Analisis Perubahan Garis Pantai Di Pantai Timur Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau

i

ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DI PANTAI TIMUR
PULAU BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

MARIO PUTRA SUHANA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Perubahan Garis
Pantai di Pantai Timur Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Mario Putra Suhana
NRP C551140291

iv

RINGKASAN
MARIO PUTRA SUHANA. Analisis Perubahan Garis Pantai di Pantai Timur
Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Dibimbing oleh I WAYAN NURJAYA
dan NYOMAN METTA N. NATIH.
Pantai timur Pulau Bintan terdiri dari empat pantai, yaitu Pantai Trikora 1,
Pantai Trikora 2, Pantai Trikora 3 dan Pantai Trikora 4 yang dimanfaatkan sebagai
kawasan wisata pantai dan kawasan konservasi padang lamun. Selama tahun
2005-2014 telah terjadi abrasi dan akresi di sepanjang pantai timur Pulau Bintan

yang ditandai dengan begitu banyak bangunan pantai yang dibangun seperti break
water sebagai upaya menghambat laju pengikisan pantai (abrasi). Gelombang laut
diduga menjadi penyebab perubahan garis pantai yang terjadi di pantai timur
Pulau Bintan, asumsi ini disebabkan oleh minimnya informasi ilmiah mengenai
kondisi pantai timur Pulau Bintan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
karakteristik dan pola transformasi gelombang laut serta perubahan garis pantai
yang terjadi di pantai timur Pulau Bintan selama tahun 2005-2014.
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September-Oktober 2015 di pantai
timur Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Data karakteristik gelombang laut
diperoleh melalui peramalan menggunakan data arah dan kecepatan angin hasil
publikasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kota Tanjungpinang,
sedangkan data garis pantai diperoleh dari hasil deliniasi citra satelit Landsat 8
tahun 2005 dan 2014. Analisis perubahan garis pantai menggunakan perangkat
lunak Digital Shoreline Analysis System (DSAS) dengan menggunakan metode
single transect dan metode end point rate.
Selama tahun 2005-2014 perairan pantai timur Pulau Bintan dipengaruhi
oleh angin yang bertiup dari arah utara, selatan dan tenggara dengan frekuensi
kejadian 18.85-22.48 %. Angin yang bertiup selama musim barat dan musim
timur merupakan angin dengan kecepatan rata-rata tertinggi yaitu 3.60-8.80 m/s.
Selama musim barat angin bertiup dari Selat Singapura di arah utara dan dari Laut

Natuna di arah timur laut, sedangkan selama musim timur angin bertiup dari Selat
Karimata di arah selatan dan tenggara.
Tinggi rata-rata gelombang laut yang terbentuk di perairan pantai timur
Pulau Bintan selama tahun 2005-2014 berkisar antara 0.10-0.50 m. Gelombang
laut yang terbentuk di perairan pantai timur Pulau Bintan lebih dominan dari arah
utara dan selatan pantai dengan frekuensi kejadian 31.74-34.33 %. Selama musim
barat dan musim timur gelombang laut membentuk pola sejajar dengan garis
pantai, sedangkan selama musim peralihan gelombang laut membentuk pola tegak
lurus dengan garis pantai. Selama musim barat dan musim peralihan I gelombang
laut bergerak dari arah utara dan timur laut menuju selatan dan barat daya pantai,
sedangkan selama musim timur dan musim peralihan II gelombang laut bergerak
dari arah selatan dan tenggara menuju utara dan barat laut pantai.
Sebanyak 95.86 % sedimen pantai timur Pulau Bintan adalah pasir yang
didominasi oleh pasir halus (fine sand) dengan persentase 34.21 %, sedangkan
4.14 % adalah kerikil (gravel) dengan tipe kerikil sangat halus (very fine gravel).
Hasil analisis karakteristik sedimen menunjukan tipe sedimen pantai timur Pulau
Bintan adalah pasir sedikit berkerikil (slightly gravelly sand).

v


Pantai timur Pulau Bintan merupakan pantai berpasir dan berbatu dengan
panjang garis pantai 29.10 km. Pantai timur Pulau Bintan merupakan pantai yang
landai dengan tingkat kemiringan pantai pada jarak 0-1 km dari garis pantai
berkisar antara 0.09-0.16° (0.16-0.28 %). Selama tahun 2005-2014 terjadi abrasi
pada garis pantai sepanjang 9.65 km, sedangkan akresi terjadi pada garis pantai
sepanjang 19.45 km. Abrasi terjauh terjadi di Pantai Trikora 4 dengan jarak abrasi
47.51 m, sedangkan akresi terjauh terjadi di Pantai Trikora 1 dengan jarak akresi
91.57 m. Hasil analisis perubahan garis pantai menunjukan selama tahun 20052014 terjadi abrasi sejauh 10.10 m dengan jarak abrasi rata-rata adalah 1.01
m/tahun pada garis pantai yang mengalami abrasi, sedangkan akresi terjadi sejauh
19.28 m dengan jarak akresi rata-rata adalah 1.93 m/tahun pada garis pantai yang
mengalami akresi.
Perubahan garis pantai yang terjadi di pantai timur Pulau Bintan disebabkan
oleh pengaruh gelombang laut, hal ini ditunjukan oleh kesamaan pola penjalaran
gelombang laut dengan bagian-bagian pantai yang mengalami abrasi maupun
akresi. Khusus untuk Pantai Trikora 1 dan Pantai Trikora 2, perubahan garis
pantai sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia yaitu penimbunan kawasan
pantai, hal ini yang menyebabkan akresi lebih dominan terjadi di Pantai Trikora 1
dan Pantai Trikora 2.
Kata kunci: abrasi dan akresi, perubahan garis pantai, karakteristik angin
musiman, pola transformasi gelombang laut, pantai timur Pulau

Bintan

vi

SUMMARY
MARIO PUTRA SUHANA. Analysis of Shoreline Changes on East Coast of
Bintan Island Kepulauan Riau Province. Supervised by I WAYAN NURJAYA
and NYOMAN METTA N. NATIH.
East coast of Bintan Island consists of four beaches, namely Trikora 1
Beach, Trikora 2 Beach, Trikora 3 Beach and Trikora 4 Beach which used as a
coastal tourism areas and seagrass conservation areas. During 2005-2014 has
occurred abrasion and accretion along the east coast of Bintan Island marked with
so many beach buildings has built, such as break water as an attempt to inhibit the
rate of coastal removal (abrasion). Ocean waves are alleged to be the cause of the
shoreline changes that occurred on east coast of Bintan Island, this assumption
caused by a lack of scientific information about the condition of east coast of
Bintan Island. This research aims to analyze the ocean waves characteristics and
transformation patterns and shoreline changes that occurred on east coast of
Bintan Island during 2005-2014.
This research conducted in September-October 2015 on east coast of Bintan

Island, Kepulauan Riau Province. Ocean waves characteristics data obtained
through forecasting using wind speed and direction data published by Agency for
Meteorological Climatological and Geophysics of Tanjungpinang City, while the
shoreline data obtained from the results of 2005 and 2014 Landsat 8 satellite
imagery delineation. Shoreline changes analysis using Digital Shoreline Analysis
System (DSAS) with single transect and end point rate methods.
During 2005-2014 the waters of east coast of Bintan Island affected by the
wind that blows from north, south and southeast with 18.85-22.48 % frequency of
occurrence. The wind that blows during west and east season are the wind with
high speed average i.e. 3.60-8.80 m/s. During west season the wind blows from
Singapore Straits in north and from Natuna Seas in northeast, while during east
season the wind blows from Karimata Straits in south and south east.
The average of ocean waves height which formed on the waters of east coast
of Bintan Island during 2005-2014 ranged between 0.10-0.50 m. Ocean waves
which formed on the waters of east coast of Bintan Island are derived
predominantly from the north and south of the coast with 31.74-34.33 %
frequency of occurrence. During west and east season the ocean waves formed
parallel patterns to the shoreline, while during transitional season the ocean waves
formed perpendicular patterns to the shoreline. During west and transitional I
season the ocean waves derived from north and northeast to south and southwest

of the coast, while during east and transitional II season the ocean waves derived
from south and southeast to north and northwest of the coast.
Around 95.86 % sediment on east coast of Bintan Island are sand which
dominated by fine sand with 34.21 % percentage, while 4.14 % are gravel with the
type of the gravel is very fine gravel. The results of the sediment characteristics
showed the type of the sediment on east coast of Bintan Island are slightly
gravelly sand.
The east coast of Bintan Island is a rocky and sandy beach with 29.10 km
shoreline length. The east coast of Bintan Island is a sloping beach with the beach
slope level at 0-1 km distance from shoreline ranged between 0.09-0.16° (0.16-

vii

0.28 %). During 2005-2014 the abrasion occurred on 9.65 km shoreline, while the
accretion occurred on 19.45 km shoreline. The farthest abrasion occurred on
Trikora 4 Beach with 47.51 m abrasion distance, while the farthest accretion
occurred on Trikora 1 Beach with 91.57 m accretion distance. Shoreline changes
analysis results showed during 2005-2014 the abrasion occurred along 10.10 m
with 1.01 m/year average on the shoreline which occurred abrasion, while the
accretion occurred along 19.28 m with 1.93 m/year average on the shoreline

