Aplikasi Teknik Tata Cara Kerja Dalam Penentuan Waktu Standar Pada Lini Pengemasan Di Pt X

APLIKASI TEKNIK TATA CARA KERJA DALAM
PENENTUAN WAKTU STANDAR PADA LINI
PENGEMASAN DI PT X

ARI ADINUGRAHA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Teknik Tata
Cara Kerja Dalam Penentuan Waktu Standar Pada Lini Pengemasan Di PT X
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Ari Adinugraha
NIM F34110023

ABSTRAK
ARI ADINUGRAHA. Aplikasi Teknik Tata Cara Kerja Dalam Penentuan Waktu
Standar Pada Lini Pengemasan Di PT X. Dibimbing oleh HARTRISARI
HARDJOMIDJOJO.
Waktu standar merupakan salah satu cara dalam pemberian sebuah
stimulan pada pekerja untuk mencapai target produksi industri. Waktu yang
distandarkan kepada pekerja akan mempermudah perusahaan untuk
memperkirakan jumlah produksi yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan waktu standar bagi pekerja di lini
pengemasan yang dapat diterapkan agar mampu mencapai target produksi.
Penentuan waktu standar dilakukan melalui beberapa tahapan yakni pengukuran
pendahuluan sebanyak 40 data, penentuan waktu siklus terhadap 3 pekerja,
penambahan faktor penyesuaian, dan penambahan kelonggaran. Waktu standar
yang telah diperoleh divalidasi melalui pengukuran terhadap 3 pekerja lain.

Waktu standar yang diperoleh adalah sebesar 456,73 detik atau sekitar 7 menit 36
detik untuk satu bungkus isi 30 pcs. Hal ini berarti bahwa 7 jam kerja per hari,
dalam kondisi tunak PT X akan mampu memroduksi 3.300 bungkus dengan 60
pekerja karena produktivitas pekerja yang mampu menghasilkan 55 bungkus.
Peningkatan produksi yang tercapai setelah simulasi penerapan waktu standar
sebesar 28,73%.
Kata kunci: waktu standar, pencapaian target, teknik tata cara kerja

ABSTRACT
ARI ADINUGRAHA. Application of Engineering Procedures for Work in
Determining The Standard Working-Time on Packaging Line in PT X. Supervised
by HARTRISARI HARDJOMIDJOJO.
The standard working-time is one way to stimulate workers to gain
production target of the industry. Standardized working-time of workers will
support the company to estimate the amount of production in a certain period of
time. The purpose of this research is to determine the standard working-time for
workers in the packing line that would be apply so gain the production target.
Determining the standard time working can be done through several consecutive
stages; the preliminary measurement as much as 40 data, determination of cycletime on 3 workers, addition of the adjustment factor, and addition of the
allowance. The standard working-time obtained then will be validated through

comparison to other 3 workers. The result of standard working-time is 456.73
seconds, or about 7 minutes 36 seconds for a pack which contains 30 pcs. This
means for 7 working-hours a day, in a steady-state condition PT X will be able to
produce 3,300 packs with 60 workers, hence the productivity is 55 packs/worker.
The increase of production after simulation is as much as 28,73%.
Keywords: standard time, gain target, application of engineering procedures

APLIKASI TEKNIK TATA CARA KERJA DALAM
PENENTUAN WAKTU STANDAR PADA LINI
PENGEMASAN DI PT X

ARI ADINUGRAHA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Aplikasi Teknik Tata Cara Kerja Dalam Penentuan Waktu Standar
Pada Lini Pengemasan Di PT X
Nama
: Ari Adinugraha
NIM
: F34110023

Disetujui oleh

Dr Ir Hartrisari Hardjomidjojo, DEA
Pembimbing I

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti

Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah waktu
standar, dengan judul Aplikasi Teknik Tata Cara Kerja Dalam Penentuan Waktu
Standar Pada Lini Pengemasan Di PT X.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Hartrisari Hardjomidjojo atas
bimbingannya selama ini, serta Dr Ika Amalia Kartika, STP, MT dan Ir M. Arif
Darmawan, MT atas saran yang telah diberikan. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Yudhi selaku CEO tempat penulis melakukan
penelitian serta Bapak Rizal selaku Kepala Bagian Produksi yang banyak
membantu secara langsung saat penulis melakukan penelitian. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman yang
sudah menjadi seperti keluarga sendiri atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, September 2015
Ari Adinugraha

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

METODOLOGI

2

Waktu dan Tempat

2


Metode

2

Penentuan Siklus Kerja

3

Penelitian Pendahuluan

4

Pengambilan Data Waktu Siklus

5

Penentuan Faktor Penyesuaian

5


Penentuan Kelonggaran

6

Perhitungan Waktu Standar

7

Validasi Waktu Standar

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Penentuan Siklus Kerja

8


Penelitian Pendahuluan

10

Pengambilan Data Waktu Siklus

11

Penentuan Faktor Penyesuaian

12

Penentuan Kelonggaran

13

Perhitungan Waktu Standar

15


Validasi Waktu Standar

15

Waktu Standar

16

SIMPULAN DAN SARAN

18

Simpulan

18

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

32

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.

Hasil pengukuran penelitian pendahuluan
Pengelompokan data ke dalam subgrup
Penentuan faktor penyesuaian
Penentuan kelonggaran
Hasil simulasi perbandingan sebelum dan sesudah penerapan waktu
standar

10
10
12
13
17

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.

Diagram alir penelitian
Lembar pengamatan
Produk yoghurt PT X
Diagram alir proses pengemasan
Elemen pekerjaan

3
5
8
9
9

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Perhitungan penelitian pendahuluan
Tabel penentuan penyesuaian secara obyektif
Tabel penentuan kelonggaran
Data pengukuran waktu siklus
Data pengukuran waktu siklus untuk validasi
Perhitungan waktu standar
Perhitungan waktu standar untuk validasi
Perhitungan peningkatan produksi

20
21
23
25
27
29
30
31

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap perusahaan tentu menginginkan untuk mencapai target produksi yang
telah ditentukan. Tercapainya target produksi secara langsung maupun tidak
langsung akan mempermudah perusahaan untuk mengetahui bagaimana etos kerja
yang dimiliki oleh pekerjanya. Etos kerja yang tinggi dapat dibuktikan dengan
kesungguhan pekerja dalam melakukan pekerjaannya (keinginan untuk mencapai
target yang telah ditetapkan) dan begitu pun sebaliknya. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk memacu pekerja dalam mencapai target produksi dan salah
satunya adalah melalui penentuan waktu standar dalam bekerja (Elnekave dan
Gilad 2006). Waktu yang diukur tersebut nantinya akan dibakukan dalam sebuah
bentuk waktu standar di mana pekerja yang bekerja dalam perusahaan tersebut
haruslah mencapai standar waktu yang ada (Suma’mur 1976).
Pengukuran waktu dilakukan dengan tujuan mengetahui waktu yang
dibutuhkan oleh pekerja agar mampu bekerja secara normal dan wajar. Waktu
standar ini menjadi penting untuk diukur karena memiliki kegunaan dan
keuntungan. Pertama pekerja yang mampu secara normal dan wajar tentu akan
memiliki konsistensi waktu yang tinggi dibandingkan dengan pekerja yang yang
bekerja secara malas dan tentunya akan menghindarkan pekerja dari bekerja
lembur. Apabila pekerja bekerja lembur maka secara tidak langsung akan
merugikan perusahaan karena harus mengeluarkan biaya lebih untuk membayar
pekerja yang bekerja di luar waktu kerja yang normal sehingga perlu ada waktu
standar agar perusahaan tidak merugi karena membayar pekerja lembur. Terakhir
waktu kerja yang distandarkan secara langsung maupun tidak langsung akan
meningkatkan produktivitas bagi lini kerja atau stasiun kerja yang ada khususnya
bagi pekerjaan yang masih dilakukan secara manual (Wetik 1983).
Pengukuran waktu standar secara umum terbagi menjadi 2 cara yakni
pengukuran secara langsung dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran secara
langsung dilakukan dengan mendatangi langsung stasiun atau lini kerja yang ingin
distandarkan waktunya dengan menggunakan alat stopwatch yang kemudian
dicatat pada lembar pengamatan (Sutalaksana dkk. 1979). Kedua cara
pengukuraan waktu standar tersebut meliputi pengukuran waktu siklus, waktu
normal, dan akhirnya diperoleh waktu standar (Syamsi 2004).
PT X merupakan perusahaan yang memproduksi produk olahan susu berupa
yoghurt. PT X berdiri sejak 5 Maret 2010. Ada 2 jenis produk yoghurt yang
diproduksi oleh PT X yakni frozen yoghurt dalam kemasan plastik LDPE 25 ml
dan yoghurt cair dalam kemasan botol 300 ml. Produk frozen yoghurt merupakan
produk yang dibuat setiap hari sedangkan yoghurt dalam botol diproduksi jika ada
pesanan saja. Produksi frozen yoghurt masih dilakukan dengan memanfaatkan
tenaga manusia khususnya saat produk dikemas. Alasan PT X menerapkan hal
tersebut adalah untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang
berdomisili di dekat PT X. Belum adanya waktu standar yang diterapkan
membuat masih belum meratanya kecepatan dan waktu kerja dari pekerja yang
bekerja di bagian pengemasan.

2
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini dilakukan untuk mengukur dan
menghitung waktu standar yang dapat diterapkan pada lini pengemasan produk
frozen yoghurt di PT X untuk menyamaratakan kecepatan dan waktu kerja
pekerja. Adanya waktu standar pun akan menghindarkan perusahaan dari
kerugian untuk membayar pekerja yang bekerja melebihi waktu normal (lembur)
serta akan meningkatkan produktivitas pekerja di PT X.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu standar yang dapat
diterapkan di PT X dengan menggunakan pengukuran secara langsung sehingga
meningkatkan kesungguhan pekerja untuk mencapai target produksi PT X.
Ruang Lingkup Penelitian
Fokus penelitian ini adalah penentuan waktu standar bagi pekerja lini
pengemasan frozen yoghurt di PT X dan bukan waktu kerja pada umumnya (shift
normal). Waktu standar adalah waktu yang distandarkan atau dibakukan bagi
pekerja untuk menyelesaikan pekerjannya secara normal dan wajar sedangkan
waktu kerja pada umumnya adalah durasi atau lamanya waktu yang diterapkan
bagi pekerja untuk bekerja (misal: sehari 8 jam kerja terdiri dari 7 jam kerja dan 1
jam istirahat) (Wignjosoebroto 2008). Bagian pengemasan frozen yoghurt yang
dikerjakan secara manual memiliki peluang cukup besar untuk memunculkan
kerugian akibat lembur sehingga perlu untuk ditetapkan waktu standar. Waktu
standar diterapkan untuk menyamaratakan kemampuan pekerja sehingga
produktivitas perusahaan dapat diketahui dengan lebih mudah. Selain itu, agar
menciptakan budaya disiplin kerja yang lebih baik di PT X.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu bulan Maret hingga April 2015.
PT X merupakan perusahaan produsen olahan susu berupa yoghurt. Penelitian
dilakukan pada lini pengemasan frozen yoghurt. Stasiun pengemasan ini bertugas
untuk mengemas produk ke dalam kemasan primer dan dilanjutkan dengan
kemasan sekunder. Alasannya karena pekerjaan tersebut masih dilakukan secara
manual dan dengan kondisi kecepatan dan waktu kerja yang belum merata
sehingga besar kemungkinan kerugian PT X muncul di sini karena adanya pekerja
yang bekerja lembur.
Metode
Tahapan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

3

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian

Penentuan Siklus Kerja
Sebelum memulai pengukuran waktu tentulah perlu mengawalinya dengan
penentuan siklus kerja terlebih dahulu. Siklus kerja di sini memiliki arti sebuah
proses melakukan pekerjaan dari mulai (bahan mentah) hingga selesai (menjadi
produk) dan diulangi kembali hingga waktu tertentu. Penentuan siklus kerja ini
bertujuan untuk membatasi pengukuran yang akan dilakukan. Penentuan siklus
kerja dapat dilakuan secara menyeluruh ataupun membagi pekerjaan ke dalam
elemen-elemen pekerjaan (Sutalaksana dkk. 1979).
Pada penelitian ini

4
pengambilan waktu dilakukan berdasarkan pembagian elemen-elemen kerja dan
menjumlahkannya untuk dijadikan data waktu keseluruhan.
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
kecukupan dan keseragaman data. Penelitian pendahuluan diawali dengan
melakukan beberapa kali pengukuran (biasanya sepuluh kali atau lebih) yang
banyaknya ditentukan sendiri oleh pengukur (Wignjosoebroto 2008). Di dalam
penelitian ini jumlah data yang diambil untuk penelitian pendahuluan sebanyak 16
data dari 16 orang pekerja. Alasannya untuk mempermudah perhitungan saat data
dikelompokkan ke dalam sub grup (Sutalaksana dkk. 1979). Pekerja yang akan
diukur waktunya dipilih oleh kepala bagian produksi. Data pengamatan yang
telah terkumpul dikelompokkan ke dalam sub grup untuk dihitung nilai rata-rata,
standar deviasi, batas kontrol atas, dan batas kontrol bawah melalui rumus berikut:
�̅ =

∑�

SD = √

............................................................................................................ (1)
∑ ��− �
̅


BKA = �̅ + 3(SD. �̅
BKB = �̅ - 3(SD. �̅

......................................................................................... (2)
....................................................................................... (3)
........................................................................................ (4)

Persamaan (1) digunakan untuk mencari rata-rata dari data yang terkumpul,
persamaan (2) untuk standar deviasi, persamaan (3) untuk mencari nilai batas
kontrol atas, dan persamaan (4) untuk batas kontrol bawah. Hasil perhitungan
digunakan sebagai acuan apakah data yang telah diperoleh telah seragam. Data
yang telah seragam diolah lebih lanjut dengan uji kecukupan data melalui
persamaan berikut:
N’ = [

