Penilaian Harga Wajar Saham dengan Price Earning Ratio pada PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk

(1)

S K R I P S I

PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM DENGAN PRICE EARNING RATIO

PT BANK MANDIRI, Tbk, PT BANK RAKYAT INDONESIA,Tbk DAN PT BANK NEGARA INDONESIA, Tbk

Oleh :

ELVIANNA KHAIRI 090521009

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Penilaian Harga Wajar Saham dengan Price Earning Ratio PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk” dengan menggunakan data periode 2006-2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai harga wajar saham (overvalued atau undervalued) dengan Price Earning Ratio PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk menggunakan alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan oleh investor (9%, 18% dan 27%) pada tingkat pengembalian (k*) serta pengujian signifikansi perbedaan antara harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning Ratio dengan harga saham perusahaan.

Target populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan perbankan terbuka milik negara dan yang memenuhi kriteria pemilihan target populasi, sehingga diperoleh 3 (tiga) perusahaan, yaitu PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji beda t-test dengan mengolah data sekunder, yaitu laporan keuangan periode 2001-2006, laporan aktivitas perdagangan saham periode 2001-2006, laporan tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) periode 2001-2006.

Hasil penelitian adalah harga saham PT Bank Mandiri, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk periode 2006-2009 lebih besar dari harga wajar dengan alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 9%, 18% dan 27% (overvalued), hanya pada tahun 2009 harga saham PT Bank Mandiri, Tbk dengan alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 9% undervalued. Sedangkan, pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk, overvalued terjadi pada tahun 2006 dan 2009 dengan alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 9%, 18% dan 27%, 2007 dengan alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 18% dan 27% dan 2008 dengan alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 9% dan 27%. Hasil pengujian pada signifikansi perbedaan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning Ratio terhadap harga saham periode 2006-2009 pada PT Bank Mandiri, Tbk terdapat di alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 18% dan 27%, pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk di alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 27% dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk di alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 9%, 18% dan 27%.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur tidak hentinya penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan petunjuk serta kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penilaian Harga Wajar Saham dengan Price Earning Ratio pada PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk” untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terlaksana tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Orang tua penulis yang tercinta dan tersayang, Zulkhairi, S.E. dan Demna Sari br. Ginting selaku sumber kehidupan, pembimbing utama dan pendidik penulis yang memiliki peran yang sangat penting dan tak terhingga dalam kehidupan penulis sehingga rasanya ucapan terima kasih ini tidaklah cukup untuk menggambarkan wujud penghargaan penulis dan juga kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU).

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Ketua Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si


(4)

selaku Sekretaris Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu luang, pikiran, dan tenaga dalam membantu penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si dan Ibu Dr. Khaira Amalia Fachruddin, MBA, Ak selaku dosen penguji I dan II yang telah memberikan petunjuk dan saran bagi penulis demi kemajuan skripsi ini.

6. Keluarga besar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU), baik para dosen maupun para pegawai yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.

7. Adik-adik penulis, Sherly Emita Khairi, S.E. dan Rizky Ananda Khairi atas dukungan dan perhatiannya selama ini.

8. Teman-teman penulis, khususnya Afrinawati Harahap, Falentina Hutagaol, Mona Simorangkir, Hotma Bukit, Khalijah, Laili Hidayati Tarigan, Arini serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan, hingga selesainya skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi setitik sumbangan pemikiran dalam analisis investasi dan tambahan informasi bagi yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan kata-kata.

Medan, Juli 2011 Hormat Penulis,


(5)

D A F T A R I S I

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis ... 8

2.1.1. Pengertian Saham ... 8

2.1.2. Jenis Saham ... 9

2.1.3. Harga Saham ... 12

2.1.4. Penilaian Harga Wajar Saham ... 16

2.1.5. Strategi Berinvestasi di Bursa Efek ... 23

2.2. Penelitian Terdahulu ... 26

2.3. Kerangka Konseptual ... 28

2.4. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 31

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.3. Batasan Penelitian ... 31

3.4. Definisi Operasional ... 32

3.5. Skala Pengukuran Variabel ... 32

3.6. Populasi dan Target Populasi ... 32

3.7. Metode Pengumpulan Data ... 33

3.8. Jenis Data ... 34

3.8. Metode Analisis Data ... 34

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI 4.1. Profil Perusahaan ... 36

4.1.1. PT Bank Mandiri, Tbk ... 36

4.1.2. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk ... 39


(6)

4.2.1. Harga Saham ... 45

4.2.2. Penilaian Harga Wajar dengan Price Earning Ratio ... 47

4.2.3. Perbandingan Harga Wajar yang dinilai dengan PER terhadap Harga Saham PT Bank Mandiri, PT BRI dan PT BNI ... 53

4.3. Uji Beda t-Test ... 57

4.3.1. PT Bank Mandiri, Tbk ... 57

4.3.2. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk ... 59

4.3.3. PT Bank Negara Indonesia, Tbk ... 61

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(7)

D A F T A R T A B E L

No. Judul Halaman 1.1 Aktivitas Perdagangan Saham PT Bank Mandiri, Tbk,

PT BRI, Tbk dan PT BNI, Tbk periode 2006-2009 ... 4

3.1 Populasi ... 33

4.1 Anak Perusahaan PT Bank Mandiri, Tbk ... 39

4.2 Anak Perusahaan PT Bank Mandiri, Tbk ... 45

4.3 Harga Saham PT Bank Mandiri Tbk, PT BRI, Tbk dan PT BNI, Tbk periode 2006-2009 ... 46

4.4 Statistik Deskriptif Harga Saham PT Bank Mandiri Tbk, PT BRI, Tbk dan PT BNI, Tbk periode 2006-2009 ... 46

4.5 Tingkat Pertumbuhan Dividen dengan Price Earning Ratio PT Bank Mandiri, Tbk periode 2006-2009 ... 48

4.6 Proyeksi EPS (Eo) PT Bank Mandiri, Tbk Periode 2006-2009 ... 48

4.7 Tingkat Pertumbuhan Dividen dengan Price Earning Ratio PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk periode 2006-2009 ... 50

4.8 Proyeksi EPS (Eo) PT BRI, Tbk Periode 2006-2009 ... 50

4.9 Tingkat Pertumbuhan Dividen dengan Price Earning Ratio PT Bank Negara Indonesia, Tbk periode 2006-2009 ... 52

4.10 Proyeksi EPS (Eo) PT BNI, Tbk Periode 2006-2009 ... 52

4.11 Harga Saham dengan Harga Wajar PT Bank Mandiri,Tbk dengan Price Earning Ratio periode 2006-2009 ... 54

4.12 Harga Pasar Saham dengan Harga Wajar PT BRI, Tbk dengan Price Earning Ratio periode 2006-2009 ... 54

4.13 Harga Pasar Saham dengan Harga Wajar PT BNI, Tbk dengan Price Earning Ratio periode 2006-2009 ... 55

4.14 Hasil Uji Harga Wajar Saham yang Dinilai dengan PER Menggunakan k dengan Alternatif Tambahan Keuntungan yang Diinginkan 9% terhadap Harga Saham PT Bank Mandiri, Tbk ... 58

4.15 Hasil Uji Harga Wajar Saham yang Dinilai dengan PER Menggunakan k dengan Alternatif Tambahan Keuntungan yang Diinginkan 18% terhadap Harga Saham PT Bank Mandiri, Tbk ... 58

4.16 Hasil Uji Harga Wajar Saham yang Dinilai dengan PER Menggunakan k dengan Alternatif Tambahan Keuntungan yang Diinginkan 27% terhadap Harga Saham PT Bank Mandiri, Tbk ... 59

4.17 Hasil Uji Harga Wajar Saham yang Dinilai dengan PER Menggunakan k dengan Alternatif Tambahan Keuntungan yang Diinginkan 9% terhadap Harga Saham PT BRI, Tbk ... 60


(8)

Menggunakan k dengan Alternatif Tambahan Keuntungan

yang Diinginkan 18% terhadap Harga Saham PT BRI, Tbk ... 60 4.19 Hasil Uji Harga Wajar Saham yang Dinilai dengan PER

Menggunakan k dengan Alternatif Tambahan Keuntungan

yang Diinginkan 27% terhadap Harga Saham PT BRI, Tbk ... 61 4.20 Hasil Uji Harga Wajar Saham yang Dinilai dengan PER

Menggunakan k dengan Alternatif Tambahan Keuntungan

yang Diinginkan 9% terhadap Harga Saham PT BNI, Tbk ... 62 4.21 Hasil Uji Harga Wajar Saham yang Dinilai dengan PER

Menggunakan k dengan Alternatif Tambahan Keuntungan

yang Diinginkan 18% terhadap Harga Saham PT BNI, Tbk ... 62 4.22 Hasil Uji Harga Wajar Saham yang Dinilai dengan PER

Menggunakan k dengan Alternatif Tambahan Keuntungan


(9)

D A F T A R G A M B A R

No. Judul Halaman


(10)

D A F T A R L A M P I R A N

No. Judul Halaman 1. Perhitungan Earning per Share Tahun 2006-2009 ... 72 2. Perhitungan Dividend per Share Tahun 2006-2009 ... 72 3. Perhitungan Return on Equity Tahun 2006-2009 ... 73


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Penilaian Harga Wajar Saham dengan Price Earning Ratio PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk” dengan menggunakan data periode 2006-2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai harga wajar saham (overvalued atau undervalued) dengan Price Earning Ratio PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk menggunakan alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan oleh investor (9%, 18% dan 27%) pada tingkat pengembalian (k*) serta pengujian signifikansi perbedaan antara harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning Ratio dengan harga saham perusahaan.

