2.5.Euclidean Distance
Konsep Euclidian Distance ini memperlakukan semua peubah adalah bebas. Transformasi baku yang dilakukan berarti menghilangkan pengaruh keragaman data
atau dengan kata lain semua peubah akan memberikan kontribusi yang sama untuk jarak. Euclidean Distance adalah besarnya jarak suatu garis lurus yang
menghubungkan antar objek. Misalkan ada dua buah objek yaitu A dengan koordinat x1, y1 dan B dengan koordinnat x2, y2 dapat diketahui jarak antar kedua objek
tersebut menggunakan rumus Euclidean Distance.
2.6.Centroids
Pusat cluster adalah centroids, yaitu rata-rata dari semua titik pada cluster tersebut, namun dapat juga digunakan medoid, yaitu titik yang paling mewakili pada sebuah
cluster .Centroid digunakan untuk menghitung jarak suatu objek data terhadap
centroid . Dimana pada setiap cluster terdapat titik pusat centroids yang
mempresentasikan cluster tersebut.
2.7. Dataset
Dataset adalah
objek yang
merepresentasikan data
dan relasinya
di memory.Strukturnya mirip dengan data di database, Dataset berisi koleksi dari
datatable dan datarelation.
2.8. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan 10 penyakit yang paling banyak menyababkan kematian penduduk dunia, beragam cara baik medis maupun non- medis dikembangkan untuk
mengobati dan menekan laju pertumbuhan penderita penyakit ini, berikut dijabarakan sekilas mengenai Diabetes Melitus.
Diabetes Melitus DM merupakan suatu sindrom klinik yang khas ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan efektifitas
insulin. Gangguan
metabolik ini
mempengaruhi metabolisme
dari karbohidrat,protein, lemak, air dan elektrolit. Gangguan metabolisme tergantung pada
adanya kehilangan aktivitas insulin dalam tubuh dan pada banyak kasus, akhirnya menimbulkan kerusakan selular, khususnya sel endotelial vaskular pada
mata, ginjal dan susunan saraf SOE04. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit diabetes melitus terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
1. Kehamilan 2. Konsentrasi plasma glukosa setelah 2 jam pada test toleransi oral glukosa
3. Tekanan darah diastolik 4. Ketebalan lipatan kulit triseps
5. Serum insulin selama 2 jam 6. Indeks massa tubuh
7. Keturunan Diabetes 8. Umur
Dari semua hormon yang terkait dalam metabolisme glukosa, hanya insulin yang bisa menurunkan gula darah. Hormon yang lain adalah “counterregulatory
hormones ” karena bisa membuat gula darah meningkat. Insulin adalah hormon yang
kurang absolut atau relatif dalam penyakit Diabetes Mellitus. Hormon insulin disintesis dihasilkan oleh sel beta Pulau Langerhans yang terdapat pada pankreas.
Peran insulin adalah melihat bahwa sel tubuh dapat memakai bahan bakar. Insulin berperan sebagai “kunci” yang bisa membuka pintu sel agar bahan bakar bisa masuk
ke dalam sel. Pada permukaan setiap sel terdapat reseptor oleh insulin, glukosa dan asam amino bisa masuk ke dalam sel tubuh.
Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis Diabetes Mellitus yaitu sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Darah
a. Diperiksa kadar glukosa sewaktu dan kadar glukosa puasa setelah
puasa 8- 10 jam. b.
Beberapa hari kemudian dilakukan pemeriksaan glukosa plasma puasa
2. Pemeriksaan Test Glukosa Oral
a. Tiga hari sebelum pemeriksaan, makan seperti biasa karbohidrat
cukup. Kegiatan jasmani seperti biasa dilakukan. b.
Puasa paling sedikit 8 jam mulai malam hari sebelum pemeriksaan, minum air putih diperbolehkan.
c. Diperiksa kadar glukosa darah puasa.
d. Diberikan glukosa 75 gram orang dewasa atau 1,75 gramkg
anak-anak, dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit.
Universitas Sumatera Utara
e. Diperiksa kadar glukosa darah 2 dua jam sesudah beban glukosa.
f. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat
dan tidak merokok. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau Diabetes
Mellitus , maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT Toleransi Glukosa
Terganggu atau GDPT Glukosa Darah Puasa Terganggu dari hasil yang diperoleh. - TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140
– 199 mgdl - GDPT : glukosa darah puasa antara 100
– 125 mgdl. Soegondo et al, 2004. Pemantauan glukosa darah di rumah oleh pasien sendiri merupakan bagian
penting pengobatan Diabetes Mellitus tipe 1 atau tipe 2. Kadar glukosa dalam darah adalah tanda vital bagi penderita diabetes. Pemantauan glukosa darah di rumah
merupakan salah satu cara yang akurat dan praktis untuk pengendalian glukosa dalam darah yang dilakukan setiap hari atau beberapa kali setiap hari. Darah yang diperiksa
adalah whole blood dari kapiler yang diambil melalui tusukan pada ujung jari. Satu tetes darah diteteskan pada test strip yang mengandung glukosa oksidase. Hasilnya
dapat dilihat pada meteran alat dalam 20 detik sampai 2 menit. Pada meteran alat tersebut, dapat pula diketahui dosis insulin yang diperlukan individu.
Pengendalian glukosa secara jangka panjang dipantau melalui haemoglobin glikosilat. Glukosa dalam darah cepat menempel dalam hemoglobin. Glukosa
menempel pada hemoglobin sepanjang umur eritrosit, yaitu 90-120 hari. Pemantauan melalui hemoglobin glikosilat memberi hasil yang objektif karena tidak dipengaruhi
oleh umur, jenis kelamin, lamanya Diabetes Mellitus dialami pasien atau kadar glukosa dalam darah yang terakhir. Hemoglobin glikosilat total memberi gambaran
tentang pengendalian glukosa selama tiga tahun. 3.
Pemeriksaan Urine Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik. Hasil yang + menunjukkan adanya glukosuria. Beberapa hal yang perlu diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
Pemeriksaan ini pertama sekali digunakan untuk tes skrining, bukan untuk menegakan diagnosis. Nilai hasil pemeriksaan reduksi urine dari nilai + sampai
++++ :
Universitas Sumatera Utara
a. Jika reduksi +: masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria,
obat-obatan, dan lainnya. b.
Reduksi ++ kemungkinan KGD: 200 –300 mgdl c.
Reduksi +++ kemungkinan KGD: 300 – 400 mgdl d.
Reduksi ++++ kemungkinan KGD: 400 mgdl Glukosa tertumpah dalam urine hanya glukosa serum sudah mencapai “ambang
ginjal”, yaitu ±180 mgdl. Glukosa urine memberi data tentang glukosa darah yang sudah berlalu, bukan yang sesaat. Selain itu, pemantauan glukosa urine tidak dapat
memberi data apakah glukosa darah pasien adalah tinggi 500 mgdl atau normal 110 mgdl. Glukosa urine hanya bisa memberi data apakah pasien mempunyai glukosa
darah yang tinggi beberapa jam yang lalu. Pemantauan glukosa urine sudah tidak dianjurkan untuk pengkajian kontrol glikemik.
Setelah pemeriksaan urine dilakukan, akan lebih baik pemantauan keton perlu dilakukan oleh individu dengan Diabetes Mellitus tipe 1 ketika ia jatuh sakit atau
ketika hasil pemantauan glukosa darah di rumahnya lebih dari 300 mgdl. Test skrip yang mengandung asetoasetat dicelupkan ke dalam urine. Lama waktunya bergantung
pada pabrik yang memproduksinya. Bila yang tampak adalah warna kuning-keabu- abuan, berarti negatif. Warna akan berubah sesuai dengan kadar keton, bisa sampai
ungu tua. Adanya keton dalam urine memerlukan tindakan medis yang cepat dan tepat bagi pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 1. Tindakan menyangkut insulin, diet, dan
asupan cairan untuk menghindari timbulnya diabetes ketoasidosis yang sangat berbahaya Touchette, 2005.
Defenisi keadaan diabetes atau gangguan toleransi glukosa bergantung pada pemeriksaan kadar glukosa darah. Beberapa tes tertentu yang non glikemik dapat
berguna dalam menentukan subklas, penelitian epidenmiologi, dalam menentukan mekanisme dalam perjalanan alamiah diabetes.
Untuk diagnosis dan klasifikasi ada indeks tambahan yang dapat dibagi atas dua bagian yakni sebagai berikut:
1. Indeks Penentuan Derajat Kerusakan Sel Beta
Hal ini dapat dinilai dengan pemeriksaan kadar insulin, pro-insulin, dan sekresi peptide penghubung C-peptide. Nilai-
nilai “Glycosilated hemoglobin” WHO
Universitas Sumatera Utara
memakai istilah “Glyclated hemoglobin”, nilai derajat glikosilasi dari protein lain dan tingkat gangguan toleransi glukosa juga bermanfaat untuk penilaian
kerusakan ini. 2.
Indeks Proses Diabetogenik Untuk penilaian proses diabetogenik pada saat ini telah dapat dilakukan
penentuan tipe dan sub-tipe HLA. Adanya tipe dan titer antibodi dalam sirkulasi yang ditujukan pada pulau-pulau Langerhansislet cell antibodies,
Anti GADGlutamic Acid Decarboxylase dan sel endokrin lainnya adanya cell-mediated immunity
terhadap pancreas. Susunan DNA yang spesifik ditemukan pada genoma manusia dan ditemukannya penyakit lain pada
pankreas dan penyakit endokrin lainnya. Kadar gula darah indikator penentu diabetes pada orang dewasa berbeda
dengan diabetes pada anak-anak. Kadar glukosa darah normal pada anak-anak 100 mgdl dan glukosa darah setelah 2 jam mengkonsumsi sejumlah glukosa yang
diberikan 140 mgdl. Akan tetapi cara untuk mendiagnosa diabetes pada anak-anak sama dengan cara mendiagnosa diabetes pada orang dewasa umumnya Rubin, 2010.
2.8.2. Pra Diabetes Kondisi pradiabetes dikenalkan pertama kali pada tahun 2002 oleh American Diabetes
Association ADA dan Human Service Secretary Tommy G. Thompson. Diagnosis
pradiabetes itu penting karena pradiabetes adalah kondisi kritis sebelum pengembangan menuju ke penyakit diabetes. Diagnosis pradiabetes sama dengan diagnosis diabetes
yaitu dengan test glukosa darah di laboratorium. Pradiabetes didiagnosa apabila glukosa darah puasa di antara 100 dan 125 mgdl 5.6 - 6.9 mmolL dan glukosa darah 2 jam
setelah makan 75 gram glukosa , di antara 140 – 199 mgdl 7.8-11.1 mmol, pada saat
lebih dari satu kali pemeriksaan Rubin, 2010. Pada tahun 1997, Expert Committee on the Diagnosis and Classification of
Diabetes Mellitus of American Diabetes Association menerbitkan klasifikasi baru
Diabetes Mellitus yakni sebagai berikut:
1. Diabetes Mellitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus IDDM.
2. Diabetes Mellitus tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
NIDDM.
Universitas Sumatera Utara
2.8.3. Diabetes Mellitus tipe 1 Insulin Dependent Diabetes Mellitus Pada tipe ini, kekurangan insulin terjadi secara absolut dimana pankreas tidak
menghasilkan insulin atau menghasilkan insulin dalam jumlah yang tidak memadai. Hal ini terjadi akibat sel β pankreas dihancurkan oleh proses autoimun pada orang-
orang yang memiliki predisposisi secara genetis. Pada tipe ini glukosa banyak hilang melalui urine dan glukosa pada darah tidak dapat dipakai sehingga mengakibatkan
banyak kalori yang hilang dan berat badan pasien menurun walaupun ia banyak makan.
Gambaran klinis, pasien umumnya kurus dan memiliki gejala-gejala poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, cepat lelah dan terdapat infeksi abses, infeksi
jamur misalnya kandidiasis. Ketoasisidosis dapat terjadi disertai dengan rasa mual, mengantuk, dan takipnea. Pasien membutuhkan insulin Davey, 2006 .
2.8.4. Diabetes Mellitus tipe 2 Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
Pada tipe ini, kekurangan insulin terjadi secara relatif dimana pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah normal, tetapi tidak efektif. Gambaran klinis sekitar 80 pasien
memiliki kelebihan berat badan dan 20 pasien telah mengalami komplikasi seperti penyakit jantung iskemik, penyakit serebrovaskular, gagal ginjal, ulkus pada kaki dan
gangguan penglihatan. Pasien dapat juga datang dengan poliuria dan polidipsia yang timbul perlahan-lahan. Pasien dengan tipe ini biasanya ditangani dengan pengaturan diet
dan obat hipoglikemik oral Davey, 2006.
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang