Manajemen Panen Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Di Gadog, Ciawi, Jawa Barat

MANAJEMEN PANEN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)
DI CV RIMBA JAYA MUSHROOM, GADOG, CIAWI,
JAWA BARAT

ADELINA RATNASARI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kegiatan Panen Jamur
Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) di Gadog, Ciawi, Jawa Barat adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Adelina Ratnasari
NIM A24110047

ABSTRAK
ADELINA RATNASARI. Manajemen Panen Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus) di Gadog, Ciawi, Jawa Barat. Dibimbing oleh DINY DINARTI.
Kegiatan magang di Rimba Jaya Mushroom Gadog bertujuan untuk
mempelajari, menambah pengetahuan, melatih keterampilan, memperoleh
pengalaman untuk mengelola usaha budidaya jamur tiram putih dan secara
khusus bertujuan untuk mempelajari proses pemanenan jamur tiram putih.
Perusahaan Rimba Jaya Mushroom membagi pekerjaan pada empat divisi utama
yaitu pembibitan, pembuatan media baglog, inokulasi, dan pemanenan. Aspek
khusus pada kegiatan magang ini adalah proses pemanenan jamur tiram putih di
Rimba Jaya Mushroom. Pengamatan yang dilakukan dalam kegiatan panen yaitu
jumlah tudung jamur tiram, panjang jamur tiram, diameter tudung jamur tiram.

Pengamatan dilakukan pada 3 kumbung jamur sebagai ulangan. Setiap ulangan
terdapat 30 baglog jamur tiram putih. Berdasarkan hasil yang didapat, nilai ratarata jumlah tudung jamur tiram, panjang jamur tiram, rata-rata diameter jamur
tiram dan bobot jamur tiram putih yang diamati sampai bulan ke 2 sudah sesuai
dengan standar. Pada bulan ke 3 pertumbuhan jamur tiram yang diamati mulai
menurun. Media baglog pada bulan ke 4 sudah tidak mampu mendukung
pertumbuhan jamur tiram. Seluruh kegiatan produksi sangat menentukan jamur
tiram putih yang dihasilkan, oleh karena itu dibutuhkan kegiatan produksi yang
tepat untuk memenuhi target yang telah ditentukan. Faktor lingkungan seperti
curah hujan dan kelembaban udara juga mempengaruhi produksi, karena jamur
tiram putih akan tumbuh pada curah hujan dan kelembaban optimum. Rimba Jaya
Mushroom ini dapat menghasilkan 2 ton jamur tiram setiap hari dan seluruh hasil
panennya dipasarkan ke seluruh wilayah Bogor dan Jakarta.
Kata kunci : jamur tiram putih, pemanenan, rata-rata, tudung, produksi

ABSTRACT
ADELINA RATNASARI. The harvesting management of White Oyster
Mushroom (Pleurotus ostreatus) at Rimba Jaya Mushroom, Gadog, Ciawi, West
Java. Supervised by DINY DINARTI.
The purpose of this internship at Rimba Jaya Mushrooms Gadog was to learn
has to manage the business of cultivating white oyster mushroom with special

aspect to study process harvesting of white oyster mushroom. Rimba Jaya
Mushroom company divide work on the four major division of the nursery,
making baglog media, inoculation, and harvesting. Harvesting observed consist of
3 replicates (one house as one replicate). In each replication, 30 white oyster
mushroom baglog were used. The average number of a hood of oyster mushroom,
long oyster mushroom, hood diameter of oyster mushroom, and weights of white
oyster mushroom were in accordance to the standard in the first and second
month. In the third month, oyster mushroom grow declined. In the fourth month,
oyster mushroom growth finished. All production determined oyster mushroom

quality and quantity. Thus, appreciate control on production is important.
Environmental factors especially rainfall and moisture affected mushroom
production; higher rainfall and moisture increase production white oyster
mushroom. Rimba Jaya Mushroom produced 2 tons oyster mushroom everyday
and distributed the production to Bogor and Jakarta.
Keyword : white oyster mushroom, harvesting, average hood, production

MANAJEMEN PANEN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)
DI RIMBA JAYA MUSHROOM, GADOG, CIAWI,
JAWA BARAT


ADELINA RATNASARI
A24110047

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Alhamdulillahi puji syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT sehingga
karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini berjudul
“Manajemen Panen Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) di Rimba Jaya

Mushroom, Gadog, Ciawi, Jawa Barat”. Karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.
Karya ilmiah ini memberikan deskripsi mengenai topik magang yang telah
dilakukan penulis sejak bulan Februari-Juni 2015 di Rimba Jaya Mushroom,
Gadog, Ciawi, Jawa Barat. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr Ir Diny Dinarti MSi selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
2. Bapak Dr Ir Eko Sulistyono MS selaku dosen pembimbing akademik atas
seluruh arahan masukan dan motivasi selama penulis melaksanakan studi.
3. Ibu Juang Gema Kartika SP MSi dan Bapak Dr. Edi Santosa SP MSi selaku
dosen penguji atas masukan dan saran yang telah diberikan.
4. Bapak Sumedi dan Ibu Rafika Juniarti selaku orang tua, Adik Ferdy
Hermawan yang telah mendukung dan memberikan dukungan moriil dan
materil selama kegiatan magang dan pembuatan skripsi.
5. Bapak Guntur Irawan Putera Salim selaku Direktur Utama Rimba Jaya
Mushroom yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan
magang pada perusahaan Rimba Jaya Mushroom dan memberikan fasilitas
dalam pelaksanaan magang.

6. Seluruh karyawan Rimba Jaya Mushroom yang telah membimbing dan
memberikan fasilitas dalam melaksanakan magang.
7. Teman-teman Agronomi Hortikultura 48 khususnya Lubering Artha,
Renaya Azima S, Ahmad Arif, Ainun Jariyah, Fadhila Rifka Widhati, Nuri
Kiptantiyawati, Etik Sulistyowati, Tabitha Trianda E, Flora Katarina P,
Maria Yuliana Grace, Badia Lumbangaol, Robinhood S, dan teman-teman
lain khususnya Zhafira Rizky Amelia, Aliftya Ramadhani, Mentari Puspa
Wardani yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama pelaksanaan
magang dan pembuatan skripsi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016

Adelina Ratnasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi dan Morfologi Jamur Tiram
Syarat Tumbuh Jamur Tiram
Budidaya Jamur
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Sejarah
Kondisi Umum
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pembibitan
Pembuatan Baglog
Inokulasi
Inkubasi
Pemanenan

Aspek Manajerial
PEMBAHASAN
Pembibitan
Pembuatan media baglog
Inokulasi
Inkubasi
Pemanenan
Analisis Usaha Tani
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ix
ix
1
1
2

2
2
4
4
5
5
5
5
6
6
6
7
7
7
8
8
8
8
8
10

11
11
14
16
17
17
21
22
22
23
23
25
31

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5


6
7
8
9
10
11
12

Persentase bibit terkontaminasi
Prestasi kerja di divisi pembibitan
Prestasi kerja dan upah rata-rata yang didapat pekerja divisi packing
Penggunaan alat perlindungan diri
Hasil rata-rata dan standar deviasi jumlah tudung jamur, diameter
tudung jamur, tinggi jamur, dan bobot jamur tiram putih di Rimba
Jaya Mushroom
Nilai p-value uji T jumlah tudung jamur tiram, diameter tudung jamur
tiram, tinggi jamur tiram, dan bobot jamur tiram
Nilai p-value korelasi antara Jumlah tudung jamur dan diameter tudung
jamur
Produksi jamur tiram putih, curah hujan, kelembaban di Rimba Jaya
Mushroom
Nilai p-value korelasi pada produksi jamur tiram putih, curah hujan, dan
kelembaban di Rimba Jaya Mushroom
Rata-rata jumlah jamur, diameter tudung, panjang jamur, bobot jamur
tiram pada bulan ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4
Rata-rata produksi per kumbung per hari jamur tiram putih pada bulan
ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4 di Rimba Jaya Mushroom
Analisis Usaha Tani

13
14
16
16

17
18
19
19
20
20
21
21

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.

