Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Go Public di Indonesia (Kasus PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT GO PUBLIC DI INDONESIA
(Kasus PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT
PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung
Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk)

RESTY ISTIARTI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja
Keuangan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Go Public di Indonesia (Kasus
PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera
Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources
and Technology Tbk) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Resty Istiarti
NIM H34100055

ABSTRAK
RESTY ISTIARTI. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan Kelapa
Sawit Go Public di Indonesia (Kasus PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna
Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung
Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk). Dibimbing oleh
JOKO PURWONO.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja keuangan
perusahaan kelapa sawit go public dan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan kelapa sawit go public. Metode
penelitian ini adalah menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis Economic

Value Added (EVA). Berdasarkan analisis rasio keuangan, PT Astra Agro Lestari
Tbk dan PT PP London Sumatera Indonesia Tbk memiliki kinerja keuangan yang
terbaik. Sedangkan perusahaan lainnya memiliki kinerja keuangan yang buruk
yang disebabkan tingginya utang dan buruknya penjualan perusahaan.
Berdasarkan analisis Economic Value Added, kinerja keuangan perusahaan kelapa
sawit go public selama tiga tahun periode pengamatan menunjukkan kinerja yang
menurun dan negatif di tahun 2012. PT Sinar Mas Agro Resources dan
Technology Tbk memiliki kinerja terbaik selama tiga tahun periode pengamatan.
Kata kunci: EVA, kinerja keuangan, perusahaan kelapa sawit, rasio keuangan

ABSTRACT
RESTY ISTIARTI. Financial Performance Analysis of Go Public Palm-based
Company in Indonesia (Case of PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro
Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk and
PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk). Supervised by JOKO
PURWONO.
The purpose of this research is to evaluate financial performance of go
public palm-based company and identify the factors which can influence financial
performance of go public palm-based company. The research method is financial
ratio analysis and Economic Value Added (EVA) Analysis. Based on financial

ratio analysis, PT Astra Agro Lestari Tbk and PT PP London Sumatra Indonesia
Tbk has the best financial performance. While the other companies, has poor
financial performance because of its high debt levels and poor sales. Based on
Economic Value Added analysis, palm-based company's financial performance in
the three-year observation period is experiencing a negative trend in 2012. PT
Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk has the best performance in the
three-year observation period.
Keywords: EVA, financial performance, financial ratio, palm-based company

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT GO PUBLIC

RESTY ISTIARTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit
Go Public di Indonesia (Kasus PT Astra Agro Lestari Tbk, PT
Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT
Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and
Technology Tbk)
Nama
: Resty Istiarti
NIM
: H34100055

Disetujui oleh

Ir Joko Purwono, MS
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah
kinerja keuangan, dengan judul Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Perkebunan Kelapa Sawit Go Public di Indonesia (Kasus PT Astra Agro Lestari
Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas
Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Joko Purwono MS selaku
dosen pembimbing. Serta kepada para staf Indonesian Capital Market Electronic
Library (Camel) di Bursa Efek Indonesia yang telah banyak membantu pada
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah,

serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014
Resty Istiarti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian


5

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Deskripsi Konseptual

6
6

Studi Relevan

15

Kerangka Berpikir

17

Kerangka Pemikiran Operasional

19


METODE PENELITIAN

21

Populasi dan Sampel

21

Lokasi dan Waktu Penelitian

21

Data dan Teknik Pengumpulan Data

21

Metode Pengolahan dan Analisis Data

23


HASIL DAN PEMBAHASAN

26

Profil Perusahaan

26

Kinerja Keuangan Perusahaan

30

Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan

49

Implikasi Manajerial

50


SIMPULAN DAN SARAN

52

Simpulan

52

Saran

53

DAFTAR PUSTAKA

53

LAMPIRAN

55

RIWAYAT HIDUP

74

DAFTAR TABEL
1 Negara produsen utama minyak sawit dunia, 2005-2011
2 Luas areal perkebunan kelapa sawit seluruh Indonesia menurut status
pengusahaannya Tahun 2007-2011
3 Perusahaan perkebunan kelapa sawit terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2013
4 Rata-rata harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit tahun 20102012
5 Rasio keuangan, standar penilaian dan tindak lanjut
6 Nilai EVA, indikasi dan tindak lanjut
7 Teknik pengumpulan data
8 Perkembangan nilai rasio solvabilitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP,
PT TBLA, dan PT SMAR periode tahun 2010-2012
9 Perkembangan rasio aktivitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA dan PT SMAR periode tahun 2010-2012
10 Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP,
PT TBLA, dan PT SMAR, Periode tahun 2010-2012
11 Perkembangan rasio profitabilitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR Periode Tahun 2010-2012
12 Perkembangan NOPAT, WACC, dan EVA PT AALI, PT SGRO, PT
LSIP, PT TBLA, dan PT SMAR, 2010-2012 (dalam Jutaan Rupiah)

1
2
3
4
18
19
21
30
33
37
41
45

DAFTAR GAMBAR
1 Produksi beberapa minyak nabati (dalam ton/ha/tahun)
2 Sistem manajemen kinerja
3 Kerangka pemikiran operasional
4 Perkembangan Debt to Equity Ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata industri
5 Perkembangan Debt to Assets Ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
6 Perkembangan rasio perputaran persediaan PT AALI, PT SGRO, PT
LSIP, PT TBLA, PT SMAR, dan rata-rata Industri
7 Perkembangan Rasio Perputaran Aktiva Tetap PT AALI, PT SGRO,
PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan Rata-rata Industri
8 Perkembangan rasio perputaran total aktiva PT AALI, PT SGRO, PT
LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
9 Perkembangan current ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA,
PT SMAR dan rata-rata Industri
10 Perkembangan quick ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA,
PT SMAR dan rata-rata Industri
11 Perkembangan cash ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA,
PT SMAR dan rata-rata Industri
12 Perkembangan Net Profit Margin PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri

2
7
20
31
32
33
35
36
37
39
40
41

13 Perkembangan Return on Investment PT AALI, PT SGRO, PT LSIP,
PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
14 Perkembangan Return On Equity PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
15 Perkembangan nilai Economic Value Added PT AALI, PT SGRO, PT
LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
16 Perkembangan nilai NOPAT PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
17 Perkembangan biaya Modal PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
18 Perkembangan nilai saham kelima perusahaan periode Januari 2010
hingga Desember 2012

42
44
46
46
47
48

DAFTAR LAMPIRAN
Kuesioner Penelitian
Perhitungan Rasio-rasio Keuangan
Perhitungan EVA

55
61
64

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa Sawit merupakan salah satu komoditas sub sektor perkebunan yang
berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Selain sebagai penyedia bahan
baku dan penyerap tenaga kerja, kelapa sawit juga merupakan penghasil devisa
negara terbesar setelah minyak dan gas. Sejak tahun 2006, Indonesia telah
menjadi negara produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia (BPS,
2013). Indonesia berhasil mengalahkan Malaysia di urutan kedua yang
sebelumnya merupakan produsen terbesar.
Tabel 1 Negara produsen utama minyak sawit dunia, 2005-2011
Negara

Volume (000 Ton)
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Indonesia
14 070 16 050 16 800 19 200 21 000 22 100 23 900
Malaysia
14 962 15 881 15 823 17 735 17 566 16 993 18 880
Thailand
680
860
1 020
1 300
1 310
1 380
1 830
Nigeria
800
815
835
830
870
885
900
Kolumbia
661
713
780
778
802
753
765
Ekuador
319
345
385
418
448
380
460
Lainnya
2 599
2 478
2 905
3 045
3 107
3 367
4 159
Jumlah
34 051 37 142 38 548 43 306 45 103 45 858 50 894
Sumber: Oil World Annual (2005-2011), Malaysia Palm Oil Board dalam BPS
(2013)
Selain peluang ekspor yang terbuka, pasar minyak sawit (CPO) dan
minyak inti sawit (PKO) dalam negeri masih cukup besar. Pasar potensial yang
menyerap pemasaran CPO dan PKO adalah industri fraksinasi (seperti industri
minyak goreng), lemak khusus (cocoa butter subtitute), margarine/shortening,
oleochemical, dan sabun mandi. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil
minyak paling produktif dengan produksi minyak per ha paling tinggi dari seluruh
tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Produksi minyak nabati dari beberapa
jenis tanaman disajikan pada gambar 1

2
4.5
4
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.53

0.5

0.52

Canola

Bunga Matahari

Kedelai

0.38

0.5
0
Kelapa Sawit

Kacang Tanah

Gambar 1 Produksi beberapa minyak nabati (dalam ton/ha/tahun)
Sumber: Pahan (2007)
Selama dua puluh tahun terakhir, Industri kelapa sawit Indonesia mengalami
pertumbuhan yang signifikan. Luas areal perkebunan kelapa sawit pun terus
meningkat selama periode 2007-2011. Luas areal dan produksi kelapa sawit
sebagian besar dikuasai oleh perkebunan besar swasta (private estates). Pada
tahun 2011 luas areal perkebunan sawit milik perkebunan besar swasta mencakup
51,2 persen dari keseluruhan luas areal perkebunan kelapa sawit seluruh Indonesia,
yaitu sebesar 4.657.751 hektar.
Tabel 2 Luas areal perkebunan kelapa sawit seluruh Indonesia menurut status
pengusahaannya Tahun 2007-2011
Status
Luas Areal (Ha)
Pengusahaan
2007
2008
2009
2010
2 752 173 2 881 889 3 061 412 3 387 524
Perkebunan
Rakyat
Smallholders
685 087
626 666
651 216
658 492
Perkebunan
Besar Negara
Government
Estates
3 416 656 3 825 142 4 236 761 4 503 078
Perkebunan
Besar Swasta
Private Estates
6 583 916 7 333 707 7 949 389 8 548 828
Jumlah
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 (diolah)

2011
3 752 480

692 065

4 657 751

9 102 296

Seiring dengan perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia, maka
tumbuh pula perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit.

3
Menurut data BPS, jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit pada tahun 2012
adalah sebanyak 1571 perusahaan yang terdiri dari 160 perusahaan perkebunan
negara dan 1411 perusahaan perkebunan swasta. Sebagian dari perusahaanperusahaan perkebunan swasta tersebut telah melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga tahun 2013, terdapat lima belas
perusahaan yang bergerak di subsektor perkebunan kelapa sawit dan produk
turunannya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tabel 3 Perusahaan perkebunan kelapa sawit terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2013
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kode
Saham
AALI
ANJT
BWPT
DNSG
GZCO
JAWA
LSIP
MAGP

Nama Emiten

PT Astra Agro Lestari Tbk
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk
PT BW Plantation Tbk
PT Dharma Satya Nusantara Tbk
PT Gozco Plantation Tbk
PT Jaya Agra Wattie Tbk
PT PP London Sumatera Indonesia Tbk
PT Multi Agro Gemilang Plantation
Tbk
PALM
PT Provident Agro Tbk
9.
SGRO
PT Sampoerna Agro Tbk
10.
SIMP
PT Salim Ivomas Pratama Tbk
11.
SMAR
PT Sinar Mas Agro Resources and
12.
Technology Tbk
SSMS
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk
13.
TBLA
PT Tunas Baru Lampung Tbk
14.
UNSP
PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk
15.
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2013 (diolah)

Tanggal IPO
9 Desember 1997
10 Mei 2013
27 Oktober 2009
14 Juni 2013
15 Mei 2008
30 Mei 2011
5 Juli 1996
16 Januari 2013
18 Oktober 2012
18 Juni 2007
9 Juni 2011
20 November 1992
12 Desember 2013
14 Februari 2000
6 Maret 1990

