Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Debit Aliran Sungai Ciwidey, Jawa Barat

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN DEBIT ALIRAN
SUNGAI CIWIDEY, JAWA BARAT

JESSY EKA SEPTI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perubahan
Penggunaan Lahan dan Debit Aliran Sungai Ciwidey, Jawa Barat adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka

di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Jessy Eka Septi
NIM A14080028

ii

ABSTRAK
JESSY EKA SEPTI. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Debit Aliran
Sungai Ciwidey, Jawa Barat. Dibimbing oleh YAYAT HIDAYAT dan
WAHYU PURWA KUSUMA.
Pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah yang sangat pesat di
Sub DAS Citarum Hulu (DAS Ciwidey) telah mendorong perubahan
penggunaan lahan yang sangat intensif sehingga dikhawatirkan meningkatkan
potensi kejadian banjir di wilayah tersebut. Penelitian bertujuan mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan dan pengaruhnya terhadap debit aliran
sungai Ciwidey (DAS Ciwidey). Perubahan penggunaan lahan diidentifikasi
mulai tahun 1994 hingga 2005 untuk penggunaan lahan hutan primer, hutan
sekunder, zona industri, kebun campuran, ladang/tegalan, perkebunan,

pemukiman, dan sawah. Perubahan penggunaan lahan paling banyak terjadi
pada periode tahun 1997 hingga 2001. Pada periode tahun tersebut penggunaan
lahan yang dominan berubah adalah hutan primer dan hutan sekunder dengan
luas masing-masing sebesar 742.3 ha dan 471.1 ha. Sementara debit
maksimum aliran sungai pada tahun 1997 dan 1998 adalah sebesar 27.0
m3/detik dan 33.1 m3/detik. Pada tahun tersebut nilai koefisien aliran
permukaannya menunjukan angka relatif besar dibanding tahun-tahun lainnya,
masing-masing sebesar 0.69 dan 0.84. Tingginya debit maksimum dan
besarnya nilai koefisien aliran permukaan pada tahun tersebut diduga berkaitan
dengan adanya perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada periode tahun
1997 hingga 2001. Selain itu terdapat faktor lain yang diduga dapat
mempengaruhi tingginya debit maksimum dan besarnya nilai koefisien aliran
permukaan yaitu adanya dampak El Nino dan La Nina yang masing-masing
terjadi pada tahun 1997 dan 1998. El Nino menyebabkan musim kemarau
cukup panjang dan La Nina menyebabkan musim hujan cukup panjang.
Kata kunci : Debit aliran sungai, Koefisien aliran permukaan,
Perubahan,penggunaan lahan

iii


ABSTRACT
JESSY EKA SEPTI. Analysis of Land Use Changes and Ciwidey River
Discharge, West Java. Supervised by YAYAT HIDAYAT and WAHYU
PURWA KUSUMA.
Population growth and rapid regional development in Ciwidey
Watershed lead to very intensive land use changes that icrease flooding risk in
the region. This study aimed to identify land use changes and its effects on
river discharge in Ciwidey Watershed. Land use changes that occured during
1994 up to 2005 periode werw primary forest, secondary forest, industrial
zones, mixed garden, dry land agriculture, plantations, settlements, and
ricefield. Most of land use changes occurred in the period 1997 to 2001.
During that period, the primary forests and secondary forests esperienced the
largest change where respectively 742.3 ha and 471.1 ha were converted to
other land uses. The maximum discharge are Ciwidey river in 1997 and 1998
were 27.0 m3/s and 33.1 m3/s with run coefficient of respectively 0.69 and
0.84 . The high runoff coefficient was allegedly associated with dominant land
use changes that occurred in the periode of 1997 to 2001. There are other
factors that might contribute to the high discharge and high magnitude of
runoff coefficient, namely the impact of El Nino and La Nina which occurred
in 1997 and 1998. El Nino causes drought season and La Nina causes long

rainy season.
Key Words : Watershed Discharge, Runoff Coeficient, Land Use Changes

iv

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN
DEBIT ALIRAN SUNGAI CIWIDEY, JAWA BARAT

JESSY EKA SEPTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi :
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Debit Aliran
Sungai Ciwidey, Jawa Barat
Nama
: Jessy Eka Septi
NIM
: A14080028

Disetujui oleh

Dr Ir Yayat Hidayat, MSi
Pembimbing I

Ir WahyuPyrwakusuma, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr Ir Baba Barus, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Judul Skripsi
Nama
NlM

: Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Debit Aliran
Sungai Ciwidey, Jawa Barat
: Jessy Eka Septi
: A14080028

Disetujui oleh

Dr Ir Yayat Hidayat, MSi
Pembimbing I

Ir WahYUPyrwakusuma, MSc

Pembimbing II

Ketua Departemen

Tanggal Lulus

: 20

Sセn@

2014

v

vi

PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

“Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Debit Aliran Sungai Ciwidey,
Jawa Barat”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Dr. Ir. Yayat Hidayat MSi dan Ir. Wahyu Purwakusuma MSc
atas teldan, bimbingan, ide, kritik, saran, kesabaran, motivasi dan ilmu yang
diajarkan selama penulis menempuh pendidikan. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Enni Dwi Wahjunie MSi sebagai Penguji atas
kritik dan sarannya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Almarhum papah dan mamah yang selalu memberikan kasih sayang dan
cintanya kepada saya semasa mereka masih hidup, Adik-adikku tersayang
“Fetty Dwi Lestari, Rialdi Tri Oktavialdi, dan Risvan Catur Apriansyah” atas
perhatian, kasih sayang, kesabaran, motivasi, pengorbanan dan doa yang tidak
pernah putus, A. Rosid yang selalu mendukung dan memberi motivasi
kepada penulis, Rekan-rekan MSL’45, Merina, Mutiara, Chaida, Hadianti
temen-temen kosan Paninengan dan teman-teman seperjuangan lainnya untuk
kebersamaan dan dukungannya serta Staf tata usaha dan laboratorium yang
senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi
ilmu pengetahuan, khususnya bidang Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.

Bogor, Januari 2014

Jessy Eka Septi

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan...................................................... 2

Aliran Permukaan........................................................................................... 3
Koefisien Aliran Permukaan .......................................................................... 4
Daerah Aliran Sungai (DAS) ......................................................................... 4
METODOLOGI PENELITIAN
5
Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 5
Bahan dan Alat Penelitian .............................................................................. 5
Metode Penelitian........................................................................................... 5
Persiapan ........................................................................................................ 6
Pengumpulan Data ......................................................................................... 6
Analisis Data .................................................................................................. 6
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan ............................................ 7
Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Debit Aliran Sungai ........ 7
Hubungan Perubahan Penggunaan dan Debit Aliran Sungai .......... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 8
Topografi dan Tanah ........................................................................ 9
Iklim dan Curah hujan ..................................................................... 9
Penggunaan Lahan ....................................................................................... 10

Perubahan Penggunaan Lahan ..................................................................... 11
Curah Hujan dan Debit Aliran Sungai ......................................................... 13
Penggunaan Lahan dan Debit Aliran Sungai ............................................... 13
Koefisien Aliran Permukaan ........................................................................ 14
KESIMPULAN DAN SARAN
16
Kesimpulan .................................................................................................. 16
Saran ............................................................................................................. 16

viii

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

17
19

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.

