Respons Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Mulsa Organik di Lahan Sawah

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP MULSA ORGANIK DI LAHAN SAWAH SKRIPSI OLEH : IVAN MANONGGOTUA UJUNG / 100301211 AGROEKOTEKNOLOGI -BPP
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP MULSA ORGANIK DI LAHAN SAWAH
SKRIPSI
OLEH :
IVAN MANONGGOTUA UJUNG / 100301211 AGROEKOTEKNOLOGI -BPP
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

Judul Skripsi
Nama NIM Program Studi Minat

: Respons Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Mulsa Organik di Lahan Sawah
: Ivan Manonggotua Ujung : 100301211 : Agroekoteknologi : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ir. Lisa Mawarni, MP Ketua


Mengetahui,

Ir. T. Irmansyah, MP Anggota

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, MSc. Ketua Program StudiAgroekoteknologi

ABSTRACT
IVAN MANONGGOTUA UJUNG: Response of growth and production of two varieties sorghum (Sorghum bicolor(L.) Moench) with various of organic mulching in paddy soil. Supervised by LISA MAWARNI and T. IRMANSYAH
This research examined the influence of organic mulching and its interaction with two varieties of sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) growth and production. This research was conducted at Jl. Setiabudi Psr V, Sub District Tanjung Sari, Medan with altitude 25 meter above sea level with 2 factor namely varieties (Kawali, Numbu) and various of organic mulch (without mulch, hay mulch, grass mulch). Observed paramaterers were plant height, number of leaves, days of flowering, harvesting time, weight of seed per tassel per sample, weight of seed per tessel per plot, sample production, plot production, weight of 1000 seed. This research showed the treatment of varieties had a significant effect against height of plant at 7,8 and 9 week after plant, weight of seed per sample, production per sample, weight of 1000 seed. Kind of organic mulch had a significant effect against number of leaves at 8 and 9 week after plant, weight of 1000 seed. This research showed the interaction between varieties and kind of mulch had asignificant effect with height of plant at 4-9 week after plant, number of leaves at 8 and 9 week after plant, weight of seed per tassel per sample, plot production, production per sample, weight of 1000 seed and harvesting time.
Key words:Varieties, Organic mulchs, Sorghum

ABSTRAK
IVAN MANONGGOTUA UJUNG: Respons Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Mulsa Organik di Lahan Sawah. Dibimbing oleh LISA MAWARNI dan T. IRMANSYAH.
Tujuan penelitian untuk melihat respons pertumbuhan dan produksi dua varietas sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) terhadap mulsa organik di lahan sawah. Penelitian dilaksanakan di Jl. Setia Budi Pasar 5, kelurahan Tanjung Sari, Medan dengan ketinggian 25 meter di atas permukaan laut mulai dari bulan Juli hingga November 2014, menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor yaitu varietas (kawali, numbu) dan mulsa organik (tanpa mulsa, mulsa jerami, mulsa alang- alang). Parameter yang diamati tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, umur panen, berat biji malai per sampel, berat biji malai per plot, produksi per sampel, produksi per plot, bobot 1000 biji. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 7, 8 dan 9 MST, berat biji malai per sampel, produksi per sampel, bobot 1000 biji. mulsa organik berpengaruh nyata pada jumlah daun umur 8 dan 9 MST, bobot 1000 biji. Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara varietas dengan mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 4-9 MST, jumlah daun umur 8 dan 9 MST, berat biji malai per sampel, produksi per plot, produksi per sampel, bobot 1000 biji, umur panen.
Kata kunci: varietas, mulsa, sorgum

RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 29 April 1991 di Sidikalang, penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara, putra dari ayahanda Dermawan Ujung dan ibunda Suinarli Banjarnahor. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sidikalang dan pada tahun yang sama terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Program Studi Agroekoteknologi, Minat studi Budidaya Pertanian dan Perkebunan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Koordintor Biro Olah Raga Bidang Minat dan Bakat Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) (2013-2014), asisten praktikum di Laboratorium Dasar Agronomi (2014-2015) Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV unit Marjandi pada bulan Juli- Agustus 2013.

KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul dari skripsi ini adalah “Respons Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Mulsa Organik di Lahan Sawah”. Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data yang digunakan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penghargaan sebesar-besarnya penulis berikan kepada Ayahanda Dermawan Ujung dan Ibunda Suinarli Banjarnahor atas dukungan moral, materi dan kasihnya kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Lisa Mawarni, MP., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan kepada Bapak Ir. T. Irmansyah, MP., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis selama proses penulisan dan penyelesaian skripsi ini. Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di program Studi Agroekoteknologi, serta teman-teman stambuk 2010 khususnya AET 2 dan kepada pihak lainnya yang telah memberikan masukan serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun


dari semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua.
Medan, April 2015
Penulis

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRACT..................................................................................................... i ABSTRAK ..................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP........................................................................................ iii KATA PENGANTAR ................................................................................... iv DAFTAR ISI.................................................................................................. vi DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. x PENDAHULUAN Latar belakang................................................................................................ 1 Tujuan penelitian............................................................................................ 3 Hipotesis penelitian........................................................................................ 3 Kegunaan penelitian....................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman............................................................................................... 4 Syarat tumbuh ................................................................................................ 5
Iklim...................................................................................................... 5 Lahan sawah ........................................................................................ 6 Tanah .................................................................................................... 8 Varietas .......................................................................................................... 8 Mulsa.............................................................................................................. 10

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan waktu pelaksanaan penelitian..................................................... 12

Bahan dan alat ................................................................................................ 12

Metode penelitian........................................................................................... 12


PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan lahan .............................................................................................. 15

Penanaman ..................................................................................................... 15

Aplikasi mulsa................................................................................................ 15

Pemeliharaan tanaman ................................................................................... 16

a. Penyulaman .................................................................................... b. Pemupukan ..................................................................................... c. Penyiraman ..................................................................................... d. Penjarangan .................................................................................... e. Penyiangan...................................................................................... f. Pengendalian Hama dan Penyakit ..................................................

