Kisah Samuel Allah Memberkati Para Pemimpin Israel Samuel, Saul, dan Daud

47 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

C. Allah Memberkati Para Pemimpin Israel Samuel, Saul, dan Daud

Kekhilafan dan kesalahan Saul adalah berambisi untuk memiliki kekuasaan yang mutlak, sehingga ia tidak setia lagi kepada Allah. Kuasa selalu menjadi godaan bagi mereka yang memegang kekuasaan. Samuel mengingatkan kita bahwa kita tidak akan memiliki kekuasaan yang mutlak. Kuasa selalu terikat pada kehendak Tuhan, satu-satunya penguasa manusia. Sikap seperti inilah yang ditunjukkan Daud. Setia kepada Tuhan adalah warisan sikap Daud kepada kita semua.

1. Kisah Samuel

Simaklah kisah Samuel berikut ini Pada waktu itu, seorang dari suku Lewi, yang bernama Elkana, hidup di kota Ramata. Istrinya bernama Hana, ia tidak mempunyai anak. Tiap-tiap tahun kedua orang itu berziarah ke kota Silo untuk bersembah sujud dan untuk mempersembahkan korban. Pada suatu hari, Hana berdoa dengan mencucurkan air matanya dan ia berjanji kepada Tuhan: “Tuhan semesta alam, jikalau Engkau mengaruniakan hamba-Mu seorang putra, niscaya saya akan mempersembahkan dia kepada-Mu seumur hidupnya” Maka doa itu berkenan kepada Tuhan, lalu diberikan-Nya kepadanya seorang putra, yang dinamainya Samuel. Ketika anak itu berumur tiga tahun, maka Ia dibawa ke Silo dan ia menjadi besar di bawah pimpinan Eli, imam agung di Israel, dan ia mengabdi kepadanya di muka Allah. Ia berkenan kepada Tuhan dan kepada manusia. Sumber: Dok. Kemdikbud 48 kelas IV SD Pada suatu malam, Samuel tidur di halaman Kemah Kudus. Ia dipanggil oleh Tuhan, kata-Nya: “Samuel, hai Samuel” Dengan segera Samuel pergi kepada Eli dan berkata: “Saya, tuan” Eli menyahut: “Aku tidak memanggil Engkau. Pergi dan tidur terus” Samuel pergi dan berbaring lagi. Sekali lagi Tuhan memanggilnya, kata-Nya: “Samuel, hai Samuel” Maka Samuel bangun dan pergi kepada Eli, katanya: “Saya, tuan” Eli menjawab: “Aku tidak memanggil, kembalilah dan berbaring saja” Belum diketahui Samuel bahwa ia dipanggil Allah. Untuk ketiga kalinya Tuhan memanggilnya: “Samuel, hai Samuel” Ia bangun dan pergi kepada Eli, katanya: “Saya, tuan” Eli mengerti bahwa anak itu dipanggil oleh Tuhan, maka ia berkata kepadanya, “Berbaringlah kembali, hai anakku, dan jika engkau dipanggil lagi, katakanlah: Berfirmanlah, ya Tuhan, maka hamba-Mu akan mendengarkan” Lalu Tuhan bersabda kepadanya: “Aku akan menepati apa yang Kuirmankan kepada Eli. Sebab ia mengerti betapa jahatnya anak- anaknya, namun ia tidak menghukum mereka” Samuel tidur terus. Keesokan harinya ia dipanggil Eli. Eli bertanya kepadanya: “Apa yang dikatakan Allah, hai anakku? Jangan menyembunyikan apa- apa” Lalu Samuel menceritakan apa yang dikatakan Allah. Maka Eli menyahut: “Ialah Tuhan Dibuat- Nya kiranya menurut kehendak- Nya” bdk. 1Sam 1-3. Beberapa waktu kemudian orang Filistin bertempur melawan Israel. Israel harus melarikan diri. Pada waktu itu, mereka menyuruh imam- imam mengambil Tabut Perjanjian dari Silo. Hofni dan Pinehas Putra Eli turut serta imam-imam itu. Orang Israel dikalahkan. Bahkan, Tabut Perjanjian jatuh ke tangan musuh. Kedua anak Eli tewas. Seorang pesuruh pergi ke Silo. Eli yang telah membuka matanya bertanya kepadanya, “Apa yang telah terjadi.” Pesuruh itu menjawab: “Kedua anakmu tewas dan Tabut Perjanjian direbut oleh musuh” Ketika Eli mendengar berita yang dahsyat itu, jatuhkanlah ia dari kursinya: tengkuknya patah dan Ia meninggal. Sumber: Dok. Kemdikbud 49 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Samuel menjadi hakim di tanah Israel sesudah Eli. Ia berkata kepada bangsa itu: “Buanglah segala patung berhala yang ada di rumahmu, maka Tuhan akan melepaskan kamu dari tangan Filistin” Maka segenap rakyat berpuasa sehari lamanya dan berkata: “Kita telah berdosa terhadap Tuhan”. Kemudian, orang Filistin menyerang sekali lagi. Seluruh rakyat Israel takut sekali dan berkata kepada Samuel: “Janganlah berhenti mendoakan kami, supaya Tuhan menyelamatkan kita” Samuel mempersembahkan korban dan mendoakan rakyatnya. Tuhan menimbulkan taufan yang mengacaukan orang Filistin. Mereka dikalahkan dan tidak berani masuk tanah Israel selama hidup Samuel bdk. 1Sam 4-7. Bangsa Israel mendengarkan dan sangat menghormati Samuel. Ia adalah tokoh yang berdiri di antara dua zaman, yakni zaman hakim-hakim dan zaman raja-raja. Dialah yang meletakkan dasar dan semangat bagi zaman yang baru, yaitu zaman kerajaan. Jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini • Dalam kisah di atas, mengapa orang-orang Israel menginginkan seorang raja? • Apa keinginan orang-orang Israel itu sesuai dengan keinginan Samuel? • Apa yang bisa kamu teladani dari Samuel? Releksi Bangsa Israel ingin memiliki raja seperti bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Mereka yakin bahwa di bawah pimpinan seorang raja mereka akan menjadi bangsa yang kuat. Namun, Samuel tidak sependapat dengan mereka. Samuel berkeyakinan bahwa raja tidak sesuai dengan ajaran agama mereka. Satu-satunya raja Israel adalah Allah. Walaupun demikian, akhirnya Samuel mengabulkan tuntutan mereka, tetapi dengan syarat, raja Israel harus menjadi abdi Allah. Ia diangkat dan dipilih oleh Allah untuk memerintahkan dan membimbing umat Israel sesuai dengan kehendak Allah. Taat kepada Allah lebih penting dari pada taat kepada peraturan-peraturan upacara keagamaan. Apakah aku sudah mengutamakan sikap-sikap baik ? 50 kelas IV SD

2. Kisah Raja Saul