which occurred accretion.
The shoreline changes that occurred on east coast of Bintan Island caused by
the influence of the ocean waves, it can be seen by the similarity of the ocean
waves transformation patterns with the parts of the coast that experienced abrasion
and accretion. Especially for Trikora 1 and Trikora 2 Beach, the shoreline changes
highly influence by human activities that is hoarding the coastal area, this that
caused the accretion occurred more dominant on Trikora 1 and Trikora 2 Beach.
Keywords: abrasion and accretion, shoreline changes, seasonal wind
characteristics, ocean waves transformation patterns, east coast of
Bintan Island

viii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

ix

ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DI PANTAI TIMUR
PULAU BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

MARIO PUTRA SUHANA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


x

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Jonson Lumban Gaol, MSi

xi

xii

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya
sehingga tesis dengan judul Analisis Perubahan Garis Pantai di Pantai Timur
Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau berhasil diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Suhardi Abrus, SPdI (Ayah), Asna Yamin, SPdI
(alm) (Ibu), kedua adik penulis Fitra Setiadi dan Muhammad Fajar Fajri
Fardillah serta terkhusus kepada Anjani Nurhasana yang menjadi
penyemangat penulis selama menyelesaikan pendidikan Magister.
2. Bapak Dr Ir I Wayan Nurjaya, MSc dan Bapak Dr Ir Nyoman Metta N. Natih,
MSi selaku pembimbing yang telah memberikan arahan, masukan dan segala

bentuk kemudahan selama penyusunan tesis.
3. Bapak Dr Ir Jonson Lumban Gaol, MSi dan Bapak Dr Ir Tri Prartono, MSc
selaku penguji pada ujian tesis yang telah memberikan kritik dan masukan
yang bermanfaat.
4. Bapak Dr Ir Agus Saleh Atmadipoera, DESS selaku reviewer gugus kendali
mutu atas segala koreksi yang diberikan sehingga penulisan tesis ini menjadi
lebih baik lagi.
5. Ibu Dr Roza Yusfiandayani, SPi selaku pimpinan redaksi Jurnal Teknologi
Perikanan dan Kelautan (JTPK) Institut Pertanian.
6. Kepala dan staf Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota
Tanjungpinang yang telah memfasilitasi data-data penelitian.
7. Kakanda Chandra Joei Koenawan, SPi, MSi selaku kepala laboratorium
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji Kota
Tanjungpinang yang telah memfasilitasi peralatan penelitian.
8. Saudara Ferdy Gustian Utama, SIk, MSi dan Ibu Yunita Kirnawati, SPd atas
segala bantuan selama penulisan tesis.
9. Kakanda Ari Anggoro, SPi, MSi atas segala pengalaman, ilmu dan soft skill
yang diberikan selama ini untuk pengembangan diri penulis.
10. Saudara Ali Muqsit, SKel, MSi atas segala bantuan dan dorongan semangat
selama penyusunan tesis.
11. Tim penelitian (Arief Budiman Daulay, SPi, Tio Perdana, SPi, Dendi Zulheri,
SPi, Cornelius Surya, SPi, Muhammad Hardian Wiguna, ST, MArch dan
Furqan Rianto, SKep, Ns) atas segala bantuan selama pelaksanaan penelitian.
12. Keluarga besar Bapak Arsyad Amir yang telah membantu dan memfasilitasi
pelaksanaan penelitian.
13. Rekan-rekan keluarga besar Pascasarjana Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor 2014 atas segala bentuk kebersamaan selama dua tahun terakhir,
semoga rekan-rekan sukses dalam karir di tempat masing-masing.
Semoga tesis ini bermanfaat.
Bogor, September 2016
Mario Putra Suhana

xiii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xiv

DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xvi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis

1
1
3
3
3
3

2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Prosedur Penelitian
Pengukuran Pasang Surut
Pengukuran Kedalaman Perairan
Pengambilan Sampel Sedimen
Analisis Data
Pasang Surut
Arah dan Kecepatan Angin
Gelombang Laut
Sedimen
Kedalaman Perairan
Koreksi Citra Satelit
Klasifikasi Citra Satelit
Deliniasi Garis Pantai
Koreksi Hasil Deliniasi Garis Pantai
Perubahan Garis Pantai

4
4
5
5
5
5
6
6
6
6
8
10
10
11
11
12
13
15

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola Pasang Surut
Pola Arah dan Kecepatan Angin
Karakteristik dan Pola Transformasi Gelombang Laut
Karakteristik Sedimen
Profil Pantai
Perubahan Garis Pantai