16 16 16 16 16 16

Panen .............................................................................................................. 17

Pengeringan.................................................................................................... 17

Pengamatan parameter ................................................................................... 17


a. Tinggi tanaman (cm) ...................................................................... b. Jumlah daun per batang (helai)....................................................... c. Umur berbunga (hari) ..................................................................... d. Umur panen (hari) .......................................................................... e. Berat biji malai per sampel (g) ....................................................... f. Berat biji malai per plot (g) ............................................................ g. Produksi per sampel (g) .................................................................. h. Produksi per plot (g) ....................................................................... i. Bobot 1000 biji (g)..........................................................................

17 17 18 18 18 18 18 18 19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ............................................................................................................... 20

Tinggi tanaman (cm) ............................................................................ 20

Jumlah daun per batang (helai)............................................................. 24

Umur berbunga (hari) ........................................................................... 26

Umur panen (hari) ................................................................................ 26 Berat biji malai per sampel (g) ............................................................. 27 Produksi per sampel (g) ........................................................................ 28 Produksi per plot (g) ............................................................................. 30 Bobot 1000 biji (g) ............................................................................... 31 Pembahasan.................................................................................................... 32
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................................... 36 Saran............................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 37
LAMPIRAN................................................................................................... 39

DAFTAR TABEL

No. Hal.
1. Rataan tinggi tanaman terhadap varietas dan mulsa pada umur 2-9 MST (cm) ........................................................................................................... 21
2. Rataan jumlah daun terhadap varietas dan mulsa pada umur 2-9 MST (helai)...................................................................................................... 25
3. Rataan umur berbunga (hari) terhadap varietas dan mulsa .................... 26
4. Rataan umur panen (hari) terhadap varietas dan mulsa ........................ 27

5. Rataan berat biji malai per sampel (g) terhadap varietas dan mulsa ...... 6. Rataan produksi per sampel (g) terhadap varietas dan mulsa ................ 7. Rataan produksi per plot (g) terhadap varietas dan mulsa ....................

28 29 30

8. Bobot 1000 biji (g) terhadap varietas dan mulsa ................................... 31

DAFTAR LAMPIRAN No. Hal. 1. Bagan penelitian ................................................................................................... 39 2. Bagan penanaman pada plot................................................................................. 40 3. Deskripsi tanaman sorgum varietas Numbu......................................................... 41 4. Deskripsi tanaman sorgum varietas Kawali ......................................................... 42 5. Jadwal kegiatan penelitian.................................................................................... 43 6. Data curah hujan untuk wilayah Medan dan sekitarnya Januari –
November 2014 .................................................................................................... 44 7. Perhitungan pupuk dasar ...................................................................................... 45 8. Data pengamatan tinggi tanaman 2 MST (cm) .................................................... 46 9. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 MST........................................................... 46 10. Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST (cm) .................................................. 47 11. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MST......................................................... 47 12. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm) .................................................. 48 13. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST......................................................... 48 14. Data pengamatan tinggi tanaman 5 MST (cm) .................................................. 49 15. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 MST......................................................... 49 16. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm) .................................................. 50 17. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MST......................................................... 50 18. Data pengamatan tinggi tanaman 7 MST (cm) .................................................. 51 19. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 7 MST......................................................... 51 20. Data pengamatan tinggi tanaman 8 MST (cm) .................................................. 52 21. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 8 MST......................................................... 52

22. Data pengamatan tinggi tanaman 9 MST (cm) .................................................. 53 23. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 9 MST......................................................... 53 24. Data pengamatan jumlah daun 2 MST (helai) ................................................... 54 25. Daftar sidik ragam jumlah daun 2 MST............................................................. 54 26. Data pengamatan jumlah daun 3 MST (helai) ................................................... 55 27. Daftar sidik ragam jumlah daun 3 MST............................................................. 55 28. Data pengamatan jumlah daun 4 MST (helai) ................................................... 56 29. Daftar sidik ragam jumlah daun 4 MST............................................................. 56 30. Data pengamatan jumlah daun 5 MST (helai) ................................................... 57 31. Daftar sidik ragam jumlah daun 5 MST............................................................. 57 32. Data pengamatan jumlah daun 6 MST (helai) ................................................... 58 33. Daftar sidik ragam jumlah daun 6 MST............................................................. 58 34. Data pengamatan jumlah daun 7 MST (helai) ................................................... 59 35. Daftar sidik ragam jumlah daun 7 MST............................................................. 59 36. Data pengamatan jumlah daun 8 MST (helai) ................................................... 60 37. Daftar sidik ragam jumlah daun 8 MST............................................................. 60 38. Data pengamatan jumlah daun 9 MST (helai) .................................................. 61 39. Daftar sidik ragam jumlah daun 9 MST............................................................. 61 40. Data pengamatan umur berbunga (hari)............................................................. 62 41. Daftar sidik ragam umur berbunga .................................................................... 62 42. Data pengamatan umur panen (hari).................................................................. 63 43. Daftar sidik ragam umur panen.......................................................................... 63 44. Data pengamatan berat biji malai per sampel (g) .............................................. 64 45. Daftar sidik ragam berat biji malai per sampel .................................................. 64

