Analisis Sistem Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Deras Di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat

ANALISIS SISTEM PEMASARAN IKAN MAS
KOLAM AIR DERAS DI KECAMATAN CIJAMBE
KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

NANDANG TRISATYO

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA1

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sistem
Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Deras di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang
Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Nandang Trisatyo
NIM H34124038

1

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar IPB harus
didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait

ABSTRAK
NANDANG TRISATYO. Analisis Sistem Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Deras
di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat. Dibimbing oleh YANTI
NURAENI MUFLIKH.
Ikan mas merupakan salah satu komoditas ikan unggulan di Kabupaten
Subang yang memiliki potensi yang cukup baik untuk terus dikembangkan.
Sumber air yang selalu tersedia sepanjang tahun menjadikan media tanam kolam
air deras (KAD) mempunyai kelebihan untuk pembudidaya ikan mas di

Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang. Hasil analisis menunjukan bahwa
kondisi sistem pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe, Subang (1) saluran
pemasaran yang terbentuk terdiri dari 5 saluran pemasaran, (2) terdapat 4 lembaga
pemasaran yang bertugas membeli produk dari produsen dan menyampaikan
produk ke konsumen akhir, (3) fungsi pemasaran setiap saluran berbeda – beda,
(4) struktur pasar yang terjadi jika dilihat dari sudut penjual maka struktur pasar
yang terjadi di tingkat pedagang pengumpul adalah cenderung bersifat oligopoli,
sedangkan struktur pasar yang dihadapi pedagang pengecer cenderung pasar
persaingan sempurna, (5) Pembudidaya ikan mas akan menjual hasil produksi
kepada pedagang pengumpul dengan cara pembayaran tunai. Saluran pemasaran
yang relatif efisien pada saluran pemasaran ikan mas Kecamatan Cijambe adalah
saluran pemasaran 5 (pembudidaya – pedagang pengecer – konsumen akhir)
karena memiliki margin pemasaran terkecil, farmer’s share besar dan rasio
keuntungan terhadap biaya memiliki nilai lebih dari satu.
Kata kunci: ikan mas, efisiensi pemasaran, saluran pemasaran

ABSTRACT
NANDANG TRISATYO. Analysis of Marketing’s System Cyprinus carpio in
water running in Cijambe village, Cijambe district, Subang, West Java.
Supervised by YANTI NURAENI MUFLIKH.

Cyprinus carpio is one of the leading commodity in the district Cijambe,
Subang. Sources of water are always available of the year to make the water running has
a chance for farmers in the district Cijambe, Subang. Results of the analysis showed that
the condition of the marketing system in district Cijambe, Subang. (1) marketing channels
is formed consisting of five marketing channel, (2) there are four marketing agencies who
buys the products from farmers and delivery products to the consumer, (3) marketing
functions every channel is different , (4) market structure that occur when viewed from
the seller, the market structure that oligopoly, while the market structure viewed from
retailers is perfectly competitive market, (5) Farmers will be selling their produce to
traders by way of a cash payment. Marketing channels are relatively efficient at
marketing channel in district Cijambe is a marketing channel 5 (farmers-tradersconsumers between) because it has a marketing margin the smallest, the farmer's share of
the biggest and the ratio of benefits to costs have more than one value.
Keywords: cyprinus carpio, efficiency, channel

ANALISIS SISTEM PEMASARAN IKAN MAS
KOLAM AIR DERAS DI KECAMATAN CIJAMBE
KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

NANDANG TRISATYO


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi dan Manajemen

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai dengan
bulan Okober 2015 ialah Analisis Sistem Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Deras
di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M

Agribus selaku pembimbing, Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator
dan dosen penguji utama serta Maryono, SP, MSC selaku dosen penguji akademik
di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB yang telah
banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Eye selaku UPTD Kecamatan Cijambe, Sekertaris Desa Cijambe, serta
seluruh pembudidaya, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer ikan mas di
Desa Cijambe, Kecamatan Cijambe yang telah membantu selama pengumpulan
data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu serta seluruh keluarga
dan teman-teman, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016
Nandang Trisatyo

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran
Fungsi Pemasaran
Struktur Pasar
Perilaku Pasar
Margin Pemasaran dan Farmer's Share
Efisiensi Pemasaran
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Penentuan Responden
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Analisis Saluran Pemasaran

Analisis Lembaga Pemasaran
Analisis Fungsi Pemasaran
Analisis Struktur Pasar
Analisis Perilaku Pasar
Analisis Margin Pemasaran
Analisis Farmer’s share
Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya
Definisi Operasional
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Letak Geografis Lokasi Penelitian
Gambaran Umum Budidaya Ikan Mas
Karakteristik Pelaku Pasar
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran Ikan Mas
Analisis Fungsi Pemasaran Ikan Mas
Analisis Struktur Pasar Pemasaran Ikan Mas
Analisis Perilaku Pasar Pemasaran Ikan Mas
Analisis Margin Pemasaran
Analisis Bagian Harga Yang Diterima Pembudidaya (Farmer’s share)

Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

ix
x
x
1
1
8
10
10
10
10
10
11
11
12
12
13
13
13

20
22
22
22
22
23
23
23
24
24
24
25
25
25
26
26
26
27
27
31

35
35
40
44
46
48
51
52

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

58
58
59
59

62
73

DAFTAR TABEL
1 Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten Subang 2010 – 2014. 1
2 Tingkat Konsumsi Ikan dan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Subang 2010 –
2014.
3
3 Data Perkembangan Rata- Rata Harga Ikan Air Tawar di Tingkat Petani
Kabupaten Subang 2010 – 2014.
4
4 Data Perkembangan Rata- Rata Harga Ikan Air Tawar di Tingkat Konsumen
Kabupaten Subang 2010 – 2014
5
5 Produksi Budidaya Ikan Air Tawar Berdasarkan Jenis Ikan di Kabupaten
Subang 2010 – 2014.
5
6 Jumlah Pemilik Kolam Dan Luas Budidaya Kolam Air Deras Ikan Air Tawar
di Kabupaten Subang tahun 2014.
7
7 Letak Geografis Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat.
27
8 Orbitasi Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat.
28
9 Kelompok Umur Responden Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Cijambe
Kabupaten Subang Jawa Barat.
32
10 Kelompok umur Pedagang Pengumpul Responden Kecamatan Cijambe
Kabupaten Subang 2015.
33
11 Kelompok umur Pedagang Pengecer Responden Kecamatan Cijambe
Kabupaten Subang 2015.
34
12 Harga rata – rata Ikan Mas di Tingkat Pembudidaya dan Saluran Pemasaran
Ikan Mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang.
39
13 Fungsi – Fungsi Pemasaran yang dilaksanakan Oleh Lembaga Pemasaran di
Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang.
40
14 Analisis Margin Pemasaran tiap Saluran Pemasaran di Kecamatan Cijambe
Kabupaten Subang 2015.
48
15 Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe,
Kabupaten Subang, Bulan Juli – Oktober Tahun 2015.
52
16 Biaya Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Dera di Kecamatan Cijambe Kabupaten
Subang 2015.
53
17 Keuntungan Lembaga Pemasaran tiap Saluran Pemasaran pada Pemasaran
Ikan Mas di Kecamatan Cijambe 2015.
54
18 Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Lembaga Pemasaran Ikan Mas di
Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Juli – Oktober 2015.
55
19 Rekap Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas Kecamatan Cijambe, Kabupaten
Subang.
56