Bahan penelitian ................................................................................................. 5
Alat penelitian .................................................................................................... 5
Kelas lereng DAS Ciwidey ................................................................................ 9
Luas penggunaan lahan DAS Ciwidey ............................................................. 10
Nilai koefisien aliran permukaan DAS Ciwidey .............................................. 15

DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Diagram Alir Penelitian ..................................................................... 6
2. Gambar 2 Peta lokasi penelitian ......................................................................... 8
3. Gambar 3 Perubahan penggunaan lahan DAS Ciwidey ................................... 11
4. Gambar 4 Hubungan curah hujan dan debit aliran sungai Ciwidey tahun
1996-2005 ......................................................................................................... 13
5. Gambar 5 Hubungan debit aliran sungai Ciwidey dan curah hujan dengan
perubahan penggunaan lahan ........................................................................... 14

DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1994-1997 (dalam
2.
3.
4.
5.
6.
7.

hektar) ............................................................................................................... 19
Lampiran 2 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1997-2001 (dalam
hektar) ............................................................................................................... 20
Lampiran 3 Data Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2001-2005
(dalam hektar)................................................................................................... 21
Lampiran 4 Data Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1994-2005
(dalam hektar)................................................................................................... 22
Lampiran 5 Data Curah hujan (CH) (mm) dan debit (m3/detik) harian
tahun 1996-2006 ............................................................................................... 23
Lampiran 6
Peta penggunaan lahan Tahun 1994 (a), Tahun 1997(b),
Tahun 2001 (c), dan Tahun 2005 (d) ................................................................ 24
Lampiran 7 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1994-1997 (a),
Tahun 1997-2001 (c), Tahun 2001-2005 (b), Dan Tahun 1994-2005(d) ......... 26

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk yang semakin pesat mengakibatkan
terjadinya peningkatan permintaan lahan. Peningkatan permintaan lahan
tersebut dapat mempengaruhi pola perubahan penggunaan lahan, termasuk
diantaranya permintaan lahan di DAS Citarum Hulu. Hariyanto et al (2010)
menyatakan bahwa pada periode tahun 1983-2001 di DAS Citarum Hulu telah
terjadi penurunan luas hutan dan sawah masing-masing sebesar 39 621 ha
(21.89%) dan 32 282 ha (17.83%) serta peningkatan luas daerah terbangun
sebesar 11 521 ha (6.36%). Pada periode tahun yang sama di DAS Ciwidey
yang merupakan bagian dari Sub DAS Citarum hulu juga mengalami
penurunan luas hutan, sawah, semak rumput, dan tegalan. Bagian penggunaan
lahan tersebut beralih menjadi belukar lahan terbuka, perkebunan, permukiman
urban, permukiman sub urban, dan industri.
Perubahan lahan terbuka menjadi lahan terbangun dapat menyebabkan
luas lahan kedap air meningkat. meluasnya lahan kedap air dan berubahnya
hutan menjadi penggunaan lain dapat mengurangi peresapan air hujan kedalam
tanah, sehingga dapat meningkatkan air limpasan dan menyebabkan debit
aliran sungai meningkat (Wibowo 2005).
Semakin tingginya alih fungsi hutan di DAS Ciwidey ke lahan pertanian dan
lahan pertanian menjadi penggunaan lahan lain akan menyebabkan peningkatan
nilai koefisien aliran permukaan, sehingga bagian air hujan yang menjadi aliran
permukaan semakin besar. Peningkatan aliran permukaan akan meningkatkan
debit aliran sungai, sehingga dapat meningkatkan potensi terjadinya banjir. Untuk
mengantisipasi hal tersebut perlu adanya penelitian mengenai hubungan antara
perubahan penggunaan lahan dengan debit sungai di DAS Ciwidey, sehingga akan
dapat diperkirakan perubahan pola debit aliran sungai sebagai akibat perubahan
penggunan lahan di DAS Ciwidey.
Tujuan
Mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan DAS Ciwidey dan
pengaruhnya terhadap debit aliran sungai Ciwidey.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
hidrologi, dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunaannya. Penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi (campur
tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya
baik material maupun spiritual. Sistem penggunaan lahan digolongkan kedalam
dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan non pertanian.
Penggunaan lahan pertanian adalah tegalan, sawah, ladang, kebun, padang
rumput, hutan produksi, hutan lindung dan sebagainya. Penggunaan lahan non
pertanian antara lain penggunaan lahan perkotaan atau pedesaan, industri,
rekreasi, pertambangan, dan sebagainya (Arsyad 2000).
Perubahan penggunaan lahan diidentifikasi berdasarkan perubahan keadaan
penggunaan lahan atau posisinya pada kurun waktu tertentu. Perubahan
penggunaan lahan dapat terjadi secara sistematik dan non-sistematik. Perubahan
sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena yang berulang, sehingga
kecenderungan perubahan dapat ditunjukkan dengan peta multiwaktu. Fenomena
yang ada dapat dipetakan berdasarkan seri waktu,sehingga perubahan penggunaan
lahan dapat diketahui. Perubahan non-sistematik terjadi karena kenampakan
luasan lahan yang mungkin bertambah, berkurang, ataupun tetap. Perubahan ini
pada umumnya tidak linear karena kenampakannya berubah-ubah, baik penutup
lahan maupun lokasinya (Murchacke 1990).
Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan
dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lain diikuti dengan berkurangnya
tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya atau
berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda (Martin 1993
dalam Wahyunto dkk 2001). Perubahan penggunaan lahan akan terus berlangsung
sejalan dengan meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk dalam menjalankan
kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya, yang pada akhirnya dapat berdampak
positif maupun negatif. Perubahan penggunaan lahan dari hutan ke non-hutan
misalnya, dapat mengakibatkan menurunnya daya kemampuan hutan untuk
menjalankan fungsi ekologisnya sehingga dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan yang serius seperti perubahan iklim, berkurangnya keanekaragaman
hayati dan ketersediaan sumber daya air serta terjadinya erosi tanah (Basyar
2009).
Faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan dibedakan
menjadi faktor umum dan faktor khusus. Faktor umum yang menyebabkan
perubahan penggunaan lahan adalah faktor iklim, peningkatan jumlah penduduk
dan proses transmigrasi. Faktor khusus yang menyebabkan perubahan penggunaan
lahan adalah faktor fisik, biologi, sosial, politik dan ekonomi yang terjadi dalam
dimensi ruang dan waktu (Wu et al 2008 dalam As Syakur 2011).
Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat
dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal: pertama adanya keperluan
untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan
kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih

3

baik.Pertambahan jumlah penduduk berarti bertambahnya permintaan terhadap
makanan dan kebutuhan lain yang dapat dihasilkan oleh sumberdaya lahan.
Permintaan terhadap hasil-hasil pertanian meningkat dengan adanya pertambahan
penduduk. Demikian pula permintaan terhadap hasil non pertanian seperti
kebutuhan perumahan dan sarana prasarana wilayah. Peningkatan pertumbuhan
penduduk dan peningkatan kebutuhan material ini cenderung menyebabkan
persaingan dalam penggunaan lahan (Barlowe 1986).
Aliran Permukaan
Aliran permukaan merupakan bagian dari hujan atau presipitasi yang
alirannya menuju saluran-saluran sungai, danau, atau laut. Aliran tersebut dapat
mengalir pada permukaan tanah (over land flow) maupun melalui bawah
permukaan (sub-surface flow atau inter flow) (Haridjaja1991). Menurut Arsyad
(2010) aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah atau
bumi. Aliran air dipermukaan bumi dibedakan menjadi dua jenis menurut perilaku
alirannya yaitu aliran air diatas permukaan tanah (over land flow) dan aliran air di
dalam sungai (stream flow).
Aliran permukaan mempunyai sifat yang dinyatakan dalam jumlah,
kecepatan, laju, dan gejolak aliran permukaan. Sifat-sifat ini mempengaruhi
kemampuan untuk menimbulkan erosi. Jumlah aliran permukaan menyatakan
jumlah air yang mengalir dipermukaan tanah untuk suatu masa hujan atau masa
tertentu, dinyatakan dalam tinggi kolom air (mm atau cm) atau dalam volume air
(m3). Laju aliran permukaan adalah banyaknya atau volume air yang mengalir
melalui suatu titik persatuan waktu, dinyatakan dalam m3/detik atau m3/jam. Laju
aliran permukaan juga dikenal dengan istilah debit aliran. Besarnya debit aliran
ditentukan oleh luas penampang air dan kecepatan alirannya. Ada pun faktor yang
mempengaruhi sifat aliran permukaan yaitu curah hujan, temperatur, tanah, luas
daerah aliran, tanaman/tumbuhan penutup tanah dan sistem pengelolaan
tanah(Arsyad 2010).
Proses terjadinya aliran permukaan diawali dengan masuknya air hujan
diatas permukaan tanah pada suatu wilayah kedalam tanah sebagai air infiltrasi
setelah ditahan oleh tajuk pohon sebagai air intersepsi. Infiltrasi akan berlangsung
terus selama air masih berada dibawah kapasitas lapang. Apabila hujan terus
berlangsung, dan kapasitas lapang telah terpenuhi, maka kelebihan air hujan
tersebut akan tetap terinfiltrasi yang selanjutnya akan menjadi air perkolasi dan
sebagiandigunakan untuk mengisi cekungan atau depresi permukaan tanah
sebagai simpanan permukaan (depresion storage).Setelah simpanan depresi
terpenuhi, kelebihan air tersebut akan menjadi genangan air yang di sebut
tambatan permukaan (detention storage). Sebelum menjadi aliran permukaan,
kelebihan air hujan diatas sebagian menguap atau terevaporasi walaupun
jumlahnya sangat sedikit (Arsyad 1982 dalam Haridjaja dkk 1991).
Setelah proses-proses hidrologi diatas tercapai dan air hujan masih berlebih,
baik hujan masih berlangsung atau tidak, maka aliran permukaan akan terjadi.
Selanjutnya aliran permukaan akan menuju saluran-saluran dan akhirnya akan
menuju sungai sebelum mencapai danau atau laut (Arsyad 1982 dalam Haridjaja
dkk 1991). Schwab dkk (1981 dalam Haridjaja dkk 1991) mengemukakan bahwa

4

aliran permukaan tidak akan terjadi sebelum evaporasi, intersepsi,infiltrasi,
simpanan depresi, tambatan permukaan dan tambatan saluran terjadi.
Koefisien Aliran Permukaan
Koefisien aliran permukaan merupakan nisbah antara puncak laju aliran
permukaan terhadap intensitas hujan (Arsyad 2000). Koefisien aliran permukaan
dengan nilai 0.1 menunjukkan bahwa 10% dari total curah hujan akan menjadi air
larian atau aliran permukaan. Nilai koefisien aliran permukaan merupakan salah
satu indikator untuk menilai kerusakan fungsi hidrologi DAS.
Nilai koefisien aliran permukaan berkisar antara 0-1. Nilai 0 menunjukkan
bahwa semua air hujan terdistribusi menjadi air intersepsi dan infiltrasi,
sedangkan nilai 1 menunjukkan bahwa semua air hujan yang jatuh mengalir
sebagai aliran permukaan. Dilapangan, nilai koefisien aliran permukaan biasanya
lebih dari 0 dan lebih kecil dari 1 (Asdak 1995).
Koefisien aliran permukaan biasanya diberi notasi C. Faktor utama yang
mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi tanah, tanaman penutup tanah, dan
intensitas hujan (Arsyad 2000). Nilai C dapat digunakan sebagai indikator suatu
DAS memiliki kondisi yang masih baik atau tidak. Untuk nilai C < 0.25
didefinisikan bahwa DAS dalam kondisi baik, C 0.25-0.50 didefinisikan DAS
dalam kondisi sedang, dan C > 0.50 didefinisikan DAS dalam kondisi buruk (SK
Menhut No 52/Kpts-II/2001).
Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh
pemisah topografi yang berfungsi menerima hujan, menampung, menyimpan dan
mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau atau ke laut. Selain itu DAS juga
merupakan suatu ekosistem dimana di dalamnya terjadi suatu proses interaksi
antara faktor-faktor biotik, nonabiotik, dan manusia. Sebagai suatu ekosistem,
maka setiap ada masukan ke dalamnya, proses yang terjadi dapat dievaluasi
berdasarkan keluaran dari sistem tersebut (Suripin 2002).
Pengelolaan DAS merupakan pengelolaan sumberdaya alam dengan tujuan
untuk memperbaiki, memelihara dan melindungi keadaan DAS, agar dapat
menghasilkan barang dan jasa khususnya kuantitas, kualitas dan kontinuitas air
(water yield) untuk kepentingan pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan,
perikanan, industri dan masyarakat. Keberhasilan pengelolaan DAS diindikasikan
dengan fluktuasi debit yang semakin kecil, sedimen sungai, serta terjaganya
kelestarian sumber-sumber air. Oleh kerena itu, usaha-usaha konservasi tanah dan
air perlu dilakukan secara terintegrasi dengan usaha pengembangan sumbersumber air, dan kedua upaya tersebut harus dilaksanakan secara simultan
(Nuryanto dkk 2003). Menurut Schwab et al 1981 secara umum faktor yang
mempengaruhi aliran sungai dibagi menjadi dua bagian yaitu karakteristik hujan
dan karekteristik DAS. Karakteristik hujan meliputi jumlah, intensitas, dan lama
hujan. Sedangkan karakteristik DAS ditentukan oleh ukuran, bentuk, orientasi,
topografi, geologi, dan penggunaan lahan.

