Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor
1
ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS
KOTORAN DOMBA PADA KELOMPOK TERNAK
TEGUH MANDIRI DESA NAGRAK BOGOR
RADEN YUNADIE ADLIE
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
2
3
ABSTRAK
RADEN YUNADIE ADLIE. Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas
Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor.
Dibimbing oleh SUHARNO
Peningkatan peternakan juga diikuti oleh limbah peternakan yang ikut
meningkat. Unit pengolahan biogas merupakan alternatif yang tepat dalam
menanggulangi permasalahan limbah ternak. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis kelayakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri dalam perencanaan
pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba. Analisis tersebut meliputi aspek
nonfinansial dan finansial serta tingkat kepekaan unit bisnis. Hasil penelitian
menyimpulkan aspek nonfinansial pendirian unit pengolahan biogas ini sudah
terpenuhi. Kelayakan pendirian unit pengolahan biogas dari aspek finansial
ditunjukan dari nilai NPV sebesar Rp.209.416.798, Net B/C 2,31, IRR 26.41%
dan Payback periode 4,303 tahun. Hasil uji kepekaan unit pengolahan biogas
masih dapat bertahan atas penurunan input sebesar 29,447517%, penurunan harga
jual sebesar 25,9038328% dan kenaikan biaya variabel sebesar 215,257202%
Kata kunci : Kelayakan, Pendirian Unit Pengolahan Biogas
ABSTRACT
RADEN YUNADIE ADLIE. Analysis Feasibility of Establishment Biogas
Unit Sheep Waste Plant at Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor.
Supervised by SUHARNO
Increased livestock followed also increased by the livestock waste. Biogas
fecal waste treatment plant is a right alternative to solves livestock waste
problems. The purpose of this research is to analyze the feasibility of Kelompok
Ternak Teguh Mandiri in planning the establishment of biogas processing unit
sheep waste. The analysis includes financial and non-financial aspects and also
the sensitivity of strengthness biogas treatment unit. The results of the study
concluded non-financial feasibility has been fullfilled. Financial aspect feasibility
are shown by NPV Rp.209.416.798, Net B/C 2,31, IRR 26.41% and Payback
periode 4,303 years. Sensitivity test shown that biogas plant unit ability of
decreasing rate of input unit is 29,447517%, decreasimg rate of wholesale price
is 25,9038328% and increasing rate of variable cost as 215,257202%
Keyword: Feasible, Establishment of Biogas Processing
4
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul "Analisis
Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh
Mandiri Desa Nagrak Bogor" adalah karya saya sendiri dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Raden Yunadie Adlie
H34104010
5
ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS
KOTORAN DOMBA PADA KELOMPOK TERNAK
TEGUH MANDIRI DESA NAGRAK BOGOR
RADEN YUNADIE ADLIE
Skripsi Ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
6
Judul Skripsi
Nama
Nim
: Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba
pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor
: Raden Yunadie Adlie
: H34104010
Disetujui oleh
Dr Ir Suharno, MADev
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
p
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Pengembangan Karir Karyawan Berbasis Kompetensi pada
PT Telekomunikasi Selular
: Raden Tommy Suryatmadi Kesowo
: H24097095
Menyetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. I . Anggraini Sukmawati, MM
NIP 196710201994032001
Deddy Cabyadi Sutarman, STP, MM.
NIP 19791007200910 1001
Mengetahui
Ketua Departemen Manajemen
Tanggal Lulus :
1 2 MAR 2014
7
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul "Analisis Kelayakan
Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Desa Nagrak Bogor". Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
lulus dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Suharno, MADev
selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Penghargaan tidak lupa
penulis sampaikan kepada Bapak H Tatang Muchtar selaku ketua Kelompok
Ternak Teguh Mandiri, yang telah memberikan keluangan penulis untuk
melakukan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Abah
dan Mamah, serta seluruh pihak atas dukungan, doa dan bantuan yang penulis
terima.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Raden Yunadie Adlie
i8
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kelayakan Usaha Pertanian
Aspek Non Finansial
Aspek Finansial
Teknik Memperkirakan Risiko
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan Proyek
Teori Biaya dan Manfaat
Analsis Kelayakan Investasi
Analisis Finansial
Analisis Sensitivitas
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Analisis Non Finansial
Analisis Finansial
Analisis Sensitivitas
Analisa Laporan Laba Rugi
Asumsi Dasar
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Desa Nagrak
Sejarah dan Perkembangan
Kegiatan Produksi Unit Penggemukan Domba Kurban
Organisasi dan Manajemen Perusahaan
Pemasaran
Bauran Pemasaran
HASIL ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS
Analisis Kelayakan Nonfinansial
Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek Teknis
Aspek Organisasi dan Manajemen
Aspek Hukum dan Perizinan
ii
ii
iii
1
1
5
6
6
6
7
7
7
8
9
10
10
10
12
12
13
14
14
17
17
17
17
18
18
20
22
22
23
24
24
25
26
26
28
28
29
30
30
34
45
46
ii9
Aspek Sosial
Analisis Kelayakan Finansial
Rencana Investasi
Rencana Pendanaan (Budgeting)
Proyeksi Analisis Aliran Kas
Hasil Analisis Kelayakan Investasi
Analisis Switching Value
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
46
48
48
49
51
52
53
54
54
55
56
60
77
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2011-2012
Daftar Harga Bahan Baku Investasi Pembuatan Tabung Digester Biogas
Kriteria Kelayakan Unit Usaha Pengolahan Limbah
Nilai Switching Value Pada Beberapa Kondisi Usaha
2
50
52
53
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4.
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Kerangka Pemikiran Operasional
Hubungan Antara NPV dan IRR
Struktur Organisasi Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Saluran Pemasaran Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Pemasaran Biogas Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Pemasaran Pupuk Organik Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Susunan Kandungan Biogas Kotoran Domba
Tabung Digester Continuous feeding (tetap)
Konstruksi Tabung Digester
Tataletak Konstruksi Unit Pengolahan Biogas Kotoran Domba
Skema Bangunan Pelindung Unit Instalasi Biogas
Flowchart Proses Pembentukan Biogas
Pengadukan Bahan Pengisi
Penyaringan Bahan Pengisi
Katalis Penangkap Uap Air
Rangkaian Proses Produksi Biogas
16
20
27
29
33
33
34
36
37
38
38
41
42
42
43
44
iii
10
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Siklus Produksi Biogas pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Biaya Investasi dan Penyusutan Unit Pengolahan Biogas
Biaya operasional Unit Pengolahan Biogas Tahun Pertama
Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas
Dasar proyeksi perkembangan Unit Pengolahan Biogas 5% pertahun
Arus Kas (cash flow) Unit Pengolahan Biogas
Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Input Kotoran
Domba Unit Pengolahan Biogas
Arus Kas (cash flow) Switching Value Kenaikan Biaya Variabel Unit
Pengolahan Biogas
Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Harga POP dan
Biogas Unit Pengolahan Biogas
Percobaan Produksi Biogas pada Galon
Kandang Domba Pejantan
Kandang Domba Betina
Kegiatan Turun Lapang
Proses Penampungan Biogas
Kompor Biogas
Karung Pelastik Transparan 50Kg
61
62
63
64
65
66
68
70
72
74
74
74
75
75
76
76
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang menghasilkan
pangan berupa protein hewani seperti daging, susu dan telur. Perkembangan
peternakan sangat dipengaruhi oleh permintaan akan protein hewani tersebut.
Menurut Susilorini (2008), faktor yang mendukung dunia peternakan agar selalu
berkelanjutan, yaitu kebutuhan pangan yang meningkat sejalan dengan dengan
pertumbuhan populasi manusia, serta produk pangan dari ternak mempunyai nilai
gizi yang berkualitas. Hal ini menyebabkan produk peternakan berbeda dari
produk pangan hortikultura, produk peternakan tidak digerakkan oleh supply
driven, melainkan consumers driven. Penyerapan protein hewani di Indonesia
yang terus meningkat seiring kesadaran masyarakat akan perlunya makanan
bergizi merupakan salah satu faktor berkembangnya usaha peternakan di
Indonesia. Dirjen Peternakan menyebutkan bahwa tingkat permintaan produk
peternakan masih di dominasi oleh kota-kota besar. Konsumsi daging nasional
tahun 2012 sebesar 1,76 Kg perkapita pertahun didominasi oleh Jakarta 23,3%
dan Bandung sebesar 12,1%, serta beberapa kota besar lainnya seperti Surabaya,
Bali, Makasar, dan Medan. Ketidak merataan konsumsi perkapita produk
peternakan ini menjadikan kota-kota besar memerlukan suplay produk yang lebih
banyak dibandingkan di daerah, sedangkan kantung-kantung produksi peternakan
biasanya berada di daerah dan pinggiran kota. Maka dari itu, peternakan yang
berdekatan dengan kota besar memiliki peluang lebih baik untuk memenuhi
kebutuhan permintaan produk protein hewani.
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang berbatasan langsung dengan
Ibu Kota negara memiliki peluang besar dalam memenuhi kebutuhan produk
peternakan. Akses transportasi yang baik serta ketersediaan sarana dan prasarana
peternakan yang lebih mudah dijangkau, akan mempermudah usaha peternakan
untuk dapat berkembang. Badan Pusat Statistik Jawa Barat tahun 2013
menyebutkan, perekonomian negeri Pasundan awal tahun 2013 ini tumbuh
sebesar 5,94% dari triwulan IV 2012. Berdasarkan harga berlaku pada triwulan
pertama 2013, dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat
senilai 247,8 triliun rupiah, sektor pertanian berkontribusi sebesar 31,23 triliun
atau 12,60% menempatkan sektor Pertanian pada peringkat ke tiga penyumbang
PDRB setelah Industri pengolahan, Perdagangan dan Pariwisata. Nilai yang
diperoleh sektor pertanian tersebut tidak lepas dari subsektor Peternakan yang
terus berkembang. Subsektor peternakan berkontribusi sebesar 13,39%, atau
menempati posisi ke dua setelah subsektor pertanian tanaman bahan makanan.
Hal tersebut jelas menunjukkan kekuatan peternakan yang dimiliki Jawa Barat
dapat terus berkembang.
Perkembangan peternakan di Jawa Barat saat ini dapat terlihat dari jumlah
populasi ternak yang terus meiningkat. Data Kementrian Pertanian tahun 2012
menyebutkan bahwa peningkatan populasi ternak di Jawa Barat cukup dinamis.
Populasi hewan ternak dari tahun 2011 ke tahun 2012 hampir seluruhnya
mengalami peningkatan, hanya kerbau, kuda dan ayam buras yang jumlahnya
2
sedikit menurun. Peningkatan populasi hewan ternak ini dapat dilihat pada tabel 1
berikut
Tabel 1. Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2011-2012 (ribu ekor)
No
Jenis
2011
2012
Trend (%)
1 sapi Perah
140
148
5.405405
2 Sapi Potong
423
441.4
4.168555
3 Kerbau
130.2
128.8
-1.08696
4 Kuda
14.1
13.7
-2.91971
5 Kambing
2016.9
2253.4
10.49525
6 Domba
7041.4
7832.5
10.10022
7 Babi
9.8
11.3
13.27434
8 Ayam Buras
27396.4
27304.7
-0.33584
9 Ayam Petelur
11930.5
12079.2
1.231042
10 Ayam Broiler
583263.4
664210.5
12.18696
11 Itik Manila
9310.7
10230.2
8.988094
Sumber: Departemen Pertanian, 2013
Perkembangan peternakan di Jawa Barat selain dikarenakan jumlah populasi
ternak yang terus meningkat, Jawa Barat juga memiliki beberapa kota dan
kabupaten penyerap produk perternakan. Jawa Barat terdiri dari 26 Kabupaten dan
Kota serta berbatasan langsung dengan Provinsi Banten, Jakarta dan Jawa Tengah
menjadikan peternakan di Jawa Barat sangat strategis dan berdekatan dengan
kota-kota besar. Kabupaten Bogor sebagai salah satu Kabupaten dengan
Pendapatan Asli Daerah terbesar ke dua di Jawa Barat setelah Bekasi, memiliki
lokasi yang sangat strategis. Letak Bogor yang berdekatan dengan kota-kota besar
seperti Jakarta, Depok, Sukabumi, Tangerang Selatan, Cianjur dan Bandung
merupakan keunggulan tersendiri dibandingkan daerah lain.
Perkembangan perekonomian serta pertumbuhan penduduk yang sangat
pesat menjadikan Bogor sebagai Kabupaten berkembang terbaik se-Jawa Barat
tahun 2012. Perkembangan Kabupaten Bogor turut dibantu dengan keberadaan
peternakan dari skala rumah tangga sampai tingkat industri. Peternakan yang
berdekatan dengan kota besar seperti Bogor, diibaratkan seperti dua mata koin
yang berbeda, di satu sisi peternakan tersebut memiliki banyak peluang pasar
dengan jalur distribusi dan tataniaga pemasaran yang singkat, disisi lain selalu
memiliki kendala lahan yang sempit yang berbenturan dengan pemukiman warga,
polusi udara dan pencemaran lingkungan yang dapat terjadi disebabkan limbah
kotoran yang dihasilkan.
Peternakan di Kabupaten Bogor meliputi berbagai macam bidang usaha.
Salah satu bidang usaha peternakan yang saat ini berkembang adalah Peternakan
Domba. Peranannya yang besar dalam memenuhi kebutuhan pangan protein
hewani serta pangsa pasar yang luas menjadikan peternakan domba sebagai
usahaternak yang sangat diminati. Berbasis pemanfaatan sumberdaya lokal,
pemeliharaan yang sederhana dengan modal yang relatif kecil, serta dapat
mewujudkan masyarakat yang produktif, menjadikan usaha ternak Domba banyak
berkembang di Kabupaten Bogor, karena dapat memenuhi karakter usaha
peternakan rumah tangga. Peternakan domba, selain menghasilkan produk utama
3
berupa daging, juga menghasilkan produk sisa berupa limbah kotoran atau faeces
yang bercampur dengan urine serta sisa-sisa pakan yang terbuang. Limbah
tersebut jika tidak ditangani dengan baik dan benar dapat berdampak buruk
terhadap lingkungan, baik air, udara, maupun tanah di sekitarnya.
Limbah sisa usaha ternak domba yang didominasi oleh Faeces,Urine dan
sisa pakan, sebagian besar hanya dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Proses
pengolahan limbah kotoran ternak domba menjadi pupuk kandang hanya melalui
proses permentasi sederhana dengan sistem Bokashi. Pengolahan sistem bokashi
tidak dapat memanfaatkan urine sebagai pupuk cair, urine yang dihasilkan usaha
ternak domba kebanyakan dibuang dan diserap tanah atau ikut terbuang ke aliran
pembuangan, sehingga lingkungan tidak sepenuhnya terhindari dari polusi yang
dihasilkan limbah kotoran usaha ternak domba. Salah satu alternatif penanganan
limbah yang dapat memberikan nilai tambah yang bermanfaat khususnya bagi
peternak dan umumnya bagi lingkungan sekitar adalah dengan mengolah limbah
kotoran ternak tersebut menjadi biogas. Pengolahan limbah kotoran ternak melalui
proses biogas dapat dilaksanakan melalui pendirian instalasi unit produksi biogas.
Biogas merupakan gas metan yang berguna sebagai energi alternatif.
Sifatnya yang mudah terbakar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi panas
untuk memasak, sumber listrik serta menjadi bahan bakar mesin penggerak
berbahan bakar gas. Perkembangan peternakan domba yang diiringi dengan
peningkatan pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas tetentunya akan
mampu mengatasi masalah krisis energi. Krisis energi dan menipisnya cadangan
minyak bumi saat ini menjadi ancaman dan ketakutan dunia. Proses pembentukan
minyak bumi yang membutuhkan waktu berjuta-juta tahun, berbanding terbalik
dengan proses pemakaiannya. Konsumsi minyak bumi Indonesia menurut data
Statistical Review Of World Energy 2013 mencapai 1,56 juta barel per hari,
menempati posisi 14 dunia di bawah Perancis. Indonesia meskipun merupakan
salah satu negara penghasil minyak dan gas bumi, namun berkurangnya cadangan
minyak, penghapusan subsidi, kelangkaan distribusi, menyebabkan harga minyak
naik dan kualitas lingkungan menurun akibat gas buang hasil pembakaran minyak
bumi. Keadaan ini bila terus berlanjut, akan menjadikan krisis sumber energi
berkepanjangan di Indonesia.
Solusi terbaik dalam memperbaiki masalah krisis energi adalah
mengembangkan dan memanfaatkan sumber energi yang dapat diperbaharui dan
mampu dikembangkan di Indonesia seperti biogas. Sumber energi mempunyai
peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Menurut Widodo
et al, 2005, Energi diperlukan untuk pertumbuhan kegiatan industri, jasa,
transportasi dan rumah tangga. Peran energi terbaharukan seperti biogas dalam
jangka panjang akan lebih berkembang, khususnya sebagai solusi alternatif
berkurangnya sumber energi fosil. Limbah kotoran ternak yang berlimpah serta
proses pengolahan limbah kotoran yang sederhana, menjadikan biogas sebagai
salah satu pengolahan limbah paling bermanfaat pada usaha ternak domba.
Data dari Departemen Peternakan menyebutkan, populasi hewan ternak
Domba di Jawa Barat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah populasi ternak domba dari tahun 2009 yang berjumlah
5.770.661 ekor menjadi 8.249.844 ekor pada tahun 2012. Peningkatan populasi
ternak tersebut menunjukan Jawa Barat sebagai sentra peternakan domba yang
berkembang, populasi domba di Kabupaten Bogor sendiri pada tahun 2010
4
berjumlah 280.798 ekor, sehingga kotoran atau limbah sisa peternakan domba
yang merupakan bahan baku utama pembuatan biogas dapat dipenuhi. Selain itu
sisa pengolahan limbah kotoran ternak melalui proses biogas tersebut masih dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang bernilai ekonomi tinggi.
Pupuk yang dihasilkan usaha ternak domba saat ini merupakan komoditas
input yang sangat diperlukan bagi pertanian dan perkebunan. Pasokan pupuk
kandang yang diproses secara bokashi secara langsung dapat diserap unsur hara
yang terkandung oleh tanaman, karena banyak mengandung Nitrogen (N), Fosfor
dan Kalium (K) serta berbagai zat hara bermanfaat yang dapat segera berbaur
dengan tanah dan menjadikannya gembur. Berbagai jenis tanaman pertanian
sangat membutuhkan pasokan pupuk kandang, seperti diketahui bahwa lahan
sawah Padi memerlukan 1-2 ton pupuk kandang per hektar setiap siklus
tanamnya. Tomat, kentang, cabe memerlukan 15 ton pupuk kandang per hektar,
serta tanaman perkebunan seperti Pepaya, kakao, karet, kelapa sawit, juga sangat
bergantung pada suplai pupuk kandang. Perkembangan trend atas kampanye
kembali ke alam dan hidup bebas residu kimia atau hidup organik, turut
meningkatkan permintaan atas pupuk kandang yang pada dasarnya merupakan
satu-satunya pupuk organik yang dapat dengan mudah didapat. Pertanian dan
perkebunan organik saat ini mulai banyak diminati oleh para Agribis, karena
pemasaran komoditi organik memiliki segmen pasar eksklusif dengan harga yang
sangat tinggi.
Kebutuhan pupuk kandang dari limbah usaha ternak domba tidak hanya
diminati oleh pertanian dan perkebunan, para hobbies tanaman hias dan dekorasi
taman yang sebagian besar penggelutnya adalah Ibu rumah tangga juga
merupakan pangsa pasar ekslusif bagi limbah usaha ternak ini. Banyak
permintaan di kota-kota besar terhadap pupuk kandang untuk pemeliharaan
tanaman hias di rumahnya. Kesulitan mendapatkan suplai pupuk kandang ini
menjadikan harga pupuk yang dijual di kota-kota besar naik berlipat ganda, hanya
dengan pengemasan yang bersih dan menarik, pupuk limbah usaha ternak domba
ini menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebuah nilai tambah positif lagi
bagi peternakan yang berdekatan dengan kota besar seperti peternakan domba di
Kabupaten Bogor ini.
Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
merupakan salah satu kawasan yang didalamnya terdapat sebuah usaha
peternakan domba. Usaha peternakan ini telah berjalan melampaui kurun waktu
empat tahun. Usaha ini memiliki nama Kelompok Ternak Teguh Mandiri.
Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah sebuah usaha rakyat yang bergerak
dalam bidang pembudidayaan dan pemggemukan domba. Usaha peternakan ini
termasuk dalam skala usaha menengah dengan populasi domba berjumlah 123
ekor. Jumlah ternak tersebut mampu menghasilkan limbah kotoran dan sisa
makanan kurang lebih 3 kwintal perhari. Bau yang dihasilkan dari limbah kotoran
tersebut sudah mulai mencemari kualitas udara di sekitar peternakan. Limbah
kotoran yang berlimpah dengan segala potensi yang dimiliki baik sumber daya
modal, sumber daya fisik maupun sumberdaya manusianya, Kelompok Ternak
Teguh Mandiri dinilai mampu dan perlu mendirikan unit bisnis pengolahan
limbah kotoran dan sisa pakan melalui proses biodigester guna mengurangi
masalah pencemaran kualitas udara sekaligus meningkatkan penerimaan usaha
yang secara langsung meningkatkan kesejahteraan kelompok ternak.
5
Rumusan Masalah
Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah usaha rakyat peternakan domba
yang bergerak di bidang budidaya dan penggemukan. Lokasi usaha yang
dijalankan berada di dekat pemukiman warga. Kebanyakan anggota kelompok
ternak ini memiliki mata pencaharian lain sebagai petani, sehingga usaha yang
dijalankan menerapkan sistem mix farming dengan memadukan pertanian dengan
peternakan domba guna memanfaatkan lahan yang dimiliki sekaligus untuk
memperoleh penerimaan lebih dari pemeliharaan. Jumlah penerimaan tersebut
akan berindikasi kepada kesejahteraan anggota, pengembangan usaha dan
tanggung jawab sosial terhadap masyarakat di sekitar kelompok ternak.
Populasi hewan ternak di Kelompok ternak ini saat ini berjumlah 123 ekor,
terdiri dari 86 ekor domba jantan, dan 37 domba betina. Populasi tersebut dalam
sehari mampu menghasilkan limbah kotoran dan sisa pakan sekitar 369kg.