Target populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan perbankan terbuka milik negara dan yang memenuhi kriteria pemilihan target populasi, sehingga diperoleh 3 (tiga) perusahaan, yaitu PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji beda t-test dengan mengolah data sekunder, yaitu laporan keuangan periode 2001-2006, laporan aktivitas perdagangan saham periode 2001-2006, laporan tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) periode 2001-2006.

Hasil penelitian adalah harga saham PT Bank Mandiri, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk periode 2006-2009 lebih besar dari harga wajar dengan alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 9%, 18% dan 27% (overvalued), hanya pada tahun 2009 harga saham PT Bank Mandiri, Tbk dengan alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 9% undervalued. Sedangkan, pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk, overvalued terjadi pada tahun 2006 dan 2009 dengan alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 9%, 18% dan 27%, 2007 dengan alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 18% dan 27% dan 2008 dengan alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 9% dan 27%. Hasil pengujian pada signifikansi perbedaan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning Ratio terhadap harga saham periode 2006-2009 pada PT Bank Mandiri, Tbk terdapat di alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 18% dan 27%, pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk di alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 27% dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk di alternatif tambahan keuntungan yang diinginkan pada tingkat pengembalian (k*), yaitu 9%, 18% dan 27%.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Ketatnya persaingan yang dilakukan perbankan sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermedier) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang kekurangan atau membutuhkan dana (deficit unit) semakin meningkat sejak dikeluarkannya keputusan pemerintah mengenai deregulasi perbankan pada tahun 1988. Deregulasi ini bertujuan untuk memodernisasi perbankan agar sesuai dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan kehidupan ekonomi yang pada akhirnya mendorong perbankan ke arah persaingan yang semakin ketat. Semakin ketatnya persaingan tersebut, terutama disebabkan karena bertambahnya jumlah bank baru dengan adanya kemudahan pendirian suatu bank disertai dengan penawaran keuntungan yang lebih baik pada layanan dan jasa produk bank. Pada tahun 2010 saja, persaingan ini ditandai dengan tren penurunan suku bunga kredit sehingga perbankan semakin agresif dalam persaingan suku bunga kredit dan terjadi perebutan dana murah yang mengedepankan teknologi dan layanan, sebagai salah satu strategi perbankan untuk meningkatkan efisiensi dalam kegiatan operasional bank, yang akan menguntungkan nasabah dalam kemudahan bertransaksi.

Dalam menjalankan perannya sebagai lembaga intermediasi keuangan, dana yang diperoleh bank merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung kegiatan usahanya sehingga sangat diperlukan upaya bank untuk mendapatkannya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendapatkan dana adalah melalui penjualan saham


(13)

memperoleh dana masyarakat yang dibutuhkan bagi kegiatan usaha bank. Ini ditandai dengan berkembangnya jumlah bank yang ikut serta memperdagangkan sahamnya di pasar modal.

Untuk berhasil menarik minat para investor, bank harus mampu menunjukkan kinerja usahanya dalam memperoleh laba melalui harga saham yang merupakan pencerminan yang relevan dari kondisi perusahaan. Apabila laba yang diperoleh perusahaan relatif tinggi, maka kemungkinan besar bahwa dividen yang dibayarkan relatif tinggi. Apabila dividen yang dibayarkan relatif tinggi, akan berpengaruh positif terhadap harga saham di bursa, dan investor akan tertarik untuk membelinya. Akibatnya permintaan akan saham tersebut menjadi meningkat, sehingga akhirnya harga juga akan meningkat. Peningkatan harga saham ini akan menimbulkan capital gain bagi para pemegangnya (Halim, 2005:12). Untuk itu, bagi investor diperlukan analisis yang cermat, teliti dan didukung dengan data-data yang akurat dalam mengambil keputusan investasi untuk mendapatkan keuntungan yang optimal dan mengurangi risiko dalam berinvestasi.

Salah satu teknik analisis dalam penilaian investasi saham adalah analisis fundamental yang membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga sahamnya untuk menentukan apakah harga saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum (Halim, 2005:21). Nilai intrinsik suatu saham ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Salah satu pendekatan yang lebih populer digunakan dalam analisis fundamental di kalangan analis saham dan para praktisi adalah pendekatan harga terhadap laba bersih (Price Earning Ratio) yang


(14)

menggunakan nilai earnings untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham atau disebut juga dengan pendekatan earning multiplier. (Jogiyanto, 2000:104).

Pendekatan Price Earning Ratio yang memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu dan menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar untuk menghitung prospek perusahaan serta sebagai ukuran relatif nilai saham perusahaan (Tandelilin, 2001:232). Dengan Price Earning Ratio, investor dapat menaksir nilai wajar dengan membandingkan nilai intrinsik suatu saham dengan harga sahamnya. Jika harga saham lebih rendah dari nilai intrinsik, maka saham tersebut termasuk kategori saham yang undervalued sehingga layak dibeli. Sebaliknya, jika harga saham lebih tinggi dari nilai intrinsik, maka saham tersebut termasuk kategori saham yang overvalued sehingga layak dijual.

Ada 4 (empat) perusahaan perbankan terbuka milik negara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang masuk ke dalam indeks LQ-45 yaitu PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk, PT Bank Negara Indonesia, Tbk dan PT Bank Tabungan Negara, Tbk. Perusahaan-perusahaan ini memiliki reputasi tinggi di industri perbankan karena sejarah pertumbuhan yang baik, memiliki pendapatan stabil, konsisten dalam membayar dividen, memiliki nilai pasar dan likuiditas tinggi, saham-sahamnya yang masih tetap menarik dalam jangka panjang, serta merupakan jenis saham yang paling aktif dan diminati oleh para investor maupun calon investor. Karena dalam penelitian ini ingin diteliti kewajaran harga saham sejak periode 2006-2009, maka PT Bank Tabungan Negara, Tbk yang listing di Bursa Efek Indonesia sejak tahun


(15)

2009 tidak termasuk ke dalam sampel karena tidak memiliki data laporan keuangan yang lengkap periode 2006-2009.

Berikut ini adalah aktifitas perdagangan saham 3 (tiga) perusahaan yaitu PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk periode 2006-2009.

Tabel 1.1

Aktivitas Perdagangan Saham PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk

Periode 2006-2009 Keterangan Tahun Volume Perdagangan (jutaan lembar saham) Nilai Kapitalisasi Pasar (Miliar Rp) Frekuensi Perdagangan (x) Jumlah Hari Perdagangan Harga Saham (Rp) PT Bank Mandiri, Tbk

2006 17,871 36,176 256,800 242 2.063,14

2007 17,757 55,784 308,998 246 3.129.28

2008 10,620 27,774 274,325 240 2.652,24

2009 9,725 31,737 321,250 241 3.334,91

PT Bank Rakyat Indonesia,

Tbk

2006 5,115 21,594 114,338 242 4.320,65

2007 4,170 25,356 105,881 246 6.141,05

2008 5,569 28,597 233,403 240 5.536,72

2009 5,146 32,540 290,727 241 6.247,91

PT Bank Negara Indonesia,

Tbk

2006 221 441 23,968 236 1.489,27

2007 11,955 23,791 115,544 243 2.067,43

2008 8,699 9,568 165,434 240 1.168,46

2009 8,398 12,753 219,769 241 1.499,78

Sumber : www.idx.co.id dan www.yahoofinance.com (Januari 2011, Data Diolah)

Tabel 1.1 menunjukkan aktivitas perdagangan saham dari masing-masing perusahaan periode 2006-2009 yang mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Di antara ketiga perusahaan tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk merupakan perusahaan yang memiliki harga saham tertinggi selama periode 2006-2009, khususnya


(16)

tahun 2009, yaitu Rp 6.247,91 ataupun kenaikan sekitar 12,84% dari harga saham sebelumnya. Sedangkan, untuk PT Bank Mandiri, Tbk memiliki aktivitas perdagangan yang tergolong agresif karena selalu diikuti dengan nilai saham yang meningkat dan volume perdagangan saham beredar dengan frekuensi perdagangan yang tinggi. Kenaikan tertinggi harga saham PT Bank Mandiri, Tbk pada tahun 2009 mencapai 25,74% di mana sebelumnya sempat turun akibat krisis moneter pada tahun 2008 yang menandakan perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang kuat dan dapat mempertahankan kepercayaan investor pada bank.

Dalam empat tahun berturut-turut, PT Bank Negara Indonesia, Tbk memiliki harga saham terendah selama periode 2006-2009 di antara ketiga perusahaan tersebut. Perusahaan selalu mengalami pertumbuhan tiap tahun, baik dari volume perdagangan, nilai dan harga saham. Walaupun pada tahun 2008, perusahaan mengalami harga saham terendah, yaitu Rp 1.168,46, namun harga saham dapat naik kembali sebesar Rp. 1.499,78 atau sekitar 28,355% dari harga saham sebelumnya.