46. Data pengamatan produksi per sampel (g)......................................................... 65 47. Daftar sidik ragam produksi per sampel ............................................................ 65 48. Data pengamatan produksi per plot (g).............................................................. 66 49. Daftar sidik ragam produksi per plot (g)............................................................ 66 50. Data pengamatan bobot 1000 biji (g)................................................................. 67 51. Daftar sidik ragam bobot 1000 biji .................................................................... 67 52. Lampiran Foto.................................................................................................... 68

ABSTRACT

IVAN MANONGGOTUA UJUNG: Response of growth and production of two varieties sorghum (Sorghum bicolor(L.) Moench) with various of organic mulching in paddy soil. Supervised by LISA MAWARNI and T. IRMANSYAH
This research examined the influence of organic mulching and its interaction with two varieties of sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) growth and production. This research was conducted at Jl. Setiabudi Psr V, Sub District Tanjung Sari, Medan with altitude 25 meter above sea level with 2 factor namely varieties (Kawali, Numbu) and various of organic mulch (without mulch, hay mulch, grass mulch). Observed paramaterers were plant height, number of leaves, days of flowering, harvesting time, weight of seed per tassel per sample, weight of seed per tessel per plot, sample production, plot production, weight of 1000 seed. This research showed the treatment of varieties had a significant effect against height of plant at 7,8 and 9 week after plant, weight of seed per sample, production per sample, weight of 1000 seed. Kind of organic mulch had a significant effect against number of leaves at 8 and 9 week after plant, weight of 1000 seed. This research showed the interaction between varieties and kind of mulch had asignificant effect with height of plant at 4-9 week after plant, number of leaves at 8 and 9 week after plant, weight of seed per tassel per sample, plot production, production per sample, weight of 1000 seed and harvesting time.
Key words:Varieties, Organic mulchs, Sorghum

ABSTRAK
IVAN MANONGGOTUA UJUNG: Respons Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Mulsa Organik di Lahan Sawah. Dibimbing oleh LISA MAWARNI dan T. IRMANSYAH.
Tujuan penelitian untuk melihat respons pertumbuhan dan produksi dua varietas sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) terhadap mulsa organik di lahan sawah. Penelitian dilaksanakan di Jl. Setia Budi Pasar 5, kelurahan Tanjung Sari, Medan dengan ketinggian 25 meter di atas permukaan laut mulai dari bulan Juli hingga November 2014, menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor yaitu varietas (kawali, numbu) dan mulsa organik (tanpa mulsa, mulsa jerami, mulsa alang- alang). Parameter yang diamati tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, umur panen, berat biji malai per sampel, berat biji malai per plot, produksi per sampel, produksi per plot, bobot 1000 biji. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 7, 8 dan 9 MST, berat biji malai per sampel, produksi per sampel, bobot 1000 biji. mulsa organik berpengaruh nyata pada jumlah daun umur 8 dan 9 MST, bobot 1000 biji. Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara varietas dengan mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 4-9 MST, jumlah daun umur 8 dan 9 MST, berat biji malai per sampel, produksi per plot, produksi per sampel, bobot 1000 biji, umur panen.
Kata kunci: varietas, mulsa, sorgum

PENDAHULUAN Latar Belakang
Lahan sawah mempunyai potensi dan peranan yang strategis baik dalam penyediaan dan program ketahanan pangan, penampungan tenaga kerja, maupun sumber pendapatan petani. Namun demikian, potensi tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal, yaitu hanya ditanami padi satu atau dua kali setahun. Walaupun demikian, upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, salah satunya yakni memanfaatkan sumber daya sawah secara optimal, yaitu melalui perbaikan teknologi pola tanam, seperti pergiliran tanaman. Peningkatan efisiensi usaha tani khususnya tanaman pangan menjadi tujuan pokok dalam rangka mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya semakin bertambah (BPTP, 2011).
Sorgum merupakan tanaman serelia yang dapat memberikan banyak manfaat diantaranya dari biji yang dapat menghasilkan tepung sebagai pengganti gandum, dari batang dapat menghasilkan nira yang dapat dimanfaatkan sebagai gula dan hijauan pakan ternak. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serelia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Sorgum cukup toleran terhadap tanah yang kurang subur atau tanah kritis, sehingga lahan-lahan yang kurang produktif atau lahan tidur bisa diatanami. Tanaman sorgum cukup toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal serta relatif tahan terhadap gangguan hama dan penyakit. Sorgum tidak memerlukan teknologi dan perawatan khusus sebagaimana tanaman lain. Untuk mendapatkan hasil maksimal,