DAFTAR GAMBAR
1 Konsep Margin Pemasaran
2 Kerangka Pemikiran Operasional
3 Skema Saluran Pemasaran Ikan Mas Konsumsi di Kecamatan Cijambe

18
21
37

DAFTAR LAMPIRAN
1 Produksi Kegiatan Usaha Pembesaran Ikan Mas Oleh Responden Kecamatan
Cijambe, Kabupaten Subang.
62
2 Responden Lembaga Pemasaran Pada Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan
Cijambe Kabupaten Subang
63
3 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran 1
64
4 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran 2
64
5 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran 3
64
6 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran 4
65
7 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran 5
65
8 Rincian Keuntungan per Kilogram Biaya Pemasaran Setiap Saluran
66
9 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada
Saluran 1
67
10 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada
Saluran 2
68
11 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada
Saluran 3
69
12 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada
Saluran 4
70
13 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada
Saluran 5
71
14 Gambar Proses Pemasaran Ikan Mas Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang 71

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Subang merupakan daerah sentra produksi ikan mas (cyprinus
carpio) di Jawa Barat, Kabupaten Subang mempunyai potensi budidaya ikan air
tawar yang terdiri dari kolam air tenang seluas 546 ha yang terdapat di seluruh
Kecamatan diantaranya Kecamatan Pagaden, Legonkulon, Subang, Kalijati,
Purwadadi dan Pabuaran, sedangkan pembenihan ikan ± 685 ha, dan kolam air
deras serta mina padi seluas 4 997 ha diantaranya terdapat di Kecamatan Cijambe,
Kecamatan Sagalaherang, Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Cisalak dan
Kecamatan Tanjungsiang (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang,
2014). Produksi perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Subang dapat dilihat
pada Tabel 1.
Ikan air tawar mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, tingginya
kandungan protein dan vitamin membuat ikan yang mudah dibudidayakan ini
sangat membantu dalam pemenuhan gizi bagi masyarakat. Selain harganya dapat
dijangkau dan dapat ditemui dimana saja, maka tidak heran ikan dapat menjadi
sumber protein hewani pengganti dari daging, sebagai bahan pangan untuk
dikonsumsi, ikan merupakan sumber protein, lemak, dan mineral yang sangat baik
(Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2014).
Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten Subang 2010 –
2014.
Produksi (ton)

Tahun
Kolam air tenang

Kolam air deras

Total
Produksi

Sawah

%
Pertumbuhan

2010

14 103.74

4 708.19

182.8

18 994.73

-

2011

14 188.08

4 867.12

177.59

19 232.79

1.25

2012

11 624.31

5 138.26

51.19

16 813.76

-12.5

2013

9 276

8 258.84

5

17 539.84

4.30

-0.20
2014
9 291.81
8 297.46
3 17 592.27
Sumber : Buku Statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang, 2014 (diolah).
Berdasarkan Tabel 1 produksi budidaya perikanan air tawar di Kabupaten
Subang terdapat tiga jenis kolam yang digunakan terdiri dari kolam air tenang
(KAT), kolam air deras (KAD) dan sawah. Total produksi budidaya perikanan air
tawar pada tahun 2010 mencapai 18 994.73 ton yang terdiri dari kolam air tenang
(KAT) sebanyak 14 103.74 ton sedangkan kolam air deras (KAD) sebanyak 4
708.19 ton dan produksi di sawah sebesar 182.8 ton. Pada tahun 2011 total
produksi budidaya perikanan air tawar mengalami peningkatan pertumbuhan
sebesar 1.25 persen dengan total produksi 19 232.79 ton yang terdiri dari kolam
air tenang (KAT) sebesar 14 188.08 ton, sedangkan kolam air deras (KAD)
sebesar 4 708.19 ton dan produksi budidaya ikan air tawar di sawah sebesar

2
177.59 ton. Produksi ikan air tawar di Kabupaten Subang pada tahun 2012
mengalami penurunan pertumbuhan produksi sebesar 12.5 persen, penurunan
pertumbuhan produksi terjadi dikarenakan adanya penurunan produksi yang
cukup besar pada budidaya kolam air tenang (KAT) dibandingkan tahun
sebelumnya, produksi kolam air tenang pada tahun 2012 sebesar 11 624.31 ton
sedangkan kolam air deras (KAD) produksi pada tahun 2012 sebesar 5 138.26 ton
dan produksi di sawah sebesar 51.19 ton. Pada tahun 2013 produksi total budidaya
air tawar mengalami peningkatan produksi dengan jumlah 17 539.84 ton dengan
persentase pertumbuhan sebesar 4.30 persen yang terdiri dari produksi kolam air
tenang (KAT) sebesar 9 276 ton sedangkan kolam air deras (KAD) sebesar 8
258.84 ton dan produksi di sawah sebesar 5 ton. Pada tahun 2014 terjadi
penurunan produksi dengan nilai persentase penurunan 0.20 persen dari tahun
sebelumnya, hal ini dikarenakan adanya penurunan produksi di sawah, adapun
produksi kolam air tenang (KAT) sebesar 9 291.81 ton sedangkan kolam air deras
(KAD) sebesar 8 297.46 ton dan produksi di sawah sebesar 3 ton. Jika melihat
produksi tahunan budidaya ikan air tawar pada kolam air tenang (KAT) cenderung
mengalami penurunan produksi, berdasarkan Tabel 1 bahwa produksi ikan
budidaya air tawar dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 tidak mengalami
peningkatan produksi, akan tetapi budidaya ikan air tawar pada kolam air deras
(KAD) selalu mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya, sedangkan untuk
budidaya air tawar pada sawah mengalami penurunan produksi setiap tahunnya di
tahun 2012 mengalami penurunan produksi sebesar 125.81 ton dari produksi
tahun 2011 sebesar 177 ton menjadi 51.19 ton, yang kemudian mengalami
penurunan produksi kembali pada tahun 2013 dan 2014. Kolam air deras (KAD)
selalu mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya sehingga budidaya ikan
air tawar pada kolam air deras (KAD) di Kabupaten Subang sangat prospektif
untuk dijadikan usaha budidaya ikan mas.
Ikan air tawar yang diproduksi di Kabupaten Subang yang menjadi unggulan
adalah ikan Mas (Cyprinus carpio) dan ikan Nila (Oreochormis niloticus).
Produksi budidaya air tawar di Kabupaten Subang terdiri dari beberapa kolam
budidaya, diantaranya adalah kolam air tenang (KAT), kolam air deras (KAD) dan
sawah (minapadi), pada kolam air tenang budidaya yang dilakukan yaitu ikan
gurame, mujaer dan lele. Akan tetapi pada budidaya kolam air deras pembudidaya
ikan di Kecamatan Cijambe hanya mengkhususkan untuk membudidayakan ikan
mas dan ikan nila, hal ini dikarenakan ikan mas dan ikan nila merupakan ikan
unggulan di Kabupaten Subang. Kolam air deras merupakan salah satu andalan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang dalam meningkatkan produksi
budidaya air tawarnya disamping pula terdapat kolam air tenang dan minapadi.
Jika melihat tabel diatas, maka produksi budidaya ikan air deras selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya, sangat berbeda dengan budidaya ikan di sawah
(minapadi) yang selalu mengalami penurunan produksi dikarenakan pembudidaya
sudah banyak yang beralih menggunakan kolam air deras ataupun kolam air
tenang untuk membudidayakan ikan mas maupun jenis ikan lainnya.
Salah satu komoditi perikanan yang memiliki prospek cukup baik untuk
dikembangkan sebagai ikan budidaya adalah ikan mas (cyprinus carpio).
Budidaya ikan mas banyak dilakukan karena ikan mas merupakan ikan yang
cukup mudah dan memberikan prospek yang baik untuk dibudidayakan. Ikan mas
mampu beradaptasi dengan perubahan suhu lingkungan yang ditempatinya dengan