Harga saham yang tinggi tidak berarti harga saham itu overvalued karena salah satu cara untuk menentukan apakah saham tersebut overvalued ataupun undervalued adalah dengan Price Earning Ratio (Tandelilin, 2001:244). Berdasarkan fenomena yang terjadi pada Tabel 1.1, maka penulis memutuskan untuk melakukan penelitian mengenai ”Penilaian Harga Wajar Saham dengan Price Earning Ratio PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk”


(17)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

a. Apakah harga saham PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk periode 2006-2009 yang dinilai dengan Price Earning Ratio adalah wajar?

b. Apakah harga wajar saham PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk periode 2006-2009 yang dinilai dengan Price Earning Ratio memiliki beda yang signifikan terhadap harga sahamnya?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui dan menganalisis harga wajar saham PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk periode 2006-2009 yang dinilai dengan Price Earning Ratio.

b. Mengetahui beda yang signifikan antara harga wajar saham PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk periode 2006-2009 yang dinilai dengan Price Earning Ratio terhadap harga sahamnya.

1.4. Manfaat Penelitian


(18)

1. Bagi Praktisi/Investor

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang penilaian saham dengan pendekatan Price Earning Ratio.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan informasi, wawasan dan referensi tambahan yang dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang tentang masalah investasi, khususnya penilaian saham dan analisis saham.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Saham

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:6). Menurut Situmorang (2008:45), manfaat yang dapat diperoleh dari saham dapat berupa dividen, capital gain dan manfaat non finansial.

Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Investor yang berhak menerima dividen adalah investor yang memegang saham hingga batas waktu yang ditentukan oleh perusahaan pada saat pengumuman dividen. Umumnya, dividen merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash dividend), yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham (stock dividend), yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen dalam bentuk saham sehingga jumlah saham yang dimiliki investor akan bertambah dengan adanya


(20)

Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dan harga beli saham. Umumnya, investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Investor seperti ini bisa saja membeli saham pada pagi hari, lalu menjualnya lagi pada siang hari jika saham mengalami kenaikan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:12).

Sedangkan, manfaat non finansial yang diperoleh dari memiliki saham, berupa kepemilikan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk menentukan jalannya perusahaan. Semakin besar jumlah saham yang dimiliki oleh investor, maka semakin besar pula hak suaranya dalam RUPS.

2.1.2. Jenis Saham

Menurut Situmorang (2008:47), saham yang diperdagangkan dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh para pemegang saham. Menurut cara peralihan hak, saham dibedakan menjadi saham atas unjuk di mana saham ini tidak ditulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain, sehingga wujudnya mirip dengan uang dan saham atas nama di mana saham ini tertulis dengan jelas nama pemiliknya dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan nama pemiliknya dibuat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar pemegang saham.

Sedangkan, bila ditinjau dari segi manfaatnya, saham di bedakan menjadi saham biasa dan saham preferen. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya berada diurutan paling akhir terhadap pembagian dividen dan


(21)

hak atas harga kekayaan perusahaan apabila perusahaan dilikuidasi. Saham biasa dapat dibedakan menjadi (Situmorang, 2008: 48) :

1. Blue Chip Stock, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai leader dari perusahaan sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

2. Income Stock, yaitu saham dari suatu emiten yang dapat membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur mampu membayarkan dividen tunai.

3. Growth Stock (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi dan sebagai leader di perusahaan sejenis yang memiliki reputasi tinggi. Selain itu, terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang bukan sebagai leader dari perusahaan sejenis, tetapi memiliki ciri growth stock (well-known).

4. Speculative Stocks, yaitu saham dari emiten yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan tinggi di masa mendatang meskipun tidak pasti.

5. Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagaimana akibat dari kemampuan emiten memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat


(22)

atau selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok, consumer goods. Ada juga literatur yang menyebutkan saham jenis ini dengan nama defensive stocks.

Sedangkan, Saham preferen (preferred stock) yaitu saham yang berbentuk gabungan obligasi dan saham biasa karena dapat menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga dapat tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut dan mendapat dividen. Sedangkan, persamaannya antara saham preferen dengan obligasi adalah ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar (Situmorang, 2008:50). Dalam praktek jenis saham preferen dapat dibedakan menjadi :

1. Cumulative Preferred Stock (CPS), yaitu saham yang memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian dividen yang sifatnya kumulatif dalam suatu persentase atau jumlah tertentu. Dalam hal ini jika pada tahun tertentu dividen yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayarkan sama sekali, maka akan diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya.

2. Non Cumulative Preferred Stock, di mana pemegang saham jenis ini mendapat prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu persentase atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif. Hal ini berarti jika pada suatu tahun tertentu


(23)

dividen yang dibayar kurang dari yang ditentukan atau tidak dibayar sama sekali, maka tidak diperhitungkan pada tahun berikutnya.

3. Participating Preferred Stock, di mana pemilik saham jenis ini selain memperoleh dividen tetapi seperti yang telah ditentukan, juga memperoleh ekstra dividen apabila perusahaan dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Sasaran ini dapat berupa target penjualan atau keuntungan perusahaan dalam waktu tertentu, misalnya satu tahun.

4. Convertible Preferred Stock (Saham Istimewa), di mana pemegang saham istimewa mempunyai hak lebih dibandingkan pemegang saham lainnya. Hak itu terutama dalam penunjukan direksi perusahaan.

2.1.3. Harga Saham

Harga saham adalah harga pada pasar yang senyatanya (riil) merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, dan jika pasar sudah ditutup maka harga pasar tersebut adalah harga penutupannya (Anoraga, 2006:59). Untuk menghindari kerugian, setiap investor yang berinvestasi dalam saham dari waktu ke waktu harus rajin memantau perkembangan terakhir dari perusahaan emiten ataupun dapat menghubungi penasihat investasi dan pialang yang dapat memberikan nasihat mengenai investasi yang akan dilakukan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan emiten mempunyai prospek yang bagus atau tidak.

Harga saham ditentukan dari nilai buku saham. Secara umum, harga saham berbeda dengan nilai buku saham. Semakin jauh perbedaan tersebut, maka hal ini


(24)

mencerminkan terlalu sedikitnya informasi yang mengalir ke bursa efek. Maka, harga saham tersebut cenderung dipengaruhi oleh tekanan psikologis pembeli atau penjual. Untuk mencegah hal tersebut, sebaiknya perusahaan setiap saat memberi informasi yang cukup ke bursa efek, sepanjang informasi tersebut berpengaruh terhadap harga pasar sahamnya (Halim, 2005:20).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham (Arifin, 2001:115-116 dalam Artatik, 2007:17-20) adalah sebagai berikut :

1. Kondisi Fundamental Emiten

Faktor fundamental merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya manusia, kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Nilai fundamental merupakan nilai intrinsik dari suatu saham yang dianalisis dengan menggunakan analisis yang menggunakan data-data finansial yaitu data-data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan, contohnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan sebagainya (Jogiyanto, 2000:88).

Faktor fundamental merupakan faktor yang berkaitan dengan kinerja emiten yang tercermin dalam kinerja keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan. Semakin baik kinerja emiten, maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Demikian sebaliknya, semakin menurun kinerja emiten maka semakin besar kemungkinan merosotnya harga saham yang diterbitkan dan diperdagangkan. Selain itu, keadaan emiten akan menjadi tolak ukur seberapa besar resiko yang akan ditanggung oleh investor. Saham-saham yang bagus atau saham blue chip tentu memiliki resiko yang lebih kecil jika dibanding dengan jenis saham lainnya.


(25)

Ini karena faktor fundamental perusahaan penerbitnya bagus. Baik kondisi keuangannya, strategi bisnisnya, produknya, maupun manajemennya.

2. Hukum Permintaan dan Penawaran

Faktor hukum permintaan dan penawaran digunakan investor dengan mengetahui kondisi fundamental perusahaan dalam melakukan transaksi jual beli.

3. Tingkat Suku Bunga

Investor harus memperhatikan faktor suku bunga untuk mengetahui harapan hasil dari setiap investasi yang dilakukannya. Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana invertasi akan mengalami perubahan, ada yang cenderung naik dan ada pula yang cenderung turun.

4. Valuta Asing

Dolar Amerika merupakan mata uang kuat yang mempengaruhi nilai dari mata uang negara-negara lain. Sebagai contoh : ketika dolar Amerika mengalami apresiasi, investor lebih cenderung tertarik untuk menjual sahamnya dan menempatkan dananya dalam bentuk dolar. Hal ini akan menyebabkan harga saham mengalami penurunan. 5. Dana Asing di Bursa

Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang penting karena dengan semakin besarnya dana yang ditanamkan menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif. Berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu saja akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya, jika investasi asing berkurang, ada perkiraan bahwa mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas keadaan sosial politik maupun keamanannya. Jadi, besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham.


(26)

6. Indeks Harga Saham

Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu menandakan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik. Sebaliknya, jika turun berarti iklim investasi sedang buruk. Kondisi demikian akan mempengaruhi naik turunnya harga saham di pasar bursa.

7. News and Rumors

Berita yang beredar di masyarakat yang menyangkut berbagai hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik, keamanan, hingga berita seputar reshuffle kabinet. Dengan adanya berita tersebut, para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keadaan negeri ini sehingga kegiatan investasi bisa dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa.