√ ∑� − ∑ �
∑�

]

.............................................................................. (5)

Persamaan (5) digunakan dengan nilai tingkat ketelitian 5% dan keyakinan 95%.
Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran
waktu penyelesaian sebenarnya sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan
besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil pengukuran yang diperoleh telah
memenuhi tingkat ketelitian sebelumnya. Jadi tingkat ketelitian 5% dan tingkat
keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukur diperbolehkan rata-rata hasil
pengukurannya menyimpang sejauh 5% dari rata-rata sebenarnya dan dengan
kemungkinan berhasil sebesar 95%. Data dianggap cukup apabila nilai N > N’.
Nilai N adalah banyaknya data yang diukur/diamati sedangkan N’ adalah

5
banyaknya data yang harus diukur/diamati. Apabila nilai N < N’ maka perlu
dilanjutkan pengukuran kedua sebanyak data pengukuran pertama. Apabila masih
sama maka pengukuran dilanjutkan hingga N > N’ yakni kondisi data yang
dianggap cukup (Sutalaksana dkk. 1979).
Pengambilan Data Waktu Siklus
Waktu siklus diperoleh melalui pengukuran langsung sebanyak hasil
perhitungan dari penelitian pendahuluan untuk kecukupan kerja terhadap pekerja
yang dipilih oleh kepala bagian produksi. Pengukuran waktu siklus dilakukan
dengan menggunakan jam henti. Data waktu siklus yang telah diperoleh ditulis ke
lembar pengamatan. Banyaknya data yang diukur bergantung pada penelitian
pendahuluan sebelumnya dimana pada pengukuran waktu siklus ini hanya
mengukur sebanyak data pada penelitian pendahuluan atau menambah
kekurangan data. Lembar pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Lembar Pengamatan
Penentuan Faktor Penyesuaian
Selama pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati dan mengukur
kewajaran kerja yang ditunjukkan oleh pekerja. Ketidakwajaran bisa saja terjadi
misalnya pekerja melakukan pekerjaannya tanpa kesungguhan, atau
melakukannya dengan cepat seolah diburu waktu, atau juga bisa karena
menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang kurang baik.
Sebab-sebab seperti itu akan mempengaruhi kecepatan kerja yang dapat berakibat
terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal tersebut tentu
tidak diinginkan karena waktu standar yang dicari merupakan waktu yang
diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku dan diselesaikan secara wajar,
sehingga pengukur perlu menambahkan faktor penyesuaian terhadap kondisikondisi yang mungkin terjadi seperti uraian di atas (Sutalaksana dkk. 1979).
Penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu
elemen rata-rata dengan suatu harga p atau yang disebut faktor penyesuaian.

6
Besarnya harga p tentunya perlu ditentukan sedemikian rupa sehingga hasil kali
yang diperoleh akan mencerminkan waktu yang sewajarnya atau merupakan
waktu yang normal. Bila pengukur berpendapat pekerja bekerja di atas waktu
normal (terlalu cepat) maka harga p-nya akan lebih besar dari 1 (p > 1);
sebaliknya jika pekerja bekerja di bawah waktu normal (terlalu lambat) maka
harga p akan lebih kecil dari 1 (p < 1); dan jika pekerja bekerja dengan wajar
maka harga p-nya akan sama dengan 1 (p = 1) (Niebel 1972). Penentuan faktor
penyesuaian ini dapat dilakukan dengan beberapa metode di antaranya adalah cara
persentase, cara Schumard, cara Westinghouse, dan cara obyektif. Cara
persentase merupakan cara yang paling mudah dan sederhana yaitu hanya dengan
menambahkan nilai hasil perhitungan dalam persen. Cara Schumard melakukan
penilaian dengan menyesuaikan pekerja ke dalam kelas-kelas performasi. Cara
Westinghouse melakukan penilaian dengan menyesuaikan pekerja ke dalam 4
kelompok penilaian yaitu berdasarkan keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan
konsistensi. Cara obyektif melakukan penilaian berdasarkan 2 hal yaitu tingkat
kecepatan kerja dan tingkat kesulitan kerja (Barnes 1980).
Faktor penyesuaian ditentukan secara obyektif karena cara obyektif dapat
meminimalisir subjektifitas dari pengukur. Penentuan faktor penyesuaian secara
obyektif mempertimbangkan kecepatan kerja (p1) dan kesulitan kerja (p2)
(Sutalaksana dkk. 1979). Penilaian tingkat kesulitan kerja (p2) diukur dengan
pengamatan langsung. Hasilnya dikonversikan menjadi nilai berdasarkan tabel
pada Lampiran 2.
Penentuan Kelonggaran
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengukuran waktu standar yaitu
kelonggaran. Kelonggaran diberikan kepada pekerja sebagai bentuk pemenuhan
hak pribadi bagi pekerja saat bekerja. Secara umum kelonggaran diberikan untuk
tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah, dan hambatanhambatan yang tidak terhindarkan. Ketiganya merupakan hal-hal yang secara
nyata dibutuhkan oleh pekerja dan selama pengukuran tidak diamati ataupun
dihitung, sehingga seusai pengukuran dan mendapatkan waktu normal,
kelonggaran perlu ditambahkan agar diperoleh waktu standar (Quick 1962).
Penentuan nilai kelonggaran diberikan kepada pekerja berdasarkan tenaga
yang harus dikeluarkan oleh pekerja, sikap pekerja saat melakukan pekerjaan,
pergerakan tubuh saat melakukan pekerjaan, kelelahan mata, keadaan temperatur
tempat kerja, keadaan atmosfer (sirkulasi udara), dan keadaan lingkungan sekitar
(kebersihan dan kebisingan). Kelonggaran yang diberikan kepada pekerja
dibedakan berdasarkan jenis kelamin pekerja (Sutalaksana dkk. 1979).
Penentuan nilai kelonggaran pada pekerja dilakukan
dengan cara
pengamatan langsung terhadap kondisi pekerja saat bekerja. Hasil pengamatan
yang telah dilakukan dikonversikan ke dalam nilai yang berada dalam tabel pada
Lampiran 3.