sorgum sebaiknya ditanam pada musim kemarau karena sepanjang hidupnya memerlukan sinar matahari penuh (Prihandana dan Hendroko, 2008).
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.)(Moench) termasuk family Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Di Indonesia sorgum dikenal sebagai palawija dengan sebutan cantel, jagung cantel, dan gandrung. Sorgum merupakan bahan pangan yang juga mengandung karbohidrat seperti beras, terigu dan jagung. Sorgum adalah salah satu bahan pangan yang potensial untuk substitusi terigu dan beras karena masih satu famili dengan gandum dan padi, hanya berbeda subfamili, sehingga karakteristik tepungnya relatif lebih baik dibanding tepung umbi-umbian. Oleh karena itu sorgum merupakan pengganti karbohidrat alternatif (Ruchjaniningsih, 2008).
Untuk meningkatkan produksi pertanian yang tinggi dapat dilakukan dengan perbaikan atau manipulasi lingkungan tumbuh. Pemberian mulsa dapat secara langsung berpengaruh terhadap ligkungan tumbuh tanaman, seperti mencegah erosi, meningkatkan kadar air tanah, suhu, udara dalam tanah dan refleksi radiasi matahari. Berdasarkan efeknya terhadap suhu tanah, maka penggunaan mulsa dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman akan suhu tanah. Fluktuasi suhu sangat ditentukan oleh jenis mulsa (Umboh, 2000).
Pemberian mulsa jerami, akan memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang baik bagi tanaman karena dapat mengurangi evaporasi, mencegah penyinaran langsung sinar matahari yang berlebihan terhadap tanah serta kelembaban tanah dapat lebih terjaga, sehingga tanaman dapat menyerap air dan unsur hara dengan baik. Selain itu, jerami sebagai bahan organik tanah

merupakan unsur mineral yang menjadi tersedia bila telah terurai menjadi bahan anorganik (Sumarna dan Subhan, 1994). Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat respons pertumbuhan dan produksi dua varietas sorgum (Sorghum bicolor (L.)Moench) terhadap mulsa organik di lahan sawah. Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan nyata antar varietas terhadap petumbuhan dan produksi sorgum (Sorghum bicolor (L.)Moench) di lahan sawah.
2. Ada perbedaan nyata antar mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi sorgum (Sorghum bicolor (L.)Moench) di lahan sawah.
3. Ada interaksi antara varietas sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) dengan jenis mulsa di lahan sawah.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Dalam sistem taksonomi tumbuhan, sorgum diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Class : Monocotyledoneae, Ordo : Poales, Family : Poaceae, Genus : Sorghum , Species : Sorghum bicolor (L.) Moench ( USDA, 2008).
Bagian tanaman di atas tanah tumbuh lambat sebelum perakarannya berkembang dengan baik. Sistem perakarannya terdiri atas akar-akar seminal (akar-akar primer) pada dasar buku pertama pangkal batang, akar-akar koronal (akar-akar pada pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akarakar yang tumbuh di permukaan tanah). Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder 2 kali lipat dari jagung (Deptan, 2008).
Tanaman sorgum mempunyai batang berbentuk silinder, beruas-ruas (internodes) dan berbuku-buku (nodes). Setiap ruas memiliki alur yang berselangseling. Diameter dan tinggi batang bervariasi. Ukuran diameter pangkal batang berkisar 0,5-5,0 cm dan tingginya berkisar 0,5-4,0 m tergantung varietasnya. Tinggi batang sorgum manis yang dikembangkan di China dapat mencapai 5m sehingga sangat ideal dikembangkan untuk pakan ternak dan penghasil gula (FAO,2002).
Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah, lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam cekaman kekeringan (Kusuma, et al., 2008).

Bunga sorgum tersusun dalam bentuk malai dengan banyak bunga pada setiap malai sekitar 1500-4000 bunga. Bunga sorgum akan mekar teratur dari 7 cabang malai paling atas ke bawah. Malai sorgum memiliki tangkai yang tegak atau melengkung, berukuran panjang atau pendek dan berbentuk kompak sampai terbuka (Dicko et al. 2006).
Warna dari biji sorgum bervariasi tergantung kultivar dan jenisnya ada yang bewarna putih hingga bewarna kekuningan dari merah hingga bewarna coklat gelap. Warna pigmen dari biji berasal dari pericarp atau testa bukan dari endosperm. Endosperm pada sorgum bewarna putih sama seperti yang terdapat pada jagung putih. Ukuran biji bervariasi tergantung varietas dan jenis dengan ukuran biji kira-kira 12.000-60.000 biji / pound (Metcalfe dan Elkins, 1980). Syarat Tumbuh Iklim
Suhu optimum untuk pertumbuhan sorgum berkisar antara 23° C - 30° C dengan kelembaban relatif 20 - 40 %. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 800 m dan permukaan laut dimana suhunya kurang dari 20° C, pertumbuhan tanaman akan terhambat. Selama pertumbuhan tanaman, curah hujan yang diperlukan adalah berkisar antara 375 - 425 mm ( Laimeheriwa, 1990).
Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan kurang subur, air yang terbatas dan masukan (input) yang rendah, bahkan dilahan yang berpasir pun sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada daerah yang berketinggian diatas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang (Distan, 2011).

