Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Sayuran (Kubis, Kubis Bunga, Dan Wortel)(Studi Kasus : Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

(1)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK OLEH PETANI PADA TANAMAN SAYURAN (Kubis, Kubis Bunga, dan Wortel)

(Studi kasus : Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

ZULFADLI ADHA NST 110304075

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 1 5


(2)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK OLEH PETANI PADA TANAMAN SAYURAN (Kubis, Kubis Bunga, dan Wortel)

(Studi kasus : Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

ZULFADLI ADHA NST 110304075

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

( Dr.Ir. Salmiah, Ms ) (

NIP. 19570217 198603 2 001 NIP. 19700827 200812 2 001 Sri Fajar Ayu SP. MM, DBA)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 1 5


(3)

ABSTRAK

Zulfadli Adha Nasution (110304075) dengan judul skripsi “Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Sayuran (Kubis, Kubis Bunga Dan Wortel)” dibawah bimbingan Ibu Dr.Ir.Salmiah,MS sebagai Ketua Komisi pembimbing dan Ibu Sri Fajar Ayu SP.MM,DBA sebagai Anggota Komisi pembimbing.

Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk (harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani) oleh petani sayuran dan untuk mengetahui cara penentuan pupuk oleh petani di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis efisiensi dengan metode stochastic frontier dengan metode pendugaan Maximum Likelihood (MLE), analisis Law of Diminishing Returns (LDR),analisis regresi linier berganda, dan analisis Compare Means One Sample T-Test. Metode

stochastic frontier digunakan untuk menganalisis tingkat efisiensi secara teknis.

Perbandingan nilai produksi marginal (NPM) Cobb-Douglas untuk menganalisis efisiensi harga. Analisis regresi linear berganda Metode analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk (harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani) oleh petani sayuran.Analisis TheLaw of Diminishing Returns (LDR) digunakan untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan pupuk pada tanaman sayuran di daerah penelitian, dan analisis Compare Means One Sample T-Test digunakan untuk menganalisis perbedaan penggunaan pupuk yang seharusnya berdasarkan teori efisiensi dengan penggunaan pupuk oleh petani di daerah penelitian. Penggolongan jumlah dan persentase petani berdasarkan informasi yang diperolehnya mengenai cara pemupukan sayuran untuk mengetahui dari mana petani sebenarnya memperoleh informasi pemupukan sayuran.

Hasil penelitian menyatakan peggunaan pupuk pada tanaman sayuran (Kubis,Kubis Bunga dan Wortel) tidak efisien,baik secara teknis, harga dan ekonomi. Ada pengaruh nyata harga pupuk,harga sayuran dan pengalaman petani secara bersama-sama terhadap penggunaan pupuk pada tanaman kubis bunga dan wortel. Sedangkan, untuk kubis harga pupuk,harga sayuran dan pengalaman petani secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata.Penggunaan pupuk efisien berdasarkan The Law of Diminishing Returns (LDR) pada Kubis yaitu 550 Kg/ Ha, Kubis Bunga yaitu 440 kg/0,25ha,dan Wortel, yaitu 150 Kg/0,25ha.Ketika dilakukan perbandingan antara penggunaan pupuk yang efisien menurut teori The Law of Diminishing Returns (LDR) dengan penggunaan pupuk oleh petani sayuran diperoleh hasil yakni ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan pupuk secara efisien dengan penggunaan pupuk oleh petani kubis, kubis bunga dan wortel.

Kata Kunci: Sayuran, Produksi, Biaya,The Law of Diminishing Returns, Dosis Pupuk, Efisien


(4)

RIWAYAT HIDUP

Zulfadli Adha Nasution lahir di Sibuhuan pada tanggal 31 Mei 1993. Anak dari Bapak Damhuri Nasution dan Ibu Hamnah Baroroh.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1998 masuk Taman Kanak-kanak di TK Kartika Padangsidempuan dan tamat pada tahun 1999.

2. Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 12 Padangsidempuan dan tamat pada tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Padangsidempuan dan tamat pada tahun 2008.

4. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Padangsidempuan dan tamat pada tahun 2011.

5. Tahun 2011 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN Tertulis.

6. Bulan Agustus hingga September 2014 Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kelurahan Pelawi Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat.

7. Bulan Desember 2015 melakukan penelitian skripsi di Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugrah dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul dari skripsi ini adalah “Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Sayuran (Kubis, Kubis Bunga Dan Wortel)”

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr.Ir.Salmiah, MS selaku Ketua Komisi pembimbing.

2. Ibu Sri Fajar Ayu SP.MM,DBA sebagai Anggota Komisi pembimbing.

3. Ayahanda tercinta Damhuri Nasution dan Ibunda tercinta Hamnah Baroroh, saudara tersayang Fahmi dan Niswah yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun materil bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

4. Tulang Ir.Irwan Zainal Nasution yang telah memberi dukungan bagi penulis. 5. Seluruh Dosen Departemen Agribisnis dan Kakak Bagian Tata Usaha dan

Bagian Perpustakaan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

6. Kawan-Kawan Seperjuangan, Mail, Aimi, Ahmad Suheili Bin Mahyutan, Rizki Taufik Harahap, Ridho, Kudri, Ijal, Muzzani , Fitrah, Budi Ginting, Fadil, Futri, Nelfita dan Kawan-Kawan 2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

7. Abang Kakak Senior yang telah banyak membantu 2010, 2009 dan 2008 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.


(6)

8. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Medan, Februari 2015


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 11

2.2 Landasan Teori ... 19

2.3 Peneliti Terdahulu ... 32

2.4 Kerangka Pemikiran ... 33

2.5 Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 38

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 39

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.4 Metode Analisis Data ... 41

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 49

3.5.1 Defenisi ... 36

3.5.2 Batasan Operasional ... 37

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 52


(8)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga, dan Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk Tanaman Sayuan ... 66 5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pupuk pada Usahatani Sayuran ... 82 5.3 Penentuan Dosis Pupuk Optimal Berdasarkan Teori LDR ... 94 5.4 Perbandingan Penggunaan Pupuk yang Seharusnya Berdasarkan Teori Efisiensi dengan Penggunaan Pupuk oleh Petani ... 102 5.5 Penentuan Penggunaan Dosis Pupuk Untuk Tanaman Sayuran Oleh

Petani Sayuran di Daerah Penelitian ... 108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 111 6.2 Saran ... 112 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. JUDUL HALAMAN

1. Data Produksi Sayuran dan Buah-buahan Semusim di Indonesia

1

2. Produksi Sayur-Sayuran di Sumatera Utara, Tahun 2012 2

3. Data Realisasi Ekspor Kubis Oleh Perusahaan Eksportir di Kabupaten Karo Tahun 2008-2012

3

4. Data Realisasi Ekspor Kubis Bunga Oleh Perusahaan Eksportir di Kabupaten Karo Tahun 2008-2012

4

5. Data Realisasi Ekspor Wortel Oleh Perusahaan Eksportir di Kabupaten Karo Tahun 2008-2012

4

6. Luas, Panen,Produksi Sayur-Sayuran di Kec.Tigapanah Kab.Karo Tahun 2012

38

7. Definisi Variabel Fungsi Produksi Usahatani Sayuran 42 8. Luas Wilayah Desa Aji Jahe Menurut Penggunaannya 53 9. Penduduk Desa Ajijahe Berdasarkan Mata Pencarian 53 10. Luas Wilayah Desa Aji Julu Menurut Penggunaannya 54 11. Penduduk Desa Aji julu Berdasarkan Mata Pencarian 55 12. Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

56

13. Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan Tingkat Usia 57 14. Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan Mata Pencaharian 57 15. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis 67 16. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada

Kubis

69

17. Hasil Analisis Efisiensi Harga Penggunaan Pupuk pada Kubis

69

18. Hasil Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis

70


(10)

20. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Kubis Bunga

73

21. Hasil Analisis Efisiensi Harga Penggunaan Pupuk pada Kubis Bunga

74

22. Hasil Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis Bunga

76

23. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Wortel 78 24. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada

Wortel

78

25. Hasil Analisis Efisiensi Harga Penggunaan Pupuk pada Wortel

79

26. Hasil Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk pada Wortel

81

27. Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Kubis dan Pengalaman Bertani Kubis

83

28. Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Kubis Bunga dan Pengalaman Bertani Kubis Bunga

87

29. Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Wortel dan Pengalaman Bertani Wortel

91

30. Data Primer Penggunaan Pupuk pada Kubis 95 31. Data Primer Penggunaan Pupuk pada Kubis Bunga 97 32. Data Primer Penggunaan Pupuk pada Wortel 100 33. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis 103

34. Hasil Analisis Statistik Kubis 104

35. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis Bunga 105

36. Hasil Statistik Kubis Bunga 106

37 38 39.

Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Wortel Hasil Analisis Statistik Wortel

Data Primer Jumlah Responden Berdasarkan Penentuan Dosis Penggunaan Pupuk untuk Sayuran

107 107 109


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. JUDUL HALAMAN

1. Tahap-Tahap Produksi 21

2. The Law Of Diminishing Return 24

3. Daerah diterima dan ditolak H0 30

4. Skema Kerangka Pemikiran 36

5. Grafik Penduduk Desa Aji Jahe Menurut Mata Pencarian 54 6. Grafik Penduduk Desa Julu Jahe Menurut Mata Pencarian 55 7. Grafik Penduduk Desa Aji Buhara menurut mata

pencaharian 58 8 9 10 11 12 13 14 15 16.

Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Menurut Jenis Kelamin

Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Bunga Menurut Jenis Kelamin

Grafik Jumlah Responden Petani Wortel Menurut Jenis Kelamin

Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Menurut Umur Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Bunga Menurut Umur

Grafik Jumlah Responden Petani Wortel Menurut Umur Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Menurut

Pendidikan Terakhir

Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Bunga Menurut Pendidikan Terakhir

Grafik Jumlah Responden Petani Wortel Menurut Pendidikan Terakhir 59 59 60 61 62 63 64 64 65

17. Kurva Penggunaan Pupuk Pada Petani Kubis 96 18. Kurva Penggunaan Pupuk Pada Petani Kubis Bunga 99 19

20.

Kurva Penggunaan Pupuk Pada Petani Wortel

Grafik Jumlah Responden Berdasarkan Penentuan Dosis Penggunaan Pupuk untuk Sayuran

101 109


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. JUDUL

1. Karakteristik Petani Kubis Bunga Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2015

2. Karakteristik Petani Kubis Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2015

3. Karakteristik Petani Wortel Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2015

4. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Kubis Bunga dengan Menggunakan Frontier

5. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Kubis dengan Menggunakan Frontier

6. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Wortel dengan Menggunakan Frontier

7. Hasil Analisis Statistik Kubis Bunga 8. Hasil Analisis Statistik Kubis

9. Hasil Analisis Statistik Wortel

10. Hasil Analisis One Sample T-Test Kubis Bunga 11. Hasil Analisis One Sample T-Test Kubis 12. Hasil Analisis One Sample T-Test Wortel

13. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis Bunga 14. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Wortel 15. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis

16. Grafik The Law of Diminishing Returns Produksi Kubis Bunga 17. Grafik The Law of Diminishing Returns Produksi Wortel 18. Grafik The Law of Diminishing Returns Produksi Kubis


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Salah satu sumber pemenuhan pangan dan peningkatan gizi manusia berasal dari sayuran. Sayuran berperan penting karena mengandung berbagai sumber mineral, vitamin, serat, antioksidan dan energi yang dibutuhkan oleh manusia. Namun, masih banyak dari penduduk Indonesia tidak menyadari akan pentingnya mengkonsumsi sayuran, hal ini diketahui dari tingkat konsumsi masyarakat akan sayuran yang masih rendah. Menurut FAO (Food and Agriculture Organization), yang mengeluarkan standar konsumsi sayuran menyatakan bahwa standar konsumsi ideal sayuran adalah sebesar 65,75 kg/kapita/tahun. Sedangkan konsumsi sayuran masyarakat Indonesia menurut Ditjen Hortikultura, Deptan, tahun 2007 yaitu sebesar 36,63 kg/kapita/tahun, tentu saja angka tersebut masih jauh lebih rendah dari standar FAO.

Konsumsi sayuran tentu berkaitan erat dengan produksi sayuran. Produksi sayuran Indonesia beberapa tahun ini mengalami peningkatan seperti pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Produksi Sayuran Semusim di Indonesia, 2009- 2012 Tahun Kol

Bunga

Kentang Kubis Cabai Petsai/ Sawi

Wortel 2009 96.038 1.176.304 1.358.113 1.378.727 562.838 358.014 2010 101.205 1.060.805 1.385.044 1.328.864 583.770 403.827 2011 113.491 955.488 1.363.741 1.483.079 580.969 526.917 2012 135.837 1.094.240 1.450.046 1.656.615 594.934 465.534 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013


(14)

Berdasarkan Tabel 1.1 diperoleh informasi bahwa produksi sayuran Indonesia mulai tahun 2009-2012 untuk beberapa komoditi mengalami peningkatan produksi yakni, kubis, kol bunga dan sawi. Namun komoditi lain seperti, wortel, kentang dan cabai terkadang mengalami peningkatan namun terkadang mengalami penurunan produksi juga atau dengan kata lain produksinya berfluktuasi dari tahun ke tahun.

