Perubahan Garis Pantai Pulau Lancang Kepulauan Seribu, DKI Jakarta Menggunakan Citra Satelit
PERUBAHAN GARIS PANTAI
PULAU LANCANG KEPULAUAN SERIBU,
DKI JAKARTA MENGGUNAKAN CITRA SATELIT
CHIQUITA AYU PUTRI MARDHANI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Garis Pantai
Pulau Lancang Kepulauan Seribu, DKI Jakarta Menggunakan Citra Satelit adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Chiquita Ayu Putri Mardhani
NIM C54100037
*
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB
harus didasarkan pada kerja sama yang terkait
ABSTRAK
CHIQUITA AYU PUTRI MARDHANI. Perubahan Garis Pantai Pulau Lancang
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta Menggunakan Citra Satelit. Dibimbing oleh
SYAMSUL BAHRI AGUS dan NYOMAN METTA NYANAKUMARA
NATIH.
Perubahan garis pantai di Pulau Lancang dipengaruhi oleh pergerakan
massa air dari Teluk Jakarta dan Laut Jawa. Tujuan penelitian ini adalah
mengamati dan mengidentifikasi karakteristik perubahan garis pantai di sepanjang
Pulau Lancang dalam kurun waktu 2010-2014. Metode penelitian ini
menggunakan pengambilan data lapang, tumpang-susun, digitasi gambar dan
pemrosesan data pendukung berupa data oseanografi. Pengambilan data lapang
meliputi: verifikasi citra dan traking sepanjang garis pantai. Citra satelit yang
digunakan WorldView-2 tahun 2010-2011 dan IKONOS-2 tahun 2012. Perubahan
garis pantai paling dominan berada di Pulau Lancang Besar. Hasil analisis jarak
perubahan garis pantai menunjukkan abrasi sebesar 0.94-5.98 m/thn dan akresi
sebesar 0.57-6.32 m/thn terjadi di Lancang Besar disebabkan aktivitas manusia
dan kondisi alam. Sedangkan hasil analisis luas area penambahan daratan baru
sebesar 632-2399 m2/thn lebih dominan di Lancang Kecil.
Kata kunci: abrasi, akresi, citra satelit, penambahan daratan baru
ABSTRACT
CHIQUITA AYU PUTRI MARDHANI. Coastline Changes Detection in Lancang
Island Seribu Islands, DKI Jakarta Using Satellite Images. Supervised by
SYAMSUL BAHRI AGUS and NYOMAN METTA NYANAKUMARA
NATIH.
The coastline changes in Lancang Island is influenced by the movement of
water mass from the Bay of Jakarta and Java Sea. The objectives of this research
are to observe and identify the characteristics of coastline changes along the
Lancang Island during 2010 to- 2014. The methods used are field data collection,
images overlay, on-screen digitization and oceanographical data processing. The
field observations include: images verification and data tracking along the
coastline. Satellite imagery was derived from WorldView-2 for the period of
2010-2011 and IKONOS-2 for the period of 2012. The most dominant changes of
coastline was found in Lancang Besar Island. The distance resulted from shoreline
change analysis indicated an abrasion of 0.94-5.98 m/yr and accretion of 0.576.32 m/yr which occurs in Lancang Besar due to human activities and natural
conditions. On the other hand the analysis of land area suggested an a addition of
new area, where is highly dominated in Lancang Kecil around 632-2399 m2/yr.
Keywords: abrasion, accretion, addition of new land, satellite images
PERUBAHAN GARIS PANTAI
PULAU LANCANG KEPULAUAN SERIBU,
DKI JAKARTA MENGGUNAKAN CITRA SATELIT
CHIQUITA AYU PUTRI MARDHANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Perubahan Garis Pantai Pulau Lancang Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta Menggunakan Citra Satelit
Nama
: Chiquita Ayu Putri Mardhani
NIM
: C54100037
Disetujui oleh
Dr. Syamsul Bahri Agus,S.Pi M.Si
Pembimbing I
Dr.Ir. Nyoman M.N. Natih, M.Si
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr.Ir.I Wayan Nurjaya, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian dan waktu dilaksanakan pada bulan Juni hingga September 2014
ini ialah garis pantai, dengan judul Perubahan Garis Pantai Pulau Lancang
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta Menggunakan Citra Satelit.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Syamsul Bahri Agus, S.Pi,
M.Si dan Bapak Dr. Ir. Nyoman M. N. Natih, M.Si selaku pembimbing. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Vincentius P.
Siregar, DEA selaku dosen penguji, Bapak Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc selaku
ketua departemen, Bapak Dr.Henry M. Manik, S.Pi, M.T selaku ketua komisi
pendidikan dan seluruh staff Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, seluruh keluarga,
teman-teman dan warga Pulau Lancang atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2015
Chiquita Ayu Putri Mardhani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Lokasi Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Tahapan Penelitian
3
Pengumpulan data
3
Pengolahan data citra
4
Pengolahan data pendukung
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Interpretasi Citra
7
Perubahan Garis Pantai
7
Abrasi
Penambahan garis pantai
Penambahan daratan baru
Faktor yang Mempengaruhi
SIMPULAN DAN SARAN
8
11
14
16
19
Simpulan
19
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
22
RIWAYAT HIDUP
41
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
Alat dan bahan
Jenis dan sumber data
Spesifikasi citra satelit
Nilai spektral kanal citra
Analisis jarak perubahan garis pantai (abrasi) hasil digitized on-screen
selama tahun 2010-2014
6 Analisis jarak penambahan garis pantai hasil digitized on-screen selama
tahun 2010-2014
7 Luas area penambahan daratan baru hasil digitized on-screen selama
tahun 2010-2014
3
4
5
5
10
13
16
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lokasi pengamatan lapang
Kemiringan dasar pantai
Posisi tinggi muka air saat perekaman citra
Bagan alir tahap penelitian perubahan garis pantai
Kenampakan citra WorldView-2 tahun perekaman 2010 Pulau Lancang,
Kepulauan Seribu Selatan
Lokasi perubahan garis pantai yang mengalami abrasi hasil overlay
tahun 2010 sampai 2014
Lokasi perubahan garis pantai yang mengalami abrasi
Lokasi penambahan garis pantai hasil overlay tahun 2010 sampai 2014
Lokasi penambahan garis pantai
Lokasi terjadinya penambahan daratan baru hasil overlay tahun 2010
sampai 2014
Lokasi terjadinya penambahan daratan baru
Grafik pasang surut Tanjung Priok
Sebaran horizontal batimetri Pulau Lancang
2
5
6
6
7
8
9
11
12
14
15
17
18
DAFTAR LAMPIRAN
1 Koreksi pasang surut
2 Angin musiman bulan Januari 2004 - Maret 2014
a Musim Barat
b Musim Peralihan 1
c Musim Timur
d Musim Peralihan 2
3 Peta sebaran arus permukaan musiman
a Musim Barat
b Musim Peralihan 1
c Musim Timur
d Musim Peralihan 2
4 Dokumentasi Pulau Lancang
22
22
23
23
23
23
24
24
25
26
27
28
5
6
7
Lokasi titik yang mengalami abrasi di Pulau Lancang
a Lokasi yang mengalami abrasi di Pulau Lancang
b Lokasi 1 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
c Lokasi 2 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
d Lokasi 3 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
e Lokasi 4 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
f Lokasi 5 yang mengalami abrasi di Lancang Kecil
g Lokasi 6 yang mengalami abrasi di Lancang Kecil
h Lokasi 7 yang mengalami abrasi di Lancang Kecil
Lokasi titik yang mengalami penambahan garis pantai di Pulau Lancang
a Lokasi yang mengalami penambahan garis pantai di Pulau Lancang
b Lokasi 1 yang mengalami akresi di Lancang Besar
c Lokasi 2 yang mengalami akresi di Lancang Besar
d Lokasi 3 yang mengalami akresi di Lancang Besar
e Lokasi 4 yang mengalami akresi di Lancang Kecil
f Lokasi 5 yang mengalami akresi di Lancang Kecil
g Lokasi 6 yang mengalami akresi di Lancang Kecil
h Lokasi 7 yang mengalami reklamasi di Lancang Besar
Lokasi titik penambahan daratan baru berupa endapan di Pulau Lancang
a Lokasi yang mengalami penambahan daratan baru di Pulau Lancang
b Lokasi 1 penambahan daratan baru di Lancang Besar
c Lokasi 2 penambahan daratan baru di Lancang Besar
d Lokasi 3 penambahan daratan baru di Lancang Besar
e Lokasi 4 penambahan daratan baru di Pulau Lancang Kecil
f Lokasi 5 penambahan daratan baru di Pulau Lancang Kecil
g Lokasi 6 penambahan daratan baru di Pulau Lancang Kecil
h Lokasi 7 penambahan daratan baru di Pulau Lancang Kecil
29
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
37
38
38
39
39
40
40
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara geografis kawasan Pulau Lancang merupakan salah satu pulau kecil
di Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan sebagian perairan
pantai ditumbuhi ekosistem mangrove dan topografi yang landai diatas permukaan
laut (Sachoemar 2008). Pulau Lancang memiliki karakteristik unik dengan
perubahan garis pantai yang dipengaruhi oleh pergerakan massa air dari Teluk
Jakarta dan Laut Jawa melalui muatan sedimen berlebih dan banyaknya aktivitas
masyarakat yang dapat merubah keseimbangan garis pantai. Perubahan tersebut
besar maupun kecil pasti akan berdampak pada unsur lainnya dan mempengaruhi
dinamika alam dari waktu ke waktu. Suatu pantai akan mengalami abrasi, akresi
atau tetap stabil tergantung dari sedimen yang masuk dan meninggalkan pantai
tersebut.