Lahan sawah Tanah sawah merupakan tanah yang dikelola sedemikian rupa untuk
budidaya tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari massa pertumbuhan padi. Ciri khas tanah sawah dengan tanah tergenang lainnya adalah adanya lapisan oksidasi di bawah permukaan air akibat difusi O2 setebal 0.8-1.0 cm, selanjutnya lapisan reduksi setebal 25-30 cm dan diikuti oleh lapisan tapak bajak yang kedap air. Selain itu, selama pertumbuhan tanaman padi akan terjadi sekresi O2 oleh akar tanaman padi yang menimbulkan kenampakan khas pada tanah sawah (Musa, et al., 2006).
Berdasarkan sumber air yang digunakan dan keadaan genangannya, sawah dapat dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:

1. Sawah irigasi, yaitu sawah yang sumber airnya berasal dari tempat lain melalui saluran-saluran yang sengaja dibuat untuk itu. Dibedakan atas sawah irigasi teknis, setengah teknis dan sawah irigasi sederhana.
2. Sawah tadah hujan, yaitu sawah yang sumber airnya tergantung atau berasal dari curah hujan tanpa adanya bangunan-bangunan irigasi permanen. Umumnya terdapat pada wilayah yang posisinya lebih tinggi dari sawah irigasi atau sawah lainnya sehingga tidak memungkinkan terjangkau oleh pengairan. Waktu tanam sangat tergantung kepada datangnya musim hujan.
3. Sawah pasang surut, yaitu sawah yang irigasinya tergantung pada gerakan pasang dan surut serta letaknya di wilayah datar tidak jauh dari laut. Sumber airnya berasal dari air sungai yang karena adanya pengaruh

pasang dan surut air dimanfaatkan untuk mengairi melalui saluran irigasi dan drainase. 4. Sawah lebak, yaitu sawah yang diusahakan di daerah rawa memanfaatkan naik turunnya permukaan air rawa secara alami, sehingga dalam sistem sawah lebak tidak dijumpai sistem saluran air. (Sofyan et al, 2007). Tanah sawah memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain: adanya lapisan oksida dan lapisan reduksi, berkurangnya oksigen tanah, pH tanah cenderung netral (6,7-7,2), Ferri direduksi menjadi ferro, ketersediaan P lebih tinggi akibat penggenangan, keracunan sulfida terjadi bila penggenangan cukup lama (Musa et al., 2006). Profil tanah sawah mempunyai lapisan oksidasi dan reduksi. Pada lapisan oksidasi ion NH4+ tidak stabil karena ion ini mudah dioksidasi menjadi NO3+. Oleh karena ion nitrat ini sangat mobil maka ia mudah tercuci ke lapisan reduksi. Di lapisan reduksi inilah nitrat mengalami denitrifikasi sehingga berubah menjadi gas N2. Ion NH4+ stabil pada lapisan reduksi dan dapat dimanfaatkan oleh akar tanaman padi. Itulah sebabnya pemupukan N berbentuk amonium selalu dibenamkan pada lapisan reduksi (Hasibuan, 2008). Permasalahan tanah sawah di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua masalah pokok yaitu adanya penyusutan luasan lahan sawah akibat terjadinya konversi lahan sawah menjadi lahan non pertanian, seperti daerah industri, pemukiman, lapangan golf, dan lain sebagainya terutama terjadi di pulau Jawa dan Bali. Masalah lainnya yang menjadi kendala adalah adanya pelandaian produktivitas dalam produksi padi (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).

Tanah Sorgum dapat bertoleransi pada kisaran kondisi tanah yang luas.Tanaman
ini dapat tumbuh baik pada tanah-tanah berat yang sering kali tergenang. Sorgum juga dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir. la dapat tumbuh pada pH tanah berkisar 5,0 - 5,5 dan lebih bertoleransi terhadap salin (garam) tanah dari pada jagung. Tanaman sorgum dapat berproduksi pada tanah yang terlalu kritis bagi tanaman lainnya ( Laimeheriwa, 1990).
Salah satu yang mendukung pada pengolahan lahan sorgum adalah tanah liat berlempung yang kaya akan humus. Sorgum tidak akan tumbuh dengan baik pada tanah yang tergenang atau pada tanah rawa. Walaupun sorgum lebih mampu bertahan pada kondisi air yang tergenang dibandingkan dengan tanaman jagung, namun drainase yang baik lebih cocok untuk pertumbuhannya (Thakur, 1980). Varietas
Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat ( morfology, fisiology, sitology, kimia dan lain-lain) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila produksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lain. Varietas berdasarkan teknik pembentukannya dibedakan atas varietas hibrida, varietas sintetik, dan varietas komposit (Mangoendidjojo, 2003).
Tingkat hasil suatu tanaman ditentukan oleh interaksi faktor genetis varietas unggul dengan lingkungan tumbuhnya seperti kesuburan tanah, ketersediaan air, dan pengelolaan tanaman. Tingkat hasil varietas unggul yang tercantum dalam deskripsi umumnya berupa angka rata-rata dari hasil yang terendah dan tertinggi pada beberapa lokasi dan musim. Potensi hasil varietas

unggul dapat saja lebih tinggi atau lebih rendah pada lokasi tertentu dengan penggunaan masukan dan pengelolaan tertentu pula. Biasanya untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari penggunaan varietas unggul diperlukan pengelolaan yang lebih intensif dan perhatian serius serta kondisi lahan yang optimal. Agar memperoleh hasil yang optimal di atas rata-rata dalam deskripsi maka perolehan varietas unggul harus sesuai 6 tepat (tepat varietas, jumlah,mutu, waktu, lokasi, dan tepat harga) (Gani, 2000).
Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu lingkungan untuk mendapatkan genotif unggul pada lingkungan tersebut. Pada umumnya suatu daerah memiliki suatu kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotip dari tanaman yang bersangkutan (Darliah,et al., 2001).
Ada dua macam perbedaan antara individu organisme : (1) perbedaan yang ditentukan oleh keadaan luar yaitu yang dapat ditelusuri dari lingkungan dan (II) perbedaan yang dibawa sejak lahir, yaitu dapat ditelusuri dari kebakaan. Suatu fenotip (penampilan dan cara berfungsinya). Individu merupakan hasil interaksi antara genotif (warisan alami) dan lingkungannya. Walaupun sifat khas suatu fenotip tertentu tidak dapat selamanya ditentukan oleh perbedaan fenotip atau lingkungan ada kemungkinan perbedaan fenotip antara individu yang terpisahkan itu disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau perbedaan keduanya (Lovelles, 2009).
Balai penelitian tanaman serelia Indonesia pada tahun 2001 telah melepas dua varietas sorgum unggul baru yaitu kawali dan numbu yang berasal dari India. Potensi hasil kedua varietas tersebut masing-masing 4,67 ton/ ha dan 5,05 ton/ha

dengan rata-rata hasil 0,3 ton/ha dan berumur 90 hari.Varietas kawali dan Numbu memiliki tangkai yang kompak dan besar, tahan terhadap rebah, penyakit karat serta penyakit bercak daun. Kedua varietas ini ditanam dibeberapa daerah antara lain di Demak dan Gunung Kidul (Jawa Tengah ) serta daerah Bantul, Yogyakarta ( Yanuwar, 2002). Mulsa
Pemulsaan merupakan suatu usaha melindungi tanah dengan suatu bahan penutup tanah. Dari pengertian ini mulsa diartikan sebgai penutup tanah yang dapat melindungi tanah dari iklim yang berbeda-beda (Umboh, 2000).
Bahan jerami yang kadang- kadang diabaikan pada masa panen padi sesungguhnya dapat digunakan dalam pemulsaan yang bermaksud mencegah terjadinya erosi. Jerami agak lambat pelapukannya sehingga untuk tanaman cukup banyak dan dapat berfungsi untuk menahan erosi (Paiman, 1993).

Fungsi lain dari mulsa adalah menjaga tanah tetap gembur, suhu dan kelembaban tanah relatif tetap stabil. Selain itu dengan adanya mulsa, pemberian pupuk, pengendalian gulma ataupun hama penyakit dapat berkurang baik dalam biaya ataupun waktu yang dibutuhkan. Penggunaan mulsa dipermukaan tanah juga berguna untuk mencegah erosi tanah, menjaga struktur tanah, suhu dan kelembaban tanah sehingga tercipta kondisi yang baik dan mendukung bagi peningkatan kualitas dan kuantitas produksi. Dengan adanya mulsa maka pembuatan jarak tanam, merawat tanaman, memberi pupuk menjadi lebih gampang dan tanah bedengan tidak erosi (Asnawi dan Dwiwarni, 2002).
Pemberian mulsa dapat meningkatkan hasil tanaman budidaya. Pemberian mulsa alang-alang sebanyak 6 ton/ha meningkatkan jumlah polong per tanaman,

jumlah polong isi, dan berat kering biji per petak tanaman kacang kedelai (Fahrurrozi etal., 2005). Pada tanaman kentang pemberian mulsa dapat meningkatkan laju pertumbuhan relatif dan produksi umbi. Hal ini dikarenakan pemberian mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma sehingga tanaman tidak berkompetisi untuk memanfaatkan sinar matahari dan menyerap unsur hara (Umboh, 2000).
Pemberian mulsa juga dapat menyuburkan tanah. Mulsa dapat menjaga kestabilan agregat dan kimia tanah, menjaga ketersediaan air tanah dan menjaga suhu tanah, meningkatkan ketersediaan unsur K dalam tanah, dan mencegah pencucian nitrogen (Fahrurrozi et al., 2005; Umboh, 2000 dan Sudadi et. al., 2007) (Maulana, 2011).
Mulsa jerami juga memiliki kemampuan untuk menyerap air lebih banyak, serta mampu menyimpan air lebih lama. Air sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain sebagai penyusun utama tanaman, air diperlukan untuk melarutkan unsur hara agar mudah diserap akar. Dalam tubuh tanaman, air digunakan sebagai media transport unsur hara, serta hasil fotosintat (Sungheening et al., 2012).
Mulsa berfungsi untuk melindungi permukaan tanah, mencegah erosi, menjaga kelembaban tanah, memperbaiki struktur tanah dan menekan pertumbuhan gulma sehingga meningkatkan produksi tanaman (Rujiter dan Agus, 2004).
Mulsa akan mempengaruhi cahaya yang akan sampai ke permukaan tanah dan menyebabkan kecambah-kecambah gulma serta beberapa jenis gulma dewasa mati (Sukman dan Yakub, 2002).

