Pengaruh filtrat seduhan kompos terhadap nematoda puru akar (Meloidogyne spp) pada tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.)

PENGARUH FILTRAT SEDUHAN KOMPOS
TERHADAP NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.)
PADA TANAMAN PACAR AIR
(Impatiens balsamina L.)

RATRI HIDAYATI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Pengaruh Filtrat Seduhan Kompos terhadap Nematoda Puru Akar (Meloidogyne
spp.) pada Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamina L.)
adalah benar merupakan hasil karya saya, dan didalam proses pembuatannya sejak

mulai dari proposal penelitian sampai penulisan, saya diarahkan dan dibimbing
oleh pembimbing skripsi. Skripsi ini belum pernah ada dalam bentuk apapun di
perguruan tinggi manapun. Adapun semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

Ratri Hidayati

ABSTRAK
Ratri Hidayati. Pengaruh Filtrat Seduhan Kompos terhadap Nematoda Puru Akar
(Meloidogyne spp.) pada Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamina L.) (dibawah
bimbingan Abdul Muin Adnan).
Penelitian pengaruh seduhan kompos (compost tea) berasal dari kotoran
sapi dan ayam terhadap Meloidogyne spp. pada tanaman pacar air (Impatiens
balsamina L.) telah dilakukan secara in vitro dalam cawan dan in vivo pada potpot percobaan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan Departemen Proteksi
Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Seduhan kompos dari kotoran sapi dan ayam memiliki potensi untuk

pengendalian NPA, Meloidogyne spp. pada tanaman pacar air. Potensi
pengendalian ditunjukkan oleh tingkat mortalitas L2 dalam uji in vitro dalam
cawan Syracuse dan penekanan terhadap kepadatan akhir Meloidogyne spp. dalam
uji in vivo pada skala pot di laboratorium.
Kata kunci:

seduhan kompos, Meloidogyne spp., Impatiens basalmina L.

PENGARUH FILTRAT SEDUHAN KOMPOS
TERHADAP NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.)
PADA TANAMAN PACAR AIR
(Impatiens balsamina L.)

RATRI HIDAYATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman


DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Judul Usulan Penelitian :

Pengaruh

Filtrat

Seduhan

Kompos

terhadap

Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) pada
Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamina L.)

Nama

:

Ratri Hidayati

Nomor Pokok

:

A34062123

Departemen

:

Proteksi Tanaman

Disetujui
Pembimbing


Dr. Ir. Abdul Muin Adnan, MS

Diketahui
Ketua Departemen

Dr. Ir. Dadang, M.Sc.

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Filtrat Seduhan Kompos terhadap Nematoda Puru Akar
(Meloidogyne spp.) pada Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamina L.)”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Abdul Muin Adnan, MS
selaku dosen pembimbing atas pengarahan, bimbingan, curahan pemikiran dan
motivasi yang telah diberikan sejak proses penulisan proposal, pelaksanaan
penelitian sampai penulisan skripsi.
Kepada Bapak Kusman, Ibu Suprapti, adik tersayang Meli dan kakak

tercinta Matul serta semua keluarga yang senantiasa memotivasi dan mendukung
penulis baik dalam bentuk doa maupun materil, selama menjalani perkuliahan
hingga menyesaikan skripsi ini.
Kepada teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu yang turut membantu dalam penelitian ini, sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan, penulis haturkan terima kasih.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Januari 2011

Penulis

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Juli 1987, dari pasangan Bapak Kusman
dan Ibu Suprapti, di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis, yaitu SD di MI Muhammadiyah
Lorog dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di SLTP Negeri 1 Cikajang dan dinyatakan lulus pada tahun 2003.
Penulis melanjutkan jenjang pendidikan di SMU Negeri 1 Cikajang (SMA 4

Garut) dan lulus pada tahun 2006, kemudian melanjutkan studi di Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan
masuk Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian (FAPERTA) IPB pada
tahun 2006.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................

vii

DAFTAR TABEL .....................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

ix


PENDAHULUAN ....................................................................................

1

Latar Belakang ..............................................................................

1

Tujuan ...........................................................................................

2

Manfaat .........................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

3


Nematoda Puru Akar .....................................................................

3

Pacar air (Impatiens balsamina L.) ................................................

4

Kompos .........................................................................................

4

Seduhan Kompos (Compost Tea) ...................................................

5

METODE .................................................................................................

7


Waktu dan tempat ..........................................................................