Perusahaan perkebunan kelapa sawit ini menunjukkan kinerja saham yang
cukup baik. Bahkan saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun pada
akhir tahun 2013 lalu, perusahaan-perusahaan kelapa sawit ini masih berada di
zona aman (Amri, 2013). Sampai bulan Februari 2014, terdapat tiga perusahaan
kelapa sawit yang termasuk di dalam jajaran indeks LQ45, yaitu PT Astra Agro
Lestari Tbk, PT BW Plantation Tbk, dan PT PP London Sumatera Indonesia Tbk.
Indeks LQ45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan
memiliki nilai kapitalisasi besar. Indeks LQ45 merupakan kelompok saham yang
paling diminati dan menjadi fokus perhatian para investor karena memiliki
prospek pertumbuhan dan kondisi keuangan yang baik. Hal tersebut menunjukkan
minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan kelapa sawit cukup
baik.
Dalam menanamkan modalnya, investor perlu mempertimbangkan beberapa
faktor, seperti kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan, prospek
perusahaan di masa yang akan datang, serta kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan nilai perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan investor

4
adalah dengan melakukan evaluasi kinerja perusahaan, khususnya evaluasi
terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Evaluasi kinerja keuangan juga perlu dilakukan perusahaan dalam
mengambil keputusan strategis perusahaan. Dengan evaluasi kinerja keuangan,
perusahaan dapat mengetahui keadaan perusahaan dan dapat mengambil
keputusan tindak lanjut yang sesuai dengan keadaan dan permasalahan yang
terjadi di perusahaan. Evaluasi kinerja perusahaan yang biasa dipakai adalah
evaluasi kinerja keuangan berdasarkan atas laporan keuangan perusahaan. Hal ini
menjadi pertimbangan yang sangat penting karena kondisi keuangan perusahaan
mencerminkan kemampuan perusahaan memberikan tingkat pengembalian yang
diharapkan. Para investor pun menaruh perhatian yang tinggi pada kondisi
tersebut.
Terdapat banyak macam alat analisis yang dapat dipergunakan dalam
mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan. Alat analisis yang sering
dipergunakan adalah rasio keuangan. Namun dalam perkembangannya, analisis
rasio keuangan sering dinilai kurang efektif dalam menggambarkan kondisi
perusahaan yang sebenarnya. Sehingga dikembangkan alat analisis yang mampu
menggambarkan kondisi perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan
menciptakan nilai bagi pemegang saham. Salah satu alat analisis yang
dikembangkan tersebut adalah Economic Value Added (EVA). EVA mengukur
kinerja berdasarkan nilai (value), sehingga nilai EVA dapat menjadi indikator
penciptaan nilai suatu perusahaan.
Perumusan Masalah
Industri kelapa sawit adalah salah satu industri agribisnis yang sangat
penting. Perkembangan industri ini di Indonesia pun cukup pesat pada dua puluh
tahun terakhir. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan industri
kelapa sawit adalah harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit. Harga dan
permintaan akan minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit yang tinggi menjadi
daya tarik investor untuk menanamkan modalnya.
Tabel 4 Rata-rata harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit tahun 20102012
Komoditas

Rata-rata Harga ($/m/t)
2010
2011
2012
Minyak Inti Sawit
1033,750
1647,917
1110,250
Minyak Kelapa Sawit
799,108
1125,417
999,3333
Sumber: World Bank, 2014 (Diolah)
Berdasarkan data pada Tabel 4, terlihat bahwa harga minyak inti sawit dan
minyak kelapa sawit mengalami fluktuasi dan cenderung menurun di akhir
periode. Hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan,
khususnya bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum atau go
public. Perkembangan usaha perusahaan go public sangat dipengaruhi oleh
banyaknya jumlah saham yang terjual. Untuk dapat menjual sahamnya,
perusahaan perlu menarik minat dan memperoleh kepercayaan investor. Saat

5
harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit mengalami peningkatan,
investor menaruh minat yang tinggi terhadap perusahaan kelapa sawit. Sebaliknya,
saat harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit menurun, investor tidak
berani untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan.
Dalam menghadapi krisis harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit
tersebut, investor perlu memperhatikan bagaimana kinerja keuangan perusahaan
pada periode tersebut. Terdapat banyak cara yang dapat dilakukan untuk
melakukan pengukuran kinerja keuangan, diantaranya seperti analisis rasio dan
analisis EVA. Setelah dilakukan pengukuran kinerja keuangan, dapat dilakukan
evaluasi kinerja keuangan yang akan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan.
Hasil evaluasi tersebut juga dapat menggambarkan faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Pihak perusahaan pun perlu
melakukan evaluasi kinerja keuangan ini demi mengetahui tindak lanjut yang
harus diambil oleh perusahaan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja
keuangannya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan kelapa sawit yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan analisis rasio dan analisis
EVA?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan
kelapa sawit go public?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan kelapa sawit go public dengan
analisis rasio dan analisis EVA
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan kelapa sawit go public
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai
berikut:
1. Bagi perusahaan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan
2. Bagi penulis sebagai sarana pengembangan wawasan serta pengalaman
dalam menganalisis permasalahan khususnya di bidang keuangan
3. Bagi kalangan akademis dapat dijadikan bahan penyusunan penelitian
yang serupa dan lebih mendalam.
Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan data-data yang diperoleh, maka pengolahan data dan
pembahasan, serta ruang lingkup penelitian dibatasi pada perhitungan rasio-rasio
keuangan dan Economic Value Added (EVA) pada PT Astra Agro Lestari Tbk, PT
Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Sinar Mas