Di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Karo masih menjadi kabupaten terbesar dalam hal potensi produksi sayur-sayuran. Keadaan alam dan iklim yang mendukung serta tersedianya tenaga kerja bidang pertanian di Kabupaten Karo menjadi salah satu faktor penting menjadikan Kabupaten Karo sebagai sentra produksi sayuran terbesar di Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat berdasarkan Tabel 1.2 yang menjelaskan produksi sayuran di beberapa kabupaten penghasil sayuran di Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 1.2 Produksi Sayuran Per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

Sumber: BPS 2012 diolah

Berdasarkan Tabel 1.2 diketahui bahwa total produksi sayuran Sumatera Utara yakni 1.026.433 ton dan Kabupaten Karo menjadi daerah penghasil sayuran terbesar di Sumatera Utara dengan total produksi 354.060 ton.

No. Kabupaten/Kota Produksi (Ton)

1. Simalungun 222.858

2. Dairi 29.517

3. Karo 354.060

4. Langkat 23.585

5. Samosir 22.065

6. 27 Kabupaten/kota lainnya 374.348


(15)

Berbagai tanaman hortikultura banyak dibudidayakan di Kabupaten Karo. Hal ini dikarenakan, Kabupaten Karo tidak hanya memproduksi tanaman hortikultura untuk kebutuhan di daerah itu saja, namun produksi hortikultura Kabupaten Karo juga dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan ekspor, seperti ke Singapura dan Malaysia. Kubis, kubis bunga dan wortel merupakan jenis-jenis komoditi sayuran dengan tujuan ekspor yang dibudidayakan di Kabupaten Karo. Berikut ini realisasi ekspor 3 komoditi tahun 2008- 2012 pada masing- masing eksportir :

Tabel 1.3 Realisasi Ekspor Kubis Oleh Perusahaan Eksportir di Kabupaten Karo Tahun 2008-2012

No. Nama Perusahaan Kol / Kubis(Kg)

2008 2009 2010 2011 2012

1 UD. Rohaya Tani 10.300.966 9.785.918 10.177.354 10.686.222 11.236.533 2 UD. Jaya Tani 15.451.449 14.678.876 15.266.032 16.029.333 16.854.800 3 UD. Cahaya Baru 7.725.724 7.339.438 7.633.016 8.014.667 8.427.400 4 Pagoda 7.725.724 7.339.438 7.633.016 8.014.667 8.427.400

5 PT. Selek Tani - - - - -

6 PT. Horti Jaya Lestari 5.150.483 4.892.959 5.088.677 5.343.111 5.618.267 7 PT. Tani Deli Nusa 5.150.483 4.892.959 5.088.677 5.343.111 5.618.267 Total Ekspor Kab.Karo 51.504.829 48.929.588 50.886.772 53.431.111 56.182.667

Sumber : Koperindag Kab. Karo 2013 diolah

Pada Tabel 1.3 dapat diperoleh data informasi bahwa volume ekspor kubis Kabupaten Karo cenderung tidak stabil atau berfluktuasi. Data 5 tahun terakhir, volume ekspor Kabupaten Karo tahun 2012 merupakan ekspor tertinggi sebesar 56.182.667 Kg dan ekspor terendah terjadi di tahun 2009 sebesar 48.929.588 Kg.


(16)

Tabel 1.4 Realisasi Ekspor Kubis Bunga Oleh Perusahaan Eksportir di Kabupaten Karo Tahun 2008-2012

No. Nama Perusahaan Kubis Bunga (Kg)

2008 2009 2010 2011 2012

1 UD. Rohaya Tani - - - - -

2 UD. Jaya Tani 10.275 9.967 10.446 10.990 11.539

3 UD. Cahaya Baru 3.162 3.067 3.220 3.381 3.550

4 Pagoda 2.371 2.300 2.415 2.536 2.663

5 PT. Selek Tani - - - - -

6 PT. Horti Jaya Lestari - - - - -

7 PT. Tani Deli Nusa - - - - -

Total Ekspor Kab.Karo 15.808 15.334 16.081 16.907 17.752 Sumber : Koperindag Kab. Karo 2013 diolah

Pada Tabel 1.4 dapat diperoleh data informasi bahwa volume ekspor kubis bunga Kabupaten Karo cenderung tidak stabil atau berfluktuasi. Data 5 tahun terakhir, volume ekspor tahun 2012 merupakan ekspor tertinggi sebesar 17.752 Kg dan ekspor terendah terjadi di tahun 2009 sebesar 15.334 Kg.

Tabel 1.5 Realisasi Ekspor Wortel Oleh Perusahaan Eksportir di Kabupaten Karo Tahun 2008-2012

No. Nama Perusahaan Wortel (Kg)

2008 2009 2010 2011 2012

1 UD. Rohaya Tani 143.022 135.871 139.947 146.944 152.822 2 UD. Jaya Tani 457.670 434.786 447.830 470.221 489.030 3 UD. Cahaya Baru 200.231 190.219 195.926 205.722 213.951

4 Pagoda 143.022 135.871 139.947 146.944 152.822

5 PT. Selek Tani 257.439 244.567 251.904 264.500 275.080

6 PT. Horti Jaya Lestari - - - - -

7 PT. Tani Deli Nusa 228.835 217.393 223.915 235.111 244.515 Total Ekspor Kab.Karo 1.430.219 1.358.707 1.399.469 1.469.442 1.528.220 Sumber : Koperindag Kab. Karo 2013 diolah

Pada Tabel 1.5 dapat diperoleh data informasi bahwa volume ekspor wortel Kabupaten Karo cenderung tidak stabil atau berfluktuasi. Data 5 tahun terakhir, volume ekspor tahun 2012 merupakan ekspor tertinggi sebesar 1.528.220 Kg dan ekspor terendah terjadi di tahun 2009 sebesar 1.358.707 Kg.

Faktor penting dalam budidaya sayuran adalah identifikasi ketersediaan unsur hara. Pengelolaan unsur hara yang salah melalui teknik budidaya yang


(17)

kurang baik akan mempengaruhi dan membatasi ketersediaannya sehingga produksi tanaman akan menurun.

Unsur hara utama dan esensial bagi tanaman sayuran adalah Fosfor (P) dan Kalium (K). Apabila unsur hara esensial tersebut tidak cukup bagi tanaman maka akan berakibat rendahnya pertumbuhan dan produksi tanaman. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan tambahan suplai kedua unsur hara P dan K dengan penggunaan pupuk anorganik yang optimal melalui rekomendasi pemupukan sesuai dosis berimbang (Izhar,2010).

Pola penggunaan pupuk di kalangan petani sayuran juga menjadi sebuah masalah. Berdasarkan pernyataan beberapa petani sayuran di Kecamatan Tigapanah yang menjadi salah satu sentra produksi sayuran di Kabupaten Karo mengatakan bahwa pola penggunaan pupuk oleh petani sayuran di daerah tersebut masih belum sesuai prosedur pemupukan yang benar. Hal ini didasari, petani sayuran di sana menentukan jumlah pupuk yang akan diberikan berdasarkan tingkat produksi panen yang diperoleh pada musim tanam sebelumnya. Jadi, apabila produksi panen sebelumnya dinilai cukup memuaskan, maka petani sayuran di daerah tersebut akan berupaya menambah dosis pupuk untuk musim tanam berikutnya.

Di sisi lain, petani sayuran juga menyatakan ada berbagai faktor lain yang mempengaruhi mereka menggunakan dosis pupuk. Harga pupuk yang murah juga menjadi faktor penting petani sayuran menambah dosis penggunaan pupuknya meskipun itu sudah melewati aturan. Pada hakekatnya, hal yang mendasari petani sayuran memupuk lebih banyak yakni karena sebagian besar petani beranggapan semakin banyak dosis pupuk yang diberikan maka akan menghasilkan produksi


(18)

yang akan meningkat dari musim tanam sebelumnya. Peningkatan permintaan jumlah komoditi sayuran baik di pasar lokal maupun untuk pasar ekspor, menjadikan petani sayuran berpikir bagaimana meningkatkan produksi sayuran mereka dan salah satu alternatifnya yakni menambah jumlah pupuk yang digunakan dengan harapan peningkatan jumlah produksi sayuran.

Penggunaan dosis pemupukan yang belum tepat oleh petani sayuran secara tidak langsung mengakibatkan kerusakan pada lapisan tanah. Dalam jangka panjang, hal ini berdampak pada berkurangnya tingkat kesuburan tanah dan hal ini tentu akan mengurangi jumlah produksi sayuran. Misalnya, untuk sayuran kubis bunga dan kubis diperlukan pupuk buatan maksimal berupa Urea sebanyak 100 kg/ha, ZA 250 kg/ha. TSP atau SP-36 250 kg/ha dan KCl 200 kg/ha. Untuk tiap tanaman diperlukan Urea sebanyak 4 g + ZA 9 g, TSP (SP-36) 9 g, dan KCl 7 g. Namun ada saja petani sayuran yang menambah jumlah dosis pupuk dengan harapan dapat meningkatkan jumlah produksi (Tim Prima Tani Balitsa, 2007).

Apabila situasi di mana petani terus-menerus menambah jumlah pupuk sehingga pemakaian menjadi berlebih maka akan menyebabkan dampak negatif bagi beberapa aspek penting, seperti mencemarkan ekologi lingkungan, aspek kesehatan konsumen serta terjadi penurunan pendapatan petani akibat penggunaan pupuk yang berlebihan.

Penggunaan pupuk berlebihan mencemarkan ekologi lingkungan seperti rusaknya tanah apabila dipakai pupuk terus-menerus. Di mana apabila tanah diberi pupuk terus-menerus dan dalam dosis besar seperti penggunaan urea, maka dalam jangka panjang akan mengakibatkan tanah menjadi tidak subur dan cenderung keras dan tentu hal ini tidak baik untuk keberlangsungan usaha tani sayuran


(19)

karena salah satu faktor pentingnya yakni kesuburan tanah. Di sisi lain, pupuk juga bisa mencemari daerah perairan dikarenakan pupuk yang sulit terurai dalam waktu singkat terbawa oleh air hujan ke sungai-sungai dan bermuara ke laut. Hal ini berdampak pada semakin cepat dan tidak terkendalinya jumlah populasi tanaman di perairan, seperti enceng gondok. Di mana semakin banyaknya enceng gondok yang menutupi permukaan perairan sehingga sinar matahari dan oksigen susah menembus permukaan perairan yang berdampak pada matinya biota ada di dalamnya seperti, ikan.

Dari aspek kesehatan, penggunaan pupuk yang berlebihan pada makanan seperti sayuran dan buah-buahan juga berdampak buruk bagi kesehatan konsumen hal ini dikarenakan akan mengakibatkan penyakit seperti kanker, tumor, dan penyakit kronis lainnya apabila dikonsumsi dalam jangka panjang. Residu kimia yang ada di dalam makanan tersebutlah yang menjadi faktor utama penyebab penyakit sehingga perlu ada penggunaan pupuk dan pestisida secara tepat untuk meminimalisir dampak buruknya bagi kesehatan.

Penggunaan pupuk yang berlebihan sebenarnya juga berpengaruh terhadap pendapatan petani. Hal ini dikarenakan, semakin besarnya biaya yang dikeluarkan petani untuk menambah dosis pupuk ternyata tidak selalu memberikan peningkatan jumlah penerimaan kepada petani. Hal ini menjadi tidak efisien di dalam usahatani sayuran dimana seharusnya dengan penggunaan modal sekecil-kecilnya bisa memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh karena banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan dosis pupuk yang tidak sesuai dan bahkan penggunaan yang cenderung berlebihan oleh petani sayuran, maka diperlukan penelitian untuk mengkaji tingkat efisensi penggunaan


(20)

pupuk oleh petani sayuran dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk oleh petani sayuran di daerah penelitian. 1.2 Identifikasi Masalah

Dari hasil uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?

2. Apakah harga sayuran ,harga pupuk dan pengalaman petani merupakan faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk oleh petani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?

3. Bagaimana penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo yang berdasarkan teori The Law of Diminishing Returns (LDR)?

4. Bagaimana perbedaan penggunaan pupuk yang optimal berdasarkan teori

The Law of Diminishing Returns (LDR) dengan penggunaan pupuk oleh petani di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?

5. Bagaimana cara penentuan penggunaan dosis pupuk untuk tanaman sayuran oleh petani di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?

1.3 Tujuan Penelitian

Terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi

ekonomi penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.


(21)

2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk (harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani) oleh petani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

3. Untuk menganalisis penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo berdasarkan teori The Law of Diminishing Returns (LDR).

4. Untuk menganalisis perbedaan penggunaan pupuk optimal berdasarkan teori The Law Of Diminishing Returns (LDR) dengan penggunaan pupuk oleh petani Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

5. Untuk mengetahui cara penentuan pupuk oleh petani di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai sumber informasi kepada petani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo agar memperhatikan penggunaan pupuk secara efisien. 2. Sebagai sumber informasi dan pertimbangan kepada pemerintah di dalam

merumuskan kebijakan terhadap subsektor hortikultura di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya berhubungan dengan penggunaan pupuk pada tanaman sayuran.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Botani Wortel (Daucus carota L.)

Wortel (Daucus carota L.) merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam kelas umbi-umbian yang tumbuh sepanjang tahun. Tanaman ini dapat tumbuh dengan sempurna baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.Wortel mengandung nutrisi vitamin A yang lebih tinggi yang berguna untuk pemeliharaan mata dan selaput mata. Wortel bukan tanaman asli Indonesia, berasal dari negeri yang beriklim sedang (sub-tropis) yaitu berasal dari Asia Timur Dekat dan Asia Tengah. Ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang lalu. Budidaya wortel pada mulanya terjadi di daerah sekitar Laut Tengah, menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Asia dan akhirnya ke seluruh bagian dunia yang telah terkenal daerah pertaniannya (Rukmana, 1995).

Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub-Divisi : Angiospermae

Klas : Dicotyledonae


(23)

Famili : Umbelliferae (Apiaceae)

Genus : Daucus

Spesies : Daucus carrota L.

Rukmana (1995) mengelompokkan jenis wortel berdasarkan umbinya ke dalam tiga golongan, yaitu :

1. Tipe imperatur, golongan wortel yang bentuk umbinya bulat panjang dengan ujung runcing, mirip bentuk kerucut.

2. Tipe chantenay, golongan wortel yang bentuk umbinya bulat panjang dengan ujung tumpul dan tidak berakar serabut.

3. Tipe nantes, golongan wortel yang mempunyai bentuk umbi tipe peralihan antara bentuk imperator dan tipe chantenay.

2.1.2 Botani Kubis

Kubis (Brassica oleracea var cipitata) adalah kubis yang dalam pertumbuhannya dapat membentuk bulatan seperti kepala atau telur. Bentuk kepala atau telur ini juga lazim disebut krop. Secara klinis, kubis banyak mengandung berbagai vitamin, mineral, karbohidrat, dan protein. Semua unsur tersebut sangat dibutuhkan tubuh manusia. Sayuran kubis dapat mensuplai kurang lebih 25% vitamin C, lebih dari 30% vitamin A, 4 - 5% vitamin B, 5 - 6% kapur dan besi dari kebutuhan tubuh manusia.

Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan, kubis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


(24)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Capparales

Famili

Genus

Spesies : Brassica oleracea var. capitata L

Semua kubis yang baru tumbuh umumnya memiliki hipokotil sepanjang 2 cm, berwarna merah. Kecuali itu, kubis berkeping dua, berakar tunggang dan serabut. Daun pertama mempunyai tangkai yang lebih panjang dari pada daun yang di atasnya. Daun membentuk roset. Apabila titik tumbuhnya mati dimakan ulat atau patah maka akan tumbuh banyak tunas. Kalau pucuk tidak patah, batang tidak bisa bercabang.

Daun kubis bagian luar tertutup lapisan lilin dan tidak berbulu. Daun- daun bawah tumbuhnya tidak membengkok, dapat mencapai panjang sekitar 30 cm. Daun- daun muda yang tumbuh berikutnya mulai membengkok menutupi daun- daun muda yang ada di atasnya. Makin lama daun muda yang terbentuk semakin banyak sehingga seakan- akan membentuk telur atau kepala.

Di Indonesia kubis termasuk tanaman annual, sedangkan di daerah sub-tropis termasuk tanaman biennial. Tergolong biennial karena pertumbuhan awalnya secara vegetatif, selanjutnya bila musim dingin tiba pertumbuhannya masuk ke masa generatif. Pembentukan bunga tergantung dari temperatur, bukan panjangnya hari. Kubis akan tumbuh baik bila ditanam di daerah berhawa dingin


(25)

seperti dieng dan Pegalengan. Temperatur optimum yang dikehendaki antara 15-200C. Sedangkan kelembaban yang baik pada kisaran antara 60 - 90%. kalau temperatur melebihi 25%, pertumbuhan akan terhambat (Pracaya, 2001).

2.1.3 Botani Kubis Bunga/ Kol Bunga

Kubis bunga (Brassica oleraceea L.) merupakan jenis tanaman sayuran yang termasuk dalam keluarga tanaman kubis-kubisan (Cruciferae) yang berasal dari Eropa, dan pertama kali ditemukan di Cyprus, Italia Selatan dan Mediterania, masuk ke Indonesia pada abad ke XIX. Di Indonesia masyarakat mengenal sayuran kubis bunga sebagai bunga kol, kembang kol, atau dalam bahasa asing disebut cauliflower. Bagian yang dikonsumsi dari sayuran ini adalah masa bunganya (curd). Masa kubis bunga umumnya berwarna putih bersih atau putih kekuning-kuningan (Rukmana, 1995 dan Cahyono, 2002).

Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan, kol bunga dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Famili : Cruciferae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica Oleracea var. Botrytis L.

Kubis bunga mempunyai peranan penting bagi kesehatan manusia, karena mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh, sehingga permintaan terhadap sayuran ini terus meningkat. Sebagai sayuran, kubis bunga dapat membantu pencernaan, menetralkan zat-zat asam dan memperlancar buang air besar. Menurut Rukmana (1995), komposisi zat gizi dan mineral setiap 100 g kubis bunga adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium


(26)

(22,0 mg), fosfor (72,0 mg), zat besi (1,1 mg ), vitamin A (90,0 mg), vitamin B1 (0,1 mg), vitamin C (69,0 mg) dan air (91,7 g).

Kubis bunga terdiri dari beberapa varietas, yang dapat dilihat perbedaannya pada bentuk daun dan ukuran krop. Menurut Pracaya (2001) bahwa secara umum kubis bunga dibedakan atas 3 jenis yaitu: (a) jenis pendek, mempunyai ciri ukuran daun sedang, daun sebelah luar melengkung ke arah luar dan daun sebelah dalam melengkung ke arah dalam sehingga ujungnya menutupi krop, (b) jenis besar, mempunyai ciri ukuran kepalanya lebih besar daripada jenis pendek. Jenis besar ini juga mempunyai daun lebih tegak dan lebih panjang, kepala bunga lebih bulat lebih tebal dan berat, (c) jenis kepala ungu, jenis ini akan berubah warnanya menjadi hijau pucat pada saat masa panen, kepala bunga tidak tertutupi daun. Jenis kepala ungu ini biasanya tidak dibudidayakan secara besar-besaran, namun hanya ditanam di sekitar rumah.

2.1.4 Tinjauan Pupuk

Pemupukan adalah penambahan hara ke dalam media tumbuh tanaman seperti tanah dan air untuk mendukung pertumbuhan maksimum tanaman apabila jumlah hara tersebut tidak dapat dipenuhi dari dalam media tumbuh. Salah satu filosofi pemupukan adalah tingkat kecukupan bagi tanaman (crop sufficiency level) yang banyak diaplikasikan oleh berbagai negara dalam rangka membangun rekomendasi pemupukan dengan keramahan lingkungan (environmentally friendliness) yang tinggi. Dampak negatif aplikasi pemupukan terhadap tanaman,


(27)

terhadap manusia maupun terhadap lingkungan akan timbul apabila implementasi filosofi pemupukan tidak diterapkan secara baik dan benar.