7

Bahan percobaan ...........................................................................

7

Penyiapan bahan.............................................................................

7

Biakan Meloidogyne spp. ......................................................

7

Penyiapan seduhan kompos ..................................................

7


Penyiapan media tanam ........................................................

7

Metode percobaan ..........................................................................

8

Pengaruh seduhan kompos terhadap mortalitas L2
Meloidogyne spp. secara in vitro ...........................................

8

Uji potensi seduhan kompos terhadap perkembangan
Meloidogyne spp. pada tanaman pacar air ..............................

9

Kepadatan mikroba dalam seduhan kompos ..........................

10

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................

11

Pengaruh seduhan kompos terhadap L2 Meloidogyne spp.
secara in vitro .......................................................................

11

Pengaruh seduhan kompos terhadap Meloidogyne spp. pada
tanaman pacar air ...................................................................

12

Pengaruh seduhan kompos terhadap pertumbuhan tanaman
pacar air.................................................................................

14

Kepadatan mikroba dalam seduhan kompos...........................

15

SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................

16

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

17

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Kandungan unsur hara kotoran sapi.....................................................
2. Kandungan unsur hara kotoran ayam...................................................
3. Jumlah L2 Meloidogyne spp. mati dalam berbagai perlakuan
seduhan kompos secara in vitro ..........................................................
4. Pengaruh seduhan kompos terhadap jumlah puru dan kepadatan akhir
Meloidogyne spp.pada tanaman pacar air ............................................
5. Bobot tajuk dan akar tanaman pacar air yang terinfeksi Meloidogyne spp.
dalam berbagai perlakuan seduhan kompos ........................................
6. Kepadatan mikroba dalam seduhan kompos ........................................

5
5
11
13
14
15

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk dunia termasuk Indonesia sangat cepat. Badan
Pusat Statistik (BPS 2009) memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia dalam
25 tahun mendatang dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 240 juta pada 2008
dan 273,2 juta pada 2025. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat tersebut harus
diiringi oleh pemenuhan kebutuhan pangan yang mencukupi. Dalam rangka itu,
berbagai pihak termasuk pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan produksi pertanian dan peternakan.
Upaya

peningkatan produksi pertanian umumnya

didominasi oleh

penggunaan varietas unggul produktivitas tinggi yang disertai input pupuk kimia
yang tinggi. Akibatnya tanaman tumbuh subur, rimbun dan sukulen yang
mendukung perkembangan berbagai jenis hama dan patogen tanaman. Beberapa
jenis hama atau patogen seringkali menjadi faktor pembatas yang dapat
menurunkan produktivitas tanaman atau bahkan dapat menyebabkan gagal panen.
Petani, dalam mengatasi gangguan hama dan patogen tanaman seringkali hanya
mengandalkan penggunaan pestisida yang dewasa ini makin dirasakan dampak
negatifnya yang antara lain adalah pencemaran, baik terhadap lingkungan maupun
produk pertanian yang terkontaminasi menurut Pimental (1971 dalam Akhtar et al
2004). Untuk menanggulangi dampak negatif penggunaan pestisida, para pakar
pertanian telah berusaha mengembangkan berbagai metode alternatif. Di
antaranya adalah penggunaan agens hayati, baik dengan cara infestasi (inundasi)
agens yang telah dibiakkan dilaboratorium maupun dengan penambahan bahan
organik yang mampu memacu pertumbuhan agens hayati yang telah ada di dalam
ekosistem tanaman (Agrios 1996).
Beberapa tahun terakhir ini para peneliti telah mengembangkan penggunaan
kompos yang diperkaya dari limbah pertanian atau peternakan untuk
penanggulangan penyakit tumbuhan. Salah satu metode pemanfaatan limbah
pertanian atau peternakan adalah dengan membuat limbah tersebut menjadi
seduhan kompos (compost tea) yang memiliki kualitas dan potensi lebih tinggi
sebagai salah satu komponen pengendalian patogen tanaman, termasuk nematoda

2

parasit tumbuhan. Kompos yang telah ‘matang’ diproses menjadi seduhan kompos
dengan cara memberi air dan bahan tambahan lainya kemudian diaerasi selama
waktu tertentu. Seduhan kompos kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan
kompos biasa karena seduhan kompos kaya akan mikroba (bakteri, fungi,
protozoa) yang bermanfaat (Nasir 2007) yang bersifat toksik terhadap hama dan
patogen tanaman (Akhadi 2008). Dengan demikian limbah pertanian atau ternak
yang telah menjadi seduhan kompos selain dapat menambah nutrisi bagi tanaman
juga

dapat

digunakan

untuk

mengendalikan

hama

penyakit

tanaman.