Limbah kotoran merupakan sisa dari proses pemeliharaan ternak domba dan
memiliki nilai tambah yang sangat menguntungkan jika dapat dikelola dengan
baik oleh kelompok ternak. Selain itu pengolahan limbah kotoran dimaksudkan
untuk dapat menjaga ekosistem di sekitar lokasi peternakan agar tidak tercemar
dan tentunya akan menambah penerimaan kelompok ternak.
Saat ini kelompok ternak tidak mengolah limbah secara terpadu, kelompok
ternak langsung menjual sisa limbah kotoran yang tidak terolah ke pengumpul
pupuk, atau digunakan untuk anggotanya yang bertani, apabila tidak terolah,
limbah kotoran dan sisa pakan ditampung sementara di tempat penampungan
limbah sampai ada pembeli pupuk kandang yang datang mengambil. Proses
penampungan ini yang sebenarnya menjadi permasalahan bagi kelompok ternak.
Bau yang tidak sedap serta kesan kotor yang ditimbulkan, membuat kelompok
ternak harus melakukan penyemprotan mikro organik pengurai dalam jangka
waktu tertentu, sampai pupuk kandang tersebut laku terjual.
Kelompok ternak dapat menigkatkan penerimaan pada sektor pengolahan
limbah, yaitu melalui pendirian unit bisnis pengolahan biogas kotoran domba.
Pada umumnya tujuan utama pembuatan instalasi biogas adalah untuk
memproduksi energi alternatif yang berguna sebagai pengganti bahan bakar
minyak dan kayu bakar. Hasil lain yang dapat diperoleh diantaranya pupuk
organik yang berguna untuk menyuburkan tanah, media pengembangan protein
sel tunggal dan penyediaan bahan pakan ternak. Secara tidak langsung instalasi
biogas dapat memberantas siklus penyakit dan parasit serta dapat melestarikan
lingkungan karena limbah yang termanfaatkan secara terpadu.
Perencanaan pendirian unit bisnis pengolahan biogas kotoran domba dapat
dimanfaatkan dengan cara memasarkan hasil produksi biogas kepada masyarakat
di sekitar lokasi peternakan. Sisa produksi biogas dapat dimanfaatkan kembali
sebagai pupuk organik dan dapat dijual kepada petani untuk meningkatkan
penerimaan kelompok ternak. Perencanaan pendirian unit bisnis ini diperkirakan
akan membutuhkan beberapa investasi baru berupa tabung biodigester, jalur
pengolahan limbah, jaringan pipa saluran gas methan serta unit pengemasan
pupuk. Proses rencana investasi yang akan dilakukan dalam mendirikan unit
usaha pengolahan limbah kotoran ini perlu perhitungan yang tepat, dalam
memastikan seberapa besar manfaat yang dihasilkan oleh Kelompok Ternak
Teguh Mandiri perlu dikaji melalui analisis studi kelayakan untuk mengetahui
6
seberapa besar manfaat (benefit) yang diperoleh Kelompok ternak. Studi
kelayakan usaha ini juga untuk memastikan bahwa kelompok ternak telah
memenuhi berbagai aspek kelayakan usaha yang akan dijalankan.
Berdasarkan uraian kondisi dan latar belakang tersebut, beberapa
permasalahan yang perlu diteliti antara lain:
1. Bagaimana kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di
Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek non finansial?
2. Bagaimana kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di
Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek finansial?
3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan pendirian unit
pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri
melalui analisis switching value?
Tujuan Penelitian
Rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, menghasilkan tujuan
dari penelitian ini berupa:
1. Menganalisis kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di
Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek non finansial.
2. Menganalisis kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di
Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek finansial.
3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan pendirian unit
pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri
melalui analisis switching value.
Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
Bagi Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah berguna sebagai masukan
untuk menentukan kebijakan terkait dengan pengembangan unit pengolahan
biogas kotoran domba.
Bagi penulis, untuk mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama masa
perkuliahan.
Bagi akademisi dan peneliti, sebagai informasi dan bahan pembanding untuk
penelitian selanjutnya.
Bagi investor, sebagai informasi dan acuan dalam proses pengambilan
keputusan investasi untuk alokasi modal yang akan ditanamkan.
Bagi kreditor, pihak kreditor memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai
salah satu dasar dalam mengambil keputusan untuk memberikan kredit.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan membahas mengenai pendirian unit usaha pengolahan
biogas kotoran domba yang menghasilkan gas metan dan pupuk organik secara
komersil. Pendirian unit tersebut akan diusulkan untuk dapat direalisasikan pada
7
Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Kelompok ternak ini berada di Desa Nagrak,
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Pendirian unit pengolahan limbah pada
kelompok ternak ini diharapkan menjadi salah satu usaha pengembangan kegiatan
bisnis serta menghasilkan sumber energi alternatif bagi masyarakat sekitar.
Penelitian ini mengkaji kelayakan finansial unit pengolahan biogas kotoran
domba menggunakan alat ukur aruskas (cashflow), kemudian menganalisis unit
bisnis ini berdasarkan kriteria kelayakan investasi secara finansial berdasarkan
nilai bersih kini (Net Present Value), tingkat pengembalian Internal (Internal Rate
of Return), rasio manfaat biaya bersih (Net Benefit Cost Ratio) dan waktu
pengembalian investasi (Payback Period), serta memprediksikan ketahanan unit
usaha dilihat dari menurunnya harga jual pupuk organik dengan menggunakan
analasis sensitivitas berdasarkan arus kas selama umur ekonomis yang
diperhitungkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelayakan Usaha Pertanian
Analisis kelayakan usaha merupakan tahap yang perlu dilakukan sebelum
memulai sebuah usaha. Seperti yang diungkapkan Harahap (2011), bahwa
sebelum melakukan usaha budidaya sapi perah perlu dilakukan terlebih dahulu
analisis kelayakan usaha. Analisis usaha tersebut berfungsi untuk mengetahui
tingkat kelayakan suatu model usaha yang akan atau sedang dijalankan, serta
mengetahui ketahanan terhadap perubahan kondisi usaha yang ekstrim. Penelitian
yang dilakukan oleh Irmawati (2013), Dewi (2010), Hermanto (2010) dan Putri
(2008), mengungkapkan bahwa aspek utama yang perlu diperhatikan dalam
melakukan analisis kelayakan suatu usaha terdiri dari dua aspek, yaitu aspek non
finansial dan aspek finansial.
Aspek Non Finansial
Aspek non finansial yang perlu dianalisis terdiri dari aspek pasar, aspek
teknis, aspek sosial dan aspek organisasi. Aspek aspek tersebut merupakan salah
satu indikator keberhasilan suatu bisnis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Siregar (2009) yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan
Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (studi
kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB) adalah, pada aspek pasar
UPP Darul Fallah memiliki peluang untuk memasarkan output susu murni dan
hasil pengolahan limbah ke berbagai pasar selain kepada masyarakat sekitar.
Berdasarkan aspek teknis, usaha ternak UPP Darul Fallah dan Fakultas peternakan
IPB sudah memenuhi syarat untuk menjadikan usaha ternak sapi perahnya sesuai
dengan pengelolaan yang benar, namun terkadang ada beberapa persyaratan untuk
menjaga kualitas susu yang tidak dilakukan seperti dalam pendistriubusian susu.
Pada aspek manajemen, struktur organisasi yang digunakan masih sangat
sederhana, namun proses produksi tetap dijalankan dengan baik. Selain itu, dari
aspek hukum usaha ternak ini sudah melengkapi berkas-berkas perijinan
usahanya, sehingga sejauh ini tidak ada hambatan dalam aspek hukum. Aspek
8
sosial lingkungan dari UPP Darul Fallah dan Fakultas Petrnakan IPB dalam
memprosuksi susu dan mengelola limbah sudah memperhatikan pemanfaatan
limbah dan ramah lingkungan, selain itu dengan adanya usaha ini dapat membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitar peternakan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011) yang
berjudul “Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi dengan Sapi Potong
pada Kondisi Risiko di Kelompok ternak Dewi Sri” adalah hasil analisis aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan
budaya, dan aspek lingkungan memperlihatkan bahwa kegiatan pengembangan
usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong layak untuk diusahakan. Aspekaspek tersebut telah memenuhi segala sesuatu dapat mendorong bisnis tersebut
berkembang seperti ketersediaan pasar, modal, manajemen yang terorganisir
dengan baik serta teknologi yang digunakan juga mendukung usaha tersebut.
Aspek Finansial
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009), Sumantri dan
Fariyanti (2011), salah satu aspek yang perlu dianalisis selanjutnya adalah dari
aspek finansial. Aspek tersebut merupakan indikator yang paling penting dan
yang paling menentukan keberhasilan suatu bisnis karena menyangkut dengan
arus kas, alokasi modal dan efisiensi biaya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Siregar (2009) mengenai aspek finansial UPP Darul Fallah dan Fakultas
Petrnakan IPBmemiliki model usaha yang layak untuk dijalankan. Berdasarkan
kriteria investasi, nilai NPV pada kondisi tanpa risiko menghasilkan nilai sebesar
Rp. 202.456.789,33. Hal tersebut menunjukan bahwa manfaat bersih atau
keuntungan yang diperoleh UPP Darul Fallah selama 10 tahun dengan tingkat
diskonto 5,7% sebesar Rp. 202.456.789,33. Nilai IRR yang diperoleh sebesar
26,13%. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari invesatasi
yang ditanamkan pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar sebesar 26,13%,
usaha ternak UPP Darul Fallah tanpa kondisi risiko layak untuk dilakukan
investasi. Kriteria kelayakan investasi berikutnya yaitu Net B/C, berdasarkan
perhitungan nilai Net B/C yang dihasilkan sebesar 1,74, berdasarkan kriteria
penilaian investasi apabila nilai Net B/C lebih dari satu (Net B/C (1,74) > 1) maka
usaha tersebut layak untuk dijalankan. Waktu pengembalian untuk investasi yang
dilakukan adalah lima tahun 0,9 bulan karena mengikuti asumsi dalam satu bulan
hanya ada 8,8 bulan. Waktu pengembalian tersebut lebih sedikit dari umur usaha
penggilingan padi Sinar Ginanjar, sehingga berdasarkan penilaian usaha ini layak
dijalankan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011)
mengenai aspek finansial adalah pengembangan usaha padi yang berintegrasi
dengan sapi potong pada kondisi normal layak untuk dijalankan dan
dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari indikator kriteria investasi yang
menunjukkan nilai NPV mencapai Rp 511.329.761,71, IRR mencapai 19,8%, Net
B/C mencapai 1,24, dan payback period mencapai enam tahun dua bulan 16 hari.
Petani padi anggota Kelompok ternak Dewi Sri yang mengusahakan padi hanya
memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 510.347.200,43 selama umur bisnis, yakni
15 tahun. Jika petani anggota Kelompok ternak Dewi Sri ingin meningkatkan
pendapatannya, maka mereka dapat mengusahakan ternak sapi potong, biogas,
dan pupuk organik dalam pertanian terintegrasinya. Jika mereka melaksanakan
9
kegiatan usaha pertanian yang terintegrasi tersebut, maka total manfaat bersih
tambahan yang mereka terima adalah Rp 511.329.761,71 selama umur bisnis,
yakni 15 tahun dengan nilai investasi pada tahun pertama sebesar
Rp.3.055.458.750.