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2012 sampai bulan April 2013 di
DAS Ciwidey (Sub DAS Citarum Hulu), Kabupaten Bandung Provinsi Jawa
Barat. Persiapan, pengolahan data, dan analisis data dilakukan di Laboratorium
Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat Penelitian
Data yang digunakan terdiri dari peta topografi, peta DAS Citarum Hulu,
peta penggunaan lahan tahun 1994, 1997, 2001, dan 2005, peta administrasi, data
debit aliran sungai, dan data curah hujan (Tabel 1), serta peralatan penunjang
untuk pengolahan data penelitian (Tabel 2).
Tabel 1 Bahan penelitian
Bahan
Peta Daerah Aliran Sungai
Peta Penggunaan Lahan Tahun
1994, 1997, 2001, dan 2005
Peta Administrasi,Peta Topografi
Data Debit aliran sungai
Data Curah Hujan

Sumber
Peta topografi skala 1:25000 Bakosurtanal
Badan Planologi Kehutanan, Kementerian
Kehutanan
Bakosurtanal 2001
Balai Besar Wilayah Sungai Citarum
Balai Besar Wilayah Sungai Citarum

Tabel 2 Alat penelitian
Alat
ArcGis 10
Microsoft Office 2007

Keterangan
Interpretasi penggunaan lahan dan pengolahan
data
Tabulasi data dan penulisan skripsi
Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu tahap persiapan,
pengumpulan data, dan analisis data. Secara skematik disajikan pada Gambar
1.

6

Peta Topografi
DAS Citarum

Hulu
Deliniasi DAS
Ciwidey

Nilai Rataan
Harian

Peta Penggunaan Lahan

Th. 1994

Th. 1997

Data Debit
Aliran Sungai

Data Curah
Hujan

Th. 2001

Th. 2005
Analisis hubungan Curah
Hujan dengan Debit
aliran sungai

Overlay

Peta Perubahan
Penggunaan Lahan

Analisis perubahan
penggunaan lahan dan
debit aliran sungai
Ciwidey

Gambar 1 Diagram alir penelitian

Persiapan
Kegiatan persiapan meliputi studi literatur, pembuatan proposal dan
pengumpulan data yang diperlukan. Studi literatur dilakukan untuk mempelajari
tulisan ilmiah yang berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan, debit aliran
sungai, dan daerah aliran sungai (DAS).
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa peta dan data sekunder. Peta yang
dikumpulkan yaitu peta Sub DAS Citarum hulu, peta penggunaan lahan DAS
Ciwidey tahun 1994, 1997, 2001, dan 2005, peta topografi, dan peta administrasi
DAS Citarum hulu. Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data debit aliran
sungai yang berasal dari SPAS Cukang Genteng dan data curah hujan yang
berasal dari stasiun hujan Cisondari, Cililin, dan Chincona.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif, terdiri dari analisis perubahan
penggunaan lahan tahun 1994 hingga 2005, analisis hubungan curah hujan dan

7
debit aliran sungai, serta analisis hubungan perubahan penggunaan lahan dan
perubahan debit aliran sungai.
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
Analisis perubahan penggunaan lahan diolah dengan menggunakan software
SWAT dan ArcGIS 10. SWAT digunakan untuk mendeliniasi batas DAS
penelitian berdasarkan peta topografi. ArcGIS 10 digunakan untuk mendeliniasi
penggunaan lahan didalam Sub DAS, mengklasifikasi penggunaan lahan yang
dijumpai dan menghitung luas masing-masing penggunaan lahan. Untuk
mengetahui perubahan penggunaan lahan dilakukan proses overlay penggunaan
lahan tahun 1994 , 1997, 2001, dan 2005. Proses overlay dilakukan pada peta
penggunaan lahan tahun 1994 dengan 1997, tahun 1997 dengan 2001, dan tahun
2001 dengan 2005.
Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Debit Aliran Sungai
Analisis hubungan curah hujan dengan debit aliran sungai dilakukan dengan
menggunakan data curah hujan wilayah dan debit aliran sungai harian. Curah
hujan rata-rata harian wilayah ditentukan menggunakan metode poligon Thiessen.
Berdasarkan data curah hujan wilayah harian, dihitung curah hujan rata-rata
harian. Analisis dilakukan dengan membandingkan rata-rata curah hujan harian
wilayah dengan debit rata-rata harian tahun 1996 hingga 2005.
Hubungan curah hujan dengan debit aliran sungai dapat dinyatakan dalam
bentuk koefisien aliran permukaan, yaitu nisbah total aliran permukaan dengan
jumlah curah hujan. Total aliran permukaan dihitung berdasarkan data debit aliran
sungai harian dalam satuan tinggi. Curah hujan yang digunakan adalah curah
hujan rata-rata harian dalam satu bulan.
Hubungan Perubahan Penggunaan dan Debit Aliran Sungai
Hubungan antara perubahan penggunaan lahan dengan debit aliran sungai
diakukan secara deskriptif yaitu dengan melihat pola debit aliran sungai terhadap
curah hujan dan perubahan penggunaan lahan pada periode tahun 1994-2005.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan peta rupa bumi skala 1: 25.000 (Bakosurtanal, 2001) secara
geografi DAS Ciwidey (Sub DAS Citarum Hulu) terletak pada 6058’00 LS 7012’00 LS dan 107023’00 BT-107034’00 BT. Secara Administrasi DAS Ciwidey
meliputi Kecamatan Cangkuang, Kecamatan Ciwidey, Kecamatan Katapang,
Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Rancabali, Kecamatan Sindangkerta, dan
Kecamatan Soreang (Gambar 2).

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

9
Topografi dan Tanah
DAS Ciwidey merupakan daerah dengan topografi datar hingga curam.
Sebagian besar lahan mempunyai kelas lereng dengan kemiringan agak curam
(lereng 15-25%) dengan luas 6 881 ha (31.04%) dan datar (lereng 0-8%)
dengan luas 6 696 ha (30.20%) (Tabel 3). DAS Ciwidey terletak pada
ketinggian 600 hingga 1 500 meter diatas permukaan air laut.
Tanah di DAS Ciwidey didominasi oleh asosiasi Dystropepts-Andisols.
Tanah Dystropepts termasuk kedalam order Inceptisol yang memiliki sub
horison penciri kambik. Tanah Dystropepts merupakan tanah yang terbentuk
dibawah curah hujan dan temperatur yang tingggi dan umumnya terdapat di
daerah tropika dan semitropika (Soepardi 1989 dalam Budiharjo 1993). Tanah
ini berada di daerah vulkanik, baik yang berasal dari tufa maupun batuan beku
yang berada pada topografi bergelombang, berombak, berbukit sampai
bergunung. Tanah Dystropepts pada umumnya bertekstur lempung hinggga
liat. Fraksi liat di dominasi oleh minerat kaolinit dan struktur tanah granular
serta mempunnyai konsistensi gembur, sehingga menyebabkan terjadinya
drainase dalam yang baik (Dudal dan Soepraptoharjo 1957 dalam Budiharjo
1993). Tanah Andisols merupakan tanah yang mengandung bahan organik
tinggi yang terbentuk dari tuff dan abu vulkan intermedier, terdapat terutama di
daerah berbukit dan bergunung dengan elevasi yang relatif tinggi. Tanah ini
mempunyai perkembangan profil lemah, penampang tanah sedang sampai
sangat dalam, lapisan atas kaya bahan organik berwarna hitam sampai coklat
gelap, tekstur sedang sampai agak kasar berpasir semu dan berbatu. Tanah
mudah meresapkan air, permeabilitas tinggi. Potensi tanah ini baik untuk
tanaman palawija dan sayuran dengan faktor pembatas utama umumnya adalah
adanya lapisan berbatu dan padas (BPDAS Citarum-Ciliwung 2008).
Tabel 3 Kelas lereng DAS Ciwidey
Kelas Lereng
Topografi
Datar
Landai
Agak Curam
Curam
Sangat Curam
Total