16
16
17
22
29
32
34

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

53
53
54

DAFTAR PUSTAKA

54

LAMPIRAN

59

RIWAYAT HIDUP

83

xiv

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung tunggang pasang surut
Pola pasang surut pantai timur Pulau Bintan saat akuisisi citra satelit
Komponen pasang surut perairan pantai timur Pulau Bintan
Persentase arah dan kecepatan angin selama musim barat
Persentase arah dan kecepatan angin selama musim peralihan I
Persentase arah dan kecepatan angin selama musim timur
Persentase arah dan kecepatan angin selama musim peralihan II
Persentase arah dan kecepatan angin selama tahun 2005-2014
Arah dan panjang fetch efektif yang digunakan untuk peramalan
gelombang laut
10. Persentase tinggi gelombang laut harian berdasarkan arah fetch efektif
11. Persentase fraksi sedimen setiap stasiun
12. Tipe dan nilai diameter 50 % (D50) butiran sedimen setiap pantai
13. Kemiringan pantai timur Pulau Bintan pada jarak 0-1 km dari garis
pantai
14. Hasil analisis perubahan garis pantai di Pantai Trikora 1
15. Hasil analisis perubahan garis pantai di Pantai Trikora 2
16. Hasil analisis perubahan garis pantai di Pantai Trikora 3
17. Hasil analisis perubahan garis pantai di Pantai Trikora 4
18. Hasil analisis perubahan garis pantai di pantai timur Pulau Bintan
selama tahun 2005-2014

6
14
17
18
19
20
21
22
23
24
29
30
33
35
39
46
51
53

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kerangka pikir penelitian
Lokasi penelitian serta posisi stasiun pengambilan data lapangan
Tahap deliniasi garis pantai
Pola pasang surut pantai timur Pulau Bintan Bulan Januari 2005
Pola pasang surut pantai timur Pulau Bintan Bulan September 2014
Tahap analisis perubahan garis pantai
Pola pasang surut perairan pantai timur Pulau Bintan hasil pengukuran
selama 15 hari
8. Mawar angin (wind rose) musim barat
9. Mawar angin (wind rose) musim peralihan I
10. Mawar angin (wind rose) musim timur
11. Mawar angin (wind rose) musim peralihan II
12. Mawar angin (wind rose) selama tahun 2005-2014
13. Lokasi penentuan arah fetch efektif
14. Tinggi gelombang laut harian perairan pantai timur Pulau Bintan
15. Periode gelombang laut harian perairan pantai timur Pulau Bintan
16. Pola penjalaran gelombang laut selama musim barat
17. Pola penjalaran gelombang laut selama musim peralihan I
18. Pola penjalaran gelombang laut selama musim timur
19. Pola penjalaran gelombang laut selama musim peralihan II
20. Tipe butiran sedimen Pantai Trikora 1

4
5
13
13
14
16
17
18
19
20
21
22
23
24
24
25
26
27
28
30

xv

21. Tipe butiran sedimen Pantai Trikora 2
22. Tipe butiran sedimen Pantai Trikora 3
23. Tipe butiran sedimen Pantai Trikora 4
24. Tipe butiran sedimen pantai timur Pulau Bintan
25. Batimetri perairan pantai timur Pulau Bintan
26. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 1
27. Perubahan garis pantai di Pantai Trikora 1
28. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 2 AOI 53-57
29. Perubahan garis pantai di Pantai Trikora 2 AOI 53-57
30. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 2 AOI 58-61
31. Perubahan garis pantai di Pantai Trikora 2 AOI 58-61
32. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 2 AOI 62-65
33. Perubahan garis pantai di Pantai Trikora 2 AOI 62-65
34. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 2
35. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 3 AOI 24-30
36. Perubahan garis pantai di Pantai Trikora 3 AOI 24-30
37. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 3 AOI 31-35
38. Perubahan garis pantai di Pantai Trikora 3 AOI 31-35
39. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 3 AOI 36-40
40. Perubahan garis pantai di Pantai Trikora 3 AOI 36-40
41. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 3 AOI 41-46
42. Perubahan garis pantai di Pantai Trikora 3 AOI 41-46
43. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 3 AOI 47-50
44. Perubahan garis pantai di Pantai Trikora 3 AOI 47-50
45. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 3 AOI 51-53
46. Perubahan garis pantai di Pantai Trikora 3 AOI 51-53
47. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 3
48. Perubahan garis pantai di Pantai Trikora 4 AOI 1-6
49. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 4 AOI 1-6
50. Perubahan garis pantai di Pantai Trikora 4 AOI 7-13
51. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 4 AOI 7-13
52. Perubahan garis pantai di Pantai Trikora 4 AOI 14-20
53. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 4 AOI 14-20
54. Perubahan garis pantai di Pantai Trikora 4 AOI 21-24
55. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 4 AOI 21-24
56. Pola perubahan garis pantai di Pantai Trikora 4
57. Pola perubahan garis pantai di pantai timur Pulau Bintan selama tahun
2005-2014