Teknik Memperkirakan Risiko
Penelitian yang dilakukan oleh Rosyid (2009), menggunakan teknik
memperkirakan risiko yaitu dengan motode Analisis switching value. Hasil dari
analisis switching value dengan pendekatan parameter penurunan harga susu dan
kenaikan biaya variabel yang dilakukan pada dua skenario. Skenario II (modal
sendiri) merupakan skenario yang paling sensitif terhadap parameter penurunan
harga dan peningkatan biaya variabel dibandingkan skenario I (modal sendiri dan
pinjaman), masing-masing nilai yang diperoleh skenario I sebesar 30,16% dan
55,43% sedangkan Skenario II sebesar 13,03% dan 18,52%.
Penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2010) dan Sumantri dan Fariyanti
(2011) menggunakan teknik memperkirakan risiko yaitu dengan analisis skenario.
Analisis tersebut menggunakan NPV yang diharapkan, Standard Deviation, dan
Coefficient Variation. Hasil penelitian dari Novianti terkait dengan analisis risiko
adalah Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berdasarkan hasil analisis pada
kondisi risiko layak untuk dijalankan. Pada risiko produksi, berdasarkan kriteria
investasi, nilai NPV yang diharapkan Usaha Penggilingan Padi mencapai
Rp.259.662.572, dengan nilai standar deviasi mencapai 388.618.762 dan koefisien
variasi sebesar 1,50. Sedangkan pada risiko harga, nilai NPV yang diharapkan
mencapai Rp.59.440.085, dengan standar deviasi sebesar 108.146.306 dan
menghasilkan nilai koefisien variasi sebesar 1,82. Berdasarkan kriteria penilaian
untuk mengukur tingkat risiko, semakin besar nilai NPV yang diharapkan maka
semakin kecil tingkat risiko yang dihadapi. Maka dapat disimpulkan bahwa risiko
harga pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar memiliki tingkat risiko yang
lebih besar dibandingkan dengan tingkat risiko pada kondisi risiko produksi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011)
mengenai analisis skenario adalah Analisis kelayakan finansial pengembangan
usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong layak untuk diusahakan dengan
adanya risiko produksi dan harga output pada padi di Kelompok ternak Dewi Sri.
Di mana, pada kondisi pengembangan usaha padi yang berintegrasi dengan sapi
potong pada kondisi risiko usaha padi menunjukkan bahwa tingkat risiko yang
paling tinggi ada pada risiko produksi. NPV yang diharapkan merupakan suatu
nilai yang diharapkan oleh pelaku usaha dari suatu investasi yang ditanamkan
pada usaha tersebut.Semakin tinggi NPV, maka tingkat risiko yang dihadapi
semakin besar. NPV yang diharapkan dari kedua kondisi yang paling tinggi
adalah NPV yang diharapkan pada kondisi harga output, yaitu sebesar
Rp.699.615.002,53. Risiko yang paling berpengaruh terhadap kelayakan pada
usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong pada analisis skenario adalah
risiko produksi padi. Hal ini dikarenakan kegiatan usaha ternak baru berjalan satu
tahun dan belum menghasilkan manfaat atau keuntungan dari aspek finansial.
10
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Penalaran seorang peneliti terhadap pengetahuan, teori dan dalil yang
berhubungan dengan topik penelitian mutlak diperlukan. Pengetahuan dan
penalaran tersebut dipelajari dari ilmu-ilmu yang sebelumnya atau dari sumbersumber bacaan dan dari penelitian sebelumnya. Teori-teori yang digunakan dalam
penelitian dapat membantu peneliti dalam menjelaskan berbagai aspek dalam
mendukung penelitian yang dilakukan.
Studi Kelayakan Proyek
Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999)
proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber
untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit); atau suatu aktivitas yang
mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) di waktu
yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu
unit. Gitinger (1986) mendefinisikan proyek sebagai suatu kegiatan investasi yang
mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat
menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu.
Pengertian lainnya diungkapkan oleh Umar (2005), proyek adalah suatu usaha
yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta
penggunaan masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan
dilaksanakan dalam suatu bauran produk yang sudah ada dengan
menginvestasikan sumber daya yang dapat dinilai secara independen.
Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek dapat
memberikan manfaat atas investasi yang ditanamkan.Studi kelayakan proyek
menurut Umar (1999) ialah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu
proyek investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan kemampuan
suatu proyek menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan.
Husnan dan Suwarsono (2000) menyatakan studi kelayakan proyek adalah
penelitian tentang mampu atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan
berhasil. Analisis kelayakan penting dilakukan sebagai evaluasi proyek yang
dijalankan pihak yang membutuhkan studi kelayakan antara lain:
1.
Investor
Investor merupakan pihak yang menanamkan dana atau modal dalam suatu
proyek akan lebih memperhatikan prospek usaha tersebut (tingkat
keuntungan yang diharapkan).
2.
Kreditur (Bank)
Kreditur merupakan pihak yang membutuhkan studi kelayakan untuk
memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan untuk kegiatan
proyek.
3.
Pemerintah
Pemerintah lebih berkepentingan dengan manfaat proyek bagi
perekonomian nasional dan pendapatan pemerintah atas pajak yang
diberikan proyek tersebut.
11
Terdapat enam aspek yang dibahas dalam studi kelayakan, antara lain aspek
teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial,
aspek finansial, dan aspek ekonomis (Kadariah et al, 1999). Gitinger (1986)
membagi aspek-aspek dalam analisis kelayakan mencakup aspek teknis, aspek
institusional-organisasional-manajerial, aspek sosial, aspek komersial, aspek
finansial dan aspek ekonomi. Umar (1999) membagi analisis kelayakan menjadi
aspek teknis, aspek pasar, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan
aspek finansial. Husnan dan suwarsono(2000) membagi aspek-aspek analisis
kelayakan ke dalam aspek pasar, aspek keuangan, aspek manajemen, aspek
hukum, aspek ekonomi dan sosial.Semua aspek tersebut perlu dipertimbangkan
bersama-sama untuk menentukan manfaat yang diperlukan dalam suatu investasi.
Gittinger (1986) menyatakan bahwa pada proyek pertanian ada enam aspek
yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu:
1.
Aspek Pasar
Untuk memperoleh hasil pemasaran yang diinginkan, perusahaan harus
menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran
pemasaran.Yang dimaksud dengan bauran pemasaran adalah seperangkat
alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus menerus mencapai tujuan
pemasarannya di pasar sasaran (Kotler, 2002). Analisis aspek pasar pada
studi kelayakan mencakup permintaan, penawaran, harga, program
pemasaran yang akan dilaksanakan, serta perkiraan penjualan.
2.
Aspek Teknis
Aspek teknis menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan
pemasaran hasil-hasil produksi. Aspek teknis terdiri dari lokasi proyek,
besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria
pemilihan mesin dan equipment, proses produksi serta ketepatan
penggunaan teknologi.
3.
Aspek Manajemen
Analisis aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan.
Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada studi kelayakan terdiri dari
manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal
penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, dan
manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi,
deskripsi jabatan, personil kunci dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.
4.
Aspek Hukum
Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan
yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat,
dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha.
5.
Aspek Sosial Lingkungan
Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya
terhadap devisa negara, peluang kerja dan pengembangan wilayah dimana
proyek dilaksanakan.
6.
Aspek Finansial
Pengaruh finansial dan pendanaan terhadap berjalannya sebuah proyek,
serta pengembangan suatu proyek dari dimensi finansial dan pendanaan.
Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat
keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari
pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang
12
tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang
ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan
dan 4) menentukan prioritas investasi (Gray, 1995).
Teori Biaya dan Manfaat
Tujuan analisa dalam analisa proyek harus disertai dengan defenisi berbagai
macam biaya dan manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang
membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefenisikan sebagai
pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap
manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1.
Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat
jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin.
2.
Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang
diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja.
3.
Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga dan pinjaman.
Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan
kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi:
1.
Manfaat langsung, yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan
dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan
kesempatan kerja.
2.
Manfaat tidak langsung, yaitu manfaat yang nyata dirasakan dan diperoleh
dengan cara tidak langsung dari berdirinya suatu proyek dan bukan
merupakan tujuan utama proyek, seperti rekreasi, peningkatan strata,
kenyamanan, dan efisiensi usaha.
Kriteria yang bisa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu
proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi
adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari
investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai
perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari
investasi dengan adanya proyek (Gittinger, 1986).
Analisis Kelayakan Investasi
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan
biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto
dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money
yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan
suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang
akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang”. Sedangkan
perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran
tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus
manfaat yang diterima (Gittinger, 1986).
Konsep time value of money (nilai waktu uang) menyatakan bahwa present
value (nilai sekarang) adalah lebih baik daripada yang sama pada future value
(nilai pada masa yang akan datang). Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini
13
terjadi yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati
pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa
yang akan datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki
saat sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang
melalui kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun
bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al., 2001).
Kadariah et al. (2001) juga mengungkapkan bahwa kedua unsur tersebut
berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga
modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat
dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang
penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Tingkat suku bunga ditentukan
melalui proses “discounting”.
Analisis Finansial
Kriteria-kriteria yang menentukan kelayakan investasi diantaranya adalah
NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit
Cost Ratio), PBP (Pay Back Period) dan analisa kepekaan (Switching Value).
Analisis kelayakan pada aspek ini sangat penting dilakukan. Tujuan dilakukannya
analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai
melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari pemborosan sumbersumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak
menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada
sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan 4)
menentukan prioritas investasi (Gray et al, 1992). Analisis finansial terdiri dari:
1.
Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah selisih antara nilai
sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. Menurut Keown
(2001), NPV juga dapat diartikan selisih antara nilai sekarang dari arus kas
yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan
tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:
a.
NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis
sebesar modal sosial Opportunity Cost faktor produksi normal.
Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.
b.
NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan
dapat dilaksanakan.
c.
NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan
sebaiknya tidak dilaksanakan.
2.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan
antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari
net benefit yang negatif. Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio
adalah:
a.
Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi
b.
Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan
c.
Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan.
14
3.
4.
Internal Rate Return (IRR)
Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value
kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang
diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang
menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol.
Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata
keuntungan interen tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan
dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku
bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang
digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga yang berlaku.
Payback Periode (PP)
Payback periode atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu
metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk
mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal
itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena
modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan
dan Suwarsono, 2000).
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah metode untuk melihat sampai berapa persen
peningkatan atau penurunan suatu unsur dapat mengakibatkan perubahaan dalam
kriteria investasi (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek pada dasarnya
menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari
sisi penerimaan atau pengeluaran yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat
kelayakan proyek. Analisis sensivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan
terjadi dengan hasil analisa proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahanperubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat (Kadariah et al,
1999). Pada umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan sensitif berubah-ubah
akibat empat masalah yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan pelaksanaan dan
hasil (Gittinger, 1986).
Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching
value). Analisis Switching Value digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana
investasi masih dapat memenuhi tingkat minimum layak untuk dilaksanakan.
Analisis ini dilakukan pada biaya variabel dan penurunan harga jual sampai
diperoleh nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga, nilai Net B/C sama dengan
satu dan nilai NPV sama dengan nol. Analisis ini diterapkan pada arus
pengeluaran dan penerimaan dalam analisis kelayakan finansial. Kondisi tersebut
dibuat sampai mencapai nilai NPV mendekati nol,
ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS
KOTORAN DOMBA PADA KELOMPOK TERNAK
TEGUH MANDIRI DESA NAGRAK BOGOR
RADEN YUNADIE ADLIE
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
2
3
ABSTRAK
RADEN YUNADIE ADLIE. Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas
Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor.
Dibimbing oleh SUHARNO
Peningkatan peternakan juga diikuti oleh limbah peternakan yang ikut
meningkat. Unit pengolahan biogas merupakan alternatif yang tepat dalam
menanggulangi permasalahan limbah ternak. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis kelayakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri dalam perencanaan
pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba. Analisis tersebut meliputi aspek
nonfinansial dan finansial serta tingkat kepekaan unit bisnis. Hasil penelitian
menyimpulkan aspek nonfinansial pendirian unit pengolahan biogas ini sudah
terpenuhi. Kelayakan pendirian unit pengolahan biogas dari aspek finansial
ditunjukan dari nilai NPV sebesar Rp.209.416.798, Net B/C 2,31, IRR 26.41%
dan Payback periode 4,303 tahun. Hasil uji kepekaan unit pengolahan biogas
masih dapat bertahan atas penurunan input sebesar 29,447517%, penurunan harga
jual sebesar 25,9038328% dan kenaikan biaya variabel sebesar 215,257202%
Kata kunci : Kelayakan, Pendirian Unit Pengolahan Biogas
ABSTRACT
RADEN YUNADIE ADLIE. Analysis Feasibility of Establishment Biogas
Unit Sheep Waste Plant at Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor.
Supervised by SUHARNO
Increased livestock followed also increased by the livestock waste. Biogas
fecal waste treatment plant is a right alternative to solves livestock waste
problems. The purpose of this research is to analyze the feasibility of Kelompok
Ternak Teguh Mandiri in planning the establishment of biogas processing unit
sheep waste. The analysis includes financial and non-financial aspects and also
the sensitivity of strengthness biogas treatment unit. The results of the study
concluded non-financial feasibility has been fullfilled. Financial aspect feasibility
are shown by NPV Rp.209.416.798, Net B/C 2,31, IRR 26.41% and Payback
periode 4,303 years. Sensitivity test shown that biogas plant unit ability of
decreasing rate of input unit is 29,447517%, decreasimg rate of wholesale price
is 25,9038328% and increasing rate of variable cost as 215,257202%
Keyword: Feasible, Establishment of Biogas Processing
4
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul "Analisis
Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh
Mandiri Desa Nagrak Bogor" adalah karya saya sendiri dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Raden Yunadie Adlie
H34104010
5
ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS
KOTORAN DOMBA PADA KELOMPOK TERNAK
TEGUH MANDIRI DESA NAGRAK BOGOR
RADEN YUNADIE ADLIE
Skripsi Ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
6
Judul Skripsi
Nama
Nim
: Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba
pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor
: Raden Yunadie Adlie
: H34104010
Disetujui oleh
Dr Ir Suharno, MADev
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
p
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Pengembangan Karir Karyawan Berbasis Kompetensi pada
PT Telekomunikasi Selular
: Raden Tommy Suryatmadi Kesowo
: H24097095
Menyetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. I . Anggraini Sukmawati, MM
NIP 196710201994032001
Deddy Cabyadi Sutarman, STP, MM.
NIP 19791007200910 1001
Mengetahui
Ketua Departemen Manajemen
Tanggal Lulus :
1 2 MAR 2014
7
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul "Analisis Kelayakan
Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Desa Nagrak Bogor". Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
lulus dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Suharno, MADev
selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Penghargaan tidak lupa
penulis sampaikan kepada Bapak H Tatang Muchtar selaku ketua Kelompok
Ternak Teguh Mandiri, yang telah memberikan keluangan penulis untuk
melakukan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Abah
dan Mamah, serta seluruh pihak atas dukungan, doa dan bantuan yang penulis
terima.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Raden Yunadie Adlie
i8
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kelayakan Usaha Pertanian
Aspek Non Finansial
Aspek Finansial
Teknik Memperkirakan Risiko
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan Proyek
Teori Biaya dan Manfaat
Analsis Kelayakan Investasi
Analisis Finansial
Analisis Sensitivitas
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Analisis Non Finansial
Analisis Finansial
Analisis Sensitivitas
Analisa Laporan Laba Rugi
Asumsi Dasar
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Desa Nagrak
Sejarah dan Perkembangan
Kegiatan Produksi Unit Penggemukan Domba Kurban
Organisasi dan Manajemen Perusahaan
Pemasaran
Bauran Pemasaran
HASIL ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS
Analisis Kelayakan Nonfinansial
Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek Teknis
Aspek Organisasi dan Manajemen
Aspek Hukum dan Perizinan
ii
ii
iii
1
1
5
6
6
6
7
7
7
8
9
10
10
10
12
12
13
14
14
17
17
17
17
18
18
20
22
22
23
24
24
25
26
26
28
28
29
30
30
34
45
46
ii9
Aspek Sosial
Analisis Kelayakan Finansial
Rencana Investasi
Rencana Pendanaan (Budgeting)
Proyeksi Analisis Aliran Kas
Hasil Analisis Kelayakan Investasi
Analisis Switching Value
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
46
48
48
49
51
52
53
54
54
55
56
60
77
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2011-2012
Daftar Harga Bahan Baku Investasi Pembuatan Tabung Digester Biogas
Kriteria Kelayakan Unit Usaha Pengolahan Limbah
Nilai Switching Value Pada Beberapa Kondisi Usaha
2
50
52
53
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4.
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Kerangka Pemikiran Operasional
Hubungan Antara NPV dan IRR
Struktur Organisasi Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Saluran Pemasaran Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Pemasaran Biogas Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Pemasaran Pupuk Organik Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Susunan Kandungan Biogas Kotoran Domba
Tabung Digester Continuous feeding (tetap)
Konstruksi Tabung Digester
Tataletak Konstruksi Unit Pengolahan Biogas Kotoran Domba
Skema Bangunan Pelindung Unit Instalasi Biogas
Flowchart Proses Pembentukan Biogas
Pengadukan Bahan Pengisi
Penyaringan Bahan Pengisi
Katalis Penangkap Uap Air
Rangkaian Proses Produksi Biogas
16
20
27
29
33
33
34
36
37
38
38
41
42
42
43
44
iii
10
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Siklus Produksi Biogas pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Biaya Investasi dan Penyusutan Unit Pengolahan Biogas
Biaya operasional Unit Pengolahan Biogas Tahun Pertama
Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas
Dasar proyeksi perkembangan Unit Pengolahan Biogas 5% pertahun
Arus Kas (cash flow) Unit Pengolahan Biogas
Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Input Kotoran
Domba Unit Pengolahan Biogas
Arus Kas (cash flow) Switching Value Kenaikan Biaya Variabel Unit
Pengolahan Biogas
Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Harga POP dan
Biogas Unit Pengolahan Biogas
Percobaan Produksi Biogas pada Galon
Kandang Domba Pejantan
Kandang Domba Betina
Kegiatan Turun Lapang
Proses Penampungan Biogas
Kompor Biogas
Karung Pelastik Transparan 50Kg
61
62
63
64
65
66
68
70
72
74
74
74
75
75
76
76
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang menghasilkan
pangan berupa protein hewani seperti daging, susu dan telur. Perkembangan
peternakan sangat dipengaruhi oleh permintaan akan protein hewani tersebut.
Menurut Susilorini (2008), faktor yang mendukung dunia peternakan agar selalu
berkelanjutan, yaitu kebutuhan pangan yang meningkat sejalan dengan dengan
pertumbuhan populasi manusia, serta produk pangan dari ternak mempunyai nilai
gizi yang berkualitas. Hal ini menyebabkan produk peternakan berbeda dari
produk pangan hortikultura, produk peternakan tidak digerakkan oleh supply
driven, melainkan consumers driven. Penyerapan protein hewani di Indonesia
yang terus meningkat seiring kesadaran masyarakat akan perlunya makanan
bergizi merupakan salah satu faktor berkembangnya usaha peternakan di
Indonesia. Dirjen Peternakan menyebutkan bahwa tingkat permintaan produk
peternakan masih di dominasi oleh kota-kota besar. Konsumsi daging nasional
tahun 2012 sebesar 1,76 Kg perkapita pertahun didominasi oleh Jakarta 23,3%
dan Bandung sebesar 12,1%, serta beberapa kota besar lainnya seperti Surabaya,
Bali, Makasar, dan Medan. Ketidak merataan konsumsi perkapita produk
peternakan ini menjadikan kota-kota besar memerlukan suplay produk yang lebih
banyak dibandingkan di daerah, sedangkan kantung-kantung produksi peternakan
biasanya berada di daerah dan pinggiran kota. Maka dari itu, peternakan yang
berdekatan dengan kota besar memiliki peluang lebih baik untuk memenuhi
kebutuhan permintaan produk protein hewani.
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang berbatasan langsung dengan
Ibu Kota negara memiliki peluang besar dalam memenuhi kebutuhan produk
peternakan. Akses transportasi yang baik serta ketersediaan sarana dan prasarana
peternakan yang lebih mudah dijangkau, akan mempermudah usaha peternakan
untuk dapat berkembang. Badan Pusat Statistik Jawa Barat tahun 2013
menyebutkan, perekonomian negeri Pasundan awal tahun 2013 ini tumbuh
sebesar 5,94% dari triwulan IV 2012. Berdasarkan harga berlaku pada triwulan
pertama 2013, dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat
senilai 247,8 triliun rupiah, sektor pertanian berkontribusi sebesar 31,23 triliun
atau 12,60% menempatkan sektor Pertanian pada peringkat ke tiga penyumbang
PDRB setelah Industri pengolahan, Perdagangan dan Pariwisata. Nilai yang
diperoleh sektor pertanian tersebut tidak lepas dari subsektor Peternakan yang
terus berkembang. Subsektor peternakan berkontribusi sebesar 13,39%, atau
menempati posisi ke dua setelah subsektor pertanian tanaman bahan makanan.
Hal tersebut jelas menunjukkan kekuatan peternakan yang dimiliki Jawa Barat
dapat terus berkembang.
Perkembangan peternakan di Jawa Barat saat ini dapat terlihat dari jumlah
populasi ternak yang terus meiningkat. Data Kementrian Pertanian tahun 2012
menyebutkan bahwa peningkatan populasi ternak di Jawa Barat cukup dinamis.
