a. Kesengajaan yang bersifat tujuan oogmer Dapat dikatakan bahwa si pelaku benar-benar menghendaki mencapai akibat
yang menjadi pokok alasan diadakan ancaman hukuman pidana. b.
Kesengajaan secara keinsafan kepastian Opzet Bij Zekeheids Bewustzinj c.
Kesengajaan secara keinsafan kemungkinan Opzet Bij Mogelijkkheids Bewustzijn
Lain halnya dengan kesengajaan yang terang-terangan tidak disertai bayangan suatu kepastian akan terjadi akibat yang bersangkutan, tetapi hanya di bayangkan
suatu kemungkinan belaka akan hal itu. 2.
Culpa Arti kata culpa adalah “kesalahan pada umumnya” , tetapi dalam ilmu
pengetahuan hukum mempunyai arti teknis, yaitu suatu macam kesalahan si pelaku tindak pidana yang tidak seberat seperti kesengajaan, yaitu kurang berhati-
hati sebagai akibat yang tidak disengaja terjadi Wirjono Prodjodikoro, 1996 : 65- 72.
Berdasarkan uraian di atas penulis berpendapat bahwa semua unsur tersebut merupakan satu kesatuan dalam suatu tindak pidana, satu unsur saja tidak ada
tidak akan menyebabkan tersangka dapat di hukum. Sehingga penyidik harus cermat dalam meneliti tentang adanya unsur tindak pidana tersebut.
D. Tindak Pidana Militer
Tindak Pidana Militer di bedakan dalam dua jenis tindak pidana, yaitu : 1. Tindak Pidana Militer Murrni
“Adalah tindakan-tindakan yang dilarang dan diharuskan yang pada prinsipnya hanya mungkin dilanggar oleh seorang militer, karena keadaannya
yang bersifat khusus, atau karena suatu kepentingan militer menghendaki tindakan tersebut sebagai tindak pidana”.
2. Tindak Pidana Militer Campuran ”Adalah tindakan-tindakan yang dilarang atau diharuskan yang pada
pokoknya sudah ditentukan dalam perundang-undangan lain, akan tetapi diatur lagi dalam KUHPM atau undang-undang pidana militer lainnya, karena
adanya sesuatu keadaan yang khas militer atau karena adanya sesuatu sifat yang lain, sehingga diperlukan ancaman pidana yang lebih berat”.
Hukum Indonesia mengatur bahwa tidak ada seorang warga negara yang kebal terhadap hukum, meskipun tindak pidana tersebut dilakukan oleh warga sipil
maupun anggota Tentara Nasional Indonesia. Apabila kejahatan dilakukan oleh warga sipil proses penyelesaiannya mengikuti hukum acara pidana sipil yang
diatur dalam KUHAP. Apabila Anggota Tentara Nasional Indonesia melakukan suatu Tindak Pidana, maka akan tetap dipidana tanpa ada keistimewaan apapun,
mulai proses pemeriksaan, penyidikan dan penuntutan sampai peradilan akan mengikuti hukum acara peradilan militer sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer.
E. Pengertian Narkotika
Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan berbahaya lainnya BNN 2010.
Istilah Narkotika yang dikenal di Indonesia berasala dari bahasa Inggris Narcotics yang berarti obat bius, yang sama artinya dengan kata Narcotics dalam bahasa
Yunani yang berarti membius atau menidurkan. Pengertian Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini. Adapun yang termasuk Narkotika berdasarkan UU ini adalah dikelompokkan
dalam golongan I, II dan III. Golongan I terdiri dari 65 zatsenyawa, diantaranya tanaman Papever somniverum L kecuali bijinya, opium mentahmasak candu,
Koka, Kokain mentah, Kokaina, Ganja, Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta bentuk stereo kimianya, Delta 9 tetrahydrocannabinol, dan semua bentuk
stereo kimianya, Heroina, Asetrofina, Acetil alfa metil fentayl, Amfetamina ectacy, Metamfetamina shabu-shabu dan lain-lain. Golongan II terdiri dari 86
delapan puluh enam zat senyawa, diantaranya Alfasetilmetadol, Alfameprodina, Alfametadol, trimeperidina, Asetildihidrokodein, Dekstropropoksifena, Metadona,
Petidina, dan lain-lain. Dan Golongan III terdiri dari 14 empat belas zat senyawa, diantaranya Asetildihidrokodeina, Etilmorfina, Kodeina, buprenorfina,
garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut diatas, campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika dan campuran atau sediaan
difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika, dan lain-lain. Sedangkan
Precusor Narkotika terdiri dari Acetic Anhydride, N-Acetylanthranilic Acid, Acetone, Anthranilic Acid, Ethyl Ether dan lain-lain.
F. Bahaya Penyalahgunaan Narkotika