Salah satu jenis pupuk yang sering digunakan petani sayuran ialah pupuk anorganik. Pupuk ini digunakan karena penggunaannya yang lebih praktis dan mudah diperoleh di toko-toko pupuk. Adapun jenis pupuk anorganik yang sering digunakan petani sayuran antara lain seperti :

a. ZA (Zwavelzure ammoniak)

- ZA mengandung + 21 % zat lemas - Mudah hancur dalam air

- Agak mudah hanyut

- Tak mudah dihanyutkanoleh air hujan

- Mudah menarik air dari udara, sehingga berbentuk gumpalan. - Jika ZA diberikan terus-menerus, tanah akan menjadi asam

b. Ureum atau Urea

- Mengandung zat lemas 45%-46% - Mudah hancur dalam air

- Agak mudah hanyut

- Cepat pengaruhnya terhadap tanaman - Mudah menarik air dari dalam udara

- Cara pemupukan ; pupuk harus dibenamkan ke dalam tanah - Pupuk ini biasa dipakai untuk memupuk sayuran.

c. Sendawa Chili (Chilisalpeter)


(28)

- Mudah hancur dalam air - Mudah hanyut akibat air hujan - Cepat pengaruhnya terhadap tanaman

- Dapat menyebabkan zat kapur di dalam tanah hanyut, sehingga tanah menjadi padat.

- Baik untuk tanaman sayuran. d. DS (Dubbel Super- Posphat)

- Mengandung 34%- 38% asam phosphor. - Agak mudah hanyut dalam air

- Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan - Agak cepat pengaruhnya terhadap sayuran e. Phosphat Cirebon

- Mengandung asam phosphor 25%-28% - Tidak mudah hancur dalam air

- Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan, tetapi harus dibenamkan di dalam tanah (AAK, 1992).

Saat ini tanah yang terkontaminasi bahan kimia dari aplikasi pemupukan anorganik berlebihan dan aplikasi pestisida tidak sesuai anjuran, semakin tersebar dan meluas di seluruh wilayah Indonesia. Upaya-upaya tertentu diperlukan untuk mencegah kerusakan tanah dan pencemaran lingkungan (polusi, pencemaran air dan eutrofikasi) di sekitar wilayah usahatani sayuran oleh unsur kimia yang berlebihan saat diaplikasi dalam usaha budidaya. Perkembangan harga pupuk yang semakin meningkat, mengharuskan petani dan pemangku kepentingan menerapkan aplikasi pemupukan yang lebih efisien dan efektif.


(29)

Pada saat ini di Indonesia belum memiliki Prosedur Operasional Baku (POB) atau Best Management Practices untuk rekomendasi pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL) yang dibangun berdasarkan analisis tanah. Bahkan pemupukan masih belum masuk ke dalam salah satu faktor dari POB tersebut. Akibatnya rekomendasi pupuk yang ada sangat bervariasi dengan skala rentang dosis yang lebar sehingga sangat sulit dipakai sebagai acuan untuk meningkatkan hasil sayuran secara maksimal. Disamping itu, status kecukupan hara tanaman khususnya P dan K terutama di dataran rendah lahan kering belum tersedia, sedangkan data status tersebut sangat diperlukan sebagai dasar untuk menentukan rekomendasi penggunaan pupuk (Izhar, 2010).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Fungsi Produksi

Menurut Kalangi (2011), produksi adalah proses penggabungan atau pengkombinasian faktor produksi (input) yang mengubahnya menjadi barang atau jasa (output = product). Hubungan antara jumlah output yang dihasilkan dan kombinasi jumlah input yang digunakan disebut sebagai fungsi produksi atau fungsi produk total. Secara umum, fungsi produksi dapat ditulis dalam bentuk matematis menjadi,

Q = f(L, K, T, W)

di mana : Q = Jumlah barang dan jasa (output) L = Tenaga Kerja

K = Modal T = Tanah


(30)

Persamaan di atas menunjukkan fungsi produksi dengan empat input atau empat variabel bebas. Apabila suatu fungsi produksi hanya memiliki satu variabel bebas maka persamaan fungsi produksi menjadi,

Q = f( L)

di mana : Q = jumlah barang dan jasa (output) L = Tenaga kerja

2.2.2 Fungsi Produksi Cobb- Douglas

Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi produksi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut variabel dependen (yang menjelaskan/ Y) dan yang lain disebut variabel independen (yang menjelaskan/X) (Soekartawi, 1993).

Untuk menganalisis fungsi produksi dalam bidang pertanian, perlu ditentukan model fungsi produksi yang akan dipakai berdasarkan pada sebaran data yang diperoleh pada diagram sebaran data yang diperoleh. Sebaran data tersebut menggambarkan hubungan antara produksi (Y) dan input (X). Apabila sebaran data berbentuk garis lurus, maka digunakan fungsi produksi linier. Sebaliknya apabila sebaran data tidak berbentuk garis lurus, maka digunakan fungsi produksi non - linier (Soekartawi,1990).

Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi produksi non linier standar, indah dan populer dalam ilmu ekonomi. Hal ini dikarenakan fungsi Cobb- Douglas mampu menjelaskan dengan baik bagaimana penerapan dari hukum The


(31)

rumus fungsi produksi Cobb-Douglas (Q) dengan menggunakan dua input (K dan L) adalah sebagai berikut :

Q = KαLẞ0<α, ẞ<1

0<α, ẞ< 1 menunjukkan produk marjinal untuk setiap input adalah menurun dengan kenaikan pemakaian jumlah input. Hal ini sesuai dengan hukum

The Law of Diminishing Returns, dimana pada hakikatnya apabila jumlah input ditambah maka akan meningkatkan jumlah output yang diperoleh. Namun akan ada suatu saat di mana meskipun jumlah input terus ditambah namun, tidak menambah jumlah output yang dihasilkan atau bahkan mengakibatkan penurunan jumlah output sebagai akibat dari penambahan jumlah input yang telah melebihi. Hal ini lah yang perlu disikapi di dalam hukum kenaikan hasil yang semakin menurun. Misalnya, penambahan jumlah pupuk pada tanaman dalam dosis yang tetap akan meningkatkan jumlah produksi tanaman. Namun apabila dosis terus ditambah sampai overdosis maka, hal ini akan mengakibatkan produksi tanaman akan menurun atau bahkan menyebabkan kematian bagi tanaman. Berikut ini gambar tahapan-tahapan fungsi produksi :


(32)

Gambar 2.1 Tahap-tahap Produksi

Dimana persamaan Q = KαLẞ ini memiliki sifat yang berlaku di dalam penerapan tahapan fungsi produksi. Tahapan-tahapan itu antara lain sebagai berikut :

a. Constant return to scale, jika (a+b) = 1. Artinya, jika input K dan L ditambah masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya juga bertambah dua kali.

b. Increasingreturns to scale, jika (a+b) > 1. Artinya, jika K dan L ditambah masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya bertambah menjadi lebih dari dua kalinya. Dalam hal ini, output bertambah lebih dari proporsi pertambahan input.


(33)

c. Decreasing returns to scale, jika (a+b) < 1. Artinya, jika K dan L ditambah masing-masing menjadi dua kali, maka outputnya bertambah menjadi kurang dari dua kalinya. Output bertambah kurang dari proporsi pertambahan input (Sunaryo, 2001).