Kemiringan (%)
0-8
8-15%
15-25
25-40
>40

Luas Lahan
Hektar
Persen
6 696
30.20
4 950
22.33
6 881
31.04
3 385
15.27
258
1.16
22 169
100.00

Sumber: BPDAS Citarum-Ciliwung 2008

Iklim dan Curah hujan
Secara umum iklim DAS Ciwidey dapat digolongkan kedalam iklim tipe
C menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson atau tipe Am menurut
sistem klasifikasi Koppen yaitu iklim hujan tropik yang mempunyai curah
hujan tinggi, dengan suhu rata-rata harian berkisar 220-230 C. Sementara
kelembaban relatif berkisar antara 75- 83 % (BPDAS Citarum-Ciliwung 2008).

10
Curah hujan di DAS Ciwidey tidak merata. Curah hujan wilayah tahunan
tertinggi sebesar 2 268 mm. Variasi curah hujan terjadi karena pengaruh topografi.
Curah hujan wilayah tahunan tertinggi pada tiga stasiun hujan di DAS Ciwidey
dan sekitarnya, yaitu:Cisondari,Cililin, dan Chincona berturut-turut sebesar 2019
mm, 1752 mm, dan 2382 mm.
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan DAS Ciwidey terdiri dari hutan primer (HP), hutan
sekunder (HS), zona industri (ZI), kawasan pertambangan dan galian (PG), kebun
campuran (Kc), ladang/tegalan (L/T), padang rumput/ilalang (Pr/I), perkebunan
(Pk), permukiman (Pm), sawah (Sw), dan danau/situ (Ds). Penggunaan lahan yang
paling dominan pada tahun 1994 adalah perkebunan yaitu seluas 11 837.94
Ha(54.93%) sedangkan penggunaan lahan paling sempit adalah zona industri
yaitu seluas 6.32Ha (0.03%) (Tabel4).
Tabel 4 Luas penggunaan lahan DAS Ciwidey
1994

1997

2001

2005

Penggunaan
Lahan

Ha

%

Ha

%

Ha

%

Hp

5635.26

26.15

5635.26

26.15

4892.94

22.71

4892.94

22.71

Hs

494.03

2.29

471.08

2.19

0

0

0

0

ZI

6.32

0.03

6.32

0.03

17.93

0.08

17.93

0.08

PG

37.71

0.17

37.71

0.17

37.71

0.17

37.71

0.17

Kc

527.68

2.45

527.68

2.45

1325.23

6.15

1409.27

6.54

L/T

1185.86

5.50

1287.27

5.97

1263.17

5.86

1179.13

5.47

Pr/I

25.61

0.12

25.61

0.12

25.61

0.12

25.61

0.12

Pk

11837.94

54.93 11733.62

54.45

11829.66

54.9

11808.23

54.8

Pm

196.52

0.91

228.74

1.06

538.96

2.50

560.49

2.60

Sw

1580.40

7.33

1574.03

7.30

1596.12

7.41

1596.12

7.41

Ds

21.68

0.10

21.68

0.10

21.68

0.10

21.68

0.10

Total

21549

100

21549

100

21549

100

21549

100

Keterangan :
Hp
: Hutan Primer
Hs
: Hutan Sekunder
ZI
: Zona Industri
PG
: Kawasan Pertambangan dan Galian
Pr/I
: Padang rumput/ilalang
Ds
: Danau/Situ

Kc
L/T
Pk
Pm
Sw

Ha

: Kebun Campuran
: Ladang/ Tegalan
: Perkebunan
: Permukiman
: Sawah

%

11
Perubahan Penggunaan Lahan
Pada periode 1994 hingga tahun 2005 terjadi perubahan penggunaan
lahan hutan primer, hutan sekunder, zona industri, kebun campuran,
ladang/tegalan, perkebunan, permukiman, dan sawah. Perubahan penggunaan
lahan yang paling dominan adalah lahan hutan primer (Hp), selanjutnya adalah
perkebunan (Pk), Sawah (Sw), hutan sekunder (Hs), kebun campuran (Kc), dan
ladang/tegalan (L/T). Kebun campuran dan permukiman merupakan
penggunaan lahan yang mengalami perluasan paling besar. Perubahan tersebut
dapat dilihat pada Gambar 3 dan Lampiran 2.
Tahun 1994-1997

Sw

Pk

Pm
32,2
Ha

L/T
92,4
Ha

Sw
11,9
Ha

L/T 9,0
Ha

Pk

Sw

Sw
13,9
Ha

Hs

11 837.94Ha

1 580.40 Ha

Hs

494.03Ha

Tahun 1997-2001

Hp
Kc
176,9
Ha

Pm
21,9
Ha

Hs

Sw
543,5
Ha

Pm
160,9
Ha

Hp

Pk
92,4
Ha

Kc
310,2
Ha

Kc

527.68 Ha

Sw
ZI 11,6

Pk
Kc

Pm
9,0 Ha

Ha

73,3
Ha

Sw

L/T

Pk

1 287,27 Ha

11 733,62 Ha

L/T

Pk

Kc 84,0
Ha

Pm 21,5
Ha

Pk

L/T

Keterangan :
Hp
: Hutan Primer
Hs
: Hutan Sekunder
ZI
: Zona Industri
Pm : Permukiman