6
Agro Resources and Technology Tbk, dan PT Tunas Baru Lampung Tbk periode
tahun 2010 hingga tahun 2012.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Deskripsi Konseptual
Konsep Kinerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (a) sesuatu yang dicapai, (b)
prestasi yang diperlihatkan, (c) Kemampuan kerja. Nawawi (2006), menjelaskan
bahwa kinerja adalah kemampuan kerja dan hasil atau prestasi yang dicapai dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Pendapat lain menyebutkan bahwa kinerja adalah
suatu tindakan yang terdiri atas beberapa unsur sebagai suatu proses (Muis, 2013).
Rivai (2004) berpendapat bahwa suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan
berupa hasil kerja konkret yang dapat diamati dan diukur. Sedangkan Simanjuntak
(2011) menjelaskan bahwa kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil atas
pelaksanaan tugas tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja
bukan hanya hasil dan prestasi yang dicapai dalam melakukan suatu pekerjaan,
melainkan juga berupa suatu proses yang terdiri dari beberapa unsur, seperti
motivasi dan kemampuan kerja, yang dapat diamati dan diukur.
Nawawi (2006) menyebutkan indikator kinerja dalam melaksanakan
pekerjaan di lingkungan sebuah organisasi atau perusahaan mencakup lima unsur
sebagai berikut:
a. Kuantitas hasil kerja yang dicapai
b. Kualitas hasil kerja yang dicapai
c. Jangka waktu mencapai hasil kerja tersebut
d. Kehadiran dan kegiatan selama hadir di tempat kerja
e. Kemampuan bekerjasama
Konsep Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memperoleh laba atau profit. (Muis, 2013). Simanjuntak (2011) menjelaskan
bahwa kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka
mewujudkan tujuan perusahaan. Kinerja perusahaan sangat menentukan
keberhasilan perusahaan. Jika kinerja perusahaan tinggi maka tujuan yang telah
ditetapkan perusahaan akan tercapai, sebaliknya jika kinerja perusahaan rendah
maka tujuan perusahaan akan sulit tercapai. Oleh karena itu lah diperlukan suatu
manajemen yang mengatur kinerja perusahaan agar mampu meraih tujuan
perusahaan.
Konsep Manajemen Kinerja
Manajemen kinerja adalah proses berorientasi tujuan yang diarahkan untuk
memastikan bahwa proses-proses keorganisasian ada pada tempatnya untuk
memaksimalkan produktivitas para karyawan, tim dan akhirnya organisasi.
(Mondy, 2008). Nawawi (2006) berpendapat bahwa Manajemen kinerja diartikan

7
sebagai suatu proses mengidentifikasi, mengukur atau menilai, mendorong,
memperbaiki dan memberi penghargaan serta sanksi pada karyawan sesuai
kondisi kinerja masing-masing. Manajemen kinerja juga dapat didefinisikan
sebagai manajemen tentang bagaimana dikelola untuk memperoleh kesuksesan
perusahaan dengan berfokus pada organisasi, manajemen, dan pekerja. (Muis,
2007). Sedangkan menurut Simanjuntak (2011), manajemen kinerja merupakan
keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan,
termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan
tersebut. Armstrong (2004) mendefinisikan manajemen kinerja sebagai sarana
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, tim, dan individu dengan
cara memahami dan mengelola kinerja dalam suatu kerangka tujuan, standar dan
persyaratan-persyaratan atribut/kompetensi terencana yang telah disepakati.
Wibisono (2006) menjelaskan manajemen kinerja sebagai suatu sistem
yang digambarkan secara diagramatis dalam gambar berikut:
Pengukuran Kinerja

Evaluasi
Pengukuran
Proses
Perubahan
Fundamental

Diagnosis
Perbaikan

Hasil

Proses

Proses
Perbaikan
Berkelanjutan

Tindak Lanjut
Gambar 2 Sistem manajemen kinerja
Sumber: Wibisono (2006)
1. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan titik awal dalam manajemen kinerja.
Sebelum dilakukan pengukuran kinerja dilakukan pengidentifikasian
indikator kinerja serta pengujian terhadap reliabilitas dan validitas alat ukur
kinerja yang akan digunakan. Hasil dari pengukuran kinerja hanya
memberikan pandangan bahwa terdapat perbedaan kinerja yang dicapai saat
ini dengan target yang diharapkan, tetapi tidak memberikan arahan mengapa
perbedaan itu terjadi dan tidak memberikan cara penyelesaian perbedaan
tersebut.
2. Evaluasi Hasil Pengukuran
Evaluasi kinerja merupakan perbandingan antara hasil penilaian kinerja
dengan rencana atau standar-standar yang telah disepakati. Pada setiap
pengukuran kinerja harus ditetapkan standar pencapaian sebagai sarana kaji
banding. Kaji banding ini dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
Kaji banding internal dapat dilakukan terhadap kinerja terbaik dapat