2.2.3 Teori The Law Of Diminishing Returns

Dalam proses produksi dikenal hukum kenaikan hasil berkurang (Law Of Diminishing Returns) disingkat LDR. LDR berlaku dan populer dipakai di sektor pertanian dan di luar pertanian. LDR berbunyi sebagai berikut : “ Bila satu faktor produksi ditambah terus dalam suatu produksi, ceteris paribus, maka mula-mula terjadi kenaikan hasil, kemudian kenaikan hasil itu menurun, lalu kenaikan hasil nol dan akhirnya kenaikan hasil negatif ”.Ceteris paribus artinya hal-hal lain bersifat tetap, faktor produksi lain tetap jumlahnya, hanya satu variabel tertentu yang berubah jumlahnya. Selain jumlah atau kuantitas maka kualitas faktor produksi itu juga sama.

Dalam teori Law Of Diminishing Returns terdapat istilah-istilah produksi sebagai berikut :

1. TP (Total product) atau produksi total yaitu jumlah produksi pada level pemberian input tertentu. Input adalah faktor produksi atau bagian faktor produksi, misalnya input pupuk adalah bagian dari produksi modal, luas lahan adalah bagian dari faktor produksi alam.

2. AP (Average product) hasil rata-rata atau produksi rata-rata yaitu jumlah hasil dibag dengan jumlah input yang dipakai. Kalau AP tenaga kerja


(34)

(Labour) disingkat APL (Average Product of Labour), kalau AP modal capital disingkat dengan APC (Average Product of Capital).

3. MP (Marginal product) atau produk marginal yaitu kenaikan hasil yang disebabkan oleh kenaikan atau pertambahan satu unit input. MP Labour disingkat MPL (Marginal Product of Labour) dan MP capital disingkat MPC (Marginal Product of Capital), dan sebagainya.

Daerah-daerah produksi pada kurva Law of Diminishing Returns dibagi menjadi tiga menurut gerak dari kurva marginal produk, yaitu :

1. Daerah increasing returns, yaitu dari X= 0, ke MP maksimum. 2. Daerah diminishing returns, yaitu dari titik A sampai ke titik C 3. Daerah negatif returns, yaitu dari titik C sampai seterusnya.


(35)

Gambar 2.2 The Law Of Diminishing Returns

Pada titik inflection point besarnya Ep = 1, karena AP=MP, pada titik maksimum point Ep = 0 karena MP adalah nol. Daerah- daerah produksi menurut Ep ini adalah :

1. Daerah inefisien I, yaitu dari titik X=0 sampai ke Marginal Product (MP) mencapai maksimum, atau Ep> 1

2. Daerah efisien, dari MP maksimum samapai MP=0 atau 0< Ep < 3. Daerah inefisien II, yaitu dari titik MP mulai negatif sampai seterusnya

atau 0 > Ep samapai ke kanan seterusnya ( Pindyck, 2007).

1.


(36)

Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya agar nilai produk marginal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input tersebut. Efisensi yang diemikian disebut efisiensi harga atau allocative efficiency. Ada beberapa istilah mengenai efisiensi antara lain efisiensi harga, efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis (Soekartawi, 1990).

2.2.4.1 Efisensi Harga

Efisiensi harga tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas marjinal masing – masing input (NPMxi) dengan harga inputnya (vi) atau ki = 1. kondisi ini menghendaki NPMx sama dengan harga faktor produksi X atau dapat ditulis sebagai berikut:

bYPy = Px ...(2.1) X

Atau

bYPy = 1 ...(2.2) X

dimana:

Px = harga faktor produksi X B = elastisitas produksi Y = produksi

Py = harga produksi


(37)

Secara ekonomi ada satu syarat lagi yang perlu dipenuhi yaitu pilihan yang berkaitan dengan harga input atau Px dan harga output atau PY. Jumlah input disebut X dan jumlah output X dan jumlah output disebut Y, jumlah keuntungan disebut B, sehingga dapat dituliskan :

B = (Y. Py) – (X. PX)

Agar B mencapai maksimum, turunan pertama harus disamakan dengan nol, dengan asumsi PX dan PY konstan. Turunan pertamanya adalah nol.

dB = Py . dY dX dX

- PX

Py . MP = PX VMP = PX VMP(NPMXi) PX

= 1

VMP = Value Marginal Product

Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Yang sering terjadi adalah sebagai berikut:

a. (NPMx / Px) > 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk mencapai efisien input X perlu dikurangi.

b. (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien, untuk mencapai efisien input X perlu ditambah (Soekartawi, 1990).

2.2.4.2 Efisiensi Teknis

Efisiensi teknis dalam ekonomi produksi adalah suatu kondisi yang jumlah pemakaian input tertentu mempunyai Average Product (AP) dalam keadaan maksimum. Tingkat pemakaian input menghasilkan rasio output-input yang


(38)

maksimum dari segi teknis adalah tingkat produksi optimum, tetapi belum tentu optimum dari segi ekonomis (Soekartawi, 1990).

2.2.4.3 Efisiensi Ekonomis

Suatu proses produksi sebagai usaha komersial bertujuan untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan maksimum. Bila ini menjadi tujuan maka efisiensi teknis belum cukup karena pada kondisi itu belum tentu memberikan keuntungan maksimum.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan ialah efisiensi secara ekonomi. Menurut Hanafie (2010), efisiensi ekonomi dikatakan tercapai apabila petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga faktor produksi dapat ditekan, tetapi dapat menjual produksinya dengan harga yang tinggi. Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga/ alokatif dari seluruh faktor input dan dapat tercapai apabila kedua efisiensi tercapai, yaitu efisiensi teknik dan efisiensi harga/ alokatif (Soekartawi, 1990).

Jadi efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai, sehingga dapat dituliskan menjadi :

EE = ET . EH ...(2.3) di mana :

EE : Efisiensi Ekonomi ET : Efisiensi Teknis EH : Efisiensi Harga Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :

1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien 2. EE >1 , maka penggunaan faktor produksi belum efisien 3. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien


(39)

(Soekartawi, 1990).

2.2.5 Fungsi Statistik

Bentuk fungsi Cobb-douglas yang bersifat non-linier dapat diubah menjadi bentuk linier dimana bentuk hubungan antara Y dan X sudah ditransformasikan menjadi bentuk sebagai berikut :

LnY=lnb0+b1lnx1+ b2lnx2+ b3lnx3+ e Di mana :

Y = dosis pupuk b0 = intercept X1 = harga pupuk X2 = harga sayuran X3 = pengalaman petani e = standart error

Untuk menganalisis pengaruh faktor independen terhadap faktor dependen dilakukan analisis dengan menggunakan cara regresi linier berganda. Dengan menggunakan regresi, maka diperoleh besaran besarnya nilai t-hitung F-hitung dan koefisien determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel independen (Xn) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen (Y). Pengujian secara statistik adalah sebagai berikut:

1. Uji Determinan (R2)

Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel independen terhadap variabel dependen.