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu pelaksanaan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah masyarakat, Jl. Setia Budi Pasar 5, Kelurahan Tanjung Sari, Kota Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut (dpl) pada bulan Juli sampai dengan November 2014. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih tanaman sorgum varietas Kawali, dan varietas Numbu, jerami padi, alang- alang, pupuk Urea, SP-36, KCl (sebagai pupuk dasar), fungisida, dan air.
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah cangkul, tugal, gembor, handsprayer, meteran, pacak sampel, pacak perlakuan, alat tulis, label, karung, tali, ember, pisau, plastik, gelas ukur, timbangan, dan kalkulator. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu : Faktor I: Varietas (V) terdiri dari 2 jenis, yaitu :
V1 = Kawali V2 = Numbu Faktor II : Mulsa (M) yang terdiri dari 3 jenis, yaitu : M0 = Tanpa mulsa M1 = Mulsa jerami M2 = Mulsa alang- alang

Sehingga diperoleh perlakuan sebanyak 6 kombinasi, yaitu :

V1M0


V1M1

V1M2

V2M0

V2M1

V2M2

Jumlah ulangan (Blok)

: 4 ulangan

Jumlah plot

: 6 plot

Jumlah plot seluruhnya


: 24 plot

Ukuran plot

: 150 cm x 300 cm

Jarak tanam

: 70 cm x 20 cm

Jarak antar plot

: 50 cm

Jarak antar ulangan

: 100 cm

Jumlah tanaman / plot

: 30 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya

: 720 tanaman

Jumlah sampel/plot

: 5 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya

: 120 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan

model linear aditif sebagai berikut :

Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

i = 1,2,3,4 j = 1,2

k = 1,2,3

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat pemberian mulsa pada jenis ke-

i dan faktor varietas ke-j dan pada ulangan ke-k

μ : Nilai tengah

ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek perlakuan mulsa ke-j

βk : Efek perlakuan varietas ke-k (αβ)jk : Interaksi antara jenis mulsa perlakuan ke-j dengan
varietas ke-k εijk : Efek galat pada blok ke-i akibat jenis mulsa ke-j dan pengaruh
varietas ke-k. Apabila sidik ragam nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Beda Rata – Rata Berjarak Ganda Duncan dengan taraf 5% (Sastrosupadi, 2000).

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan lahan
Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, plot dibentuk dengan ukuran 150 cm x 300 cm dengan jarak antar plot 50 cm dan antar blok 100 cm yang memanjang dari arah utara - Selatan. Kemudian tanah diolah sedalam ± 25 - 30 cm. Pengolahan tanah dilakukan sekitar satu minggu sebelum tanam. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menugal sedalam 3 cm sebanyak 2 benih per lubang tanam yang sebelumnya telah direndam air selama 10 menit, guna mempercepat perkecambahan. Jarak tanam yang digunakan 70 x 20 cm. Pemupukan
Berdasarkan rekomendasi pemupukan dari Deptan (2013), Pupuk yang diberikan yaitu 90 Kg N/ha, 45 Kg P2O5 /ha dan 30 Kg K2O/ha. Dosis pemupukan dikonversikan dalam 200 Kg Urea/ha, 125 Kg SP- 36/ha dan 50 Kg KCl/ha. Pemupukan N dilakukan dua kali, dimana 1/3 bagian diberikan pada saat awal penanaman sorgum yang dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk P dan K seluruhnya, dan sisanya 2/3 bagian pupuk N diberikan pada saat umur 4 MST. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pada lubang yang dibuat sedalam 5 cm dengan jarak 10 cm dari lubang tanam lalu ditutup dengan tanah. Aplikasi Mulsa
Aplikasi mulsa jerami dan mulsa alang-alang dilakukan dengan meletakkan masing-masing mulsa sesuai dengan perlakuan pada plot dengan ketebalan 5 cm hingga menutupi seluruh permukaan tanah dengan rata. Mulsa diaplikasikan dalam kondisi masih segar dan tidak dilakukan pencacahan, mulsa

langsung dihamparkan merata pada plot sekitar ± 10 cm dari lubang tanam. Aplikasi dilakukan setelah bibit di tanam (1MST). Pemeliharaan Tanaman Penyulaman
Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur satu minggu setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan menanam benih sorgum pada lubang tanam yang tanamannya tidak tumbuh atau pertumbuhannya tidak baik. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari. Pelaksanaan penyiraman dikurangi tergantung keadaan cuaca. Bila areal hujan, tidak perlu dilakukan penyiraman. Penjarangan
Penjarangan dilakukan dua minggu setelah tanam (2MST), dengan cara memotong tanaman menggunakan pisau atau gunting dan meninggalkan tanaman yang sehat. Penyiangan
Penyiangan hanya dilakukan pada areal parit plot, dan tidak dilakukan penyiangan pada areal pertanaman karena salah satu tujuan dari pemulsaan adalah menekan pertumbuhan gulma. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida dengan bahan aktif Mankozeb 80% dengan dosis 0.5 cc/liter air pada saat umur tanaman 6 MST.

Panen Pemanenan dilakukan sesuai dengan umur panen masing-masing varietas
atau saat tanaman telah matang secara visual, yaitu pada saat biji-biji telah bernas dan keras, daun berwarna kuning dan mengering. Pada varietas Kawali panen dilakukan pada umur 112 hari dan pada varietas Numbu panen dilakukan pada umur 107 hari setelah tanam. Panen dilakukan dengan menggunakan gunting, dipotong sekitar 10-15 cm dibawah tangkai malai. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran selama lebih kurang 60 jam hingga kadar air mencapai 12-14%. Setelah dikeringkan, biji dirontokkan dari malainya. Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran. Pengukuran pertama dilakukan dua minggu setelah tanam dengan interval 1 minggu sekali hingga masuk fase generatif atau populasi tanaman sorgum telah berbunga sebanyak 75%. Jumlah Daun per batang (helai)
Jumlah daun yang dihitung yaitu daun yang telah terbuka sempurna dan masih berwarna hijau. Penghitungan pertama dilakukan dua minggu setelah tanam dengan interval 1 minggu sekali sampai populasi tanaman sorgum telah berbunga sebanyak 75%.