Menurut Sakka et al. (2011) untuk keperluan perencanaan pengelolaan
kawasan pantai diperlukan penelitian mengenai perubahan garis pantai agar
pembangunan yang dilakukan tidak berdampak terhadap lingkungan. Pemantauan
perubahan garis pantai dapat digambarkan menggunakan data spasial berupa citra
satelit. Penggunaan citra satelit merupakan cara efektif untuk memperoleh
informasi dan keperluan monitoring perubahan garis pantai, karena citra satelit
mengarah pada peningkatan resolusi spasial dan temporal (di et al. 2003; li et al.
2003)
Penelitian mengenai perubahan garis pantai sudah banyak dilakukan dengan
beberapa metode menggunakan model matematika hingga metode berbasis SIG
dan penginderaan jauh, seperti model matematika berbasis analisis menggunakan
Empirical Orthogonal Function (EOF) untuk mengetahui pola dominan dari
variasi perubahan garis pantai (Azhar et al. 2012), perubahan garis pantai dari
hasil model pengolahan citra satelit Landsat TM (Triwahyuni 2009), model
transformasi gelombang menunjukkan pantai berbentuk tonjolan mengalami
abrasi sedangkan pantai yang berbentuk lekukan mengalami sedimentasi (Dewi
2011) dan perubahan garis pantai berdasarkan analisis tumpang-susun (overlay)
citra satelit pada periode waktu yang berbeda (Yulius dan Ramdhan 2013).
Pemanfaatan data spasial untuk penelitian garis pantai menggunakan
berbagai jenis citra dengan berbagai macam resolusi spasial, menunjukkan bahwa
integrasi citra satelit sangat mungkin dilakukan untuk meningkatkan detail citra
satelit dan ketelitian suatu analisis perubahan, baik secara visual maupun
perhitungan otomatis secara digital. Ketepatan pemilihan metode, jenis citra,
resolusi (spasial dan temporal), waktu akuisisi citra dan kesesuaian tujuan
penelitian sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan interpretasi atau
analisis.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengamati dan mengidentifikasi karakteristik
perubahan garis pantai dengan periode waktu berbeda dari faktor yang
mempengaruhi dengan menggunakan citra satelit WorldView-2 dan IKONOS-2
sebagai informasi spasial di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu Selatan.
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai September 2014.
Pengolahandan analisis data dilakukan di Laboratorium Sistem Informasi
Geografis Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pengamatan lapang pada tanggal 24-25 Juni 2014 bertempat di Pulau Lancang
Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, DKI Jakarta dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Lokasi pengambilan data lapang
Alat dan Bahan
Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan dalam pengolahan data dan
pengamatan di lapang dapat dilihat pada Tabel 1.
3
Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan
Alat dan bahan
Perangkat keras
(hardware)
Perangkat lunak
(software)
GPShand
Spesifikasi
Toshiba dengan intel Core I3
dan printer
ODV, Surfer, Ms. Excel, Ms.
Word, WRPLOT, ERMapper,
ArcGIS, DNRGPS, Google
Earth
Garmin 76csx
Alat tulis
Pensil, pulpen, dan penggaris
Kamera
Canon zoom lens 16x dan
handphone Sony Xperia Z1
Newtop dan gambar citra
WorldView-2 tahun 2010-2011
dan IKONOS-2 tahun 2012
DISHIDROS tahun 2005
Datasheet
Citra
Batimetri
Data prediksi
pasut
Data angin
Data arus
DISHIDROS
ECMWF bulan Januari 2004 –
Maret 2014
OSCAR bulan Januari 2004 –
Juni 2014
Kegunaan
Media input, pengolahan
data dan pencetakan output
Pengolahan data citra dan
analisis data
Pengambilan data posisi
geografis
Mencatat hasil
pengamatan
Dokumentasi hasil
pengamatan
Media hasil pengamatan
Tumpang-susun perubahan
garis pantai
Mengetahui topografi
perairan
Menghasilkan nilai
ketinggian pasang surut
Menghasilkan nilai arah
dan kecepatan angin
Mengetahui pergerakan
massa air
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian berkaitan dengan proses pengumpulan
pengolahan data citra dan data pendukung untuk mencapai hasil penelitian.
data,
Pengumpulan data
Pengumpulan data penelitian terdiri dari data sekunder dan data primer.
Pengambilan data primer dilakukan di lapangan, meliputi: verifikasi citra,
interpretasi citra, dokumentasi dan tracking sepanjang garis pantai. Data sekunder
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah batimetri, data arus, data angin dan
pasang surut sebagai data pendukung. Data pendukung digunakan dalam
menginterpretasikan citra WorldView-2 perekaman citra tanggal 31 Juli 2010,
IKONOS-2 perekaman citra tanggal 21 Agustus 2012 yang diperoleh dari Google
Earth dan citra satelit WorldView-2 yang telah terkoreksi radiometrik dan
geometrik tanggal akuisisi citra 19 Oktober 2011. Jenis dan sumber data yang
digunakan diperlihatkan pada Tabel 2.
4
Tabel 2 Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian
Jenis Data
Tracking
Citra
Sifat Data
P
S
√
√
√
Batimetri
Pasut Tanjung Priok
Angin
Arus
Keterangan: P= Primer dan S= Sekunder
√
√
√
√
Sumber
Pengamatan lapang
WorldView-2 (31 Juli 2010),
WorldView-2 (19 Oktober
2011), dan IKONOS-2 (21
Agustus 2012)
Dishidros tahun 2005
Dishidros
www.ecmwf.int
scar
Pengolahan data citra
Data spasial menggunakan citra satelit 3 tahun terakhir untuk melihat
perubahan garis pantai. Pengolahan citra awal dengan melakukan koreksi
geometrik (uji akurasi antara citra ke citra) menggunakan ERMapper 9 dan
ArcGIS 10 dilakukan pada citra tahun 2010 dan 2012. Citra tahun 2011 dijadikan
sebagai acuan dan diasumsikan memiliki informasi yang benar. Pengambilan titik
GCP (Ground Control Point) diambil secara menyebar pada pengamatan lapang,
memiliki geometrik tetap dengan nilai RMSE (Root Mean Square Error)
diperoleh 3 (Hicks 2006). Kisaran pasang surut terendah yaitu 0.1 m
sedangkan kisaran tertinggi mencapai 1.1 m saat pasang. Hasil prediksi pasang
surut selama 30 hari pada bulan Juni 2014 dapat dilihat pada Gambar 12.
Sumber: DISHIDROS Tahun 2014
Gambar 12 Grafik pasang surut Tanjung Priok
Kedalaman merupakan faktor yang berperan dalam penentuan transport
sedimen dengan adanya stratifikasi kedalaman berpengaruh terhadap abrasi
maupun akresi. Menurut Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (2008)
batimetri di Kepulauan Seribu Selatan termasuk kedalaman perairan dangkal
sekitar 5-30 m. Perubahan garis pantai yang diakibatkan oleh faktor antropogenik
seperti penambangan pasir pantai dapat mengakibatkan perubahan kedalaman
sehingga merubah pola arus dan gelombang pecah di Pulau Lancang Besar. Pada
Gambar 13 dapat dilihat kedalaman yang dimiliki Pulau Lancang termasuk
kedalaman relatif dangkal yang memiliki kedalaman ≤ 30 m dengan kisaran 0.526 m. Metode batimetri menggunakan metode Natural Neighbor merupakan
18
interpolasi untuk daerah penelitian yang relative datar dan dekat dengan garis
pantai sehingga membuat gambar melengkung tanpa interpolasi apapun (Bragal et
al. 2012).
Gambar 13 Sebaran horizontal batimetri Pulau Lancang Kepulauan Seribu
Hasil analisis data arah dan kecepatan angin (Lampiran 2) dari bulan Januari
2004 sampai Maret 2014 menghasilkan persentase distribusi frekuensi kecepatan
angin dan berpengaruh tehadap arus permukaan. Frekuensi kecepatan angin
dominan berada pada kisaran 2.1-3.6 m/s berasal dari Tenggara dengan nilai
sebesar 54.7% pada musim timur, peralihan 2 sebesar 54.5% angin bertiup dari
Utara, dan musim barat sebesar 49.6%, sedangkan peralihan 1 berada pada
frekuensi kecepatan angin dominan pada kisaran 0.5-2.1 m/s sebesar 49.7% angin
bertiup dari Timur Laut.
Arus permukaan laut di perairan Kepulauan Seribu sangat dipengaruhi oleh
pergerakan arus yang besar dari Teluk Jakarta dan Laut Jawa yang dapat
mentransportasikan sedimen (Nagara et al. 2007). Secara umum arus di
Kepulauan Seribu dipengaruhi oleh perubahan musim (Mihardja dan Pranowo
2001). Arus permukaan bergerak ke Timur pada musim barat (November-Maret)
dan arus bergerak ke arah Barat pada musim timur (Mei-September). Pada musim
peralihan (April dan Oktober) pergerakan arus tidak teratur (Wyrtki 1961). Arus
susur pantai (longshore current) cenderung mengalami abrasi pantai karena
sedimen bergerak, selanjutnya sedimen terbawa ke suatu lokasi dimana pengaruh
arus susur pantai akan berkurang dan akhirnya hilang sehingga akan terendapkan
dan mengalami akresi (Nontji 2002). Kecepatan arus perairan (Lampiran 3) pada
saat musim barat berkisar antara 0.157 m/s sedangkan musim timur mencapai
0.082 m/s. Pada musim peralihan 1 dan peralihan 2 kecepatan arus sebesar 0.018
m/s dan 0.035 m/s.
19
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan citra satelit, perubahan garis pantai yang
terjadi di Pulau Lancang bervariasi mengalami abrasi maupun akresi. Lancang
Besar di sisi sebelah utara dan timur laut, garis pantai tidak terlihat adanya
perubahan. Alasannya, pengaruh arus yang membawa dan meninggalkan sedimen
dari Laut Jawa hanya sedikit. Perubahan garis pantai lebih dominan terjadi di
Lancang Besar, sedangkan penambahan daratan baru berada di sekitar tubir Pulau
Lancang. Abrasi terjadi di 7 titik lokasi dan 7 lokasi yang megalami penambahan
daratan baru saat pengamatan lapang. Sedangkan, 6 titik lokasi mengalami akresi
secara alami dan 1 titik mengalami reklamasi. Nilai rata-rata yang mengalami
abrasi berkisar 0.94 sampai 5.98 m/thn, akresi 0.57 sampai 6.32 m/thn dan
penambahan daratan baru sebesar 632 sampai 2400 m2/thn.
Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya perubahan garis pantai adalah
faktor oseanografi, seperti arus, angin dan pasut. Selain itu faktor antropogenik
seperti bangunan pelindungan pantai (breakwater, seawall dan groin), penggalian
pasir, pemanfaatan terumbu karang dan pembangunan jalur transportasi. Terdapat
suatu hubungan antara aspek-aspek oseanografi terhadap ekosistem (mangrove,
lamun dan terumbu karang) sebagai perangkap sedimen di perairan Pulau
Lancang.
Saran
Saran yang diusulkan penulis dalam rangka penelitian lebih lanjut adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian pada musim barat untuk mengetahui seberapa besar
perubahan garis pantai yang mengalami abrasi dan akresi.
2. Pengambilan data observasi (primer) hidro-oseanografi, hidobiologi,
geomorfologi dan sebagainya untuk mendapatkan hasil dan informasi yang
lebih akurat.
20
DAFTAR PUSTAKA
Azhar MR, Suntoyo, Musta’in M. 2012. Analisa perubahan garis pantai Tuban,
Jawa Timur dengan menggunakan Empirical Orthogonal Function (EOF).
Jurnal Teknis ITS. 1(1): G286-G291. ISSN: 2301-9271.
Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. 2008. Taman Nasional Laut Kepulauan
Seribu. TN Kep. Seribu [Internet]. [diunduh 28 September 2014]. Tersedia
pada: http://www.dephut.go.id/uploads/files/TN_Kep_Seribu_2008.pdf.
Bragal F, Tosil L, Prati C, Alberotanza L. 2013. Shoreline detection: capability of
COSMO-SkyMed and high-resolution multispectral images. European
Journal of Remote Sensing. 46: 837-853. doi: 10.5721/EuJRS20134650.
Chandrasekar NV, Viviek J, Saravanan S. 2013. Coastal vulnerability and
shoreline changes for Southern Tip of India- remote sensing and GIS
approach. Journal Earth Science Change. 4: 144. doi: 10.4172/21577617.1000144.
Dewi IP. 2011. Perubahan garis pantai dari pantai Teritip Balikpapan sampai
pantai Ambarawang Kutai Kertanegara Kalimantan Timur [Tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Dial G. 2000. IKONOS satellite mapping accuracy. ASPRS 2000 Proceedings.
Washington DC
Di K, Ma R, Li R. 2003. Geometric processing of IKONOS stereo imagery for
coastal mapping applications. Photogrammetric Engineering and Remote
Sensing. 69 (8): 873-879.
[DISHIDROS] Dinas Hidro-oseanografi. 2014. Buku ramalan pasang surut tide
tables tahun 2014. Jakarta (ID): Dishidros.
Ehrlich LA, Kulhaw FH. 1982. Breakwater, jetties, and groin: a design guide.
New York (US): Cornel University.
Hegde AV. 2010. Coastal erosion and mitigation methods-global state of art.
Indian Journal of Geo-Marine Sciences. 39(4): 521-530.
Hicks SD. 2006. Understanding tides. U. S. Department Of Commerce-National
Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). National Ocean
Service. [Internet]. [diunduh 2014 Agust 16]. Tersedia pada:
http://tidesandcurrents.noaa.gov/publications/Understanding_Tides_by_Ste
acy_finalFINAL11_30.pdf
Lantuit H, Overduin PP, Couture N, Wetterich S, Aré F, Atkinson D, Brown J,
Cherkashov G, Drozdov D et al. 2010. The arctic coastal dynamics
database: a new classification scheme and statistics on arctic permafrost
coastlines. Estuaries and Coasts. doi: 10.1007/s12237-010-9362-6
Li R, Di K, Ma R. 2003. 3D shoreline extraction from IKONOS satellite image.
Marine Geodesy. 26 (1-2): 107-115. doi: 10.1080/01490410306699
Maglione P, Parente C, Vallario A. 2014. Coastline extraction using high
resolution WorldView-2 satellite imagery. European Journal of Remote
Sensing. 47: 685-699. doi: 10.5721/EujRS20144739
Mann KH, Lazier JRN. 2006. Dynamics of marine ecosystems: biologicalphysical interactions in the ocean. Canada: bedrofs Institute of
Oceanography.
21
[MENHUB-RI] Menteri Perhubungan Republik Indonesia. 2011. Peraturan
menteri perhubungan nomor PM 52 tahun 2011 tentang pergerukan dan
reklamasi. [Internet]. [diunduh 25 Januari 2015]. Tersedia pada:
http://hukum.unsrat.ac.id/men/menhub2011_52.pdf
Mihardja DK, Pranowo WS. 2001. Kondisi Perairan Kepulauan Seribu. Pusat
Penelitian Kepariwisataan (P2PAR) dan Pusat Penelitian Kelautan (PPK).
Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.
Nagara GA, Sasongko NA, Olakunle OJ. 2007. Introduction to Java Sea.
Norwegia: University of Stavanger.
Nicholls RJ, Wong PP, Burkett VR, Codignotto JO, Hay JE, McLean RF,
Ragoonaden S, Woodroffe CD. 2007. Coastal systems andlow-lying areas
climate changes: impacts, adaptation and vulnerability. Cambridge (UK):
Cambridge University Press. hlm 315-356.
Nontji A. 2002. Laut Nusantara. Volume ke-3. Jakarta (ID): Djambatan.
Putrajaya G. 2010. Peran positif modal sosial nyambang sebagai alat untuk
mengatasi peningkatan kemiskinan masyarakat nelayan Pulau Lancang Kel.
Pulau Pari, Kec. Kep. Seribu Selatan, Provinsi DKI Jakarta [Tesis]. Jakarta
(ID): Universitas Indonesia.
Purwadhi SH, Sanjoto BT. 2008. Pengantar interpretasi citra penginederaan jauh.
LAPAN-UNES: Jakarta .
Puetz AM, Lee K, Olsen RC. 2009. WorldView-2 data simulation and analysis
results. Proc. Of SPIE. 7334: 73340U1-73340U9. doi: 10.1117/12.818187.
Sachoemar SI. 2008. Karakteristik lingkungan perairan Kepulauan Seribu. Jurnal
Air Indonesia. 4(2):109-114.
Sakka, Purba M, Nurjaya IW, Pawitan H, Siregar VP. 2011. Studi perubahan
garis pantai di delta sungai Jeneberang, Makassar. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis: 3(2):112-126.
Satyanta P. 2010. Deteksi perubahan garis pantai melalui citra penginderaan jauh
di Pantai Utara Semarang Demak. Jurnal Geografi. 7(1): 30-38.
Triwahyuni A. 2009. Model perubahan garis pantai Timur Tarakan, Kalimantan
Timur [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wyrtki K. 1961. Physical oceanography of the Southeast Asian waters. Naga
Report Vol 2. La Jolla, California: Scripps Institution of Oceanography.
Yulius, Ramdhan M. 2013. Perubahan garis pantai di Teluk Bungus Kota Padang,
Provinsi Sumatera Barat berdasarkan analisis citra satelit. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis. 5(2): 417-427.
22
LAMPIRAN
Lampiran 1 Koreksi pasang surut
Lampiran 2 Angin musiman bulan Januari 2004-Maret 2014 (i) Windrose (ii)
Distribusi frekuensi
(i)
(ii)
a Musim barat
23
(i)
(ii)
b Musim peralihan 1
(i)
(ii)
c Musim Timur
(i)
(ii)
d Musim peralihan 2
24
Lampiran 3 Peta sebaran arus permukaan musiman (i) Laut Jawa (ii) Pulau
Lancang
(i)
(ii)
a Musim Barat
25
(i)
(ii)
b Musim Peralihan 1
26
(i)
(ii)
c Musim Timur
27
(i)
(ii)
d Musim Peralihan 2
28
Lampiran 4 Dokumentasi Pulau Lancang
(a) Hutan mangrove
(b) Rubble
(c) Seawall (hard engineering)
(d) Akresi
(e) Sampah di sekitar Pulau Lancang
(f) Dermaga di sisi barat Lancang Besar
(g) Penambangan pasir
(h) Bahan bangunan dari terumbu karang
29
Lampiran 5 Lokasi titik yang mengalami abrasi di Pulau Lancang
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
a Lokasi yang mengalami abrasi di Pulau Lancang
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
b Lokasi 1 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
30
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
c Lokasi 2 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
d Lokasi 3 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
31
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
e Lokasi 4 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
f Lokasi 5 yang mengalami abrasi di Lancang Kecil
32
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
g Lokasi 6 yang mengalami abrasi di Lancang Kecil
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
h Lokasi 7 yang mengalami abrasi di Lancang Kecil
33
Lampiran 6
Lokasi titik yang mengalami penambahan garis pantai di Pulau
Lancang
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
a Lokasi yang mengalami penambahan garis pantai di Pulau Lancang
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
b Lokasi 1 yang mengalami akresi di Lancang Besar
34
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
c Lokasi 2 yang mengalami akresi di Lancang Besar
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
d Lokasi 3 yang mengalami akresi di Lancang Besar
35
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
e Lokasi 4 yang mengalami akresi di Lancang Kecil
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
f Lokasi 5 yang mengalami akresi di Lancang Kecil
36
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
g Lokasi 6 yang mengalami akresi di Lancang Kecil
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
h Lokasi 7 yang mengalami reklamasi di Lancang Besar
37
Lampiran 7
Lokasi titik penambahan daratan baru berupa endapan di Pulau
Lancang
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
a Lokasi yang mengalami penambahan daratan di Pulau Lancang
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
b Lokasi 1 yang mengalami penambahan daratan di Lancang Besar
38
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
c Lokasi 2 yang mengalami penambahan daratan di Lancang Besar
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
d Lokasi 3 yang mengalami penambahan daratan di Lancang Besar
39
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
e Lokasi 4 yang mengalami penambahan daratan di Lancang Kecil
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
f Lokasi 5 yang mengalami penambahan daratan di Lancang Kecil
40
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
g Lokasi 6 yang mengalami penambahan daratan di Lancang Kecil
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
h Lokasi 7 yang mengalami penambahan daratan di Lancang Kecil
41
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1993
sebagai anak ke empat dari orang tua bernama Danny Sumardenni
dan Elly. Penulis lulus dari SMAI Sa’id Naum Jakarta pada tahun
2010. Tahun 2010 penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan.
Semasa kuliah penulis aktif sebagai asisten mata kuliah Iktiologi pada
tahun ajaran 2012-2013, asisten mata kuliah Akustik Kelautan tahun ajaran 20132014, dan asisten mata kuliah Pemetaan Sumberdaya Hayati Kelautan pada tahun
2013-2014. Penulis juga aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu dan
Teknologi Kelautan tahun 2011-2012 dan 2012-2013. Penulis menyelesaikan
studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dengan skripsi yang berjudul
“Perubahan Garis Pantai Pulau Lancang Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
Menggunakan Citra Satelit”.
PULAU LANCANG KEPULAUAN SERIBU,
DKI JAKARTA MENGGUNAKAN CITRA SATELIT
CHIQUITA AYU PUTRI MARDHANI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Garis Pantai
Pulau Lancang Kepulauan Seribu, DKI Jakarta Menggunakan Citra Satelit adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Chiquita Ayu Putri Mardhani
NIM C54100037
*
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB
harus didasarkan pada kerja sama yang terkait
ABSTRAK
CHIQUITA AYU PUTRI MARDHANI. Perubahan Garis Pantai Pulau Lancang
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta Menggunakan Citra Satelit. Dibimbing oleh
SYAMSUL BAHRI AGUS dan NYOMAN METTA NYANAKUMARA
NATIH.
Perubahan garis pantai di Pulau Lancang dipengaruhi oleh pergerakan
massa air dari Teluk Jakarta dan Laut Jawa. Tujuan penelitian ini adalah
mengamati dan mengidentifikasi karakteristik perubahan garis pantai di sepanjang
Pulau Lancang dalam kurun waktu 2010-2014. Metode penelitian ini
menggunakan pengambilan data lapang, tumpang-susun, digitasi gambar dan
pemrosesan data pendukung berupa data oseanografi. Pengambilan data lapang
meliputi: verifikasi citra dan traking sepanjang garis pantai. Citra satelit yang
digunakan WorldView-2 tahun 2010-2011 dan IKONOS-2 tahun 2012. Perubahan
garis pantai paling dominan berada di Pulau Lancang Besar. Hasil analisis jarak
perubahan garis pantai menunjukkan abrasi sebesar 0.94-5.98 m/thn dan akresi
sebesar 0.57-6.32 m/thn terjadi di Lancang Besar disebabkan aktivitas manusia
dan kondisi alam. Sedangkan hasil analisis luas area penambahan daratan baru
sebesar 632-2399 m2/thn lebih dominan di Lancang Kecil.
Kata kunci: abrasi, akresi, citra satelit, penambahan daratan baru
ABSTRACT
CHIQUITA AYU PUTRI MARDHANI. Coastline Changes Detection in Lancang
Island Seribu Islands, DKI Jakarta Using Satellite Images. Supervised by
SYAMSUL BAHRI AGUS and NYOMAN METTA NYANAKUMARA
NATIH.
The coastline changes in Lancang Island is influenced by the movement of
water mass from the Bay of Jakarta and Java Sea. The objectives of this research
are to observe and identify the characteristics of coastline changes along the
Lancang Island during 2010 to- 2014. The methods used are field data collection,
images overlay, on-screen digitization and oceanographical data processing. The
field observations include: images verification and data tracking along the
coastline. Satellite imagery was derived from WorldView-2 for the period of
2010-2011 and IKONOS-2 for the period of 2012. The most dominant changes of
coastline was found in Lancang Besar Island. The distance resulted from shoreline
change analysis indicated an abrasion of 0.94-5.98 m/yr and accretion of 0.576.32 m/yr which occurs in Lancang Besar due to human activities and natural
conditions. On the other hand the analysis of land area suggested an a addition of
new area, where is highly dominated in Lancang Kecil around 632-2399 m2/yr.
Keywords: abrasion, accretion, addition of new land, satellite images
PERUBAHAN GARIS PANTAI
PULAU LANCANG KEPULAUAN SERIBU,
DKI JAKARTA MENGGUNAKAN CITRA SATELIT
CHIQUITA AYU PUTRI MARDHANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Perubahan Garis Pantai Pulau Lancang Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta Menggunakan Citra Satelit
Nama
: Chiquita Ayu Putri Mardhani
NIM
: C54100037
Disetujui oleh
Dr. Syamsul Bahri Agus,S.Pi M.Si
Pembimbing I
Dr.Ir. Nyoman M.N. Natih, M.Si
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr.Ir.I Wayan Nurjaya, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian dan waktu dilaksanakan pada bulan Juni hingga September 2014
ini ialah garis pantai, dengan judul Perubahan Garis Pantai Pulau Lancang
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta Menggunakan Citra Satelit.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Syamsul Bahri Agus, S.Pi,
M.Si dan Bapak Dr. Ir. Nyoman M. N. Natih, M.Si selaku pembimbing. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Vincentius P.
Siregar, DEA selaku dosen penguji, Bapak Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc selaku
ketua departemen, Bapak Dr.Henry M. Manik, S.Pi, M.T selaku ketua komisi
pendidikan dan seluruh staff Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, seluruh keluarga,
teman-teman dan warga Pulau Lancang atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2015
Chiquita Ayu Putri Mardhani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Lokasi Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Tahapan Penelitian
3
Pengumpulan data
3
Pengolahan data citra
4
Pengolahan data pendukung
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Interpretasi Citra
7
Perubahan Garis Pantai
7
Abrasi
Penambahan garis pantai
Penambahan daratan baru
Faktor yang Mempengaruhi
SIMPULAN DAN SARAN
8
11
14
16
19
Simpulan
19
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
22
RIWAYAT HIDUP
41
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
Alat dan bahan
Jenis dan sumber data
Spesifikasi citra satelit
Nilai spektral kanal citra
Analisis jarak perubahan garis pantai (abrasi) hasil digitized on-screen
selama tahun 2010-2014
6 Analisis jarak penambahan garis pantai hasil digitized on-screen selama
tahun 2010-2014
7 Luas area penambahan daratan baru hasil digitized on-screen selama
tahun 2010-2014
3
4
5
5
10
13
16
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lokasi pengamatan lapang
Kemiringan dasar pantai
Posisi tinggi muka air saat perekaman citra
Bagan alir tahap penelitian perubahan garis pantai
Kenampakan citra WorldView-2 tahun perekaman 2010 Pulau Lancang,
Kepulauan Seribu Selatan
Lokasi perubahan garis pantai yang mengalami abrasi hasil overlay
tahun 2010 sampai 2014
Lokasi perubahan garis pantai yang mengalami abrasi
Lokasi penambahan garis pantai hasil overlay tahun 2010 sampai 2014
Lokasi penambahan garis pantai
Lokasi terjadinya penambahan daratan baru hasil overlay tahun 2010
sampai 2014
Lokasi terjadinya penambahan daratan baru
Grafik pasang surut Tanjung Priok
Sebaran horizontal batimetri Pulau Lancang
2
5
6
6
7
8
9
11
12
14
15
17
18
DAFTAR LAMPIRAN
1 Koreksi pasang surut
2 Angin musiman bulan Januari 2004 - Maret 2014
a Musim Barat
b Musim Peralihan 1
c Musim Timur
d Musim Peralihan 2
3 Peta sebaran arus permukaan musiman
a Musim Barat
b Musim Peralihan 1
c Musim Timur
d Musim Peralihan 2
4 Dokumentasi Pulau Lancang
22
22
23
23
23
23
24
24
25
26
27
28
5
6
7
Lokasi titik yang mengalami abrasi di Pulau Lancang
a Lokasi yang mengalami abrasi di Pulau Lancang
b Lokasi 1 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
c Lokasi 2 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
d Lokasi 3 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
e Lokasi 4 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
f Lokasi 5 yang mengalami abrasi di Lancang Kecil
g Lokasi 6 yang mengalami abrasi di Lancang Kecil
h Lokasi 7 yang mengalami abrasi di Lancang Kecil
Lokasi titik yang mengalami penambahan garis pantai di Pulau Lancang
a Lokasi yang mengalami penambahan garis pantai di Pulau Lancang
b Lokasi 1 yang mengalami akresi di Lancang Besar
c Lokasi 2 yang mengalami akresi di Lancang Besar
d Lokasi 3 yang mengalami akresi di Lancang Besar
e Lokasi 4 yang mengalami akresi di Lancang Kecil
f Lokasi 5 yang mengalami akresi di Lancang Kecil
g Lokasi 6 yang mengalami akresi di Lancang Kecil
h Lokasi 7 yang mengalami reklamasi di Lancang Besar
Lokasi titik penambahan daratan baru berupa endapan di Pulau Lancang
a Lokasi yang mengalami penambahan daratan baru di Pulau Lancang
b Lokasi 1 penambahan daratan baru di Lancang Besar
c Lokasi 2 penambahan daratan baru di Lancang Besar
d Lokasi 3 penambahan daratan baru di Lancang Besar
e Lokasi 4 penambahan daratan baru di Pulau Lancang Kecil
f Lokasi 5 penambahan daratan baru di Pulau Lancang Kecil
g Lokasi 6 penambahan daratan baru di Pulau Lancang Kecil
h Lokasi 7 penambahan daratan baru di Pulau Lancang Kecil
29
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
37
38
38
39
39
40
40
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara geografis kawasan Pulau Lancang merupakan salah satu pulau kecil
di Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan sebagian perairan
pantai ditumbuhi ekosistem mangrove dan topografi yang landai diatas permukaan
laut (Sachoemar 2008). Pulau Lancang memiliki karakteristik unik dengan
perubahan garis pantai yang dipengaruhi oleh pergerakan massa air dari Teluk
Jakarta dan Laut Jawa melalui muatan sedimen berlebih dan banyaknya aktivitas
masyarakat yang dapat merubah keseimbangan garis pantai. Perubahan tersebut
besar maupun kecil pasti akan berdampak pada unsur lainnya dan mempengaruhi
dinamika alam dari waktu ke waktu. Suatu pantai akan mengalami abrasi, akresi
atau tetap stabil tergantung dari sedimen yang masuk dan meninggalkan pantai
tersebut.
Menurut Sakka et al. (2011) untuk keperluan perencanaan pengelolaan
kawasan pantai diperlukan penelitian mengenai perubahan garis pantai agar
pembangunan yang dilakukan tidak berdampak terhadap lingkungan. Pemantauan
perubahan garis pantai dapat digambarkan menggunakan data spasial berupa citra
satelit. Penggunaan citra satelit merupakan cara efektif untuk memperoleh
informasi dan keperluan monitoring perubahan garis pantai, karena citra satelit
mengarah pada peningkatan resolusi spasial dan temporal (di et al. 2003; li et al.
2003)
Penelitian mengenai perubahan garis pantai sudah banyak dilakukan dengan
beberapa metode menggunakan model matematika hingga metode berbasis SIG
dan penginderaan jauh, seperti model matematika berbasis analisis menggunakan
Empirical Orthogonal Function (EOF) untuk mengetahui pola dominan dari
variasi perubahan garis pantai (Azhar et al. 2012), perubahan garis pantai dari
hasil model pengolahan citra satelit Landsat TM (Triwahyuni 2009), model
transformasi gelombang menunjukkan pantai berbentuk tonjolan mengalami
abrasi sedangkan pantai yang berbentuk lekukan mengalami sedimentasi (Dewi
2011) dan perubahan garis pantai berdasarkan analisis tumpang-susun (overlay)
citra satelit pada periode waktu yang berbeda (Yulius dan Ramdhan 2013).
Pemanfaatan data spasial untuk penelitian garis pantai menggunakan
berbagai jenis citra dengan berbagai macam resolusi spasial, menunjukkan bahwa
integrasi citra satelit sangat mungkin dilakukan untuk meningkatkan detail citra
satelit dan ketelitian suatu analisis perubahan, baik secara visual maupun
perhitungan otomatis secara digital. Ketepatan pemilihan metode, jenis citra,
resolusi (spasial dan temporal), waktu akuisisi citra dan kesesuaian tujuan
penelitian sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan interpretasi atau
analisis.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengamati dan mengidentifikasi karakteristik
perubahan garis pantai dengan periode waktu berbeda dari faktor yang
mempengaruhi dengan menggunakan citra satelit WorldView-2 dan IKONOS-2
sebagai informasi spasial di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu Selatan.
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai September 2014.
Pengolahandan analisis data dilakukan di Laboratorium Sistem Informasi
Geografis Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pengamatan lapang pada tanggal 24-25 Juni 2014 bertempat di Pulau Lancang
Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, DKI Jakarta dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Lokasi pengambilan data lapang
Alat dan Bahan
Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan dalam pengolahan data dan
pengamatan di lapang dapat dilihat pada Tabel 1.
3
Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan
Alat dan bahan
Perangkat keras
(hardware)
Perangkat lunak
(software)
GPShand
Spesifikasi
Toshiba dengan intel Core I3
dan printer
ODV, Surfer, Ms. Excel, Ms.
Word, WRPLOT, ERMapper,
ArcGIS, DNRGPS, Google
Earth
Garmin 76csx
Alat tulis
Pensil, pulpen, dan penggaris
Kamera
Canon zoom lens 16x dan
handphone Sony Xperia Z1
Newtop dan gambar citra
WorldView-2 tahun 2010-2011
dan IKONOS-2 tahun 2012
DISHIDROS tahun 2005
Datasheet
Citra
Batimetri
Data prediksi
pasut
Data angin
Data arus
DISHIDROS
ECMWF bulan Januari 2004 –
Maret 2014
OSCAR bulan Januari 2004 –
Juni 2014
Kegunaan
Media input, pengolahan
data dan pencetakan output
Pengolahan data citra dan
analisis data
Pengambilan data posisi
geografis
Mencatat hasil
pengamatan
Dokumentasi hasil
pengamatan
Media hasil pengamatan
Tumpang-susun perubahan
garis pantai
Mengetahui topografi
perairan
Menghasilkan nilai
ketinggian pasang surut
Menghasilkan nilai arah
dan kecepatan angin
Mengetahui pergerakan
massa air
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian berkaitan dengan proses pengumpulan
pengolahan data citra dan data pendukung untuk mencapai hasil penelitian.
data,
Pengumpulan data
Pengumpulan data penelitian terdiri dari data sekunder dan data primer.
Pengambilan data primer dilakukan di lapangan, meliputi: verifikasi citra,
interpretasi citra, dokumentasi dan tracking sepanjang garis pantai. Data sekunder
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah batimetri, data arus, data angin dan
pasang surut sebagai data pendukung. Data pendukung digunakan dalam
menginterpretasikan citra WorldView-2 perekaman citra tanggal 31 Juli 2010,
IKONOS-2 perekaman citra tanggal 21 Agustus 2012 yang diperoleh dari Google
Earth dan citra satelit WorldView-2 yang telah terkoreksi radiometrik dan
geometrik tanggal akuisisi citra 19 Oktober 2011. Jenis dan sumber data yang
digunakan diperlihatkan pada Tabel 2.
4
Tabel 2 Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian
Jenis Data
Tracking
Citra
Sifat Data
P
S
√
√
√
Batimetri
Pasut Tanjung Priok
Angin
Arus
Keterangan: P= Primer dan S= Sekunder
√
√
√
√
Sumber
Pengamatan lapang
WorldView-2 (31 Juli 2010),
WorldView-2 (19 Oktober
2011), dan IKONOS-2 (21
Agustus 2012)
Dishidros tahun 2005
Dishidros
www.ecmwf.int
scar
Pengolahan data citra
Data spasial menggunakan citra satelit 3 tahun terakhir untuk melihat
perubahan garis pantai. Pengolahan citra awal dengan melakukan koreksi
geometrik (uji akurasi antara citra ke citra) menggunakan ERMapper 9 dan
ArcGIS 10 dilakukan pada citra tahun 2010 dan 2012. Citra tahun 2011 dijadikan
sebagai acuan dan diasumsikan memiliki informasi yang benar. Pengambilan titik
GCP (Ground Control Point) diambil secara menyebar pada pengamatan lapang,
memiliki geometrik tetap dengan nilai RMSE (Root Mean Square Error)
diperoleh 3 (Hicks 2006). Kisaran pasang surut terendah yaitu 0.1 m
sedangkan kisaran tertinggi mencapai 1.1 m saat pasang. Hasil prediksi pasang
surut selama 30 hari pada bulan Juni 2014 dapat dilihat pada Gambar 12.
Sumber: DISHIDROS Tahun 2014
Gambar 12 Grafik pasang surut Tanjung Priok
Kedalaman merupakan faktor yang berperan dalam penentuan transport
sedimen dengan adanya stratifikasi kedalaman berpengaruh terhadap abrasi
maupun akresi. Menurut Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (2008)
batimetri di Kepulauan Seribu Selatan termasuk kedalaman perairan dangkal
sekitar 5-30 m. Perubahan garis pantai yang diakibatkan oleh faktor antropogenik
seperti penambangan pasir pantai dapat mengakibatkan perubahan kedalaman
sehingga merubah pola arus dan gelombang pecah di Pulau Lancang Besar. Pada
Gambar 13 dapat dilihat kedalaman yang dimiliki Pulau Lancang termasuk
kedalaman relatif dangkal yang memiliki kedalaman ≤ 30 m dengan kisaran 0.526 m. Metode batimetri menggunakan metode Natural Neighbor merupakan
18
interpolasi untuk daerah penelitian yang relative datar dan dekat dengan garis
pantai sehingga membuat gambar melengkung tanpa interpolasi apapun (Bragal et
al. 2012).
Gambar 13 Sebaran horizontal batimetri Pulau Lancang Kepulauan Seribu
Hasil analisis data arah dan kecepatan angin (Lampiran 2) dari bulan Januari
2004 sampai Maret 2014 menghasilkan persentase distribusi frekuensi kecepatan
angin dan berpengaruh tehadap arus permukaan. Frekuensi kecepatan angin
dominan berada pada kisaran 2.1-3.6 m/s berasal dari Tenggara dengan nilai
sebesar 54.7% pada musim timur, peralihan 2 sebesar 54.5% angin bertiup dari
Utara, dan musim barat sebesar 49.6%, sedangkan peralihan 1 berada pada
frekuensi kecepatan angin dominan pada kisaran 0.5-2.1 m/s sebesar 49.7% angin
bertiup dari Timur Laut.
Arus permukaan laut di perairan Kepulauan Seribu sangat dipengaruhi oleh
pergerakan arus yang besar dari Teluk Jakarta dan Laut Jawa yang dapat
mentransportasikan sedimen (Nagara et al. 2007). Secara umum arus di
Kepulauan Seribu dipengaruhi oleh perubahan musim (Mihardja dan Pranowo
2001). Arus permukaan bergerak ke Timur pada musim barat (November-Maret)
dan arus bergerak ke arah Barat pada musim timur (Mei-September). Pada musim
peralihan (April dan Oktober) pergerakan arus tidak teratur (Wyrtki 1961). Arus
susur pantai (longshore current) cenderung mengalami abrasi pantai karena
sedimen bergerak, selanjutnya sedimen terbawa ke suatu lokasi dimana pengaruh
arus susur pantai akan berkurang dan akhirnya hilang sehingga akan terendapkan
dan mengalami akresi (Nontji 2002). Kecepatan arus perairan (Lampiran 3) pada
saat musim barat berkisar antara 0.157 m/s sedangkan musim timur mencapai
0.082 m/s. Pada musim peralihan 1 dan peralihan 2 kecepatan arus sebesar 0.018
m/s dan 0.035 m/s.
19
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan citra satelit, perubahan garis pantai yang
terjadi di Pulau Lancang bervariasi mengalami abrasi maupun akresi. Lancang
Besar di sisi sebelah utara dan timur laut, garis pantai tidak terlihat adanya
perubahan. Alasannya, pengaruh arus yang membawa dan meninggalkan sedimen
dari Laut Jawa hanya sedikit. Perubahan garis pantai lebih dominan terjadi di
Lancang Besar, sedangkan penambahan daratan baru berada di sekitar tubir Pulau
Lancang. Abrasi terjadi di 7 titik lokasi dan 7 lokasi yang megalami penambahan
daratan baru saat pengamatan lapang. Sedangkan, 6 titik lokasi mengalami akresi
secara alami dan 1 titik mengalami reklamasi. Nilai rata-rata yang mengalami
abrasi berkisar 0.94 sampai 5.98 m/thn, akresi 0.57 sampai 6.32 m/thn dan
penambahan daratan baru sebesar 632 sampai 2400 m2/thn.
Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya perubahan garis pantai adalah
faktor oseanografi, seperti arus, angin dan pasut. Selain itu faktor antropogenik
seperti bangunan pelindungan pantai (breakwater, seawall dan groin), penggalian
pasir, pemanfaatan terumbu karang dan pembangunan jalur transportasi. Terdapat
suatu hubungan antara aspek-aspek oseanografi terhadap ekosistem (mangrove,
lamun dan terumbu karang) sebagai perangkap sedimen di perairan Pulau
Lancang.
Saran
Saran yang diusulkan penulis dalam rangka penelitian lebih lanjut adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian pada musim barat untuk mengetahui seberapa besar
perubahan garis pantai yang mengalami abrasi dan akresi.
2. Pengambilan data observasi (primer) hidro-oseanografi, hidobiologi,
geomorfologi dan sebagainya untuk mendapatkan hasil dan informasi yang
lebih akurat.
20
DAFTAR PUSTAKA
Azhar MR, Suntoyo, Musta’in M. 2012. Analisa perubahan garis pantai Tuban,
Jawa Timur dengan menggunakan Empirical Orthogonal Function (EOF).
Jurnal Teknis ITS. 1(1): G286-G291. ISSN: 2301-9271.
Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. 2008. Taman Nasional Laut Kepulauan
Seribu. TN Kep. Seribu [Internet]. [diunduh 28 September 2014]. Tersedia
pada: http://www.dephut.go.id/uploads/files/TN_Kep_Seribu_2008.pdf.
Bragal F, Tosil L, Prati C, Alberotanza L. 2013. Shoreline detection: capability of
COSMO-SkyMed and high-resolution multispectral images. European
Journal of Remote Sensing. 46: 837-853. doi: 10.5721/EuJRS20134650.
Chandrasekar NV, Viviek J, Saravanan S. 2013. Coastal vulnerability and
shoreline changes for Southern Tip of India- remote sensing and GIS
approach. Journal Earth Science Change. 4: 144. doi: 10.4172/21577617.1000144.
Dewi IP. 2011. Perubahan garis pantai dari pantai Teritip Balikpapan sampai
pantai Ambarawang Kutai Kertanegara Kalimantan Timur [Tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Dial G. 2000. IKONOS satellite mapping accuracy. ASPRS 2000 Proceedings.
Washington DC
Di K, Ma R, Li R. 2003. Geometric processing of IKONOS stereo imagery for
coastal mapping applications. Photogrammetric Engineering and Remote
Sensing. 69 (8): 873-879.
[DISHIDROS] Dinas Hidro-oseanografi. 2014. Buku ramalan pasang surut tide
tables tahun 2014. Jakarta (ID): Dishidros.
Ehrlich LA, Kulhaw FH. 1982. Breakwater, jetties, and groin: a design guide.
New York (US): Cornel University.
Hegde AV. 2010. Coastal erosion and mitigation methods-global state of art.
Indian Journal of Geo-Marine Sciences. 39(4): 521-530.
Hicks SD. 2006. Understanding tides. U. S. Department Of Commerce-National
Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). National Ocean
Service. [Internet]. [diunduh 2014 Agust 16]. Tersedia pada:
http://tidesandcurrents.noaa.gov/publications/Understanding_Tides_by_Ste
acy_finalFINAL11_30.pdf
Lantuit H, Overduin PP, Couture N, Wetterich S, Aré F, Atkinson D, Brown J,
Cherkashov G, Drozdov D et al. 2010. The arctic coastal dynamics
database: a new classification scheme and statistics on arctic permafrost
coastlines. Estuaries and Coasts. doi: 10.1007/s12237-010-9362-6
Li R, Di K, Ma R. 2003. 3D shoreline extraction from IKONOS satellite image.
Marine Geodesy. 26 (1-2): 107-115. doi: 10.1080/01490410306699
Maglione P, Parente C, Vallario A. 2014. Coastline extraction using high
resolution WorldView-2 satellite imagery. European Journal of Remote
Sensing. 47: 685-699. doi: 10.5721/EujRS20144739
Mann KH, Lazier JRN. 2006. Dynamics of marine ecosystems: biologicalphysical interactions in the ocean. Canada: bedrofs Institute of
Oceanography.
21
[MENHUB-RI] Menteri Perhubungan Republik Indonesia. 2011. Peraturan
menteri perhubungan nomor PM 52 tahun 2011 tentang pergerukan dan
reklamasi. [Internet]. [diunduh 25 Januari 2015]. Tersedia pada:
http://hukum.unsrat.ac.id/men/menhub2011_52.pdf
Mihardja DK, Pranowo WS. 2001. Kondisi Perairan Kepulauan Seribu. Pusat
Penelitian Kepariwisataan (P2PAR) dan Pusat Penelitian Kelautan (PPK).
Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.
Nagara GA, Sasongko NA, Olakunle OJ. 2007. Introduction to Java Sea.
Norwegia: University of Stavanger.
Nicholls RJ, Wong PP, Burkett VR, Codignotto JO, Hay JE, McLean RF,
Ragoonaden S, Woodroffe CD. 2007. Coastal systems andlow-lying areas
climate changes: impacts, adaptation and vulnerability. Cambridge (UK):
Cambridge University Press. hlm 315-356.
Nontji A. 2002. Laut Nusantara. Volume ke-3. Jakarta (ID): Djambatan.
Putrajaya G. 2010. Peran positif modal sosial nyambang sebagai alat untuk
mengatasi peningkatan kemiskinan masyarakat nelayan Pulau Lancang Kel.
Pulau Pari, Kec. Kep. Seribu Selatan, Provinsi DKI Jakarta [Tesis]. Jakarta
(ID): Universitas Indonesia.
Purwadhi SH, Sanjoto BT. 2008. Pengantar interpretasi citra penginederaan jauh.
LAPAN-UNES: Jakarta .
Puetz AM, Lee K, Olsen RC. 2009. WorldView-2 data simulation and analysis
results. Proc. Of SPIE. 7334: 73340U1-73340U9. doi: 10.1117/12.818187.
Sachoemar SI. 2008. Karakteristik lingkungan perairan Kepulauan Seribu. Jurnal
Air Indonesia. 4(2):109-114.
Sakka, Purba M, Nurjaya IW, Pawitan H, Siregar VP. 2011. Studi perubahan
garis pantai di delta sungai Jeneberang, Makassar. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis: 3(2):112-126.
Satyanta P. 2010. Deteksi perubahan garis pantai melalui citra penginderaan jauh
di Pantai Utara Semarang Demak. Jurnal Geografi. 7(1): 30-38.
Triwahyuni A. 2009. Model perubahan garis pantai Timur Tarakan, Kalimantan
Timur [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wyrtki K. 1961. Physical oceanography of the Southeast Asian waters. Naga
Report Vol 2. La Jolla, California: Scripps Institution of Oceanography.
Yulius, Ramdhan M. 2013. Perubahan garis pantai di Teluk Bungus Kota Padang,
Provinsi Sumatera Barat berdasarkan analisis citra satelit. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis. 5(2): 417-427.
22
LAMPIRAN
Lampiran 1 Koreksi pasang surut
Lampiran 2 Angin musiman bulan Januari 2004-Maret 2014 (i) Windrose (ii)
Distribusi frekuensi
(i)
(ii)
a Musim barat
23
(i)
(ii)
b Musim peralihan 1
(i)
(ii)
c Musim Timur
(i)
(ii)
d Musim peralihan 2
24
Lampiran 3 Peta sebaran arus permukaan musiman (i) Laut Jawa (ii) Pulau
Lancang
(i)
(ii)
a Musim Barat
25
(i)
(ii)
b Musim Peralihan 1
26
(i)
(ii)
c Musim Timur
27
(i)
(ii)
d Musim Peralihan 2
28
Lampiran 4 Dokumentasi Pulau Lancang
(a) Hutan mangrove
(b) Rubble
(c) Seawall (hard engineering)
(d) Akresi
(e) Sampah di sekitar Pulau Lancang
(f) Dermaga di sisi barat Lancang Besar
(g) Penambangan pasir
(h) Bahan bangunan dari terumbu karang
29
Lampiran 5 Lokasi titik yang mengalami abrasi di Pulau Lancang
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
a Lokasi yang mengalami abrasi di Pulau Lancang
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
b Lokasi 1 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
30
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
c Lokasi 2 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
d Lokasi 3 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
31
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
e Lokasi 4 yang mengalami abrasi di Lancang Besar
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
f Lokasi 5 yang mengalami abrasi di Lancang Kecil
32
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
g Lokasi 6 yang mengalami abrasi di Lancang Kecil
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
h Lokasi 7 yang mengalami abrasi di Lancang Kecil
33
Lampiran 6
Lokasi titik yang mengalami penambahan garis pantai di Pulau
Lancang
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
a Lokasi yang mengalami penambahan garis pantai di Pulau Lancang
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
b Lokasi 1 yang mengalami akresi di Lancang Besar
34
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
c Lokasi 2 yang mengalami akresi di Lancang Besar
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
d Lokasi 3 yang mengalami akresi di Lancang Besar
35
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
e Lokasi 4 yang mengalami akresi di Lancang Kecil
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
f Lokasi 5 yang mengalami akresi di Lancang Kecil
36
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
g Lokasi 6 yang mengalami akresi di Lancang Kecil
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
h Lokasi 7 yang mengalami reklamasi di Lancang Besar
37
Lampiran 7
Lokasi titik penambahan daratan baru berupa endapan di Pulau
Lancang
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
a Lokasi yang mengalami penambahan daratan di Pulau Lancang
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
b Lokasi 1 yang mengalami penambahan daratan di Lancang Besar
38
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
c Lokasi 2 yang mengalami penambahan daratan di Lancang Besar
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
d Lokasi 3 yang mengalami penambahan daratan di Lancang Besar
39
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
e Lokasi 4 yang mengalami penambahan daratan di Lancang Kecil
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
f Lokasi 5 yang mengalami penambahan daratan di Lancang Kecil
40
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
g Lokasi 6 yang mengalami penambahan daratan di Lancang Kecil
(1) Overlay
(2) 2010
(3) 2011
(4) 2012
h Lokasi 7 yang mengalami penambahan daratan di Lancang Kecil
41
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1993
sebagai anak ke empat dari orang tua bernama Danny Sumardenni
dan Elly. Penulis lulus dari SMAI Sa’id Naum Jakarta pada tahun
2010. Tahun 2010 penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan.
Semasa kuliah penulis aktif sebagai asisten mata kuliah Iktiologi pada
tahun ajaran 2012-2013, asisten mata kuliah Akustik Kelautan tahun ajaran 20132014, dan asisten mata kuliah Pemetaan Sumberdaya Hayati Kelautan pada tahun
2013-2014. Penulis juga aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu dan
Teknologi Kelautan tahun 2011-2012 dan 2012-2013. Penulis menyelesaikan
studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dengan skripsi yang berjudul
“Perubahan Garis Pantai Pulau Lancang Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
Menggunakan Citra Satelit”.