Analisis Sistem Pemasaran Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kec. Tigapanah, Kab. Karo)

(1)

ANALISIS SISTEM PEMASARAN WORTEL

(Studi Kasus : Desa Sukadame, Kec. Tigapanah, Kab. Karo)

SKRIPSI

Oleh :

SUMA DJ KELIAT 030304041

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PETANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Landasan Teori ... 10

Kerangka Pemikiran ... 13

Hipotesis Penelitian ... 17

METODOLOGI PENELITIAN ... 18

Penentuan Daerah Penelitian ... 18

Metode Penentuan Sampel ... 18

Metode Pengumpulan Data ... 18

Metode Analisis Data ... 19

Defenisi Dan Batasan Operasional ... 20

Defenisi ... 21

Batasan Operasional ... 21

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 22

Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 22

Karakteristik Petani Sampel dan Pedagang Sampel ... 26

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

Saluran Pemasaran ... 33

Fungsi Pemaaran yang Dilakukan Mata Rantai Pemasaran ... 46


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 51 Kesimpulan ... 51 Saran ... 52


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Perkembangan Luas Panen Sayur-mayur

Kabupaten Karo Tahun 2005 ... 3

Tabel Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Wortel di Kabupaten Karo Tahun 2006 ... 4

Tabel Kandungan nilai Gizi dan Kalori dalam wortel per 100g ... 9

Tabel Distribusi Penggunaan Tanah di Desa Suka Dame Tahun 2004 ... 22

Tabel Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Suka Dame Tahun 2004 ... 23

Tabel Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Suka Dame Tahun 2004 ... 24

Tabel Distribusi Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan di Desa Suka Dame Tahun 2004 ... 24

Tabel Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di DesaSuka Dame Tahun 2004 ... 25

Tabel Sarana dan Prasarana di Desa Suka Dame Tahun 2004 ... 26

Tabel Karakteristik Petani Sampel ... 26

Tabel Karakteristik Pedagang Pengumpul Desa (Saluran I) ... 27

Tabel Karakteristik Pedagang Pengumpul Desa (Saluran II) ... 28

Tabel Karakteristik Pedagang Perantara Luar Kota (Saluran I) ... 29

Tabel Karakteristik Pedagang Perantara Luar Kota (Saluran II) ... 29

Tabel Karakteristik Pedaang Pengecer (Saluran I)... 30

Tabel Karakteristik Pedagang Pengumpul Kabupaten (Saluran II) ... 31

Tabel Karakteristik Pedaang Pengecer (Saluran II) ... 31

Tabel Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Wortel Melalui Saluran Pemasaran I per Satu Pick up (1,5 ton) ... 38

Tabel Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Wortel Melalui Saluran Pemasaran II per Satu Pick up (1,5 ton) ... 44


(5)

Tabel Fungsi Pemasaran Yang Dilakukan Pedagang Perantara Pada Saluran Pemasaran I ... 46

Tabel Fungsi Pemasaran Yang Dilakukan Pedagang Perantara Pada


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Skema Kerangka Pemikiran Analisis Sistem

Pemasaran Wortel ... 16

Gambar Skema Saluran Pemasaran Wortel di Desa Sukadame ... 33

Gambar Saluran Pemasaran Wortel I ... 34


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiaran Data Karakteristik Petani Sampel ... 54

Lampiaran Data Karakteristik Pedagang Pengumpul Desa (Saluran I) ... 54

Lampiran Data Karakteristik Pedagang Perantara Luar Kota (Saluran I) ... 55

Lampiaran Data Karakteristik Pedagang Pengecer (Saluran I)... 55

Lampiaran Data Karakteristik Pedagang Pengumpul Desa (Saluran II) ... 55

Lampiaran Data Karakteristik Pedagang Pengumpul Kabupaten (Saluran II) ... 55

Lampiran Data Karakteristik Pedagang Perantara Luar Kota (Saluran II) ... 56

Lampiaran Data Karakteristik Pedagang Pengecer (Saluran II) ... 56

Lampiran Data Pedagang Pengumpul Desa (Saluran I) ... 57

Lampiran Data Pedagang Perantara Luar Kota (Saluran I) ... 57

Lampiran Data Pedagang Pengecer (Saluran I) ... 58

Lampiran Data Pedagang Pengumpul Desa (Saluran II) ... 58

Lampiran Data Pedagang Pengumpul Kabupaten (Saluran II) ... 59

Lampiran Data Pedagang Perantara Luar Kota (Saluran II) ... 59

Lampiran Data Pedagang Pengecer (Saluran II) ... 60

Lampiran Rincian Biaya Pemasaran Wortel Pedagang Pengecer (Saluran I), Desember 2007 ... 61

Lampiran Rincian Biaya Pemasaran Wortel Pedagang Pengecer (Saluran II), Desember 2007 ... 62


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Analisis Sistem Pemasaran Wortel” dengan studi kasus desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS selaku ketua komisi pembimbing serta Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si selaku anggota komisis pembimbing, atas bimbingan dan arahanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Tidak lupa penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis ayahanda L. Perangin-angin dan ibunda M. Br Ginting yang telah banyak memberi dukungan moril maupun materi bagi penulis sampai saat ini.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengundang kritik dan saran yang membangun untuk terciptanya kesempurnaan dari skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.


(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Upaya peningkatan produksi sayur-mayur sangat berkaitan erat dengan aspek-aspek pemasaran, karena usahatani sayur-mayur pada umumnya adalah usahatani komersil yang sebagian besar hasil produksinya untuk dijual ke pasar. Menurut Haerah (1979), produksi dan pemasaran mempunyai ketergantungan yang sangat erat. Produksi yang meningkat tanpa didukung oleh sistem pemasaran yang dapat menampung hasil dengan tingkat harga yang layak tidak akan berlangsung lama, malah pada waktunya ia akan menurun karena pertimbangan untung rugi usahatani.

Beberapa masalah pemasaran komoditi pertanian yang banyak ditemukan di negara-negara berkembang pada umumnya, dan di Indonesia pada khususnya antara lain sebagai berikut : (a) Tidak tersedianya komoditi pertanian dalam jumlah yang cukup dan kontiniu (b) Fluktuasi harga (c) Pelaksanaan pemasaran yang tidak efisien (d) Tidak memadainya fasilitas pemasaran (e)Terpencarnya lokasi produsen dan konsumen (f) Kurang lengkapnya informasi pasar (g) Kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran (h) Kurang responnya produsen terhadap permintaan pasar (Soekartawi, 2002 ; 11)

Wortel merupakan salah satu jenis sayuran umbi yang memiliki peranan penting dalam penyediaan bahan pangan, khususnya penyediaan sumber vitamin dan mineral. Sebagai sumber pangan hayati, wortel banyak mengandung vitamin A dan zat-zat lain yang berkhasiat obat, sehingga sangat


(10)

baik untuk mencegah berbagai penyakit. Wortel juga memiliki rasa yang enak (agak manis) sehingga digemari oleh masyarakat. Selain digunakan sebagai bahan pangan, umbi wortel juga digunakan sebagai bahan kosmetik. Oleh karena itu, wortel memiliki prospek bisnis yang sangat baik karena memiliki potensi pasar yang sangat luas (Cahyono, 2002 ; 5).

Wortel sebagai sayuran umbi akar telah lama dikenal. Rasanya yang manis karena mengandung zat gula menyebabkan wortel disukai banyak orang.

Tanaman wortel sudah tidak asing lagi bagi masyarakat dunia, karena dalam kehidupan sehari-hari selalu hadir tanpa mengenal musim. Selain itu masyarakat telah membudidayakannya sebagai usaha perkebunan yang menguntungkan (Cahyono, 2002 ; 9).

Sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk, kenaikan taraf hidup masyarakat, dan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi, permintaan wortel akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Selain itu, wortel merupakan salah satu sayuran yang sangat potensial sebagai bahan pangan untuk mengentaskan masalah kekurangan vitamin A, tumor/kanker, dan kekurangan gizi, sehingga dapat dipastikan permintaan wortel akan bertambah besar (Cahyono, 2002 ; 13,14).

Tinjauan potensi wortel dari beberapa segi menunjukkan bahwa pengembangan wortel di Indonesia masih memiliki prospek yang sangat cerah. Pengembangan budidaya wortel di Indonesia didukung oleh keadaan agroklimatologi dan agroekonomi wilayah Indonesia yang sesuai untuk wortel. (Cahyono, 2002 ; 13,14).


(11)

Masalah utama yang sangat penting adalah pemasaran hasil pertanian. Jika pemasaran hasil pertanian tidak berhasil maka semua usaha yang dilakukan akan sia-sia, dengan kata lain biaya produksi tidak tercukupi. Masalah inilah yang sering dihadapi petani dimana harga hasil pertanian mereka sangat rendah bahkan ditolak di pasar (Daniel,2002 ; 19)

Kabupaten Karo merupakan salah satu Daerah Tingkat II di Propinsi Sumatera Utara yang berpotensi di sektor pertanian yang letak geografisnya di daerah dataran tinggi pada ketinggian 400 m – 1600 m diatas permukaan laut dan sangat potensial sebagai daerah pertanian sayur-mayur dan buah-buahan

yang didukung oleh potensi alam serta sumber daya manusianya (Dinas Perindagtamben, 2006 ; 1)

Adapun lokasi pertanaman sayur-mayur utama di Kabupaten Karo dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen Sayur-mayur Kabupaten Karo Tahun 2005

No Jenis Komoditas Luas Panen (Ha)

Lokasi Pertanaman Utama di Kecamatan

1 Kol/Kubis 3.878 Berastagi, Kabanjahe, Simpang Empat, Barusjahe, Tigapanah

2 Kentang 3.442 Berastagi, Kabanjahe, Simpang Empat,

Merek, Barusjahe, Tigapanah

3 Sayur Pendek 2.594 Berastagi, Kabanjahe, Simpang Empat, Payung, Merek

4 Tomat 1.798 Berastagi, Kabanjahe, Simpang Empat

5 Wortel 2.523 Berastagi, Kabanjahe, Simpang

Empat, Tigapanah, Barusjahe, Merek

6 Cabe Merah 3.966 Berastagi, Kabanjahe, Payung, Merek, Tigapanah, Munte, Tigabinanga 7

Daun Prei/Bawang Daun 1.881 Berastagi, Simpang Empat, Tigapanag, Barusjahe

8 Buncis 2.483 Barusjahe, Tigapanah, Kabanjahe,

Simpang Empat, Payung

9 Kol Bunga 2.105 Berastagi, Simpang Empat, Kabanjahe, Tigapanah, Barusjahe


(12)

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Karo kontribusi Kabupaten Karo dalam seluruh produksi sayuran di atas mengalami penurunan. Hal ini disebabkan penyempitan/penurunan areal luas panen yang cukup tajam sehubungan dengan adanya penggunaan lahan diluar sayur dan semakin luasnya tanaman sayur-mayur di dataran tinggi lainnya (Manullang, 2006 ; 1,2)

Dari Tabel 1 dapat kita lihat bahwa tanaman wortel banyak diusahakan di kecamatan Berastagi, Kabanjahe, Simpang Empat, Tigapanah, Barusjahe dan Merek. Kendati mengalami penurunan keenam kecamatan tersebut masih merupakan daerah penghasil utama wortel dari Kabupaten Karo

Adapun luas dan produksi wortel menurut kecamatan di Kabupaten Karo dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas tanaman Wortel di Kabupaten Karo Tahun 2006.

No Kecamatan

2006 Luas Tanam

(Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 Barusjahe 17 510 30,00

2 Tigapanah 139 5755 41,40

3 Kabanjahe 80 2065 25,81

4 Simpang IV 878 23555 26,82

5 Berastagi 147 3200 21,90

6 Merek 46 1036 22,52

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karo 2006

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa di Kabupaten Karo daerah yang memiliki produktivitas paling tinggi adalah Kecamatan Tigapanah yaitu 41,40 ton/ha, dengan produksi 5.755 ton dan Luas tanam 139 ha.

Petani wortel di Kecamatan Tigapanah menjual hasil wortelnya kepada pedagang dengan sistem lelang, pedagang yang ingin membeli wortel petani


(13)

datang langsung ke lahan milik petani. Di sana terjadi tawar-menawar harga dan setelah tercapai kesepakatan maka wortel akan diserahkan kepada pedagang. Dengan kata lain pedaganglah yang akan memanen wortel, menyortir, membersihkan dan menjualnya kembali.

Gairah petani untuk meningkatkan produksi dan mutu wortel yang dihasilkan sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya harga yang diterima. Tinggi rendahnya harga yang diterima oleh petani erat kaitannya dengan keadaan struktur pasar dan besarnya margin pemasaran, sehingga untuk meningkatkan pemasaran petani wortel dapat dicapai apabila struktur pasar dan penyebab tingginya margin pemasaran diketahui.

Identifikasi Masalah

1. Apakah saluran pemasaran wortel di daerah penelitian lebih dari satu saluran?

2. Apakah fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran pada setiap saluran pemasaran di daerah penelitian memilik perbedaan?

3. Bagaimana perbedaan biaya pemasaran, share margin, dan price spread pada masing-masing saluran pemasaran?

4. Bagaimana tingkat efisiensi pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui berapa jenis saluran pemasaran wortel di daerah penelitian.


(14)

2. Untuk mengetahui perbedaan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran pada setiap saluran pemasaran di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui berapa besar biaya pemasaran, share margin, dan price

spread.

4. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran wortel untuk setiap saluran pemasaran di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

1. Berguna untuk bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk perkembangan agribisnis wortel

2. Berguna untuk membuat kebijakan pemerintah dalam sistem pemasaran wortel.

3. Berguna untuk bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

4. Berguna bagi petani/pedagang agar rantai pemasaran dapat dipersingkat dan memberi keuntungan bagi petani.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Tanaman wortel berasal dari daerah yang beriklim sedang (sub tropis). Tanaman ini ditemukan sekitar 6500 tahun yang lalu, tumbuh secara liar di kawasan kepulauan Asia Tengah (Punjab, Kasmir, Afganistan, Tajikistan, dan bagian barat Tien Sen) dan kawasan Timur (Asia Kecil, dataran tinggi Turkmenistan, Transcaucasia, dan Iran). Dari kawasan Asia, mula-mula tanaman wortel dibudidayakan disekitar Laut Tengah. Selanjutnya menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Amerika, dan akhirnya menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia yang beriklim panas (Cahyono, 2002 ; 9).

Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan, tanaman wortel diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Umbilliferales Famili : Umbilliferae Genus : Daucus

Species : Daucus carota L. (Cahyono, 2002 ; 15)

Susunan tubuh tanaman wortel terdiri atas daun dan tangkainya, batang dan akar. Secara keseluruhan wortel merupakan tanaman setahun , yang tumbuh tegak hingga 30 – 100 cm atau lebih (Cahyono, 2002 ; 12)

1. Daun

Daun wortel bersifat majemuk menyirip ganda dua atau tiga, anak-anak daun berbentuk lanset (garis garis). Setiap tanaman memiliki 5 – 7 tangkai dan


(16)

yang berukuran agak panjang. Tangkai daun kaku dan tebal dengan permukaan yang halus, sedangkan helaian daun lemas dan tipis.

2. Batang

Batang tanaman wortel sangat pendek sehingga hampir tidak tampak,

batang bulat, tidak berkayu, agak keras, dan berdiameter kecil (sekitar 1cm – 1,5cm). Pada umumnya, batang berwarna hijau tua. Batang tanaman

tidak bercabang, namun ditumbuhi oleh tangkai tangkai daun yang berukuran panjang, sehingga kelihatan seperti bercabang.

3. Akar

Tanaman wortel memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Dalam pertumbuhannya akar tunggang akan mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi tempat penyimpanan cadangan makanan. Bentuk akar akan berubah menjadi besar dan bulat memanjang, hingga mencapai diameter 6 cm dan panjang sampai 30 cm, tergantung varietasnya. Akar tunggang yang telah berubah bentuk dan fungsi inilah yang sering disebut atau dikenal sebagai ”umbi wortel”.

4. Bunga

Bunga tanaman wortel tumbuh pada ujung tanaman, berbentuk payung berganda, dan berwarna putih atau merah jambu agak pucat. bunga memiliki tangkai yang pendek dan tebal. Kuntum kuntum bunga terletak pada bidang yang sama. Bunga wortel yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji biji yang berukuran kecil dan berbulu (Cahyono, 2002 ; 16,17).


(17)

Wortel mudah dikenali dari warna umbinya yang oranye jingga. Dengan warnanya yang seperti ini menandakan wortel banyak mengandung zat yang disebut karoten atau provitamin A. Manfaatnya sangat banyak dan rasanya enak. Wortel dapat mencegah penyakit rabun senja. Juga bila diminum sari atau jus wortel, bisa menambah kesegaran. Selain mengandung provitamin A, wortel juga mengandung vitamin B dan vitamin C (Duryatmo, 2006 ;34)

Wortel paling banyak mengandung beta karoten, rata rata 12.000 IU; para ahli menganjurkan 15.000-25.000 IU per hari. Penelitian dari National

Cancer Institute mengaitkan kandungan tinggi beta karoten dengan pencegahan

kanker, karena sifat antioksidannya yang melawan kerja destruktif sel sel kanker. Di samping itu beta karoten membantu sistem kekebalan tubuh yang menghasilkan ”killer cell” alami (Anonimous, 2003)

Kandungan nilai Gizi dan Kalori dalam wortel dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan nilai Gizi dan Kalori dalam wortel per 100g.

No Jenis zat gizi Jumlah

1 Kalori (kal) 42,00

2 Protein (g) 1,20

3 Lemak (g) 0,30

4 Karbohidrat (g) 9,30

5 Kalsium (mg) 39,00

6 Fosfor (mg) 37,00

7 Besi (mg) 0,80

8 Natrium (mg) 32,00

9 Serat (g) 0,90

10 Abu (g) 0,80

11 Vitamin A (SI) 12.000,00

12 Vitamin B-1 (mg) 0,06

13 Vitamin B-2 (mg) 0,04

14 Vitamin C (mg) 6,00

15 Niacin (mg) 6,60

16 Air (g) 88,20

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1981) dan Food Nutrition Research Center Hand Book No. 1, Manila (1964) dalam Rahmat Rukmana (1995)


(18)

Untuk pertumbuhannya, wortel memerlukan lingkungan yang sejuk. Oleh karena itu, wortel hanya cocok ditanam di pegunungan, yaitu dataran sedang sampai dataran tinggi.

Wortel dikembangkan dengan bijinya. Biji itu disemaikan di tanah yang subur dan gembur. Bila tanahnya tidak gembur akan terbentuk umbi yang tidak sempurna. Sekitar 95 – 120 hari kemudian wortel siap panen (Duryatmo, 2006 ; 35)

Pemanenan tidak boleh terlambat karena umbi akan semakin mengeras (berkayu) sehingga tidak disukai konsumen. Cara pemanenan dilakukan dengan jalan mencabut umbi beserta akarnya. Untuk memudahkan pencabutan sebaiknya tanah digemburkan dahulu. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari agar dapat segera dipasarkan (Anonimous, 2005)

Landasan Teori

Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang barang mengalir dari produsen sampai kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan (Sudiyono, 2004 ; 5)

Dalam pemasaran terdapat empat prinsip dasar yang terdiri 4 P, yaitu:

Product (produk) Price (harga) Place (tempat) Promotion (promosi)


(19)

Metode ini yang dikenal dengan Bauran Pemasaran (Marketing Mix).

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar. Dua hal penting dari sebuah produk adalah manfaat produk dan atribut produk (merek, kemasan, penampilan fisik,). Harga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi permintaan pasar. Harga memberikan hasil pada perusahaan dengan menciptakan sejumlah pendapatan dan keuntungan. Tempat berhubungan dengan aktivitas perusahaan untuk menyediakan produknya di pasar pada waktu yang tepat. Promosi merupakan salah satu aktivitas pemasaran yang memungkinkan perusahaan untuk berkomunikasi dan membujuk pelanggan untuk membeli produknya.

Pemasaran lebih dipandang sebagai seni daripada ilmu, maka seorang ahli pemasaran tergantung lebih banyak pada ketrampilan pertimbangan dalam membuat kebijakan daripada berorientasi pada ilmu tertentu. Pandangan ahli ekonomi terhadap pemasaran adalah dalam menciptakan waktu, tempat dimana produk diperlukan atau diinginkan lalu menyerahkan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen (konsep pemasaran).

Istilah tataniaga diartikan sama dengan pemasaran atau distribusi yaitu kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Tataniaga atau pemasaran tidak dapat diterima bila hanya diartikan secara sempit.

Pada prinsipnya terdapat tiga tipe fungsi pemasaran, yaitu 1) Fungsi pertukaran; 2) Fungsi fisik dan 3) Fungsi penyediaan fasilitas (Sudiyono, 2004 ; 82).


(20)

Fungsi pertukaran adalah semua tindakan untuk memperlihatkan

pemindahan hak milik atas barang dan jasa. Fungsi ini dibagi atas dua

bagian : (1) fungsi penjualan dan (2) fungsi pembelian.

Fungsi fisik adalah semua tindakan atau perlakuan terhadap barang,

sehingga memperoleh kegunaan tempat dan waktu. Fungsi ini terbagi atas dua bagian : (1) fungsi penyimpanan dan (2) fungsi pengangkutan.