Populasi hewan ternak dari tahun 2011 ke tahun 2012 hampir seluruhnya
mengalami peningkatan, hanya kerbau, kuda dan ayam buras yang jumlahnya
2
sedikit menurun. Peningkatan populasi hewan ternak ini dapat dilihat pada tabel 1
berikut
Tabel 1. Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2011-2012 (ribu ekor)
No
Jenis
2011
2012
Trend (%)
1 sapi Perah
140
148
5.405405
2 Sapi Potong
423
441.4
4.168555
3 Kerbau
130.2
128.8
-1.08696
4 Kuda
14.1
13.7
-2.91971
5 Kambing
2016.9
2253.4
10.49525
6 Domba
7041.4
7832.5
10.10022
7 Babi
9.8
11.3
13.27434
8 Ayam Buras
27396.4
27304.7
-0.33584
9 Ayam Petelur
11930.5
12079.2
1.231042
10 Ayam Broiler
583263.4
664210.5
12.18696
11 Itik Manila
9310.7
10230.2
8.988094
Sumber: Departemen Pertanian, 2013
Perkembangan peternakan di Jawa Barat selain dikarenakan jumlah populasi
ternak yang terus meningkat, Jawa Barat juga memiliki beberapa kota dan
kabupaten penyerap produk perternakan. Jawa Barat terdiri dari 26 Kabupaten dan
Kota serta berbatasan langsung dengan Provinsi Banten, Jakarta dan Jawa Tengah
menjadikan peternakan di Jawa Barat sangat strategis dan berdekatan dengan
kota-kota besar. Kabupaten Bogor sebagai salah satu Kabupaten dengan
Pendapatan Asli Daerah terbesar ke dua di Jawa Barat setelah Bekasi, memiliki
lokasi yang sangat strategis. Letak Bogor yang berdekatan dengan kota-kota besar
seperti Jakarta, Depok, Sukabumi, Tangerang Selatan, Cianjur dan Bandung
merupakan keunggulan tersendiri dibandingkan daerah lain.
Perkembangan perekonomian serta pertumbuhan penduduk yang sangat
pesat menjadikan Bogor sebagai Kabupaten berkembang terbaik se-Jawa Barat
tahun 2012. Perkembangan Kabupaten Bogor turut dibantu dengan keberadaan
peternakan dari skala rumah tangga sampai tingkat industri. Peternakan yang
berdekatan dengan kota besar seperti Bogor, diibaratkan seperti dua mata koin
yang berbeda, di satu sisi peternakan tersebut memiliki banyak peluang pasar
dengan jalur distribusi dan tataniaga pemasaran yang singkat, disisi lain selalu
memiliki kendala lahan yang sempit yang berbenturan dengan pemukiman warga,
polusi udara dan pencemaran lingkungan yang dapat terjadi disebabkan limbah
kotoran yang dihasilkan.
Peternakan di Kabupaten Bogor meliputi berbagai macam bidang usaha.
Salah satu bidang usaha peternakan yang saat ini berkembang adalah Peternakan
Domba. Peranannya yang besar dalam memenuhi kebutuhan pangan protein
hewani serta pangsa pasar yang luas menjadikan peternakan domba sebagai
usahaternak yang sangat diminati. Berbasis pemanfaatan sumberdaya lokal,
pemeliharaan yang sederhana dengan modal yang relatif kecil, serta dapat
mewujudkan masyarakat yang produktif, menjadikan usaha ternak Domba banyak
berkembang di Kabupaten Bogor, karena dapat memenuhi karakter usaha
peternakan rumah tangga. Peternakan domba, selain menghasilkan produk utama
3
berupa daging, juga menghasilkan produk sisa berupa limbah kotoran atau faeces
yang bercampur dengan urine serta sisa-sisa pakan yang terbuang. Limbah
tersebut jika tidak ditangani dengan baik dan benar dapat berdampak buruk
terhadap lingkungan, baik air, udara, maupun tanah di sekitarnya.
Limbah sisa usaha ternak domba yang didominasi oleh Faeces,Urine dan
sisa pakan, sebagian besar hanya dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Proses
pengolahan limbah kotoran ternak domba menjadi pupuk kandang hanya melalui
proses permentasi sederhana dengan sistem Bokashi. Pengolahan sistem bokashi
tidak dapat memanfaatkan urine sebagai pupuk cair, urine yang dihasilkan usaha
ternak domba kebanyakan dibuang dan diserap tanah atau ikut terbuang ke aliran
pembuangan, sehingga lingkungan tidak sepenuhnya terhindari dari polusi yang
dihasilkan limbah kotoran usaha ternak domba. Salah satu alternatif penanganan
limbah yang dapat memberikan nilai tambah yang bermanfaat khususnya bagi
peternak dan umumnya bagi lingkungan sekitar adalah dengan mengolah limbah
kotoran ternak tersebut menjadi biogas. Pengolahan limbah kotoran ternak melalui
proses biogas dapat dilaksanakan melalui pendirian instalasi unit produksi biogas.
Biogas merupakan gas metan yang berguna sebagai energi alternatif.
Sifatnya yang mudah terbakar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi panas
untuk memasak, sumber listrik serta menjadi bahan bakar mesin penggerak
berbahan bakar gas. Perkembangan peternakan domba yang diiringi dengan
peningkatan pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas tetentunya akan
mampu mengatasi masalah krisis energi. Krisis energi dan menipisnya cadangan
minyak bumi saat ini menjadi ancaman dan ketakutan dunia. Proses pembentukan
minyak bumi yang membutuhkan waktu berjuta-juta tahun, berbanding terbalik
dengan proses pemakaiannya. Konsumsi minyak bumi Indonesia menurut data
Statistical Review Of World Energy 2013 mencapai 1,56 juta barel per hari,
menempati posisi 14 dunia di bawah Perancis. Indonesia meskipun merupakan
salah satu negara penghasil minyak dan gas bumi, namun berkurangnya cadangan
minyak, penghapusan subsidi, kelangkaan distribusi, menyebabkan harga minyak
naik dan kualitas lingkungan menurun akibat gas buang hasil pembakaran minyak
bumi. Keadaan ini bila terus berlanjut, akan menjadikan krisis sumber energi
berkepanjangan di Indonesia.
Solusi terbaik dalam memperbaiki masalah krisis energi adalah
mengembangkan dan memanfaatkan sumber energi yang dapat diperbaharui dan
mampu dikembangkan di Indonesia seperti biogas. Sumber energi mempunyai
peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Menurut Widodo
et al, 2005, Energi diperlukan untuk pertumbuhan kegiatan industri, jasa,
transportasi dan rumah tangga. Peran energi terbaharukan seperti biogas dalam
jangka panjang akan lebih berkembang, khususnya sebagai solusi alternatif
berkurangnya sumber energi fosil. Limbah kotoran ternak yang berlimpah serta
proses pengolahan limbah kotoran yang sederhana, menjadikan biogas sebagai
salah satu pengolahan limbah paling bermanfaat pada usaha ternak domba.
Data dari Departemen Peternakan menyebutkan, populasi hewan ternak
Domba di Jawa Barat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah populasi ternak domba dari tahun 2009 yang berjumlah
5.770.661 ekor menjadi 8.249.844 ekor pada tahun 2012. Peningkatan populasi
ternak tersebut menunjukan Jawa Barat sebagai sentra peternakan domba yang
berkembang, populasi domba di Kabupaten Bogor sendiri pada tahun 2010
4
berjumlah 280.798 ekor, sehingga kotoran atau limbah sisa peternakan domba
yang merupakan bahan baku utama pembuatan biogas dapat dipenuhi. Selain itu
sisa pengolahan limbah kotoran ternak melalui proses biogas tersebut masih dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang bernilai ekonomi tinggi.
Pupuk yang dihasilkan usaha ternak domba saat ini merupakan komoditas
input yang sangat diperlukan bagi pertanian dan perkebunan. Pasokan pupuk
kandang yang diproses secara bokashi secara langsung dapat diserap unsur hara
yang terkandung oleh tanaman, karena banyak mengandung Nitrogen (N), Fosfor
dan Kalium (K) serta berbagai zat hara bermanfaat yang dapat segera berbaur
dengan tanah dan menjadikannya gembur. Berbagai jenis tanaman pertanian
sangat membutuhkan pasokan pupuk kandang, seperti diketahui bahwa lahan
sawah Padi memerlukan 1-2 ton pupuk kandang per hektar setiap siklus
tanamnya. Tomat, kentang, cabe memerlukan 15 ton pupuk kandang per hektar,
serta tanaman perkebunan seperti Pepaya, kakao, karet, kelapa sawit, juga sangat
bergantung pada suplai pupuk kandang. Perkembangan trend atas kampanye
kembali ke alam dan hidup bebas residu kimia atau hidup organik, turut
meningkatkan permintaan atas pupuk kandang yang pada dasarnya merupakan
satu-satunya pupuk organik yang dapat dengan mudah didapat. Pertanian dan
perkebunan organik saat ini mulai banyak diminati oleh para Agribis, karena
pemasaran komoditi organik memiliki segmen pasar eksklusif dengan harga yang
sangat tinggi.
Kebutuhan pupuk kandang dari limbah usaha ternak domba tidak hanya
diminati oleh pertanian dan perkebunan, para hobbies tanaman hias dan dekorasi
taman yang sebagian besar penggelutnya adalah Ibu rumah tangga juga
merupakan pangsa pasar ekslusif bagi limbah usaha ternak ini. Banyak
permintaan di kota-kota besar terhadap pupuk kandang untuk pemeliharaan
tanaman hias di rumahnya. Kesulitan mendapatkan suplai pupuk kandang ini
menjadikan harga pupuk yang dijual di kota-kota besar naik berlipat ganda, hanya
dengan pengemasan yang bersih dan menarik, pupuk limbah usaha ternak domba
ini menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebuah nilai tambah positif lagi
bagi peternakan yang berdekatan dengan kota besar seperti peternakan domba di
Kabupaten Bogor ini.
Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
merupakan salah satu kawasan yang didalamnya terdapat sebuah usaha
peternakan domba. Usaha peternakan ini telah berjalan melampaui kurun waktu
empat tahun. Usaha ini memiliki nama Kelompok Ternak Teguh Mandiri.
Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah sebuah usaha rakyat yang bergerak
dalam bidang pembudidayaan dan pemggemukan domba. Usaha peternakan ini
termasuk dalam skala usaha menengah dengan populasi domba berjumlah 123
ekor. Jumlah ternak tersebut mampu menghasilkan limbah kotoran dan sisa
makanan kurang lebih 3 kwintal perhari. Bau yang dihasilkan dari limbah kotoran
tersebut sudah mulai mencemari kualitas udara di sekitar peternakan. Limbah
kotoran yang berlimpah dengan segala potensi yang dimiliki baik sumber daya
modal, sumber daya fisik maupun sumberdaya manusianya, Kelompok Ternak
Teguh Mandiri dinilai mampu dan perlu mendirikan unit bisnis pengolahan
limbah kotoran dan sisa pakan melalui proses biodigester guna mengurangi
masalah pencemaran kualitas udara sekaligus meningkatkan penerimaan usaha
yang secara langsung meningkatkan kesejahteraan kelompok ternak.
5
Rumusan Masalah
Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah usaha rakyat peternakan domba
yang bergerak di bidang budidaya dan penggemukan. Lokasi usaha yang
dijalankan berada di dekat pemukiman warga. Kebanyakan anggota kelompok
ternak ini memiliki mata pencaharian lain sebagai petani, sehingga usaha yang
dijalankan menerapkan sistem mix farming dengan memadukan pertanian dengan
peternakan domba guna memanfaatkan lahan yang dimiliki sekaligus untuk
memperoleh penerimaan lebih dari pemeliharaan. Jumlah penerimaan tersebut
akan berindikasi kepada kesejahteraan anggota, pengembangan usaha dan
tanggung jawab sosial terhadap masyarakat di sekitar kelompok ternak.
Populasi hewan ternak di Kelompok ternak ini saat ini berjumlah 123 ekor,
terdiri dari 86 ekor domba jantan, dan 37 domba betina. Populasi tersebut dalam
sehari mampu menghasilkan limbah kotoran dan sisa pakan sekitar 369kg.
