Evaluasi Pengujian Sistem Permainan Tes IQ untuk Tunarungu Menggunakan Algoritma Binet Simon

4.2 Evaluasi Pengujian Sistem

Evaluasi pengujian sistem ini dilakukan untuk melihat apakah sistem dapat berjalan dan berfungsi sesuai rancangan sistem yang telah direncanakan. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang pengujian terhadap aplikasi permainan tes IQ. Penjelasan ini dibagi atas uji metode, uji antarmuka dan uji sistem. 4.2.1. Uji Metode Pengujian perlu dilakukan untuk menilai sebarapa baik kerja metode yang digunakan pada suatu sistem. Jika metode yang digunakan tidak bekerja sesuai kebutuhan maka perlu diselidiki lebih lanjut mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya kendala tersebut. Metode yang diuji pada tahap ini adalah metode Binet Simon. Setelah dilakukan pengujian, hasil yang diperoleh adalah algoritma Binet Simon dapat menghitung nilai IQ dari anak berkebutuhan khusus tunarungu ketika semua variabel rumus untuk menghitung IQ telah diperoleh dengan lengkap. Adapun variabel rumus yaitu Mental Age= usia basal+ total skor dari basal hingga celling, Chronological Age = tanggal tes-tanggal lahir. 4.2.2. Uji Antarmuka Pengujian antarmuka aplikasi permainan tes IQ dilakukan dengan memperhatikan peserta dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Pengujian antarmuka dilakukan untuk mengetahui apakah permainan yang dibuat layak atau tidak untuk dimainkan dan apakah desain antarmuka dapat menggangu konsentrasi dari peserta dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Hasilnya peserta dapat menjawab soal dengan baik dan dapat mengikuti aturan bermain. Peserta juga dapat mengerjakan semua soal dengan konsentrasi penuh tanpa terganggu dengan desain-desain ataupun gambar- gambar yang terdapat pada aplikasi. 4.2.3. Uji Sistem Penulis melakukan uji coba pada sistem untuk mengukur keberhasilan Algoritma Binet Simon dalam menghitung nilai IQ. Hasil pengujian terhadap 10 responden dapat dilihat pada tabel.4.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Hasil pengujian No Nama Tanggal tes Tanggal lahir Basal Celling Skor 1. R1 20-11-2015 24-05-2001 8 tahun - - 2. R2 20-11-2015 30-05-2001 13 tahun 18 tahun 104 3. R3 20-11-2015 29-05-2001 13 tahun 18 tahun 105,7 4. R4 20-11-2015 13-05-2001 13 tahun 18 tahun 105,7 5. R5 20-11-2015 14-07-2001 9 tahun - - 6. R6 20-11-2015 18-09-2001 10 tahun - - 7. R7 27-11-2015 01-04-2001 11 tahun 18 tahun 99,4 8. R8 27-11-2015 10-07-2001 10 tahun 18 tahun 103,1 9. R9 27-11-2015 14-07-2001 - - - 10. R10 27-11-2015 13-05-2001 13 tahun 18 tahun 106,8 Pada tabel terdapat tanggal pada saat tes, tanggal lahir peserta, usia basal yaitu usia dimana peserta menemukan skor = 6, celling yaitu usia dimana peserta tidak mendapatkan nilai lagi atau skor = 0, skor adalah nilai akhir atau nilai IQ yang diperoleh peserta. Dari hasil pengamatan, ada 4 responden yang tidak dapat menemukan skor IQ. Penyebabnya adalah karena peserta tidak menemukan basal atau tidak menemukan celling, maka sistem tidak dapat menghitung rumus IQ dengan variabel yang telah ditentukan. Basal tidak ditemukan karena pada saat soal yang paling mudah atau soal pada usia 8 tahun telah ditampilkan, pengguna tidak dapat menjawab semua soal dengan benar atau nilai = 6. Begitu juga pada celling, celling tidak ditemukan karena pada saat soal yang paling sulit atau soal pada usia 20 tahun telah ditampilkan, pengguna masih dapat menjawab semua soal dengan benar atau nilai tidak sama dengan 0. Nilai IQ dapat dihitung jika nilai basal=6 dan nilai celling =0. Jika kondisi ini terjadi maka aplikasi menampilkan notifikasi “maaf soal terbatas, nilai tidak dapat dihitung”. Dari hasil pengamatan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aplikasi dapat menghitung nilai skor dengan menerapkan algoritma Binet Simon ketika semua variabel dari rumus telah diperoleh. Universitas Sumatera Utara BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan