEK

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Judul Skripsi: Studi Antropometri Pemanen Kelapa Sawit dan Aplikasinya Pada
Rancang Bangun Angkong
Nama
: Bani Shidek
: F14090121
NIM

Disetujui oleh

Dr Ir Sam Herodian, MS
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

l1a OEC

DrI

2013


Judul Skripsi : Studi Antropometri Pemanen Kelapa Sawit dan Aplikasinya Pada
Rancang Bangun Angkong
Nama
: Bani Shidek
NIM
: F14090121

Disetujui oleh

Dr Ir M. Faiz Syuaib, M Agr
Pembimbing II

Dr Ir Sam Herodian, MS
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, MEng
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penelitian dan skripsi ini berhasil diselesaikan.
Penelitian yang dilaksanakan di PT Sari Lembah Subur, Kec Palalawan, Propinsi
Riau serta laboratorium Ergonomika sejak bulan April 2013 sampai September
2013 ini berjudul Studi Antropometri Pemanen Kelapa Sawit dan Aplikasinya
Pada Rancang Bangun Angkong.
Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis
ingin menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Dr Ir Sam Herodian MS selaku dosen pembimbing pertama dan Dr Ir M.
Faiz Syuaib M.Agr selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan
dukungan serta arahan dan bimbingan selama penelitian dan pembuatan skripsi.
Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, kakak dan adik
tercinta yang telah memberikan dorongan, motivasi, dan doa serta teman-teman
ORION 46 khususnya teman satu bimbingan.
Penulis berharap semoga tulisan ini beranfaat dan memberikan kontribusi
yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi

pertanian.

Bogor, 2013
Bani Shidek

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR LAMPIRAN


viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Panen Kelapa Sawit


2

Ergonomi

3

Antropometri

4

Selang Alami Gerakan (SAG)

6

Angkong

8

Software Design


9

METODOLOGI PENELITIAN

9

Waktu dan Tempat Penelitian

9

Bahan dan Alat Perlengkapan

9

Metode Penelitian

10

Observasi Proses Kerja Pemanenan


12

Analisis dan Pemilihan Data

12

Analisis Selang Alami Gerak

14

Analisis Kesesuaian Desain dan Rekomendasi Desain

15

Analisis Antropometri Yang Terkait Dengan Desain Angkong

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

22

Analisa rancangan angkong sekarang

22

Analisis gerakan dengan antropometri

25

a. Analisis gerakan mengangkut dengan selang alami gerak

27

b. Analisis gerakan mengangkat dengan selang alami gerak

30

c. Analisis gerakan unloading dengan selang alami gerak

31

Analisis persepsi subjektif

34

Hubungan hasil analisis gerakan dan persepsi subjektif

35

Analisis gerakan mengangkat dengan RULA

36

Analisis gerakan unloading dengan RULA

39

Analisis gerakan mengangkut dengan RULA

42

Proses redesain angkong

45

a. Redesain tinggi handle

45

b. Redesain handle

48

c. Optimasi desain handle terhadap postur tubuh

51

Analisis teknik rancangan

53

a. Titik jungkit bak

53

b. Perbandingan gaya angkat

53

Pengembangan ide rancangan

55

Analisis kesesuaian desain (RULA Analisys)

56

a. Posisi mengangkut

56

b. Posisi siap unloading

58

c. Posisi unloading

60

SIMPULAN DAN SARAN

64

DAFTAR PUSTAKA

65

LAMPIRAN

67

RIWAYAT HIDUP

70

DAFTAR GAMBAR
1. Angkong
2. Alur kegiatan evakuasi hasil panen
3. Distribusi normal dan perhitungan persentil
4. Selang alami gerakan (SAG) tubuh manusia
5. Penggunaan angkong untuk transportasi TBS
6. Tampilan layar kerja CATIA P3 V5R20
7. Alat dan perlengkapan penelitian
8. Diagram alir
9. Bagian-bagian tubuh pengukuran antropometri
10. Selang gerakan tubuh
11. Tampilan modul aplikasi “ergonomics design and analisys” pada CATIA
P3 V5R20
12. Pergerakan tubuh bagian lengan atas
13. Pergerakan tubuh bagian lengan bawah
14. Pergerakan tubuh bagian pergelangan tangan
15. Pergerakan putaran pergelangan tangan
16. Postur tubuh bagian leher (neck)
17. Postur bagian punggung (trunk)
18. Postur tubuh bagian kaki (legs)
19. Penyusunan tandan pada bak
20. Dimensi angkong pada tampak samping
21. Dimensi angkong pada tampak atas
22. Gerakan mengangkut subyek A
23. Gerakan mengangkut subyek B
24. Gerakan mengangkut subyek C
25. Gerakan mengangkat angkong
26. Gerakan unloading subyek A
27. Gerakan unloading subyek B
28. Gerakan unloading subyek C
29. Rekapitulasi data subjektif keluhan
30. Postur tubuh mengangkat
31. Postur tubuh unloading
32. Postur tubuh mengangkut
33. Manikin antropometri berdiri normal tampak samping
34. Simulasi tampak depan menentukan tinggi handle untuk antropometri
5, 50, dan 95 pemanen Riau
35. Simulasi tampak depan menentukan tinggi handle untuk antropometri
5, 50, dan 95 pemanen Kalimantan
36. Simulasi tampak depan menentukan tinggi handle untuk antropometri
5, 50, dan 95 pemanen Sulawesi

1
3
6
8
8
9
10
11
14
14
15
16
16
17
17
18
18
19
23
24
24
27
28
28
30
31
32
33
35
36
39
42
45
46
46
47

37. Desain rancangan penyangga
38. Illustrasi tinggi handle modifikasi
39. Illustrasi perubahan lebar handle
40. Simulasi menentukan dimensi pemendekkan
41. Tampilan slot pada rangka
42. Mekanisme handle
43. Illustrasi pengangkatan angkong
44. Angkong rancangan
45. Diagram benda bebas pada bak
46. Distribusi gaya angkong rancangan
47. Posisi pemanen saat mengangkut
48. Hasil RULA analysys posisi mengangkut
49. Sudut pergerakan operator saat simulasi pengangkutan
50. Posisi pemanen saat siap unloading
51. Hasil RULA analysys posisi siap unloading
52. Sudut pergerakan operator saat simulasi siap melakukan unloading
53. Posisi pemanen saat unloading
54. Hasil RULA analysys posisi unloading
55. Sudut pergerakan operator saat unloading
56. Posisi pemanen melakukan unloading dengan angkong dimiringkan
57. Hasil RULA analysys unloading dengan angkong dimiringkan
58. Sudut pergerakan operator saat unloading angkong dimiringkan