11 829.66 Ha
Kc
L/T
Pk
Sw

Kc
278,9 L/T
Ha 77,3
Ha Pk
53,5
Pm Ha
100,1
Ha

1 574.03 Ha

Tahun 2001-2005

1 263.17 Ha

Pm
18,4
Ha

Pk
23,4
Ha

471.08 Ha

5 635.26 Ha

L/T

Kc

: Kebun Campuran
: Ladang/ Tegalan
: Perkebunan
: Sawah

Gambar 3 Perubahan penggunaan lahan DAS Ciwidey

12
Pada periode tahun 1997 hingga tahun 2001, hutan primer mengalami
perubahan pengguanaan lahan menjadi lahan kebun campuran sebesar 176.9
ha, sawah sebesar 543.5 ha, dan permukiman sebesar 21.9 ha atau berturutturut sebanyak 3.1% , 9.6% dan 0.4% dari luas asal lahan hutan primer sebesar
5 635.3 ha.
Perubahan penggunaan lahan perkebunan terjadi pada tahun 1994
hingga tahun 1997, tahun 1997 hingga tahun 2001, dan tahun 2001 hingga
tahun 2005. Tahun 1994 hingga tahun 1997 lahan perkebunan berubah menjadi
lahan sawah sebesar 11.9 ha dan lahan ladang/tegalan sebesar 92.4 ha atau
berturut-turut sebanyak 0.1% dan 0.8% dari luas asal lahan perkebunan sebesar
11 837.9 ha. Tahun 1997 hingga 2001 berubah menjadi lahan kebun campuran
sebesar 73.3 ha (0.6%) dari luas asal lahan perkebunan sebesar 11 733,6 ha.
Tahun 2001 hingga tahun 2005 perkebunan berubah menjadi lahan
permukiman sebesar 21.5 ha (0.2%) dari luas asal lahan perkebunan sebesar 11
829.6 ha.
Lahan sawah mengalami perubahan penggunaan lahan pada tahun 1994
hingga tahun 1997 dan tahun 1997 hingga tahun 2001. Tahun 1994 hingga
tahun 1997 lahan sawah berubah menjadi lahan permukiman sebesar 32.2 ha
(2.0%) dari luas asal lahan sawah sebesar 1 580.4 ha. Tahun 1997 hingga tahun
2001 lahan sawah berubah menjadi kebun campuran sebesar 278.9 ha, lahan
perkebunan sebesar 53.5 ha, permukiman sebesar 100.1 ha, zona industri
sebesar 11.6 ha dan lahan ladang/tegalan 77.3 ha atau berturut-turut sebanyak
17.7%, 3.4%, 6.4%, 0.7%, dan 4.9% dari luas asal lahan sawah sebesar 1
574.0 ha.
Perubahan penggunaan lahan pada lahan hutan sekunder terjadi pada
tahun 1994 hingga tahun 1997 dan tahun 1997 hingga tahun 2001. Tahun 1994
hingga tahun 1997 lahan hutan sekunder berubah menjadi lahan sawah sebesar
13.9 ha dan lahan ladang tegalan sebesar 9.0 ha atau berturut-turut sebanyak
2.8% dan 1.8% dari luas asal lahan hutan sekunder sebesar 494.0 ha. Tahun
1997 hingga tahun 2001 lahan hutan sekunder berubah menjadi lahan kebun
campuran sebesar 310.2 ha dan lahan permukiman sebesar 160.9 ha atau
berturut-turut sebanyak 65.8% dan 34.2% dari luas asal lahan hutan sekunder
sebesar 471.1 ha.
Lahan kebun campuran mengalami perubahan penggunaan lahan pada
tahun 1997 hingga tahun 2001, lahan tersebut berubah menjadi lahan
perkebunan sebesar 23.4 ha dan permukiman sebesar 18.4 ha atau berturutturut sebanyak 4.4% dan 3.5% dari luas asal lahan kebun campuran sebesar
527.7 ha.
Penggunaan lahan lain yang mengalami perubahan penggunaan lahan
adalah ladang/tegalan terjadi pada tahun 1997 hingga tahun 2001 dan tahun
2001 hingga tahun 2005. Tahun 1997 hingga tahun 2001 lahan tegalan berubah
menjadi perkebunan sebesar 92.4 ha dan permukiman sebesar 9 ha atau
berturut-turut sebanyak 7.2% dan 0.1% dari luas asal lahan ladang/tegalan
sebesar 1 287.3. Tahun 2001 hingga tahun 2005 lahan ladang/tegalan berubah
menjadi lahan kebun campuran sebesar 84 ha (6.7%) yang berasal dari luas
asal lahan ladang/tegalan sebesar 1 263.2 ha.

13
Curah Hujan dan Debit Aliran Sungai
Berdasarkan data SPAS Cukang Genteng periode tahun 1996 hingga
tahun 2005 rata-rata debit aliran sungai harian tertinggi terjadi pada bulan April
tahun 1998 yaitu sebesar 33.1 m3/detik (Gambar 4). Debit tersebut disebabkan
oleh curah hujan rata-rata harian sebesar 11.1 mm.
Hujan merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi
terhadap pola debit aliran sungai. Apabila curah hujan naik maka debit aliran
sungai cenderung mengalami kenaikan. Sebaliknya jika curah hujan turun
maka debit aliran sungai pun akan turun. Berdasarkan Gambar 4 diketahui
bahwa beberapa kenaikan curah hujan tidak selalu diikuti oleh kenaikan debit
aliran sungai. Hal ini diduga akibat adanya faktor lain yang berpengaruh seperti
terjadinya perubahan penggunaan lahan.

2005

40
2004

0
2003

30
2002

10
2001

20

2000

20

1999

10

1998

30

1997

0
Curah Hujan (mm)

Debit

40

1996

Debit (m3/detik)

Curah Hujan

Gambar 4 Hubungan curah hujan dan debit aliran sungai Ciwidey tahun 1996-2005
Penggunaan Lahan dan Debit Aliran Sungai
Penggunaan lahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku debit aliran sungai. Wibowo (2005) menyatakan bahwa bertambahnya
luas penggunaan lahan hutan akan menurunkan debit aliran sungai sedangkan
penambahan luas kawasan terbangun dan sawah akan menaikan debit aliran
sungai. Besarnya fluktuasi debit sungai merupakan cerminan dari pola
penggunaan lahan dan kondisi fisik lingkungan seperti besarnya curah hujan, luas
daerah pengaliran (luas DAS), koefisien bentuk sungai dan sebagainya. Menurut
Rahman (2009) tegalan merupakan jenis penggunaan lahan yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap fluktuasi debit aliran sungai.
Pada periode tahun 1997 hingga tahun 2001 terjadi perubahan penggunaan
lahan paling besar sehingga cenderung akan berpengaruh terhadap pola debit
aliran sungai. Pada periode tersebut penggunaaan lahan yang berubah adalah
hutan primer menjadi kebun campuran, sawah dan permukiman; hutan sekunder
menjadi kebun campuran dan permukiman; perkebunan menjadi kebun campuran;
sawah menjadi kebun campuran, perkebunan, permukiman, zona industri dan
ladang/tegalan; kebun campuran menjadi perkebunan dan permukiman; dan

14
ladang/tegalanmenjadi perkebunan dan permukiman dengan masing-masing
seluas742.3 ha, 471.1 ha, 73.3 ha, 526.3ha, 41.7 ha, dan 101.4 ha.Pada periode
tahun tersebut terjadi rata-rata debit harian maksimum sebesar 27.0 m3/detik dan
33.1 m3/detik yaitu berturut-turut terjadi pada tahun 1997 dan tahun 1998
(Gambar 5).
L/T
Kc
Hp
Sw
Pk
HS

L/T
Sw
1997-2001

Debit (m3/det)

