Kegunaan Penelitian Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

hukum pidana, yang dapat diintergrasikan satu dengan yang lainnya. Apabila sarana pidana dipanggil untuk menangulangi kejahatan, berarti akan dilaksanakan politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan kadaan dan situasi pada waktu dan untuk masa-masa mendatang. 11 Menurut G.P. Hoefnagel upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan cara yaitu : a. Penerapan hukum pidana criminal law application; b. Pencegahan tanpa pidana prevention without punishment; c. Memengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media masa influencing views of society on crime and punishment mass media. 12 Upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu lewat jalur “penal” hukum pidana dan lewat jalur “non penal” bukandi luar pidana. Dalam pembagian G.P. Hoefnagel di atas, upaya-upaya yang disebut dalam butir b dan c dapat dimasukkan dalam kelompok upaya “non penal. Secara kasar dapatlah dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur “penal” lebih menitik beratkan pada sifat “repressive” penindasanpemberantasanpenumpasan sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur “non penal” lebih menitik beratkan pada sifat “preventive” pencegahanpenangkalanpengendalian sebelum kejahatan terjadi. 11 Barda Nawawi Arief. 2002. Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: PT Citra Aditia Bakti.Hlm. 156. 12 Barda Nawawi Arief, Berbagai Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana, Bandung: PT Citra Aditia Bakti. 1998. hlm 59 Dikatakan sebagai perbedaan secara kasar, karena tindakan represif pada hakikatnya juga dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti luas. 13 Upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur “non penal” lebih bersifat tindakan pencegahan sebelum terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif antara lain, berpusat pada masalah-masalah sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh suburkan kejahatan. Usaha-usaha non penal misalnya upaya penyantunan dan pendidikan sosial dalam rangka pengembangan tanggung jawab sosial warga masyarakat, penggarapan kesehatan jiwa masyarakat melalui pendidikan moral, agama, peningkatan usaha- usaha kesejahteraan; kegiatan patroli dan pengawasan lainnya secara kontinyu oleh polisi dan aparat lainnya. Bila dilihat dari sudut politik kriminal secara makro dan global, maka upaya-upaya non penal menduduki posisi kunci dan strategi dari keseluruhan upaya politik kriminal.

b. Teori Faktor penghambat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hambatan adalah halangan atau rintangan. Dalam melaksanakan setiap kegiatan atau melakukan kegiatan tentunya terdapat halangan dan hambatan. Hambatan merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaan terganggu dan tidak terlaksana. Menurut Soerjono Soekanto ada beberapa faktor penghambat dalam proses penegakan hukum yakni: 14 13 Sudarto, Kapita Selekta Pidana, Bandung: Alumni, 1981. hlm.118 14 Ibid. hlm. 5