59
kelonggaran masa persiapan pembentukan pemerintahan baru hasil pemilu nasional, mengingat presiden dan wakil presiden terpilih bersama parpol
atau koalisi parpol pendukung, harus menyusun kabinet dan menyiapkan program cepat.
Oleh karena itu, Pemilu Nasional 2014 paling baik jatuh pada awal Juni 2014. Pemungutan suara pada awal Juni memberi ruang bagi penyelenggara
pemilu untuk merencanakan dan mengelola dana APBN lebih leluasa. Selain itu, penyelenggara pemilu juga tidak mengalami hambatan dalam
pengadaan dan pendistribusian surat suara dan perlengkapannya karena pada waktu itu kondisi cuaca relatif baik: tidak sedang musim hujan di
darat, juga tidak sedang musim angin di laut.
67
Jika pemilihan presiden dan wakil presiden mengharuskan adanya putaran kedua, masih tersedia waktu,
yakni diselenggarakan pada awal Agustus 2014, sehingga presiden dan wakil presiden terpilih masih memiliki waktu setidaknya dua bulan untuk
mempersiapkan pembentukan pemerintahannya.
D. Penjadwalan Pemilu Daerah
Menyangkut penjadwalan pemilu daerah untuk memilih anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD KabupatenKota, gubernur dan wakil gubernur serta
bupati dan wakil bupati atau walikota dan wakil walikota, terdapat pertanyaan penting: apakah penyelenggaraan pemilu daerah dilakukan secara serentak
seluruh daerah atau penyelenggaraan pemilu daerah dilakukan serentak setiap provinsi?
Penyelenggaraan pemilu daerah serentak seluruh daerah sesungguhnya sama
menjawab keterlambatan pencairan dana sebagai sebab utama. Perencanaan, pembahasan, persetujuan, dan pencairan dana pemilu terlambat jika dilihat dari jadwal pemilu karena jarak
waktu pencairan anggaran sesuai dengan siklus anggaran terlalu dekat atau bahkan melewati jadwal pelaksanaan pemilu. Kegiatan pendaftaran pemilih misalnya, dimulai pada April 2008.
Akan tetapi pada April 2008 itu, DPR dan pemerintah belum menyetujui anggaran pemilu yang diajukan KPU. Akibatnya kegiatan pendaftaran pemilih tidak berjalan sebagaimana
direncanakan karena dana belum tersedia. 67
Perubahan iklim global menyebabkan batas-batas musim hujan dan kemarau, serta pergerakan angin dan gelombang laut, tidak begitu jelas. Kendati demikian, perbedaan waktu musim
hujan dan musim kemarau tetap menjadi patokan penting bagi terjaminnya pelaksanaan pemilu yang baik. Beberapa daerah yang menggelar pilkada pada saat musim hujan Oktober-
Maret menghadapi lebih banyak masalah akibat turunnya hujan. Sementara itu tingginya gelombang laut jelas mempengaruhi pengiriman logisitik pemilu ke daerah-daerah kepulauan
yang tersebar di seluruh Indonesia.
60
dengan penyelenggaraan pemilu daerah secara nasional. Terdapat beberapa kelebihan atas pemilu daerah berskala nasional ini:
Pertama, format ini memaksimalkan fungsi pemilu sebagai sarana menjaga integrasi politik nasional, karena pertimbangan-pertimbangan politik nasional
dapat mempengaruhi proses dan hasil pemilu daerah;
Kedua, format ini menjadikan agenda politik lebih jelas, yakni dalam kurun lima tahun terdapat dua kali pemilu di seluruh Indonesia, sehingga hal ini tidak
saja mengurangi ketegangan politik di masyarakat, tetapi juga memudahkan perencanaan kegiatan ekonomi dan sosial budaya;
Ketiga, menyederhanakan agenda parpol, karena mereka hanya dua kali terlibat urusan pemilu dalam kurun lima tahun, sehingga waktunya bisa lebih
banyak digunakan untuk mengurusi anggota atau konstituen.
Namun pemilu daerah serentak nasional juga memiliki kelemahan, di antaranya format ini memungkinkan pemilih kehilangan perhatian terhadap
isu-isu daerah, karena terpengaruh oleh isu-isu nasional yang dikampanyekan paarpol. Masalah kedua terkait dengan penyesuaian jadwal, mengingat
jadwal pilkada selama ini berserakan waktunya, sehingga tidak mudah untuk menyatukan dalam pemilu daerah serentak nasional.
Dalam hal ini terdapat dua pilihan langkah: pertama, penyesuaian dilakukan secara berlahan-lahan sehingga pemilu daerah serentak nasional baru tercapai
dalam kurun tiga atau empat putaran pemilu; atau kedua, penyesuaian dilakukan dalam sekali putaran sehingga terjadi perubahan jadwal masa
jabatan kepala daerah secara besar-besaran.
Sementara itu apabila pemilu daerah dilakukan secara serentak per provinsi, masih tersisa pertanyaan: pemilu daerah serentak per provinsi tersebut
akan selesai dalam kurun waktu berapa lama, mengingat jumlah provinsi di Indonesia mencapai 33. Jika pemilu daerah selesai dalam kurun waktu satu
tahun, hal ini secara signiikan menyederhanakan agenda politik nasional, meskipun dalam kurun waktu satu tahun itu rata-rata setiap bulan terdapat
dua sampai tiga kali pemilu daerah. Akan tetapi jika pemilu daerah itu berlangsung dalam kurun waktu dua atau tiga tahun, penyederhanaan jadwal
pemilu tidak terjadi, sehingga kesibukan parpol dalam memadamkan konlik internal parpol akibat pencalonan tetap berlangsung.