1994-1997

2001-2005

40

40

30

30

20

20

10

10

0

0
199
6

199
7

199
8

199
9

200
0

200
1

200
2

Curah Hujan
Keterangan :
Hp : Hutan Primer
Hs : Hutan Sekunder

200
3

200
4

200
5

Debit

Kc : Kebun Campuran
L/T : Ladang/ Tegalan

Pk : Perkebunan
Sw : Sawah

Gambar 5 Hubungan debit aliran sungai Ciwidey dan curah hujan dengan perubahan
penggunaan lahan
Koefisien Aliran Permukaan
Koefisien aliran permukaan adalah bilangan yang menunjukkan
perbandingan besarnya air limpasan permukaaan terhadap besarnya curah hujan
(Asdak 1995). Nilai ini dapat dijadikan indikator kemampuan wilayah dalam
meresapkan air. Nilai koefisien aliran permukaan di DAS Ciwidey dari tahun
1997 hingga 2005 disajikan pada Tabel 5.
Pada tahun 1997 dan tahun 1998 nilai koefisien aliran permukaan
menunjukkan angka relatif besar dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya,
masing-masing sebesar 0.69 dan 0.84. Nilai ini berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Dauwani (2012) berdasarkan transformasi nilai NDVI citra
satelit.Nilai koefisien aliran permukaan di DAS Ciwidey pada tahun 1997
menurut Dauwani (2012) adalah 0.31. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan

Curah Hujan (mm)

Sw
Pk
HS

15
dengan nilai yang diperoleh berdasarkan nisbah total aliran permukaan terhadap
jumlah curah hujan dalam satu tahun.
Besarnya nilai koefisien aliran permukaan pada tahun 1997 dan tahun 1998
diduga berkaitan dengan adanya perubahan penggunaan yang terjadi periode
tahun 1997 hingga 2001. Pada periode tersebut terjadi perubahan lahan hutan
primer dan hutan sekunder yang berubah menjadi permukiman, kebun campuran,
sawah dan ladang/tegalan, sehingga dapat mempengaruhi besarnya aliran
permukaan. Adanya pendugaan bahwa perubahan penggunaan lahan menjadi
salah satu faktor meningkatnya debit aliran permukaan, diperkuat oleh
pernyataaan Wibowo (2012) bahwa berubahnya lahan hutan akan menyebabkan
debit aliran sungai meningkat. Selain adanya perubahan penggunaan lahan
terdapat faktor lain yang diduga menyebabkan tingginya nilai koefisien aliran
permukaan yaitu adanya dampak El Nino dan La Nina yang masing-masing
terjadi pada tahun 1997 dan 1998. El Nino menyebabkan musim kemarau cukup
panjang dan La Nina menyebabkan musim hujan cukup panjang (Pribadi 2012).

Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005

Tabel 5 Nilai koefisien aliran permukaan DAS Ciwidey
Curah hujan
Total aliran permukaan
Koefisien aliran
(mm)
(mm)
permukaan
1155
797
0.69
2268
1913
0.84
1619
377
0.23
1557
564
0.36
1664
645
0.39
1722
880
0.51
1796
709
0.39
1463
666
0.45
1260
668
0.53

16

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Penggunaan lahan dominan di DAS Ciwidey adalah perkebunan, kemudian
diikuti oleh hutan primer, sawah, ladang/tegalan, kebun campuran, hutan
sekunder, permukiman, kawasan pertambangan dan galian, padang
rumput/ilalang, danau/situ, dan zona industri
2. Perubahan penggunaan lahan merupakan salah satu penyebab berfluktuasinya
debit aliran sungai Ciwidey.
3. Rata-rata debit aliran sungai harian tertinggi sebesar 33.1 terjadi pada bulan
April 1998 m3/detik dengan curah hujan bulanan sebesar 11.1 mm.
4. Koefisien aliran permukaan DAS Ciwidey berkisar antara 0.23 hingga 0.84.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan data debit dan
data curah hujan dalam rentang tahun yang lebih panjang dan mengkombinasikan
faktor fisik yang akan mempengaruhi perubahan penggunaan lahan agar debit
tidak terlalu tinggi yang akan menyebabkan banjir.

17

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Pr.
_______. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Pr.
Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta
(ID): UGM Pr.
As Syakur A.R. 2011. Perubahan Penggunaan Lahan di Provinsi Bali.
Ecotrophic vol. 6 no. I [Internet] [ Diunduh 2013 Juni 17] PPLh.
Unud.ac.id.wp-content/uploads/2012/02/ perubahan-penggunaan-lahandiprovinsi-Bali.pdf Bali (ID): Pusat Penelitian Lingkungan Hidup.
Barlowe R. 1978. Land Resources Economics, Third Edition. Prentice Hall Inc.
New Jersey(NJ): Englewood cliffs.
Basyar AH. 2009. Evaluasi Penerapan Kebijakan Konversi Hutan untuk
Perkebunan Kelapa Sawit. [diunduh 2013 Jul 23]. Tersedia pada:
http//www.bappenas.go.id/node/48/2333/evaluasi-penerapan-kebijakankonversi-hutan-untuk-perkebunan-kelapa-sawit-oleh-a-hakim-basyar.
[BPDAS] Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung Departemen Kehutanan.
2008. Laporan Rencana Pengelolaan DAS Citarum Terpadu (Tahap 1).
Bandung (ID): Departemen Kehutanan Direktorat Jendral Rehabilitasi
Lahan dan Perhutanan Sosial.
Bermanakusuma R. 1978. Erosi, Penyebab dan Pengendaliannya. Bandung
(ID): Universitas Padjajaran Pres.
Dauwani K N. 2012. Analisis Nilai Koefisien Runoff untuk Pengendalian
Direct Runoff (Studi Kasus DAS Citarum Hulu). Bandung (ID): ITB
Pres.
Haridjaja O, Murtilaksono K, Soedarmo dan Rachman L.M. 1991. Hidrologi
Pertanian. Bogor (ID): IPB Pres.
Haryanto E T, Herwanto T, Kendarto D K. 2010. Perubahan Bentuk
Penggunaan Lahan Dan Implikasinya Terhadap Koefisien Air Larian
DAS Citarum Hulu Jawa Barat. Bandung (ID): UNPAD Pres.
[Kemenhut]. 2001. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52/Kpts-II/2001
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(DAS). Jakarta (ID): Kemenhut.
Murchacke Philip C. 1990. Map Use: Reading, Analysis and Interpretation,
J.P., Publication Medison, Wisconsin.
Nuryanto A, Setyawati D, Lidiawati I, Suyana J, Karlinasari L, Nasri M A,
Puspaningsih N, dan Yuwono S. 2003. Strategi pengelolaan DAS dalam
rangka optimalisasi kelestarian sumber daya air (studi kasus DAS
Ciliwung Hulu). Bogor (ID): .Makalah Falsafah Sains Sekolah Pasca
sarjana Institut Pertanian Bogor.
Pribadi Y H. 2012. Variabilitas Curah Hujan dan Pergeseran Musim di
Wilayah Banten Sehubungan dengan Variasi Suhu Muka Laut Perairan
Indonesia, Samudera Pasifik dan Samudera Hindia [Tesis]. Jakarta (ID):
UI.

18
Rahman A. 2009. Pengaruh Luas Pola Penggunaan Lahan dan Kondisi Fisik
Lingkungan Terhadap Debit Air dan Sedimentasi Pada Beberapa Daerah
Tangkapan Air (Catchment area) Di Sub DAS Cimanuk Hulu Jawa
Barat.
Schwab GO, Frevert RK, Edminster TW, Barnes KK. 1981. Soil Water
Concervation Engineering (thrird edition). New York (US): john Wiley
& Sons, Inc.
Suripin E. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta (ID).
Andi.
Wahyunto, M.Z. Abidin, A. Priyono, dan Sunaryo. 2001. “Studi Perubahan
Penggunaan Lahan Di Sub DAS Citarik, Jawa Barat dan DAS
Kaligarang, Jawa Tengah”. Prosiding Seminar Nasional Multifungsi
Lahan Sawah. Balai Penelitian Tanah. Bogor.
Wibowo M. 2005. Analisis Pengaruh Perubahan Pengguaan Lahan Terhadap
Debit Sungai (Studi Kasus Sub DAS Cikapundung Gadok, Bandung).
Tek.Lingkungan.P3TL-BPPT.6 (1): 283-290.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1994-1997 (dalam hektar)
Penggunaan /Penutupan Lahan Tahun 1997

Penggunaan /Penutupan Lahan Tahun 1994

Penggunaan/Penutupan Lahan
Hp

Hp

Hs

ZI

PG

Kc

L/T

Pr/I

Pk

Pm

Sw

5635.26

Hs

471.08

9.00

13.95

494.03

6.32

PG

6.32
37.71

Kc

37.71
527.68

L/T

527.68
1185.86

Pr/I

1185.86
25.61

Pk

92.42

25.61
11733.62

11.90

Pm

196.52

Sw

32.22

471.08

6.32

37.71

527.68

1287.28

25.61

11733.62

228.74

11837.93
196.52

1548.18

Ds
5635.26

Total
5635.26

ZI

Total

Ds

1574.03

1580.40
21.68

21.68

21.68

21549.00

19

20

20

Lampiran 2 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1997-2001 (dalam hektar)
Penggunaan /Penutupan Lahan Tahun 2001
Penggunaan/Penutupan Lahan

Total
Hp

Penggunaan /Penutupan Lahan Tahun 1997

Hp

ZI

PG

4892.94

Hs
ZI

Kc

L/T

Pr/I

Pk

Pm

176.94

21.87

310.17

160.92

Sw
543.51

5635.26
471.09

6.32

PG

6.32
37.71

Kc

37.71
485.94

L/T

1185.86

Pr/I

23.38

18.36

527.68

92.42

9.00

1287.28

25.61

Pk

73.26

25.61
11660.35

Pm

11733.61
228.74

Sw

11.61

278.93

77.31

53.50

100.07

228.74
1052.62

Ds
Total

Ds

4892.94

17.93

37.71

1325.23

1263.17

25.61

11829.64

538.96

1596.13

1574.03
21.68

21.68

21.68

21549.00

21

Lampiran 3 Data Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2001-2005 (dalam hektar)
Penggunaan /Penutupan Lahan Tahun 2005

Penggunaan /Penutupan Lahan Tahun 2001

Penggunaan/Penutupan Lahan
HP

Hp

ZI

PG

Kc

L/T

Pr/I

Pk

Pm

Sw

4892.94

ZI

17.93

17.93
37.71

Kc

37.71
1325.24

L/T

84.04

1325.24
1179.13

Pr/I

1263.17
25.61

Pk

25.61
11808.11

Pm

21.53

11829.63

538.97

538.97

Sw

1596.12

Ds
4892.94

Total
4892.94

PG

Total

Ds

17.93

37.71

1409.28

1179.13

25.61

11808.11

560.49

1596.12

1596.12
21.68

21.68

21.68

21549.00

21

22

22

Lampiran 4 Data Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1994-2005 (dalam hektar)
Penggunaan /Penutupan Lahan Tahun 2005
Penggunaan/Penutupan Lahan

Penggunaan /Penutupan Lahan Tahun 1994

Hp

Hp

ZI

PG

4892.94

Hs
ZI

Kc

L/T

Pr/I

Pk

Pm

176.94

21.87

310.16

183.87

Sw
543.51

494.03
6.32

37.71

37.71

Kc

485.94

L/T

84.04

23.38

18.36

527.68

1101.82

Pr/I

1185.86
25.61

Pk

73.26

25.61
11743.14

Pm
Sw

11.61

278.93

77.31

41.60

21.53

11837.93

196.52

196.52

118.34

1052.61

Ds
4892.94

17.93

Total
5635.26

6.32

PG

Total

Ds

37.71

1409.27

1179.13

25.61

11808.12

560.49

1596.12

1580.40
21.68

21.68

21.68

21549.00

23

Lampiran 5 Data Curah hujan (CH) (mm) dan debit (m3/detik) harian tahun 1996-2006

Waktu
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nop
Des

1996
1997
1998
CH Debit CH
Debit CH
Debit
5.27 6.94 15.36 7.03 5.58
0.00 11.07 7.70 4.20 20.81
0.00 2.61 7.60 8.55 22.35
4.62 3.96 7.30 11.07 33.06
5.36 3.62 6.54 5.50 16.22
0.00 3.01 0.00 6.87 4.29 9.82
0.53 1.95 0.00 1.58 4.24 15.76
0.46 2.37 0.00 1.30 3.01 8.08
3.35 3.20 0.05 1.48 6.10 4.71
7.35 13.20 2.25 1.42 7.97 8.85
8.23 26.99 4.75 5.37 5.90 9.79
5.04 17.14 3.36 3.01 6.60 10.53

1999
CH Debit
7.80 3.49
4.74 3.46
4.71 2.13
6.75 1.89
3.66 1.65
1.89 1.53
1.31 1.66
0.08 1.67
1.24 2.10
7.73 3.99
8.58 4.62
4.78 2.79

2000
CH Debit
6.53 5.26
6.36 4.09
2.92 4.10
6.08 4.37
3.02 4.18
1.05 3.99
1.91 2.86
1.24 1.91
2.38 1.62
8.81 3.95
8.88 5.23
2.24 4.60

2001
CH Debit
8.43 5.73
5.24 6.40
5.99 5.85
9.30 6.56
7.77 4.99
5.57 3.11
1.05 2.32
1.33 3.04
0.00 2.98
0.00 5.56
9.32 9.38
0.96 5.75

2002
CH
Debit
12.25 6.46
3.60 8.72
10.77 8.02
8.26 9.95
1.11 6.18
0.64 5.23
2.74 6.17
0.13 5.02
0.03 4.13
1.07 3.94
5.18 4.89
10.57 3.72

2003
CH Debit
6.22 5.73
7.59 5.88
7.29 5.38
6.84 5.47
2.72 4.79
1.96 3.67
0.81 3.46
1.96 3.29
4.58 3.31
8.98 5.28
5.36 6.05
4.95 5.90

2004
CH Debit
3.82 5.53
6.66 6.39
7.30 5.65
4.37 5.24
5.60 5.35
1.85 3.35
0.44 3.51
0.09 3.25
2.92 2.93
0.37 3.01
6.85 4.35
8.08 5.90

2005
CH Debit
1.40 5.21
5.39 4.78
9.46 5.20
4.46 4.94
0.21 4.11
2.33 5.03
2.35 4.92
0.33 3.26
2.52 2.78
3.64 4.81
4.27 4.82
5.27