Morfologi tubuh buah jamur tiram putih
Mengukur diameter tudung jamur tiram putih
Mengukur tinggi jamur tiram putih
Menimbang bobot jamur tiram putih
Kegiatan pembibitan : (a) Pengisian bahan media bibit kedalam botol
berukuran 300 ml, (b) Botol bibit yang siap dimasak
6. Bibit terkontaminasi : (a) Bibit terkontaminasi dimasukkan dalam
keranjang untuk dibersihkan, (b) Penampilan kapas pada botol bibit yang
terkontaminasi Neurospora spp
7. Media baglog : (a) Pembuatan media baglog, (b) Media baglog yang
telah dibuat akan ditimbang terlebih dahulu, (c) Media baglog yang
lolos seleksi akan diststerilisasi dalam mesin steam

3
9
10
10

12
14

15

DAFTAR LAMPIRAN
1. Struktur organisasi ketenagakerjaan di Rimba Jaya Mushroom
2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL di RJM
3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping kepala divisi

24
25

di RJM
4. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping manager di RJM

27
28

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditas hortikultura yang saat ini sangat diminati dan digemari yaitu
jamur. Jenis-jenis jamur yang umumnya dibudidayakan adalah jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus), jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kuping
(Auricularia polytricha), jamur payung (Lentinus edodes).Jamur tiram putih
merupakan salah satu jenis jamur konsumsi yang digemari oleh masyarakat.
Secara alami jamur tiram putih banyak ditemukan tumbuh di batang-batang kayu
yang telah lapuk seperti pohon karet, damar, kapuk, sengon yang terletak di lokasi
lembab dan terlindung dari cahaya matahari (Gusnimar 2011). Jamur tiram putih
umumnya bisa hidup pada daerah dataran sedang dengan ketinggian 300-800
meter diatas permukaan laut (m dpl). Pada saat ini, budidaya jamur tiram putih
dapat dikembangkan di dataran rendah dengan pemeliharaan yang lebih intensif.
Budidaya janur dilakukan dalam rumah jamur (kumbung) dengan suhu 20˚C-28˚C
(Hermayanti 2013).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur tiram putih yaitu
suhu dan kelembaban. Jamur tiram putih memiliki syarat tumbuh yaitu suhu 16˚C22˚C dan kelembaban yang cukup tinggi yaitu 60%-80%. Jamur tiram putih yang
dipanen pada suhu yang semakin tinggi, dapat mengurangi bobot hasil panen.
Suhu optimal untuk pemanenan jamur tiram putih adalah 17˚C. Faktor lain yang
berpengaruh terhadap hasil panen jamur tiram putih adalah formulasi media tanam
(Putranto 2012). Penambahan molase pada setiap baglog media jamur tiram putih
dapat meningkatkan produksi jamur tiram putih (Steviani 2011).
Jamur tiram putih merupakan jamur pangan dari kelas Basidiomycota dengan
ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk
setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.
Jamur tiram juga sangat baik bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan
karena memiliki kandungan serat pangan yang tinggi sehingga baik untuk
kesehatan pencernaan. Selain serat, setiap 100 gram jamur tiram kering juga
mengandung protein 10.5% - 30.4%, lemak 1.7% - 2.2%, karbohidrat 56.6%,
kalsium 314 mg, dan kalori 367 (Suwito, 2006). Jamur tiram putih dengan bobot
100 g memiliki kandungan gizi protein 13.8 g, serat 3.5 g, lemak 1.41 g,
karbohidrat 61.7 g, kalsium 32.9 g (Soenanto 2000). Jamur tiram mengandung 18
macam asam amino yang dibutuhkan manusia dan tidak mengandung kolestrol
(Djaridjah dan Siregar 2011).
Jamur tiram merupakan jamur konsumsi yang memiliki rasa lezat serta jamur
ini dapat dijadikan berbagai macam olahan. Jamur tiram ini banyak dijual sebagai
produk segar yang siap diolah, selain itu, jamur tiram ini dapat dijual dengan cara
dikeringkan. Pengeringan merupakan cara agar dapat menambah masa simpan
jamur tiram putih itu sendiri. Namun, tidak semua jenis jamur dapat dikeringkan,
karena jamur memiliki tekstur yang berbeda-beda. Jenis jamur yang dapat
dikeringkan yaitu jamur tiram dan jamur kuping.
Budidaya jamur tiram putih sudah banyak dikembangkan, namun permintaan
jamur tiram putih saat ini lebih besar daripada produksi yang sudah ada. Produksi
jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) masih terbatas untuk memenuhi
kebutuhan konsumen setiap hari. Permintaan pasar terhadap jamur tiram putih di

2
Jawa Barat mencapai 13 500 ton per tahun, sedangkan produksi jamur tiram putih
baru mencapai 10 000 ton per tahun dengan luas panen 194.91 Ha (Dirjen Bina
Produksi Hortikultura 2006). Daerah sentra produksi jamur tiram putih tersebar di
seluruh Indonesia. Pulau jawa merupakan penghasil jamur tiram putih paling
banyak terutama Jawa Barat (Sari 2008).
Terbatasnya produksi jamur tiram di Indonesia dikarenakan oleh beberapa
faktor penghambat, diantaranya adalah penyediaan bibit jamur yang berkualitas
atau bibit yang bermutu dan kegiatan panen. Bibit merupakan faktor penentu
dalam proses budidaya jamur tiram putih. Pembibitan merupakan tahapan
budidaya yang memerlukan ketelitian tinggi terutama pada saat inokulasi karena
harus dilakukan dengan keadaan steril dengan bahan dan peralatan khusus.
Kegiatan panen juga sangat menentukan kualitas jamur tiram putih yang akan
dihasilkan. Pemanenan sangat berpengaruh terhadap daya tahan jamur yang akan
dipanen. Teknik panen yang kurang baik dapat mengakibatkan kerusakan media
tumbuh jamur yang pada akhirnya akan mengurangi produktivitas jamur tersebut.
Kegiatan panen perlu memperhatikan beberapa hal antara lain penentuan
waktu panen. Pemanenan dilakukan pada saat jamur mencapai pertumbuhan yang
optimal, yakni tudungnya belum mekar penuh (ditandai pada bagian pinggir
tudung jamur masih terlihat utuh dan belum pecah). Waktu pemanenan sebaiknya
dilakukan pagi hari agar kesegaran jamur dapat dipertahankan, dan mempermudah
pemasaran (Hermayanti 2013).
Tujuan
Kegiatan magang ini bertujuan mempelajari, menambah pengetahuan,
melatih keterampilan, memperoleh pengalaman untuk mengelola usaha budidaya
jamur tiram putih dan secara khusus bertujuan untuk mempelajari proses
pemanenan jamur tiram putih.

TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi dan Morfologi Jamur Tiram
Jamur tiram dari segi botani termasuk jenis jamur kayu yang mudah
dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae
dari klas Basidiomycetes. Klasifikasi jamur tiram menurut Alexopolus et
al.(1966) bahwa jamur tiram termasuk dalam divisi Amastigomycota, Sub-Divisi
Basidiomycotina, Klas Basidiomycetes, Ordo Agaricales, Famili Agaricaceae,
Genus Pleurotus, dan Spesies Pleurotus sp. Menurut Suharyanto (2010) terdapat
beberapa jenis jamur tiram yang sering dibudidayakan petani, antara lain jamur
tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang memiliki tubuh buah berwarna putih, jamur
tiram coklat (Pleurotus abalonus) yang memiliki tubuh buah berwarna coklat, dan
jamur tiram kuning (Pleurotus sp) yang memiliki tubuh buah berwarna kuning
dan sangat jarang ditemukan. Jamur tiram berasal dari bahasa Yunani yaitu
Pleurotus yang artinya bentuk samping atau posisi menyamping antara tangkai
dengan tudung. Bentuk atau badan buahnya yang menyerupai kulit tiram
(cangkang kerang) menyebabkan jamur tersebut dikenal sebagai jamur tiram.

3
Secara umum jamur dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu jamur pangan
(edible mushroom) merupakan jamur berdaging yang dapat dikonsumsi, jamur
obat yang memiliki khasiat sebagai obat, jamur beracun, dan jamur yang tidak
tergolong kategori sebelumnya dan umumnya jenisnya beragam (Danusaputra
2011). Jamur tiram tergolong dalam edible mushroom atau jamur yang dapat
dikonsumsi dan juga ada yang tergolong sebagai obat karena khasiatnya untuk
kesehatan.
Jamur Tiram mengambil makanan yang sudah dibuat oleh organisme lain
yang telah mati (saprofit), karena tidak memiliki klorofil. Jamur tiram memiliki
daging tebal, berwarna putih, kokoh tetapi lunak pada bagian yang berdekatan
dengan tangkai. Tangkai jamur tiram ini biasanya berukuran pendek, kokoh,
gemuk, padat, kuat kekeringan, umumnya berbulu kapas di bagian dasar. Tubuh
buah membentuk corong dangkal seperti kulit kerang. Tubuh buah jamur tiram
memiliki tudung dan tangkai (Gunawan 2004).
Jamur tiram memiliki inti plasma dan spora yang berbentuk sel-sel lepas
atau bersambungan membentuk hifa dan miselium. Pada titik-titik pertemuan
percabangan miselium akan terbentuk bintik kecil yang disebut pin head atau
calon tubuh jamur yang akan berkembang menjadi tubuh buah jamur (Parjimo dan
Handoko 2007).

Gambar 1 Morfologi tubuh jamur tiram (www.infovisual.info)
Jamur tiram merupakan sumber protein nabati yang rendah kolestrol
sehingga dapat mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman bagi
penderita penyakit jantung. Jamur tiram memiliki sifat menetralkan racun dan zatzat radioaktif dalam tubuh. Khasiat jamur tiram untuk kesehatan adalah
menghentikan pendarahan dan mempercepat pengeringan luka pada permukaan
tubuh, mencegah penyakit diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah,
mencegah penyakit penyakit anemia, gangguan pencernaan, kanker, tumor,
hipertensi, kolestrol kelenjar gondok, influenza, sekaligus memperlancar buang
air besar (Djaridjah dan Siregar 2011). Menurut Soenanto (2000) jamur tiram
putih berkasiat untuk mencegah, dan kencing manis. Jamur tiram juga dapat
membantu mengatasi kasus kekurangan gizi.

4
Syarat Tumbuh Jamur Tiram
Jamur tiram dapat tumbuh di sembarang tempat, tetapi jamur tiram dapat
tumbuh optimal di kawasan yang memiliki ketinggian tempat 600 m-800 m diatas
permukaan laut. Kondisi lingkungan optimum untuk pertumbuhan jamur tiram
adalah tempat-tempat yang teduh dan tidak terkena pancaran sinar matahari secara
langsung dengan sirkulasi udara lancer (Djaridjah dan Siregar 2011). Pada fase
pembentukan miselium, jamur tiram membutuhkan suhu 22˚C-28˚C dan
kelembaban 60%-80%. Pada fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu
16˚C-22˚C dan kelembaban 80%-90% dengan kadar oksigen 10%. Pengaturan
suhu dan RH dalam ruangan dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bersih ke
dalam ruangan (Cahyana et al. 1999).
Jamur tiram dapat tumbuh di lingkungan yang memiliki derajat keasaman
atau pH 6-7. Jika tempat tumbuhnya terlalu kering, miselium jamur ini tidak bisa
menyerap sari makanan dengan baik sehingga tumbuh kurus. Sebaliknya jika kadar
air terlalu tinggi, jamur akan terserang penyakit busuk akar (Parjimo dan Handoko
2007). Jamur tiram sangat peka terhadap cahaya matahari. Intensitas cahaya yang
diperlukan saat pertumbuhan sekitar 10 %. Oksigen dan karbon dioksida juga
mempengaruhi pertumbuhan miselium dan perkembangan tubuh buah jamur.
Miselium dari beberapa jenis Pleurotus tumbuh lebih cepat dengan peningkatan
konsentrasi karbon dioksida hingga 22% (Danusaputra 2011). Jika kekurangan
oksigen atau terlalu banyak karbon dioksida dapat menyebabkan tangkai tubuh
buah jamur akan tumbuh memanjang dan tudungnya menjadi kurang berkembang.
Budidaya Jamur
Budidaya jamur tiram putih memerlukan beberapa langkah yang harus
dilakukan yaitu persiapan rumah jamur (kumbung), penyediaan bibit jamur tiram
putih, pembuatan media tanam jamur (baglog), inokulasi bibit, inkubasi,
pemeliharaan, pemanenan. Persiapan rumah jamur merupakan langkah awal dalam
budidaya jamur. Pemilihan lokasi rumah jamur diupayakan yang dekat dengan
sumber air atau dekat dengan sarana produksi lain. Faktor lingkungan seperti
pencahayaan, oksigen untuk tubuh buah jamur karena jamur bersifat aerob (butuh
oksigen), kelembaban, suhu, dan derajat keasaman (pH) merupakan faktor penting
untuk keberhasilan budidaya jamur tiram. Rumah jamur (kumbung) dilengkapi
dengan pintu dan jendela untuk mengatur sirkulasi udara, dan juga dilengkapi
dengan rek-rak untuk menempatkan media jamur tiram (baglog).
Budidaya jamur tiram juga memerlukan bahan dan sarana seperti bibit
jamur tiram putih. Bibit jamur disiapkan mulai dari bibit F1, F2, F3 (Filial) yang
artinya turunan ke 1, 2, dan ke 3. F1 adalah turunan pertama yang sangat
mempengaruhi kualitas bibit pada turunan berikutnya. Media yang telah dibuat
disterilisasi untuk menghindari kontaminasi organisme lain yang dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur.
Inokulasi bibit adalah langkah mengisikan bibit jamur ke dalam media
tanam yang sudah di sterilisasi sebelumnya. Bibit yang digunakan adalah bibit F2
yang diisikan secara aseptik. Media baglog berukuran 20 x 50 cm yang telah diisi
bibit jamur akan di inkubasi selama 2 bulan (40-60 hari). Inkubasi baglog yang
sudah berisi bibit, membutuhkan suhu ruang dan penataan baglog yang baik pada
rak dalam kumbung. Beberapa gangguan dalam masa inkubasi antara lain

5
terjadinya kontaminasi oleh jamur lain yaitu Trichoderma sp, hadirnya hama
seperti tungau yang dapat merusak miselium dan menghambat pertumbuhan jamur.
Media jamur yang telah dipenuhi oleh miselium dibuka tutup kapas nya,
dan jamur dapat dipanen. Jamur tiram siap dipanen ketika telah berusia 2 hari
sejak dibuka kapas penutupnya. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari dengan
cara mencabut seluruh rumpun jamur, kemudian dibersihkan.

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Rimba Jaya Mushroom, Desa Pandansari,
Kp. Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan magang
dilakukan selama 4 bulan, dimulai dari bulan Februari hingga Juni 2015.
Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan magang yaitu
melakukan pekerjaan secara langsung dengan mengikuti kegiatan yang ada di
kebun, pengumpulan data primer dan sekunder. Selama magang penulis bekerja
secara langsung di kebun sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama 8 minggu,
sebagai pendamping mandor (kepala divisi) selama 5 minggu, dan sebagai
pendamping asisten (kepala produksi) selama 3 minggu.
Kegiatan penulis di lapangan sebagai KHL meliputi: pembibitan (pengadaan
bahan bibit, membuat media bibit, menginokulasi bibit, mensorting bibit
kontaminasi), pembuatan media baglog, inokulasi baglog, pemanenan
(pemanenan jamur tiram putih, sorting jamur berdasarkan kualitas, pengemasan
jamur tiram putih). Selama kegiatan magang berlangsung dilakukan penulisan
jurnal harian yang diketahui pembimbing lapangan, mencatat prestasi kerja yang
diperoleh penulis dan karyawan setiap kali mengikuti kegiatan, kemudian
dibandingkan dengan norma kerja yang berlaku di perusahaan.
Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor adalah membantu
kepala divisi dalam pengadaan bahan yang dibutuhkan, membuat perencanaan
untuk setiap kegiatan, pengawasan karyawan harian di lapangan, dan mencatat
prestasi kerja karyawan (divisi pembuatan baglog dan inokulasi baglog). Kegiatan
yang dilakukan sebagai kepala produksi adalah mempelajari cara mengelola
budidaya jamur tiram mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan serta evaluasi pengelolaan.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan difokuskan pada kegiatan produksi jamur tiram putih dengan
beberapa parameter yang mendukung produksi jamur tiram putih. Pengumpulan
data berupa data primer dari pengamatan langsung di lapangan dan data sekunder
yang terdapat di perusahaan. Data sekunder yang dikumpulkan merupakan data
produksi jamur tiram selama 4 bulan, kelembaban lingkungan perusahaan, data
curah hujan dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika)
setempat, sedangkan pengumpulan data primer terdiri dari:

6
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.

Pengamatan presentase bibit yang terkontaminasi. Pengamatan ini
dilakukan pada saat bulan pertama kegiatan magang berlangsung yaitu
pada saat bulan Februari.
Pengamatan prestasi kerja pekerja pada divisi pembibitan saat pembuatan
media.
Pengamatan prestasi kerja pekerja pada divisi pembibitan saat inokulasi
bibit.
Pengamatan prestasi kerja pekerja pada divisi pembuatan baglog.
Pengamatan prestasi kerja pekerja pada divisi inokulasi.
Pengamatan penggunaan alat pelindung diri pada saat inokulasi baglog.
Pengamatan hasil pemanenan jamur tiram putih. Parameter yang diamati
adalah jumlah tudung jamur pada setiap baglog, diameter tudung jamur
tiram, tinggi jamur tiram, bobot jamur tiram. Pengamatan ini dilakukan 7
kali pada masa pemanenan hari pertama hingga hari ketujuh, serta pada
saat bulan kedua, ketiga, dan keempat masa panen jamur tiram.
Pengamatan sorting jamur tiram putih untuk memisahkan jamur tiram
yang dipanen berdasarkan kualitas. Pengamatan ini dilakukan pada saat
bulan kedua masa pemanenan jamur tiram.
Analisis Data dan Informasi

Hasil pengamatan berupa data primer maupun data sekunder dengan
berbagai faktor peubah, dianalisis dengan menggunakan metode analisis
deskriptif, persentase (%) dan nilai rata-rata, uji T, uji korelasi. Uji T digunakan
dalam menganalisis hasil produksi jamur tiram putih seperti jumlah tudung jamur,
diameter tudung jamur, tinggi jamur, bobot jamur. Uji korelasi digunakan untuk
menganalisis korelasi antara presentase bibit terkontaminasi dan curah hujan
lingkungan perusahaan, korelasi antara presentase bibit terkontaminasi dengan
penggunaan alat pelindung diri pada saat inokulasi bibit.
Data dianalisis menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2010 dan
Minitab 16. Hasil olahan data tersebut disajikan dalam bentuk tabel, kemudian
dibahas secara deskriptif dengan membandingkan data terhadap standar yang
ditetapkan oleh kebun dan pustaka (literatur).

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Sejarah
Perusahaan pertama kali didirikan tahun 2002 oleh Bapak Haji Ahmad.
Perusahaan ini merupakan perusahaan milik perseorangan dengan nama Rimba
Jaya Mushroom. Perusahaan ini dikelola oleh Bapak Haji Ahmad beserta anggota
keluarganya. Perusahaan ini berbentuk CV (Perseroan Komanditer). Pada masa
awal pendirian perusahaan ini hanya mempunyai 3 kumbung jamur tiram putih
saja, namun setelah beberapa tahun berikutnya, Rimba Jaya Mushroom ini
membuka cabang di lain tempat yaitu di Desa Pendeuy, Ciawi, Jawa Barat. Rimba
Jaya Mushroom cabang Gadog dipegang langsung oleh Bapak Haji Ahmad
hingga pada tahun 2014, sedangkan Rimba Jaya Mushroom cabang Pendeuy
dipegang oleh anak terakhir dari Bapak Haji Ahmad yaitu Baharuddin Fatah. Pada

7
tahun 2014 bertepatan pada Bulan Oktober Tahun 2014, Bapak Haji Ahmad
dipanggil oleh Yang Maha Kuasa dan akhirnya perusahaan cabang Gadog
dipegang oleh anak pertama dari Bapak Haji Ahmad yaitu Bapak Guntur Irawan
Putera Salim hingga sekarang.

Kondisi Umum
Perusahaan Rimba Jaya Mushroom (RJM) secara administratif pemerintahan
berlokasi di Desa Pandansari, Kp. Gadog, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Perusahaan RJM ini berjarak 3 km dari pintu keluar tol
Jagorawi di Gadog (Simpang Gadog). RJM memiliki lahan seluas 5 ha. Luas areal
tersebut meliputi 4 ha areal bisa ditanam dan 1 ha areal tidak bisa ditanam. Areal
bisa ditanam terdiri dari 34 kumbung dengan berbagai macam ukuran mulai dari
24 m2, 36 m2, , 48 m2, hingga 80 m2. Areal tidak bisa ditanam meliputi kantor,
gudang, mess, jalan.
Data curah hujan 6 bulan terakhir (Januari-Juni 2015) menunjukkan bahwa
curah hujan rata-rata di daerah Gadog, Ciawi sebesar 276 mm tiap bulan. Melalui
data curah hujan tersebut diketahui tipe iklim di daerah Gadog, Ciawi menurut
Schmidth Ferguson yaitu tipe iklim A dengan daerah beriklim basah. Kegiatan
produksi di RJM terbagi atas 4 divisi produksi yaitu pembibitan, pembuatan
media baglog atau biasa disebut packing, inokulasi, dan panen. Hasil panen jamur
tiram putih rata-rata setiap harinya sebanyak 3-4 ton setiap hari.
Rimba Jaya Mushroom (RJM) dipimpin oleh seorang direktur utama yang
juga merupakan pemilik perusahaan dan membawahi seorang wakil, bendahara,
kepala pabrik, insinyur. Seorang bendahara membawahi seorang staff. Seorang
kepala pabrik membawahi 4 orang kepala divisi utama (divisi produksi) yaitu
divisi pembibitan, kepala divisi packing baglog, kepala divisi inokulasi, kepala
divisi panen. Seorang mandor pembibitan membawahi 12 pekerja tetap bulanan
(PTB), sedangkan mandor panen membawahi 10 pekerja tetap bulanan (PTB).
Seorang mandor packing baglog membawahi 14 pekerja tetap harian (PTH),
sedangkan seorang mandor inokulasi membawahi 20 pekerja tetap harian (PTH).
Selain divisi produksi, terdapat staff administrasi kantor, divisi transportasi, dan
divisi pemeliharaan. Jumlah pekerja staff adalah 60 orang dan jumlah pekerja
rnon staff adalah 90, jadi total keseluruhan pekerja di RJM ini sebanyak 150
orang.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Kegiatan teknis yang dilakukan di kebun selama magang, yaitu kegiatan yang
dilakukan sebagai karyawan harian lepas (KHL). Pekerjaan di lapangan diawali
dengan absensi kehadiran dan pembagian pekerjaan. Semua kegiatan dimulai pada
pukul 07.30 WIB, untuk karyawan kantor juga dimulai 07.30 WIB. Pukul 12.00
WIB semua karyawan baik karyawan pabrik dan karyawan kebun istirahat untuk
istirahat sholat dan makan siang selama 60 menit dan dilanjutkan bekerja kembali
hingga pukul 15.30 WIB.

8
Pembibitan
Jenis bibit terdiri dari bibit F0, F1, F2. Bahan-bahan yang perlu disiapkan
adalah serbuk gergaji, dedak, tepung jagung, bubuk gandum, kapas, dan gas elpiji.
Alat yang diperlukan adalah botol berukuran 300 ml, keranjang, alat pemasak
bibit, api bunsen, spatula. Bahan-bahan dicampur sesuai dengan takaran yang
sudah ditentukan. Botol bibit yang sudah ditutup kapas siap dimasukkan ke dalam
alat sterilisasi selama 8 jam yang bertujuan untuk membunuh patogen yang
menjadi kontaminan. Dalam jangka waktu satu minggu, botol yang berisi media
jamur tersebut sudah dipenuhi miselium. Bibit itulah yang kemudian dijual atau
digunakan untuk mengisi baglog.
Pembuatan Baglog
Baglog merupakan media utama tumbuhnya jamur tiram putih. Bahan untuk
membuat baglog ini sama dengan bahan membuat bibit jamur tiram putih yaitu
serbuk gergaji, dedak, tepung jagung, bubuk gandum. Pekerja yang mengerjakan
baglog ini wajib memenuhi standar perusahaan yaitu berat baglog yang dibuat
tidak kurang dari 2.6 kg. Baglog merupakan sumber nutrisi untuk jamur tiram
putih yang tumbuh, jika kekurangan nutrisi maka produksi jamur tiram putih tidak
optimum.
Inokulasi
Tahap inokulasi merupakan tahapan dimana bibit dimasukkan ke dalam
baglog supaya bibit jamur tiram putih dapat berkembang menjadi jamur tiram
putih di dalam media baglog. Tahapan ini harus dilakukan dengan teliti dan
sretrilitas yang tinggi oleh karena itu pekerja nya diharuskan memakai alat
perlindungan diri (APD). Meskipun perusahaan telah mewajibkan dan
memfasilitasi alat pelindung diri, kesadaran pekerja masih rendah karena masih
terdapat beberapa pekerja tidak menggunakan APD.
Inkubasi
Baglog yang telah diinokulasi, akan diinkubasi selama 2 bulan. Masa
inkubasi juga menentukan jamur tiram akan tumbuh optimal atau tidak. Pada saat
masa inkubasi, suhu pada kumbung inkubasi tidak boleh terlalu tinggi, karena
suhu yang tinggi menyebabkan panas dan pengap pada kumbung sehingga
memicu munculnya bakteri termofilik dan jamur lain aktif bekerja (Riyanto,
2010).
Pemanenan
Kegiatan panen merupakan aspek khusus dari seluruh kegiatan magang di
Rimba Jaya Mushroom. Pemanenan dikerjakan oleh 21 pekerja yang terdiri dari 3
orang kepala divisi panen dan 18 orang pekerja panen. Pemanenan jamur tiram
harus dilakukan di waktu dan dengan cara yang tepat agar hasil maksimal. Waktu
pemanenan jamur tiram di Rimba Jaya Mushroom dimulai pukul 07.00 WIB.
Penentuan waktu panen harus tepat agar hasil panen seragam. Jamur yang

9
tudungnya belum mekar penuh merupakan jamur yang baik untuk dipanen,
sedangkan jamur yang sudah mekar penuh menandakan jamur tersebut sudah tua.
Kepala divisi panen bertugas mengangkut jamur tiram yang telah dipanen ke
empat grading. Jamur tiram tersebut akan dipisahkan sesuai kualitas masingmasing. Jamur tiram yang mempunyai ukuran diameter tudung tidak kurang dari 5
cm, dan bobot jamur tiram dalam satu baglog tidak kurang dari 250 gram. Jamur
dengan kualitas super dijual dengan harga 12.000 rupiah, sedangkan jamur tiram
putih dengan kualitas biasa dijual dengan harga 9.000-10.000 rupiah. Jamur yang
telah dipisahkan berdasarkan kualitasnya tersebut kemudian dibersihkan dan
dikemas kedalam plastik yang telah disediakan.
Pengamatan pada aspek khusus ini dilakukan menggunakan 3 ulangan.
Ulangan yang dimaksud adalah nomor kumbung, kemudian dipilih 30 baglog
jamur tiram sebagai satuan amatan. Pengamatan yang diamati pada saat kegiatan
panen meliputi jumlah tudung jamur tiram, diameter tudung, panjang jamur, dan
bobot jamur.
a. Jumlah tudung jamur tiram
Jumlah tudung jamur dihitung dari jumlah tudung jamur dalam setiap
baglog yang dipanen. Jamur yang dipanen adalah jamur yang sudah tumbuh
seragam, sedangkan jamur yang baru saja muncul tidak ikut dipanen. Pengukuran
ini dilakukan secara terus-menerus selama 7 hari pertama pemanenan dan setiap
bulan pada masa panen. Sebuah baglog dapat menghasilkan jumlah tudung hingga
20 atau lebih tudung jamur.
b. Diameter tudung jamur tiram
Diameter tudung diukur menggunakan mistar dalam satuan sentimeter
(cm). Pengukuran diameter jamur dilakukan secara horizontal dari sisi kanan
hingga kiri pada bagian tengah tudung. Pengukuran ini dilakukan terus-menerus
selama 7 hari pertama pemanenan dan setiap bulan pada masa panen.

Gambar 2 Mengukur diameter tudung jamur titam putih
c. Tinggi jamur tiram
Tinggi jamur diukur dengan menggunakan mistar dalam satuan sentimeter
(cm). Pengukuran tinggi jamur diukur secara vertikal mulai dari ujung tudung
jamur hingga pangkal jamur.Tinggi jamur diukur pada saat jamur masih
menempel di baglog sebelum jamur dipanen. Pengukuran ini dilakukan secara
terus-menerus selama 7 hari pertama pemanenan dan setiap bulan pada masa
panen.

10

Gambar 3 Mengukur tinggi jamur tiram putih
d. Bobot jamur tiram
Bobot jamur dihitung dengan menimbang satu per satu tudung jamur yang
baru saja dipanen pada setiap baglog dengan menggunakan neraca. Pengukuran
ini dilakukan secara terus-menerus selama hari 7 hari pertama pemanenan dan
setiap bulan pada masa panen.

Gambar 4 Menimbang bobot jamur tiram putih
Aspek Manajerial
Tenaga kerja di Rimba Jaya Mushroom dibedakan menjadi tenaga staf dan
non staf Tenaga staf meliputi owner, wakil owner, bendahara, asisten bendahara,
manajer pabrik, kepala divisi, pekerja pembibitan, pekerja panen, dan sopir yang
sudah memiliki golongan serta karyawan bulanan tetap (KBT).Tenaga non staf di
Rimba Jaya Mushroom meliputi pekerja inokulasi, pekerja packing, dan pekerja
pemeliharaan kumbung. Aspek manajerial yang dilakukan penulis di perusahaan
jamur tiram, dimulai dari pendamping kepala divisi pembibitan, pendamping
kepala divisi packing, pendamping kepala divisi inokulasi, pendamping kepala
divisi panen, staff administrasi kantor.
Pendamping Kepala Divisi Pembibitan
Pendamping kepala divisi pembibitan bertugas memimpin, mengawasi,
mengelola, mengatur, menyediakan bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan
karyawan pembibitan dan mencatat seluruh administrasi yang diperlukan mulai
dari penyediaan bahan dan perlengkapan pembuatan media bibit seperti jumlah
serbuk, dedak, jagung, tepung gandum, kapas, tabung gas elpiji yang diperlukan
setiap produksi. Selain itu pendamping kepala divisi pembibitan juga bertugas

11
mencatat absensi pekerja sekaligus menghitung gaji pekerja pembibitan sesuai
dengan kehadiran pekerja tersebut. Selain urusan administrasi, kepala divisi ini
juga bertanggung jawab mengatur penempatan bibit pada kumbung yang
disediakan dan juga bertanggung jawab terhadap penjualan bibit.
Pendamping Kepala Divisi Packing
Pendamping kepala divisi packing bertugas memimpin, mengawasi, dan
mengatur karyawan packing, menyediakan bahan dan perlengkapan yang
dibutuhkan untuk kegiatan packing dan mencatat seluruh administrasi yang berisi
ketersediaan bahan yang dibutuhkan karyawan. Selain itu pendamping kepala
divisi ini bertugas mencatat prestasi kerja karyawan dan menghitung upah yang
akan diberikan kepada karyawan.
Pendamping Kepala Divisi Inokulasi
Pendamping kepala divisi inokulasi bertugas memimpin, mengawasi, dan
mengatur karyawan inokulasi, menyediakan bahan dan perlengkapan yang
dibutuhkan untuk kegiatan inokulasi serta mencatat seluruh administrasi yang
beirisi ketersediaan bahan yang dibutuhkan karyawan. Selain itu, pendamping
kepala divisi inokulasi bertugas mencatat absensi dan prestasi kerja karyawan
untuk menghitung upah pekerja tersebut. Pendamping kepala divisi inokulasi juga
bertanggung jawab mengatur baglog yang sudah diinokulasi yang kemudian akan
dimasukkan pada kumbung inkubasi.
Pendamping Kepala Divisi Panen
Pendamping kepala divisi panen bertugas memimpin, mengawasi, dan
mengatur karyawan panen, menyediakan bahan dan perlengkapan yang
dibutuhkan untuk kegiatan panen. Pendamping kepala divisi panen juga bertugas
mengangkut hasil panen ke kantor untuk dicatat staff administrasi kantor. Selain
itu pendamping kepala divisi panen bertugas mencatat absensi pekerja untuk
menghitung upah pekerja berdasarkan hari kerja.
Staff Administrasi Kantor
Pendamping staff administrasi kantor bertugas mencatat seluruh kegiatan
produksi mulai dari pembibitan, packing, inokulasi, panen, serta menentukan
sopir yang akan mengantarkan jamur ke seluruh wilayah Bogor dan Jakarta.
Selain itu, pendamping staff kantor juga bertugas membagikan upah pekerja di
hari mereka akan mendapatkan upah tersebut. Pendamping staff kantor juga
bertanggung jawab dalam segala kegiatan produksi termasuk kedisiplinan
karyawan seperti keterlambatan, dan bertanggung jawab apabila ada pekerja yang
mengalami kecelakaan kerja.

PEMBAHASAN
Pembibitan
Kegiatan pembibitan di Rimba Jaya Mushroom dikerjakan oleh 13 orang
yang terdiri dari 1 orang kepala divisi pembibitan, 10 orang perkerja membuat
bibit, dan 2 orang pekerja mengangkut bibit. Pekerja di divisi pembibitan ini

12
terdiri dari orang dewasa dan anak-anak. Pekerja yang tergolong dewasa (diatas
17 tahun) berjumlah 6 orang dan pekerja yang tergolong remaja (13-17 tahun)
berjumlah 7 orang.
Pembuatan media bibit. Pembuatan media bibit merupakan awal dari
kegiatan pembibitan. Jenis bibit terdiri dari bibit F0, F1, F2, dan bibit master.
Bahan-bahan yang perlu disiapkan antara lain seperti serbuk gergaji, dedak,
tepung jagung, bubuk gandum, kapas, dan gas elpiji. Alat yang diperlukan adalah
botol berukuran 300 ml, keranjang, alat pemasak bibit, api bunsen, spatula.
Bahan-bahan yang telah disediakan dicampur sesuai dengan takaran yang
sudah ditentukan. Botol bibit yang sudah ditutup kapas siap dimasukkan ke dalam
alat sterilisasi selama 8 jam yang bertujuan untuk membunuh patogen yang
menjadi kontaminan. Bibit F0, F1, dan F2 merupakan bibit turunan dari bibit
master yang dibuat dengan media serbuk gergaji : dedak : jagung : tepung gandum
dengan perbandingan 2 : 1 : 1 : 1. Komposisi media yang telah dicampur rata
kemudian siap untuk dimasukkan ke dalam botol. Media tersebut dimasukkan ke
dalam botol hingga padat tanpa ada ruang kosong karena ruang kosong pada botol
media bibit menyebabkan munculnya organisme lain yang akan mengganggu
tumbuhnya miselium jamur.
Botol yang telah berisi media harus langsung ditutup dengan kapas agar
tidak terserang organisme pengganggu. Botol bibit yang sudah ditutup kapas siap
disterilisasi selama satu malam (Gambar 1). Media bibit yang sudah disterilisasi
kemudian diinokulasi dengan diberi bibit induk sedikit di bagian atas media dan
ditutup kembali dengan kapas. Botol-botol bibit tersebut kemudian ditata pada rak
di dalam kumbung yang telah disiapkan. Dalam jangka waktu satu minggu, botol
yang berisi media jamur tersebut sudah dipenuhi miselium. Bibit itulah yang
kemudian dijual atau digunakan untuk mengisi baglog.
(a) Kontaminasi Bibit
Permasalahan terbesar pada saat penulis berada di divisi pembibitan ini
adalah banyaknya bibit yang terkontaminasi organisme lain yang menyebabkan
produksi bibit menurun. Menurut peneliti bibit di Rimba Jaya Mushroom, bibit
yang dibuat oleh perusahaan banyak diserang Neurospora spp atau biasa disebut
Yellow spot, jamur oncom, buto oranye. Neurospora spp tumbuh lebih cepat
dibanding miselium jamur tiram putih itu sendiri.

Gambar 5 Kegiatan pembibitan : (a) Pengisian bahan media bibit kedalam botol
berukuran 300 ml, (b) Botol bibit yang siap dimasak

13
Bibit mengalami kontaminasi karena beberapa faktor. Faktor utama adalah
kebersihan, baik kebersihan dari ruangan inokulasi bibit maupun kebersihan
pekerja yang mengerjakan. Faktor utama ini sangat menjadi masalah karena
tingkat kesadaran pekerja untuk menggunakan alat perlindungan diri (APD)
berupa masker, penutup kepala, sarung tangan sangat rendah. Perlunya
pengawasan yang ketat dan perlu adanya sanksi bagi pekerja yang tidak memakai
APD agar standar kebersihan dan kesterilan pekerja memenuhi standar yang
berlaku. Faktor lain yang menjadi penyebab bibit dapat mengalami kontaminasi
adalah komposisi media bibit yang tidak tepat dan faktor cuaca.
Data pada Tabel 1 menunjukkan persentase rata-rata bibit yang
terkontaminasi mencapai 21.05%, angka tersebut tergolong tinggi karena standar
dari perusahaan menargetkan angka kontaminasi bibit tidak lebih dari 10%.
Rimba Jaya Mushroom telah melakukan upaya untuk mengurangi angka
kontaminasi bibit jamur seperti mewajibkan pekerja bibit untuk menggunakan
masker, dan sarung tangan tetapi masih belum bisa menanggulangi angka
kontaminasi bibit yang tinggi. Faktor lingkungan yang berubah-ubah
kemungkinan menjadi salah satu faktor tingginya angka kontaminasi bibit.

Hari/Tanggal
Selasa, 19
Feb 2015
Kamis, 21
Feb 2015
Senin, 25
Feb 2015
Rata-rata

Tabel 1 Persentase bibit terkontaminasi
Jumlah bibit yang
Persentase bibit
Jumlah
terkontaminasi
terkontaminasi(%)
Ulangan
bibit
(botol)
(botol)
1
2
3
4
1
167
8 10 11 7
21.56
2

155

9

5

10

11

22.58

3

163

5

7

11

8

19.02

161.67

21.05

Bibit yang terkena kontaminasi organisme lain akan dipisahkan ke dalam
keranjang khusus. Media bibit yang telah terkontaminasi akan dikeluarkan dari
botol kemudian botol tersebut akan dicuci untuk digunakan kembali.

a

b

Gambar 6 Bibit terkontaminasi : (a) Bibit terkontaminasi dimasukkan dalam
keranjang untuk dibersihkan, (b) Penampilan kapas pada botol bibit
yang terkontaminasi Neurospora spp

14
Organisasi kerja pembibitan. Pembagian kerja di divisi pembibitan ini
dilakukan oleh kepala divisi pembibitan. Kepala divisi pembibitan juga bertugas
mencatat absensi karyawan, mensorting bibit yang terkontaminasi, dan
mengawasi pekerjaan karyawan, mencatat serta menyediakan bahan dan
perlengkapan media bibit, bahan dan perlengkapan inokulasi bibit . Hasil catatan
administrasi tersebut dilaporkan kepada manajer pabrik setiap hari untuk
dilakukan evaluasi. Kegiatan yang dilakukan pada divisi ini meliputi membuat
media bibit, menginokulasi bibit, membersihkan botol bibit yang terkontaminasi,
dan mengangkut bibit. Pembuatan media bibit memerlukan 4 orang karyawan,
inokulasi bibit memerlukan 3 orang karyawan, membersihkan botol bibit yang
terkontaminasi memerlukan 3 orang karyawan, dan 2 orang karyawan laki-laki
untuk mengangkut bibit.
(b) Prestasi Kerja Divisi Pembibitan
Prestasi kerja setiap orang pekerja tentu berbeda-beda. Prestasi kerja pada
divisi pembibitan ini sangat dipengaruhi oleh keterampilan pekerja, semakin lama
pekerja tersebut bekerja sebagai pembuat media bibit maka semakin banyak pula
hasil yang didapatkan. Pekerja yang membuat media bibit perlu keterampilan
tinggi karena pekerja harus cekatan dalam membuatnya. Dapat dilihat pada Tabel
2 yang menunjukkan prestasi kerja Umi Nenah (51 tahun) paling tinggi diantara
yang lain karena sudah bekerja di divisi ini selama hampir 3 tahun sehingga sudah
terampil dalam membuat media bibit. Hasil pengamatan prestasi kerja ini didapat
dengan menghitung jumlah botol bibit yang dihasilkan oleh setiap orang dalam
jam kerja yang sama yaitu 4 jam. Tabel 2 menunjukkan prestasi kerja di divisi
pembibitan. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata setiap pekerja mampu membuat
sekitar 200 botol media bibit setiap hari.
Tabel 2 Prestasi kerja di Divisi pembibitan
Nama
pekerja
Nenah
Fatimah
Adel
Tia
Rata-rata

Lama
bekerja
(bulan)

Waktu yang
diperlukan
(jam)

35
8
1
10

4
4
4
4

Jumlah bibit yang
dihasilkan
(botol)
1
2
3
4
225
225 200 225
200
225 200 175
100
150 100 125
225
200 200 200

Rata-rata bibit
yang dihasilkan
(botol)
218.75
200
118.75
206.25
185.94

Pembuatan media baglog
Divisi yang bertugas membuat komposisi media baglog jamur tiram putih atau
yang biasa disebut divisi packing. Divisi ini dikerjakan oleh 18 orang pekerja
diantaranya 1 orang kepala divisi packing yang merupakan pekerja tetap, 3 orang
pekerja yang bertugas mengangkut baglog, dan 14 orang pekerja tidak tetap atau
borongan yang bertugas membuat media baglog tersebut.
Pekerja pada divisi pembuatan media baglog ini semua berjenis kelamin
perempuan dengan usia 30-55 tahun. Para pekerja merupakan penduduk setempat
yang tinggal di sekitar perusahaan. Pekerjaan membuat media bibit ini dimulai pukul
07.30 WIB namun biasanya para pekerja datang lebih awal agar menghasilkan
prestasi kerja tinggi.