7
Perhitungan Waktu Standar
Waktu standar adalah waktu yang distandarkan atau dibakukan bagi pekerja
untuk menyelesaikan pekerjannya secara normal dan wajar (tidak terburu-buru
atau lambat). Jika pengukuran-pengukuran sebelumnya telah selesai dan semua
data yang diperoleh memiliki keseragaman yang dikehendaki serta jumlahnya
telah memenuhi tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, maka selesailah
kegiatan pengukuran waktu tersebut. Langkah selanjutnya adalah mengolah data
waktu tersebut sehingga diperoleh waktu standar. Pertama-tama dari data di atas
perlu dihitung terlebih dahulu waktu siklus kerja melalui persamaan berikut:
∑ ��

.......................................................................................... (6)

Berdasarkan persamaan (6) di atas nilai xi adalah data yang diperoleh sejumlah i
dan N adalah jumlah banyaknya pengukuran yang telah dilakukan. Waktu siklus
yang telah diperoleh dilanjutkan dengan perhitungan untuk memperoleh waktu
normal dengan persamaan berikut:
Waktu siklus =

Waktu normal = Waktu siklus × penyesuaian (p) ............................................ (7)

Melalaui persamaan (7) terlihat adanya penambahan faktor penyesuaian melalui
proses perkalian terhadap waktu siklus yang telah dihitung sebelumnya. Faktor
penyesuaian ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator
bekerja dengan kecepatan tidak wajar maka perlulah untuk disesuaikan agar bisa
bekerja dengan kecepatan yang wajar. Apabila waktu normal telah diperoleh
maka tahap akhir dari pengukuran ini adalah melakukan perhitungan untuk
mengetahui besarnya waktu standar yang akan diterapkan. Waktu standar dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut:
Waktu standar = Waktu normal + (Waktu normal × kelonggaran) ....................(8)

Berdasarkan persamaan (8), waktu normal yang telah dihitung sebelumnya akan
ditambahkan dengan kelonggaran yang telah dihitung juga sebelumnya.
Kelonggaran ini diberikan untuk hal-hal yang bersifat pribadi bagi pekerja seperti
kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah, dan gangguan-gangguan yang
mungkin terjadi dan tidak dapat dihindari oleh pekerja. Umumnya kelonggaran
ini dinyatakan dalam persen dari waktu normal. Akhirnya setelah melalui proses
perhitungan di atas maka akan didapat berapa besarnya waktu standar yang dapat
diterapkan (Sutalaksana dkk. 1979).
Validasi Waktu Standar

Waktu standar yang telah diperoleh perlu divalidasi. Validasi dilakukan
dengan melakukan penerapan waktu standar yang telah dihitung sebelumnya
terhadap pekerja lainnya seperti yang dilakukan Prawira (1988) dan Anggraini
(2006). Jumlah pekerja yang dipilih sebanyak 3 orang pekerja dan ketiganya
dipilih oleh kepala bagian produksi. Pemilihan ketiga pekerja dilakukan karena
untuk proses validasi ini minimal menerapkan pada sejumlah pekerja yang
dijadikan objek pengukuran waktu standar (Madyana 1996). Apabila waktu
standar yang diterapkan kepada 3 pekerja lainnya tidak berbeda sejauh dari tingkat

8
ketelitian yakni sebesar 5% maka waktu standar yang telah dihitung dapat
dianggap valid.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Siklus Kerja
Sebelum memulai pengukuran, ditentukan terlebih dahulu bagaiman siklus
kerja yang terjadi di lini pengemasan PT X. PT X merupakan perusahan produsen
yoghurt.
Yoghurt adalah salah satu produk hasil olahan susu dengan
menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus.
Yoghurt mempunyai nilai gizi yang tinggi sesuai dengan bahan bakunya yaitu
susu. Nilai gizinya terutama terletak pada protein, lemak dan semua zat-zat di
dalam susu seperti asam laktat, vitamin-vitamin, garam-garam yang semuanya
mudah diserap oleh tubuh setelah menjadi yoghurt. Yoghurt mempunyai
kemampuan stimulasi yang efektif terhadap fungsi lambung dan usus kecil
(Djaafar dan Rahayu 2006). Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu
dengan cara penambahan bakteri-bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptoccus
thermophillus. Melalui fermentasi ini maka rasa yoghurt akan menjadi asam,
karena adanya perubahan laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri-bakteri tersebut.
Kedua macam bakteri tersebut akan menguraikan laktosa (gula susu) menjadi
asam laktat dan berbagai komponen aroma dan citarasa. Lactobacillus bulgaricus
lebih berperan pada pembentukan aroma, sedangkan Streptococcus thermophilus
lebih berperan pada pembentukan cita rasa yoghurt (Usmiati 2007). Proses
fermentasi yoghurt berlangsung melalui penguraian protein susu. Sel-sel bakteri
menggunakan laktosa dari susu untuk mendapatkan karbon dan energi dan
memecah laktosa tersebut menjadi gula sederhana yaitu glukosa dan galaktosa
dengan bantuan enzim β-galaktosidase. Proses fermentasi akhirnya akan
mengubah glukosa menjadi produk akhir berupa asam laktat (Hidayat dkk. 2013).
Proses produksi yang ada di PT X di antaranya adalah pemasakan susu,
penambahan skim, fermentasi oleh bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermopilus, penyaringan, penambahan gula, pengemasan, dan
pendinginan. Produk yang dihasilkan ada 2 jenis yaitu frozen yoghurt dalam
plastik LDPE 25 ml dan yoghurt cair dalam kemasan botol 300 ml. Ilustrasi
produk dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Produk yoghurt PT X

9
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pada lini pengemasan masih
dilakukan secara manual dan belum ada waktu standar yang berlaku khususnya
untuk produk frozen yoghurt. Pekerjaan pada lini pengemasan terbagi ke dalam 3
elemen kerja. Pertama melakukan pengisian yoghurt ke dalam jar, kedua mengisi
kemasan primer dengan yoghurt sebanyak 30 kali, dan ketiga mengemas produk
akhir ke dalam kemasan sekunder berupa plastik. Diagram alir proses pada lini
pengemasan bisa dilihat pada dan Gambar 4, sedangkan proses pekerjaan yang
terjadi dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 4 Diagram alir proses pengemasan

(a)

(b)

(c)

(d)
Gambar 5 Elemen pekerjaan: (a) Pengisian jar; (b) Pemberian perisa;
(c) Pengisian yoghurt ke dalam kemasan; (d) Pengemasan
kemasan sekunder

10
Penelitian Pendahuluan
Pengukuran ini diawali dengan penelitian pendahuluan.
Penelitian
pendahuluan ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan keseragaman dan
kecukupan data.
Penelitian pendahuluan pertama kali dilakukan dengan
mengamati pekerjaan yang ada di PT X sebagaimana yang telah dipaparkan pada
subbab sebelumnya.
Hasil pengukuran waktu untuk elemen kerja yang telah dilakukan dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengukuran waktu untuk penelitian pendahuluan
Siklus
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Rata-rata

Elemen Kerja (detik)
1
2
3
10
365
11
10
370
11
11
366
10
9
365
10
9
366
10
11
368
11
10
370
11
10
370
10
9
369
11
9
370
10
10
368
10
10
367
11
10
367
11
9
370
10
11
365
11
11
365
11
9,9375
367,5625
10,5625