8
dilakukan terhadap kinerja terbaik yang pernah dicapai, rata-rata kinerja masa
lalu pada periode tertentu, standar teknis yang dipersyaratkan, dan kinerja
tahun terakhir. Sedangkan kaji banding secara eksternal dapat dilakukan
terhadap pesaing langsung, perusahaan lain yang dapat diperbandingkan,
perusahaan terbaik pada sektor tersebut, dan pencapaian rata-rata industri
sejenis.
3. Diagnosis Proses Perbaikan
Diagnosis kinerja merupakan proses untuk mendapatkan sebab-sebab
dari deviasi kinerja dan menemukan cara untuk mencapai kinerja yang
ditargetkan. Analisis sebab-akibat ini diperlukan sebagai landasan dalam
penerapan tindakan perbaikan pada kasus-kasus serupa pada periode
berikutnya.
4. Tindak Lanjut
Tahap selanjutnya merupakan tahap tindak lanjut terhadap perbaikan
kinerja perusahaan. Terdapat dua aspek yang berbeda dalam tindakan
perbaikan yang harus dilakukan, yaitu aspek teknis dan aspek strategis.
Dalam aspek teknis, difokuskan pada perbaikan kinerja dalam jangka pendek.
Sedangkan aspek strategis lebih berfokus pada pengambilan keputusan di
level manajemen yang lebih tinggi dan untuk jangka panjang.
Dengan memperhatikan pandangan para pakar di atas dapat dirumuskan
bahwa pada dasarnya manajemen kinerja adalah suatu proses pengelolaan
organisasi demi mencapai kesuksesan perusahaan sesuai dengan kerangka tujuan,
dan standar yang telah disepakati. Proses ini terdiri atas kegiatan identifikasi,
pengukuran kinerja, evaluasi hasil pengukuran, diagnosis proses perbaikan, dan
tindak lanjut yang dilakukan secara sistematis untuk memaksimalkan
produktivitas perusahaan.
Konsep Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan penghasilan atau meraih keuntungan (laba) dan kemampuan dalam
mengelola perusahaan secara efisien (Sawir, 2001). Barlian (2003) dalam Orniati
(2009) menyebutkan bahwa kinerja keuangan perusahaan merupakan prospek atau
masa depan, pertumbuhan dan potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan.
Sedangkan Blocher (2007) menjelaskan bahwa kinerja keuangan perusahaan
sebagai indikator seberapa baik perusahaan memuaskan pemilik dan pemegang
saham, melalui pengukuran profitabilitas dan nilai saham. Fahmi (2011)
berpendapat bahwa kinerja keuangan perusahaan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
Informasi kinerja keuangan diperlukan untuk menilai perubahan potensial
sumber daya ekonomi, yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan dan
untuk memprediksi kapasitas produksi dari sumber daya yang ada (Barlian, 2003
dalam Orniati, 2009). Berdasarkan Ujiyantho dan Pramuka (2007), kinerja
keuangan dapat diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang
berasal dari laporan keuangan.
Berdasarkan uraian tersebut, kinerja keuangan perusahaan dapat
didefinisikan sebagai sebuah indikator yang memberikan gambaran mengenai
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dan memuaskan

9
stakeholder serta menunjukkan potensi perusahaan berdasarkan data fundamental
perusahaan.
Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan
Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis
terhadap keuangan perusahaan. Menurut Jumingan (2006), prosedur analisis
kinerja keuangan perusahaan meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Review Data Laporan
2. Menghitung
3. Membandingkan atau mengukur
4. Menginterpretasi
5. solusi
Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur menggunakan beberapa teknik,
diantaranya:
1. Analisis Horizontal.
Analisis horizontal adalah sebuah teknik untuk mengevaluasi
sekumpulan data laporan keuangan lebih dari satu periode akuntansi yang
bertujuan untuk menentukan kenaikan atau penurunan yang telah terjadi
dalam bentuk nominal atau persentase. (Wibowo dan Arief, 2009). Menurut
Kasmir (2009), keunggulan dari analisis ini adalah dapat diketahui perubahan
terhadap komponen laporan keuangan dari periode ke periode, serta akan
memudahkan pengambilan keputusan.
Kasmir (2009) juga menjelaskan bahwa perubahan dalam laporan
keuangan untuk suatu periode dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
misalnya:
a. Adanya perolehan atau pengurangan aktiva
b. Berubahnya aktiva tetap ke aktiva lancar
c. Perubahan laba rugi perusahaan
d. Adanya penambahan atau pengurangan modal (saham)
e. Perubahan lainnya
2. Analisis Vertikal
Analisis vertikal yang sering disebut analisisi trend merupakan analisis
laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu untuk
melihat perubahan yang dialami perusahaan dari periode ke periode (Kasmir,
2009). Prastowo dan Juliaty (2005) menjelaskan bahwa analisis trend berguna
karena dua alasan, yaitu mengungkapkan perubahan yang terjadi selama
kurun waktu tertentu, dan memberikan informasi tentang arah kemana
perusahaan akan bergerak.
3. Analisis persentase per komponen
Analisis persentase per komponen merupakan analisis yang dilakukan
untuk membandingkan antara komponen yang ada dalam suatu laporan
keuangan, baik yang ada di neraca maupun laporan laba rugi (Kasmir, 2009).
Analisis ini digunakan untuk mengetahui struktur modal, komposisi biaya
terhadap penjualan, serta persentase investasi terhadap masing-masing aktiva
atau total aktiva,
4. Analisis sumber dan penggunaan dana.
Analisis sumber dan penggunaan dana merupakan analisis yang
dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber dana perusahaan dan

10
penggunaan dana dalam suatu periode. Dari hasil analisis ini juga dapat
diketahui jumlah modal kerja dan sebab-sebab berubahnya modal kerja
perusahaan dalam suatu periode (Kasmir, 2009).
5. Analisis sumber dan penggunaan kas
Analisis sumber dan penggunaan kas merupakan analisis yang
digunakan untuk mengetahui sumber-sumber kas perusahaan dan penggunaan
uang kas dalam suatu periode serta sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas
dalam periode tertentu. (Kasmir, 2009). Analisis ini menunjukkan perubahan
kas selama satu periode dan aliran pergerakan kas. (Jumingan, 2006).
6. Analisis Rasio
Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan pos-pos yang ada dalam suatu laporan keuangan atau pos-pos
antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi (Kasmir, 2009). Rasio
keuangan membantu mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan keuangan
perusahaan. Menurut Keown (2004), penggunaan analisis rasio sebagai
standar tolak ukur atas informasi yang akan dianalisis agar rasio dari dua
perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan atau suatu perusahaan dengan
batas-batas waktu yang berbeda. Analisis rasio dapat digunakan oleh investor
dan kreditor dalam keputusan investasi atau penyaluran dana.
Menurut Keown (2004), kelemahan analisis rasio antara lain:
a. Sulit untuk mengidentifikasi kategori industri
b. Angka rata-rata industri yang diterbitkan hanya merupakan perkiraan saja
c. Perbedaan praktik akuntansi antar-perusahaan dapat menghasilkan
perbedaan dalam penghitungan rasio
d. Suatu industri kebanyakan tidak menyediakan suatu target nilai rasio
yang diinginkan
e. Banyak perusahaan mengalami perubahan dalam operasi mereka.
Analisis rasio keuangan juga memiliki keunggulan. Menurut Harahap
(1998) keunggulan rasio keuangan antara lain:
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan
b. Pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit
c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain
d. Sebagai bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan
model prediksi (Z-score)
e. Menstandardisasi size perusahaan
f. Mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
g. Mudah melihat tren perusahaan dan prediksi di masa yang akan datang
Terdapat beberapa jenis rasio keuangan, di antaranya yaitu rasio
likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio
pertumbuhan dan rasio penilaian.
a. Rasio likuiditas
Menurut Keown (2001), likuiditas suatu usaha bisnis didefinisikan
sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya
yang sudah jatuh tempo. Likuiditas merupakan ukuran penting bagi para
manajer, pemilik dana, dan investor karena semakin kecil likuiditas suatu
perusahaan, akan semakin besar peluang ketidakmampuan perusahaan