Mikroorganisme aerob yang berkembang di dalam seduhan kompos dapat
menekan mikroorganisme penyebab penyakit dan hama, melalui predasi,
antibiosis dan kompetisi tempat atau nutrisi.
Nematoda merupakan salah satu penyebab penyakit penting pada tanaman.
Satu jenis di antaranya yang tergolong sangat penting adalah nematoda puru akar
(NPA; Meloidogyne spp.) yang menyebar luas di daerah tropis dan subtropis (Luc
et al 1995). Puru akar ini menyebabkan penyerapan unsur hara dari tanah
terganggu, akibatnya tanaman menjadi merana dan pada serangan lanjut akan
menyebabkan tanaman layu kemudian mati (Dropkin 1996). Selama ini
pengendalian NPA atau nematoda lainnya hanya mengandalkan nematisida yang
harganya mahal dan berpotensi mencemari lingkungan. Dalam penelitian ini telah
dilakukan evaluasi potensi seduhan kompos untuk pengendalian NPA pada
tanaman pacar air (Impatiens basalmina), sebagai tanaman indikator.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui keefektifan seduhan kompos
untuk pengendalian Nematoda Puru Akar (NPA) pada tanaman pacar air.

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi penggunaan
seduhan kompos untuk pengendalian penyakit puru akar yang disebabkan oleh
nematoda parasit pada tanaman.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Nematoda Puru Akar
Nematoda puru akar (NPA), Meloidogyne spp. merupakan salah satu faktor
pembatas produksi tanaman. NPA biasa menyerang akar atau organ tanaman yang
berada di bawah permukaan tanah dan mengakibatkan terbentuknya puru.
Nematoda ini bersifat kosmopolit dan memiliki sebaran inang yang sangat luas,
yaitu hampir semua jenis tanaman dan berbagai spesies gulma.
Meloidoyine spp. termasuk dalam ordo Tylenchida, sub ordo Tylenchina,
super famili Heteroderoidea, famili Meloidogynidae dan genus Meloidogyne.
Siklus hidup nematoda ini terdiri atas telur, larva, dan dewasa. Telur diletakan di
luar tubuh betina yang kemudian berkembang menjadi larva.

Stadium larva

(juvenil) terdiri atas 4 instar yaitu larva instar-1 (L1), instar-2 (L2), instar-3 (L3),
intar-4 (L4). Larva instar-1 (L1) mengalami ganti kulit pertama di dalam telur,
menjadi larva instar-2 (L2). L2 keluar dari cangkang telur masuk kedalam tanah
sebagai stadium infektif. Setelah menemukan tempat infeksi yang cocok, larva
mengalami ganti kulit tiga berturut-turut menjadi L3, L4 dan dewasa di dalam
jaringan inang. Betina selama hidupnya tetap tinggal di tempat infeksi pada
bagian stele dengan bagian posteriornya berada di permukaan akar (Dropkin
1996), sedangkan yang jantan setelah dewasa mengalami metamorfosis berbentuk
vermiform meninggalkan akar, hidup bebas di dalam tanah (Kalshoven 1981).
Meloidogyne spp. diketahui menyerang banyak spesies tanaman dan dapat
mempertahankan hidupnya pada gulma dan inang alternatif sebelum menemukan
tanaman inang utama. Selama kondisi lingkungan tidak mendukung, nematoda ini
mempertahankan hidupnya sebagai telur dalam paket gelatin yang resistan
terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim (Luc et al 1995).
Meloidogyne spp. merupakan nematoda yang berkembang sangat cepat dan
mempunyai daya tekan yang tinggi terhadap pertumbuhan tanaman dengan gejala
khas pada akar, yaitu bintil-bintil yang sering disebut puru akar (Whitehead 1998).
Gejala lain yang ditimbukan oleh nematoda ini yaitu menekan terjadinya nekrosis
dan merangsang feeding site dalam bentuk giant cells (sel raksasa) pada tempat