Total
386
391
387
384
385
390
391
390
389
389
388
388
388
389
387
387
388,0625

Berdasarkan Tabel 1 di atas terlihat data hasil pengukuran waktu dari
elemen kerja yang dilakukan oleh pekerja sebanyak 16 orang. Pekerja tersebut
dipilih secara acak oleh kepala bagian produksi. Hasilnya akan diolah lebih lanjut
ke dalam bentuk subgrup-subgrup sebagaimana pada Tabel 2.
Tabel 2 Pengelompokan data ke dalam subgrup
Sub
Grup
1
2
3
4

Waktu
386
385
389
388

391
390
389
389

387
391
388
387

Rata-rata
384
390
388
387
Jumlah

387
389
388,5
387,75
1552,25

11
Pada Tabel 2, data pengukuran pada Tabel 1 dikelompokkan ke dalam sub grup
sebanyak 4 sub grup. Masing-masing sub grup berisi 4 data pengukuran secara
berurutan yang kemudian dirata-ratakan dan dilanjutkan dengan perhitungan
standar deviasi dengan menggunakan persaman (1) dan (2). Hal tersebut
dilakukan untuk mempermudah saat akan membandingkan data pengukuran
dengan hasil perhitungan rentang batas kontrol. Perhitungan batas kontrol
dilakukan dengan menggunakan persamaan (3) dan (4).
Berdasarkan pengolahan data pada Lampiran 1 diketahui bahwa data waktu
yang perlu dikumpulkan berada pada rentang 385,04 - 391,09 detik. Data
pengukuran yang berada dalam rentang batas kontrol tersebut dapat menunjukkan
bahwa data pengukuran pada Tabel 1 dan Tabel 2 seragam. Perhitungan nilai N’
menunjukkan nilai sebesar 40,465. Nilai N’ tersebut lebih besar dari jumlah data
yang diambil (40,465 > 16). Hasil tersebut memiliki arti bahwa data pengukuran
yang dikumpulkan masih kurang dan akan dianggap cukup jika mengukur
sebanyak 24 data tambahan agar diperoleh data minimal sebanyak 40 data
pengukuran.
Pengambilan Data Waktu Siklus
Penelitian dilanjutkan dengan pengamatan dan pengambilan data waktu
siklus terhadap 3 orang pekerja yang telah dipilih secara acak oleh kepala bagian
produksi. Banyaknya data yang diukur adalah sebanyak 40 data pengukuran
terhadap ketiga orang pekerja yang telah dipilih oleh kepala bagian produksi PT X
sebagaimana hasil perhitungan pada penelitian pendahuluan di atas. Hasil
pengukuran waktu siklus dapat dilihat pada Lampiran 4.
Pengambilan waktu sikus dilakukan dengan menggunakan jam henti. Siklus
kerja yang diukur terbagi menjadi 3 elemen kerja sebagaimana pada pembahasan
sebelumnya yaitu berupa pengisian jar filler, pengisian yoghurt ke dalam kemasan
primer, dan pengemasan frozen yoghurt ke dalam kemasan sekunder. Ketiga
pekerja yang dipilih oleh kepala bagian produksi tidak memiliki perbedaan yang
terlalu signifikan dimana ketiganya memiliki pengalaman kerja yang tidak terlalu
jauh berbeda antara 1,5 – 2 tahun. Selain itu berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan pun menunjukkan bahwa ketiga pekerja tersebut memiliki kemampuan
kerja yang hampir serupa.
Berdasarkan data pada Lampiran 4, lebih lanjut data tersebut diolah dengan
menggunakan persamaan (5). Ketiga elemen tersebut dijumlahkan terlebih
dahulu. Hasil penjumlahan tersebut kemudian dijumlahkan untuk kemudian
dilanjutkan membagi jumlah data pengukuran dengan jumlah pengukuran yang
dilakukan. Hasilnya diketahui bahwa nilai waktu siklus rata-rata dari ketiga
pekerja tersebut adalah selama 388,18 detik. Artinya pekerja membutuhkan waktu
selama 388,18 detik untuk dapat menyelesaikan satu siklus pekerjaan di mana satu
siklus pekerjaan terdiri dari tiga elemen kerja yakni pengisian yoghurt ke dalam
jar, mengisi kemasan primer dengan yoghurt sebanyak 30 kali, dan terakhir
mengemas produk akhir ke dalam kemasan sekunder berupa plastik.

12
Penentuan Faktor Penyesuaian
Tahapan selanjutnya berdasarkan metode yaitu penentuan faktor
penyesuaian. Cara yang digunakan adalah cara objektif dimana membagi nilai
faktor penyesuaian ke dalam 2 nilai yaitu kecepatan kerja (p1) dan kesulitan kerja
(p2). Pekerja melakukan pekerjaannya dengan kecepatan normal, tidak terlalu
cepat dan tidak terlalu lambat sehingga untuk kecepatan kerja (p1) dapat
dinyatakan nilainya sebesar 1. Hal tersebut bisa dilihat dari waktu siklus masingmasing pekerja yang tidak terlalu berbeda jauh. Untuk tingkat kesulitan kerja
(p2), dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap pekerja yang kemudian
dikonversikan ke dalam nilai yang tertera pada Lampiran 2, memberikan hasil
seperti pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3 Perhitungan nilai faktor penyesuaian
Penentuan p2
Bagian badan yang
digunakan:
C = 0,02
Penggunaan pedal kaki:
F=0
Cara menggunakan kekuatan tangan:
H=0
Kontak mata:
J = 0,02
Penggunaan peralatan:
N=0
Beban kerja:
B-1 = 0,02 +
0,06
Jumlah
p2 = 1 + 0,06 = 1,06
sehingga faktor penyesuaiannya:
p = p1 x p2
p = 1 x 1,06 = 1,06
Berdasarkan pada Gambar 5 yakni dari ketiga elemen kerja berupa pengisian
yoghurt ke dalam jar, mengisi kemasan primer dengan yoghurt sebanyak 30 kali,
dan terakhir mengemas produk akhir ke dalam kemasan sekunder berupa plastik
terlihat bahwa bagian tubuh yang digunakan untuk bekerja saat mengemas produk
frozen yoghurt adalah lengan bawah, pergelangan tangan, dan jari saja sehingga
diberi nilai C = 0,02 sebagaimana yang tertera pada Lampiran 2. Untuk pedal
kaki bernilai F = 0 karena tidak menggunakan pedal kaki sama sekali dan juga
karena pekerjaan mengemas hanya dilakukan dengan menggunakan lengan bagian
bawah saja. Cara menggunakan kekuatan tangan bernilai H = 0 karena tangan
digunakan saling membantu saat mengemas produk di mana tangan kiri bertugas
sebagai tumpuan dan tangan kanan sebagai pelaksana tugas (mengisi yoghurt ke
dalam kemasan primer dan membuat simpul pada ujung plastik lainnya agar
produk tidak tumpah). Kontak mata sendiri dengan tangan masih pada kondisi
wajar namun cukup dekat (antara 20 – 25 cm) dengan tujuan agar simpul yang
telah dibuat rapat dan tidak ada robekan atau bocor sehingga diberi nilai J = 0,02.
Penggunaan peralatan sendiri tidaklah rumit karena hanya menggunakan peralatan
yang sederhana yakni berupa jar dan corong saja, sehingga dapat ditangani dengan
mudah. Hal tersebut membuat penggunaan peralatan diberi nilai N = 0. Beban
kerja sendiri tidaklah terlalu berat dimana kurang dari 500 gram sehingga diberi

13
nilai B-1 = 0,02. Dengan demikian total nilai untuk tingkat kesulitan kerja (p2)
adalah 1,06. Nilai akhir dari faktor penyesuaian adalah nilai kecepatan kerja (p1)
dikalikan dengan nilai tingkat kesulitan kerja sehingga faktor penyesuaian
memiliki nilai sebesar 1,06.
Nilai faktor penyesuaian sebesar 1,06 memiliki arti bahwa pekerjaan yang
dilakukan oleh pekerja perlu adanya penyesuaian yang diterapkan. Penyesuaian
tersebut adalah berupa penambahan kecepatan bekerja. Hal tersebut terlihat dari
nilai perhitungan faktor penyesuaian yang lebih besar dari 1 (p > 1) sehingga
pekerja perlu menambah kecepatan pekerjaannya sampai 1,06 kali dari kecepatan
sebelumnya.
Penentuan Kelonggaran
Penentuan besarnya nilai kelonggaran pun perlu diukur untuk ditambahkan
dalam perhitungan waktu standar. Tujuan penambahan kelonggaran ini adalah
sebagai bentuk pemberian hak pribadi pekerja dari perusahaan terhadap pekerja.
Tidak bisa dipungkiri pula bahwasanya kelonggaran ini memang dibutuhkan
karena pekerja perlu untuk melakukan hal-hal seperti mengobrol dengan sesama
pekerja untuk menghilangkan kejemuan, minum jika haus, pergi ke toilet,
menghilangkan rasa kelelahan, ataupun menghadapi hambatan-hambatan lainnya
yang tidak bisa dihindari. Penentuan dan penambahan kelonggaran ini pun
nantiya akan mengantarkan waktu normal yang ada menjadi sebuah waktu
standar.
Penentuan kelonggaran dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan
faktor kelonggaran yakni melalui pengamatan langsung terhadap pekerja. Hasil
yang diperoleh nantinya akan dikonversikan ke dalam nilai seperti yang tertera
pada Lampiran 3, dan berikut adalah hasilnya:
Tabel 4 Perhitungan nilai kelonggaran
Nilai kelonggaran:
Tenaga yang dikeluarkan:
6,50%
Sikap kerja:
0,50%
Gerakan kerja:
0%
Kelelahan kerja:
2%
Temperatur tempat kerja:
2%
Keadaan atmosfer:
0%
Keadaan lingkungan yang baik:
0% +
Jumlah
11%
Kelonggaran yang diberikan sebesar 11% atau 0,11
Penentuan kelonggaran diawali dengan penentuan besarnya tenaga yang
harus dikeluarkan. Berdasarkan pengamatan dalam penentuan faktor penyesuaian
sebelumnya telah diketahui bahwa beban yang harus ditanggung oleh pekerja
tidak terlalu berat (< 500 gram). Beban < 500 gram jika melihat pada Lampiran 3
berada pada tingkat sangat ringan yang memiliki rentang beban antara 0,0 – 2,5
kg. Rentang beban kerja tersebut dijabarkan per 0,25 kg dan nilai ≤ 500 gram
berpasangan dengan nilai 6,5% sehingga nilai yang diberikan adalah 6,5%.

14
Untuk sikap kerja pekerja sendiri seperti terlihat pada Gambar 5 yakni
pekerja bekerja dalam kondisi duduk. Alas duduk yang digunakan berupa kursi
yang terbuat dari kayu sehingga untuk waktu kerja yang lama (7 jam kerja) terasa
kurang nyaman. Pada Lampiran 3 untuk sikap duduk memiliki rentang nilai 0,0 –
1,0. Rentang nilai tersebut dijabarkan menjadi 3 yakni 0,0 untuk sikap duduk
nyaman, 0,5 kurang nyaman, dan 1,0 tidak nyaman. Berdasarkan hasil
pengamatan kelonggaran untuk sikap duduk nilai yang diberikan 0,5%.
Selanjutnya ruang untuk pergerakan saat bekerja dianggap normal. Normal
di sini memiliki arti bahwa ruang kerja tidak mengganggu atau membatasi gerak
maupun jangkauan dari anggota tubuh pekerja. Berdasarkan Lampiran 3 untuk
ruang kerja yang normal tanpa adanya hambatan mengganggu diberi nilai 0%.
Untuk kelelahan yang ditimbulkan saat bekerja khususnya pada bagian mata
menilai kontak mata saat bekerja berdasarkan kondisi pencahayaan tempat
bekerja. Tempat bekerja bagian pengemasan memiliki pencahayaan baik karena
menggunakan cahaya matahari dan apabila mendung masih bisa menggunakan
lampu neon tabung dengan watt yang cukup terang yakni sebesar 30 watt dan
untuk pandangan pekerja terputus-putus namun cukup dekat yakni antara 20 – 25
cm. Berdasarkan Lampiran 3 rentang nilai untuk kelelahan mata dengan
pandangan terputus-putus dan kondisi pencahayaan yang baik memiliki rentang
nilai antara 0,0 – 6,0. Rentang nilai tersebut dijabarkan per jarak kontak mata
sebesar 5 cm yang diawali dengan jarak normal yaitu sebesar 30 cm dan untuk 20
cm berada pada nilai 2% sehingga kelonggaran untuk kelelahan mata bernilai 2%.
Temperatur kerja berada pada kondisi yang normal suhu ruang untuk daerah
Ciapus yaitu sebesar 25oC. Pada Lampiran 3 terlihat bahwa rentang nilai untuk
temperatur normal 0 – 5 dengan kelemahan normal. Rentang nilai tersebut
dijabarkan menjadi bernilai 0 untuk suhu 22oC – 23oC, bernilai 1 untuk suhu
24oC, bernilai 2 untuk suhu 25oC, bernilai 3 untuk suhu 26oC, bernilai 4 untuk
suhu 27oC, dan bernilai 5 untuk suhu 28oC. Suhu ruang yang terukur
menunjukkan nilai 25oC sehingga kelonggaran untuk temperatur kerja bernilai
2%.
Keadaan atmosfer sendiri dalam kondisi yang baik karena tempat kerja telah
dilengkapi dengan ventilasi udara yang memadai sehingga sirkulasi udara berjalan
dengan baik dan nilai yang diberikan adalah 0%. Keadaan lingkungan kerja pun
baik di mana cukup bersih dan sehat dimana tempat kerja jauh dari tempat
pembuangan sampah dan selalu dibersihkan setiap selesai bekerja dengan dibuat
sistem piket kebersihan.
Kondisi baik lainnya didukung oleh keadaan
pencahayaan yang baik serta kebisingan yang rendah sehingga nilai kelonggaran
untuk keadaan lingkungan kerja bernilai 0%.
Nilai-nilai yang telah dikonversikan di atas selanjutnnya diolah dengan
menjumlahkan semua nilai. Total penjumlahan nilai kelonggaran yang telah
dihitung adalah sebesar 11% atau sebesar 0,11. Artinya sebesar 11% atau 0,11
perlu ditambahkan ke dalam perhitungan waktu standar agar diperoleh waktu
standar yang merepresentasikan kondisi aktual pekerja.

15
Perhitungan Waktu Standar
Perhitungan waktu standar diawali dengan menghitung waktu siklus ratarata. Waktu siklus rata-rata diperoleh melalui perhitungan jumlah data waktu
siklus dibagi dengan banyak data waktu siklus. Berdasarkan perhitungan yang
telah dilakukan diketahui bahwa waktu siklus rata-rata adalah sebesar 388,18
detik.
Perhitungan selanjutnya yaitu mengalikan waktu siklus rata-rata dengan
faktor penyesuaian yang telah dihitung yakni sebesar 1,06. Perhitungan tersebut
akan menghasilkan waktu normal (Lampiran 6). Hasil perhitungan waktu normal
menghasilkan nilai sebesar 411,47 detik. Hal tersebut memiliki arti bahwa
pekerja memiliki waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya secara normal atau
telah menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi yang ada pada Lampiran 2 yakni
anggota tubuh yang terpakai, penggunaan pedal kaki, penggunaan tangan,
koordinasi mata dengan tangan, kemampuan menggunakan peralatan, dan beban
kerja sebesar 411,47 detik.
Waktu normal yang telah diperoleh dihitung lebih lanjut dengan
menambahkan kelonggaran.
Kelonggaran yang telah diketahui nilainya
selanjutnya digunakan untuk menentukan waktu standar dengan menggunakan
persamaan (7) (perhitungan pada Lampiran 6). Nilai waktu normal yang telah
dihitung sebelumnya ditambahkan dengan waktu normal yang dikalikan dengan
kelonggaran sehingga didapatlah waktu standar. Besarnya waktu standar yang
telah dihitung adalah sebesar 456,73 detik. Waktu standar tersebut akan
diterapkan untuk menyelesaikan pekerjaan pekerja berupa pengemasan sebuah
bungkus produk frozen yoghurt yang didalamnya berisi 30 bungkus yoghurt
dengan volume ± 25 ml.
Validasi Waktu Standar
Waktu yang akan dijadikan standar kerja tersebut apabila akan diterapkan
tentu perlu divalidasi. Validasi ini dilakukan dengan menerapkan waktu standar
yang telah dihitung sebelumnya terhadap pekerja lain. Jumlah pekerja yang
dijadikan objek validasi sebanyak 3 orang pekerja. Ketiga pekerja tersebut dipilih
oleh kepala bagian produksi. Proses validasi ini hampir sama dengan proses
penentuan waktu standar sebelumnya yakni dengan melakukan pengukuran waktu
siklus sebanyak 40 kali, menghitung waktu siklus, waktu normal, dan akhirnya
diperoleh waktu hasil yang akan dibandingkan dengan data waktu standar yang
telah dihitung sebelumnya. Apabila nilai data validasi berada pada rentang nilai
ketelitian sebesar 5% maka data akan dianggap valid.
Proses validasi diawali dengan pengamatan waktu siklus 3 orang pekerja
lain dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Data pengukuran waktu siklus
yang terkumpul dirata-ratakan sebagaimana yang tertera pada persamaan (6).
Hasilnya diketahui bahwa waktu siklus rata-rata dari 3 orang pekerja lainnya
adalah 388,23 detik.
Data waktu siklus rata-rata tersebut selanjutnya ditambahkan dengan faktor
penyesuaian yang telah diperoleh dari perhitungan sebelumnya yang tertera pada
Tabel 3 yakni sebesar 1,06 melalui persamaan (7) yaitu mengalikan waktu siklus

16
rata-rata dengan faktor penyesuaian sehingga menghasilkan waktu normal. Hasil
perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa waktu normal yang
dihasilkan sebesar 411,52 detik.
Waktu normal tersebut ditambahkan dengan kelonggaran yang telah
ditentukan melalui perhitungan sebelumnya pada Tabel 4 yakni sebesar 0,11
dengan menggunakan persamaan (8). Waktu normal ditambah dengan waktu
normal yang dikalikan dengan nilai kelonggaran. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh nilainya sebesar 456,78 detik (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran
7). Data perhitungan untuk validasi yang telah diperoleh tersebut menunjukkan
hasil yang tidak berbeda secara signifikan dengan data penentuan waktu standar
sebelumnya di mana tidak jauh berbeda 5% dari 456,73 detik sehingga data yang
diperoleh dapat dianggap valid.
Waktu Standar
Waktu standar merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan oleh
perusahaan dalam meningkatkan kesungguhan pekerja dalam mengerjakan
pekerjaannya. Kesungguhan tersebut pun akan memberi dampak positif kepada
perusahaan yakni tercapainya target produksi yang diinginkan oleh perusahaan.
Terlebih perusahaan yang masih menggunakan jasa pengerjaan manual atau tanpa
mesin (Ousnamer 2013). Oleh sebab itu, dilakukan pengukuran waktu standar
terhadap lini pengemasan PT X.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesugguhan pekerja
sehingga mampu memberikan stimulan untuk mencapai target produksi. Salah
satu cara yang dapat dilakukan diantaranya adalah menerapkan sebuah waktu
standar. Waktu kerja yang distandarkan akan menyamaratakan kecepatan serta
kemampuan kerja bagi para pekerja. Penerapan waktu standar sendiri dapat
meningkatkan pencapaian produksi kurang lebih antara 20 – 30% (Lin dkk. 2009).
Hasil pengukuran waktu standar setelah penambahan faktor penyesuaian
dan kelonggaran menunjukkan nilai sebesar 456,73 detik atau setara dengan 7
menit 36 detik untuk setiap pengerjaan satu bungkus produk per pekerja. Hal ini
berarti bahwa selama 7 jam kerja per hari, dalam kondisi tunak PT X akan mampu
memroduksi 3.300 bungkus dengan 60 pekerja karena produktivitas pekerja yang
mampu menghasilkan 55 bungkus. Nilai tersebut tentu masih sebatas dugaan atau
teori semata.
Untuk membuktikannya maka dilakukan sebuah simulasi perbandingan
secara langsung terhadap produk yang dihasilkan oleh pekerja. Simulasi
penerapan waktu standar ini dilakukan berdasarkan diskusi dan izin yang
diberikan oleh pihak PT X. Simulasi dilakukan pada rentang waktu yang telah
disepakati. Melalui perbandingan ini akan diketahui seberapa besar nilai aktual
yang dihasilkan oleh pekerja. Perbandingan ini dilakukan dengan waktu standar
yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