Umur Berbunga (hari) Umur berbunga ditentukan pada saat bunga setiap tanaman sampel
muncul. Dicatat umur berbunga setiap hari dimulai sejak bunga pertama keluar sampai dengan tanaman sorgum telah berbunga sebanyak 75%. Umur Panen (hari)
Umur panen dihitung setelah tanaman memenuhi kriteria siap panen. Kriteria malai sorgum yang siap panen adalah bijinya keras dan jika digigit terasa tepungnya atau bersuara gemerisik bilamana digerakkan. Berat Biji Malai per Sampel (g)
Berat biji malai per sampel diambil dengan cara menimbang biji beserta malai tiap sampel perlakuan. Berat biji malai per sampel ditimbang setelah tanaman dipanen. Berat Biji Malai per Plot (g)
Berat biji malai per plot diambil dengan cara menimbang biji beserta malai tiap plot perlakuan. Berat biji malai per plot ditimbang setelah tanaman dipanen. Produksi per Sampel (g)
Produksi per sampel diambil dengan cara menimbang biji per sampel setelah biji dipisahkan atau dirontokkan dari malai dan dibersihkan dari kotoran - kotoran. Produksi per sampel ditimbang setelah tanaman dipanen. Produksi per plot (g)
Produksi per plot diambil dengan menimbang biji per plot setelah biji dipisahkan atau dirontokkan dari malai dan dibersihkan dari kotoran- kotoran. Produksi per plot ditimbang setelah tanaman dipanen dengan menggunakan timbangan analitik.

Bobot 1000 biji (g) Ditimbang sebanyak 1000 biji yang telah dijemur selama beberapa hari
sampai kadar air mencapai 12-14%. Penimbangan dilakukan setelah panen dengan menggunakan timbangan analitik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan daftar sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 7, 8 dan 9 MST, Berat biji malai per sampel, produksi per sampel, bobot 1000 biji.
Daftar sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan mulsa berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 8 dan 9 MST, bobot 1000 biji dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter lainnya.
Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4-9 MST, jumlah daun 8 dan 9 MST, umur panen, berat biji malai per sampel, produksi per plot, produksi per sampel, bobot 1000 biji. Tinggi Tanaman (cm)
Data hasil pengamatan tinggi tanaman beserta daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 8-23. Berdasarkan daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 7, 8 dan 9 MST, Sedangkan pemberian mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi varietas dan mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4-9 MST
Rataan tinggi tanaman (cm) terhadap varietas dan mulsa dan pada umur 2-9 MST dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan 7, 8 dan 9 MST, tinggi tanaman tertinggi pada varietas terdapat pada varietas Numbu (V2) yang berbeda nyata dengan varietas Kawali (V1).

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) terhadap varietas dan mulsa pada umur 2-9 MST.

Umur (MST)

Mulsa

Varietas V1=Kawali V2= Numbu

Rataan

M0 = Tanpa Mulsa

29,77

33,28

31,52

2 MST M1 = Mulsa Jerami

31,87

31,60

31,73

M2 = Mulsa Alang-alang

30,14

32,90

31,52

Rataan

30,59

32,59

31,59

M0 = Tanpa Mulsa

43,67

49,38

46,53

3 MST M1 = Mulsa Jerami

45,21

49,46

47,34

M2 = Mulsa Alang-alang

43,13

51,07

47,10

Rataan

44,00

49,97

M0 = Tanpa Mulsa

66,00b

78,00ab

72,00

4 MST M1 = Mulsa Jerami

72,41ab

75,76ab

74,09

M2 = Mulsa Alang-alang

65,66b

80,72a

73,19

Rataan

68,02

78,16

73,09

M0 = Tanpa Mulsa

94,60b

108,54ab

101,57

5 MST M1 = Mulsa Jerami

98,44b

109,06ab

103,75

M2 = Mulsa Alang-alang

93,23b

116,36a

104,79

Rataan

95,42

111,32

M0 = Tanpa Mulsa

110,75d

138,75ab

124,75

6 MST M1 = Mulsa Jerami

115,57d

138,65abc

127,11

M2 = Mulsa Alang-alang

104,93d

143,04a

123,99

Rataan

110,42

140,15

M0 = Tanpa Mulsa

168,01d

218,23abc 193,12

7 MST M1 = Mulsa Jerami

172,68d

225,37ab

199,02

M2 = Mulsa Alang-alang

163,77d

238,61a

201,19

Rataan

168,15b

227,40a

M0 = Tanpa Mulsa

191,55d

267,85abc 229,70

8 MST M1 = Mulsa Jerami

194,73d

271,74ab

233,23

M2 = Mulsa Alang-alang

184,84d

284,05a

234,45

Rataan

190,37b

274,54a

M0 = Tanpa Mulsa

201,24d

282,09abc 241,66

9 MST M1 = Mulsa Jerami

209,78d

297,49ab

253,64

M2 = Mulsa Alang-alang

198,04d

299,25a

248,64

Rataan

203,02b

292,94a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris, kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Pada pengamatan 4 MST, interaksi antara varietas dan mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, dimana tanaman tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan V2M2 (80,72 cm) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan V1M0 ( 66,00 cm)