48
49
49
50
50
51
52
52
53
54
57
57
58
59
59
60
61
61
62
63
63
64

DAFTAR TABEL
1. Selang gerakan pada beberapa segmen tubuh
2. Parameter pengukuran antropometri
3. Pemberian skor bagian lengan atas
4. Pemberian skor bagian lengan bawah
5. Pemberian skor bagian pergelangan tangan
6. Penambahan skor aktivitas
7. Penambahan skor beban
8. Pemberian skor bagian leher (neck)
9. Pemberian skor bagian punngung (trunk)
10. Skor bagian-bagian kaki
11. Tabel A RULA
12. Tabel B RULA
13. Tabel C RULA
14. Kategori tindakan RULA
15. Rentang skor untuk setiap segmen warna

7
12
16
16
17
17
17
18
18
19
19
20
20
20
20

16. Kombinasi penilaian grup A dan grup B
17. Jangkauan nialai tingkat resiko cidera pada nilai akhir (final score)
18. Berat tandan rata-rata menurut umur tanaman
19. Karakteristik tandan sawit
20. Ringkasan data antropometri pemanen kelapa sawit di Riau
21. Parameter antropometri terkait dengan aktivitas penggunaan angkong
22. Rekap data selang gerak saat mengangkut
23. Rekap data selang gerak saat mengangkat
24. Rekap data selang gerak saat unloading
25. Skor grup A untuk posisi mengangkat
26. Skor grup B untuk posisi mengangkat
27. Skor grup C untuk posisi mengangkat
28. Skor grup A untuk posisi unloading
29. Skor grup B untuk posisi unloading
30. Skor grup C untuk posisi unloading
31. Skor grup A untuk posisi mengangkut
32. Skor grup B untuk posisi mengangkut
33. Skor grup C untuk posisi mengangkut
34. Segmen gerakan
35. Perbandingan gaya angkong

21
21
22
22
25
26
29
30
33
37
38
38
40
41
41
43
44
44
51
55

DAFTAR LAMPIRAN
1. Drafting gambar rancangan
2. Tampak samping kondisi awal penyangga
3. Tampak samping kondisi penyangga diangkat

68
69
69

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu produk unggulan nasional di bidang
perkebunan. Indonesia menempati urutan pertama penghasil minyak kelapa sawit
dunia (BPS, 2012). Namun, dalam beberapa hal seperti teknis serta mekanisasi
untuk mendukung sektor perkebunan di Indonesia masih belum cukup
berkembang. Sehingga, peningkatan produksi masih harus dibarengi dengan
peningkatan luas lahan yang cukup besar. Salah satu faktor yang menentukan
tingkat produktifitas kelapa sawit yaitu pada proses panen. Proses panen kelapa
sawit erat kaitannya antara pemanen, peralatan yang digunakan, dan lingkungan
kerja pada saat panen. Kesesuaian diantara tiga elemen tersebut berpengaruh
terhadap tingkat produktifitas dan efisiensi pada proses pemanenan. Keamanan
dan keselamatan sering kali dipandang sebelah mata dan yang lebih diutamakan
hanyalah supaya proses panen dapat berlangsung cepat.
Pemindahan TBS (Tandan Buah Segar) ke TPH (Tempat Penyimpanan
Hasil) merupakan salah satu aktivitas pemanenan. Untuk melakukan aktivitas
tersebut masih menggunakan tenaga manusia. Pemindahan dengan menggunakan
tenaga manusia dan tanpa menggunakan tenaga mesin disebut manual material
handling. Alat angkut yang digunakan pemanen untuk pemindahan TBS adalah
angkong. Penggunaan angkong tergolong dalam aktivitas manual material
handling. Elemen pekerjaan spesifik pada penggunaan angkong terdiri dari
pengangkutan TBS dan unloading. Pengangkutan merupakan pemindahan muatan
menuju tempat tertentu. Sedangkan unloading merupakan proses pembongkaran
muatan yang dilakukan dengan penggunaan angkong beserta muatannya ke depan
sehingga muatan tersebut dapat dikeluarkan dari angkong. Berikut bentuk
angkong disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Angkong
Penggunaan angkong termasuk aktivitas yang tergolong berat akibatnya
dapat mempengaruhi kondisi fisik pemanen. Pada saat pengangkutan, pemanen
akan merasakan beban yang besar pada bagian lengan. Saat melakukan unloading,
pemanen harus mengangkat angkong untuk mengeluarkan muatan. Aktivitas
tersebut memerlukan konsumsi energi yang besar dan dapat menimbulkan cidera.
Sehingga, diperlukannya karakteristik angkong yang ergonomis sehingga
konsumsi energi dan risiko cidera dapat diminimisasi.

2
Dalam studi (Syuaib et.all, 2012) kajian ergonomi untuk penyempurnaan
sistem dan produktivitas kerja panen-muat di kebun sawit PT.Astra Agro Lestari
(AAL) kegiatan pemanenan yang berat yaitu pada kegiatan mengangkut
menggunakan angkong. Dalam studi waktu didapatkan bahwa pada kegiatan
mengangkut hasil membutuhkan waktu yang lebih besar dari aktivitas lainnya
setelah aktivitas memungut brondolan. Dalam studi energi atau tingkat kejerihan
didapatkan bahwa pada kegiatan mengangkut atau evakuasi hasil memiliki tingkat
kejerihan yang berat.
Permasalahan adalah karakteristik angkong yang ergonomis, dengan
melakukan analisis kegiatan pemindahan TBS maka dapat diketahui angkong
yang digunakan sudah ergonomis atau tidak. Dalam melakukan rancang ulang
angkong perlu identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada penggunaan
angkong. Menentukan posisi tubuh yang paling baik saat pengangkatan angkong,
mengetahui bagian-bagian tubuh yang berisiko cidera, dan menentukan
karakteristik angkong yang baik.
Dalam ergonomi sendiri terdapat beberapa cabang ilmu yang dapat
mempengaruhi manusia dalam mencapai keberhasilan suatu pekerjaan,
diantaranya yaitu antropometri. Cabang ilmu tersebut sebaiknya disesuaikan
antara manusia dalam hal ini pemanen kelapa sawit, alat yang digunakan, serta
lingkungan kerja pada proses panen untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi,
keamanan serta kenyamanan kerja.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengindentifikasi dan menganalisis
antropometri pemanen kelapa sawit, menganalisis kesesuaian desain dimensional
angkong berdasarkan antropometri dan persepsi subjektif pemanen di lokasi studi,
membuat rekomendasi desain dimensional angkong yang ergonomis.

TINJAUAN PUSTAKA
Panen Kelapa Sawit
Proses pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah
masak dari pohon, memungut brondolan yang jatuh, memotong pelepah, dan
mengangkut buah ke TPH serta ke pabrik. Dalam pelaksanaannya, pemanenan
perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu agar tujuan panen untuk
mendapatkan rendemen dan kualitas minyak yang baik dapat dicapai. Beberapa
kriteria panen yang harus diperhatikan adalah kematangan buah, cara panen, alat
panen, tenaga panen, serta sisitem dan rotasi panen (Syuaib, et all 2012).
Alat-alat yang digunakan dalam panen kelapa sawit dapat dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk membawa TBS ke TPH,
dan alat untuk bongkar muat TBS. alat yang digunakan untuk memotong TBS
adalah dodos untuk tanaman yang berumur tiga tahun dan egrek untuk tanaman
yang tingginya sudah mencapai tiga meter (berumur lebih dari 8 tahun). Selain

3
potong buah telah dilakukan, selanjutnya dilakukan pengumpulan TBS ke TPH.
Alat-alat yang digunakan antara lain angkong atau kereta sorong, karung goni,
keranjang buah, pikulan atau tali nilon. Kegiatan terakhir adalah alat muat TBS ke
dalam truk angkut. (Pahan, 2008). Alur proses evakuasi hasil panen dapat dilihat
pada Gambar 2.

(a) Pemotongan tandan

(b) Pengangkutan ke TPH

(c) Pengangkutan ke pabrik
(d) Pengumpulan di TPH
Gambar 2. Alur kegiatan evakuasi hasil panen
Menurut Pahan (2006) pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan
pengangkutan dari TPH ke pabrik kelapa sawit (PKS) pada setiap hari panen.
Pada prinsipnya TBS dan brondolan harus diangkut secepatnya ke PKS untuk
diolah pada hari itu juga. Hal ini dilakukan supaya minyak yang dihasilkan tetap
bermutu baik. Oleh karena itu, pengangkutan panen merupakan unsur yang sangat
penting agar tandan dapat masuk segera ke pabrik untuk diolah pada hari panen.
Ergonomi
Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos
(hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula
dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di
tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi
tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling
berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan

4
manusiannya. Ergonomi disebut juga sebagai “Human Factors” (Nurmianto,
2004).
International Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan ergonomika
sebagai suatu disiplin ilmu yang difokuskan pada hubungan antara manusia
dengan elemen lain pada suatu sistem dan kontribusinya terhadap desain,
pekerjaan, produk, dan lingkungan dengan tujuan untuk menyelaraskan dengan
kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan manusia (Syuaib, 2003).
Menurut Nurmianto (2004) ergonomi juga memberikan peranan penting
dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja. Misalnya : desain
suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka
dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (visual display unit
station). Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur
kerja. Desain suatu perkakas kerja (handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja.
Desain suatu peletakan instrument dan sistem pengendalian agar didapat optimasi
dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat
dengan meminimumkan resiko kesalahan, serta upaya didapatkan optimasi,
efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metoda kerja yang kurang
tepat.
Disamping itu, suatu hal yang vital pada penerapan ilmiah untuk ergonomi
adalah Antropometri (kalibrasi tubuh manusia). Dalam hal ini terjadi
penggabungan dan pemakaian data antropometri dengan ilmu-ilmu statistik yang
menjadi prasyarat utamanya (Nurmianto, 2004).
Antropometri
Antropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu
kumpulan data numeric yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh
manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk
penaganan masalah desain. Penerapaan data antropometri ini akan dapat
dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) nya dari
suatu distribusi normal.
Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan
fasilitas akomodasi, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor
seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis.
Menurut Nurmianto (2004), manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam
hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
dimensi tubuh manusia antara lain :
1. Usia
Digolongkan atas beberapa kelompok usia, yaitu balita, anak-anak, remaja,
dewasa, dan lanjut usia. Antropometri tubuh manusia akan cenderung
meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah mencapai usia dewasa,
tinggi badan manusia mempunyai kecendrungan untuk menurun yang antara
lain disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang (invertebral
discs).

5
2. Jenis Kelamin
Secara distribusi statistic terdapat perbedaan yang signifikan antara dimensi
tubuh pria dan wanita. Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh
yang lebih besar dibanding wanita. Oleh karenanya data antropometri untuk
kedua jenis kelamin selalu disajikan terpisah.
3. Suku Bangsa (Ethnic Variability)
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik memiliki karakteristik fisik yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa Negara
barat pada umumnya berukuran lebih besar daripada dimensi tubuh suku
bangsa Negara timur.
4. Jenis Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menurut adanya persyaratan dalam seleksi
karyawannya. Misalnya pekerjaan buruh mengharuskan orang-orang berpostur
lebih besar dibandingkan pekerjaan kantoran. Sedangkan menurut
Wignjosoebroto (2003), dimensi tubuh manusia dipengaruhi juga oleh tingkat
sosio ekonomi. Pada negara –Negara maju dengan tingkat sosio ekonomi
tinggi, penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan
negara-negara berkembang.
5. Posisi Tubuh
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh, oleh
karena itu posisi tubuh standar yang harus diterapkan untuk survey
pengukuran.
6. Cacat Tubuh secara Fisik
Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orangorang cacat. Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir
yaitu dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas
akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka ikut
serta merasakan “kesamaan” dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi
di dalam pelayanan untuk masyarakat.
7. Pakaian
Faktor iklim yang berbeda akan memberi variasi yang berbeda pula dalam
bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orang pun akan
berbeda dalam satu tempat dengan tempat yang lain.
8. Kehamilan pada Wanita
Faktor ini jelas member pengaruh perbedaan yang berarti kalau dibandingkan
dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan analisis
perancangan produk (APP) dan analisis perancangan kerja (APK).
Ukuran tubuh sangat diperlukan dalam pembuatan tata letak dalam suatu
ruang kerja, termasuk penyebaran posisi kerja yang baik, sehingga dapat
menurunkan beban kerja. Faktor fisiologis yang perlu diperhatikan adalah
tinggi tubuh, tinggi duduk tegak, tinggi duduk normal, tinggi lutut, tinggi siku,
tebal paha, jarak lutut sampai paha atas, jarak paha atas sampai ke betis, lebar
siku, lebar duduk, dan berat badan (Sanders, 1987).
Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata)
dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang
menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang
dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut (Nurmianto,

6
2004). Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas
distribusi normal seperti pada Gambar 3. Berikut,

Gambar 3. Distribusi normal dan perhitungan persentil
Secara umum data antropometri yang diterapkan untuk hal-hal yang khusus,
cukup diambil dari persentil ke-5, ke-50, ke-95 atau antara persentil ke-5 sampai
persentil ke-95. Persentil ke-100 hanya diterapkan pada rancangan yang
digunakan oleh semua orang, contoh perlengkapan di rumah-rumah sakit. Untuk
alat yang dapat diatur sesuai dengan operatornya, misalnya posisi tempat duduk,
posisi pegangan kendali, desain sebaiknya dirancang agar dapat memenuhi selang
persentil ke-5 sampai ke-95 (Zander, 1972).
Selang Alami Gerakan (SAG)
Selang alami gerakan (SAG) didefinisikan sebagai gerakan alami manusia
ketika melakukan suatu pekerjaan atau aktivitas. Studi SAG dapat digolongkan
dalam studi biomekanik, dimana biomekanik mempelajari berbagai aspek dari
pergerakan fisik tubuh manusia (Sanders, 1987).
Dalam melakukan gerakan, pengguna seharusnya menghindari gerakan yang
berulang dan gerakan yang ekstrim pada SAG selama periode waktu yang lama.
Dengan mempertimbangkan SAG, produk dapat didesain untuk dioperasikan
dengan selang optimal untuk mengurangi kelelahan dan gangguan otot. Terdapat
empat zona yang dihadapi manusia ketika duduk atau berdiri (Openshaw, 2006),
yaitu :

7
1. Zona 0 (zona hijau / green zone), yaitu zona yang dianjurkan untuk
melakukan sebagian besar gerakan. Pada zona ini terdapat tekanan
minimal pada otot dan sendi.
2. Zona 1 (zona kuning / yellow zone), yaitu zona yang dianjurkan untuk
melakukan sebagian besar gerakan. Pada zona ini terdapat tekanan
minimal pada otot dan sendi.
3. Zona 2 (zona merah / red zone), yaitu zona dimana terdapat banyak posisi
tubuh yang ekstrim. Pada zona ini terdapat lebih besar tekanan pada otot
dan sendi.
4. Zona 3 (melewati zona merah / beyond red zone), yaitu zona dimana
terdapat sangat banyak posisi tubuh yang ekstrim, sebaiknya dihindari jika
memungkinkan, terutama ketika mengangkat beban berat atau kegiatan
yang dilakukan berulang-ulang.
Ilustrasi dari zona-zona tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. dan Gambar 4.
Tabel 1. Selang gerakan pada beberapa segmen gerakan tubuh
Gerakan

Pergelangan tangan

Bahu

Punggung

Leher
Siku terhadap
lengan tangan
lengan tangan
Pergelangan kaki
Lutut
Pinggul

Fleksi (Flexion)
Ekstensi (Extension)
Deviasi Radial (Radial Deviation)
Deviasi Ulnar (Ulnar Deviation)
Fleksi (Flexion)
Ekstensi (Extension)
Adduksi (Adduction)
Abduksi (Abduction)
Fleksi (Flexion)
Ekstensi (Extension)
Berputar (Rotation)
Membengkok ke samping (Lateral bend)
Fleksi (Flexion)
Ekstensi (Extension)
Berputar (Rotation)
Membengkok ke samping (Lateral bend)

Selang dari zona gerakan (dalam°)
Zona 0 Zona 1 Zona 2 Zona 3
0 - 10
11 - 25 26 - 50
51+
0-9
10 - 23 24 - 45
46+
0-3
4-7
8 - 14
15+
0-5
6 - 12
13 - 24
25+
0 - 19
20 - 47 48 - 94
95+
0-6
7 - 15
16 - 31
32+
0-5
6 - 12
13 - 24
25+
0 - 13
14 - 34 35 - 67
68+
0 - 10
11 - 25 26 - 45
46+
0-5
6 - 10
11 - 20
21+
0 - 10
11 - 25 26 - 45
46+
0-5
6 - 10
11 - 20
21+
0-9
10 - 22 23 - 45
46+
0-6
7 - 15
16 - 30
31+
0-8
9 - 20
21 - 40
41+
0-5
6 - 12
13 - 24
25+

Fleksi (Flexion)

0 - 27

28 - 69

70 - 137

138+

Supinasi
Pronasi
Ekstensi (Extension)
Fleksi (Flexion)
Fleksi (Flexion)
Adduksi (Adduction)
Abduksi (Abduction)
Fleksi (Flexion)

0 - 21
0 - 13
0-7
0-5
0 - 20
0-5
0 - 11
0 - 22

22 - 53
14 - 32
8 - 18
6 - 14
21 - 52
6 - 13
12 - 29
23 - 55

54 - 106
33 - 64
19 - 35
15 -28
53 - 103
14 - 25
30 - 58
56 - 109

107+
65+
36+
29+
104+
26+
59+
110+

Sumber : Tri Novita (2012), diolah berdasarkan data bersumber dari Houry (1983), serta Sanders
dan McCormick (1993)

8

Gambar 4. Selang alami gerakan (SAG) tubuh manusia
Sumber : Chaffin (1999) dan Woodson (1992) diacu dalam Openshaw (2006)
Angkong
Angkong merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan hasil TBS
dari kebun ke TPH. Pemanen memuat angkong dengan 2-3 TBS, tergantung
ukuran dan berat TBS. umumnya berat TBS berkisar 15 – 50 kg. apabila TBS
ukuran besar, maka satu angkong hanya berisi 2 TBS, tetapi untuk TBS ukuran
kecil, angkong dapat diisi 3 TBS (Hendra dan Rahardjo, 2009). Berikut ilustrasi
pemanen menggunakan angkong pada Gambar 5.

Gambar 5. Penggunaan angkong untuk transportasi TBS

9
Software Design
Software design CATIA berfungsi sebagai konsultan digital untuk
membantu proses desain, rekayasa, dan manufaktur. Piranti lunak yang diusung
IBM ini lazim dikategorikan sebagai Computer Aided Design (CAD), Computer
Aided Engineering (CAE), dan Computer Aided Manufacturing (CAM). Dengan
CATIA, proses-proses pemodelan seluruhnya dilakukan secara digital sehingga
tidak diperlukan lagi gambar manual ataupun model fisik (Pinem, 2009).
Secara teknis CATIA sangat mudah digunakan dan memiliki aplikasi yang
lengkap dan lebih dari 140 modul untuk berbagai kebutuhan industri. Salah satu
modul aplikasinya yaitu proses simulasi benda kerja terhadap manusia sebagai
pengendali kerjanya (operator). Simulasi dilakukan dengan menggunakan modul
aplikasi manual dari RULA (Rappid Upper Limb Assessment) dikembangkan di
University of Nottingham pada tahu 1993, untuk mengevaluasi eksposisi pekerja
untuk faktor resiko yang mungkin menyebabkan gangguan di bagian tubuh yang
mengalami ketegangan (tension) (Pradanos, 2011). Berikut ini tampilan CATIA
P3 V5R20 seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Tampilan layar kerja CATIA P3 V5R20

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Ergonomika, TMB,
FATETA, IPB mulai dari bulan April hingga Agustus 2013. Kegiatan yang
dilakukan meliputi, studi pustaka, analisis ergonomi dan analisis data perhitungan.

Bahan dan Alat Perlengkapan
Bahan Penelitian yaitu data yang bersumber dari rekaman video kerja
pemanen di tiga perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Riau, Kalimantan
Timur, dan Sulawesi Barat (Syuaib, et.all, 2012).
Sebagai bahan dalam penelitian ini adalah data-data antropometri pemanen,
video aktivitas kerja, dimensi angkong yang ada, dan elemen kerja penggunaan

10
angkong dari 12 orang subjek pekerja di tiga lokasi perkebunan milik PT.Astra
Agro Lestari di Riau, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Barat (Bersumber dari
Syuaib, et.all, 2012).
Alat Perlengkapan yang digunakan:
1. Aplikasi Video Player
2. Video Converter to Jpeg
3. Software Design and Analysys (CATIA)
Berikut alat dan perlengkapan penelitian pada Gambar 7.

(a) Tampilan Video Converter

(b) Tampilan CATIA V5 R20
Gambar 7. Alat dan perlengkapan penelitian
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu observasi kegiatan
pemanenan, tahap analisis dan pemilihan data, dan redesain (rancang ulang).
Tahap pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan data dimensi tubuh
manusia (pemanen kelapa sawit) dan dimensi alat (angkong). Data tersebut
digunakan sebagai data primer untuk perancangan desain baru. Diagram alir dari
tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 8.

11
Mulai
Observasi Proses Kerja Pemanenan
Analisis dan Pemilihan Data

Data Antropometri

Data Dimensi Alat

Antropometri
Terkait
Desain

Gambar
Teknik
Angkong

SAG

Data Motion

Selang gerak
dan Resiko
Gerak Kerja

Analisis kesesuaian

Data Persepsi Subyektif

Keluhan
Penggunaan
Angkong

RULA

YA
Desain Angkong
Ergonomis
TIDAK
Redesain angkong

Analisis ergonomi rancangan

Analisis teknik rancangan

Desain Angkong
Ergonomis
YA
Rekomendasi desain

Selesai
Gambar 8. Diagram alir tahapan penelitian

TIDAK

12
Observasi Proses Kerja Pemanenan
Melalui video pemanenan kelapa sawit dan sumber data lainnya (Sumber
Syuaib,et.all 2012) penulis melakukan observasi pada kegiatan pemanenan. Dari
observasi yang dilakukan kegiatan pemanenan masih memiliki resiko bahaya
dalam aktivitasnya.
Salah satu aktivitas yang beresiko dan menjadi topik dalam penelitian ini
adalah kegiatan pemanenan saat mengangkut menggunakan angkong. Maka perlu
dilakukan analisis pada kegiatan tersebut untuk mengetahui resiko yang terjadi
dan alat yang digunakan sudah ergonomis atau belum.
Analisis dan Pemilihan Data
Data yang diperlukan seperti data antropometri pemanen, data dimensi alat
(angkong), pengambilan gambar maupun video gerakan kerja proses panen kelapa
sawit serta wawancara pemanen secara langsung (sumber Syuaib,et.all 2012).
Berikut beberapa parameter pengukuran antropometri dan gambar yang
dapat mengilustrasikan pengukuran yang akan dilakukan pada Tabel 2. Dan
Gambar 9.
Tabel 2. Parameter pengukuran antropometri
Data yang diukur dalam posisi berdiri
Data yang diukur dalam posisi duduk
No Keterangan
No Keterangan
1 Berat badan
19 Lebar telapak tangan
2 Tinggi badan
20 Diameter genggam tangan
3 Tinggi mata
21 Panjang telapak tangan
4 Tinggi bahu
22 Keliling genggam tangan
5 Tinggi siku tangan
23 Panjang ibu jari
6 Tinggi pinggang
24 Panjang jari telunjuk
7 Tinggi pinggul
25 Panjang jari tengah
8 Tinggi genggaman tangan
26 Panjang jari manis
9 Tinggi ujung tangan
27 Panjang jari kelingking
10 Jangkauan tangan keatas terbuka
28 Panjang jengkal tangan
11 Jangkauan tangan keatas genggam
29 Tinggi duduk
12 Jangkauan tangan kedepan terbuka
30 Tinggi mata
13 Jangkauan tangan kedepan genggam
31 Tinggi bahu
14 Jangkauan 2 tangan kesamping terbuka 32 Tinggi siku tangan
15 Jengkal 2 tangan kesamping genggam 33 Jangkauan tangan keatas terbuka
16 Jengkal 2 siku
34 Jangkauan tangan keatas gengga
17 Panjang telapak kaki
35 Tinggi lutut
18 Lebar telapak kaki
36 Tinggi lutut dalam
37 Jangkauan tangan kebawah
38 Jangkauan tangan kebawah
39 Panjang lengan atas
40 Panjang lengan bawah terbuka
41 Panjang lengan bawah genggam
42 Jarak pantat-lutut
43 Jarak pantat-lipatan lutut dalam
44 Panjang kepala
45 Lebar kepala
46 Lebar bahu (biacromial)

13
Data yang diukur dalam posisi berdiri
No Keterangan

Data yang diukur dalam posisi duduk
No Keterangan
47 Lebar bahu (bideltoid)
48 Lebar pinggul
49 Tebal dada
50 Tinggi dudukan paha
51 Panjang lengan

(a). Pengukuran posisi berdiri

(b). Pengukuran posisi duduk

14

(c). Pengukuran telapak tangan dan kaki
Gambar 9. Bagian-bagian tubuh pengukuran antropometri (Sumber :
Pheasant, 2003)
Analisis selang alami gerak
Selang alami gerak (SAG) yang dianalisa adalah berdasarkan pengamatan
gerakan pemanen ketika membawa tandan ke TPH dengan menggunakan angkong
dan pada saat pemanen melakukan kegiatan unloading tandan. Sudut-sudut yang
diperoleh dari hasil pengolahan data berupa siklus gerakan ketika pemanenan
akan dianalisis selang alami gerakannya. Berikut illustrasi selang gerakan tubuh
pada Gambar 10.

Gambar 10. Selang gerakan tubuh
Sumber : Houy 1983 diacu dalam Sanders dan McCormick 1993

15
Analisis kesesuaian desain dan rekomendasi desain
Berdasarkan data-data yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis
kesesuaian desain angkong yang digunakan oleh pemanen di lokasi studi. Bila
terdapat ketidaksesuaian desain ergonomis angkong yang sudah ada ataupun
kekurangsesuaian gerakan dalam mengangkong dan unloading kelapa sawit (SAG
masuk dalam zona bahaya), maka akan dilakukan rekomendasi desain dan
gerakan mengangkong serta unloading kelapa sawit yang lebih ergonomis bagi
pemanen di lokasi studi.
Analisa kesesuaian antara angkong dengan pemanen dengan bantuan
software CATIA P3 V5R20. Simulasi data antropometri posisi kerja untuk
mengetahui kesesuaian antara angkong dengan ukuran tubuh pemanen. Analisa
dilakukan dengan menggunakan modul aplikasi “Ergonomic Design and Analysis”
pada software CATIA P3 V5R20. Modul ini berfungsi untuk menganalisa
perancangan suatu alat/mesin dengan cara mengkondisikan operator pada suatu
posisi tertentu dengan data antropometri tertentu, terhadap sistem kerja dari alat
tersebut.
Berikut tampilan salah satu modul aplikasi pada software CATIA P3 V5R20
pada Gambar 11.

Gambar 11. Tampilan modul aplikasi “Ergonomics Design and Analysis”
pada CATIA P3 V5R20
Analisis antropometri yang terkait dengan desain angkong
Pada tahap ini akan dilakukan analisis bagian anggota tubuh pada manusia
yang secara langsung berinteraksi dengan alat. Pada angkong terjadi korelasi
antara manusia dengan alat yakni, lengan, bahu, pinggul, lutut, punggung. Dari
segmen anggota tubuh tersebut dicari nilai SAG. Nilai SAG yang berada pada
zona bahaya akan dilakukan perubahan teknik pekerjaan atau meredesain alat
yang ada.
Data antropometri dapat digunakan untuk optimasi dimensi benda yang
sering digunakan manusia atau mendesain alat atau mesin agar operator dapat
mengoperasikan dengan nyaman, efisien dan aman.
Metode penilaian kesesuaian gerak yang menggunakan data antropometri
adalah RULA (Rapid Upper Limb Assessment Analysis).Penilaian ini digunakan

16
untuk pengambilan keputusan disain aman/ergonomis atau tidak.Dalam
mempermudah penilaian dalam RULA analysis, maka tubuh dibagi atas dua
segmen grup yaitu, grup A terdiri atas lengan atas (upper arm), lengan bawah
(lower arm) dan pergelangan tangan (wrist). Sedangkan grup B terdiri dari leher
(neck), punggung (trunk) dan kaki (legs) (Diza, 2012).
Pergerakan untuk lengan atas dapat dilihat pada Gambar 12. dan untuk
pemberian skor untuk lengan atas disajikan dalam Tabel 3.

Gambar 12. Pergerakan tubuh bagian lengan atas
Tabel 3. Pemberian skor bagian lengan atas
Pergerakan
Skor
Skor perubahan
o
20 (ke depan maupun ke
1
belakang dari tubuh)
> 20o (ke belakang) atau
2
+ 1 jika bahu naik
o
20 – 45
+ 1 jika lengan berputar/bergerak
o
45 – 90
3
o
>90
4
Pergerakan untuk lengan bawah dapat dilihat pada Gambar
13.Pemberian skor untuk bagian lengan bawah disajikan dalam Tabel 4.

Gambar 13. Pergerakan tubuh bagian lengan bawah
Tabel 4. Pemberian skor bagian lengan bawah
Pergerakan
Skor
Skor perubahan
o
60 – 100
1
+ 1 jika lengan bawah bekerja melewati
o
o
garis tengah atau keluar dari sisi tubuh
< 60 atau > 100
2

Pergerakan untuk pergelangan tangan dapat dilihat pada Gambar
14.Pemberian skor untuk bagian pergelangan tangan disajikan dalam Tabel 5.

17

Gambar 14. Pergerakan tubuh bagian pergelangan tangan
Tabel 5. Pemberian skor bagian pergelangan tangan
Pergerakan
Skor
Skor perubahan
Posisi netral
1
+ 1 jika pergelangan tangan menjauhi sisi
0 – 15o
2
tengah
>15o
3
Postur putaran pergelangan tangan (wrist twist) dapat dilihat pada
Gambar 15.

Gambar 15. Pergerakan putaran pergelangan tangan
Untuk putaran pergelangan tangan (wrist twist) pada posisi postur yang
netral diberi skor :
1
= Posisi tengah dari putaran
2
= Posisi pada atau dekat dari putaran

Aktivitas
Postur Statik
Pengulangan

Skor
+1
+1

Beban
10 Kg

Skor
0
1
3

Tabel 6. Penambahan skor aktivitas
Keterangan
Satu atau lebih bagian tubuh statis/diam
Tindakan dilakukan berulang-ulang lebih dari 4 kali
per menit
Tabel 7. Penambahan skor beban
Keterangan
+1 jika postur statis dan dilakukan berulang-ulang
-

Pergerakan untuk leher dapat dilihat pada Gambar 16.Pemberian skor
untuk bagian leher disajikan dalam Tabel 8.

18

Gambar 16. Postur tubuh bagian leher (neck)

Pergerakan
0 – 10 o
10 – 20o
>20o
Ekstensi

Tabel 8. Pemberian skor bagian leher (neck)
Skor
Skor perubahan
1
+ 1 jika leher berputar/bengkok
2
+1 jika batang tubuh bungkuk
3
4

Pergerakan untuk punggung (trunk) dapat dilihat pada Gambar 17.
Pemberian skor untuk bagian punggung disajikan dalam Tabel 9.

Gambar 17. Postur bagian punggung (trunk)
Tabel 9. Pemberian skor bagian punggung (trunk)
Pergerakan
Skor
Skor perubahan
Posisi normal (90°)
1
o
+ 1 jika leher berputar/bengkok
0 – 20
2
+1 jika batang tubuh bungkuk
20 - 60o
3
>60°
4
Pergerakan untuk kaki (legs) dapat dilihat pada Gambar 18. Pemberian
skor untuk bagian kaki disajikan dalam Tabel 10.

19

Gambar 18. Postur tubuh bagian kaki (legs)
Tabel 10. Skor bagian- bagian kaki
Pergerakan
Skor
Posisi normal/seimbang
1
Tidak seimbang
2
Nilai yang tampil dari simulasi RULA Analysis merupakan hasil perhitungan
yang sudah distandarkan dan disederhanakan disajikan dalam hubungan berupa
tabel, seperti pada Tabel 11,12, dan 13.
Tabel 11.Tabel A RULA
Upper
Arm

1

2

3

4

5

6

Lower
Arm

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Wrist
1
Wrist Twist
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
2
3
2
3
3
4
3
4
3
4
5
5
5
6
6
6
7
7
7
8
9
9

2
Wrist Twist
1
2
2
2
2
2
2
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
6
6
6
7
7
7
8
8
9
9

3
Wrist Twist
1
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
6
7
7
7
7
8
8
9
9
9

4
Wrist Twist
1
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
6
6
7
7
7
8
8
9
9
9
9
9

20
Tabel 12.Tabel B RULA
Trunk
Neck
1
2
3
4
5
6

1
Legs
1
1
2
3
5
7
8

2
Legs
2
3
3
3
5
7
8

1
2
2
3
5
7
8

3
Legs
2
3
3
4
6
7
8

1
3
4
4
6
7
8

4
Legs
2
4
5
5
7
8
8

1
5
5
5
7
8
8

5
Legs
2
5
5
6
7
8
9

1
6
6
6
7
8
9

6
Legs
2
6
7
7
7
8
9

1
7
7
7
8
8
9

2
7
7
7
8
8
9

Tabel 13.Tabel C RULA
A/B
1
2
3
4
5
6
7
8

1
1
2
3
3
4
4
5
5

2
2
2
3
3
4
4
5
5

3
3
3
3
3
4
5
6
6

4
3
4
4
4
5
6
6
7

5
4
4
4
5
6
6
7
7

6
5
5
5
6
7
7
7
7

7
5
5
6
6
7
7
7
7

Tabel B score + Muscle + Force Score Score D
Tabel 14. Kategori tindakan RULA
Kategori tindakan
Level
Tindakan
1–2
Minimum Aman
3–4
Kecil
Diperlukan beberapa waktu ke Depan
5–6
Sedang
Tindakan dalam waktu dekat
7
Tinggi
Tindakan sekarang juga

Pada RULA Analysis, memiliki tampilan tanda warna yang memiliki rentang
nilai dengan tingkat kenyamanan dan keamanan operator dalam sistem kerja.
Rentang skor setiap warna disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Rentang skor untuk setiap segmen warna
Score
Color associated to the score
Segment
Range
1
2
3
4
5
6
Upper arm
1 to 6
Forearm
1 to 3
Wrist
Wrist Twist
Neck
Trunk

1 to 4
1 to 2
1 to 6
1 to 6

Warna-warna hasil simulasi secara global, baik dari kelompok A dan B,
dimodifikasi sesuai dengan jenis aktivitas otot yang dilakukan, serta gaya yang
diterapkan ketika operator mengoperasikan sistem kerja dari mesin tersebut.

21
Akhirnya akan didapat nilai akhir (final score) dari tanda-tanda berupa warna
tersebut yang secara global dimodifikasi. Hasil nilai dari kedua grup, yaitu grup A
dan B akan dikombinasikan sesuai dengan standar RULA yang disajikan dalam
hubungan tabel (Tabel 16), kemudian dari score tersebut akan muncul tanda
warna yang menunjukkan tingkat resiko cidera dari posisi kerja yang dilakukan
oleh operator, seperti yang disajikan pada Tabel 17. Nilai akhir yang diberikan
oleh metode RULA sebanding dengan resiko beban oleh kinerja operator, sehingga
nilai akhir yang lebih tinggi menunjukkan resiko yang lebih besar dan
kemungkinan menimbulkan cidera pada bagian anggota tubuh tertentu. Dan
sebaliknya, nilai akhir yang rendah menunjukkan bahwa operator dalam keadaan
baik dan tidak bermasalah terhadap kinerja sistem (Diza, 2012).
Tabel 16. Kombinasi penilaian Grup A dan Grup B
Grand Total Score
Score D = Score from Table B + Mucle use score + Force
Score-C

1

2

3

4

5

6

7

8+

1

1

2

3

3

4

5

5

5

2

2

2

3

4

4

5

5

5

3

3

3

3

4

4

5

6

6

4

3

3

3

4

5

6

6

6

5

4

4

4

5

6

7

7

7

6

4

4

5

6

6

7

7

7

7

5

5

6

6

7

7

7

7

5
6
7
7
7
7
8+ 5
Score-C = Score from Table A + Muscle use score + Force
Sumber: Muliawan, 2010 (Diza, 2012)

7

Tabel 17. Jangkauan nilai tingkat resiko cidera pada nilai akhir (Final Score)
Range
Nilai
Warna Kemungkinan timbul cedera pada postur tubuh
1 dan 2
Hijau
Acceptable
Further investigation and change maybe
3 dan 4
Kuning required
5 dan 6
Orange Investigation and changes are required soon
Sumber: Muliawan, 2011 (Diza, 2012)

22

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa rancangan angkong sekarang
Sebelum melakukan rancang ulang dilakukan analisa pada rancangan
angkong yang ada. Analisa dilakukan pada jenis pekerjaannya, bentuk alat, dan
pekerja atau operator. Analisa pekerjaan yaitu mengetahui kapasitas pengangkutan
dengan menggunakan angkong yang ada. Dimensi angkong yang ada digunakan
sebagai acuan perancangan yang akan dibuat dalam bentuk gambar teknik dan
analisa pada pekerja secara objektif dan subjektif. Secara objektif dilakukan
dengan menganalisa dengan antropometri dan selang alami gerak (SAG)
sedangkan secara subjektif dengan menganalisa kuisioner keluhan sakit pada
bagian tubuh yang dirasakan pekerja saat beraktivitas menggunakan angkong
Kapasitas muat angkong
Angkong yang ada sekarang tidak boleh melebihi dari 120 kg dan akan
mengakibatkan cepat rusaknya angkong (Monasari, 2006). Pemanen mengangkut
TBS tergantung dari ukuran dan berat. TBS berukuran besar bekisar 15-50 kg dan
dapat memuat 2 tandan dalam angkong sedangkan TBS berukuran sedang atau
kecil dapat memuat 3 atau lebih tandan dalam angkong. Berikut besar berat tandan
berdasarkan umur tanaman dan karakteristik tandan sawit pada Tabel
Tabel 18. Berat tandan rata-rata menurut umur tanaman
Umur
Berat tandan
Jumlah tandan perpohon
4 tahun
4-5 kg
15 tandan
5 tahun
6-7 kg
14 tandan
6-7 tahun
8-9 kg
12-13 tandan
8-9 tahun
10-11 kg
11 tandan
10 tahun
12-15 kg
11 tandan
11-13 tahun
17 kg
8-10 tandan
14-15 tahun
18 kg
7 tandan
16-17 tahun
20 kg
7 tandan
18-19 tahun
22 kg
7 tandan
20-21 tahun
25 kg
6 tandan
22-23 tahun
22 kg
6 tandan
24-25 tahun
20 kg
6 tandan
Sumber: Zulfahrizal (2005) diacu dari Vandamecum bidang tanaman PTP X
(persero), 1993
Tabel 19. Karakteristik tandan sawit
Karakteristik
Uraian
Berat tandan
3-42 kg
Keliling tandan
120-140 cm
Panjang dan lebar tandan
44-56 cm dan 43-49 cm
Panjang tanngkai tandan
35-40 cm
Sumber: Rusnadi (2013)

23
Untuk menentukan kapasitas muat angkut tandan dalam bak angkong
dilakukan simulasi penyusunan TBS pada bak dengan batasan berat maksimum
yang boleh diangkut yaitu 120 kg. Hasil simulasi disajikan pada Gambar 19.

Gambar 19. Penyusunan tandan pada bak
Dari simulasi dilakukan penyusunan TBS pada bak angkong dengan
menggunakan ukuran TBS yang besar dan bak. Dari simulasi dapat dilihat TBS
yang tertampung pada bak hanya mampu memuat tiga buah TBS. Maka dapat
diketahui bak angkong yang ada memiliki kapasitas angkut sebanyak tiga buah
TBS dengan berat per tandan ukuran besar yaitu 20-40 kg dan 60-120 kg yang
dapat diangkut.
Dimensi angkong sekarang
Ukuran dimensi dari angkong sekarang digunakan sebagai analisis dalam
perancangan dan gambar teknik. Dimensi angkong sekarang sebagai standar yang
akan dianalisa dan diperbaiki apabila kurang ergonomis. Dimensi angkong
sekarang dapat dilihat pada Gambar 20 dan 21.

