KUALITAS KEHIDUPAN KERJA PADA ANGGOTA TNI-AD : Studi Deskriptif terhadap Anggota TNI-AD di Corps “X” Bandung.

(1)

No. Skripsi : 352/Skripsi/PSI-FIP/UPI.08.2013

KUALITAS KEHIDUPAN KERJA PADA ANGGOTA TNI-AD

(Studi Deskriptif terhadap Anggota TNI-AD di Corps “X” Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Jurusan Psikologi

Oleh

Budi Setiawan Marlianto 0901627

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Kualitas Kehidupan Kerja pada Anggota TNI-AD

(Studi Deskriptif terhadap Anggota TNI-

AD di Corps “X” Bandung)

Oleh

Budi Setiawan Marlianto

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Budi Setiawan Marlianto Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kualitas kehidupan kerja pada anggota TNI-AD di Corps “X” Bandung. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan pengalaman-pengalaman kualitas kehidupan kerja dari sudut pandang anggota TNI-AD. Dengan melihat kualitas kehidupan kerja, yang dialami oleh anggota TNI-AD di Corps “X” tersebut dapat dipahami aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi terjadinya kualitas kehidupan kerja seorang anggota TNI-AD. Dalam penelitian ini, pengumpulan data subjek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara pada tiga orang anggota TNI-AD yang bertugas di kesatuan Corps “X” Bandung berdasarkan strata jabatan atau hirarki jabatan yang ada pada peraturan TNI yaitu dari tingkat bawahan (tamtama), tingkat menengah (bintara), dan atasan (perwira). Wawancara dilakukan sebanyak dua kali pada masing-masing subjek. Proses satu kali wawancara

pre-eleminary sebelum mengambil data, satu kali wawancara formal dengan durasi waktu rata-rata 60 menit dan cross check, lalu penulis juga melakukan wawancara dengan informan sebagai orang dekat dan mengetahui subjek sebagai member check

dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan di rumah atau tempat kerja subjek, disesuaikan dengan kesediaan subjek untuk diwawancarai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga subjek memiliki kualitas kehidupan kerja yang baik. Meskipun ada beberapa aspek dari kualitas kehidupan kerja yang masih belum terpenuhi oleh anggota TNI-AD yaitu mengenai organisasi tidak memfasilitasi adanya pelatihan bagi seluruh anggota, adanya otoritas dalam pengambilan keputusan terbatas yang dirasakan oleh anggota bawahan dan terbatasnya waktu bersama keluarga. Hal ini dikarenakan adanya budaya organisasi yang terjadi di lingkungan militer.


(6)

ABSTRACT

This research was conducted using a descriptive study approach. This descriptive qualitative study aims to gain an idea of the quality of work life on members of the army in the Corps "X" Bandung. This study sought to describe the experiences of the quality of work life from the point of view of members of the army. By looking at the quality of work life, experienced by members of the army in the Corps "X" can be understood aspects that influence the quality of work life of a member of the Army. In this study, subjects performed data collection by using purposive sampling. This study uses the technique of interviewing three members of the army who served in the Corps unity "X" Bandung by strata title or position hierarchies that exist in the regulation of the level of subordinate military, intermediate level , and superior. Interviews were conducted twice on each subject. Process one-time pre-eleminary interview before taking the data, one formal interview with an average duration of 60 minutes and a cross check, the authors also conducted interviews with the informant as a person close to the subject as a member and know the check in this study. Interviews were conducted in the home or workplace subjects, tailored to the subject's willingness to be interviewed. Results of this study showed that three subjects had a good quality of work life. Although there are some aspects of quality of work life that is still not being met by members of the army that the organization does not facilitate the training for all members, a limited decision-making authority that is felt by members of subordinate and limited time with the family. This is because the organizational culture that occurred in the military environment.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………...……….………... i

KATA PENGANTAR..……….……… ii

DAFTAR ISI………..………... iii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………...…. 1

1.2 Fokus Penelitian ………..7

1.3 Rumusan Masalah Penelitian ………..………... 7

1.4 Tujuan Penelitian ………... 7

1.5 Manfaat Penelitian ………. 8

1.6 Sistematika Penulisan ……….... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA………..………... 9

2.1 Definisi Kualitas ……… 9

2.2 Kualitas Kehidupan Kerja ……….………. 9

2.2.1 Definisi Kualitas Kehidupan Kerja ……….………. 9

2.2.2 Aspek Kualitas Kehidupan Kerja ………...……..… 10

2.3 Tentara Nasional Indonesia (TNI) ..………...………….. 12

2.3.1 Pengertian TNI ………..……… 12

2.3.2 Karakteristik TNI ………...……… 14


(8)

BAB III METODE PENELITIAN………...…..…… 17

3.1 Desain Penelitian ………..………... 17

3.2 Definisi Operasional ….………..………..18

3.3 Ruang Lingkup Masalah ………..……….... 18

3.4 Lokasi dan Subjek Penelitian ………..………. 19

3.5 Instrumen Penelitian ………...……... 19

3.6 Teknik Pengumpulan Data ………..…… 20

3.7 Teknik Analisis Data ………...….... 21

3.8 Teknik Analisis Keabsahan Data ………...… 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………... 24

4.1Profil Subjek Penelitian ... 24

4.1.1 Identitas dan Latar Belakang Subjek 1 ……….… 24

4.1.2 Identitas dan Latar Belakang Subjek 2 ……….…… 27

4.1.3 Identitas dan Latar Belakang Subjek 3 ……….… 29

4.2Deskripsi Data……….... 31

4.3Hasil dan Pembahasan Penelitian ………..…….. 32

4.3.1 Gambaran Kualitas Kehidupan Kerja Subjek 1 ……….... 32

4.3.2 Gambaran Kualitas Kehidupan Kerja Subjek 2 ……… 42

4.3.3 Gambaran Kualitas Kehidupan Kerja Subjek 3 ……….... 53

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………..…..….. 62

5.1 Kesimpulan ……….. 62

5.2 Saran ……… 63


(9)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A.Subjek 1:

Verbatim S1, Reduksi Data S1, Kategorisasi S1 B.Subjek 2:

Verbatim S2, Reduksi Data S2, Kategorisasi S2 C.Subjek 3:

Verbatim S3, Reduksi Data S3, Kategorisasi S3 D.Informan :

Verbatim (I1,I2), Reduksi Data (I1,I2), Kategorisasi (I1,I2)

Foto-foto Kegiatan di Corps “X” Bandung CURRICULUM VITAE PENULIS


(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Dewasa ini tujuan individu untuk bekerja tidak hanya mencari uang saja, melainkan untuk memenuhi kebutuhan yang lain seperti kebutuhan untuk dihargai, membentuk keterikatan sosial serta merasa kompeten dalam kehidupan pekerjaan. Kualitas kehidupan kerja atau Quality of Work Life (QWL) merupakan isu menarik yang menjadi tantangan bagi organisasi dalam penataan lingkungan kerjanya. Menurut Dessler (dalam Mifriadi, 2006) kualitas kehidupan kerja diartikan sebagai suatu keadaan dimana anggota organisasi dapat memenuhi kebutuhan penting mereka dengan bekerja di dalam organisasi, dan kemampuan untuk melakukan hal itu bergantung pada apakah terdapat adanya perlakuan yang adil, kompensasi yang layak dan kesempatan bagi anggota organisasi untuk mengembangkan dirinya dalam sebuah organisasi.

Cascio (2006) menyatakan bahwa terdapat dua cara dalam menjelaskan kualitas kehidupan kerja yaitu: Pertama, kualitas kehidupan kerja dipandang sebagai sekumpulan persepsi anggota organisasi mengenai kondisi kerjanya seperti rasa aman dalam bekerja, kepuasan kerja, dan kondisi untuk dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia. Kedua, kualitas kehidupan kerja dipandang sebagai sekumpulan sasaran yang ingin dicapai melalui kebijakan organisasi seperti: kondisi kerja yang aman, keterlibatan kerja, kebijakan pengembangan karir, perancangan karakteristik pekerjaan, kompensasi yang adil dan lain-lain.

Kehidupan kerja anggota organisasi dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Kualitas kehidupan kerja akan menghasilkan lingkungan kerja yang lebih manusiawi dan berupaya memenuhi semua kebutuhan anggota organisasi, karena konsep dari kualitas kehidupan kerja yaitu mengungkapkan pentingnya penghargaan terhadap manusia dalam lingkungan kerjanya. Kehidupan kerja yang menyenangkan, menciptakan sikap yang positif dan memberi dorongan


(11)

2

untuk bekerja dengan lebih tekun dan lebih baik. Sebaliknya, jika situasi kehidupan kerja tidak menyenangkan akan menimbulkan ketidakpuasan yang dapat menghilangkan motivasi kerja seseorang. Sebagaimana diungkap Ghiselli dan Brown (dalam Dessler, 2003) bahwa lingkungan kerja berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas hasil kerja anggota organisasi.

Peran penting kualitas kehidupan kerja adalah mengubah iklim kerja organisasi secara teknis dan manusiawi, dapat membawa kepada kualitas kehidupan kerja yang lebih baik. Peningkatan kualitas kehidupan kerja ini diperlukan untuk menciptakan kepuasan kerja sebagai pemicu semangat kerja. Aspek-aspek untuk meningkatkan kualitas kehidupan kerja menurut Walton (dalam Wendell, 1983) yaitu: (1) Kompensasi yang mencukupi dan adil. (2) Kondisi-kondisi kerja yang aman dan sehat. (3) Kesempatan untuk mengembangkan dan menggunakan kapasitas manusia (4) Peluang untuk pertumbuhan dan mendapatkan jaminan. (5) Integrasi sosial dalam organisasi pekerjaan. (6) Hak-hak karyawan. (7) Pekerja dan ruang hidup secara keseluruhan. (8) Tanggung jawab sosial organisasi.

Kualitas kehidupan kerja atau quality of work life (QWL) difokuskan pada anggota organisasi tingkat rendah yaitu mereka yang melakukan berbagai kegiatan yang bersifat teknikal dan operasional, karena pada dasarnya usaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan kerja tidak hanya bagaimana anggota organisasi melakukan pekerjaan dengan lebih baik melainkan juga bagaimana pekerjaan dapat membuat anggota organisasi menjadi lebih baik. Kualitas kinerja aparatur negara (TNI/POLRI) atau pegawai negeri sipil masih minim, seperti yang dijelaskan oleh Chin dan Chen (dalam Sumitra, 2012) yang mengemukakan faktor-faktor penentu kualitas kehidupan kerja anggota organisasi terhadap organisasi antara lain kepuasan akan imbalan yang layak, hal ini sesuai dengan hasil survey Work Indonesia (dalam Herawan, 2012) bahwa 51% anggota organisasi di Indonesia tidak puas dengan gaji yang diberikan organisasi dan kesempatan karir yang kurang baik di tempat kerja mereka. Hasil survey Work


(12)

3

Indonesia menggambarkan bagaimana persepsi anggota organisasi terhadap kualitas kehidupan kerjanya di organisasi. Hal tersebut merupakan suatu fenomena yang bisa terjadi di berbagai organisasi yakni baik dalam organisasi sipil maupun organisasi militer.