4

infeksi. Bila terinfeksi berat, tanaman tumbuh kerdil dengan daun yang
mengalami klorosis atau memucat.
Pacar Air (Impatiens balsamina L.)
Pacar air (Impatiens basalmina) adalah tanaman herba yang mudah
ditanam dan sangat rajin berbunga ini ditengarai berasal dari India. Herba
berbatang basah (herbaceus) ini banyak ditanam untuk menghiasi halaman depan
rumah atau kebun-kebun, dan pekarangan. Tingginya berkisar antara 30-80 cm.
Daunnya tunggal, berbentuk memanjang dengan pinggir bergerigi dan berujung
runcing. Bunganya terdiri dari 5 helai kelopak bunga dan warnanya pun beragam.
Ada putih, ungu, jingga, merah, magenta atau pink (Jamaluddin 2009).
Tanaman pacar air memiliki efek farmakologis yang bermanfaat di bidang
kesehatan. Menurut Hariana (2005) akarnya mempunyai efek sebagai antiinflamasi (anti-radang), peluruh haid, pereda rematik, kaku leher, kaku pinggang,
dan sakit pinggang; bunganya sebagai peluruh haid, menurunkan tekanan darah
tinggi, menyembuhkan pembengkakkan akibat benturan, bisul, rematik sendi,
gigitan ular tidak berbisa, dan radang kulit; daunnya dapat digunakan untuk
mengobati keputihan, nyeri haid, radang usus buntu kronis, anti-inflamasi, tulang
patah atau retak, mengurangi rasa nyeri (analgesik), bisul, radang kulit, dan
radang kuku dan; bijinya untuk meluruhkan haid, terlambat haid, mempermudah
persalinan, dan mengobati kanker saluran pencernaan bagian atas.
Berdasarkan pengamatan dan pelaksanaan praktikum pacar air merupakan
tanaman inang yang sangat sesuai bagi berbagai spesies NPA, sehingga dalam
penelitian ini pacar air digunakan sebagai tanaman uji untuk mengevaluasi
keefektifan seduhan kompos dalam pengendalian NPA.
Kompos
Kompos sebenarnya sudah dikenal dan dipelajari manfaatnya sejak dahulu.
Kompos adalah bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumputrumputan, dedak, serta kotoran hewan yang telah menjadi lapuk (Murbandono
1993).
Menurut Djaja (2008) sebelum mengalami pengomposan, limbah tumbuhan
atau kotoran hewan yang masih segar belum berguna bagi tanaman karena unsur

5

hara yang terkandung masih terikat dalam bentuk yang tidak dapat diserap oleh
tanaman. Oleh sebab itu, perlu dikomposkan terlebih dahulu. Selama proses
pengomposan unsur hara akan bebas menjadi bentuk yang larut dan dapat diserap
oleh tanaman.
Kotoran sapi umumnya banyak mengandung air. Kandungan zat hara
kotoran sapi dipengaruhi oleh jumlah hijauan, konsentrat, serta sisa rumput yang
tidak termakan. Menurut Sutejo (2008) umumnya kotoran sapi mengandung unsur
N, P dan K, sisanya adalah bahan kering dan abu dengan proporsi paling besar
(Tabel 1), sadangkan kotoran ayam kandungan unsur haranya lebih tinggi
dibandingkan unsur hara kotoran ayam (Tabel 2).
Tabel 1 Kandungan Unsur Hara Kotoran Sapi
Unsur hara
Nitrogen (N)
Fosfor (P)
Kalium (K)
Air

Kandungan (%)
0,40
0,20
0,10
85

Sumber: Sutejo 2008

Tabel 2 Kandungan Unsur Hara Kotoran Ayam
Zat gizi
Nitrogen (N)
Fosfor (P)
Kalium (K)
Air

Kandungan (%)
1,00
0,80
0,40
55

Sumber: Sutejo 2008

Seduhan Kompos (Compost Tea)
Seduhan kompos (compost tea) merupakan pupuk cair organik dibuat dari
bahan kompos yang dimasukkan dalam wadah kemudian direndam dalam air dan
diaerasi (disuplai oksigen) dalam jumlah yang cukup yang kaya dengan nutrien
dan mikroba (bakteri, fungi, protozoa, nematoda) yang bermanfaat (Nasir 2007),
juga dapat meningkatkan kesuburan tanah tidak hanya sebagai pupuk, seduhan
kompos juga bersifat toksik bagi patogen tanaman (ROU 2007).
Menurut ROU (2007) seduhan kompos dapat dibuat dengan dua metode
yaitu tanpa aerasi dan dengan aerasi. Pada seduhan kompos yang dibuat tanpa
aerasi, atau tanpa pasokan oksigen, mikroorganisme yang berada di dalamnya
pertumbuhannya tidak optimal. Sementara itu, pada seduhan kompos yang dibuat

6

dengan metode aerasi, pasokan oksigen dikondisikan terjadi secara kontinu dan
dalam jumlah yang cukup besar, cukup optimal untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangan mikroorganisme yang berada di dalam kompos tersebut.
Pemberian aerasi menciptakan kondisi aerobik, dapat mempertahankan
keberadaan dan perkembangan mikroba aerobik yang umumnya menguntungkan
bagi pertumbuhan tanaman. Sebaliknya, dalam kondisi anaerobik, tanpa suplai
oksigen, yang berkepanjangan menyebabkan mikroba menguntungkan terhambat
perkembangannya (ROU 2007).
Menurut ROU (2007) manfaat dari seduhan kompos dalam bidang pertanian
di antaranya adalah peningkatkan penekanan terhadap penyakit, meningkatkan
kesehatan tanaman dan mengurangi penggunaan pestisida. Selain itu, pemberian
seduhan kompos juga sangat bermanfaat sebagai suplai air dan nutrisi bagi
tanaman yang dapat mengurangi kebutuhan pupuk dan biaya yang terkait.
Seduhan kompos juga meningkatkan keragaman dan kekayaan mikroorganisme
dalam tanah yang dapat meningkatkan kesuburan tanah serta mendukung
perkembangan perakaran yang kokoh untuk pertumbuhan tanaman.

7

METODE

Waktu dan tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari bulan April
sampai Juli 2010.
Penyiapan Bahan
Biakan Meloidogine spp.
Nematoda yang digunakan berasal dari tanaman pacar air terserang oleh
Meloidogyne spp. yang diperoleh dari sekitar kampus IPB Dramaga Bogor. Larva
instar-2 (L2) diekstrak dari akar pacar air dengan menggunakan metode aerasi
selama 48 jam, kemudian diinokulasikan pada tanaman pacar air biakan berumur
sekitar 6 minggu yang ditanam dari biji dalam pot di laboratorium. Tanaman
biakan nematoda ini dipelihara hingga berumur 6-8 minggu setelah inokulasi L2.
Nematoda hasil biakan ini siap digunakan untuk percobaan.
Penyiapan Seduhan Kompos
Kompos yang digunakan teridiri atas dua jenis bahan, yaitu berasal dari
kotoran sapi dan dari kotoran ayam, masing-masing diperoleh dari peternakan
rakyat dan telah dikomposkan secara alamiah selama 8 minggu. Seduhan kompos
disiapkan dengan dua cara, yaitu (1) kompos diencerkan hanya dengan air dan (2)
kompos dencerkan dengan air ditambah 1 ml molase tiap liter air. Masing-masing
jenis kompos satu bagian diencerkan dengan air 4 bagian (v/v) di dalam ember
plastik secara terpisah kemudian diaerasi menggunakan aerator low noise air
pump tipe LP-20. Aerasi dilakukan selama 7 hari, kemudian disaring dengan
menggunakan saringan 100 mesh. Filtrat seduhan kompos yang diperoleh siap
digunakan dalam pengujian.
Penyiapan Media Tanam
Tanah yang digunakan sebagai media tanam dalam penelitian ini adalah
tanah latosol berasal dari kebun percobaan IPB Cikabayan yang telah disterilkan
dengan menggunakan autoklaf untuk menghindari kontaminasi patogen tular

