Berikut ini adalah contoh tindak tutur menolak secara langsung dan tindak tutur menolak secara tidak langsung dengan menggunakan modus.
Gr : “hei, ayo cepat baris di lapangan kita mau upacara”menghampiri murid
murid yang sedang berdiri di depan kelas. Wh
: “nantilah pak, tas aku saja belum di taruh”masuk ke kelas.
Tuturan di atas merupakan tindak tutur menolak secara langsung dengan menggunakan modus argumentasi, yaitu penutur menolak mitra tutur dengan
menggunakan alasan.
TG 1 : “bu, pulang bu itu yang lain sudah pada pulang”menunjuk keluar.
Gr : “kamu itu kelas enam, jadi pulangnya jam 12 nanti”
TG 1 : “nggaklah bu”menggendong tas. Gr
: “kamu ini gimana sih”
TG 1 : “kalo nggak pulang sekarang, besok nggak sekolah”
Gr : “yasudah baca doa dulu”.
Tuturan diatas merupakan tindak tutur menolak secara tidak langsung dengan menggunakan modus ancaman.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut “Bagaimanakah tindak tutur menolak pada siswa tunagrahita kelas 6
Sekolah Dasar Luar Biasa PKK Sukarame Bandar Lampung tahun pelajaran 20112012?”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tindak tutur menolak pada anak tunagrahita kelas 6 Sekolah Dasar Luar Biasa PKK Sukarame Bandar Lampung
tahun pelajaran 20112012.
1.4 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian di bidang kebahasaan yaitu mengenai analisis wacana khususnya pada kajian tindak
tutur.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis yang berkaitan dengan hal-hal berikut.
a.
Informasi dan gambaran bagi guru, khususnya di Sekolah Dasar Luar Biasa, mengenai masalah kebahasaan yang berkaitan dengan tindak tutur dalam
proses belajar mengajar di kelas;
b.
Memberikan sumbangan pemikiran kepada guru agar dapat mengantisipasi terjadinya tindak tutur yang mungkin belum dapat dimengerti.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Subjek penelitian adalah tuturan siswa kelas 6 Sekolah Dasar Luar Biasa
PKK Sukarame Bandar Lampung tahun pelajaran 20112012. 2. Objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bentuk-bentuk tindak tutur menolak dalam proses belajar mengajar di kelas 6 Sekolah Dasar Luar Biasa Sukarame tahun pelajaran 20112012.
b. Penyebab terjadinya tindak tutur menolak dalam proses belajar mengajar di kelas 6 Sekolah Dasar Luar Biasa PKK Sukarame Bandar Lampung
tahun pelajaran 20112012.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca. Sebagai akibatnya studi
ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau
frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur Yule, 2006: 3.
Tipe studi ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa
yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang disesuaikan dengan orang yang
mereka ajak bicara, kapan, dan dalam keadaan apa. Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual.
Pendekatan ini juga perlu menyelidiki bagaimana cara pendengar dapat menyimpulkan tentang apa yang dituturkan agar dapat sampai pada interpretasi
makna yang dimaksud oleh penutur. Tipe studi ini menggali betapa banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian yang disampaikan. Bisa
dikatakan bahwa studi ini adalah studi pencarian makna yang tersamar. Pragmatik
adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan.
Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. Manfaat belajar bahasa melalui pragmatik adalah
bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan sebagai
contoh: permohonan yang mereka perlihatkan ketika mereka sedang bicara. Kerugian yang besar adalah bahwa semua konsep manusia ini sulit dianalisis
dalam suatu cara yang konsisten dan objektif. Dua orang teman yang sedang bercakap-cakap mungkin menyatakan secara tidak langsung beberapa hal dan
menyimpulkan suatu hal lain tanpa memberikan bukti linguistik apapun yang dapat kita tunjuk sebagai sumber ‘makna’ yang jelas atau pasti tentang apa yang
sedang disampaikan. Contoh 1 adalah sekadar suatu kasus masalah. Saya mendengarkan penutur dan saya tahu apa yang mereka katakan, tetapi saya ‘tidak
tahu’ tidak mempunyai gagasan apa yang dikomunikasikan oleh penutur. 1 A : Jadi, saudara?
B : Hei, siapa yang tidak mau? Jadi, pragmatik itu menarik karena melibatkan bagaimana orang saling memahami
satu sama lain secara linguistik, tetapi pragmatik dapat juga merupakan ruang lingkup studi yang mematahkan semangat karena studi ini mengharuskan kita
untuk memahami orang lain dan apa yang ada dalam pikiran mereka Yule, 2006: 5.
2.2 Tindak Tutur