Fungsi Fasilitas adalah semua tindakan yang menunjang kalancaran

pelaksanaan fungsi pertukaran dan fisik. Fungsi ini dapat dibagai atas empat bagian, yaitu (1) fungsi standardisasi dan grading, (2) fungsi

penanggungan resiko, (3) fungsi pembiayaan, dan (4) fungsi informasi pasar (Ginting, 2006 ; 11,12)

Pemasaran hasil pertanian merupakan masalah besar bagi masyarakat petani, terutama petani sayuran, karena daya tahan produk yang sangat pendek. Seringkali petani berhasil memproduksi komoditas pertaniannya, tetapi mereka gagal dalam memasarkan produknya. karena sulit memperoleh harga yang menguntungkan, akibatnya petani sering mengalami kerugian (Ginting, 2006 ; V)

Salah satu masalah dalam pemasaran hasil pertanian bagi petani adalah kecilnya persentase harga yang diterima oleh petani dari harga yang dibayar oleh konsumen (Ginting, 2006 ; 3)

Dalam pemasaran komoditi pertanian terdapat perbedaan harga di tingkat pengecer (konsumen akhir) dengan harga di tingkat petani. Perbedaan ini disebut margin pemasaran. Margin pemasaran dapat didefinisikan sebagai


(21)

perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani..

Kondisi tak seimbangnya harga sayuran di tingkat petani dengan di pasaran, umumnya disebabkan terlalu banyak mata rantai dalam perdagangan komoditas pertanian. Akibatnya, terjadi saling tekan harga antar lini. Idealnya, rantai perdagangan komoditas sayuran tak begitu banyak. Namun pada sisi lain, petani pun harus mempunyai kemampuan mengamati pasar dan mengubah pola perencanaan, dari secara musiman menjadi tahunan dalam menghitung untung rugi, begitu pula dalam pola penanaman (Anonimous, 2004)

Fungsi pemasaran yang diperankan oleh para pedagang mulai dari fungsi beli, jual, sortasi, pembungkusan (packing), transport dan marketing loss. Semakin banyak fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang perantara maka semakin besar biaya yang dikeluarkannya dan hal ini menuntut balas jasa yang semakin besar pula (Rahman, 2002)

Dalam banyak kenyataan sering dijumpai adanya kelemahan dalam mengembangkan produk-produk pertanian yang salah satunya disebabkan karena kurang perhatiannya terhadap masalah-masalah pemasaran. Tingginya biaya pemasaran mengakibatkan efisiensi pemasaran menjadi rendah. Jenis komoditi pertanian, lokasi pemasaran, jenis dan peranan lembaga pemasaran adalah variabel-variabel yang diduga sebagai penyebab meningginya biaya pemasaran (Soekartawi, 2002 ;11)


(22)

Tidak banyak petani yang dapat menjual sendiri hasil usahataninya ke pasar di kota-kota besar. Pasar tersebut terlalu jauh bagi petani. Petani juga tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan fungsi pemasaran seperti pengepakan, penyimpanan, pengolahan dan tindakan lainnya yang berhubungan dengan pemasaran. Hal ini dikarenakan petani tidak memiliki pengetahuan dan fasilitas yang diperlukan untuk berbagai keperluan tersebut. Mereka juga tidak memiliki sarana untuk mengangkut hasil taninya ke pasar. Karena itu diperlukan lembaga pemasaran untuk menyalurkan komoditi dari sentra produksi ke konsumen.

Pelaksanaan fungsi pemasaran oleh lembaga lembaga pemasaran menyebabkan terbentuknya biaya pemasaran. Biaya-biaya pemasaran ini dapat berupa kegiatan sortasi, pengepakan, penyimpanan, transportasi dan sebagainya. Semakin panjang saluran pemasaran suatu produk, maka semakin besar pula biaya pemasaran yang harus dikeluarkan.

Setiap lembaga pemasaran yang terlibat akan mengambil profit atau keuntungan untuk jasa yang telah mereka berikan. Dengan demikian apabila semakin banyak lembaga lembaga pemasaran yang berperan dalam pemasaran wortel maka akan semakin tidak efektif dan efisien sistem pemasaran wortel tersebut.

Besarnya biaya pemasaran akan berpengaruh terhadap harga beli konsumen, karena biaya pemasaran ini merupakan tambahan harga pada barang-barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Semakin tinggi biaya pemasaran, akan mengurangi tingkat efisiensi pemasaran. Oleh kerana itu


(23)

untuk meningkatkan efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan cara memperkecil biaya pemasaran.

Besarnya penerimaan petani sebagai produsen bergantung pada harga penjualan komoditi dan jumlah hasil yang diusahakan. Untuk memasarkan komoditi hasil pertanian perlu adanya permintaan pasar yang berkesinambungan serta harga yang pantas guna membayar kembali biaya-biaya yang telah dikeluarkan petani dalam menjalankan usahataninya.

Umumnya petani tidak dapat langsung menjual komoditinya kepada konsumen. Kerena itu dibutuhkan pedagang perantara yang berperan untuk mengumpulkan komoditi milik petani. Pedagang pengumpul tersebut yang selanjutnya disebut sebagai pedagang pengumpul I juga memiliki keterbatasan untuk menyampaikan komoditinya kepada konsumen sehingga diperlukan juga pedagang perantara lainnya yang berperan mengumpulkan komoditi hasil penjualan dari beberapa pedagang pengumbul I. Selanjutnya pedagang tersebut disebut sebagai pedagang pengumpul II dimana dalam keadaan tertentu pedagang tersebut dapat menjual langsung komoditinya kepada pedagang pengecer atau kepada pedagang besar. Wortel yang dijual kepada pedagang besar kemudian akan dijual kembali kepada pedagang pengecer yang selanjutnya akan menawarkan komoditi tersebut kepada konsumen.

Dalam pemasaran suatu komoditi pertanian selain petani dan konsumen akan dibutuhkan pedagang perantara yang masing-masing akan melakukan fungsi pemasaran yang berbeda-beda. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani akan berbeda dengan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang


(24)

pengumpul, begitu juga dengan pedagang besar hingga konsumen fungsi pemasaran yang dilakukan tidaklah sama.

Pelaksanaan fungsi pemasaran oleh masing-masing lembaga tersebut akan menyebabkan terbentuknya biaya pemasaran yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap terbentuknya harga jual. Semakin banyak lembaga yang terlibat dalam pemasaran suatu komoditi maka akan semakin banyak pula biaya pemasaran yang terbentuk sehingga akan berpengaruh pada tingkat efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran tersebut.


(25)

Secara skematis kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar1.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Sistem Pemasaran

Wortel

Keterangan :

= Saluran pemasaran = Menyatakan hubungan

Petani

Pedagang Pengumpul I

Pedagang Besar

Pedagang Pengecer

Konsumen

Fungsi-Fungsi Pemasaran : -pembelian/pen

jualan -packing -transport -marketing loss -risk taking -pembiayaan -dll

Biaya Pemasaran

Harga Jual

Efisiensi

Profit Pedagang


(26)

Hipotesis Penelitian

1. Terdapat beberapa saluran pemasaran wortel di daerah penelitian

2. Terdapat perbedaan fungsi pemasaran wortel yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran di daerah penelitian

3. Terdapat perbedaan biaya pemasaran, share margin, dan price spread di setiap saluran pemasaran di daerah penelitian.

4. Terdapat tingkat efisiensi yang berbeda-beda pada saluran pemasaran wortel di daerah penelitian.


(27)

METODOLOGI PENELITIAN

Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu di Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo. Dengan alasan Kecamatan ini merupakan daerah penghasil wortel yang memiliki produktivitas paling tinggi di Kabupaten Karo.

Metode Penentuan Sampel

Petani

Metode penentuan sampel petani dilakukan secara Simple Random

Sampling dimana jumlah populasi petani wortel yang terdapat di desa

Sukadame sebanyak 200 kk (kepala keluarga), dan untuk sampel hanya akan diambil sebanyak 20 kk

Pedagang atau Lembaga Pemasaran

Sampel pedagang adalah orang-orang yang terlibat dalam mendistribusikan wortel hasil produksi petani hingga ke konsumen akhir. Pedagang perantara ditentukan dengan metode penelusuran yaitu dengan menelusuri semua pedagang yang terlibat dan yang mengambil wortel hasil produksi produsen sampel di daerah penelitian mulai dari pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer.

Metode pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melaluai wawancara langsung dengan petani dan pedagang dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun


(28)

sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Karo dan Kantor Camat Tigapanah.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu ditabulasi secara sederhana dan selanjutnya dianalisis dengan metode analisis yang sesuai.

a. Untuk hipotesis 1 dan 2 digunakan analisis deskriptif (dengan cara menggambarkan dan menjelaskan), yaitu dengan menganalisis :

1. Mata rantai dan volume pemasaran wortel yang terdapat di daerah penelitian.

2. Bagaimana fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran

b. Untuk hipotesis 3 dan 4 digunakan analisis tabulasi sederhana dengan menghitung volume produksi, biaya pemasaran, price spread, share margin dan margin keuntungan yang diterima dari petani (produsen) dan masing-masing lembaga pemasaran pada setiap saluran pemasaran.

Untuk menghitung margin pemasaran pada hipotesis 3 digunakan rumus : Mji = Psi – Pbi ...(1)

Mji = Bti + µ i...(2) µi = Mji – Bti...(3)

maka akan diperoleh margin pemasaran total adalah : Mj = ∑Mji...(4)

Dimana :


(29)

Psi = harga penjualan pada lembaga pemasaran ke-i Pbi = harga beli lembaga pemasaran ke-i

Bti = biaya pemasaran lembaga pemasaran ke-i µi = keuntungan lembaga pemasaran ke-i Mj = margin pemasaran total

i = 1,2,3,...n

Untuk menghitung share margin , digunakan rumus :

Sm =

Pp

/

Pk

x 100%

Dimana : Sm = Share Margin dihitung dalam persen Pp = Harga yang diterima petani atau pedagang Pk = Harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir

Price spread diperoleh dengan mengelompokkan biaya-biaya pemasaran menurut komponen biaya yang sama.

Untuk menghitung efisiensi pemasaran digunakan rumus : Biaya Pemasaran

Ep = x 100% Nilai Produk yang Dipasarkan

Dimana : pemasaran akan semakin efisien apabila nilai efisiensi pemasaran (Ep) semakin kecil.

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk mempertegas variabel dan istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :


(30)

Defenisi .

Mj = Perbedaan persentase yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen.

Psi = Harga penjualan wortel pada lembaga pemasaran ke-i Pbi = Harga beli wortel pada lembaga pemasaran ke-i

Bti = Biaya pemasaran wortel yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran ke-i

µ i = Keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan wortel pada lembaga pemasaran ke-i

Ep = Perbandingan antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dipasarkan dan dihitung dalam persen(%). Dimana diperoleh bagian yang adil bagi semua lembaga yang terkait dalam pemasaran dan margin pemasaran yang rendah.

Sm = Bagian yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran terhadap harga beli konsumen atau persentase price spread terhadap harga beli konsumen.

Pp = Harga penjualan wortel yang diterima oleh petani atau pedagang Pk = Harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir terhadap komoditi

wortel.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara


(31)

3. Sampel dalam penelitian ini adalah petani yang memiliki usahatani wortel sebagai mata pencaharian dan pedagang yang memasarkan wortel.

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

Gambaran Umum Daerah Penelitian

a. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Desa Suka Dame, Kecamatan Tiga Panah terletak 7 Km dari Kabanjahe Ibukota Kabupaten Karo dan 80 Km dari Medan Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Desa Suka Dame terletak 1100-1300 m dpl, dengan suhu udara rata-rata berkisar 16-27 oC, dengan kelembapan 85%. Jenis tanah pada umumnya adalah tanah Andosol. Desa Suka Dame mempunyai batas-batas wilayah sebagai derikut :

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sinaman - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Suka - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tigapanah - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Regaji

Luas Desa Suka Dame secara keseluruhan adalah 400 Ha, sebahagian besar diantaranya diusahakan untuk usahatani lahan kering. Tanaman yang banyak dibudidayakan adalah tanaman wortel, tomat, kentang, jeruk, kubis dan buncis. Penggunaan tanah di Desa Suka Dame dapat dilihat pada Tabel 4.


(32)

No Jenis Lahan Luas (Ha) Persentase(%) 1 2 3 4 5 6

Pertanian Lahan Kering Hutan

Jalan

Bangunan/Pemukiman Rawa, kolam dan sawah

Sekolah, tempat ibadah dan kuburan 350 4 2 12 27 5 87.50 1.00 0.50 3.00 6.75 1.25

Jumlah 400 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Suka Dame Tahun 2004

Tabel 4 menunjukkan bahwa penggunaan tanah yang paling luas adalah untuk perladangan lahan kering, yaitu 350 Ha (87,50%) dari luas desa secara keseluruhan.

b. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Suka Dame sampai akhir tahun 2004 tercatat sebanyak 2.241 jiwa atau 551 KK yang terdiri dari 1.065 laki-laki dan 1.176 perempuan. Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Suka Dame Tahun 2004

No Kelompok Umur (tahun) Jumlah Penduduk

(Jiwa) Persentase

1 2 3 4 5 6 0-15 16-31 32-47 48-53 54-69 >70 265 324 465 515 567 105 11,83 14,46 20,75 22,98 25,30 4,69

Jumlah 2241 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Suka Dame Tahun 2004

Tabel 5 menunjukkan bahwa penduduk Desa Suka Dame kelompok umur usia kerja 16-69 tahun mempunyai proporsi yang terbesar yaitu 1.871 jiwa (83,49 %) yang disusul dengan kelompok umur 0-15 tahun yaitu sebesar


(33)

265 jiwa (11,83 %), sedangkan kelompok umur > 70 tahun memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 105 jiwa (4,69%).

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Suka Dame Tahun 2004

No Tingkat Pendidikan Formal Jumlah (Jiwa) Persentase

1 2 3 4 5 6 7 Belum Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Akademi

Tamat Perguruan Tinggi

264 254 625 624 365 95 14 11,78 11,33 27,89 27,84 16,29 4,24 0,62

Jumlah 2241 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Suka Dame Tahun 2004

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebahagian besar sudah menamatkan pendidikan SMP dan SMA. Terdapat hanya 254 jiwa yang tidak tamat SD, sementara tamat SD 625 jiwa, tamat SMP 624 jiwa, tamat SMA 365 jiwa, tamat akademi 95 jiwa dan perguruan tinggi 14 jiwa.

Komposisi penduduk berdasarkan agama dan kepercayaan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan di Desa Suka Dame Tahun 2004

No Agama yang Dianut Jumlah (Jiwa) Persentase

1 2 3 4 Protestan Katolik Islam Kepercayaan 1.427 585 135 94 63,68 26,10 6,02 4,19


(34)

Tabel 7 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Suka Dame memeluk Agama Kristen Protestan sebanyak 1.427 (63,68 %).

c. Perekonomian Desa

Sebagai daerah penelitian pada umumnya sumber mata pencaharian penduduk di Desa Suka Dame adalah sektor pertanian. Komposisi pwnduduk desa Suka Dame menurut sumber mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. .Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di DesaSuka Dame Tahun 2004

NO Mata Pencaharian Jumlah KK Persentase

1 2 3 4 5

PNS Petani Pedagang Pensiunan Buruh Tani

35 464 25 12 15

6,35 84,21 4,54 2,18 2,72

Jumlah 551 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Suka Dame Tahun 2004

Tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Suka Dame mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian baik sebagai patani sebanyak 464 jiwa (84,21%). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian didominasi oleh sektor pertanian.

d. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasana di Desa Suka Dame saat ini dinilai telah cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang telah tersedia baik


(35)

sarana pendidikan maupun sarana sosial. Daerah ini juga dapat dicapai dengan angkutan roda empat.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa petani tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan penjualan hasil karena sarana transportasi sudah cukup tersedia. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Sukadame dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Desa Suka Dame Tahun 2004

NO Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 2 3 4 5 6 Mesjid Gereja Sekolah Dasar Polindes Loss

Kantor Kepala Desa

1 2 1 1 1 1

Sumber : Kantor Keepala Desa Suka Dame Tahun 2004

Karakteristik Petani Sampel dan Pedagang Sampel

a. Petani Wortel di Desa Sukadame

Adapun karakteristik petani sampel dalam penelitian ini meliputi : pengalaman bertani, tingkat pendidikan, umur, luas lahan dan jumlah tanggungan. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel

No Uraian Satuan Range Rataan

1 2 3 4 5 Lama Bertani Lama Pendidikan Umur Luas Lahan Jumlah Tanggungan Tahun Tahun Tahun Ha Jiwa

5 – 30 6 – 17 32 – 60 0,30 – 0,46

1 – 4

18,30 10,40 44,50 0,38 2,00


(36)

Rata-rata lamanya sebagai petani wortel di desa Sukadame adalah 18,3 tahun, hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani petani sampel cukup lama.

Rata-rata lama pendidikan petani sampel di desa Sukadame adalah sekitar 10,4 tahun atau lulus SLTP, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani wortel masih tergolong rendah, sehingga mempengaruhi cara mereka berfikir dalam berusahatani.

Rata-rata umur petani sampel di Desa Suka Dame adalah 44.5 tahun menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong dalam usia yang produktif.

Berdasarkan table 10, diketahui bahwa rata-rata petani sampel di Desa Suka Dame memiliki luas lahan rata-rata 0.38 ha setiap kk.

Setiap kepala keluarga petani sampel wortel yang merupakan sampel, memiliki jumlah tanggungan sekitar 2 jiwa. Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap distribusi pendapatan, ketersediaan tenaga kerja.

b. Pedagang Sampel

Pedagang Pengumpul Desa

Pedagang pengumpul desa adalah pedagang yang membeli wortel dari petani secara langsung di lokasi penelitian. Pedagang ini mamanen langsung wortel dari lahan petani untuk kemudian dipasarkan kembali kepada pedagang perantara luar kota yang datang langsung ke tempat pencucian milik pedagang pengumpul desa.


(37)

Karakteristik pedagang pengumpul desa meliputi pengalaman

berdagang, lama pendidikan, umur dan jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 11 dan 12.

Tabel 11. Karakteristik Pedagang Pengumpul Desa (Saluran I)

No Uraian Satuan Range Rataan

1 2 3 4 Lama Berdagang Lama Pendidikan Umur Jumlah Tanggungan Tahun Tahun Tahun Jiwa

2 – 8 9 – 12 32 – 40

1 – 4

4,50 10,50 35,50 3,00

Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lampiran 2)

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa rata-rata lamanya sebagai pedagang

pengumpul desa adalah 4,5 tahun dengan interval antara 2 – 8 tahun. Lama pendidikan rata-rata adalah 10,5 tahun dengan interval 9 – 12 tahun.

Umur pedagang pengumpul desa rata-rata adalah 35,5 tahun dengan interval antara 32 – 40 tahun, sedangkan jumlah tanggungan rata-rata adalah 3 jiwa dengan interval 1 – 4 jiwa.

Tabel 12. Karakteristik Pedagang Pengumpul Desa (Saluran II)

No Uraian Satuan Range Rataan

1 2 3 4 Lama Berdagang Lama Pendidikan Umur Jumlah Tanggungan Tahun Tahun Tahun Jiwa

5 – 7 9 – 12 32 – 38

2 – 3

6 10,5

35 3,00

Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lampiran 5)

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa rata-rata lamanya sebagai pedagang pengumpul desa adalah 6 tahun dengan interval antara 5 – 7 tahun. Lama pendidikan rata-rata adalah 10,5 tahun dengan interval 9 – 12 tahun. Umur pedagang pengumpul desa rata-rata adalah 35 tahun dengan interval antara 32 – 38 tahun, sedangkan jumlah tanggungan rata-rata adalah 3 jiwa dengan interval 2 – 5 jiwa.


(38)

Pedagang Perantara Luar Kota (Saluran I)

Pedagang perantara luar kota adalah pedagang yang membeli wortel dari pedagang pengumpul desa atau dari pedagang pengumpul kabupaten lalu membawanya ke pusat pasar kota yang ada di Sumatera Utara salah satunya kota Medan, saluran ini selanjutnya yang ditelusuri untuk penelitian ini. Wortel tersebut kemudian dijual kembali kepada pedagang pengecer yang datang ke pusat pasar.

Karakteristik pedagang perantara luar kota meliputi pengalaman berdagang, lama pendidikan, umur dan jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 13 dan 14.

Tabel 13. Karakteristik Pedagang Perantara Luar Kota (Saluran I)

No Uraian Satuan Range Rataan

1 2 3 4

Lama Berdagang Lama Pendidikan Umur

Jumlah Tanggungan

Tahun Tahun Tahun Jiwa

2 – 8 9 – 15 30 – 45

1 – 3

4,50 12,00

35,75 2,00

Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lampiran 3)

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa rata-rata lamanya sebagai pedagang

perantara luar kota adalah 4,5 tahun dengan interval antara 2 – 8 tahun. Lama pendidikan rata-rata adalah 12 tahun dengan interval 9 – 15 tahun. Umur

pedagang perantara luar kota rata-rata adalah 35,75 tahun dengan interval antara 30 – 45 tahun, sedangkan jumlah tanggungan rata-rata adalah 2 jiwa dengan interval 1 – 3 jiwa.

Tabel 14. Karakteristik Pedagang Perantara Luar Kota (Saluran II)


(39)

1 2 3 4 Lama Berdagang Lama Pendidikan Umur Jumlah Tanggungan Tahun Tahun Tahun Jiwa

4 – 8 9 – 12 30 – 45

1 – 3

6 10,5

37,5 2

Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lampiran 8)

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa rata-rata lamanya sebagai pedagang

perantara luar kota adalah 6 tahun dengan interval antara 4 – 8 tahun. Lama pendidikan rata-rata adalah 10,5 tahun dengan interval 9 – 12 tahun.

Umur pedagang perantara luar kota rata-rata adalah 37,5 tahun dengan interval antara 30 – 45 tahun, sedangkan jumlah tanggungan rata-rata adalah 2 jiwa dengan interval 1 – 3 jiwa.

Pedagang Pengecer (Saluran I)

Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli wortel dari pedagang perantara luar kota lalu menjualnya kembali kepada konsmen. Pedagang pengecer datang langsung kepada pedagang pedagang perantara luar kota yang ada di pusat pasar (pasar Sentral) untuk membeli wortel. Wortel tersebut kemudian dipasarkan kembali di pasar-pasar yang ada di kota medan dan sekitarnya.

Karakteristik pedagang pengecer meliputi pengalaman berdagang, lama pendidikan, umur dan jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 15. Karakteristik Pedaang Pengecer (Saluran I)

No Uraian Satuan Range Rataan

1 2 3 4 Lama Berdagang Lama Pendidikan Umur Jumlah Tanggungan Tahun Tahun Tahun Jiwa

4 – 12 9 – 15 30 – 45

1 – 4

7,41 11,5

36,41 2,00


(40)

Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lampiran 4)

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa rata-rata lamanya sebagai pedagang pengecer adalah 7,41 tahun dengan interval antara 4 – 12 tahun. Lama pendidikan rata-rata adalah 11,5 tahun dengan interval 9 – 15 tahun. Umur pedagang pengecer rata-rata adalah 36,41 tahun dengan interval antara 30 – 45 tahun, sedangkan jumlah tanggungan rata-rata adalah 2 jiwa dengan interval 1 – 4 jiwa.

Pedagang Pengumpul Kabupaten (Saluran II)

Pedagang pengumpul kabupaten adalah pedagang yang membeli wortel dari agen lalu menjualnya kembali kepada pedagang pengecer. Dapat dikatakan bahwa lembaga pemasaran ini hanya sebagai tempat transit sementara dari wortel yang akan dipasarkan, karena lembaga ini hanya menunggu wortel yang dibawa oleh agen ke tempatnya lalu pedagang pengecer akan datang sendiri untuk membeli wortel darinya.

Karakteristik pedagang pengumpul kabupaten meliputi pengalaman berdagang, lama pendidikan, umur dan jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Karakteristik Pedagang Pengumpul Kabupaten (Saluran II)

No Uraian Satuan Angka

1 2 3 4

Lama Berdagang Lama Pendidikan Umur

Jumlah Tanggungan

Tahun Tahun Tahun Jiwa

10 12 54 2

Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lampiran 7)

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa lamanya sebagai pedagang pengumpul kabupaten adalah 10 tahun. Lama pendidikan adalah 12 tahun .


(41)

Umur pedagang pengumpul kabupaten adalah 54 tahun. Sedangkan jumlah tanggungan dari pedagang tersebut adalah 3 jiwa.

Pedagang Pengecer (Saluran II)

Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli wortel dari pedagang pengumpul kabupaten lalu menjualnya kembali kepada konsumen. Pedagang pengecer datang langsung kepada pedagang pungumpul kabupaten untuk membeli wortel. Wortel tersebut kemudian dipasarkan kembali di pasar-pasar yang ada di kabupaten Karo dan sekitarnya.

Karakteristik pedagang pengecer meliputi pengalaman berdagang, lama pendidikan, umur dan jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Karakteristik Pedaang Pengecer (Saluran II)

No Uraian Satuan Range Rataan

1 2 3 4

Lama Berdagang Lama Pendidikan Umur

Jumlah Tanggungan

Tahun Tahun Tahun Jiwa

3– 15 9 – 12 29 – 55

1 – 3

8,88 11,13 39,75 2,00

Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lampiran 9)

Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa rata-rata lamanya sebagai pedagang pengecer adalah 8,88 tahun dengan interval antara 3 – 15 tahun. Lama pendidikan rata-rata adalah 11,13 tahun dengan interval 9 – 12 tahun. Umur pedagang pengecer rata-rata adalah 39,75 tahun dengan interval antara 29 – 55 tahun, sedangkan jumlah tanggungan rata-rata adalah 2,38 jiwa dengan interval 1 – 3 jiwa.


(42)

(43)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Saluran Pemasaran

Dari hasil penelitian ditemukan 2 jenis saluran pemasaran pemasaran yang terdapat di lokasi penelitian, yaitu :

1. Saluran Pertama

Volume wortel yang melalui saluran ini adalah 76,8 ton 2. Saluran Kedua

Volume wortel yang melalui saluran ini adalah 16,6 ton

Berdasarkan hasil penelitian maka skema saluran pemasaran wortel di desa Sukadame dapat digambarkan sebagai berikut :

Saluran I (76,8 ton)

Saluran II

(16,6 ton)

Petani

Ped. Pengumpul Desa

Ped. Perantara Dari Kota Luar Kabupaten

Pedagang Pengecer

Konsumen

Ped. Pengumpul Kebupaten


(44)

Gambar 2. Skema Saluran Pemasaran Wortel di Desa Sukadame

Produsen (petani wortel) melakukan kegiatan pembelian input-input produksi, pengolahan tanah, penanaman, hingga pemeliharaan, tetapi tidak melakukan kegiatan pemanenan. Pada lokasi penelitian (desa Sukadame) pemanenan wortel dilakukan oleh pedagang pengumpul desa. Penjualan wortel milik petani dilakukan dengan sistem lelang, dimana pedagang pengumpul datang langsung ke lahan milik petani dan melakukan tawar-menawar harga. Setelah dicapai kesepakatan maka pedagang boleh memanen wortel.

Harga wortel yang diterima oleh petani cukup berfluktuasi, dalam waktu yang singkat harga komoditi wortel dapat berubah bergantung pada besarnya permintaan pasar serta supply produk itu sendiri.

Saluran Pemasaran I

Gambar 3. Saluran Pemasaran Wortel I

Saluran pertama diawali dari petani di desa yang menjual wortelnya kepada pedagang pengumpul yang terdapat di desa dengan sistem lelang. Setelah itu kegiatan memanen dan pasca panen menjadi tanggung jawab pedagang pengumpul. Wortel yang telah disortir dan dibersihkan kemudian dijual kepada pedagang perantara dari luar kabupaten yang datang langsung ke lokasi pencucian milik pedagang pengumpul desa. Pedagang perantara luar kota ini selanjutnya akan membawa wortel ke pusat kota yang ada di Sumatera

Petani Wortel

Konsumen

Ped.Perantara Luar Kota Ped.Pengumpul

Desa

Pedagang Pengecer


(45)

Utara antara lain ke Medan. Di Medan wortel dijual kepada pedagang pengecer yang datang langsung ke Pasar Sentral yang merupakan pusat penjualan sayur-mayur di kota Medan.

Wortel yang dibeli oleh pedagang pengumpul desa rata-rata Rp700/kg dengan volume pembelian 1500 kg, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk membeli wortel dari petani adalah Rp1.050.000 (Rp700 x 1500 kg). Di lokasi penelitian kegiatan pemanenan (pasca panen) merupakan tanggung jawab dari pedagang pengumpul desa. Upah untuk melakukan kegiatan pencabutan, pembersihan, sortir dan mengemas rata-rata Rp175/kg. Untuk kemasan wortel digunakan kantong plastik bermuatan 20 kg @Rp200. Selain itu pedagang pengumpul desa juga menanggung biaya listrik, air dan sewa tempat dan biaya telephone rata-rata Rp15.000. Untuk melakukan kegiatannya pedagang memerlukan timbangan dimana timbangan tersebut akan diperiksa dan dirotasi oleh lembaga terkait (speksi timbangan) dan dikenakan biaya Rp200.000 per tahun. Sehingga rata-rata biaya per harinya adalah Rp548. Total biaya pemasaran wortel yang ditanggung oleh pedagang pengumpul desa Rp293.048. Wortel yang telah dikemas selanjutnya dijual dengan harga Rp1.000/kg sehingga total harga penjualan wortel oleh pedagang pengumpul desa adalah Rp1.500.000 ( Rp1000 x 1500 kg). Profit yang diterima oleh pedagang pengumpul desa sebesar Rp156.952 (Rp1.500.000 – Rp1.050.00 – Rp293.048)

Wortel yang dibeli dari petani ini selanjutnya dijual kepada pedagang perantara luar kota. Pedagang ini biasanya datang dengan membawa mobil


(46)

pick up sebagai angkutan. Wortel tersebut kemudian dibawa ke pusat pasar di kota Medan untuk dipasarkan kembali.

Biaya sewa rata-rata untuk satu mobil pick up Rp200.000 tiap satu kali angkut. Selain biaya angkut pedagang perantara luar kota juga menanggung biaya retribusi, bongkar, keamanan, kebersihan, listrik dan tenaga kerja. Biaya-biaya tersebut akan mengakibatkan naiknya harga jual wortel.

Pedagang perantara luar kota menjual wortelnya kepada pedagang pengecer yang datang ke pusat pasar di kota Medan. Wortel tersebut dijual dengan harga Rp1.500/kg. Wortel yang dijual kepada pedagang pengecer adalah per kemasan (20kg/kemasan), wortel yang dijual tersebut tidak mengalami marketing loss sehingga pedagang perantara luar kota tidak menanggung biaya marketing loss.

Karena pemasaran wortel dilakukan pada pagi dini hari maka pedagang perantara luar kota memerlukan lampu untuk penerangan. Biaya untuk penerangan satu malam dan sewa tempat rata-rata Rp10.000. Sedangkan biaya keamanan dan kebersihan Rp2.000. Biaya retribusi yang dikeluarkan mulai dari Tanah Karo hingga pasar Sentral Rp9.000. Setelah sampai di pasar sentral wortel yang dibawa diturunkan (bongkar) oleh kuli bongkar dengan biaya Rp25.000/pick up. Untuk menjual wortelnya pedagang perantara luar kota membutuhkan 1 orang tenaga pembantu yang rata-rata dibayar Rp25.000/malam. Biaya telephone rata-rata untuk kegiatan pemasaran wortel Rp5.000. Biaya untuk speksi timbangan per tahun Rp200.000 sehingga rata-rata per hari sebesar Rp548. Total biaya pemasaran yang ditanggung oleh pedagang perantara luar kota atas 1,5 ton wortel Rp276.548. Harga jual wortel


(47)

kepada pedagang pengecer Rp1.500/kg, sehingga total harga penjualan wortel oleh pedagang perantara luar daerah adalah Rp2.250.000 (Rp1500 x 1500 kg). Profit yang diterima oleh pedagang perantara luar kota Rp473.452 (Rp2.250.000 – Rp1.500.000 – Rp276.548)

Pedagang pengecer yang datang untuk membeli wortel dari pedagang perantara luar kota berjumlah 6 orang. Pedagang tersebut merupakan pedagang pengecer di pasar Sentral. Untuk mengangkut wortel digunakan beca yang dibayar rata-rata Rp 4.000. Untuk sewa tempat dan listrik rata-rata pedagang dikenakan Rp10.000 per malam. Biaya cukai/pajak masing-masing pedagang Rp1.000 Karena menggunakan timbangan besar pedagang harus menanggung biaya speksi timbangan Rp200.000 per tahun atau Rp548 per hari. Pedagang pengecer ini melakukan penjualan per kemasan (20 kg) maupun penjualan per kg, sehingga menanggung biaya kantongan plastik rata-rata Rp2.000. Wortel yang dijual biasanya tidak langsung habis dalam satu hari sehingga disimpan di gudang yang terletak di pasar. Biaya sewa gudang satu malam Rp5.000. Selain itu pedagang pengecer juga menanggung biaya sewa payung sebesar Rp5.000/buah, serta dikenakan biaya kebersihan Rp1.500. Total biaya pemasaran yang ditanggung oleh 6 pedagang pengecer Rp 174.088. Harga jual wortel kepada konsumen Rp2500/kg, total Rp3.750.000 profit yang diterima oleh pedagang pengecer Rp1.325.712 (Rp3.750.000 – Rp 2.250.000 – Rp174.088)

Dari uraian-uraian di atas maka dapat dibuat price spread, profit margin dan share margin dari pedagang yang terlibat dalam saluran pemasaran I.


(48)

Berikut price spread, profit margin dan share margin wortel pada saluran pemasaran II.

Tabel 18. Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Wortel Melalui

Saluran Pemasaran I per Satu Pick up (1,5 ton)

No Uraian Price Spread

(Rp)

Share Margin (%) 1 Pedagang Pengumpul Desa

a. Harga Beli Wortel Dari Petani Rp700/kg x 1500 kg

b. Biaya Pemasaran :

• Upah tenaga kerja (cabut, angkut, cuci, sortir, kemas) Rp175 x 1500 kg

• Kantong Plastik 75buah @Rp 200

• Listrik, air, sewa tempat

• Telphone

• Speksi timbangan Total Biaya

c. Profit

1.050.000 262.500 15.000 10.000 5.000 548 293.048 156.952 28.00 7.00 0.40 0.27 0.13 0.02 7.81 4.18 2 Pedagang Perantara Luar Kota

a. Harga Beli Wortel Dari Pedagang Pengumpul Desa Rp1000 x 1500 kg b. Biaya Pemasaran :

• Transport

• Retrubusi

• Bongkar

• Sewa tempat, listrik

• Keamanan, Kebersihan

• Tenaga kerja

• Speksi timbangan

• Telphone Total Biaya c. Profit

1.500.000 200.000 9.000 25.000 10.000 2.000 25.000 548 5.000 276.548 473.452 40.00 5.33 0.24 0.67 0.27 0.05 0.67 0.02 0.13 7.37 12.62 3 Pedagang Pengecer

a. Harga Beli Wortel dari Pedagang Perantara Luar Kota Rp1500 x 1500 kg

b. Biaya Pemasaran :


(49)

• Sewa tempat, listrik

• Pajak

• Speksi timbangan

• Kantong plastik

• Sewa gudang

• Sewa payung

• Kebersihan Total Biaya c. Profit

60.000 6.000 3.288 12.000 30.000 30.000 9.000 174.288 1.325.712

1.60 0.16 0.10 0.32 0.80 0.80 0.24 4.65 35.34 4 Harga Beli Konsumen Rp2500 x 1500 kg 3.750.000 100.00


(50)

Saluran Pemasaran II

Gambar 4. Saluran Pemasaran Wortel II

Pada saluran II wortel yang telah dikemas dibeli oleh pedagang kabupaten yang datang langsung ke tempat pencucian wortel milik pedagang pengumpul desa. Wortel tersebut kemudian dibawa oleh pedagang kabupaten ke Pajak Singa yang ada di Kabanjahe. Wortel tersebut kemudian dijual kembali kepada pedagang perantara luar kota yang selanjutnya akan membawa wortel tersebut ke pusat-pusat pasar yang ada di Sumatera Utara, salah satunya adalah pusat pasar di Medan (Pasar Sentral). Di pasar tersebut wortel akan dijual kembali kepada pedagang pengecer yang datang dari berbagai pasar yang ada di Kota Medan.

Wortel yang dibeli oleh pedagang pengumpul desa rata-rata Rp700/kg dengan volume pembelian 1500 kg, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk membeli wortel dari petani adalah Rp1.050.000 (Rp700 x 1500 kg). Di lokasi penelitian kegiatan pemanenan (pasca panen) merupakan tanggung jawab dari pedagang pengumpul desa. Upah untuk melakukan kegiatan pencabutan, pembersihan, sortir dan mengemas rata-rata Rp175/kg. Untuk kemasan wortel digunakan kantong plastik bermuatan 20 kg @Rp200. Selain itu pedagang pengumpul desa juga menanggung biaya listrik, air dan sewa

Petani Wortel

Ped. Pengumpul Kabupaten

Pedagang Pengecer Konsumen

Ped.Pengumpul Desa

Ped. Perantara Luar Kota


(51)

tempat dan biaya telephone rata-rata Rp15.000. Untuk melakukan kegiatannya pedagang memerlukan timbangan dimana timbangan tersebut akan diperiksa dan dirotasi oleh lembaga terkait (speksi timbangan) dan dikenakan biaya Rp200.000 per tahun. Sehingga rata-rata biaya per harinya adalah Rp548. Total biaya pemasaran wortel yang ditanggung oleh pedagang pengumpul desa Rp293.048. Wortel yang telah dikemas selanjutnya dijual dengan harga Rp1.000/kg sehingga total harga penjualan wortel oleh pedagang pengumpul desa adalah Rp1.500.000 ( Rp1000 x 1500 kg). Profit yang diterima oleh pedagang pengumpul desa sebesar Rp156.952 (Rp1.500.000 – Rp1.050.00 – Rp293.048)

Wortel yang dibeli dari petani ini selanjutnya dijual kembali kepada pedagang pengumpul kabupaten yang datang langsung mengambil wortel ke tempat pencucian wortel milik pedagang pengumpul desa. Biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut wortel sebanyak 1.500 kg adalah sebesar Rp30.000. Biaya retribusi ke luar desa dan masuk pasar Rp 4.000. Untuk melakukan kegiatannya pedagang kabupaten memerlukan tenaga kerja satu orang yang dibayar Rp30.000/hari. Sewa tempat di pajak Singa Rp 4.000. Biaya speksi timbangan Rp200.000/tahun, rata-rata per hari Rp 548. Untuk menjalankan usahanya pedagang memerlukan komunikasi yang lancar dengan menggunakan telephone selluler. Biaya yang dikeluarkan untuk rata-rata Rp5.000/hari. Sehingga total biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul kabupaten Rp73.548. Harga jual wortel kepada pedagang perantara luar kota Rp1100/kg, sehingga total harga penjualan wortel adalah Rp


(52)

1.650.000 (Rp1100 x 1500 kg) sehingga pedagang pengumpul kabupaten memperoleh profit Rp76.452 (Rp1.650.000 – Rp1.050.000 – Rp73.548)

Wortel ini selanjutnya dijual kepada pedagang perantara luar kota. Pedagang ini biasanya datang dengan membawa mobil pick up sebagai angkutan. Wortel tersebut kemudian dibawa ke pusat pasar di kota Medan untuk dipasarkan kembali.

Biaya sewa rata-rata untuk satu mobil pick up Rp200.000 tiap satu kali angkut. Selain biaya angkut pedagang perantara luar kota juga menanggung biaya retribusi, bongkar, keamanan, kebersihan, listrik dan tenaga kerja. Biaya-biaya ini mengakibatkan naiknya harga jual wortel.

Pedagang perantara luar kota menjual wortelnya kepada pedagang pengecer yang datang ke pusat pasar di kota Medan. Wortel tersebut dijual dengan harga Rp1.500/Kg. Wortel yang dijual kepada pedagang pengecer adalah per kemasan (20Kg/kemasan), wortel yang dijual tersebut tidak mengalami marketing loss sehingga pedagang perantara luar kota tidak menanggung biaya marketing loss.

Karena penjuala wortel dilakukan pada waktu dini hari maka pedagang perantara luar kota memerlukan lampu untuk penerangan. Biaya untuk penerangan satu malam dan sewa tempat rata-rata Rp10.000. Sedangkan biaya keamanan dan kebersihan Rp2.000. Biaya retribusi yang dikeluarkan mulai dari Tanah Karo hingga pasar Sentral Rp9.000. Setelah sampai di pasar sentral wortel yang dibawa diturunkan (bongkar) oleh kuli bongkar dengan biaya Rp25.000/pick up. Untuk menjual wortelnya pedagang perantara luar kota biasanya membutuhkan 1 orang tenaga pembantu yang rata-rata dibayar


(53)

Rp25.000/malam. Biaya telephone rata-rata untuk kegiatan pemasaran wortel Rp5.000.Biaya speksi timbangan rata-rata per hari Rp548. Total biaya pemasaran yang ditanggung oleh pedagang perantara luar kota atas 1,5 ton wortel sebesar Rp276.548. Harga jual wortel kepada pedagang pengecer Rp1.500/kg, sehingga total harga penjualan wortel kepada pedagang pengecer adalah Rp2.250.000 (Rp1500 x 1500 kg). Profit yang diterima oleh pedagang perantara luar kota Rp323.452 (Rp2.250.000 – Rp1.650.000 – Rp276.548)

Pedagang pengecer yang datang untuk membeli wortel dari pedagang perantara luar kota berjumlah 7 orang. Pedagang tersebut merupakan pedagang pengecer di pasar Sentral serta beberapa pedagang yang datang dari pasar-pasar di sekitar kota Medan seperti pasar Helvetia dan Pasar Pancur Batu. Untuk mengangkut wortel pedagang di pasar Sentral menggunakan beca yang dibayar rata-rata Rp 4.000. Pedagang dari pasar Helvetia menggunakan angkot dan jasa sorong untuk mengangkut wortelnya masing-masing dikenakan biaya Rp8.000 dan Rp2.000. Sedangkan untuk pasar Pancur Batu biasanya pedagang mengangkut wortelnya dengan mobil pick up yang disewa Rp80.000, karena ada 4 – 5 jenis sayuran yang dibawa maka biaya untuk wortel dikenakan Rp20.000. Untuk sewa tempat dan listrik rata-rata pedagang di Sentral dikenakan Rp10.000 per malam. Untuk pasar Helvetia biaya listrik dikenakan Rp30.000/bulan sedangkan untuk sewa kios dikenakan Rp2.000.000/tahun sehingga rata-rata per hari dikenakan biaya Rp5500. Biaya cukai/pajak masing-masing pedagang Rp1.000. Karena menggunakan timbangan besar pedagang harus menanggung biaya speksi timbangan Rp200.000 per tahun atau Rp548 per hari. Pedagang pengecer ini melakukan penjualan per kemasan (20 kg)


(54)

maupun penjualan per kg, sehingga menanggung biaya kantongan plastik rata-rata Rp2.800. Di pasar Sentral wortel yang dijual biasanya tidak langsung habis dalam satu hari sehingga disimpan di gudang yang terletak di pasar. Sedangkan untuk pasar Pancur Batu wortel yang dijual langsung habis dalam satu hari. Untuk pasar Helvetia wortel yang tidak habis dijual disimpan di dalam kios sehingga tidak dikenakan biaya tambahan. Biaya sewa gudang satu malam Rp5.000. Selain itu pedagang pengecer juga menanggung biaya sewa payung sebesar Rp5.000/buah, serta dikenakan biaya kebersihan Rp1.500. Untuk pasar Pancur Batu selain biaya kebersihan juga ada uang keamanan Rp1500/hari. Total biaya pemasaran yang ditanggung oleh 7 pedagang pengecer Rp 215.788. Harga jual wortel kepada konsumen Rp2500/kg, sehingga total harga penjualan 7 pedagang pengecer tersebut adalah Rp3.750.000 ( Rp2500 x 1500 kg). Profit yang diterima oleh pedagang pengecer Rp1.285.212 (Rp3.750.000 – Rp2.250.000 – Rp215.788)

Dari uraian-uraian di atas maka dapat dibuat price spread, profit margin dan share margin dari pedagang yang terlibat dalam saluran pemasaran II. Berikut price spread, profit margin dan share margin wortel pada saluran pemasaran II.


(55)

Tabel 19.Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Wortel Melalui

Saluran Pemasaran II per Satu Pick up (1,5 ton)

No Uraian Price Spread

(Rp)

Share Margin (%) 1 Pedagang Pengumpul Desa

a. Harga Beli Wortel Dari Petani Rp700/kg x 1500 kg

b. Biaya Pemasaran :

• Upah tenaga kerja (cabut, angkut, cuci, sortir, kemas) Rp175 x 1500 kg • Kantong Plastik 75buah @Rp 200 • Listrik, air, sewa tempat

• Telphone • Speksi timbangan Total Biaya

c. Profit

1.050.000 262.500 15.000 10.000 5.000 548 293.048 156.952 28.00 7.00 0.40 0.27 0.13 0.02 7.81 4.18 2 Pedagang Kabupaten

a. Harga Beli Wortel Dari Pedagang Pengumpul Desa Rp1000 x 1500 kg

b. Biaya Pemasaran : • Transport • Retrubusi • Tenaga kerja • Sewa tempat • Speksi timbangan • Telphone Total Biaya c. Profit

1.500.000 30.000 4.000 30.000 4.000 548 5.000 73.548 76.452 40.00 0.80 0.11 0.80 0.11 0.02 0.13 1.96 2.04 3 Pedagang Perantara Luar Kota

a. Harga Beli Wortel Dari Pedagang Pengumpul Desa Rp1100 x 1500 kg

b. Biaya Pemasaran : • Transport • Retrubusi • Bongkar

• Sewa tempat, listrik • Keamanan, Kebersihan • Tenaga kerja

• Speksi timbangan • Telphone Total Biaya c. Profit

1.650.000 200.000 9.000 25.000 10.000 2.000 25.000 548 5.000 276.548 323.452 44.00 5.33 0.24 0.67 0.27 0.05 0.67 0.02 0.13 7.37 12.62 4 Pedagang Pengecer

a. Harga Beli Wortel dari Pedagang Perantara Luar Kota Rp1500 x 1500 kg

b. Biaya Pemasaran : • Transport

• Sewa tempat, listrik • Pajak

• Speksi timbangan • Kantong plastik • Sewa gudang • Sewa payung • Kebersihan Total Biaya c. Profit

2.250.000 66.000 50.000 7.000 3.836 26.000 20.000 30.000 13.500 216.336 1.283.664 60.00 1.76 1.33 0.16 0.10 0.70 0.53 0.80 0.36 5.76 34.26 5 Harga Beli Konsumen Rp2500 x 1500 kg 3.750.000 100.00


(56)

Berdasarkan uraian-uraian di atas diketahui bahwa terdapat 2 jenis saluran pemasaran wortel di daerah penelitian. Dan dari hasil perhitungan maka dapat diketahui bahwa jumlah biaya pemasaran, price spread dan share

margin pada setiap saluran pemasaran wortel berbeda-beda. (Identifikasi


(57)

Fungsi Pemasaran Yang Dilakukan Setiap Mata Rantai Pemasaran

Fungsi pemasaran merupakan unsur penting dalam proses pemasaran wortel. Fungsi pemasaran dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran untuk memperlancar penyampaian hasil produksi wortel dari pihak petani wortel hingga kepada konsumen akhir. Akan tetapi konsekuensi dari pelaksanaan fungsi pemasaran ini adalah semakin besarnya biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran, dan akibatnya harga komoditi tersebut akan menjadi lebih tinggi.

Dalam proses pemasaran wortel, fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh pedagang perantara bervariasi. Setiap lembaga akan melakukan fungsi pemasaran mulai dari fungsi pembelian hingga penjualan. Fungsi pemasaran wortel yang dilakukan masing-masing lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Fungsi Pemasaran Yang Dilakukan Pedagang Perantara Pada Saluran Pemasaran I

Middleman Fungsi Pemasaran

b j s/p k/p tr s/ml p/f

Ped.Pengumpul

Desa + + + + - + -

Ped.Perantara

Luar Kota + + - - + - +

Pedagang


(58)

Tabel 21. Fungsi Pemasaran Yang Dilakukan Pedagang Perantara Pada

Saluran Pemasaran I

Middleman Fungsi Pemasaran

b j s/p k/p tr s/ml p/f

Ped.Pengumpul

Desa + + + + - + -

Ped.Perantara

Luar Kota + + - - + - +

Pedagang

Kabupaten + + - - + - -

Pedagang

Pengecer + + - + + + -

Keterangan :

1. b = Beli 2. j = Jual

3. s/p = Sortir dan Pembersihan 4. k/p = Kemas/kepak (Packing) 5. tr = Transport

6. s/ml = Marketing Loss

7. p/f = Pembiayaan (financing) + = Melaksanakan fungsi tersebut - = Tidak melaksanakan

Dari tabel 20 dan 21 dapat diketahui setiap lembga pemasaran memerankan fungsi pemasaran yang berbeda-beda. Setiap lembaga pemasaran


(59)

memerankan fungsi pemasaran paling sedikit 3 fungsi. Namun tidak ada lembaga pemasaran yang melakukan keseluruhan fungsi pemasaran.

Fungsi jual/beli dilakukan oleh seluruh lembaga pemasaran mulai dari pedagang pengumpul desa sampai pedagang pengecer.

Fungsi transport tidak dilakukan oleh pedagang pengumpul desa, sementara lembaga pemasaran lain (pedagang pengecer, pedagang kabupaten, dan pedagang perantara luar kota ) melakukan fungsi tersebut.

Fungsi sortasi dilakukan oleh pedagang pengumpul desa karena lembaga inilah yang langsung mengambil wortel dari lahan petani. Pedagang pengecer juga melakukan fungsi sortasi, hal ini disebabkan wortel yang dibeli ada yang rusak dan kualitasnya tidak sama. Sedang pedagang perantara luar kota dan pedagang kabupaten tidak melakukan sortasi. Sortasi dilakukan berdasarkan bentuk dan ukuran wortel. Bentuk yang mulus dan ukuran yang besar dipisahkan dengan wortel yang berbentuk kurang mulus dan berukuran kecil. Disini juga dipisahkan wortel yang luka (lecet) dan patah. Wortel yang kurang bagus akan dijual dengan harga yang lebih rendah atau dibuang begitu saja.

Fungsi kemas tidak dilakukan oleh pedagang perantara luar kota dan pedagang kabupaten karena mereka melakukan penjualan dalam bentuk kemasan (kantongan plastik ukuran 20 kg).

Marketing loss tidak dialami oleh pedagang perantara luar kota dan pedagang kabupaten karena lembaga ini menjual wortel dalam bentuk kemasan (kantongan plastik ukuran 20 kg). Ketika diwawancarai responden kedua


(60)

lembaga ini menerangkan tidak melayani pembelian per kilo gram, tetapi per kemasan.

Semua lembaga pemasaran tidak mengalami fungsi pembiayaan. Hal ini dikarenakan masing-masing lembaga tidak perlu meminjam dana (modal) dari lembaga keuangan untuk membiayai usahanya. Biaya yang dibutuhkan jumlahnya relatif tidak besar sehingga masih dapat dibiayai dengan dana pribadi.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa setiap lembaga melakukan minimal 3 fungsi pemasaran yaitu beli, jualdan transport . (Identifikasi

Masalah 2 Terjawab)

Efesiensi Pemasaran Wortel

Untuk mengetahui berapa besar efisiensi pemasaran dari setiap saluran pemasaran wortel di daerah penelitian digunakan persamaan sebagai berikut :

Biaya Pemasaran

Ep = x 100% Nilai Produk yang Dipasarkan

Dimana, semakin tinggi nilai efisiensi pemasaran (Ep) dari saluran tersebut maka semakin tidak efisienlah saluran pemasaran tersebut.

Berdasarkan uraian-uraian price spread dan share margin pada setiap saluran pemasaran wortel di atas, maka dapat dihitung besarnya efesiensi pemasaran wortel dari setiap saluran pemasaran sebagai berikut :

a. Saluran Pemasaran Wortel I

293.048 + 276.548 + 174.288

Ep = x 100% 3.750.000


(61)

b. Saluran Pemasaran II

293.048 + 73.548 + 276.548 + 216.336

Ep = x 100%

3.750.000 Ep = 22,92%

Dari hasil di atas dapat kita lihat bahwa pemasaran wortel melalui saluran I lebih efisien dibandingkan dengan pemasaran wortel melalui saluran II. Hal ini terjadi karena nilai efisiensi pemasaran pada saluran I lebih kecil dari nilai efisiensi pemasaran pada saluran II (Identifikasi Masalah 4


(62)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Terdapat 2 bentuk saluran pemasaran wortel di daerah penelitian, yaitu :

• Saluran I : Petani – Padagang Pengumpul Desa – Pedagang Perantara Luar Kota – Pedagang Pengecer – Konsumen

• Saluran II : Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Kabupaten – Pedagang Perantara Luar Kota – Pedagang Pengecer – Konsumen

2. Setiap lembaga pemasaran melaksanakan minimal 3 fungsi pemasaran dalam melakukan pemasaran wortel antara lain fungsi beli, jual dan transport. 3. Profit margin yang tertinggi terdapat pada saluran pemasaran I

(Rp1.956.166) karena pada saluran ini wortel pedagang perantara luar kota langsung mengambil wortel dari pedagang pengumpul desa tanpa melalui padagang pengumpul kabupaten, sehingga dapat mengambil keuntungan yang lebih besar.

4. Saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran I karena nilai Ep pada saluran tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai Ep pada saluran pemasaran wortel II.


(63)

Saran

1. Sebaiknya petani memanfaatkan informasi tentang komoditi wortel baik itu mengenai harga, permintaan wortel di pasaran serta hal-hal lain yang berhubungan dengan produksi wortel.

2. Untuk pedagang perantara hendaknya mempertimbangkan harga jual wortelnya dengan nilai beli dari petani agar tidak terlalu besar.

3. Perlu dilakukan penguatan lembaga pada tingkat petani seperti fungsionalisasi kelompok tani dan koperasi agar dapat membantu petani dalam upaya memperkuat posisi tawar-menawarnya.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2005. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Anonimous, 2004. Petani Membutuhkan Info Harga Komoditas.

Anonimous, 2007. Wortel Baik Untuk Penglihatan dan Imunitas.

Cahyono B., 2002. Wortel Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani, Kanisius, Yogyakarta.

Disperindagtamben, 2005. Pembinaan dan Bimbingan di Sektor Industri dan

Perdagangan pada Dinas Perindagtamben Kabupaten Karo,

Disperindagtamben, Kabanjahe.

, 2006. Laporan Kegiatan Inventarisasi Potensi Daya

Serap Pasar Komoditi Hasil Pertanian di Lima Kota Besar di Pulau Sumatera (Batam, Pekanbaru, Jambi, Palembang, Bandar Lampung),

Disperindagtamben, Kabanjahe.

, 2006. Prgram Pengembangan dan Penguatan Sektor

Industri dan Perdagangan Kabupaten Karo Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Tahun Anggaran 2007, Disperindagtamben,

Kabanjahe.

Duryatmo S., 2006. Sayur di Sekitar Kita. Penebar Swadaya, Jakarta. Ginting P., 2006. Pemasaran Produk Pertanian, USU Press, Medan.

Manullang S., 2006. Pemasaran Hasil Pertanian di Era Perdagangan Bebas, Disperindagtamben, Kabanjahe.

Pracaya, 2002. Bertanam Sayuran Organik, Penebar Swadaya, Jakarta.

Rahman, D.F., 2002. Skripsi : Analisis Pemasaran Wortel, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Rukmana R., 2005. Bertanam Sayuran di Pekarangan, Kanisius, Yogyakarta. Sihombing L., 2005. Analisis Tataniaga Kentang di Propinsi Sumatera Utara.,

Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara


(65)

(66)

Lampiaran 1. Data Karakteristik Petani Sampel Nomor Responden Umur (Tahun) Lama Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa) Luas Lahan (Ha)

1 32 12 8 2 0.30

2 42 12 10 3 0.30

3 55 6 20 1 0.40

4 36 17 7 2 0.40

5 50 9 30 2 0.48

6 48 9 25 2 0.34

7 32 9 8 2 0.50

8 53 6 25 4 0.50

9 35 12 10 2 0.42

10 60 6 30 1 0.36

11 45 12 15 3 0.34

12 52 9 23 3 0.32

13 55 9 30 2 0.40

14 50 9 25 2 0.46

15 40 12 20 3 0.46

16 45 12 15 2 0.38

17 38 17 10 1 0.30

18 50 9 35 2 0.45

19 35 9 5 3 0.30

20 37 12 15 2 0.28

Jumlah 890 208 366 44 7.79

Rata-rata 44.5 10.4 18.3 2.2 0.38

Lampiaran 2. Data Karakteristik Pedagang Pengumpul Desa (Saluran I) Nomor Responden Umur (Tahun) Lama Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa)

1 35 12 3 3

2 32 12 2 1

3 35 9 5 2

4 40 9 8 4

Jumlah 142 42 18 10


(67)

Lampiran 3. Data Karakteristik Pedagang Perantara Luar Kota (Saluran I) Nomor Responden Umur (Tahun) Lama Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa)

1 30 12 4 1

2 45 12 8 3

3 37 9 4 2

4 31 15 2 1

Jumlah 143 48 18 7

Rata-rata 35.75 12 4.5 1.75

Lampiaran 4. Data Karakteristik Pedagang Pengecer (Saluran I) Nomor Responden Umur (Tahun) Lama Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa)

1 35 12 7 3

2 43 9 12 3

3 39 12 10 4

4 31 12 5 2

5 33 12 6 2

6 38 9 8 2

Jumlah 219 66 48 16

Rata-rata 36.5 11 8 2.66

Lampiaran 5. Data Karakteristik Pedagang Pengumpul Desa (Saluran II) Nomor Responden Umur (Tahun) Lama Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa)

1 38 12 7 2

2 32 9 5 3

Jumlah 70 21 12 5

Rata-rata 35 10.5 6 2.5

Lampiaran 7. Data Karakteristik Pedagang Pengumpul Kabupaten (Saluran II) Nomor Responden Umur (Tahun) Lama Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa)


(68)

Lampiran 8. Data Karakteristik Pedagang Perantara Luar Kota (Saluran II) Nomor

Responden

Umur (Tahun)

Lama Pendidikan

(Tahun)

Pengalaman (Tahun)

Jumlah Tanggungan

(Jiwa)

1 30 12 4 1

2 45 9 8 3

Jumlah 75 21 12 4

Rata-rata 37.5 10.5 6 2

Lampiaran 9. Data Karakteristik Pedagang Pengecer (Saluran II) Nomor

Responden

Umur (Tahun)

Lama Pendidikan

(Tahun)

Pengalaman (Tahun)

Jumlah Tanggungan

(Jiwa)

1 37 12 8 2

2 35 12 9 2

3 22 12 1 1

4 41 9 10 3

5 37 12 7 4

6 46 12 12 5

7 52 6 20 -

Jumlah 270 75 67 17


(69)

(70)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 3 Juli 1984 dari pasangan yang berbahagia, ayah Drs. L. Perangin-angin, MSi dan ibu M. br Ginting. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah : pada tahun 1990 masuk SD Negeri 101821 dan tamat pada tahun 1996. Pada tahun 1996 masuk SLTP Negeri 2 Pancur Batu dan tamat pada tahun 1999. pada tahun 1999 masuk SMU Negeri 1 Pancur Batu dan tamat pada tahun 2002. Pada tahun 2003 lulus di USU melalui jalur SPMB di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian.

Pada bulan Juni 2007 melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

desa Bintang, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi. Dan pada bulan November s/d Desember melaksanakan Penelitian Skripsi di desa Sukadame,

Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo


(71)

(1)

Lampiaran 1. Data Karakteristik Petani Sampel Nomor Responden Umur (Tahun) Lama Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa) Luas Lahan (Ha)

1 32 12 8 2 0.30

2 42 12 10 3 0.30

3 55 6 20 1 0.40

4 36 17 7 2 0.40

5 50 9 30 2 0.48

6 48 9 25 2 0.34

7 32 9 8 2 0.50

8 53 6 25 4 0.50

9 35 12 10 2 0.42

10 60 6 30 1 0.36

11 45 12 15 3 0.34

12 52 9 23 3 0.32

13 55 9 30 2 0.40

14 50 9 25 2 0.46

15 40 12 20 3 0.46

16 45 12 15 2 0.38

17 38 17 10 1 0.30

18 50 9 35 2 0.45

19 35 9 5 3 0.30

20 37 12 15 2 0.28

Jumlah 890 208 366 44 7.79

Rata-rata 44.5 10.4 18.3 2.2 0.38

Lampiaran 2. Data Karakteristik Pedagang Pengumpul Desa (Saluran I) Nomor Responden Umur (Tahun) Lama Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa)

1 35 12 3 3

2 32 12 2 1

3 35 9 5 2

4 40 9 8 4

Jumlah 142 42 18 10


(2)

Lampiran 3. Data Karakteristik Pedagang Perantara Luar Kota (Saluran I) Nomor Responden Umur (Tahun) Lama Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa)

1 30 12 4 1

2 45 12 8 3

3 37 9 4 2

4 31 15 2 1

Jumlah 143 48 18 7

Rata-rata 35.75 12 4.5 1.75

Lampiaran 4. Data Karakteristik Pedagang Pengecer (Saluran I) Nomor Responden Umur (Tahun) Lama Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa)

1 35 12 7 3

2 43 9 12 3

3 39 12 10 4

4 31 12 5 2

5 33 12 6 2

6 38 9 8 2

Jumlah 219 66 48 16

Rata-rata 36.5 11 8 2.66

Lampiaran 5. Data Karakteristik Pedagang Pengumpul Desa (Saluran II) Nomor Responden Umur (Tahun) Lama Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa)

1 38 12 7 2

2 32 9 5 3

Jumlah 70 21 12 5

Rata-rata 35 10.5 6 2.5

Lampiaran 7. Data Karakteristik Pedagang Pengumpul Kabupaten (Saluran II) Nomor Responden Umur (Tahun) Lama Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa)


(3)

Lampiran 8. Data Karakteristik Pedagang Perantara Luar Kota (Saluran II) Nomor

Responden

Umur (Tahun)

Lama Pendidikan

(Tahun)

Pengalaman (Tahun)

Jumlah Tanggungan

(Jiwa)

1 30 12 4 1

2 45 9 8 3

Jumlah 75 21 12 4

Rata-rata 37.5 10.5 6 2

Lampiaran 9. Data Karakteristik Pedagang Pengecer (Saluran II) Nomor

Responden

Umur (Tahun)

Lama Pendidikan

(Tahun)

Pengalaman (Tahun)

Jumlah Tanggungan

(Jiwa)

1 37 12 8 2

2 35 12 9 2

3 22 12 1 1

4 41 9 10 3

5 37 12 7 4

6 46 12 12 5

7 52 6 20 -

Jumlah 270 75 67 17


(4)

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 3 Juli 1984 dari pasangan yang berbahagia, ayah Drs. L. Perangin-angin, MSi dan ibu M. br Ginting. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah : pada tahun 1990 masuk SD Negeri 101821 dan tamat pada tahun 1996. Pada tahun 1996 masuk SLTP Negeri 2 Pancur Batu dan tamat pada tahun 1999. pada tahun 1999 masuk SMU Negeri 1 Pancur Batu dan tamat pada tahun 2002. Pada tahun 2003 lulus di USU melalui jalur SPMB di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian.

Pada bulan Juni 2007 melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

desa Bintang, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi. Dan pada bulan November s/d Desember melaksanakan Penelitian Skripsi di desa Sukadame,

Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo


(6)