11
untuk membayar utang ketika jatuh tempo pembayaran tiba. (Keown,
2004). Analisis ini menggambarkan hubungan di antara unsur dalam
laporan keuangan. (Wibowo dan Arief, 2009).
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan:
1. Rasio lancar, merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang
segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. (Kasmir,
2009). Rasio ini diperoleh dengan membandingkan aktiva lancar
terhadap utang lancar atau utang-utang lancar jangka pendek. (Keown,
2004). Semakin tinggi nilai rasio ini, maka kinerja keuangan
perusahaan semakin baik.
2. Rasio sangat lancar, atau sering disebut juga rasio cepat, yaitu rasio
yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau
membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa
menghitung nilai persediaan karena persediaan membutuhkan waktu
lama untuk diuangkan. (Kasmir, 2009). Rasio ini diukur dengan
membandingkan aktiva lancar, kecuali persediaan, terhadap kewajiban
lancarnya. (Keown, 2004)
3. Rasio kas, merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Menunjukkan
kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utangutang jangka pendeknya. (Kasmir, 2009).
4. Rasio perputaran kas, digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan
kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan
dengan penjualan. (Kasmir, 2009).
5. Inventory to net working capital, rasio yang digunakan untuk
mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan. (Kasmir, 2009).
b. Rasio solvabilitas
Rasio solvabilitas atau sering disebut rasio leverage merupakan
ukuran penilaian kinerja perusahaan yang dimaksudkan untuk mengukur
sampai seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai dengan utang.
Jenis-jenis rasio solvabilitas:
1. Debt to assets ratio, atau disebut juga debt ratio, merupakan rasio
utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva
perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. (Kasmir, 2009). Rasio ini
menunjukkan berapa banyak hutang yang digunakan membiayai asetaset perusahaan. (Keown, 2004).
2. Debt to equity ratio, rasio yang digunakan untuk mengetahui jumlah
dana yang disediakan kreditor dan modal sendiri yang dijadikan
jaminan utang. (Kasmir, 2009).
3. Long term debt to equity ratio, rasio antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri. Tujuannya untuk mengukur berapa bagian dari
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka
panjang. (Kasmir, 2009).

12
4. Times interest earned, rasio untuk mencari jumlah kali perolehan
bunga yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
biaya bunga. (Kasmir, 2009)
5. Fixed charge coverage, rasio yang dilakukan saat perusahaan
memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan
kontrak sewa. (Kasmir, 2009)
c. Rasio aktivitas
Rasio Aktivitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk mengubah piutang usaha dan persediaan kas dalam
suatu periode tertentu. (Keown, 2004). Menurut Prihadi (2010), rasio
aktivitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
mendayagunakan aset. Jenis-jenis rasio aktivitas, antara lain:
1. Rasio perputaran piutang, rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali
dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.
(Kasmir, 2009). Keown (2004) berpendapat bahwa rasio perputaran
piutang menunjukkan seberapa cepat perusahaan menagih kreditnya,
yang diukur oleh lamanya waktu piutang dagang ditagih selama tahun
tersebut. Pendapat lain menyebutkan bahwa rasio perputaran piutang
adalah kemampuan perusahaan dalam menangani penjualan kredit dan
kebijakannya. (Prihadi, 2010).
2. Periode Penagihan Rata-rata, menandakan seberapa cepat perusahaan
menagih kreditnya, yang diukur oleh rata-rata jumlah hari penagihan
piutang dagang. (Keown, 2004).
3. Rasio perputaran persediaan, rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan berputar dalam suatu
periode. (Kasmir, 2009). Rasio ini menandakan likuiditas relatif
persediaan. (Keown, 2004). Perusahaan perdagangan dan manufaktur
sering menggunakan rasio ini.
4. Rasio perputaran modal kerja, rasio yang digunakan untuk mengukur
atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode
tertentu dengan membandingkan antara penjualan dengan modal kerja
atau dengan modal kerja rata-rata. (Kasmir, 2009). Menurut Prihadi
(2010), semakin tinggi angka perputaran modal kerja, maka kinerja
perusahaan akan semakin baik karena perusahaan yang beroperasi
secara normal akan mempunyai jumlah aktiva lancar melebihi utang
lancar sehingga modal kerja bersihnya positif.
5. Rasio perputaran aktiva tetap, rasio yang digunakan untuk mengukur
apakah perusahaan telah menggunakan kapasitas aktiva tetapnya
dengan sepenuhnya atau tidak dengan membandingkan antara
penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode. (Kasmir,
2009)
6. Rasio perputaran aktiva, rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur
berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
(Kasmir, 2009). Rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa
baik dukungan seluruh aset untuk memperoleh penjualan. (Prihadi,
2010).

