Hasil Deteksi Tepi Citra dengan menggunakan Operator Kompas Deteksi Tepi Citra dengan menggunakan Operator Kirsch Pembahasan Program

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil

Dalam pengujian program deteksi tepi citra medis dengan menggunakan algoritma kompas digunakan berkas citra dengan kedalaman piksel 24-bit warna dan berekstensi jpg dan bmp. Dalam penelitian ini digunakan beberapa citra uji seperti terlihat dalam Gambar 6.1 – 6.4. Gambar 6.1. Citra elbow.jpg Gambar 6.2. Citra hand.bmp 22 Gambar 6.3. Citra left-shoulder.bmp Gambar 6.4. Citra lung.bmp Pada penelitian ini akan dikembangkan algoritma deteksi tepi citra medis dengan algoritma kompas. Dalam penelitian ini akan digunakan operator kompas dan Kirsch. 23

6.2. Deteksi Tepi Citra dengan menggunakan Operator Kompas

Gambar 6.5 – 6.8 merupakan hasil proses deteksi tepi citra dengan menggunakan operator Kompas. Gambar 6.5. Citra hasil deteksi tepi citra elbow.jpg menggunakan operator Kompas Gambar 6.6. Citra hasil deteksi tepi citra hand.jpg menggunakan operator Kompas 24 Gambar 6.7. Citra hasil deteksi tepi citra left-shoulder.jpg menggunakan operator Kompas Gambar 6.8. Citra hasil deteksi tepi citra lung.jpg menggunakan operator Kompas 25

6.3. Deteksi Tepi Citra dengan menggunakan Operator Kirsch

Gambar 6.9 – 6.12 merupakan hasil proses deteksi tepi citra dengan menggunakan operator Kirsch. Gambar 6.9. Citra hasil deteksi tepi citra elbow.jpg menggunakan operator Kirsch Gambar 6.10. Citra hasil deteksi tepi citra hand.jpg menggunakan operator Kirsch 26 Gambar 6.11. Citra hasil deteksi tepi citra left-shoulder.jpg menggunakan operator Kirsch Gambar 6.12. Citra hasil deteksi tepi citra lung.jpg menggunakan operator Kirsch 27

6.4. Pembahasan Program

Cuplikan program dengan menggunakan Matlab berikut ini adalah digunakan untuk melakukan deteksi tepi citra dengan menggunakan Operator Kompas: deteksi dgn kompas clear; treshold = 20; citra = imreadelbowSalt-0_01.jpg; citra = rgb2graycitra; S=[-1 -1 -1; 0 0 0; 1 1 1]; W=[1 0 -1; 1 0 -1; 1 0 -1]; N=[1 1 1; 0 0 0; -1 -1 -1]; E=[-1 0 1; -1 0 1; -1 0 1]; SE=[-1 -1 0; 28 -1 0 1; 0 1 1]; SW=[0 -1 -1; 1 0 -1; 1 1 0]; NW=[1 1 0; 1 0 -1; 0 -1 -1]; NE=[0 1 1; -1 0 1; -1 -1 0]; hslS=conv2citra, S, same; hslW=conv2citra, W, same; hslN=conv2citra, E, same; hslE=conv2citra, E, same; hslSE=conv2citra, SE, same; hslSW=conv2citra, SW, same; hslNW=conv2citra, NW, same; hslNE=conv2citra, NE, same; [baris, kolom]=sizecitra; 29 for i=1: baris for j=1:kolom hasili,j=max[hslSi,j hslWi,j hslNi,j hslEi,j hslSEi,j hslSWi,j hslNWi,j hslNEi,j], [],2; if hasili,j= treshold hasili,j=1; else hasili,j=0; end end end imshownothasil; imwritenothasil, elbowSalt-0_01kompas.png,png, bitdepth, 1; Cuplikan program dengan menggunakan Matlab berikut ini adalah digunakan untuk melakukan deteksi tepi citra dengan menggunakan Operator Kirsch: deteksi dgn Kirsch clear; treshold = 180; citra = imreadelbowHPF.jpg; 30 citra = rgb2graycitra; S=[5 5 5; -3 0 -3; -3 -3 -3]; W=[-3 5 5; -3 0 5; -3 -3 -3]; N=[-3 -3 5; -3 0 5; -3 -3 5]; E=[5 5 -3; 5 0 -3; -3 -3 -3]; SE=[-3 -3 -3; -3 0 -3; 5 5 5]; SW=[-3 -3 -3; 5 0 -3; 5 5 -3]; NW=[5 -3 -3; 5 0 -3; 5 -3 -3]; NE=[-3 -3 -3; -3 0 5; -3 5 5]; hslS=conv2citra, S, same; hslW=conv2citra, W, same; hslN=conv2citra, E, same; 31 hslE=conv2citra, E, same; hslSE=conv2citra, SE, same; hslSW=conv2citra, SW, same; hslNW=conv2citra, NW, same; hslNE=conv2citra, NE, same; [baris, kolom]=sizecitra; for i=1: baris for j=1:kolom hasili,j=max[hslSi,j hslWi,j hslNi,j hslEi,j hslSEi,j hslSWi,j hslNWi,j hslNEi,j], [],2; if hasili,j= treshold hasili,j=1; else hasili,j=0; end end end imshownothasil; imwritenothasil, elbowHPFKirsch.png,png, bitdepth, 1;

6.5. Pengaruh Noise dan Operasi Pengolahan Citra terhadap Algoritma yang Dikembangkan