17

Tabel 5 Hasil simulasi perbandingan sebelum dan sesudah penerapan waktu
standar
Sebelum
Sesudah
Keterangan
Tanggal
Jumlah
Tanggal
Jumlah
Produk
Produk
(bungkus)
(bungkus)
11 Mei 2015
1.980
25 Mei 2015
2.980
12 Mei 2015
2.020
26 Mei 2015
3.020
13 Mei 2015
2.360
27 Mei 2015
3.060
14 Mei 2015
2.100
28 Mei 2015
3.100
15 Mei 2015
2.450
29 Mei 2015
3.150
Kondisi sebelum dilakukannya simulasi penerapan waktu standar
merupakan kondisi yang umum terjadi pada perusahaan dimana pekerja dengan
kemampuan yang sungguh-sungguh sehingga sering kali target produksi tidak
tercapai. Padahal perusahaan sangat berkeinginan untuk mencapai target produksi
yang ditetapkan. Pencapaian target produksi dilakukan agar perusahaan terhindar
dari pengeluaran lebih untuk membayar pekerja yang bekerja lembur (di luar
waktu kerja normal), meningkatnya sampah akibat bahan yang terbuang percuma
(mudah rusak/basi), dan pengeluaran berlebih untuk energi (listrik, air, pemanas,
dsb.). Oleh sebab itu, menjadi penting hukumnya bagi perusahaan untuk
mencapai target produksi (Jovanovic 2014).
Pengamatan sebelum dilakukan simulasi penerapan waktu standar dilakukan
senormal mungkin. Maksudnya adalah bahwa pekerja melakukan pekerjaannya
sebagaimana biasanya bekerja sehari-hari tanpa ada arahan khusus. Hasilnya
terlihat seperti pada Tabel 5 dimana produk yang dihasilkan fluktuatif (tidak tetap).
Setelah itu, dilakukan simulasi penerapan waktu standar terhadap pekerja.
Simulasi dilakukan dengan memberi arahan khusus yang disampaikan kepala
bagian produksi dimana tiap pekerja harus bekerja dengan standar waktu 455,73
detik untuk satu bungkus frozen yoghurt dan dilakukan pengawasan yang lebih
ketat dari biasanya terhadap pekerja. Hasilnya Penerapan waktu standar
memberikan dampak positif terhadap tingkat produksi pada PT X. Hal ini
terbukti pada data yang terlihat di Tabel 5. Artinya waktu standar mampu
memberikan dorongan terhadap pekerja untuk bekerja secara disiplin dan
mempermudah perusahaan dalam mengontrol kinerja pekerjanya khususnya di
bagian pengemasan dalam PT X.
Berdasarkan hasil penerapan simulasi pada Tabel 5 di atas terlihat bahwa
ketika pekerja seperti biasanya, kebanyakan hanya mengerjakan pekerjaanyya
secara biasa saja namun dengan simulasi penerapan waktu standar dan
pengawasan barulah terdapat peningkatan. Hal tersebut terjadi karena secara
alami manusia akan mengaktifkan sifat kompetitifnya saat diberi sebuah standar
untuk menunjukkan siapa yang terbaik. Berbeda halnya ketika tidak ada standar
yang diterapkan dimana mereka akan bersikap biasa saja atau hanya berpikir tetap
mendapat bayaran atau upah pada akhirnya (Elnekave dan Gilad 2006). Melalui
simulasi penerapan waktu standar pun pekerja pada akhirnya mampu mengerti
untuk mengurangi kegiatan-kegiatan yang kurang efektif saat bekerja seperti

18
terlalu lama atau asyik mengobrol, bermain telepon seluler, dan bekerja secara
tidak sungguh-sungguh.
Simulasi penerapan waktu standar pun benar adanya memberi peningkatan
sebesar 20 – 30% sebagaimana yang disampaikan oleh Lin dkk. (2009). Pada lini
pengemasan PT X mengalami peningkatan produksi sebesar 28,74% (perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran 8). Hal tersebut tentu merupakan hal yang positif
bagi PT X.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan pengukuran waktu standar yang telah dilakukan menunjukkan
hasil sebesar 456,73 detik. Nilai waktu standar tersebut divalidasi dengan
menerapkan waktu standar tersebut terhadap tiga orang pekerja yang berbeda
dalam satu lini pengemasan. Hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu
jauh sebesar 5% dari tingkat ketelitian sehingga waktu standar tersebut dapat
dinyatakan valid.
Dengan demikian dapat disimpulakn bahwa waktu standar yang dapat
diterapkan pada lini pengemasan PT X adalah sebesar 456,73 detik atau sekitar 7
menit 36 detik untuk satu bungkus isi 30 pcs. Hal ini memiliki arti bahwa 7 jam
kerja per hari, dalam kondisi tunak PT X akan mampu memroduksi 3.300
bungkus dengan 60 pekerja karena produktivitas pekerja yang mampu
menghasilkan 55 bungkus dan akan meningkatkan produktivitas produksi sebesar
28,73%.
Saran
Penerapan waktu standar yang telah diperoleh ini sebaiknya segera
diterapkan agar perusahaan lebih mudah mengontrol pekerjanya agar dapat
mencapai target produksi yang diterapkan. Pada penerapannya nanti sebaiknya
pekerja diberi pelatihan terlebih dahulu sebagai bentuk penyesuaian terhadap
waktu standar yang ada. Selain itu, melalui data waktu standar tersebut pun akan
memberi kemudahan kepada perusahaan untuk mengatur sistem penggajian bagi
pekerjanya. Pada penelitian ini pun masih jauh dari kata sempurna sehingga
masih perlu dilakukan kajian lebih mendalam agar dihasilkan waktu standar yang
lebih aktual dengan kondisi pekerja.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, D. 2006. Studi Gerak dan Waktu pada Proses Sortasi Udang di PT.
Kelola Mina Laut, Gresik, Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Program Sarjana,
Institut Pertanian Bogor.

19
Barnes, R M. 1980. Motion and Time Sudy Design and Measurement of Work.
United States : John Wiley & Sons.
Djaafar, T F dan E S Rahayu. 2006. Karakteristik yogurt dengan inoculum
Lactobacillus yang diisolasi dari makanan fermentasi tradisional. Agros. 8 (1):
73-80.
Elnekave, M dan I Gilad. 2006. Time-based approach to obtain quantitative
measures for ergonomics hazard analysis. International Journal of Production
Research, Vol. 44, No. 23, 1 Desember 2006, 5147–5168.
Hidayat, I R, Kusrahayu, dan S Mulyani. 2013. Total bakteri asam laktat, nilai pH,
dan sifat organoleptik drink yoghurt dari susu sapi yang diperkaya dengan
ekstrak buah mangga. Animal Agriculture Journal Vol. 2 (1): 163.
Jovanovic, J R. 2014. Manufacturing cycle time analysis and scheduling to
optimize its duration. Journal of Mechanical Engineering Vol. 60 (7-8), 51252.
Lin, L dkk. 2009. Real time production improvement through bottleneck control.
International Journal of Production Research, Vol. 47, No. 21