13
d. Rasio profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba. (Prihadi,
2010). Jenis-jenis rasio profitabilitas sebagai berikut:
1. Profit margin, rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas
penjualan dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah
pajak dengan penjualan bersih. (Kasmir, 2009). Prihadi (2010),
berpendapat bahwa profit margin ratio adalah rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam rangka memberikan return kepada
pemegang saham. Menurut Keown (2001), profit margin dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
 Jumlah unit produk yang dijual
 Rata-rata harga jual tiap unit produk
 Beban manufaktur atau beban perolehan produk perusahaan
 Kemampuan dalam mengawasi beban umum dan administrasi
 Kemampuan dalam mengawasi beban dalam memasarkan
serta mendistribusikan produk perusahaan.
Profit margin dapat dibedakan menjadi tiga jenis rasio, yaitu:
a. Net Profit Margin
b. Gross Profit Margin
c. Operating Profit Margin
2. Return on Investment (ROI), merupakan rasio yang dapat digunakan
sebagai indikator akan profitabilitas perusahaan, yaitu jumlah
pendapatan bersih yang dihasilkan dari aset-aset perusahaan dengan
menghubungkan pendapatan ke total aset-aset ditambah total aktiva.
(Keown, 2004). Hansen dan Mowen (2001) menjelaskan bahwa ROI
sebagai alat pengukur kinerja memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
a. Mendorong para manajer untuk lebih memperhatikan relasi antara
penjualan, biaya-biaya, dan investasi, seperti yang seharusnya
dilakukan oleh seorang manajer pusat investasi.
b. Meningkatkan efisiensi biaya
c. Mencegah kelebihan investasi di aktiva operasi
Pemakaian ROI untuk mengevaluasi kinerja perusahaaan juga
memiliki kekurangan, yaitu:
a. Membuat manajer tidak ingin melakukan investasi pada proyekproyek yang akan mengurangi ROI divisi tetapi akan
meningkatkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan
b. Mendorong para manajer untuk fokus pada jangka pendek dengan
mengorbankan jangka panjang.
3. Return on Equity (ROE), merupakan rasio untuk mengukur laba
bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan
efisiensi penggunaan modal sendiri. (Kasmir, 2009). Menurut
Prastowo (2011), ROE merupakan ukuran keberhasilan perusahaan
menghasilkan laba yang bermanfaat bagi pemegang saham. ROE
diperoleh dengan membagi laba bersih dengan ekuitas kepemilikan
total yang ditunjukkan dalam neraca. (Longenecker, 2012)
4. Earning Per Share (EPS), merupakan bentuk pemberian keuntungan
yang diberikan pada pemegang saham dari setiap lembar saham yang

14
dimiliki. (Fahmi, 2011). Nilai EPS diperoleh dari nilai EAT (Earning
After Tax) dibagi jumlah saham yang beredar.
e. Rasio pertumbuhan
Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah
pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Yang dianalisis:
pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba bersih, pertumbuhan per
saham, dan pertumbuhan dividen per saham. (Kasmir, 2009)
f. Rasio penilaian
Rasio Penilaian yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan
manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi,
seperti rasio harga saham terhadap pendapatan dan rasio nilai pasar saham
terhadap nilai buku. (Kasmir, 2009).
7. Analisis Dupont
Analisis Dupont merupakan pendekatan untuk mengevaluasi
profitabilitas dan tingkat pengembalian ekuitas (Keown, 2004). Penggunaan
analisis Dupont memungkinkan manajemen untuk melihat dengan lebih jelas
apa yang mendorong tingkat pengembalian ekuitas dan apa hubungan antara
margin laba bersih, perputaran aktiva, dan rasio utang.
8. Analisis laba kotor
Analisis laba kotor merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke periode lain, serta sebab-sebab
berubahnya laba kotor tersebut antara periode (Kasmir, 2009). Menurut
Prastowo dan Juliaty (2005), analisis laba kotor bermanfaat untuk
memberikan gambaran titik-titik kelemahan dari kinerja periode tersebut,
sehingga manajemen akan mampu menguraikan tindakan-tindakan perbaikan
yang diperlukan untuk mengoreksi situasi.
9. Analisis Break-even Point (BEP).
Analisis Break-Even Point merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui pada kondisi berapa penjualan atas produk dilakukan dan
perusahaan tidak mengalami kerugian. (Kasmir, 2009). Menurut Horngren
(2006), BEP adalah jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba
operasi sama dengan nol. Analisis ini digunakan saat perusahaan akan
mengeluarkan produk baru karena diperlukan untuk mengetahui hubungan
antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya
lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi.
(Jumingan, 2006)
Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung BEP,
yaitu:
a. Metode Persamaan
b. Metode Marjin Kontribusi
10. Analisis Economic Value Added (EVA)
EVA merupakan laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya modal
tahunan. Jika EVA positif artinya perusahaan sedang menghasilkan kekayaan,
sebaliknya jika EVA negatif artinya perusahaan sedang menghancurkan
modal. (Hansen dan Mowen, 2001). EVA yang merupakan merek dagang
yang didaftarkan Stern Steward & Company, mengukur perbedaan antara