24

Gambar 20. Dimensi angkong pada tampak samping

Gambar 21. Dimensi angkong pada tampak atas
Gambar 20. Menunjukkan dimensi dari angkong dimana diketahui ukuran
angkong yang sekarang. Dimensi yang diketahui yaitu dimensi panjang handle
hingga tepi bak angkong sebesar 121 cm, dimensi tangkai handle sampai
permukaan tanah sebesar 57 cm, dimensi tepi depan bak sampai permukaaan
tanah 55 cm, dan dimensi tepi belakang bak sampai permukaan tanah 51 cm.
Gambar 21. Yaitu dimensi lebar handle sebesar 63 cm, dimensi panjang bak
sebesar 82 cm, dan dimensi lebar bak sebesar 65 cm. Dimensi tersebut kemudian
dianalisa dan sebagai acuan angkong rancangan untuk modifikasi. Perubahan
dimensi yang terjadi sesuai dengan analisa antropometri.

25
Analisis gerakan dengan antropometri
Data antropometri yang diperoleh dengan pengukuran secara langsung di
lokasi penelitian yaitu perkebunan kelapa sawit. Data yang didapatkan data
antropometri pemanen kelapa sawit di daerah Riau, Kalimantan, dan Sulawesi.
Setelah data antropometri didapatkan maka dilakukan pengolahan data dan
diperoleh data olah antropometri secara ringkas pada Tabel 20.
Tabel 20. Ringkasan data antropometri pemanen kelapa sawit di Riau
No Parameter Pengukuran
Mean Standar Persentil Persentil Persentil
Deviasi ke-5
ke-50
ke-95
Berdiri
1. Berat badan
56.54
8.25
46.00
54.5
73.95
2. Tinggi badan
160.67
5.97 150.72
160.00
168.65
3. Tinggi mata
149.36
7.07 138.05
150.00
158.30
4. Tinggi bahu
134.13
5.54 123.35
134.25
141.00
5. Tinggi siku tangan
103.06 15.16 92.75
101.60
109.52
6. Tinggi pinggang
116.75 128.63 90.53
99.00
107.65
7. Tinggi pinggul
89.64
4.94
79.40
90.25
95.00
8. Tinggi gengam tangan
70.26
4.20
62.35
71.00
76.00
9. Tinggi ujung tangan
58.58
4.42
53.00
58.20
62.65
10. Jangkauan tangan keatas 201.01
8.12 189.70
201.75
212.00
Terbuka
11. Jangkauan tangan keatas 189.41
8.49 176.05
190.00
201.30
Genggam
12. Jangkauan tangan
78.07
4.42
70.07
78.00
84.00
Kedepan terbuka
13. Jangkauan tangan
65.62
4.04
58.00
66.00
70.65
Kedepangenggam
14. Jengkal 2 tangan
165.94 15.09 152.67
168.25
179.30
Kesamping terbuka
15. Jengkal 2 tangan
146.151 6.66 137.35
146.00
155.30
Kesamping genggam
16. Jengkal 2 siku
83.91
7.21
72.00
84.00
94.95
17. Panjang telapak kaki
24.78
1.20
22.50
25.00
26.52
18. Lebar telapak kaki
10.60
0.75
9.57
10.50
12.00
Duduk
19. Lebar telapak tangan
10.78
0.73
10.00
11.00
12.00
20. Diameter genggam tangan
6.16
0.62
5.00
6.00
7.00
21. Panjang telapak tangan
18.37
1.00
17.00
18.25
20.00
22. Keliling genggam tangan
25.37
1.62
23.00
25.5
27.565
23. Panjang ibu jari
6.41
0.51
6.00
6.1
7.00
24. Panjang jari telunjuk
8.97
0.48
8.14
9.00
9.565
25. Panjang jari tengah
10.10 0.65
9.175
10.00
11.395
26. Panjang jari manis
9.28
0.64
8.37
9.5
10.00
27. Panjang jari kelingking
7.51 0.57
7.00
7.5
8.5

26
No Parameter pengukuran
Duduk
28. Panjang jengkal tangan
29. Tinggi duduk
30. Tinggi mata
31. Tinggi bahu
32. Tinggi siku tangan
33. Jangkauan tangan keatas
Terbuka
34. Jangkauan tangan keatas
Genggam
35. Tinggi lutut
36. Tinggi lipatan lutut dalam
37. Jangkauan tangan kebawah
Terbuka
38. Jangkauan tangan kebawah
Genggam
39. Panjang lengan atas
40. Panjang lengan bawah
Terbuka
41. Panjang lengan bawah
Genggam
42. Jarak pantat-lutut
43. Jarak pantat-lipatan lutut
Dalam
44. Panjang kepala
45. Lebar kepala
46. Lebar bahu (biacromial)
47. Lebar bahu (bideltoid)
48. Lebar pinggul
49. Tebal dada
50. Tinggi dudukan paha
51. Panjang lengan

Mean Standar Persentil Persentil Persentil
Deviasi ke-5
ke-50
ke-95
20.39
81.26
70.54
56.57
21.75
124.09

1.56
3.64
3.75
2.55
3.05
5.27

17.675
74.175
64.35
53.00
17.85
116.0

20.2
81.00
70.75
57.00
21.00
124.0

23.00
86.00
76.95
60.00
27.3
132.0

112.28

4.69

105.0

112.5

119.3

50.03
40.99
73.82

2.89
3.64
3.24

45.67
34.85
69.00

50.25
41.25
74.00

54.3
47.65
79.00

60.33

3.16

56.00

61.00

64.00

30.34
43.66

2.22
2.60

28.00
39.00

30.00
44.00

33.82
47.82

32.88

3.74

29.00

32.00

42.3

54.80
45.86

3.11
3.11

50.00
40.00

55.00
46.00

58.82
50.00

18.34
17.24
30.73
45.07
30.52
20.98
35.14
74.57

1.46
1.39
9.50
4.61
2.92
2.23
12.15
5.53

16.14
15.17
22.00
42.00
27.00
17.57
25.00
66.35

18.00
17.00
30.5
45.00
30.00
21.00
26.5
74.00

21.00
19.5
36.00
50.00
35.5
25.00
56.00
82.95

Untuk mendesain angkong, harus diketahui parameter-parameter
antropometri yang secara langsung terkait dengan desain angkong. Parameterparameter tersebut disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21. Parameter antropometri terkait dengan aktivitas penggunaan angkong
No
Keterangan
1.
Tinggi badan
Mempengaruhi postur saat mengangkat
2.
Tinggi bahu
Jangkauan terhadap handle
3.
Panjang lengan atas
Jangkauan terhadap handle
4.
Panjang lengan bawah
Jangkauan terhadap handle
5.
Tinggi pinggang
Mempengaruhi postur saat mengangkat
6.
Tinggi lutut
Jangkauan terhadap penyangga

27
Analisis gerakan mengangkut dengan selang alami gerak
Kegiat