3
kisaran suhu 20° - 27° Celcius dengan Ph air berkisar 7 - 8, tahan terhadap
berbagai penyakit dan tahan terhadap berbagai fisik lingkungan, seperti adanya
proses seleksi, penampungan, penimbangan dan pengangkutan. Ikan mas juga
dikenal sebagai ikan pemakan segala (omnivora), makanannya antara lain
serangga kecil, siput, cacing, ikan-ikan kecil, dan lain sebagainya. Dari sifatnya
yang pantang menolak segala macam makanan ini, maka tidak heran bila ikan mas
ini paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat (Afrianto, 1998).
Pengembangan perikanan budidaya merupakan salah satu prioritas yang
diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi. Perikanan darat memiliki
keunggulan dan keunikan dalam pengembangannya. Pertama, potensinya
memiliki varietas/jenis yang beragam. Kedua, keberadaan ikan menyatu dengan
perilaku/pola hidup masyarakat. Ketiga, secara ekologis ikan memiliki habitat
hidup dan cara berkembang biak yang khas. Keempat, lahan budidaya perikanan
darat yang mengandung jenis ikan endemik belum dimanfaatkan secara optimal
(Ahyar dan Rismunandar, 1986).
Ikan mas merupakan ikan konsumsi yang digemari masyarakat Subang,
karena rasanya yang lezat dan gurih, hampir disemua rumah makan maupun
rumah tangga konsumen terdapat hidangan masakan berupa ikan mas. Ikan mas
memiliki kalori atau energi 86 kkal, vitamin A 150 IU, vitamin B1 0.05 mg,
Protein 16 gr, fosfor 150 mg, lemak 2 gr, zat besi 2 mg, dan kalsium 20 mg
(Rokhdianto 1991). Jika dilihat dari kandungan gizi ikan mas, ikan mas dapat
memenuhi zat yang dibutuhkan tubuh, baik vitamin maupun protein. Pada saat ini
sudah banyak masyarakat yang gemar mengkonsumsi protein hewani khususnya
ikan mas, karena masyarakat saat ini sudah mulai sadar akan pentingnya
mengkonsumsi makanan yang bergizi. Untuk melihat tingkat konsumsi ikan di
Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Konsumsi Ikan dan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Subang
2010 – 2014.
Konsumsi
%
Income/kapita
%
Tahun
(kg/kap/th)
Pertumbuhan
(Rp)
Pertumbuhan
2010
22.50
17 816
2011
22.60
0.40
18 329
2.87
2012
23.06
2.00
39 627
116.19
2013
29.72
28.80
68 661
73.20
2014
31.51
6.02
56 350
-17.90
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang , 2014 (diolah)

Dapat dilihat pada Tabel 2 dijelaskan bahwa konsumsi ikan di Kabupaten
Subang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada awalnya tahun 2010 konsumsi
ikan masyarakat Kabupaten Subang hanya 22.50 kg/kapita/tahun, akan tetapi di
tahun berikutnya meningkat menjadi 22.60 kg/kapita/tahun dengan persentase
pertumbuhan 0.40 persen, pada tahun 2012 sampai tahun 2014 juga selalu
mengalami peningkatan konsumsi ikan yang ditunjukan dengan persentase
pertumbuhan 6.02 persen. Hal ini terjadi karena tingkat konsumsi ikan di
Kabupaten Subang meningkat, dikarenakan pendapatan per kapita nya juga selalu
meningkat setiap tahunnya, jika melihat angka pertumbuhan pendapatan perkapita,
setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan pendapatan, pada tahun 2012