Limbah kotoran merupakan sisa dari proses pemeliharaan ternak domba dan
memiliki nilai tambah yang sangat menguntungkan jika dapat dikelola dengan
baik oleh kelompok ternak. Selain itu pengolahan limbah kotoran dimaksudkan
untuk dapat menjaga ekosistem di sekitar lokasi peternakan agar tidak tercemar
dan tentunya akan menambah penerimaan kelompok ternak.
Saat ini kelompok ternak tidak mengolah limbah secara terpadu, kelompok
ternak langsung menjual sisa limbah kotoran yang tidak terolah ke pengumpul
pupuk, atau digunakan untuk anggotanya yang bertani, apabila tidak terolah,
limbah kotoran dan sisa pakan ditampung sementara di tempat penampungan
limbah sampai ada pembeli pupuk kandang yang datang mengambil. Proses
penampungan ini yang sebenarnya menjadi permasalahan bagi kelompok ternak.
Bau yang tidak sedap serta kesan kotor yang ditimbulkan, membuat kelompok
ternak harus melakukan penyemprotan mikro organik pengurai dalam jangka
waktu tertentu, sampai pupuk kandang tersebut laku terjual.
Kelompok ternak dapat menigkatkan penerimaan pada sektor pengolahan
limbah, yaitu melalui pendirian unit bisnis pengolahan biogas kotoran domba.
Pada umumnya tujuan utama pembuatan instalasi biogas adalah untuk
memproduksi energi alternatif yang berguna sebagai pengganti bahan bakar
minyak dan kayu bakar. Hasil lain yang dapat diperoleh diantaranya pupuk
organik yang berguna untuk menyuburkan tanah, media pengembangan protein
sel tunggal dan penyediaan bahan pakan ternak. Secara tidak langsung instalasi
biogas dapat memberantas siklus penyakit dan parasit serta dapat melestarikan
lingkungan karena limbah yang termanfaatkan secara terpadu.
Perencanaan pendirian unit bisnis pengolahan biogas kotoran domba dapat
dimanfaatkan dengan cara memasarkan hasil produksi biogas kepada masyarakat
di sekitar lokasi peternakan. Sisa produksi biogas dapat dimanfaatkan kembali
sebagai pupuk organik dan dapat dijual kepada petani untuk meningkatkan
penerimaan kelompok ternak. Perencanaan pendirian unit bisnis ini diperkirakan
akan membutuhkan beberapa investasi baru berupa tabung biodigester, jalur
pengolahan limbah, jaringan pipa saluran gas methan serta unit pengemasan
pupuk. Proses rencana investasi yang akan dilakukan dalam mendirikan unit
usaha pengolahan limbah kotoran ini perlu perhitungan yang tepat, dalam
memastikan seberapa besar manfaat yang dihasilkan oleh Kelompok Ternak
Teguh Mandiri perlu dikaji melalui analisis studi kelayakan untuk mengetahui
6
seberapa besar manfaat (benefit) yang diperoleh Kelompok ternak. Studi
kelayakan usaha ini juga untuk memastikan bahwa kelompok ternak telah
memenuhi berbagai aspek kelayakan usaha yang akan dijalankan.
Berdasarkan uraian kondisi dan latar belakang tersebut, beberapa
permasalahan yang perlu diteliti antara lain:
1. Bagaimana kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di
Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek non finansial?
2. Bagaimana kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di
Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek finansial?
3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan pendirian unit
pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri
melalui analisis switching value?
Tujuan Penelitian
Rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, menghasilkan tujuan
dari penelitian ini berupa:
1. Menganalisis kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di
Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek non finansial.
2. Menganalisis kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di
Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek finansial.
3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan pendirian unit
pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri
melalui analisis switching value.
Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
Bagi Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah berguna sebagai masukan
untuk menentukan kebijakan terkait dengan pengembangan unit pengolahan
biogas kotoran domba.
Bagi penulis, untuk mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama masa
perkuliahan.
Bagi akademisi dan peneliti, sebagai informasi dan bahan pembanding untuk
penelitian selanjutnya.
Bagi investor, sebagai informasi dan acuan dalam proses pengambilan
keputusan investasi untuk alokasi modal yang akan ditanamkan.
Bagi kreditor, pihak kreditor memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai
salah satu dasar dalam mengambil keputusan untuk memberikan kredit.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan membahas mengenai pendirian unit usaha pengolahan
biogas kotoran domba yang menghasilkan gas metan dan pupuk organik secara
komersil. Pendirian unit tersebut akan diusulkan untuk dapat direalisasikan pada
7
Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Kelompok ternak ini berada di Desa Nagrak,
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Pendirian unit pengolahan limbah pada
kelompok ternak ini diharapkan menjadi salah satu usaha pengembangan kegiatan
bisnis serta menghasilkan sumber energi alternatif bagi masyarakat sekitar.
Penelitian ini mengkaji kelayakan finansial unit pengolahan biogas kotoran
domba menggunakan alat ukur aruskas (cashflow), kemudian menganalisis unit
bisnis ini berdasarkan kriteria kelayakan investasi secara finansial berdasarkan
nilai bersih kini (Net Present Value), tingkat pengembalian Internal (Internal Rate
of Return), rasio manfaat biaya bersih (Net Benefit Cost Ratio) dan waktu
pengembalian investasi (Payback Period), serta memprediksikan ketahanan unit
usaha dilihat dari menurunnya harga jual pupuk organik dengan menggunakan
analasis sensitivitas berdasarkan arus kas selama umur ekonomis yang
diperhitungkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelayakan Usaha Pertanian
Analisis kelayakan usaha merupakan tahap yang perlu dilakukan sebelum
memulai sebuah usaha. Seperti yang diungkapkan Harahap (2011), bahwa
sebelum melakukan usaha budidaya sapi perah perlu dilakukan terlebih dahulu
analisis kelayakan usaha. Analisis usaha tersebut berfungsi untuk mengetahui
tingkat kelayakan suatu model usaha yang akan atau sedang dijalankan, serta
mengetahui ketahanan terhadap perubahan kondisi usaha yang ekstrim. Penelitian
yang dilakukan oleh Irmawati (2013), Dewi (2010), Hermanto (2010) dan Putri
(2008), mengungkapkan bahwa aspek utama yang perlu diperhatikan dalam
melakukan analisis kelayakan suatu usaha terdiri dari dua aspek, yaitu aspek non
finansial dan aspek finansial.
Aspek Non Finansial
Aspek non finansial yang perlu dianalisis terdiri dari aspek pasar, aspek
teknis, aspek sosial dan aspek organisasi. Aspek aspek tersebut merupakan salah
satu indikator keberhasilan suatu bisnis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Siregar (2009) yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan
Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (studi
kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB) adalah, pada aspek pasar
UPP Darul Fallah memiliki peluang untuk memasarkan output susu murni dan
hasil pengolahan limbah ke berbagai pasar selain kepada masyarakat sekitar.
Berdasarkan aspek teknis, usaha ternak UPP Darul Fallah dan Fakultas peternakan
IPB sudah memenuhi syarat untuk menjadikan usaha ternak sapi perahnya sesuai
dengan pengelolaan yang benar, namun terkadang ada beberapa persyaratan untuk
menjaga kualitas susu yang tidak dilakukan seperti dalam pendistriubusian susu.
Pada aspek manajemen, struktur organisasi yang digunakan masih sangat
sederhana, namun proses produksi tetap dijalankan dengan baik. Selain itu, dari
aspek hukum usaha ternak ini sudah melengkapi berkas-berkas perijinan
usahanya, sehingga sejauh ini tidak ada hambatan dalam aspek hukum. Aspek
8
sosial lingkungan dari UPP Darul Fallah dan Fakultas Petrnakan IPB dalam
memprosuksi susu dan mengelola limbah sudah memperhatikan pemanfaatan
limbah dan ramah lingkungan, selain itu dengan adanya usaha ini dapat membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitar peternakan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011) yang
berjudul “Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi dengan Sapi Potong
pada Kondisi Risiko di Kelompok ternak Dewi Sri” adalah hasil analisis aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan
budaya, dan aspek lingkungan memperlihatkan bahwa kegiatan pengembangan
usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong layak untuk diusahakan. Aspekaspek tersebut telah memenuhi segala sesuatu dapat mendorong bisnis tersebut
berkembang seperti ketersediaan pasar, modal, manajemen yang terorganisir
dengan baik serta teknologi yang digunakan juga mendukung usaha tersebut.
Aspek Finansial
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009), Sumantri dan
Fariyanti (2011), salah satu aspek yang perlu dianalisis selanjutnya adalah dari
aspek finansial. Aspek tersebut merupakan indikator yang paling penting dan
yang paling menentukan keberhasilan suatu bisnis karena menyangkut dengan
arus kas, alokasi modal dan efisiensi biaya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Siregar (2009) mengenai aspek finansial UPP Darul Fallah dan Fakultas
Petrnakan IPBmemiliki model usaha yang layak untuk dijalankan. Berdasarkan
kriteria investasi, nilai NPV pada kondisi tanpa risiko menghasilkan nilai sebesar
Rp. 202.456.789,33. Hal tersebut menunjukan bahwa manfaat bersih atau
keuntungan yang diperoleh UPP Darul Fallah selama 10 tahun dengan tingkat
diskonto 5,7% sebesar Rp. 202.456.789,33. Nilai IRR yang diperoleh sebesar
26,13%. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari invesatasi
yang ditanamkan pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar sebesar 26,13%,
usaha ternak UPP Darul Fallah tanpa kondisi risiko layak untuk dilakukan
investasi. Kriteria kelayakan investasi berikutnya yaitu Net B/C, berdasarkan
perhitungan nilai Net B/C yang dihasilkan sebesar 1,74, berdasarkan kriteria
penilaian investasi apabila nilai Net B/C lebih dari satu (Net B/C (1,74) > 1) maka
usaha tersebut layak untuk dijalankan. Waktu pengembalian untuk investasi yang
dilakukan adalah lima tahun 0,9 bulan karena mengikuti asumsi dalam satu bulan
hanya ada 8,8 bulan. Waktu pengembalian tersebut lebih sedikit dari umur usaha
penggilingan padi Sinar Ginanjar, sehingga berdasarkan penilaian usaha ini layak
dijalankan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011)
mengenai aspek finansial adalah pengembangan usaha padi yang berintegrasi
dengan sapi potong pada kondisi normal layak untuk dijalankan dan
dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari indikator kriteria investasi yang
menunjukkan nilai NPV mencapai Rp 511.329.761,71, IRR mencapai 19,8%, Net
B/C mencapai 1,24, dan payback period mencapai enam tahun dua bulan 16 hari.
Petani padi anggota Kelompok ternak Dewi Sri yang mengusahakan padi hanya
memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 510.347.200,43 selama umur bisnis, yakni
15 tahun. Jika petani anggota Kelompok ternak Dewi Sri ingin meningkatkan
pendapatannya, maka mereka dapat mengusahakan ternak sapi potong, biogas,
dan pupuk organik dalam pertanian terintegrasinya. Jika mereka melaksanakan
9
kegiatan usaha pertanian yang terintegrasi tersebut, maka total manfaat bersih
tambahan yang mereka terima adalah Rp 511.329.761,71 selama umur bisnis,
yakni 15 tahun dengan nilai investasi pada tahun pertama sebesar
Rp.3.055.458.750.