Menurut Anoraga dan Pakarti (2006:60), di antara faktor-faktor yang menentukan perubahan harga saham, yang paling utama adalah kekuatan permintaan dan penawaran akan saham itu sendiri. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat banyak orang menjual saham, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan.

2.1.4. Penilaian Harga Wajar Saham

Tandelilin (2001:183) menyatakan bahwa dalam penilaian saham dikenal ada 3 (tiga) jenis nilai, yaitu : nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di


(27)

pasar. Sedangkan, nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi.

Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam analisis saham untuk memutuskan apakah membeli atau menjual saham, investor membandingkan nilai intrinsik suatu saham dengan nilai pasar saham yang bersangkutan (Tandelilin, 2001:183). Nilai intrinsik suatu saham menunjukkan Present Value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Jika nilai intrinsik lebih besar dari nilai pasar saat ini, maka saham tersebut tergolong murah sehingga layak dibeli. Sebaliknya, jika nilai intrinsik lebih kecil dari nilai pasar saat ini, maka saham tersebut tergolong mahal dan karenanya layak dijual.

Penentuan harga saham dapat dilakukan melalui analisis teknikal dan analisis fundamental. Pada analisis teknikal, harga saham menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham), sedangkan dalam analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar dan sebagainya) (Jogiyanto, 2000:88).

1. Analisis Teknikal

Menurut Halim (2005:29), analisis teknikal dimulai dengan cara memperhatikan perubahan harga saham itu sendiri dari waktu ke waktu. Analisis ini beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap saham tersebut. Sehingga asumsi dasar yang berlaku dalam analisis ini adalah :


(28)

b) Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irasional.

c) Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti tren tertentu.

d) Tren tersebut dapat berubah karena bergesernya penawaran dan permintaan.

e) Pergeseran penawaran dan permintaan dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dari perilaku pasar.

f) Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang.

2. Analisis Fundamental

Berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan, analisis fundamental diharapkan dapat membantu calon investor untuk mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor. Karena biasanya nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan yang bersangkutan. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan juga risiko yang harus ditanggung (Anoraga dan Pakarti, 2006:109). Sedangkan, menurut Bodie et al (2006:217), analisis fundamental adalah analisis yang menggunakan informasi seputar profitabilitas sekarang dan masa depan dari sebuah perusahaan untuk menentukan nilai pasar wajarnya.

Analisis fundamental memiliki dua model penilaian saham yang sering digunakan para analisis sekuritas (Jogiyanto, 2000:89), yaitu :


(29)

a) Pendekatan Nilai Sekarang (Present Value Approach)

Pendekatan nilai sekarang juga disebut dengan metode kapitalisasi laba (capitalization of income method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya bahwa nilai dari perusahaan tergantung dari prospek perusahaan tersebut di masa mendatang dan prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas di masa depan, maka nilai perusahaan tersebut dapat ditentukan dengan mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang sebagai berikut (Jogiyanto, 2000:90) :

dimana:

P0* = nilai sekarang dari perusahaan (value of the firm)

t = periode waktu ke-t dari t=1 sampai dengan ∞.

k = suku bunga diskonto (discount rate) atau tingkat pengembalian yang diinginkan (required rate of return).

Dalam penentuan nilai teoritis suatu saham, investor perlu menentukan berapa besarnya tingkat pengembalian yang diinginkan atas saham sebagai kompensasi atas risiko yang ditanggung. Tingkat pengembalian yang diinginkan merupakan tingkat pengembalian minimum yang diinginkan atas pembelian suatu saham. Tingkat pengembalian yang diinginkan menggambarkan besarnya biaya kesempatan yaitu hilangnya kesempatan memperoleh return dari alternatif investasi lain akibat keputusan untuk berinvestasi pada saham. Arus kas yang merupakan komponen lainnya dalam penentuan nilai perusahaan merupakan kas yang diterima oleh

 

 n

1 t

t *

k) (1

Kas Arus Po


(30)

perusahaan emiten. Sebagai alternatif dari arus kas, laba perusahaan dapat juga digunakan untuk menghitung nilai perusahaan. Laba perusahaan yang diperoleh dapat ditahan sebagai sumber internal atau dibagikan dalam bentuk dividen. Arus dividen dapat dianggap sebagai arus kas yang diterima oleh investor. Dengan alasan bahwa dividen merupakan satu-satunya arus pendapatan yang diterima oleh investor, model diskonto dividen dapat digunakan sebagai pengganti model diskonto arus kas untuk menghitung nilai intrinsik saham. Model diskonto dividen (dividen discount model) untuk menghitung nilai intrinsik saham adalah sebagai berikut (Jogiyanto, 2000:91) :

Dt = dividen yang dibayarkan untuk periode ke t2.

Dari rumus di atas, dapat dilihat bahwa aliran dividen yang diterima investor merupakan aliran dividen yang tidak terbatas (disimbolkan dengan ∞) dan konstan. Meskipun dalam kenyataannya, perusahaan membayarkan dividen secara tidak teratur, dividen dengan jumlah yang tidak konstan atau pembayarannya mengalami pertumbuhan. Dalam situasi dividen konstan dan tidak mengalami pertumbuhan kita bisa menggunakan model pertumbuhan nol. Untuk kasus aliran dividen yang bertumbuh secara konstan, model yang bisa dipakai adalah model pertumbuhan konstan. Sedangkan, untuk saham yang mengalami pertumbuhan yang tidak konstan, kita bisa menggunakan model pertumbuhan tidak konstan.

b) Pendekatan Price Earning Ratio (P/E Ratio Approach)

 

1 t

t *

k) (1

Dt Po


(31)

Pendekatan Price Earning Ratio atau disebut juga dengan pendekatan earning multiplier merupakan salah satu pendekatan yang lebih populer digunakan dalam analisis fundamental di kalangan analis saham dan para praktisi. Pendekatan ini menggunakan nilai earnings untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham (Jogiyanto, 2000:104). Price Earning Ratio dapat digunakan sebagai dasar untuk menghitung prospek perusahaan serta sebagai ukuran relatif nilai saham perusahaan (Tandelilin, 2001:232). Makin besar Price Earning Ratio suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap earning per sahamnya. Sentimen pasar sangat menentukan kenaikan harga saham yang mengakibatkan kenaikan Price Earning Ratio. Semakin rendah harga Price Earning Ratio suatu saham maka semakin murah harganya untuk diinvestasikan. Price Earning Ratio menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya kinerja per lembar saham dalam menghasilan laba bagi perusahaan (Manurung, 2004:27).

Secara teknis, rumus untuk menghitung Price Earning Ratio suatu saham adalah dengan membagi harga saham perusahaan terhadap earning per lembar saham. Harga saham di pasar merupakan harga yang berlaku. Sedangkan, earning adalah earning per saham tahun berjalan (Manurung, 2004:26). Secara matematis, rumus untuk meghitung PER adalah sebagai berikut:

Rumus ini mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earnings perusahaan ataupun besarnya harga setiap

Saham Lembar

per Laba

Saham Lembar

per Harga


(32)

merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan. Rumus untuk menghitung Price Earning Ratio yang diderivasi dengan model diskonto dividen pertumbuhan yang konstan adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2001:243) :

di mana:

D1/E1 = rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio)

k = tingkat pengembalian yang diinginkan g = tingkat pertumbuhan dividen

Menurut Bodie et al (2006:243), Price Earning Ratio sebenarnya merupakan cerminan dari sikap optimis pasar tentang prospek pertumbuhan perusahaan. Seorang investor harus memutuskan apakah ia lebih optimis atau lebih tidak optimis dibandingkan pasar. Jika lebih optimis, maka mereka akan merekomendasikan untuk membeli saham. Dengan demikian melalui rumus Price Earning Ratio yang diderivasi dengan model diskonto dividen pertumbuhan yang konstan, dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio yaitu tingkat dividend pay out ratio, tingkat pengembalian yang diharapkan investor dan pertumbuhan dividen (Manurung, 2004:28). Variabel pertama yaitu dividend pay out ratio yang menunjukkan besarnya dividen yang akan dibayarkan perusahaan dari total earning yang diperoleh perusahaan. Bila dividend pay out ratio mengalami peningkatan, Price Earning Ratio juga akan mengalami peningkatan. Jadi, investor yang berorientasi pada dividen mengharapkan dividend pay out ratio yang tinggi sehingga harga saham mengalami peningkatan. Sedangkan, investor yang

g) (k

) /E (D E

P 1 1

1 o

 


(33)

tidak mengharapkan dividen menghendaki dividend pay out ratio yang rendah sehingga harga akan mengalami peningkatan yang tinggi karena murahnya harga saham dengan Price Earning Ratio yang kecil sehingga capital gain akan diperoleh.

Variabel kedua yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan investor atas suatu saham sebagai kompensasi atas risiko yang harus ditanggung investor. Variabel ini memiliki hubungan negatif dengan Price Earning Ratio. Bila tingkat pengembalian yang diminta makin besar, Price Earning Ratio saham saham yang bersangkutan semakin kecil dan tingkat pengembalian yang diminta kecil membuat Price Earning Ratio semakin besar. Variabel berikutnya adalah pertumbuhan dividen (g). Semakin besar pertumbuhan dividen, maka semakin tinggi Price Earning Ratio dan semakin rendah pertumbuhan dividen maka Price Earning Ratio akan semakin rendah. Secara matematis, rumus untuk menghitung pertumbuhan dividen adalah (Tandelilin, 2001:244):

g = ROE x (1 – Dividend Payout Ratio)

Penilaian saham-saham perusahaan mana yang mampu menawarkan keuntungan bagi investor, baik saham-saham mana yang harga pasarnya lebih rendah dari nilai intrinsik (undervalued) sehingga layak dibeli maupun saham-saham mana yang harga pasarnya lebih tinggi dari nilai intrinsik (overvalued) sehingga layak dijual, dapat diketahui setelah kita mengestimasi nilai intrinsik saham perusahaan dengan memanfaatkan komponen informasi penting dari Price Earning Ratio yaitu Earning per Share. Dengan kata lain, nilai intrinsik suatu saham merupakan fungsi dari Earning per Share yang diharapkan dan besarnya Price Earning Ratio saham yang


(34)

bersangkutan. Secara matematis, nilai intrinsik saham perusahaan adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2001:245) :

2.1.5. Strategi Berinvestasi di Bursa Efek

Menurut Syahyunan (2005), kunci utama untuk sukses dalam investasi di bursa efek adalah pemilihan strategi yang tepat agar investasi yang dilakukan memberikan hasil yang optimal. Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh para pemodal dalam melakukan investasi di bursa efek antara lain adalah :

1. Beli di pasar perdana, jual begitu masuk pasar sekunder

Para pemburu agio di Bursa Efek Jakarta berkeyakinan bahwa harga akan naik begitu suatu emisi saham dicatatkan di bursa. Keyakinan itu bukan saja dilandasi oleh data fundamental yang up to date dan akurat yang dimuat dalam prospektus pada saat emisi, tetapi juga karena underwriter biasanya tidak akan membiarkan harga jatuh pada minggu pertama pasar sekunder. Harga penawaran merupakan hasil negosiasi emiten dengan penjamin emisi. Jadi, harga di pasar perdana pada tahap awal pencatatan saham menyangkut secara langsung reputasi underwriter.

2. Beli dan Simpan

Pemodal yang yakin bahwa suatu perusahaan akan berkembang dalam jangka panjang, baik karena perusahaan tersebut berada pada growing sector industry atau karena sifat usaha dan produknya yang strategis, dapat melakukan strategi beli dan simpan.

EPS Estimasi x

g) (k

) /E (D

P 1 1

o

 


(35)

3. Strategi Berpindah

Pemodal yang lebih spekulatif cenderung berpindah dari saham yang satu ke saham yang lain dengan memanfaatkan perbedaan siklus harga individual. Strategi ini mengharuskan pemodal mengikuti gerakan pasar dari dekat setiap saat. Dengan memanfaatkan informasi teknikal, khususnya pada saham-saham yang aktif, pemodal berpindah dari satu saham yang diperkirakan harganya akan turun ke saham yang diperkirakan harganya akan naik.

4. Pilih Saham yang Tidur

Mass media cenderung diskriminatif terhadap saham perusahaan yang tidak aktif, terutama perusahaan kecil dan para analis. Kecenderungan ini bisa dimengerti karena saham perusahaan yang tidak aktif, tidak menyangkut minat dan kepentingan orang banyak. Saham yang tidak mendapat perhatian masyarakat pemodal, merupakan saham yang tidur dan cenderung undervalued. Pemodal yang sabar dapat memilih strategi ini walaupun mungkin diperlukan waktu yang cukup lama sampai masyarakat menyadari adanya potensi keuntungan pada saham tersebut.

5. Konsentrasi pada Industri

Sebagian pemodal memusatkan perhatiannya pada perkembangan industri tertentu. Mungkin karena ia lebih mengetahui kondisi, mekanisme kerja dari perusahaan yang berada pada industri, trend industri dan sebagainya. Dengan demikian, strategi investasinya adalah memilih saham yang terbaik pada industri tersebut.

6. Belilah Pasar

Strategi ini mungkin tidak tepat untuk disebut sebagai suatu strategi. Pemodal yang tidak mampu atau tidak sempat melakukan analisis cenderung mempercayakan


(36)

investasinya pada trend pasar. Seorang pemodal dikatakan melakukan strategi buying the market apabila ia membagi dananya secara relatif proporsional ke dalam saham-saham yang ada di pasar. Pengertian pasar di sini tidak harus identik dengan seluruh saham yang tercatat, tetapi dapat berupa saham yang tergabung dalam down average atau 500 Standar & Poor dan sebagainya. Strategi seperti ini hasilnya gampang dimonitor. Apabila trend pasar menunjukkan kenaikan, maka ia akan meperoleh laba pada tingkat rata-rata pasar. Sebaliknya, apabila trend pasar menunjukkan penurunan, maka ia akan menderita kerugian juga pada tingkat rata-rata pasar.

7. Mutual Fund/Unit Trust

Strategi yang lebih aman bagi pemodal yang belum berpengalaman adalah mempercayakan dananya kepada lembaga professional yang disebut investment trust. Investment trust akan melakukan diversifikasi investasi untuk mencapai tujuan dari pembentukan dana. Intensitas tujuan dari suatu dana bisa berbeda, namun secara umum setiap usaha pembentukan well diversified portfolio secara eksplisit bertujuan memaksimumkan keuntungan pada tingkat risiko tertentu atau meminimumkan risiko dengan tingkat keuntungan yang relatif stabil.

2.2. Penelitian Terdahulu

Nazwirman (2008) melakukan penelitian dengan judul ” Penilaian Harga Saham Dengan Price Earning Ratio (PER): Studi Kasus Pada Saham Industri Makanan dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dengan metode Price Earning Ratio diharapkan dapat memudahkan investor dalam menganalisis saham. Metode Price Earning Ratio dalam menganalisis saham perusahaan makanan dan minuman di Bursa


(37)

Efek Indonesia menggunakan tiga alternatif (k*=11%, k*=16% dan k*=21%). Dari 15 perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga 31 Juli 2007 diperoleh sampel sebanyak 6 perusahaan yang konsisten memberikan dividen kepada investornya setiap tahun. Saham perusahaan yang layak dibeli hanya saham satu perusahaan karena pada tiga alternatif tersebut PER < PER* yang berarti tingkat earning dari saham lebih tinggi dari ketiga alternatif dan harga saham tersebut murah. Saham perusahaan yang lain tidak layak dibeli ada 5 perusahaan, tetapi layak dijual untuk investor, pada tiga alternatif tersebut PER > PER* yang berarti tingkat earning dari saham lebih kecil dari 11%, 16%, atau 21%.

Manurung (2008) melakukan penelitian dengan judul ”Valuasi Harga Wajar Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk”. Penelitian ini bertujuan mengetahui kewajaran harga saham PT. Telkom yang dinilai dari dividen dan laba per saham yang dibayar emiten pada periode 2002-2006 kepada pemegang saham dengan menggunakan analisis fundamental yaitu Dividend Discount Model Pertumbuhan Supernormal dengan time horizon (jangka waktu berinvestasi) selama 5 tahun untuk tiap perhitungan nilai wajar saham dan Price Earning Ratio serta pengujian signifikan perbedaan dengan uji beda sampel independen (uji t sampel independen). Penelitiannya menggunakan metode analisis deskriptif dan uji beda dengan mengolah data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga pasar saham perusahaan yang berlaku di lantai bursa dinilai wajar (undervalued) pada tahun 2002- 2003 dan pada tahun 2004-2006 dinilai tidak wajar (overvalued) bila dibandingkan dengan dengan harga wajarnya yang dihitung dengan Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal sedangkan harga pasar saham perusahaan yang berlaku di lantai bursa pada tahun 2002-2006 dinilai wajar


(38)

(undervalued) bila dibandingkan dengan metode Price Earning Ratio (P/E Ratio). Hasil pengujian signifikansi perbedaan adalah perbedaan harga pasar saham yang berlaku di lantai bursa dengan harga wajar saham yang dievaluasi dengan metode Dividend Discount Model Pertumbuhan Supernormal dan Price Earning Ratio tidak memiliki beda yang signifikan atau perbandingan rata-rata harga pasar saham dan rata-rata harga wajar tidak terlalu beda jauh.

2.3. Kerangka Konseptual

Perkembangan harga saham tidak pernah terlepas dari perkembangan kinerja perusahaan dalam memperoleh laba (Halim, 2005:12). Jika kinerja perusahaan mengalami peningkatan maka harga saham akan mereflesikannya dengan peningkatan harga saham demikian juga sebaliknya. Faktor fundamental merupakan faktor yang berkaitan dengan kinerja emiten yang tercermin dalam kinerja keuangan yang didasarkan pada laporan keuangan. Laporan keuangan memuat berbagai macam gambaran dari suatu perusahaan emiten mengenai kondisi performa dan prospek perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Laporan keuangan sangat berguna bagi investor untuk menentukan keputusan investasi yang terbaik dan menguntungkan (Tandelilin, 2001:233). Berdasarkan analisis fundamental dalam penilaian saham dari informasi laporan keuangan, investor bisa mengetahui perbandingan antara nilai intrinsik saham perusahaan dibanding harga pasar saham perusahaan bersangkutan, dan atas dasar perbandingan tersebut investor dapat akan bisa membuat keputusan apakah membeli saham yang murah atau menjual saham yang mahal untuk mendapatkan


(39)

capital gain yaitu adanya keuntungan dari selisih positif antara harga beli dengan harga jual.

Pendekatan Price Earning Ratio atau disebut juga dengan pendekatan earning multiplier merupakan salah satu pendekatan yang lebih populer digunakan dalam analisis fundamental di kalangan analis saham dan para praktisi. Pendekatan ini menggunakan nilai earnings untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham (Jogiyanto, 2000:104). Menurut Bodie, Kane dan Markus (2006:243), Price Earning Ratio adalah cerminan dari sikap optimis pasar tentang prospek pertumbuhan perusahaan. Bodie, Kane dan Markus (2006:243), Halim (2005:27), Jogiyanto (2000:106), Tandelilin (2001:193), menggunakan model diskonto dividen pertumbuhan yang konstan pada Price Earning Ratio untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas. Dividen merupakan arus kas yang diperoleh investor sepanjang saham tersebut dipegang investor. Oleh karena itu, dividen sebagai arus kas kepada investor dapat dipergunakan dalam penilaian saham (Jogiyanto, 2000:90).

Price Earning Ratio dapat digunakan sebagai dasar untuk menghitung prospek perusahaan serta sebagai ukuran relatif nilai saham perusahaan (Tandelilin, 2001:232). Tandelilin (2001:244) juga menyatakan setelah mengestimasi nilai intrinsik suatu saham dengan pendekatan Price Earning Ratio, investor dapat mengetahui perbandingan antara nilai intrinsik saham perusahaan dengan harga sahamnya dan atas dasar perbandingan tersebut investor dapat mengetahui saham-saham mana yang murah, tepat nilainya dan mahal. Harga saham yang lebih kecil dari nilai intrinsik menunjukkan bahwa saham tersebut undervalued sehingga layak dibeli. Sedangkan, harga saham yang


(40)

lebih besar dari nilai intrinsik menunjukkan bahwa saham tersebut overvalued sehingga layak dijual.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka model kerangka konseptual dapat digambarkan pada Gambar 2.1 berikut ini:

Sumber : Bodie, Kane dan Markus (2006), Halim (2005), Jogiyanto (2000), Tandelilin (2001) Kerangka Konseptual

Gambar 2.1

2.4. Hipotesis

Berdasarkan pada kerangka konseptual dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti sebagai berikut:

a. Harga saham PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk periode 2006-2009 yang dinilai dengan Price Earning Ratio adalah wajar.

b. Harga wajar saham PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk periode 2006-2009 yang dinilai dengan Price Earning Ratio memiliki beda yang signifikan terhadap harga sahamnya.

beda Harga Wajar Saham yang

dinilai dengan Price Earning Ratio


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif di mana penelitian deskriptif kuantitatif meliputi pengumpulan data untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan subjek yang diteliti (Indriantoro dan Supomo, 2002:27).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan menggunakan situs www.idx.co.id, www.yahoofinance.com, www.bi.go.id, www.bankmandiri.co.id, www.bri.co.id dan www.bni.co.id. Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Maret 2011 hingga Juni 2011.

3.3. Batasan Penelitian

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah analisis harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning Ratio menggunakan data-data keuangan PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk dan tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia periode 2006-2009 dengan alternatif tambahan keuntungan (9%, 18% dan 27%) pada tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor (k*), kemudian dibandingkan dengan harga saham yang berlaku di Bursa Efek Indonesia.


(42)

3.4. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penilaian harga wajar dengan Price Earning Ratio adalah dengan mengestimasi nilai intrinsik saham perusahaan dengan memanfaatkan komponen informasi penting dari Price Earning Ratio yaitu Earning per Share. Dengan kata lain, nilai intrinsik suatu saham merupakan fungsi dari Earning per Share yang diharapkan dan besarnya Price Earning Ratio saham yang bersangkutan. Secara matematis, nilai intrinsik saham perusahaan adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2001:245) :

EPS Estimasi x

g k

Ratio Payout Dividend

P0

 

di mana:

Po = nilai intrinsik saham dengan Price Earning Ratio

k = tingkat pengembalian yang diinginkan g = tingkat pertumbuhan dividen

b. Harga saham adalah harga saham tahunan yang diperoleh dari rata-rata harga penutupan saham bulanan PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk periode 2006-2009.

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran harga wajar saham yang dinilai dengan Price Earning Ratio dan harga saham adalah skala rasio.


(43)

3.6. Populasi dan Target Populasi

Populasi merupakan keseluruhan obyek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik yang terbatas (finite) maupun tidak terbatas (infinite) (Sumarni dan Wahyuni, 2006:69). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan milik negara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 4 (empat) emiten sebagai berikut :

Tabel 3.1 Populasi

No. Kode Perusahaan Tanggal Listing

1. BMRI PT. Bank Mandiri, Tbk 14 Juli 2003 2. BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk 25 November 1996 3. BBNI PT. Bank Negara Indonesia, Tbk 10 November 2003 4. BBTN PT. Bank Tabungan Negara, Tbk 17 Desember 2009 Sumber : www.idx.co.id (Janurari 2011, diolah)

Penelitian ini menggunakan target populasi yang sesuai dengan kriteria (pertimbangan). Adapun kriteria target populasi dalam penelitian ini adalah :

a. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang lengkap pada periode 2006-2009.

b. Perusahaan yang mempunyai nilai Earning per Share yang positif untuk menghindari adanya Price Earning Ratio yang negatif yang akan menimbulkan makna yang bias.

Dengan demikian, diperoleh 3 (tiga) perusahaan yang memenuhi kriteria ,yaitu PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk.


(44)

3.7. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran masalah yang akan diteliti serta melalui data sekunder berupa laporan keuangan yang dipublikasikan oleh media internet.

3.8. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung melalui media internet periode 2006-2009. Data mengenai laporan keuangan, seperti data harga saham (closing price) diperoleh melalui situs www.idx.co.id dan www.yahoofinance.com, data frekuensi perdagangan saham tahunan untuk periode 2006-2009 diperoleh dari prospektus lengkap yang diterbitkan oleh perusahaan melalui situs www.bankmandiri.co.id, www.bri.co.id, www.bni.co.id dan data tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia diperoleh melalui situs www.bi.go.id.

3.9. Metode Analisis Data

Analisis data adalah cara mengolah data yang telah terkumpul, kemudian dapat memberikan interpretasi atau proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diintrepretasikan. Prosedur pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dengan memilahkan data ke dalam variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Dari hasil operasionalisasi variabel yang akan diuji, nilai variabel tersebut diolah dengan bantuan aplikasi software SPSS 17 for windows. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.


(45)

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode análisis deskriptif adalah metode análisis di mana data yang ada dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.

b. Uji Beda t-Test

Pengujian hipótesis dilakukan dengan uji beda t-test yaitu independent samples t-test yang digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan satu sama lain memiliki nilai rata-rata yang berbeda (Situmorang et al, 2010:44). Adapun tujuan uji beda t-test dalam penelitian ini adalah membandingkan rata-rata harga wajar yang dinilai dengan Price Earning Ratio dengan rata-rata harga saham, apakah terdapat beda signifikan atau tidak pada nilai rata-rata dua kelompok tersebut. Hipotesis yang dapat diambil adalah :

Ho : Harga wajar saham dengan Price Earning Ratio tidak memiliki beda yang signifikan terhadap harga saham.

H1 : Harga wajar saham dengan Price Earning Ratio memiliki beda yang signifikan

terhadap harga saham. Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika  < sig pada  = 5% H1 diterima jika  > sig pada  = 5%


(46)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

4.1. Profil Perusahaan

4.1.1. PT Bank Mandiri, Tbk

Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, 4 (empat) bank milik Pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, bergabung menjadi Bank Mandiri.

Setelah selesainya proses merger, Bank Mandiri kemudian memulai proses konsolidasi. Di antaranya menutup 194 (seratus sembilan puluh empat) kantor cabang yang saling tumpang tindih dan mengurangi jumlah pegawai dari 26.000 (dua puluh enam ribu) orang menjadi 17.620 (tujuh belas ribu enam ratus dua puluh) orang. Selanjutnya diikuti dengan peluncuran single brand di seluruh jaringan melalui iklan dan promosi. Salah satu pencapaian penting adalah penggantian secara menyeluruh platform teknologi yang pada saat ini, Bank Mandiri dengan infrastruktur teknologi informasi sudah mampu memfasilitasi straightthrough processing dan interface yang seragam untuk nasabah. Bank Mandiri mewarisi sembilan sistem perbankan dari keempat legacy bank. Setelah investasi awal untuk konsolidasi sistem yang berbeda tersebut, telah mulai dilaksanakan program penggantian platform yang berlangsung selama tiga tahun dengan investasi USD 200 juta, di mana program pengganti tersebut difokuskan untuk kegiatan consumer banking.


(47)

Pada tanggal 2 Juni 2003, Bank Mandiri telah menyampaikan pernyataan pendaftaran sehubungan dengan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering yang selanjutnya disebut “IPO”) kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (“Bapepam-LK”) dan telah dinyatakan efektif berdasarkan Surat Ketua Bapepam-LK No. S-1551/PM/2003 tanggal 27 Juni 2003.