4
merupakan persentase pendapatan perkapita mengalami pertumbuhan yang paling
tinggi yaitu mencapai 116.19 persen.
Potensi permintaan ikan mas di Kabupaten Subang tidak hanya untuk
masyarakat lokal, akan tetapi permintaan juga terdapat dari beberapa daerah luar
Subang seperti Kabupaten Bandung, Karawang, Surabaya, Bali sampai Lampung.
Permintaan ikan mas di Kabupaten Subang mulai dari ibu rumah tangga sampai
rumah makan di daerah subang yang menyediakan makanan ciri khas Kabupaten
Subang seperti aneka pepesan ikan, aneka cobek ikan dan lain lainnya, tidak bisa
dipungkiri bahwa banyaknya rumah makan di Kabupaten Subang karena memang
Kabupaten Subang khususnya di wilayah selatan selain bersuhu sejuk juga
memiliki banyak tempat wisata, sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke
Kabupaten Subang. Selain itu di wilayah utara Kabupaten Subang juga merupakan
jalur penghubung antara Jawa Barat ke Jawa Tengah (pantura), sehingga di
wilayah utara pun banyak rumah makan kecil ataupun restoran yang tentunya
menyajikan aneka masakan ikan mas.
Ikan mas memiliki proses pertumbuhan yang cepat tetapi proses pematangan
kelaminnya lambat sehingga sebagian besar energi pertumbuhan ikan mas
digunakan untuk menambah berat badan tubuhnya. Hal ini menyebabkan ikan mas
memiliki produktivitas yang tinggi dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat
baik dalam skala kecil maupun besar. Jika melihat dari rata – rata harga ikan air
tawar, ikan mas di Kabupaten Subang selalu mengalami peningkatan harga setiap
tahun, untuk rata – rata harga ikan air tawar hasil budidaya di tingkat
pembudidaya bisa dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Perkembangan Rata – Rata Harga Ikan Air Tawar di Tingkat
Pembudidaya Kabupaten Subang 2010 – 2014.
Harga (rp/kg)
Jenis Ikan
2010
2011
2012
2013
2014
Ikan Mas
18 000
20 000
20 000
24 000
25 000
Mujaer
12 000
10 000
10 000
12 000
13 000
Lele
14 000
11 000
12 000
15 000
18 000
Gurame
45 000
45 000
45 000
Nila
16 000
18 000
17 000
19 000
20 000
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang, 2015 (diolah)

Berdasarkan data diatas, harga rata – rata ikan air tawar di tingkat
pembudidaya di Kabupaten Subang berbeda berdasarkan jenis ikan, dapat
disimpulkan bahwa harga ikan mas merupakan harga tertinggi setiap tahun nya
dibandingkan harga ikan mujaer, lele maupun nila. Pada tahun 2010 rata – rata
harga ikan mas ditingkat pembudidaya sebesar Rp 18 000/kilogram, kemudian
meningkat pada tahun 2011 dengan harga Rp 20 000/kilogram, dan mengalami
peningkatan pada tahun 2012 sebesar Rp 20 000/kilogram, dan selalu mengalami
peningkatan harga pada tahun 2013 menjadi Rp 24 000/kilogram dan kembali
meningkat pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp 25 000/kilogram. Peningkatan harga
ikan mas tertinggi pada tahun 2013 harga sebelumnya pada tahun 2012 Rp 20
000/kilogram menjadi Rp 24 000/kilogram pada tahun 2013.

5
Tabel 4. Data Perkembangan rata – rata Harga Ikan Air Tawar di Tingkat
Konsumen Kabupaten Subang 2010 – 2014.
Harga (rp/kg)
Jenis Ikan
2010
2011
2012
2013
2014
Ikan Mas
22 000
23 000
25 000
27 000
28 000
Mujaer
17 000
15 000
15 000
16 000
17 000
Lele
19 000
16 000
17 000
19 000
20 000
Gurame
49 000
49 000
49 000
Nila
21 000
23 000
22 000
22 000
23 000
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang, 2015 (diolah)

Berdasarkan data diatas, harga rata – rata ikan air tawar di tingkat
konsumen di Kabupaten Subang berbeda berdasarkan jenis ikan. Pada tahun 2010
rata – rata harga ikan mas ditingkat konsumen sebesar Rp 22 000/kilogram,
kemudian meningkat pada tahun 2011 dengan harga Rp 23 000/kilogram, pada
tahun 2012 sebesar Rp 25 000/kilogram, pada tahun 2013 menjadi Rp 27
000/kilogram dan kembali meningkat pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp 28
000/kilogram. Jika membandingkan harga rata – rata di tingkat pembudidaya dan
konsumen akhir, maka jelas berbeda, harga di konsumen akhir akan lebih tinggi
dikarenakan ada nya penambahan nilai tambah dan biaya pemasaran pada
lembaga pemasaran yang terkait dalam pemasaran ikan mas, adapun biaya
pemasaran meliputi biaya transportasi, biaya pengemasan dan biaya penyimpanan.
Peningkatan harga ikan mas di tingkat pembudidaya menunjukan prospek yang
cukup bagus bagi pembudidaya ikan mas di Kabupaten Subang, ikan mas
merupakan komoditi unggulan dikarenakan kualitasnya yang telah diakui oleh
konsumen dan pengalaman masyarakat akan budidaya ikan mas yang selalu
memberikan keuntungan. Selain itu produksi ikan mas juga selalu meningkat
setiap tahun.
Produksi pembesaran ikan mas dan ikan nila unggulan hanya terdapat pada
kolam air deras (KAD) di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang, untuk produksi
budidaya pada kolam air deras di Kecamatan Cijambe terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Produksi Budidaya Pembesaran Kolam Air Deras Ikan Air Tawar
di Kecamatan Cijambe 2010 – 2014.
Produksi Jenis Ikan Unggulan (Ton)
Tahun
Ikan Mas
% Pertumbuhan
Nila
% Pertumbuhan
2010
2011 2 657.70
2 209.30
2012 3 102.50
0,16
2 035.70
-0,07
2013 4 116.40
0,32
4 142.40
1,03
2014 4 532.30
0,10
3 765.10
-0,09
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang , 2015 (diolah)

Tabel 5 menunjukan produksi ikan unggulan di Kabupaten Subang,
Kecamatan Cijambe selalu mengalami peningkatan produksi dari tahun ke tahun,
dapat dilihat dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 bahwa produksi ikan mas

6
di Kabupaten Subang selalu meningkat, hal ini dikarenakan karena semakin
banyak masyarakat di Kecamatan Cijambe menjadi pembudidaya ikan mas,
karena Kecamatan Cijambe mempunyai lahan yang cocok untuk budidaya ikan
unggulan di Kabupaten Subang yaitu ikan mas dan ikan nila dengan
menggunakan kolam air deras (KAD), dan ini juga menunjukan bahwa Kabupaten
Subang dapat memenuhi kebutuhan konsumen pecinta ikan mas baik penduduk
lokal maupun pendatang bahkan luar daerah Subang. Selain dapat menghasilkan
produksi yang besar, harga rata – rata ikan mas ini juga relatife meningkat setiap
tahunnya Tabel 3, sehingga menjadi bahan pertimbangan pembudidaya ikan
untuk membudidayakan ikan mas di Kecamatan Cijambe.
Potensi pengembangan ikan mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang
mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Subang, yaitu dengan
menerapkan pola produksi ikan mas ke dalam beberapa sentra produksi yang
disesuaikan dengan potensi daerah masing – masing. Hal ini juga merupakan misi
dari Kabupaten Subang dimana “ Mewujudkan ekonomi mandiri berbasis
ekonomi kerakyatan dan keunggulan daerah”. Pola produksi ikan mas di
Kabupaten Subang disesuaikan dengan konsep agribisnis, yaitu mengandalkan
kegiatan pada subsistem yang ada. Setiap subsistem tersebut saling berhubungan
dan tidak dapat dipisahkan. Dikenal tiga subsistem pola intensifikasi budidaya
ikan mas, yaitu subsistem pembenihan, subsistem pendederan dan subsistem
pembesaran (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2014).
Benih ikan mas yang dipelihara di tempat pembesaran berasal dari hasil
pendederan dan benih yang didederkan merupakan hasil dari kegiatan pembenihan.
Dengan adanya pembagian sentra tersebut diharapkan potensi setiap daerah dapat
dimanfaatkan secara optimal. Terdapat dua jenis kolam yang diusahakan, yaitu
kolam air deras (KAD) dan kolam air tenang (KAT). Budidaya ikan mas di
Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang hanya dibudidayakan pada kolam air
deras, kolam air deras memiliki keunggulan tersendiri, karena membuat ikan lebih
berkualitas, dengan kualitas tersebut, harga jual ikan mas untuk konsumsi di
Kabupaten Subang selalu lebih tinggi dibandingkan ikan mas dari wilayah lain,
sehingga menambah minat para pembudidaya ikan untuk memiliki usaha
budidaya ikan mas, hal ini dikarenakan di Kabupaten Subang khususnya
Kecamatan Cijambe menggunakan kualitas air yang langsung dari mata air
pegunungan di Kabupaten Subang bagian selatan, sehingga air terus mengalir
sepanjang tahun yang kemudian menjadikan ikan di Kecamatan Cijambe
Kabupaten Subang tidak berbau seperti ikan mas kolam lainnya, selain ikan tidak
berbau, ikan mas dari Kecamatan Cijambe juga terkenal kuat dan sangat digemari
bagi pemancing, biasanya usaha pemancingan menggunakan ikan mas berukuran
diatas 2 kilogram/ekor untuk dijadikan ikan pancing. (Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Subang, 2014).
Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang merupakan wilayah yang memiliki
potensi besar untuk budidaya pembesaran ikan mas, karena daerah ini dilalui oleh
sumber air yang cukup besar yang mengalir sepanjang tahun. Selain itu
Kecamatan Cijambe juga memiliki luas lahan yang cukup besar dan potensial
dibandingkan dengan kecamatan – kecamatan lain yang ada di Kabupaten Subang.
Dengan sumberdaya alam yang demikian kaya atas potensi perikanan, menjadikan
Kabupaten Subang sebagai salah satu sentra produksi ikan air tawar.

7
Jumlah pemilik lahan dan luas budidaya ikan air tawar di Kabupaten
Subang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Pemilik Kolam dan Luas Budidaya Kolam Air Deras Ikan Air
Tawar di Kabupaten Subang tahun 2014.
Rumah Tangga Perikanan/RTP
Jumlah
Jumlah
Milik
(petani)
(m2)
Sendiri
Penggarap Pemerintah
Ciater
10
10
630
Cijambe
139
139
16 814
Kasomalang
21
21
1 095
Jalan Cagak
26
26
1 821
Cisalak
277
277
23 693
Tanjungsiang
151
151
22 491
Sumber : Buku Statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang , 2014.
Kecamatan

Tabel 6 menjelaskan bahwa Kecamatan Cijambe merupakan Kecamatan
yang banyak membudidayakan ikan air tawar pada kolam air deras (KAD), jika
dibandingkan dengan Kecamatan lain, pembudidaya ikan di Kecamatan Cijambe
dikhususkan oleh pemerintah Kabupaten Subang untuk membudidayakan ikan
unggulan, yaitu ikan mas dan nila, selain memiliki lahan yang lebih luas
dibandingkan dengan Kecamatan yang lain, pembudidaya ikan di Kecamatan
Cijambe juga hanya membudidayakan ikan mas dan ikan nila dengan media
kolam air deras (KAD), hal ini dikarenakan Kecamatan Cijambe memiliki
topografi lahan yang tinggi di bagian tengah Kabupaten Subang, mengingat
bahwa sifat air yang mengisi ruang kosong dan mengalir langsung dari dataran
tinggi ke dataran rendah, Kecamatan Cijambe ini sangat cocok membudidayakan
ikan dengan media kolam air deras, air yang melewati Kecamatan Cijambe
mengalir deras, disamping itu air yang selalu mengalir berasal dari mata air
pegunungan dan selalu mengalir sepanjang tahun, ini tentu nya sangat
mempengaruhi kualitas ikan mas di Kecamatan Cijambe. Menurut salah satu
pembudidaya ikan mas di Desa Cijambe mengatakan bahwa ikan mas di daerah
Kecamatan Cijambe tidak berbau dan memiliki kualitas yang bagus, hal ini terjadi
bukan karena pemberian obat – obatan, akan tetapi memang karna faktor air di
Kecamatan Cijambe yang bagus, ini yang menyebabkan Kecamatan Cijambe
mampu menghasilkan ikan yang berkualitas tinggi disamping media yang
digunakan kolam air deras.
Produksi yang dihasilkan harus disertai dengan berbagai pertimbangan
dalam memasarkannya, karena jika melihat sifat produknya, produk perikanan
bersifat perishable atau mudah rusak. Untuk menjaga kualitas produk yang baik
dan sesuai dengan keinginan konsumen, maka dibutuhkan cara agar ikan tersebut
tetap segar sampai ke tangan konsumen tentunya dengan melalui berbagai pihak
pemasaran. Lembaga pemasaran akan dengan cepat membantu proses penjualan
sehingga produk dapat dengan cepat sampai ke tangan konsumen. Akan tetapi
pembudidaya ikan mas sebagai produsen juga ingin mendapatkan harga yang
layak untuk keberlanjutan usaha dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari
itu perlu adanya penelitian mengenai kondisi sistem pemasaran yang akan melihat
efisiensi pemasaran dan diharapkan dapat membantu dan memberikan solusi

8
mengenai saluran pemasaran yang efektife sehingga akan didapat nilai margin
yang adil pada setiap saluran pemasaran ikan mas ini.

Perumusan Masalah
Kabupaten Subang sebagai daerah sentra produksi ikan mas di Jawa Barat
telah memenuhi kebutuhan pasokan ikan mas untuk konsumsi dimana 2/3 ikan
mas Jawa Barat berasal dari Kabupaten Subang (Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Subang, 2013), Kecamatan Cijambe merupakan salah satu
penyumbang terbesar ikan mas untuk memenuhi permintaan pasar baik di Jawa
Barat maupun di luar Pulau Jawa maupun permintaan pasar lokal dikarenakan di
Kecamatan Cijambe banyak pembudidaya yang membudidayakan ikan mas
seperti yang terlihat pada Tabel 6. Harga ikan mas di tingkat pembudidaya
maupun di tingkat konsumen selalu mengalami peningkatan harga setiap tahun
nya, hal ini menunjukan usaha budidaya ikan mas sangat prospektif, untuk
melihat harga rata – rata di tingkat pembudidaya dan di tingkat konsumen dapat
dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Pembudidaya ikan mas harus siap menghadapi kerugian apabila harga jual
ikan mas di tingkat pembudidaya rendah. Sifat dasar ikan mas yang mudah rusak
(perishable) serta adanya jarak antara lokasi produsen dan lokasi konsumen akhir
juga menjadi kendala bagi pembudidaya ikan mas, kualitas ikan mas akan
berkurang, maka dari itu agar ikan mas selalu tetap segar dan tetap berkualitas
maka diperlukan sarana dan peralatan pengangkutan yang cepat agar ikan mas
dapat sampai ke tangan konsumen dengan keadaan ikan mas yang masih segar.
Pemasaran merupakan ujung tombak pelaku usaha dimana untuk
menyalurkan produk ataupun hasil yang diusahakan sehingga sampai ke tangan
konsumen akhir. Pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe mengalami
beberapa kendala dalam memasarkan produk ikan mas, adapun masalah tersebut
yaitu : (1) Pembudidaya ikan mas kurang memiliki informasi mengenai
perkembangan harga ikan mas di pasar, hal ini yang menyebabkan harga yang
diterima pembudidaya lebih rendah dibanding harga di konsumen sehingga
keuntungan yang diterima pembudidaya lebih rendah, pedagang pengumpul yang
mengetahui informasi pasar mempunyai posisi tawar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pembudidaya ikan mas, sehingga pembudidaya ikan mas
menerima harga yang ditetapkan pedagang pengumpul selama minimal menutupi
biaya produksi bagi pembudidaya ikan mas di lokasi penelitian. (2) pembudidaya
ikan mas sebagai penerima harga (price taker).
Adanya jarak antara produsen dengan konsumen akhir akan melibatkan
beberapa pedagang perantara untuk menyalurkan produk dari produsen sampai ke
tangan konsumen akhir. Saluran pemasaran sangat penting karena didalamnya
mencakup berbagai kegiatan atau fungsi pemasaran yang menyebabkan barang –
barang bergerak ke pasar atau konsumen. Banyaknya lembaga yang terlibat dalam
suatu saluran pemasaran akan sangat dipengaruhi oleh jarak dari produsen ke
konsumen, semakin jauh jarak antara produsen ke konsumen maka akan semakin
panjang saluran pemasaran yang ada, begitupun sebaliknya semakin dekat jarak
produsen ke konsumen maka saluran pemasaran pun akan lebih pendek, hal ini
sangat mempengaruhi untuk harga barang ke depan nya.

9
Saluran pemasaran dapat menggambarkan proses pendistribusian ikan mas
dari pembudidaya produsen ke konsumen. Ikan mas tidak hanya memenuhi
kebutuhan lokal tetapi juga daerah lain, sehingga diperlukan saluran pemasaran
yang efisien. Panjangnya saluran pemasaran akan berpengaruh terhadap biaya
pemasaran yang lebih tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan tingginya harga beli
yang harus dibayarkan oleh konsumen akhir. Di sisi lain, tingginya biaya
pemasaran akan mendorong pedagang pengumpul/tengkulak untuk menekan
harga jual di tingkat produsen atau pembudidaya. Selain itu transaksi antara
pedagang pengumpul/tengkulak dan pembudidaya sering merugikan pihak
pembudidaya ikan karena pembudidaya hanya sebagai penerima harga (price
taker).
Pedagang pengumpul atau pedagang perantara akan saling mengadu posisi
tawar, sehingga akan mempengaruhi margin ditingkat pedagang perantara dengan
pembudidaya ikan sebagai produsen, yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap semua pedagang perantara dan pembudidaya ikan, sehingga
menimbulkan margin atau perbedaan harga. Margin pemasaran yang diperoleh
dari perbedaan harga jual pembudidaya ikan dan harga yang dibayarkan
konsumen akhir dapat menggambarkan efisien atau tidaknya saluran pemasaran
bagi pembudidaya ikan sebagai produsen. Jika semakin besar selisih harga jual
yang dibayarkan konsumen akhir menjadi indikasi bahwa saluran pemasaran tidak
efisien dan semakin sedikit farmer’s share yang diterima oleh pembudidaya ikan.
Margin harga tersebut disebabkan oleh panjang atau pendeknya rantai pemasaran
yang ada, fungsi – fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran,
serta struktur pasar yang dihadapi.
Nilai margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan serta biaya
akan menentukan seberapa efisiennya pemasaran di Kecamatan Cijambe
Kabupaten Subang. Kondisi usaha yang menguntungkan bisa dilihat dari sistem
pemasaran yang efisien, baik untuk pembudidaya ikan dan pelaku – pelaku
pemasaran yang terlibat, sehingga untuk meningkatkan harga jual dan keuntungan
pembudidaya ikan diperlukan saluran pemasaran yang paling efisien dalam
menyalurkan ikan mas ke konsumen akhir. Hal penting dalam pemasaran produk
pertanian adalah konsistensi masing – masing pihak untuk menjalankan fungsinya
dan pembagian imbalan secara adil. Masalah yang pokok dalam pemasaran ikan
mas adalah harga rendah di tingkat petani dan harga tinggi di tingkat konsumen,
jika melihat Tabel 3 dan Tabel 4, perbedaan harga diantara produsen dan
konsumen sebesar Rp 3 000.00 sampai dengan Rp 5 000.00 setiap kilogram,
sehingga pendapatan pembudidaya ikan mas lebih rendah daripada lembaga –
lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya. Berdasarkan masalah diatas maka
diperlukan alternatif saluran pemasaran yang efisien dalam sistem pemasaran
dengan cara menganalisis margin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan
atas biaya, serta menganalisis lembaga dan fungsi – fungsi pemasaran, struktur
pasar dan perilaku pasar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
yang akan diteliti dalam penelitian ini :
1. Bagaimana kondisi sistem pemasaran ikan mas yang terlibat di
Kecamatan Cijambe?
2. Bagaimana efisiensi pemasaran ikan mas berdasarkan margin
pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya?