Teknik Memperkirakan Risiko
Penelitian yang dilakukan oleh Rosyid (2009), menggunakan teknik
memperkirakan risiko yaitu dengan motode Analisis switching value. Hasil dari
analisis switching value dengan pendekatan parameter penurunan harga susu dan
kenaikan biaya variabel yang dilakukan pada dua skenario. Skenario II (modal
sendiri) merupakan skenario yang paling sensitif terhadap parameter penurunan
harga dan peningkatan biaya variabel dibandingkan skenario I (modal sendiri dan
pinjaman), masing-masing nilai yang diperoleh skenario I sebesar 30,16% dan
55,43% sedangkan Skenario II sebesar 13,03% dan 18,52%.
Penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2010) dan Sumantri dan Fariyanti
(2011) menggunakan teknik memperkirakan risiko yaitu dengan analisis skenario.
Analisis tersebut menggunakan NPV yang diharapkan, Standard Deviation, dan
Coefficient Variation. Hasil penelitian dari Novianti terkait dengan analisis risiko
adalah Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berdasarkan hasil analisis pada
kondisi risiko layak untuk dijalankan. Pada risiko produksi, berdasarkan kriteria
investasi, nilai NPV yang diharapkan Usaha Penggilingan Padi mencapai
Rp.259.662.572, dengan nilai standar deviasi mencapai 388.618.762 dan koefisien
variasi sebesar 1,50. Sedangkan pada risiko harga, nilai NPV yang diharapkan
mencapai Rp.59.440.085, dengan standar deviasi sebesar 108.146.306 dan
menghasilkan nilai koefisien variasi sebesar 1,82. Berdasarkan kriteria penilaian
untuk mengukur tingkat risiko, semakin besar nilai NPV yang diharapkan maka
semakin kecil tingkat risiko yang dihadapi. Maka dapat disimpulkan bahwa risiko
harga pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar memiliki tingkat risiko yang
lebih besar dibandingkan dengan tingkat risiko pada kondisi risiko produksi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011)
mengenai analisis skenario adalah Analisis kelayakan finansial pengembangan
usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong layak untuk diusahakan dengan
adanya risiko produksi dan harga output pada padi di Kelompok ternak Dewi Sri.
Di mana, pada kondisi pengembangan usaha padi yang berintegrasi dengan sapi
potong pada kondisi risiko usaha padi menunjukkan bahwa tingkat risiko yang
paling tinggi ada pada risiko produksi. NPV yang diharapkan merupakan suatu
nilai yang diharapkan oleh pelaku usaha dari suatu investasi yang ditanamkan
pada usaha tersebut.Semakin tinggi NPV, maka tingkat risiko yang dihadapi
semakin besar. NPV yang diharapkan dari kedua kondisi yang paling tinggi
adalah NPV yang diharapkan pada kondisi harga output, yaitu sebesar
Rp.699.615.002,53. Risiko yang paling berpengaruh terhadap kelayakan pada
usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong pada analisis skenario adalah
risiko produksi padi. Hal ini dikarenakan kegiatan usaha ternak baru berjalan satu
tahun dan belum menghasilkan manfaat atau keuntungan dari aspek finansial.
10
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Penalaran seorang peneliti terhadap pengetahuan, teori dan dalil yang
berhubungan dengan topik penelitian mutlak diperlukan. Pengetahuan dan
penalaran tersebut dipelajari dari ilmu-ilmu yang sebelumnya atau dari sumbersumber bacaan dan dari penelitian sebelumnya. Teori-teori yang digunakan dalam
penelitian dapat membantu peneliti dalam menjelaskan berbagai aspek dalam
mendukung penelitian yang dilakukan.
Studi Kelayakan Proyek
Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999)
proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber
untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit); atau suatu aktivitas yang
mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) di waktu
yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu
unit. Gitinger (1986) mendefinisikan proyek sebagai suatu kegiatan investasi yang
mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat
menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu.
Pengertian lainnya diungkapkan oleh Umar (2005), proyek adalah suatu usaha
yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta
penggunaan masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan
dilaksanakan dalam suatu bauran produk yang sudah ada dengan
menginvestasikan sumber daya yang dapat dinilai secara independen.
Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek dapat
memberikan manfaat atas investasi yang ditanamkan.Studi kelayakan proyek
menurut Umar (1999) ialah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu
proyek investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan kemampuan
suatu proyek menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan.
Husnan dan Suwarsono (2000) menyatakan studi kelayakan proyek adalah
penelitian tentang mampu atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan
berhasil. Analisis kelayakan penting dilakukan sebagai evaluasi proyek yang
dijalankan pihak yang membutuhkan studi kelayakan antara lain:
1.
Investor
Investor merupakan pihak yang menanamkan dana atau modal dalam suatu
proyek akan lebih memperhatikan prospek usaha tersebut (tingkat
keuntungan yang diharapkan).
2.
Kreditur (Bank)
Kreditur merupakan pihak yang membutuhkan studi kelayakan untuk
memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan untuk kegiatan
proyek.
3.
Pemerintah
Pemerintah lebih berkepentingan dengan manfaat proyek bagi
perekonomian nasional dan pendapatan pemerintah atas pajak yang
diberikan proyek tersebut.
11
Terdapat enam aspek yang dibahas dalam studi kelayakan, antara lain aspek
teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial,
aspek finansial, dan aspek ekonomis (Kadariah et al, 1999). Gitinger (1986)
membagi aspek-aspek dalam analisis kelayakan mencakup aspek teknis, aspek
institusional-organisasional-manajerial, aspek sosial, aspek komersial, aspek
finansial dan aspek ekonomi. Umar (1999) membagi analisis kelayakan menjadi
aspek teknis, aspek pasar, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan
aspek finansial. Husnan dan suwarsono(2000) membagi aspek-aspek analisis
kelayakan ke dalam aspek pasar, aspek keuangan, aspek manajemen, aspek
hukum, aspek ekonomi dan sosial.Semua aspek tersebut perlu dipertimbangkan
bersama-sama untuk menentukan manfaat yang diperlukan dalam suatu investasi.
Gittinger (1986) menyatakan bahwa pada proyek pertanian ada enam aspek
yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu:
1.
Aspek Pasar
Untuk memperoleh hasil pemasaran yang diinginkan, perusahaan harus
menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran
pemasaran.Yang dimaksud dengan bauran pemasaran adalah seperangkat
alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus menerus mencapai tujuan
pemasarannya di pasar sasaran (Kotler, 2002). Analisis aspek pasar pada
studi kelayakan mencakup permintaan, penawaran, harga, program
pemasaran yang akan dilaksanakan, serta perkiraan penjualan.
2.
Aspek Teknis
Aspek teknis menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan
pemasaran hasil-hasil produksi. Aspek teknis terdiri dari lokasi proyek,
besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria
pemilihan mesin dan equipment, proses produksi serta ketepatan
penggunaan teknologi.
3.
Aspek Manajemen
Analisis aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan.
Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada studi kelayakan terdiri dari
manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal
penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, dan
manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi,
deskripsi jabatan, personil kunci dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.
4.
Aspek Hukum
Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan
yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat,
dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha.
5.
Aspek Sosial Lingkungan
Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya
terhadap devisa negara, peluang kerja dan pengembangan wilayah dimana
proyek dilaksanakan.
6.
Aspek Finansial
Pengaruh finansial dan pendanaan terhadap berjalannya sebuah proyek,
serta pengembangan suatu proyek dari dimensi finansial dan pendanaan.
Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat
keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari
pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang
12
tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang
ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan
dan 4) menentukan prioritas investasi (Gray, 1995).
Teori Biaya dan Manfaat
Tujuan analisa dalam analisa proyek harus disertai dengan defenisi berbagai
macam biaya dan manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang
membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefenisikan sebagai
pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap
manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1.
Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat
jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin.
2.
Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang
diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja.
3.
Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga dan pinjaman.
Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan
kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi:
1.
Manfaat langsung, yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan
dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan
kesempatan kerja.
2.
Manfaat tidak langsung, yaitu manfaat yang nyata dirasakan dan diperoleh
dengan cara tidak langsung dari berdirinya suatu proyek dan bukan
merupakan tujuan utama proyek, seperti rekreasi, peningkatan strata,
kenyamanan, dan efisiensi usaha.
Kriteria yang bisa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu
proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi
adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari
investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai
perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari
investasi dengan adanya proyek (Gittinger, 1986).
Analisis Kelayakan Investasi
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan
biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto
dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money
yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan
suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang
akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang”. Sedangkan
perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran
tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus
manfaat yang diterima (Gittinger, 1986).
Konsep time value of money (nilai waktu uang) menyatakan bahwa present
value (nilai sekarang) adalah lebih baik daripada yang sama pada future value
(nilai pada masa yang akan datang). Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini
13
terjadi yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati
pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa
yang akan datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki
saat sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang
melalui kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun
bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al., 2001).
Kadariah et al. (2001) juga mengungkapkan bahwa kedua unsur tersebut
berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga
modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat
dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang
penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Tingkat suku bunga ditentukan
melalui proses “discounting”.
Analisis Finansial
Kriteria-kriteria yang menentukan kelayakan investasi diantaranya adalah
NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit
Cost Ratio), PBP (Pay Back Period) dan analisa kepekaan (Switching Value).
Analisis kelayakan pada aspek ini sangat penting dilakukan. Tujuan dilakukannya
analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai
melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari pemborosan sumbersumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak
menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada
sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan 4)
menentukan prioritas investasi (Gray et al, 1992). Analisis finansial terdiri dari:
1.
Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah selisih antara nilai
sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. Menurut Keown
(2001), NPV juga dapat diartikan selisih antara nilai sekarang dari arus kas
yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan
tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:
a.
NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis
sebesar modal sosial Opportunity Cost faktor produksi normal.
Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.
b.
NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan
dapat dilaksanakan.
c.
NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan
sebaiknya tidak dilaksanakan.
2.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan
antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari
net benefit yang negatif. Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio
adalah:
a.
Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi
b.
Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan
c.
Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan.
14
3.
4.
Internal Rate Return (IRR)
Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value
kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang
diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang
menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol.
Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata
keuntungan interen tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan
dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku
bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang
digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga yang berlaku.
Payback Periode (PP)
Payback periode atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu
metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk
mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal
itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena
modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan
dan Suwarsono, 2000).
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah metode untuk melihat sampai berapa persen
peningkatan atau penurunan suatu unsur dapat mengakibatkan perubahaan dalam
kriteria investasi (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek pada dasarnya
menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari
sisi penerimaan atau pengeluaran yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat
kelayakan proyek. Analisis sensivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan
terjadi dengan hasil analisa proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahanperubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat (Kadariah et al,
1999). Pada umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan sensitif berubah-ubah
akibat empat masalah yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan pelaksanaan dan
hasil (Gittinger, 1986).
Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching
value). Analisis Switching Value digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana
investasi masih dapat memenuhi tingkat minimum layak untuk dilaksanakan.
Analisis ini dilakukan pada biaya variabel dan penurunan harga jual sampai
diperoleh nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga, nilai Net B/C sama dengan
satu dan nilai NPV sama dengan nol. Analisis ini diterapkan pada arus
pengeluaran dan penerimaan dalam analisis kelayakan finansial. Kondisi tersebut
dibuat sampai mencapai nilai NPV mendekati nol,