7
BAB 2 Kerangka Konseptual
A. Demokrasi dan Kesejahteraan
Menurut Samuel P. Huntington, transisi demokrasi merupakan interval waktu antara rezim otoriter menuju rezim demokratis,
5
memiliki lima pola: siklus, mencoba dua kali, terputus-putus, langsung, dan dekolonisasi.
6
Adanya pola- pola itu mendorong lahirnya kajian konsolidasi demokrasi.
Georg Sorensen mengatakan, konsolidasi demokrasi adalah tahapan pendalaman demokrasi, yang ditandai pembentukan lembaga demokrasi dan
kemajuan ekonomi. Tanpa mengubah ketimpangan ekonomi, akan terjadi penurunan dukungan bagi pemimpin yang terpilih secara demokratis melalui
pemilu.
7
Di sinilah perlunya pemilu demokratis membentuk pemerintahan yang solid dan efektif bekerja dalam memerangi ketimpangan ekonomi untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Robert A. Dahl menyebutkan tujuh lembaga demokrasi, yang empat di
antaranya terkait pemilu, yaitu: pejabat dipilih, pemilu bebas dan adil, hak memilih inklusif, dan hak mencalonkan.
8
Adapun tujuan pemilu demokratis tidak sekadar untuk menjaga integrasi nasional, dan memilih pejabat-pejabat
yang representatif, tetapi juga untuk menciptakan pemerintahan yang efektif.
9
Sementara itu para ahli pemilu sepakat untuk menetapkan governability sebagai salah satu dari tujuan pemilu. Governability adalah stabilitas
pemerintahan dan kemampuannya untuk memerintah. Governability dipengaruhi oleh jumlah partai, derajat polarisasi politik antarpartai, partisipasi
5 O’Donnel dan Philipe C Schmitter, Transisi Menuju Demokrasi: Rangkaian Kemungkinan dan
Ketidakpastian, Jakarta: LP3ES, 1993, h 6. 6
Samuel P. Huntington, Gelombang Demokratisasi Ketiga, Jakarta: Pustaka Utama Graiti, 1997, h. 51-54
7 George Sorensen, Demokrasi dan Demokratisasi: Proses dan Prospek dalam Sebuah Dunia yang
Sedang Berubah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, h. 71. 8
Robert A. Dahl, On Democracy, Yale: Yale Universty Press, 1999, h. 17-21 9
Aurel Croissant, Gabriele Bruns dan Marie John ed, Politik Pemilu di Asia Tenggara dan Asia Timur, Jakarta: Pensil-324 dan Friedrich Ebert Stiftung, 2003, h. 5-6.
8
partai dalam pemerintahan, serta hubungan antara mayoritas parlemen dan eksekutif, yaitu adanya divided government atau pemerintahan terbelah
dalam sistem pemerintahan presidensial, atau kabinet minoritas dalam sistem pemerintahan parlementer.
10
B. Sistem Pemilu dan Sistem Pemerintahan