10
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis sistem pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe.
2. Menganalisis tingkat efisiensi pemasaran ikan mas berdasarkan margin
pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam melakukan
usaha budidaya ikan mas.
2. Manfaat bagi penulis adalah memahami dan mendalami teori yang telah
didapat guna menganalisis permasalahan perikanan dan memberikan
alternatif solusi.
3. Manfaat bagi pembaca adalah sebagai tambahan pengetahuan dan informasi
untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam hal pemasaran ikan
mas.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji bagaimana sistem pemasaran
ikan mas di kolam pembesaran dengan menggunakan media tanam kolam air
deras (KAD) dengan meneliti pembudidaya ikan mas di lokasi penelitian dan
lembaga – lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan mas di lokasi
penelitian yang bertempat di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Penelitian dilakukan mulai dari saluran pemasaran ikan mas yang terdapat di
lokasi penelitian dan lembaga pemasaran yang terlibat, struktur pasar dan perilaku
pasar serta fungsi pemasaran sampai dengan farmer’s share atau bagian yang
didapat pembudidaya ikan mas. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil
contoh pemasaran ikan mas untuk konsumsi di kolam pembesaran air deras
dengan ukuran permintaan pasar, yaitu ukuran 2 ekor/kilogram, 3 ekor/kilogram
dan 4 ekor/kilogram ikan mas, dan untuk pemancingan dengan ukuran di atas 2
kilogram/ekor.

TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran
Analisis saluran dan lembaga pemasaran ini dilakukan untuk melihat jumlah
saluran dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam suatu pemasaran. Jumlah
saluran pemasaran dalam suatu komoditas berbeda – beda, ada yang terbentuk 2
saluran (Setiorini, 2003), (Melani, 2002) 4 saluran, sedangkan (Rahmawati, 2013)
terdapat 5 saluran ,sampai ada yang terdapat 7 saluran (Nurdiniati, 2014).

11
Pemasaran menjembatani jarak antara petani produsen dengan konsumen akhir,
melibatkan lembaga yang terkait seperti rumah tangga konsumen, pedagang,
pengolah dan produsen. Hal ini sesuai dengan penelitian Euis (2010) yang
menyatakan lembaga tataniaga terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul,
pedagang pengumpul luar Kecamatan, pedagang pengecer, pedagang pengecer
luar Kecamatan dan konsumen akhir atau rumah tangga. Penelitian Ponia (2006)
juga sama menyatakan saluran pemasaran menggambarkan proses penyaluran dari
pembudidaya sebagai produsen sampai ke konsumen. Penelitian Harahap (2011)
menyatakan pada tataniaga ikan gurame di Desa Pabuaran petani menjual seluruh
hasil panennya melalui pedagang pengumpul yang kemudian disalurkan kembali
kepada pedagang pengecer sehingga sampai kepada konsumen akhir.

Fungsi Pemasaran
Menurut (Kohl dan Uhl, 2002) fungsi pemasaran adalah fungsi pertukaran,
fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Hal ini sesuai dengan penelitian Ode (2012) yang
melakukan penelitian tentang tataniaga kelinci di Kecamatan Tenjo Laya, dimana
peternak, pedagang pengumpul maupun pengecer melakukan kegiatan fungsi
pemasaran, sebagai peternak fungsi pertukaran yang dilakukan yaitu pembelian
bibit, fungsi fisik meliputi penyimpanan bibit, dan fungsi fasilitas yang dilakukan
meliputi penanggungan risiko dan informasi pasar. Dalam penelitian Setiorini
(2008) juga menyatakan fungsi pemasaran yang dilakukan yaitu fungsi pertukaran
yaitu (penjualan hasil panen kepada pengumpul), fungsi pengadaan secara fisik
yaitu (fungsi penyimpanan dan pengangkutan) dan fungsi fasilitas yaitu (fungsi
permodalan dalam bentuk perjanjian berupa penyediaan pakan dengan ketua
kelompok serta bantuan dana dan fungsi informasi pasar yaitu memberikan
informasi kepada pedagang pengumpul ketika akan panen). Sedangkan menurut
(Safitri, 2009) melakukan penelitian tentang tataniaga ayam telur kampung di
Kabupaten Bogor, fungsi yang dilakukan pada pedagang pengumpul yaitu fungsi
pertukaran (pembelian dari peternak dan kemudian menjual ke lembaga
berikutnya), fungsi fisik (pengangkutan kepada lembaga pemasaran berikutnya),
fungsi fasilitas (biaya, penanggungan risiko dan informasi pasar).

Struktur Pasar
Struktur pasar merupakan suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan
keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan suatu pasar,
distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran (konsentrasi pasar), deskripsi
produk atau diferensiasi produk, syarat – syarat masuk dan sebagainya atau
penguasaan pasar (Asmarantaka, 2012). Analisis struktur pasar diidentifikasi
dengan banyaknya jumlah penjual dan pembeli yang terlibat, keadaan atau jenis
produk, syarat masuk keluar pasar dan mudah tidaknya mendapat informasi pasar.
Struktur pasar akan menentukan pasar yang dihadapi oleh lembaga pemasaran,
apakah struktur pasar tersebut cenderung mendekati pasar persaingan sempurna
atau pasar persaingan tidak sempurna. Hal ini yang menyebabkan pada penelitian
terdahulu terdapat beberapa karakter pasar yang berbeda – beda. Beberapa peneliti

12
masuk dalam kategori pasar persaingan sempurna diantaranya (Septiara 2012 dan
Ode 2012) dan struktur pasar Oligopsoni (Putrisa 2006 dan Puspitasari 2010).

Perilaku Pasar
Perilaku pasar adalah pola tingkah laku dari lembaga pemasaran yang
menyesuaikan dengan struktur pasar di mana lembaga tersebut melakukan
kegiatan penjualan dan pembelian. Perilaku sebagi pola tanggapan dan
penyesuaian mengantisipasi keadaan pasar di dalam usaha untuk mencapai
tujuannya. Perilaku ini juga memahami bagaimana suatu produk yang dipasarkan
mengalir dari tangan tangan produsen ke tangan konsumen. Perilaku suatu
pemasaran akan sangat jelas pada saat beroperasi, misalkan dalam penentuan
harga, promosi usaha, pangsa pasar, penjualan, pembelian, siasat pemasaran dan
lain sebagainya (Dahl dan Hammond 1977). Ada 3 cara mengenal perilaku pasar
(Asmarantaka, 2012) yaitu (1) penentuan harga, menetapkan harga dimana harga
tersebut tidak berpengaruh terhadap perusahaan lain, ditetapkan secara bersama –
sama penjual atau penetapan harga berdasarkan pemimpin harga (price
leadership). (2) product promotion policy dapat dilakukan melalui pameran dan
iklan atas nama perusahaan, (3) predatory and exclusivenary tactics, strategy ini
bersifat ilegal karena bertujuan mendorong perusahaan pesaing untuk keluar dari
pasar. Pada penelitian (Setiorini, 2008) tentang tataniaga ikan mas di Kabupaten
Tanggamus, pembudidaya ikan mas biasanya menjual hasil produksinya kepada
pedagang pengumpul yang sama setiap kali panen dan cara pembayarannya
adalah kredit. Ikatan seperti ini biasanya terjadi karena pembudidaya sudah
percaya kepada pedagang pengumpul, baik dari penetapan harga dan juga
pembayaran hasil panen. (Rahmawati, 2013) pada penelitian efisiensi pemasaran
nenas di Desa Cipelang yaitu mengamati perilaku pasar pada praktek penjualan
dan pembelian, sistem penentuan dan pembayaran harga, serta kerjasama antar
pelaku pemasaran.