15
pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal. (Young dan O’byrne,
2001).
Perbedaan antara perhitungan EVA dengan perhitungan lainnya adalah
adanya biaya modal. Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang
diharapkan penyedia modal sebuah perusahaan jika mereka menginvestasikan
modalnya pada kesempatan investasi lain yang memiliki risiko serupa.
(Young dan O’byrne, 2001). Besarnya tingkat pengembalian yang dituntut
investor atas modal yang diinvestasikan tergantung pada risiko perusahaan.
Dengan asumsi bahwa investor tidak suka dengan risiko (risk averse),
semakin tinggi tingkat risiko maka semakin tinggi tingkat pengembalian
(return) yang dituntut oleh investor.
Menurut Hansen dan Mowen (2001) EVA memiliki kelebihan
dibandingkan metode sebelumnya, yaitu EVA dapat mendorong perilaku
positif dari setiap divisi perusahaan dalam hal yang tidak bisa dilakukan oleh
pendekatan yang hanya menekankan laba operasi saja. Menurut Stewart dan
Stern (1991) dalam Ningrum (2008), keunggulan EVA antara lain
1.
konsep ini dapat berdiri sendiri tanpa perlu analisis perbandingan
dengan perusahaan sejenis.
2.
Konsep ini dapat menyajikan ukuran yang adil atau secara proporsional
mempertimbangkan harapan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan (Stakeholder satisfaction) dimana derajat keadilannya
dinyatakan dengan ukuran biaya modal rata-rata tertimbang (weighted
average cost of capital) dari struktur modal yang ada,
3.
Konsep EVA dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menerapkan
sistem manajemen yang terintegrasi secara lengkap. Konsep ini sangat
membantu dalam memberikan pertimbangan keputusan manajemen
secara tepat, seperti penetapan tujuan, penganggaran modal, dan
kompensasi insentif kepada karyawan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa EVA merupakan
suatu alat ukur untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dengan
memperhitungkan nilai tambah ekonomis perusahaan berdasarkan biaya
modalnya. Pengukuran kinerja dengan menggunakan EVA dinilai lebih
unggul daripada menggunakan metode sebelumnya. EVA mengukur nilai
tambah yang dihasilkan perusahaan kepada investor. Pendekatan EVA
mampu menunjukkan kondisi sebenarnya dari kemampuan perusahaan dalam
memberdayakan modalnya, karena biaya modal termasuk dan premi risiko
ikut dihitung. Jadi bila nilai EVA semakin tinggi, artinya perusahaan telah
menjalankan tugasnya dengan baik. Bagi investor, nilai EVA dibutuhkan
untuk memudahkan dalam mengukur seberapa besar nilai tambah (value
added) yang dihasilkan perusahaan dari kegiatan bisnis yang
diinvestasikannya.
Studi Relevan
Kinerja keuangan perusahaan merupakan hal penting yang dipertimbangkan
investor sebelum menanamkan modal di sebuah perusahaan. Banyak metode yang
dapat dilakukan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan berdasarkan laporan
keuangannya. Salah satu alat analisis yang digunakan adalah Economic Value

16
Added (EVA) seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Mubarok (2009).
Tujuan penelitian Mubarok adalah (1) mengevaluasi kinerja saham otomotif yang
tercatat dalam indeks kompas-100 di BEI dengan menggunakan metode EVA (2)
memberikan referensi bagi investor dalam berinvestasi pada saham-saham
otomotif. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan otomotif go public, antara lain
PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dan PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA)
Hasil penelitian Mubarok (2009) menunjukkan bahwa berdasarkan analisis
kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA, pada periode 2007-2008,
dari dua perusahaan yang dianalisis, hanya PT MASA yang telah memiliki kinerja
baik dan telah memenuhi harapan investor dan kreditur. Pada tahun 2008 PT
MASA mengalami peningkatan kinerja keuangan dari tahun 2007 yang memiliki
nilai EVA negatif meningkat menjadi positif pada tahun 2008. Sedangkan PT
GJTL mengalami penurunan kinerja pada tahun 2008. Pada tahun 2007
perusahaan memiliki nilai EVA yang positif, akan tetapi pada akhir tahun nilai
EVA menurun menjadi negatif, karena adanya kerugian yang cukup besar akibat
dari krisis ekonomi global.
Menurut Mubarok (2009) perusahaan yang memiliki kinerja kurang baik
perlu melakukan strategi untuk meningkatkan kinerja perusahaannya. Strategi
yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kinerjanya antara lain perusahaan harus
bisa meningkatkan laba operasi tanpa menambah modal, mengurangi kegiatankegiatan yang tidak menambah nilai perusahaan (activity non value added) dan
menambah kegiatan-kegiatan yang menambah nilai perusahaan (activity value
added).
Penelitian Febriandi (2011) pada PT Bank Jabar Banten bertujuan untuk
menganalisis perkembangan kinerja keuangan Bank Jabar Banten sebelum dan
setelah go public dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, Economic Value Added
(EVA), dan Analisis Du Pont. Hasil Penelitian menunjukan bahwa tingkat kinerja
keuangan Bank Jabar Banten sebelum go public cenderung lebih baik daripada
setelah go public apabila dilihat dari rasio profitabilitasnya seperti ROE dan ROA.
Sedangkan apabila dilihat pada nilai NPM perusahaan mengalami peningkatan
setiap tahunnya sebelum maupun setelah go public. Tingkat kecukupan modal
yang juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan nilai EVA, nilai
perusahaan sebelum go public lebih baik dibandingkan dengan setelah go public.
Febriandi (2011) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan, diantaranya beban operasional dan beban non
operasional perusahaan yang langsung berpengaruh terhadap tingkat laba bersih
perusahaan. Faktor lainnya yang juga mempengaruhi tingkat profitabilitas adalah
beban bunga perusahaan yang berbentuk rupiah maupun valuta asing juga
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain faktor-faktor internal yang dapat
dikendalikan oleh perusahaan, adapun faktor eksternal yang tidak dapat
dikendalikan diantaranya tingkat inflasi, peran dari pemerintah, dan tingkat
pertumbuhan perekonomian negara.
Aryani (2011) mengemukakan berdasarkan analisis trend, persentase per
komponen, analisis rasio, serta analisis Du Pont selama lima periode pengamatan
(2006-2010) menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu biaya harga pokok penjualan dan total hutang perusahaan.
Selain itu kurs mata uang asing juga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan

17
yang dalam kegiatan operasionalnya perusahaan banyak menggunakan kurs mata
uang asing khususnya dollar.
Hasil yang didapatkan dari penelitian Barus (2010) yang melakukan
penelitian terhadap PT Astra Agro Lestari Tbk menunjukkan bahwa berdasarkan
rasio ROA, pada periode 2006-2008 perusahaan memiliki nilai ROA yang terus
meningkat dengan puncaknya pada tahun 2008. Peningkatan ini disebabkan oleh
peningkatan laba bersih yang lebih besar dari peningkatan total aktiva yang samasama meningkat juga di periode yang sama sebagai dampak dari naiknya harga
CPO di pasaran. Namun pada tahun 2009, ROA perusahaan mengalami
penurunan. Hal ini dikarenakan laba bersih perusahaan menurun, namun asset
perusahaan tetap naik, yang mengindikasikan b