8

tanah, termasuk nematoda. Tanah yang sudah disterilkan dimasukkan ke dalam
pot-pot plastik kapasitas isi 0,5 liter. Tiap pot diisi 0,4 liter tanah, siap digunakan
dalam percobaan. Benih pacar air diperoleh dari tanaman pacar air yang tumbuh
(liar) di sekitar kampus IPB Dramaga Bogor. Benih dikeringkan kemudian
ditanam dalam pot-pot percobaan dengan kapasitas 0,5 liter.
Metode Percobaan
Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Mortalitas L2 Meloidogyne spp. secara
In Vitro
Pengujian dilakukan dengan menggunakan filtrat seduhan kompos yang
telah disiapkan pada penyiapan bahan butir 2. Perlakuan filtrat masing-masing
seduhan kompos diberikan tanpa pengenceran dan diencerkan dengan aquades
pada tingkat pengenceran 10-1 dan 10 -2. Perlakuan terdiri atas 13 macam, termasuk
kontrol, yang dirinci sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Filtrat seduhan kompos sapi tanpa molase tanpa pengenceran (Sa)
Filtrat seduhan kompos sapi tanpa molase pengenceran 10-1 (Sa-1)
Filtrat seduhan kompos sapi tanpa molase pengenceran 10-2 (Sa-2)
Filtrat seduhan kompos sapi ditambah molase tanpa pengenceran (Sm)
Filtrat seduhan kompos sapi ditambah molase pengenceran 10 -1 (Sm-1)
Filtrat seduhan kompos sapi ditambah molase, pengenceran 10-2 (Sm-2)
Filtrat seduhan kompos ayam tanpa molase tanpa pengenceran (Aa)
Filtrat seduhan kompos ayam tanpa molase pengenceran 10 -1 (Aa-1)
Filtrat seduhan kompos ayam tanpa molase pengenceran 10 -2 (Aa-2)
Filtrat seduhan kompos ayam ditambah molase tanpa pengenceran (Am)
Filtrat seduhan kompos ayam ditambah molase pengenceran 10-1 (Am-1)
Filtrat seduhan kompos ayam ditambah molase (Am) pengenceran 10 -2(Am-2)
Kontrol, tanpa seduhan kompos (K)
Masing-masing enceran sebanyak 1 ml dimasukan ke dalam cawan

Syracuse yang berisi 100 individu L2 Meloidogyne spp. Masing-masing perlakuan
diulang 3 kali. Pengamatan dilakukan terhadap mortalitas L2 pada 48 jam setelah
perlakuan dengan bantuan mikroskop stereo. Mortalitas L2 Meloidogyne spp.
dinyatakan dalam persen.

9

Uji Potensi Seduhan Kompos terhadap Perkembangan Meloidogyne spp.
pada Tanaman Pacar Air
Penelitian dilakukan dalam pot-pot plastik berisi 0,4 liter tanah disterilkan
yang telah disiapkan. Tiap pot diinfestasi 500 individu L2 Meloidogyne spp. hasil
biakan, kemudian diberi perlakuan seduhan kompos.
Aplikasi seduhan kompos dilakukan dengan cara penyiraman pada bagian
tanah disekitar perakaran. Penyiraman dilakukan seminggu sekali sejak tanam
sampai satu minggu menjelang panen. Tiap kali penyiraman, jumlah seduhan
kompos sebanyak 1,33 ml tiap pot. Tanaman percobaan dirawat dengan
penyiraman setiap hari dan pembersihan gulma secara periodik. Pengamatan
dilakukan 6 minggu setelah tanam terhadap kepadatan akhir NPA yaitu jumlah
puru, jumlah telur pada akar, jumlah L2 pada tanah. Selain itu diamati juga bobot
tajuk dan bobot akar.
Telur pada akar diekstrak dengan metode Hussey & Beker (1973). Akar
berpuru dicuci dengan aquades, dipotong-potong dan direndam dengan larutan 5%
NaOCl selama 20 detik, kemudian disaring dengan saringan bertingkat 200, 300
dan 500 mesh, sambil dibilas dengan aquades. Suspensi telur yang tertahan pada
saringan 500 mesh dimasukkan ke dalam botol film, kemudian dimasukkan ke
dalam cawan Syracuse, untuk diamati kepadatannya di bawah mikroskop.
L2 pada tanah setiap pot diekstrak dengan metode penyaringan bertingkat.
Tanah tiap pot dimasukan dalam ember dan ditambah ± 3 liter air kemudian
disaring dengan saringan bertingkat 20, 100, 200, dan 400 mesh. Suspensi yang
tertahan pada saringan 400 mesh diamati di bawah mikroskop.
Berdasarkan kepadatan akhir (Pa) Meloidogyne spp., di hitung tingkat
keefektifan (TE) berdasarkan formulasi Abbot (1925 dalam Sitindaon 2006)
pengendalian seduhan kompos dengan menggunakan rumus :
TE = Pa kontrol - Pa perlakuan x 100%
Pa kontrol
Pa adalah kepadatan akhir nematoda
Tingkat keefektifan pengendalian dikategorikan sangat efektif (TE ≥ 95%),
efektif (75% ≤ TE