Margin Pemasaran dan Farmer’s Share
Berdasarkan penelitian Anwar (2011) dan Hidayat (2010) indikator
efisiensi pemasaran dapat menggunakan alat analisis margin pemasaran dan
farmer’s share. Besarnya margin pemasaran tergantung pada panjang atau
pendeknya rantai pemasaran dan aktivitas – aktivitas yang telah dilaksanakan
serta terdiri dari biaya dan keuntungan dari setiap lembaga pemasaran yang
terlibat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Anwar (2011) saluran pemasaran
dinyatakan efisien jika margin pemasaran yang diperoleh dari setiap saluran
pemasaran tidak terlalu besar yaitu kurang dari 50 persen sehingga pada saluran
pemasaran pada komoditas cabai merah di Kecamatan Banyuasin Sumatera
Selatan sudah efisien karena setiap saluran pemasaran margin pemasaran yang
diperoleh kurang dari 50 persen, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Hidayat (2010) saluran tataniaga dapat dikatakan efisien jika memiliki total
margin terkecil, nilai farmer’s share terbesar dan rasio keuntungan terhadap biaya
tataniaga yang lebih merata dibandingkan dengan saluran tataniaga lainnya.

13
Efisiensi Pemasaran
Pada penelitian terdahulu terkait saluran yang efisien bahwa pada
penelitian Rachmawati (2013) dan Fransiska (2003) menyimpulkan bahwa saluran
pemasaran yang terpendek adalah paling efisien, hal ini karena dalam
penelitiannya nilai margin yang didapat kecil serta nilai farmer’s share besar.
Terkait penelitian mengenai pemasaran ikan mas, Setiorini (2008) menyimpulkan
bahwa saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran yang
memiliki rantai terpendek. Hal ini dikarenakan pada saluran pemasaran tersebut
hanya terdapat petani sebagai produsen yang langsung menyalurkan produknya ke
konsumen akhir. Sedangkan (Safitri, 2009) menyatakan panjang atau pendeknya
saluran pemasaran tidak menjamin saluran tataniaga yang paling efisien. Hal ini
dikarenakan peneliti mempertimbangkan aspek lain, seperti persentase volume
komoditas yang dapat didistribusikan dalam saluran tataniaga atau market share,
sehingga akan percuma bila terdapat saluran pemasaran dengan margin yang
kecil, farmer’s share yang besar dan rasio keuntungan dan biaya yang besar
namun persentase volume komoditas yang dapat didistribusikan atau market share
sangat rendah. Sehingga perlu pertimbangan persentase volume komoditas yang
dapat didistribusikan selain mempertimbangkan farmer’s share dan rasio
keuntungan dan biaya dalam menentukan efisisensi pemasaran.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis pada penelitian ini didasarkan atas
permasalahan yang dihadapi. Dasar pemikiran utama kerangka teoritis ini adalah
membahas kegiatan pembesaran pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe,
Kabupaten Subang yang akan dilihat dari kegiatan pemasaran ikan mas mulai dari
produsen/pembudidaya ikan mas hingga ke lembaga perantara/lembaga – lembaga
pemasaran yang terkait dalam pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe
Kabupaten Subang, struktur pasar yang terjadi serta margin pemasaran dan
farmer’s share.

Pemasaran Agribisnis
Konsep pemasaran menurut Limbong dan Sitorus (1987) mengartikan
tataniaga sebagai semua kegiatan usaha yang berhubungan dengan perpindahan
hak milik dan fisik suatu barang pertanian dari tangan produsen ke tangan
konsumen yang juga mencakup kegiatan tertentu yang merubah fisik dari barang
untuk memudahkan penyaluran barang tersebut. Pertukaran barang dalam
kegiatan tataniaga dapat terjadi dalam beberapa kondisi yaitu adanya dua pihak
dimana kedua pihak memiliki sesuatu yang berharga untuk dipertukarkan.
Kemudian kedua pihak mampu berkomunikasi dan melakukan pertukaran, kedua
pihak bebas untuk menolak atau menerima tawaran dari pihak lain.

14
Asmarantaka (2012) mengatakan tataniaga dapat ditinjau dari dua aspek
yaitu aspek ilmu ekonomi dan aspek ilmu manajemen. Pengertian dari aspek ilmu
ekonomi, tataniaga merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub – sub sistem
fungsi – fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Fungsi ini
merupakan aktivitas bisnis atau kegiatan produktif dalam mengalirnya produk
atau jasa pertanian dari petani sampai konsumen akhir. Pengertian dari aspek ilmu
manajemen menyebutkan tataniaga adalah suatu proses sosial dan manajerial yang
didalamnya terdapat individu atau kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain. Manajemen tataniaga merupakan kajian
secara individu dari konsumen sebagai pemakai dan produsen sebagai suatu
perusahaan yang melakukan aktivitas bisnis dalam sistem pemasaran. Pendekatan
dalam tataniaga pertanian dikelompokkan menjadi pendekatan kelembagaan
(institutional approach), pendekatan fungsi (fungsional approach), dan
pendekatan sistem (sistem approach).
1. Pendekatan kelembagaan (institutional approach) yaitu suatu pendekatan
yang menekankan untuk mempelajari pemasaran dari segi organisasi
lembaga – lembaga yang terlibat dalam proses penyampaian barang dan
jasa antara lain : produsen, pedagang besar dan pedagang pengecer.
2. Pendekatan fungsi (fungsional approach) adalah mengklasifikasikan
aktivitas – aktivitas dan tindakan atau perlakuan – perlakuan ke dalam
fungsi yang bertujuan untuk menyampaikan proses penyampaian barang
dan jasa, ada tiga fungsi pokok yaitu, fungsi pertukaran, fungsi pengadaan
secara fisik dan fungsi pelancar.
3. Pendekatan sistem (sistem approach) yaitu merupakan suatu kumpulan
komponen – komponen yang bekerja secara bersama – sama dalam suatu
cara yang terorganisir. Suatu komponen dari suatu sistem, mungkin
merupakan suatu sistem tersendiri yang lebih kecil yang dinamakan
subsistem.
Pemasaran pada produk agribisnis dapat mencakup semua aktivitas bisnis
mulai dari peta