Organisasi militer adalah organisasi angkatan perang dari suatu negara yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan. Salah satu organisasi militer yang dimiliki Indonesia yakni Tentara Nasional Indonesia (TNI), tentara adalah warga negara yang dipersiapkan dan dipersenjatai untuk tugas-tugas pertahanan negara guna menghadapi ancaman militer maupun ancaman bersenjata. Tentara Nasional Indonesia merupakan salah satu alat pertahanan negara untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan (ATHG) yang datang dari dalam negeri maupun dari luar negeri (dalam UU No 34 pasal 6, 2004). Tentara Nasional Indonesia dibagi menjadi tiga angkatan yakni Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU). Masing-masing angkatan memiliki tugas pokok yang berbeda, salah satunya Angkatan Darat (AD). Angkatan Darat merupakan angkatan tertua atau angkatan yang paling lama berdiri sejak zaman penjajahan tanggal 5 Oktober 1945 yang dahulu bernama Tentara Republik Indonesia (TRI). Angkatan Darat memiliki jumlah personel prajurit yang lebih banyak dibandingkan dengan angkatan TNI lainnya. Prajurit adalah anggota TNI, berdasarkan TOP/DSPP TNI jumlah data personel prajurit TNI-AD pada tahun 2012 sejumlah 316.198 orang (dalam Sumitra, 2012:6).

Karakteristik seorang prajurit TNI-AD yaitu loyalitas kepada pimpinannya, hirarki terhadap kepangkatan, disiplin tinggi, bertanggung jawab atas tugasnya, profesional di bidangnya, tegas dalam bertindak, sikap dan perilaku yang menjadi panutan serta setia kepada Bangsa dan Negara (dalam Herawan, 2012). Dengan adanya hirarki terhadap kepangkatan yaitu mulai dari jenjang karir tamtama (anggota bawahan) sampai dengan perwira (pimpinan), anggota bawahan dituntut untuk patuh dan taat terhadap perintah pimpinannya


(13)

4

serta senantiasa bersedia menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Hirarki kepangkatan tersebut merupakan karakteristik prajurit TNI-AD yang berada di seluruh kesatuan di Indonesia, salah satunya yaitu di Corps “X” Bandung.

Corps “X” Bandung merupakan salah satu unsur dari bantuan tempur (Banpur). Sebagai salah satu unsur kekuatan, Corps “X” Bandung memiliki tugas pokok membuat, memperbaiki dan memelihara alat-alat persenjataan yang dimiliki oleh TNI-AD. Divisi yang berada di bawah naungan Corps “X” Bandung adalah Divisi Kendaraan, Divisi Senjata dan Divisi Bengkel Teknologi Mekanik. Karena tanggung jawab Corps “X” Bandung untuk maintenance

alutsista, maka setiap hari ada ribuan senjata, tank tempur dan alat-alat senjata lainnya yang masuk gudang untuk diperbaiki dari seluruh Corps di KODAM dalam lingkup wilayah Jawa Barat.

Berdasarkan hasil wawancara informal dengan salah seorang anggota TNI-AD di Corps “X” Bandung berinisial “R”, beliau menjelaskan bahwa permasalahan yang dihadapi organisasi militer di kesatuan Corps “X” Bandung ini yaitu Pertama, kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh para anggota, sehingga tugas dan tanggung jawab hanya mampu dilaksanakan oleh sebagian anggota yang memiliki keterampilan baik. Kedua, kompensasi yang diterima oleh para anggota tidak sebanding dengan beban kerja yang mereka kerjakan dan kurang diberikan fasilitas dalam hal mengasah keterampilan lain oleh organisasi.

Berbeda dengan hasil wawancara sebelumnya, wawancara kedua dengan salah satu anggota TNI-AD di Corps “X” Bandung berinisial “W.Y” beliau menjelaskan permasalahan yang dirasakan oleh anggota TNI-AD yaitu otoritas pekerjaan dalam pengambilan keputusan sangat terbatas hal ini dikarenakan adanya hirarki kepangkatan yang menuntut agar setiap keputusan diambil oleh pimpinan atau atasan, sehingga ketika dalam keadaan terdesak pun saat pimpinan tidak ada di tempat, anggota tidak berani untuk mengambil keputusan sebelum ada perintah dari atasan. Seperti ungkapan hasil wawancara berikut:


(14)

5

“Ya kalau masalah otoritas di dalam bagian ini jelas terbatas ya kalau

untuk bawahan, karena ada atasan langsung yang menyelesaikan bagian jadi masalah otoritas ya terbatas”

( S1/W1/A13/27-05-2013)

Selain otoritas pekerjaan, beliau juga mengungkapkan sedikit permasalahan yang berkaitan dengan penghargaan diri dalam hal ini yaitu kenaikan pangkat yang relative lama karena adanya aturan baru sehingga berdampak pada kompensasi yang telah diatur oleh pemerintah sesuai dengan pangkat dan jabatan. Seperti ungkapan wawancara berikut:

“Kenaikan pangkat juga itu relative lama ya dulu naik pangkat 2 tahun, sekarang aturan baru itu misalkan Sersan Dua (Serda) ke Sersan Satu (Sertu) 5 tahun, kecuali mau ke Pleton Dua (Pelda) ke Pleton Satu (Peltu)

Cuma 4 tahun kalau lainnya 5 tahun”

(S1/W1/A30/27-05-2013)

Disamping dua permasalahan yang diatas, beliau juga mengungkapkan permasalahan yang berkaitan dengan pelatihan atau keterampilan yang diberikan oleh organisasi. Tidak semua anggota di Corps “X” Bandung diberikan pelatihan khusus, hanya beberapa anggota saja yang diberikan pelatihan di luar kantor. Hal ini yang menyebabkan tingkat kejenuhan ketika anggota hanya mampu menyelesaikan pekerjaan dalam satu bidang saja karena system kerja yang masih klasik sehingga bardampak pada kualitas kehidupan kerja anggota. Seperti yang diungkapkan pada hasil wawancara berikut:

“Tidak, masalahnya itu pelatihan hanya dilakukan oleh beberapa orang saja sesuai dengan keterampilan yang dimiliki saja, jadi tidak semua

anggota diberikan keterampilan”


(15)

6

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 pasal 3 butir 16 menyatakan “Setiap pegawai negeri memiliki peluang yang sama dalam pengembangan karir”. Namun aplikasi di lapangan yang terjadi di Corps “X” Bandung masih terjadi tebang pilih dalam menentukan anggota yang mengikuti diklat maupun pelatihan dan promosi, masih kurangnya dukungan manajemen dalam penerapan hasil pendidikan maupun pelatihan dalam kehidupan organisasi. Secara tidak langsung hal ini memberikan dampak yang kurang harmonis dalam kehidupan organisasi.

Kualitas kehidupan kerja mengenai kepuasan kerja dalam kompensasi masih dirasakan kurang oleh sebagian anggota TNI-AD di Corps “X” Bandung dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya serta kompensasi yang tidak merata diberikan kepada anggota TNI yakni dengan beban kerja yang sama namun menerima kompensasi yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan sistem kompensasi yang disesuaikan dengan masa kerja walaupun dengan pangkat dan jabatan yang sama, ini merupakan salah satu faktor penyebab kesenjangan antar anggota.

Apapun yang dikerjakan oleh anggota TNI tentunya dalam rangka pemenuhan kebutuhannya, baik untuk dirinya maupun lingkungan kerjanya. Secara psikologis dukungan lingkungan kerja terhadap pekerjaan anggota TNI akan meningkatkan produktifitas kerja mereka. Dengan hubungan yang harmonis di lingkungan kerja tentunya akan mendorong keinginan yang tinggi dalam meningkatkan motivasi dan produktifitas kerja.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Mageswari, 2012) mengenai “Stress and Quality of Work Life” bahwa dengan perbaikan

kualitas kehidupan kerja yang baik akan meningkatkan motivasi kerja bagi karyawan dan berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Mifriadi,

2006) mengenai “Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja terhadap Produktifitas Karyawan” bahwa kualitas kehidupan kerja yang tinggi akan mempengaruhi


(16)

7

Melihat pentingnya kualitas kehidupan kerja bagi sumber daya manusia dalam sebuah organisasi khususnya pada anggota TNI-AD, akan berdampak pada kinerja yang ditunjukkan oleh prajurit TNI maka dari itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kualitas kehidupan kerja TNI-AD di Corps “X” Bandung.

1.2Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas mengenai minimnya dukungan lingkungan kerja bagi anggota organisasi dalam hal ini anggota TNI-AD. Hal tersebut membuat kualitas kinerja yang kurang optimal. Fokus penelitian ini diarahkan kepada gambaran kualitas kehidupan kerja anggota TNI-AD beserta aspek-aspek yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan kerja tersebut.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran kualitas kehidupan kerja atau Quality of Work Life (QWL) pada anggota TNI-AD di Corps “X” Bandung?”

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kualitas kehidupan kerja atau quality of work life (QWL) pada anggota TNI-AD di Corps “X” Bandung.


(17)

8

1.5Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan keilmuan psikologi khususnya dalam bidang Industri dan Organisasi, mengenai kualitas kehidupan kerja atau quality of work life

(QWL) pada anggota TNI-AD. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran sekaligus referensi mengenai kondisi yang diperoleh peneliti sehingga dapat menunjang penelitian selanjutnya. 2. Secara Praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran

kerja anggota TNI-AD dalam mengetahui gambaran kualitas kehidupan kerja dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan kerja pada anggota TNI-AD.

1.6Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: JUDUL, disertai pernyataan maksud penulisan skripsi.

Nama dan kedudukan TIM PEMBIMBING. KATA PENGANTAR

ABSTRAK DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN BAB II. KAJIAN PUSTAKA BAB III. METODE PENELITIAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(18)

Budi Setiawan Marlianto, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif. Karena diperlukan penggalian data secara mendalam dan menyeluruh dengan cara interview dalam penelitian ini. Selain itu penelitian kualitatif dipilih karena bersifat fleksibel mengikuti alur subjek namun tetap terstruktur sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian.

Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2012 : 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada pemecahan masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan (Sujana dan Ibrahim, 1989).

Penelitian kualitatif lebih menonjolkan proses dan makna yang dimiliki subyek. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fenomena dan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi, dalam hal ini mewawancarai anggota TNI-AD di Corps “X” Bandung. Dimana pertanyaan interview akan didapatkan dari penurunan teori menjadi dimensi dan indikator. Selain itu, sebagai data pendukung dilakukan pula observasi dan wawancara kepada keluarga ataupun rekan kerja subjek dalam hal ini sebagai informan. Alat pengukur data dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, sedangkan alat bantu untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan adalah alat perekam (tape recorder) dan alat tulis.


(19)

18

Budi Setiawan Marlianto, 2013 3.2 Definisi Operasional

Kualitas kehidupan kerja atau quality of work life dalam penelitian ini didefinisikan sebagai persepsi anggota organisasi terhadap suasana dan pengalaman anggota di tempat kerja mereka. Suasana pekerjaan yang dimaksudkan adalah berdasarkan kepada delapan aspek menurut Walton (dalam Wendell, 1983) yaitu:

1. Kompensasi yang mencukupi dan adil. 2. Kondisi-kondisi kerja yang aman dan sehat.

3. Kesempatan untuk mengembangkan dan menggunakan kapasitas manusia. 4. Peluang untuk pertumbuhan dan mendapatkan jaminan.

5. Integrasi sosial dalam organisasi pekerjaan. 6. Hak-hak karyawan.

7. Pekerja dan ruang hidup secara keseluruhan. 8. Tanggung jawab sosial organisasi.

Kualitas kehidupan kerja atau quality of work life (QWL) dalam penelitian ini difokuskan pada anggota TNI-AD tingkat rendah yaitu mereka yang melakukan berbagai kegiatan yang bersifat teknikal dan operasional, karena pada dasarnya usaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan kerja tidak hanya bagaimana anggota organisasi melakukan pekerjaan dengan lebih baik melainkan juga bagaimana pekerjaan dapat membuat anggota organisasi menjadi lebih baik.

3.3 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup atau batasan masalah pada penelitian ini hanya terbatas mengenai sejauh mana gambaran kualitas kehidupan kerja atau quality of work life yang dialami oleh anggota TNI-AD di Corps “X” Bandung. Dengan melihat delapan aspek dalam peningkatan kualitas kehidupan kerja, antara lain:

1. Kompensasi yang mencukupi dan adil. 2. Kondisi-kondisi kerja yang aman dan sehat.


(20)

19

Budi Setiawan Marlianto, 2013

4. Peluang untuk pertumbuhan dan mendapatkan jaminan. 5. Integrasi sosial dalam organisasi pekerjaan.

6. Hak-hak karyawan.

7. Pekerja dan ruang hidup secara keseluruhan. 8. Tanggung jawab sosial organisasi.

3.4 Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Bandung. Subjek dari penelitian ini adalah tiga orang anggota TNI-AD di Corps “X” Bandung dengan berdasarkan hirarki jabatan yang ada di lingkungan TNI-AD yaitu jenjang tamtama (anggota bawahan), bintara dan perwira (pimpinan). Selain itu, subjek juga telah berkeluarga dan menjalankan tugas kedinasan sebagai anggota TNI-AD dalam waktu yang cukup lama. Hal ini dimaksudkan agar hasil informasi yang didapatkan dari subjek penelitian berdasarkan pengalaman yang ada kaitannya dengan delapan aspek dalam peningkatan kualitas kehidupan kerja.

3.5 Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka, perasaan dan perilaku individu maupun sekelompok orang. Instrument penelitian merupakan alat pengumpul data. Adapun instrument dalam penelitian kualitatif menurut Moleong (2012 : 37) yaitu peneliti itu sendiri dengan menggunakan tape recorder dan catatan lapangan sebagai alat bantu. Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan. Dimana pengamat memungkinkan melihat dan mengamati sendiri situasi yang mungkin terjadi. Selain itu, ciri-ciri umum manusia sebagai instrument mencakup segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekan keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan mengikhtisarkan, serta memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim (Moleong, 2012 : 169).


(21)

20

Budi Setiawan Marlianto, 2013

3.6 Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara (interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2012 : 186).

Menurut Hadi (dalam Smith, 2009) wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak dengan sistematis dan berlandaskan kepada tujuan-tujuan penyelidikan.

Dalam penelitian ini wawancara akan dilakukan kepada tiga orang anggota TNI-AD di Corps “X” Bandung. Wawancara yang dilakukan berupa wawancara terstruktur ataupun semi terstruktur.

2. Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan peneliti guna kelengkapan data yang dibutuhkan. Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 2012 : 174) mengemukakan beberapa alasan pentingnya pengamatan atau observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu :

 Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi.

 Teknik pengamatan juga memungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat hal-hal pada keadaan sebenarnya yang mungkin kurang disadari oleh subjek penelitian sendiri.

 Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposisional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

 Pengamatan dapat digunakan untuk mengecek kepercayaan data yang didapatkan dari hasil wawancara.


(22)

21

Budi Setiawan Marlianto, 2013

 Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi rumit dalam perilaku yang kompleks.

 Pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik penelitian lainnya tidak memungkinkan untuk dilakukan.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengamati dan terlibat langsung dalam kegiatan subjek atau disebut dengan observasi partisipan. Selain itu, observasi menggunakan metode pencatatan langsung terhadap segala kejadian yang terjadi yang dapat menunjang data penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

Secara umum proses analisis data kualitatif menurut Glaser dan Strauss (dalam Moleong, 2011 : 288) mencakup reduksi data, kategorisasi data, sintesisasi dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja. Berikut merupakan tahapan analisis data dalam penelitian kualitatif :

1. Reduksi data

a. Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian yang terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.

b. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding. Membuat koding berarti memberikan kode pada setiap satuan, agar tetap dapat ditelusuri data atau satuannya, berasal dari sumber mana.

2. Kategorisasi

a. Menyusun kategori. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.


(23)

22

Budi Setiawan Marlianto, 2013

3. Menyusun hipotesis kerja

Hal ini dilakukan dengan jalan merumuskan suatu pernyataan yang proposisional. Hipotesis kerja sudah merupakan teori substantif (yaitu kategori yang berasal dan masih terkait dengan data). Hipotesis kerja hendaknya terkait dan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian.

3.8 Teknik Analisis Keabsahan Data

Studi deskriptif ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Untuk menguji keabsahan data, teknik keabsahan yang digunakan yaitu teknik keabsahan konstruk. Dimana, keabsahan konstruk (construct validity) adalah keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam Moleong, Denzin (1978 : 330) menjelaskan beberapa macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :

a. Triangulasi Sumber

Menggunakan berbagai sumber data seperti hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu anggota TNI-AD yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Selain itu wawancara juga dilakukan kepada perwakilan rekan kerja dan keluarga masing-masing subjek.

b. Triangulasi Metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, penulis melakukan metode wawancara kepada tiga orang anggota TNI-AD yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan.


(24)

23

Budi Setiawan Marlianto, 2013

c. Triangulasi Penyidik

Adanya pengamat di luar penulis yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi deskriptif bertindak sebagai penyidik atau pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.


(25)

Budi Setiawan Marlianto, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kualitas kehidupan kerja pada anggota TNI-AD di Corps “X” Bandung. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang kualitas kehidupan kerja atau quality of work life (QWL), maka didapatkan kesimpulan dari masing-masing dimensi yaitu mengenai kompensasi yang mencukupi dan adil, ketiga subjek telah mendapatkan kompensasi yang sesuai dengan pekerjaannya meskipun subjek dua dan subjek tiga merasa kompensasi yang diterimanya belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan keluarga. Dilihat dari dimensi kondisi kerja yang aman dan sehat, ketiga subjek ditempatkan pada tempat kerja yang aman dan sehat sesuai dengan usia dan bidang keahliannya. Dari dimensi kesempatan untuk tumbuh dan menggunakan kapasitasnya sebagai manusia, ketiga subjek tidak mendapatkan otoritas penuh dalam pekerjaannya, hal ini dikarenakan hanya pimpinan yang memiliki otoritas dalam pengambilan keputusan. Dari dimensi peluang untuk tumbuh dan mendapatkan jaminan, ketiga subjek mendapatkan jaminan dalam hal kesehatan dan kompensasi pensiun ketika masa kedinasan telah selesai dalam hal ini pensiun. Mengenai dimensi integrasi sosial dalam pekerjaan, ketiga subjek memiliki hubungan yang harmonis dengan rekan kerja dan pimpinan sehingga ketiga subjek tersebut merasa nyaman dalam melaksanakan tugas. Hak-hak karyawan dalam hal ini ketiga subjek memiliki hak untuk mendapatkan informasi mengenai kebijakan organisasi. Lalu mengenai ruang hidup secara keseluruhan, ketiga subjek mampu melaksanakan perannya sebagai anggota TNI dan kepala rumah tangga walaupun waktu bersama keluarga terbatas, mengenai tanggung jawab sosial, organisasi tidak mengabaikan tanggung jawabnya kepada anggota organiasasi sehingga anggota selalu merasa nyaman dalam bekerja.


(26)

63

Budi Setiawan Marlianto, 2013 5.2 Saran

1. Bagi Subjek Penelitian

 Dengan adanya penelitian ini diharapkan subjek sebagai anggota TNI-ADdapat meningkatkan kualitas kehidupan kerjanya.

 Diharapkan subjek dapat memaknai aspek-aspek dalam meningkatkan kualitas kehidupan kerjanya.

2. Bagi Organisasi Corps “X” Bandung

 Dengan adanya penelitian ini diharapkan organisasi dapat membantu dalam meningkatkan kualitas kehidupan kerja anggotanya

 Diharapkan organisasi memberikan program pelatihan kerja kepada seluruh anggota dalam menunjang kinerja sehari-hari sesuai dengan bidangnya masing-masing

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

 Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti kualitas kehidupan kerja selain anggota TNI-AD, agar dapat membandingkan kualitas kehidupan kerja di instansi militer lainnya.

 Peneliti selanjutya diharapkan dapat meneliti aspek-aspek lainnya dari kualitas kehidupan kerja.


(27)

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke Cipta.

Ayodeji, Ilesanmi Oladele. 2011. Job Design and Improved Quality of Work Life of Nigerian Secondary School Teachers. Ilorin : Department of Business Administration University of Ilorin.

Bowditch, James L, Anthony F Buono. 1994. A primer on Organizational Behaviour. Third Edition John Willey & Sons, Inc : Newyork. Hal 365-370.

Cascio, Wayne F. (2006). Managing Human Resources: Productivity, Quality of Work Life, Profits Edition. New York : McGraw Hill International.

Creswell, J. W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design : Choosing among Five Tradition. London : Sage Publication.

Davis, Keith, John W Newstrom. 1985. Perilaku dalam Organisasi. Edisi Ketujuh Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hal 52-69.

Daymon, Christine & Holloway. 2002. Metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing Communications. Jogyakarta: Bentang Pustaka.

Dessler, Gary. (2003). Human Resource Management. Edition. New York : Prentice Hall International.

Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo

Hasibuan, Malayu S. P. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi Bumi Aksara, Jakarta: Grasindo

Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Edisi Kedua. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung


(28)

65

Herawan, Heri. 2012. Dosir Prajurit Sebagai Pendukung Kelancaran Sistem Pembinaan Prajurit Guna Meningkatkan Kualitas Prajurit TNI-AD. Jurnal Yudhagama. Vol 32 No. 2 Juni 2012.

Islam. Md Sahanur. 2011. Quality of Work Life: an Insight of Causes of Attrition in Insurance Sector in India. India : International Conference On Management Proceeding.

Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mageswari, Dewi. 2012. Stress and Quality of Work Life – a Literature Review. Gujarat: Sunshine Group of Institutions, Asian Journal of Multidimensional Research Vol 1 Issue 3 August 2012, ISSN 2278 – 4853.

Mathis, Robert L.. & John H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia (Buku Kedua). Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat.

Mifriadi, Ade. 2006. Kajian Tentang Hubungan Penerapan Sistem Manajemen Kualitas ISO 9002 dan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan. Skripsi Studi Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Kehutanan.

Misiak, Henryk, Ph.D & Sexton, Virginia Staundt, Ph.D. 2009. Psikologi Fenomenologi Eksistensial dan Humanistik. Bandung: Refika Aditama.

Moleong, L. J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Newstrom, John W. 2011. Organizational Behavior, Human Behavior at Work. Thirteenth edition The McGrow-Hill Companies.

Nitisemito, Alex. S. 2002. Manajemen Personalia. Edisi Revisi, Penerbit Ghalia Indonesia


(29)

66

Patton, M. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods. Beverly Hills, CA: Sage.

Redaksi RAS. 2010. Hak dan Kewajiban Karyawan. Jakarta: Raih Asa Sukses

Retnowati, Nova, Muslichah Erma Widia. 2012. Manajemen Kompensasi. Bandung: Karya Putra Darwati

Sabarirajan, A., & Geethanjali, N. (2011). A Study on Quality of Work Life and Organizzational Performance Among The Employees of Public and Private Banks in Dindigul. International Journal Economics. Res., Volume 2 (6), 38-45. Sanjaya, Agus Rinda. 2010. Pengaruh Total Quality Management terhadap Quality of

Work Life pada Karyawan Dealler Yamaha Mulia Pabelan Kartasura. Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah.

Saraji, G Nasl & Dargahi, H. (2006). Study of Quality of Work Life (QWL). Iranian Journal Public Health, Vol. 35, No. 4, pp.8-14.

Simamora, Hendry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN Strauss, A., & Corbin, J. (2009). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif : Tata Langkah dan

Teknik-Teknik Teoritisasi Data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda. Sumitra, Ngurah. 2012. Pengelolaan SDM Berbasis Kompetensi Untuk Mewujudkan

Kinerja Prajurit TNI Angkatan Darat Yang Optimal. Jurnal Yudhagama. Vol 32 No. 2 Juni 2012.

Suwatno, & Priansa, D. J. (2011). Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Smith, Jonathan, A. 2009. Dasar-dasar Psikologi Kualitatif : Pedoman Praktis Metode Penelitian. Bandung: Nusamedia.


(30)

67

Tabassum, Ayesha, Tasnuva Rahman, Kursia Jahan. 2011. A Comparative Analysis of Quality of Work Life among the Employees of Local Private and Foreign Commercial Banks in Bangladesh. World Journal of Social Science Vol.1 No.1 March 2011 Pp. 17-33

Wendell L. French and Cecil H. Bell. 1983. “A Definition of Organization Development: Theory, Practice and Research” (Plano, TX: Business Publications pp 368-369)

Widya, Winny. 2012. Penerapan Sistem Outsourcing di PT. Amerta Indah Otsuka dihubungkan dengan Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Jo Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No 220 tahun 2004 tentang Syarat-syarat Penyerahan sebagian Pelaksanaan kepada Perusahan lain. Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung.

Zulkarnain, Yahaya Mahamood, Fatimah Omar. 2010. Implication of Career Development and Demograpic Factors on Quality of Work Life. Jurnal Psikologi Volume 37 No.1 Juni 2010; 23-33.

_______. (2013). Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja Indonesia [Online]. (http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/jam-kerja, diakses tanggal 20 juni 2013).

_______. (2013). Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1994 tentang Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan [Online]. (http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/upah-kerja, diakses tanggal 20 juni 2013).


(1)

Budi Setiawan Marlianto, 2013

Kualitas Kehidupan Kerja Pada Anggota TNI-AD (Studi Deskriptif terhadap Anggota TNI-AD di

Corps “X” Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kualitas

kehidupan kerja pada anggota TNI-

AD di Corps “X” Bandung

. Berdasarkan

penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang kualitas kehidupan

kerja atau quality of work life (QWL)

,

maka didapatkan kesimpulan dari

masing-masing dimensi yaitu mengenai kompensasi yang mencukupi dan

adil, ketiga subjek telah mendapatkan kompensasi yang sesuai dengan

pekerjaannya meskipun subjek dua dan subjek tiga merasa kompensasi yang

diterimanya belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan keluarga. Dilihat dari

dimensi kondisi kerja yang aman dan sehat, ketiga subjek ditempatkan pada

tempat kerja yang aman dan sehat sesuai dengan usia dan bidang keahliannya.

Dari dimensi kesempatan untuk tumbuh dan menggunakan kapasitasnya

sebagai manusia, ketiga subjek tidak mendapatkan otoritas penuh dalam

pekerjaannya, hal ini dikarenakan hanya pimpinan yang memiliki otoritas

dalam pengambilan keputusan. Dari dimensi peluang untuk tumbuh dan

mendapatkan jaminan, ketiga subjek mendapatkan jaminan dalam hal

kesehatan dan kompensasi pensiun ketika masa kedinasan telah selesai dalam

hal ini pensiun. Mengenai dimensi integrasi sosial dalam pekerjaan, ketiga

subjek memiliki hubungan yang harmonis dengan rekan kerja dan pimpinan

sehingga ketiga subjek tersebut merasa nyaman dalam melaksanakan tugas.

Hak-hak karyawan dalam hal ini ketiga subjek memiliki hak untuk

mendapatkan informasi mengenai kebijakan organisasi. Lalu mengenai ruang

hidup secara keseluruhan, ketiga subjek mampu melaksanakan perannya

sebagai anggota TNI dan kepala rumah tangga walaupun waktu bersama

keluarga terbatas, mengenai tanggung jawab sosial, organisasi tidak

mengabaikan tanggung jawabnya kepada anggota organiasasi sehingga

anggota selalu merasa nyaman dalam bekerja.


(2)

63

5.2 Saran

1.

Bagi Subjek Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan subjek sebagai anggota

TNI-AD

dapat meningkatkan kualitas kehidupan kerjanya.

Diharapkan subjek dapat memaknai aspek-aspek dalam meningkatkan

kualitas kehidupan kerjanya.

2.

Bagi

Organisasi Corps “X” Bandung

Dengan adanya penelitian ini diharapkan organisasi dapat membantu

dalam meningkatkan kualitas kehidupan kerja anggotanya

Diharapkan organisasi memberikan program pelatihan kerja kepada

seluruh anggota dalam menunjang kinerja sehari-hari sesuai dengan

bidangnya masing-masing

3.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti kualitas kehidupan

kerja selain

anggota TNI-AD,

agar dapat membandingkan kualitas

kehidupan kerja di instansi militer lainnya.

Peneliti selanjutya diharapkan dapat meneliti aspek-aspek lainnya dari

kualitas kehidupan kerja.


(3)

Budi Setiawan Marlianto, 2013

Kualitas Kehidupan Kerja Pada Anggota TNI-AD (Studi Deskriptif terhadap Anggota TNI-AD di Corps “X” Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke Cipta.

Ayodeji, Ilesanmi Oladele. 2011. Job Design and Improved Quality of Work Life of Nigerian Secondary School Teachers. Ilorin : Department of Business Administration University of Ilorin.

Bowditch, James L, Anthony F Buono. 1994. A primer on Organizational Behaviour. Third Edition John Willey & Sons, Inc : Newyork. Hal 365-370.

Cascio, Wayne F. (2006). Managing Human Resources: Productivity, Quality of Work

Life, Profits Edition. New York : McGraw Hill International.

Creswell, J. W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design : Choosing among Five Tradition. London : Sage Publication.

Davis, Keith, John W Newstrom. 1985. Perilaku dalam Organisasi. Edisi Ketujuh Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hal 52-69.

Daymon, Christine & Holloway. 2002. Metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing Communications. Jogyakarta: Bentang Pustaka.

Dessler, Gary. (2003). Human Resource Management. Edition. New York : Prentice Hall International.

Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo

Hasibuan, Malayu S. P. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi Bumi Aksara, Jakarta: Grasindo

Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Edisi Kedua. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung


(4)

65

Herawan, Heri. 2012. Dosir Prajurit Sebagai Pendukung Kelancaran Sistem Pembinaan Prajurit Guna Meningkatkan Kualitas Prajurit TNI-AD. Jurnal Yudhagama. Vol 32 No. 2 Juni 2012.

Islam. Md Sahanur. 2011. Quality of Work Life: an Insight of Causes of Attrition in

Insurance Sector in India. India : International Conference On Management

Proceeding.

Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mageswari, Dewi. 2012. Stress and Quality of Work Life – a Literature Review. Gujarat: Sunshine Group of Institutions, Asian Journal of Multidimensional Research Vol 1 Issue 3 August 2012, ISSN 2278 – 4853.

Mathis, Robert L.. & John H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia (Buku Kedua). Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat.

Mifriadi, Ade. 2006. Kajian Tentang Hubungan Penerapan Sistem Manajemen Kualitas ISO 9002 dan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan. Skripsi Studi Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Kehutanan.

Misiak, Henryk, Ph.D & Sexton, Virginia Staundt, Ph.D. 2009. Psikologi Fenomenologi Eksistensial dan Humanistik. Bandung: Refika Aditama.

Moleong, L. J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Newstrom, John W. 2011. Organizational Behavior, Human Behavior at Work. Thirteenth edition The McGrow-Hill Companies.

Nitisemito, Alex. S. 2002. Manajemen Personalia. Edisi Revisi, Penerbit Ghalia Indonesia


(5)

Budi Setiawan Marlianto, 2013

Kualitas Kehidupan Kerja Pada Anggota TNI-AD (Studi Deskriptif terhadap Anggota TNI-AD di Corps “X” Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Patton, M. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods. Beverly Hills, CA: Sage.

Redaksi RAS. 2010. Hak dan Kewajiban Karyawan. Jakarta: Raih Asa Sukses

Retnowati, Nova, Muslichah Erma Widia. 2012. Manajemen Kompensasi. Bandung: Karya Putra Darwati

Sabarirajan, A., & Geethanjali, N. (2011). A Study on Quality of Work Life and

Organizzational Performance Among The Employees of Public and Private

Banks in Dindigul. International Journal Economics. Res., Volume 2 (6), 38-45. Sanjaya, Agus Rinda. 2010. Pengaruh Total Quality Management terhadap Quality of

Work Life pada Karyawan Dealler Yamaha Mulia Pabelan Kartasura. Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah.

Saraji, G Nasl & Dargahi, H. (2006). Study of Quality of Work Life (QWL). Iranian Journal Public Health, Vol. 35, No. 4, pp.8-14.

Simamora, Hendry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN Strauss, A., & Corbin, J. (2009). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif : Tata Langkah dan

Teknik-Teknik Teoritisasi Data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda. Sumitra, Ngurah. 2012. Pengelolaan SDM Berbasis Kompetensi Untuk Mewujudkan

Kinerja Prajurit TNI Angkatan Darat Yang Optimal. Jurnal Yudhagama. Vol 32 No. 2 Juni 2012.

Suwatno, & Priansa, D. J. (2011). Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Smith, Jonathan, A. 2009. Dasar-dasar Psikologi Kualitatif : Pedoman Praktis Metode Penelitian. Bandung: Nusamedia.


(6)

67

Tabassum, Ayesha, Tasnuva Rahman, Kursia Jahan. 2011. A Comparative Analysis of Quality of Work Life among the Employees of Local Private and Foreign

Commercial Banks in Bangladesh. World Journal of Social Science Vol.1 No.1

March 2011 Pp. 17-33

Wendell L. French and Cecil H. Bell. 1983. “A Definition of Organization

Development: Theory, Practice and Research” (Plano, TX: Business Publications pp

368-369)

Widya, Winny. 2012. Penerapan Sistem Outsourcing di PT. Amerta Indah Otsuka dihubungkan dengan Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Jo Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No 220 tahun 2004 tentang Syarat-syarat Penyerahan sebagian Pelaksanaan kepada Perusahan lain. Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung.

Zulkarnain, Yahaya Mahamood, Fatimah Omar. 2010. Implication of Career

Development and Demograpic Factors on Quality of Work Life. Jurnal Psikologi

Volume 37 No.1 Juni 2010; 23-33.

_______. (2013). Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja Indonesia [Online]. (http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/jam-kerja, diakses tanggal 20 juni 2013).

_______. (2013). Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1994 tentang Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan Bagi

Pekerja di Perusahaan [Online].