30
30
31
31
33
35
35
36
36
37
37
37
38
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
47
48
48
49
49
50
50
50
51
53

xvi

DAFTAR LAMPIRAN
Posisi ground control point untuk koreksi geometrik citra satelit
Hasil pengamatan geomorfologi pantai
Persentase distribusi ukuran butir sedimen setiap pantai
Persentase distribusi ukuran butir sedimen pantai timur Pulau Bintan
Kemiringan pantai timur Pulau Bintan pada jarak 0-1 km dari garis
pantai pada setiap stasiun pengamatan
6. Karakteristik gelombang laut perairan pantai timur Pulau Bintan
7. Hasil analisis perubahan garis pantai
1.
2.
3.
4.
5.

60
61
62
64
65
67
70

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pantai merupakan zona interaksi antara daratan, lautan dan udara yang
selalu mengalami perubahan bentuk yang disebabkan oleh kemampuan
penyesuaian pantai menuju keseimbangan alami dalam merespon dampak dari
proses-proses oseanografi maupun aktivitas manusia di sekitar kawasan pantai.
Perubahan profil atau bentuk pantai dapat terjadi secara cepat atau lambat
tergantung pada imbang daya antara topografi pantai, proses hidro-oseanografi,
partikel sedimen yang masuk maupun yang keluar dari pantai serta aktivitas
manusia di sekitar kawasan pantai (Triatmodjo 1999; Hidayat 2005;
Suriamihardja 2005).
Pantai timur Pulau Bintan merupakan pantai yang dimanfaatkan sebagai
kawasan wisata pantai dan kawasan konservasi padang lamun. Pemanfaatan
pantai timur Pulau Bintan sebagai kawasan wisata pantai menyebabkan begitu
banyak pembangunan infrastruktur penunjang kegiatan wisata seperti hotel, resort
dan sarana penunjang kegiatan wisata lain di beberapa lokasi di sepanjang pantai
timur Pulau Bintan. Potensi wisata yang dimiliki pantai timur Pulau Bintan tentu
harus ditunjang oleh kondisi kawasan pantai yang memadai. Pengikisan pantai
(abrasi) tentu akan berdampak pada perubahan struktur pantai yang secara cepat
atau lambat akan mempengaruhi potensi wisata yang ada di pantai timur Pulau
Bintan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
masyarakat setempat pada saat pelaksanaan pra-survei, telah terjadi proses abrasi
dan akresi di beberapa lokasi di sepanjang pantai timur Pulau Bintan selama tahun
2005-2014. Kondisi di lapangan pada saat pelaksanaan pra-survei menunjukan
Pantai Trikora 4 merupakan lokasi yang paling dominan mengalami pengikisan
(abrasi). Hal ini terlihat dari banyak bangunan pantai berupa break water yang
dibangun di beberapa lokasi di sepanjang Pantai Trikora 4 sebagai upaya yang
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bintan dalam menghambat laju pengikisan
yang terjadi di Pantai Trikora 4. Berdasarkan kondisi tersebut, dugaan sementara
penyebab perubahan garis pantai khususnya Pantai Trikora 4 disebabkan oleh
pengaruh gelombang laut.
Pengembangan kawasan pantai yang tidak dilandasi oleh prinsip
perlindungan dan pelestarian lingkungan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
fungsi ekologis yang berakibat terjadinya kerusakan kawasan pantai (Angkotasan
2012). Kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang pantai baik struktur
maupun perilaku pantai merupakan salah satu penyebab terjadinya konsep-konsep
pembangunan dan pengembangan kawasan pantai yang berdampak pada
kerusakan pantai. Salah satu contoh adanya tekanan terhadap kawasan pantai
adalah terjadinya perubahan garis pantai yang ditandai oleh proses abrasi maupun
akresi (Dewi 2011).
Informasi lain yang diperoleh pada saat pelaksanaan pra-survei adalah
perubahan garis pantai yang terjadi di pantai timur Pulau Bintan selama tahun
2005-2014 diduga sebagai dampak dari pembangunan infrastruktur penunjang
kegiatan wisata serta pemukiman masyarakat di beberapa lokasi di sepanjang

2

pantai timur Pulau Bintan. Hal ini disimpulkan berdasarkan asumsi yang diperoleh
dari hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai perubahan garis pantai yang
dilakukan di beberapa kawasan pantai di Indonesia maupun dunia yang
menjelaskan bahwa perubahan garis pantai dapat disebabkan oleh pengaruh
struktur bangunan-bangunan pantai seperti dermaga, break water, groin, dan jetty.
Struktur bangunan pantai akan berdampak pada pola penjalaran gelombang laut
maupun arus menyusur pantai yang berdampak pada pola transpor sedimen
sepanjang pantai sehingga mempengaruhi pembentukan profil pantai (Makota et
al. 2004; Shamji 2011; Angkotasan et al. 2012; Nurhadi dan Syawaluddin 2013).
Hal lain yang diduga menjadi penyebab perubahan garis pantai yang terjadi
di pantai timur Pulau Bintan adalah dampak dari pemanfaatan ekosistem
mangrove sebagai bahan baku pembuatan arang. Bengen (2001) menjelaskan
salah satu pertahanan terbaik untuk mencegah suatu kawasan dari proses abrasi
adalah hutan mangrove. Hutan mangrove terbukti mampu mengurangi bahaya dari
hantaman gelombang laut yang menuju pantai karena hutan mangrove memiliki
sistem perakaran yang rapat yang berperan sebagai jangkar yang mampu menahan
lepasnya partikel tanah sehingga abrasi pantai dapat dicegah.
Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam mengkaji kondisi suatu kawasan
pantai adalah melalui studi mengenai perubahan garis pantai (Sakka et al. 2011).
Salah satu cara yang dilakukan untuk menganalisis perubahan garis pantai adalah
melalui tumpang susun (overlay) citra satelit (Ebersole et al. 1986; Hanson dan
Kraus 1989). Beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji perubahan garis
pantai di berbagai kawasan pantai menggunakan citra satelit yaitu (Makota et al.
2004; Purba dan Jaya 2004; Tarigan 2007; Taofiqurohman dan Ismail 2012;
Yulius dan Ramdhan 2013).
Makota et al. (2004) menganalisis perubahan garis pantai utara dan selatan
Kunduchi, Tanzania menggunakan foto udara. Hasil dari penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa konstruksi bangunan pantai adalah faktor dominan yang
mempengaruhi perubahan garis pantai utara dan selatan Kunduchi, Tanzania.
Purba dan Jaya (2004) dalam penelitian mengenai perubahan garis pantai
yang dilakukan di pesisir Kabupaten Lampung Timur menggunakan citra satelit
Landsat menyebutkan faktor morfologi pantai, variasi arah angin dan karakteristik
gelombang laut ditelaah sebagai faktor yang berperan dalam mempengaruhi
perubahan garis pantai di pesisir Kabupaten Lampung Timur.
Yulius dan Ramdhan (2013) menganalisis perubahan garis pantai di Teluk
Bungus Kota Padang berdasarkan perbandingan rona warna pada citra satelit
Landsat, ALOS, SPOT dan IKONOS. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa bagian pantai yang menjorok ke arah laut cenderung mengalami
pengikisan (abrasi).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba dan Jaya (2004) di
pesisir Kabupaten Lampung Timur dapat disimpulkan bahwa dalam mengkaji
perubahan garis pantai menggunakan citra satelit diperlukan juga studi mengenai
faktor alami seperti gelombang laut, arus menyusur pantai, transpor sedimen
maupun faktor-faktor non-alami seperti aktivitas manusia di sekitar kawasan
pantai untuk dijadikan sebagai pembanding dalam memvalidasi perubahan garis
pantai yang dianalisis menggunakan citra satelit.
Fokus penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis perubahan
garis pantai yang terjadi di pantai timur Pulau Bintan selama tahun 2005-2014

3

melalui digitasi citra satelit dan menganalisis gelombang laut sebagai faktor alami
penyebab perubahan garis pantai.
Perumusan Masalah
Fenomena di lapangan menunjukan telah terjadi abrasi dan akresi di
beberapa lokasi di sepanjang pantai timur Pulau Bintan selama tahun 2005-2014
yang diduga merupakan dampak dari pembangunan infrastruktur penunjang
kegiatan wisata, pemukiman masyarakat serta pemanfaatan ekosistem mangrove.
Kurangnya informasi berupa kajian ilmiah mengenai faktor alami seperti
gelombang laut, arus menyusur pantai, transpor sedimen dalam mempengaruhi
perubahan garis pantai yang terjadi di pantai timur Pulau Bintan menjadi salah
satu alasan dilakukannya penelitian ini.
Penelitian ini mengkaji dan menganalisis perubahan garis pantai melalui
digitasi citra satelit serta mengkaji dan menganalisis gelombang laut sebagai salah
satu faktor alami penyebab perubahan garis pantai (dalam hal ini perubahan garis
pantai yang terjadi secara alami di pantai timur Pulau Bintan diduga disebabkan
oleh pengaruh gelombang laut). Sistematika perumusan masalah dan proses
penyelesaian masalah dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis karakteristik dan pola penjalaran gelombang laut di perairan
pantai timur Pulau Bintan selama tahun 2005-2014.
2. Menganalisis perubahan garis pantai yang terjadi di pantai timur Pulau Bintan
selama tahun 2005-2014.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagaimana
karakteristik dan pola penjalaran gelombang laut di perairan pantai timur Pulau
Bintan serta perubahan garis pantai yang terjadi di pantai timur Pulau Bintan
selama tahun 2005-2014. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai sumber informasi untuk pengelolaan kawasan pantai timur Pulau Bintan
yang lebih baik lagi ke depannya.
Hipotesis
Gelombang laut merupakan faktor alami utama penyebab perubahan garis
pantai. Gelombang laut yang menghantam pantai akan menggerus pantai, hasil
gerusan akan diangkut oleh arus menyusur pantai dalam proses sedimen transpor
yang disebut litoral drift. Perubahan garis pantai yang terjadi di pantai timur Pulau
Bintan secara alami diduga merupakan dampak dari pengaruh gelombang laut
yang menghantam pantai timur Pulau Bintan.

4

Pemanfaatan
Kawasan

Pantai Timur
Pulau Bintan

Konservasi Padang Lamun
Pemukiman Masyarakat

Perubahan Garis
Pantai

Wisata Pantai

Asumsi Awal
Hasil Pra-Survei

Permasalahan

Pengaruh Non-Alami:
- Bangunan Pantai
- Penimbunan
- Pemanfaatan Ekosistem Mangrove

Kurangnya Informasi
Mengenai Kajian
Kondisi Pantai di
Lokasi Penelitian

-

Perumusan Masalah:
Bagaimana Pengaruh Gelombang
Laut sebagai Faktor Alami Utama?

Penyelesaian Masalah

Menganalisis Pola
Transformasi
Gelombang Laut

Membandingka
n

Menganalisis Perubahan
Garis Pantai Menggunakan
Citra Satelit

Output:
- Pola Transformasi Gelombang Laut
- Perubahan Garis Pantai
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian lapang dilaksanakan dalam dua tahap, tahap I adalah pelaksanaan
pra-survei dan tahap II adalah pengambilan data lapangan pada Bulan SeptemberOktober 2015 di pantai timur Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Peta lokasi
penelitian dan stasiun pengambilan data lapangan disajikan pada Gambar 2.

5

Gambar 2 Lokasi penelitian serta posisi stasiun pengambilan data lapangan
Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan penelitian terdiri dari peralatan pengambilan data lapangan (GPS
Garmin 76CSX, Fish Finder Garmin 350 C, papan berskala dan sedimen grab),
peralatan analisis data (oven, timbangan digital, cawan petri dan ayakan
bertingkat) serta beberapa perangkat lunak untuk analisis data (Tides Software
Applications, WRPlot View, Surface Water Modeling System, Gradistat, Envi,
eCognition Developer 64, ArcGIS dan Digital Shoreline Analysis System).
Bahan-bahan penelitian yang digunakan terdiri dari sampel sedimen, Peta
Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) skala 1:50.000 tahun 2002, Peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI) skala 1:25.000 tahun 2008 serta citra satelit Landsat 8 wilayah
pesisir Kabupaten Bintan tahun 2005 dan 2014.
Prosedur Penelitian
Pengukuran Pasang Surut
Pengukuran pasang surut dilakukan menggunakan papan berskala yang
dipasang di pantai. Pengamatan pasang surut dilakukan pada tanggal 13-27
Oktober 2015 dengan cara membaca skala pada papan berskala yang
bersinggungan dengan permukaan laut. Interval perekaman data pasang surut
dilakukan setiap satu jam mulai pukul 00:00-23:00 selama 15 hari pengamatan.
Pengukuran Kedalaman Perairan
Pengukuran kedalaman perairan menggunakan fish finder di sepanjang
perairan pantai timur Pulau Bintan dengan membentuk lintasan sejauh 5-7 km ke
arah laut dan sejauh 1-1.5 km sejajar pantai. Pengukuran kedalaman perairan

6

menggunakan standar pengukuran LPI SNI 19-6726-2002 mengacu pada BIG
(2015).
Pengambilan Sampel Sedimen
Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada 12 titik stasiun pengamatan di
sepanjang pantai timur Pulau Bintan. Pengambilan sampel sedimen menggunakan
sedimen grab dan dilakukan di atas kapal dengan cara menurunkan sedimen grab
secara perlahan dengan posisi mulut sedimen grab tegak lurus menghadap
permukaan laut. Setelah sedimen grab menyentuh dasar perairan, sedimen grab
ditarik kembali ke permukaan secara perlahan agar mulut sedimen grab yang telah
tertutup tidak terbuka sehingga sedimen yang telah terperangkap di dalam
sedimen grab tidak terbuang.
Analisis Data
Pasang Surut
Analisis data pasang surut menggunakan metode least square mengacu pada
Ongkosongo (1989) untuk memperoleh komponen pasang surut. Komponen
pasang surut digunakan untuk menghitung tunggang pasang surut dan bilangan
formzahl (F) yang dijadikan sebagai acuan untuk menentukan tipe pasang surut.
Perhitungan nilai bilangan formzahl (F) menggunakan persamaan berikut
mengacu pada Beer (1997):

F

K1  O1
M 2  S2

(1)

Dimana:
F = Bilangan Formzahl (F)
K1 = Komponen pasang surut diurnal akibat gaya tarik matahari dan bulan
O1 = Komponen pasang surut diurnal akibat gaya tarik bulan
M2 = Komponen pasang surut semi diurnal akibat gaya tarik bulan
S2 = Komponen pasang surut semi diurnal akibat gaya tarik matahari
Perhitungan tunggang pasang surut menggunakan datum referensi terhadap
ketinggian muka laut rata-rata (MSL) sehingga nilai MSL diasumsikan 0 (nol).
Perhitungan tunggang pasang surut mengacu pada Beer (1997).
Tabel 1 Persamaan yang digunakan untuk menghitung tunggang pasang surut
Karakteristik Pasang Surut
Singkatan/Simbol
Persamaan
Mean Highest Water Spring
MHWS
S0+(M2+K1+O1)/2
Mean Highest Water Neap
MHWN
S0+(K1+O1-M2)/2
Mean Sea Level
MSL
0
Mean Lowest Water Neap
MLWN
S0-(K1+O1-M2)/2
Mean Lowest Water Spring
MLWS
S0-(M2+K1+O1)/2
Arah dan Kecepatan Angin
Data arah dan kecepatan angin digunakan untuk peramalan gelombang laut.
Penelitian ini menggunakan data arah dan kecepatan angin harian selama tahun

7

2005-2014 publikasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Kota Tanjungpinang. Data angin publikasi BMKG merupakan data angin yang
diukur di darat sehingga harus dikonversi menjadi data angin yang bertiup di laut.
Konversi data angin dilakukan dalam beberapa tahap yaitu koreksi ketinggian,
koreksi durasi, koreksi stabilitas dan konversi wind stress factor.
1. Koreksi Ketinggian
Koreksi ketinggian dilakukan apabila pengukuran angin tidak dilakukan
pada ketinggian 10 m di atas permukaan laut. Koreksi ketinggian dilakukan
menggunakan persamaan berikut mengacu pada USACE (2003a):
 10 
U 10  U z  
 z

1/ 7

(2)

Dimana:
U10 = Kecepatan angin pada ketinggian 10 m (m/s)
Uz = Kecepatan angin yang diukur pada ketinggian z (m/s)
z
= Ketinggian pengukuran (m)
Data angin yang digunakan pada penelitian ini diukur pada ketinggian 10 m
di atas permukaan laut sehingga koreksi ketinggian tidak dilakukan.
2. Koreksi Durasi
Koreksi durasi dilakukan karena data angin hasil pengukuran merupakan
data hasil pengamatan sesaat. Peramalan gelombang laut diperlukan data durasi
angin bertiup dimana selama durasi tersebut kecepatan angin dianggap konstan.
Koreksi durasi dilakukan untuk mendapatkan kecepatan angin rata-rata selama
durasi yang diinginkan (dalam penelitian ini menggunakan durasi 1 jam). Koreksi
durasi dilakukan menggunakan persamaan berikut mengacu pada USACE
(2003a):

1609
(3)
Uf
Selanjutnya dilakukan perhitungan kecepatan angin rata-rata untuk durasi
satu jam menggunakan persamaan berikut mengacu pada USACE (2003a):
t

U 3600 

Uf
c

(4)

Apabila kondisi 1