15
Baglog merupakan media utama tumbuhnya jamur tiram putih. Bahan untuk
membuat baglog ini sama dengan bahan membuat bibit jamur tiram putih yaitu
serbuk gergaji, dedak, tepung jagung, bubuk gandum. Baglog merupakan sumber
nutrisi untuk jamur tiram putih yang tumbuh, jika kekurangan nutrisi maka produksi
jamur tiram putih tidak optimum.
Media yang telah disiapkan diaduk rata dengan air hingga media tersebut jika
dikepal tidak pecah. Pekerja akan mengelilingi media yang telah tercampur rata dan
akan memulai membuat media baglog tersebut (Gambar 7). Media akan dimasukkan
ke dalam plastik berukuran 20 x 50 cm dan akan dipadatkan hingga berat yang
diinginkan sesuai. Ujung media akan diikat dengan tali rafia. Media yang telah
dibuatt siap untuk disterilisasi. Media baglog yang telah dibuat, akan disterilisasi
selama 8 jam dengan mesin steam yang terbuat dari besi. Perusahaan memiliki
standar

a

b

c

Gambar 7 Media baglog : (a) Pembuatan media baglog, (b) Media baglog yang telah
dibuat akan ditimbang terlebih dahulu, (c) Media baglog yang lolos seleksi akan
diststerilisasi dalam mesin steam

bobot untuk baglog yang dihasilkan tidak kurang dari 2.6 kg, oleh karena itu
pekerja harus mengeluarkan tenaga yang berat untuk membuat baglog menjadi
padat. Baglog yang memiliki bobot kurang dari 2.6 kg akan diberi tanda dan tidak
akan diangkut ke mesin steam untuk dimasak.
Upah untuk gaji pekerja borongan dihitung dari prestasi kerja pekerja
tersebut. Setiap baglog yang dibuat oleh pekerja borongan tersebut dihargai 120
rupiah dan prestasi kerja rata-rata pekerja packing ini adalah 270 baglog yang
dapat dihasilkan setiap hari. Hasil tersebut dapat dilihat dari Tabel 3 yang
menunjukkan upah rata-rata yang didapat pekerja packing selama 4 hari kerja
adalah 30.960 rupiah. Prestasi kerja yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh
faktor umur dari pekerja tersebut karena baglog yang dibuat harus padat. Pekerja

16
yang masih berumur di bawah 40 tahun tahun tentu memiliki tenaga yang berbeda
dengan pekerja yang telah berumur di atas 40 tahun. Tabel 3 menunjukkan
prestasi kerja di divisi packing. Hasil menunjukkan bahwa setiap pekerja rata-rata
dapat membuat sekitar 160 media baglog hingga 390 media baglog setiap hari.
Tabel 3 Prestasi kerja dan upah rata-rata yang didapat pekerja Divisi packing
Jumlah baglog yang
Rata-rata
Rata-rata
dihasilkan
baglog
yang
upah
Nama
Umur
(plastik)
dihasilkan
pekerja
pekerja
(tahun)
1
2
3
4
(rupiah)
Uum
45
280 272 289 275
279
33 840
Aroh
54
160 155 180 175
167.5
20 160
Adel
22
45 60 70
75
62.5
Caca
30
315 350 395 370
357.5
42 960
komsah
50
235 225 200 235
223.75
26 880
Rata-rata
273
30 960
Inokulasi
Inokulasi dikerjakan oleh 21 orang. Seorang sebagai kepala divisi inokulasi,
dan 20 orang sebagai pekerja borongan. Kegiatan inokulasi dimulai pukul 05.00
WIB hingga selesainya pekerjaan inokulasi. Diawali dengan kegiatan absensi dan
pembagian alat serta bahan untuk inokulasi. Upah pekerja didasarkan pada
prestasi kerja masing-masing pekerja. Setiap baglog yang diinokulasi, akan
memperoleh upah sebesar 250 rupiah. Tahap inokulasi merupakan tahapan
dimana bibit dimasukkan ke dalam baglog supaya bibit jamur tiram putih dapat
berkembang menjadi jamur tiram putih di dalam media baglog. Tahapan ini harus
dilakukan dengan teliti dan sretrilitas yang tinggi oleh karena itu pekerja
diharuskan memakai alat pelindung diri (APD). Meskipun perusahaan telah
mewajibkan dan memfasilitasi alat pelindung diri, kesadaran pekerja masih
rendah karena masih terdapat beberapa pekerja tidak menggunakan APD. Data
yang tercantum pada Tabel 4 menunjukkan penggunaan alat perlindungan diri
oleh pekerja inokulasi. Hasil menunjukkan bahwa pekerja yang memaikai masker
telah mencapai 91% dan pekerja yang memakai penutup kepala baru mencapai
78%.
Tabel 4 Penggunaan alat pelindung diri
N
o
1
2
3
4
5
6
7

Jumlah
Pekerja
17
17
17
16
18
20
17
Rata-rata

Masker
16
15
15
14
16
19
16

Penutup
Kepala
11
13
11
11
13
14
14

Presentase
Masker (%)
94.12%
88.24%
88.24%
87.50%
88.89%
95.00%
94.12%
90.87%

Presentase Penutup
Kepala (%)
68.75%
86.67%
73.33%
78.57%
81.25%
73.68%
87.50%
78.54%

17
Inkubasi
Baglog yang telah diinokulasi, akan diinkubasi selama 2 bulan di kumbung
khusus inkubasi. Baglog yang telah diinokulasi dan disterilisasi akan ditata pada
rak yang telah tersedia di kumbung inkubasi. Masa inkubasi juga menentukan
jamur tiram akan tumbuh optimal atau tidak. Pada saat masa inkubasi, suhu pada
kumbung inkubasi tidak boleh terlalu tinggi, karena suhu yang tinggi
menyebabkan panas dan pengap pada kumbung sehingga memicu munculnya
bakteri termofilik dan jamur lain aktif bekerja (Riyanto, 2010).
Pemanenan
Kegiatan panen merupakan aspek khusus dari seluruh kegiatan magang di
Rimba Jaya Mushroom. Pemanenan dikerjakan oleh 21 pekerja yang terdiri dari 3
orang kepala divisi panen dan 18 orang pekerja panen. Pemanenan jamur tiram
harus dilakukan di waktu dan dengan car