Nama perusahaan berubah dari semula PT Bank Mandiri (Persero) menjadi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. berdasarkan perubahan anggaran dasar yang dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2003 dan telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C-12783.HT.01.04.TH.2003 tanggal 6 Juni 2003 dan telah diumumkan pada Berita Negara Republik Indonesia No. 63 tanggal 8 Agustus 2003, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 6590.

Pada tanggal 14 Juli 2003, Bank Mandiri melakukan IPO atas 4.000.000.000 lembar Saham Biasa Seri B, dengan nilai nominal Rp500 (nilai penuh) per lembar saham yang dijual dengan harga Rp675 (nilai penuh) per lembar saham. Penawaran umum kepada masyarakat tersebut merupakan divestasi atas 20,00% saham Bank Mandiri milik Pemerintah. Pada tanggal 14 Juli 2003, sebanyak 19.800.000.000 lembar Saham Biasa Seri B Bank Mandiri telah dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya berdasarkan surat persetujuan dari Bursa Efek Jakarta No. S-1187/BEJ.PSJ/07-2003 tanggal 8 Juli 2003 dan Bursa Efek Surabaya No. JKT-028/LIST/BES/VII/2003 tanggal 10 Juli 2003.

Sejak berdirinya, Bank Mandiri terus bekerja keras untuk menciptakan tim manajemen yang kuat dan professional yang bekerja berlandaskan pada prinsip-prinsip


(48)

good corporate governance yang telah diakui secara internasional. Bank Mandiri disupervisi oleh Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh Menteri Negara BUMN yang dipilih berdasarkan anggota komunitas keuangan yang terpandang. Manajemen ekskutif tertinggi adalah Dewan Direksi yang dipimpin oleh Direktur Utama. Dewan Direksi terdiri dari banker dari legacy banks dan juga dari luar yang independen dan sangat kompeten. Bank Mandiri juga mempunyai fungsi offices of compliance, audit dan corporate secretary, dan juga menjadi obyek pemeriksaan rutin dari auditor eksternal yang dilakukan oleh Bank Indonesia, BPKP dan BPK serta auditor internasional. Saat ini, Bank Mandiri telah memiliki 12 (dua belas) kantor wilayah dalam negeri, 66 (enam puluh enam) kantor area, 115 (seratus lima belas) kantor community, 799 (tujuh ratus sembilan puluh sembilan) kantor cabang, 200 (dua ratus) kantor Mandiri mitra usaha, 190 (seratus sembilan puluh) cash outlet, 4 (empat) cabang luar negeri yang berlokasi di Cayman Islands, Singapura, Hong Kong dan Timor Leste dan kantor perwakilan 1 (satu) di Shanghai, Republik Rakyat Cina. Untuk pendirian cabang kantor perwakilan di Shanghai, Bank Mandiri telah memperoleh ijin dari China Banking Regulatory Commission pada tanggal 3 November 2010 dan saat ini masih dalam proses. AsiaMoney magazine memberikan penghargaan atas komitmen Bank Mandiri atas penerapan GCG dengan memberikan Corporate Governance Award untuk katagori Best Overall for Corporate Governance in Indonesia dan Best for Disclosure and transparency.

Dalam menyediakan solusi keuangan yang menyeluruh bagi perusahaan swasta maupun milik negara, komersial, usaha kecil dan mikro serta nasabah consumer, Bank Mandiri didukung oleh anak perusahaan yang bergerak di bidang investment banking,


(49)

sekuritas, pembiayaan konsumen, pengelolaan properti, perbankan syariah serta bancassurance sebagai berikut :

Tabel 4.1

Anak Perusahaan PT Bank Mandiri, Tbk

Nama Anak Perusahaan Jenis Usaha Kedudukan

Persentase Kepemilikan 2010 2009

Bank Mandiri (Europe) Limited (BMEL) Perbankan London 100,00 100,00

Mandiri International Remittance Sendirian Berhad (MIR)

Layanan Remittance Kuala Lumpur

100,00 100,00

PT Bank Syariah Mandiri (BSM) Perbankan Syariah Jakarta 99,99 99,99

PT Usaha Gedung Bank Dagang Negara Pengelolaan Properti Jakarta 99,00 99,00

PT Mandiri Sekuritas Sekuritas Jakarta 95,69 95,69

PT Bumi Daya Plaza Pengelolaan Properti Jakarta 93,33 93,33

PT Bank Sinar Harapan Bali (BSHB) Perbankan Denpasar 81,46 81,46

PT Mandiri Tunas Finance (MTF) Pembiayaan

Konsumen

Jakarta 51,00 51,00

PT AXA Mandiri Financial Services*) Asuransi Jiwa Jakarta 51,00

-*) Efektif 20 Agustus 2010 Sumber : www.bankmandiri.co.id

4.1.2. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk

Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran Bank Rakyat Indonesia.

Pendiri Bank Rakyat Indonesia Raden Aria Wirjaatmadja Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa Bank Rakyat Indonesia adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan Bank Rakyat Indonesia sempat terhenti untuk sementara waktu dan


(50)

baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari Bank Rakyat Indonesia, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan Bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok Bank Rakyat Indonesia sebagai Bank Umum.

Sejak tanggal 29 April 1992, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 Tahun 1992, bentuk badan hukum Bank Rakyat Indonesia diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Berdasarkan akta No. 51 tanggal 26 Mei 2008 telah dilakukan perubahan terhadap Anggaran Dasar Bank Rakyat Indonesia,


(51)

antara lain untuk penyesuaian dengan ketentuan Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang “Perseroan Terbatas” dan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (“Bapepam-LK”) No. IX J.I tentang “Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik”, yang telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-48353.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 6 Agustus 2008 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 68, Tambahan No. 23079 tanggal 25 Agustus 2009. Selanjutnya, Anggaran Dasar Bank Rakyat Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir dilakukan sebagai tindak lanjut atas pelaksanaan program Management Stock Option Plan (MSOP) berdasarkan jumlah lembar opsi saham yang telah dieksekusi dan persetujuan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dari Rp500 (nilai penuh) per saham menjadi Rp250 (nilai penuh) per saham, sesuai dengan akta No. 38 tanggal 24 November 2010. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar Bank Rakyat Indonesia yang terakhir, ruang lingkup kegiatan Bank Rakyat Indonesia adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya dengan melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, termasuk melakukan kegiatan operasi sesuai dengan prinsip syariah.

Pada tanggal 31 Oktober 2003, Bank Rakyat Indonesia telah menyampaikan pernyataan pendaftaran sehubungan dengan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering yang selanjutnya disebut “IPO”). Melalui Menteri Badan Usaha Milik


(52)

Negara (BUMN) disetujui untuk melakukan penawaran umum saham perdana sebesar 3.811.765.000 lembar saham biasa Bank Rakyat Indonesia bersamaan dengan opsi pemesanan lebih dan opsi penjatahan lebih. Penawaran umum saham perdana Bank Rakyat Indonesia meliputi 3.811.765.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp500 (Rupiah penuh) per lembar saham dengan harga jual Rp875 (Rupiah penuh) per lembar saham. Selanjutnya, opsi pemesanan lebih sejumlah 381.176.000 lembar saham dan opsi penjatahan lebih sejumlah 571.764.000 lembar saham masing-masing dengan harga Rp875 (Rupiah penuh) setiap lembar saham telah dilaksanakan masing-masing pada tanggal 10 November 2003 dan 3 Desember 2003. Setelah IPO Bank Rakyat Indonesia dan opsi pemesanan lebih dan opsi penjatahan lebih dilaksanakan oleh Penjamin Pelaksana Emisi, Negara Republik Indonesia memiliki 59,50% saham di Bank Rakyat Indonesia. Saham yang ditawarkan tersebut mulai diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia) pada tanggal 10 November 2003 dan pada saat yang bersamaan seluruh saham Bank Rakyat Indonesia juga dicatatkan.

Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai 18 (delapan belas) kantor wilayah, 14 (empat belas) kantor inspeksi, 409 (empat ratus sembilan) kantor cabang dalam negeri, 1 (satu) kantor cabang khusus, 3 (tiga) kantor cabang/kantor perwakilan di luar negeri, 470 (empat ratus tujuh puluh) kantor cabang pembantu , 822 (delapan ratus dua puluh dua) kantor kas, 4.649 (empat ratus enam puluh empat sembilan) Bank Rakyat Indonesia unit, 617 (enam ratus tujuh belas) teras. Bank Rakyat Indonesia juga memiliki 1 (satu) anak perusahaan yaitu PT Bank Bank Rakyat Indonesia Syariah dan


(53)

1 (satu) kantor cabang luar negeri yang berlokasi di Cayman Islands dan 2 (dua) kantor perwakilan yang berlokasi di New York dan Hong Kong.

4.1.3. PT Bank Negara Indonesia, Tbk

Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.

Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.

Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional. Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini


(54)

menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988.

Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tanggal 28 Oktober 1996 atas 1.085.032.000 saham Seri B dengan nilai nominal sebesar Rp 500 (nilai penuh) setiap saham dan harga penawaran setiap saham sebesar Rp 850 (nilai penuh). Saham yang ditawarkan tersebut mulai diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia atau BEI) pada tanggal 25 November 1996.

Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus.

Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan negara. Saat ini, BNI memiliki 167 (seratus enam puluh tujuh)


(1)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya menggunakan metode P/E Ratio. Disarankan untuk menggunakan metode lain pada analisis fundamental seperti metode Abnormal Earning, Dividend Discounted Model dan Price Book Value untuk penelitian selanjutnya sehingga dapat melengkapi penelitian sebelumnya yang secara keseluruhan dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

2. Menganalisis nilai suatu saham akan lebih baik jika menggunakan analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental digunakan sebagai penunjuk arah/barometer jangka panjang (long-term point of view). Analisis fundamental melihat berbagai perkembangan rasio-rasio keuangan dari sisi likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, market to book value analysis, turn over, kebijakan keuangan perusahaan dalam melakukan investasi dan pendanaan, serta kebijakan dividen dapat melengkapi analisis fundamental, sedangkan analisis teknikal lebih bersifat jangka pendek karena hanya menggunakan harga saham historis sebagai pedoman.

3. Investor jangan takut berspekulasi dengan membeli saham pada harga sedang naik dan selalu mengharapkan membeli saham dengan harga yang paling rendah, dikarenakan investor akan kehilangan kesempatan. Karena saham yang baik tidak akan turun begitu harganya naik. Meskipun, membeli saham pada harga rendah dan menjualnya pada harga tinggi memang impian setiap orang, tetapi seringkali kita tidak pernah tahu kapan titik terendah terjadi dan kapan titik tertinggi dapat diraih.


(2)

Untuk menghindari adanya sentimen dan tekanan fluktuasi jangka pendek, seorang investor harus dapat menetapkan time horizon dengan investasi jangka panjang. 


(3)

D A F T A R P U S T A K A

BUKU :

Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, 2006, Pengantar Pasar Modal, Cetakan Kelima, Jakarta: Rineka Cipta.

Bodie, Zvi, Alex Kane dan Alan J. Markus, 2006, Investments, Buku 2, Alih Bahasa : Zuliani Dalimunthe, Jakarta: Salemba Empat.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin, 2006, Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab, Jakarta : Salemba Empat.

Halim, Abdul, 2005, Analisis Investasi, Edisi Kedua, Jakarta : Salemba Empat.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002, Metode Penelitian Bisnis, Edisi Kedua, Yogyakarta : BPFE.

Jogiyanto, H.M. 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE.

Manurung, Adler Haymans, 2004, Strategi Memenangkan Transaksi Saham di Bursa, Cetakan Pertama, Jakarta : Elex Media Komputindo.

Samsul, Mohamad, 2006, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, Jakarta : Erlangga.

Santoso, Singgih, 2003, Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS versi 11,5, Edisi Pertama, Jakarta : Elex Media Komputindo.

Siamat, Dahlan, 2004, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, Jakarta : Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Situmorang, Syafrizal Helmi, Iskandar Muda, Doli M. Ja’far Dalimunthe, Fadli, Fauzie Syarif, 2010, Analisis Data : untuk Riset Manajemen dan Bisnis, Edisi Pertama, Medan : USU Press.

Situmorang, M. Paulus, 2008, Pengantar Pasar Modal, Edisi Pertama, Jakarta : Mitra Wacana Media.

Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni, 2006, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Yogyakarta : ANDI.

Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE.


(4)

SKRIPSI :

Artatik, Sri. 2007, “Pengaruh Earning Per Share dan Price Earning Ratio terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi, Semarang : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang (Dipublikasikan). Manurung, Andrian Lorand, 2008, “Valuasi Harga Wajar Saham PT Telekomunikasi

Indonesia, Tbk”, Skripsi, Medan : Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (Tidak Dipublikasikan).

JURNAL :

Nazwirman, 2008, Penilaian Harga Saham dengan Price Earning Ratio (PER): Studi Kasus pada Saham Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia, Makara, Sosial Humaniora, Vol. 12, No. 2, Desember 2008, Hal. 98-106.

Syahyunan, 2005, Beberapa Strategi Investasi di Bursa Efek Jakarta, Jurnal, Medan : Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

INTERNET :

Bursa Efek Indonesia (2011, Januari 15). Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan. Diakses dari http://idx.co.id/laporan-keuangan-dan laporan-tahunan/html

--- (2011, Januari 15). Harga Saham. Diakses dari http://finance.yahoo.com/q/hp?s=^JKSE+Historical+Prices

Bank Indonesia (2011, Maret 20). Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Diakses dari http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Ekonomi+dan+Keuangan+Indone sia/Versi+HTML/Sektor+Moneter?

Bank Mandiri (2011, Maret 20). Profil Bank Mandiri. Diakses dari http://www.bankmandiri.co.id/corporate01/about profile.asp

Bank Negara Indonesia (2011, Maret 20). Profil Bank Negara Indonesia. Diakses dari http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/annual%20report/Profile%20BNI%20 2002.pdf

Bank Rakyat Indonesia (2011, Maret 20). Sejarah Bank Rakyat Indonesia. Diakses dari http://www.bri.co.id/TentangKami/Sejarah/tabid/61/Default.aspx


(5)

Lampiran 1

Perhitungan Earning per Share Periode 2006-2009

PT Bank Mandiri, Tbk

Tahun Laba Bersih (Rp) Saham Biasa yang Beredar (Lembar) EPS (Rp)

2006 2,421,405 20,550,301,606 117.83

2007 4,346,224 20,863,423,441 208.32

2008 5,312,821 20,929,439,763 253.84

2009 7,155,464 20,961,252,565 341.37

PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk

Tahun Laba Bersih (Rp) Saham Biasa yang Beredar (Lembar) EPS (Rp)

2006 4,257,572 12,180,437,850 349.54

2007 4,838,001 12,246,365,606 395.06

2008 5,958,368 12,250,531,944 486.38

2009 7,308,292 12,247,303,899 596.73

PT Bank Negara Indonesia, Tbk

Tahun Laba Bersih (Rp) Saham Biasa yang Beredar (Lembar) EPS (Rp)

2006 1,925,830 13,281,687,400 145.00

2007 897,928 14,111,792,863 63.63

2008 1,222,485 15,273,940,510 80.04

2009 2,483,995 15,273,940,510 162.63

Lampiran 2

Perhitungan Dividend per Share Periode 2006-2009

PT Bank Mandiri, Tbk

Tahun Dividen (Rp) Saham Biasa yang Beredar (Lembar) DPS (Rp)

2006 1,452,843 20,550,301,606 70.70

2007 3,911,601 20,863,423,441 187.49

2008 1,859,488 20,929,439,763 88.85

2009 2,100,437 20,961,252,565 100.21

PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk

Tahun Dividen (Rp) Saham Biasa yang Beredar (Lembar) DPS (Rp)

2006 2,128,786 12,180,437,850 174.77

2007 2,419,000 12,246,365,606 197.53

2008 2,085,429 12,250,531,944 170.23

2009 1,628,551 12,247,303,899 132.97

PT Bank Negara Indonesia, Tbk

Tahun Dividen (Rp) Saham Biasa yang Beredar (Lembar) DPS (Rp)

2006 962,922 13,281,687,400 72.50

2007 449,054 14,111,792,863 31.82

2008 122,248 15,273,940,510 8.00


(6)

Lampiran 3

Perhitungan Return on Equity Periode 2006-2009 PT Bank Mandiri, Tbk

Tahun Laba Bersih (Rp) Ekuitas ROE (%) 2006 2,421,405 26,340,670 9.19 2007 4,346,224 29,243,732 14.86 2008 5,312,821 30,513,869 17.41 2009 7,155,464 35,108,769 20.38

PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk

Tahun Laba Bersih (Rp) Ekuitas ROE (%) 2006 4,257,572 16,878,808 28.78 2007 4,838,001 19,437,635 28.10 2008 5,958,368 22,356,697 38.61 2009 7,308,292 27,257,381 38.18

PT Bank Negara Indonesia, Tbk

Tahun Laba Bersih (Rp) Ekuitas ROE (%) 2006 1,925,830 14,794,269 13.02 2007 897,928 17,219,585 5.21 2008 1,222,485 15,431,148 7.92 2009 2,483,995 19,143,582 12.98


Dokumen yang terkait

Penilaian Harga Wajar Saham dengan Relative Valuation Techniques PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk

3 38 96

Valuasi Harga Wajar Saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

2 26 77

PENGARUH KESEHATAN BANK TERHADAP HARGA SAHAM PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA, Tbk.

0 13 1

PENJUALAN SAHAM MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PT BANK PERMATA TBK DAN PT BANK LIPPO TBK

0 0 4

PENJUALAN SAHAM MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PT BANK PERMATA TBK, PT BANK CENTRAL ASIA TBK, PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA TBK, PT BANK NIAGA TBK, DAN PT BANK DANAMON INDONESIA TBK pp0332004

0 0 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Saham - Penilaian Harga Wajar Saham dengan Price Earning Ratio pada PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Penilaian Harga Wajar Saham dengan Price Earning Ratio pada PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk

0 0 7

Penilaian Harga Wajar Saham dengan Price Earning Ratio pada PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dan PT Bank Negara Indonesia, Tbk

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis - Penilaian Harga Wajar Saham dengan Relative Valuation Techniques PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Penilaian Harga Wajar Saham dengan Relative Valuation Techniques PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk

0 0 9