(40)

2. Uji T-hitung Hipotesis Ho: βo = 0 H1: βo≠ 0

Uji statistik digunakan adalah uji statistik-t t-hitung =bi���−Bi

t-tabel = tα/2(n-p)

keterangan:

bi = koefisien regresi ke-i

Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i Bi = parameter ke-I yang dihipotesiskan N = Banyaknya pasangan data

P = jumlah parameter regresi Kriteria uji :

1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel - t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0 2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05) - Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima - Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak


(41)

Gambar 2.3 Daerah diterima dan ditolak H0

Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka parameter yang diuji atau faktor-faktor pengaruh penggunaan pupuk (Xi) berpengaruh nyata terhadap penggunaan pupuk (Y), sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap dosis pupuk (Y).

3. Uji F-hitung

Nilai F-hitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Pengujian F-hitung adalah sebagai berikut:

Hipotesis :

H0 : β1= β2 =…= β(k-1) = 0 H1 : β1≠ 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu:

F−hitung = �

2/(k1)

(1−R2)/(nk)


(42)

R2 = koefisien determinan

K = jumlah variabel termasuk intersep n = jumlah pengamatan

kriteria uji :

1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel - F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- F-hitung < F-tabel α/2 (n-p), maka terima H0 2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05) - Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima - Jika nilai Signifikansi <

Apabila nilai Signifikansi

α maka H0 ditolak <

2.3 Penelitian Terdahulu

α maka H0 ditolak maka secara bersama-sama variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen dan sebaliknya bila H0 diterima maka secara bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Berdasarkan skripsi Sri Hery Susilowati dengan judul “Analisis Efisiensi Usaha Tani Tebu Di Jawa Timur” Dari hasil analisis data secara umum model yang digunakan dapat menunjukkan secara baik tingkat efisiensi teknologi usaha tani tebu di wilayah contoh di Kabupaten Malang dan Lumajang. Nilai indeks efisiensi teknis dikategorikan belum efisien. Hal ini diduga karena sistem usaha tani tebu yang dilakukan adalah sistem keprasan (umumnya lebih dari kepras ketiga) dan bibit yang digunakan adalah bibit lokal. Sistem ini berdampak pada rendemen yang masih rendah (7,3%). Luas lahan usaha tani memiliki pengaruh paling responsif terhadap produksi. Kuantitas penggunaan pupuk urea, KCl, dan


(43)

NPK memiliki pengaruh negatif terhadap produksi tebu, yang diduga karena faktor produksi tersebut digunakan secara berlebihan. Peubah lain yang berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi adalah pupuk ZA, pupuk kandang, dan pupuk cair. Peubah tenaga kerja keluarga juga berpengaruh positif dan nyata sehingga masih mungkin untuk meningkatkan produksi tebu dengan peningkatan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga.

Berdasarkan skripsi Nurul Mubarok dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk Ikan Di Sentra Roduksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat” dari hasil analisis disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk skala sedang melalui analisis regresi secara bersama-sama ditunjukan dengan nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel (186,75>28,7), analisis secara parsial faktor tersebut menunjukkan tingkat signifikansi ditandai t-hitung>t-tabel yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2), permintaan produk (X3), sedangkan harga(X4) tidak berpengaruh (t-hitung<t-tabel).

Berdasarkan skripsi Darwanto dengan judul “Analisis Efisiensi Usahatani Padi Di Jawa Tengah (Penerapan Analisis Frontier)” Dari hasil analisis data yang telah berhasil diolah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, usahatani padi di daerah penelitian tidak efisien secara teknis sehingga penggunaan input harus dikurangi, apabila dilihat dari efisiensi harga (EH) dan efisiensi ekonomi (EE), maka usahatani padi tidak efisien dengan nilai efisiensi harga sebesar 0,22 dan efisiensi ekonomi sebesar 0,16. Dari hasil perhitungan ketiga efisiensi ini dapat dikatakan bahwa usahatani padi tidak efisien.


(44)

Pupuk merupakan variabel independen yang mempengaruhi jumlah produksi pada budidaya tanaman sayuran. Di mana dengan pemupukan yang tepat baik dalam ketepatan dosis maupun ketepatan waktu akan berdampak positif dalam peningkatan hasil panen sayuran.

Seringkali para petani terus-menerus menambah penggunaan input pupuk dengan harapan peningkatan hasil produksi tersebut. Namun kenyataannya, ternyata para petani belum mempertimbangkan efisiensi penggunaan pupuk itu sendiri. Di mana input pupuk terus ditambah belum tentu menghasilkan peningkatakan produksi dan menjadi berakibat negatif yakni produksi tetap atau bahkan menurun dan tentu hal ini menjadi tidak efisien. Pengkajian hubungan penggunaan faktor produksi pupuk menggunakan model kepangkatan yang merupakan fungsi produksi Cobb-Douglas dan dirumuskan sebagai berikut:

Y= ẞ0 X1ẞ1

Y= jumlah produksi

X1 = pupuk

Efisiensi faktor produksi pupuk pada usahatani sayuran ini diukur dengan analisis fungsi produksi frontier, yang dilihat dari efisiensi teknis dan efisiensi harga. Tercapainya efisiensi teknis dan efisiensi harga berarti tercapainya efisiensi ekonomi. Di sisi lain, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi petani sayuran di dalam penggunaan pupuk. Adapun faktor-faktor lain tersebut, yakni harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani.


(45)

Harga sayuran diduga berpengaruh terhadap kebiasaan petani di dalam menggunakan pupuk. Di mana, diasumsikan apabila harga sayuran meningkat, maka dosis pupuk yang digunakan petani semakin meningkat. Hal ini didasari, petani berpendapat apabila pupuk terus ditambah, maka akan meningkatkan volume produksi sayuran. Dugaan peningkatakan jumlah input akan meningkatkan jumlah output dalam hal ini produksi masih diyakini oleh petani sayuran. Diharapkan peningkatan produksi tersebut dapat menambah pendapatan petani dikarenakan harga sayuran sedang meningkat.

Harga pupuk juga diduga berpengaruh terhadap kebiasaan petani di dalam menggunakan pupuk. Di mana, diduga apabila harga pupuk meningkat, maka petani akan berpikir untuk mengurangi dosis pupuk. Harapannya setelah dosis pupuk dikurangi dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi input pupuk. Dan apabila harga pupuk kembali tetap, maka petani akan menambah dosis pupuk seperti sebelum harga pupuk mengalami kenaikan.

Penggunaan dosis pupuk oleh petani diduga dipengaruhi oleh pengalaman petani. Hal ini disebabkan, semakin lama seorang petani menanam sayuran, maka petani tersebut semakin mengetahui penggunaan dosis yang tepat untuk tanaman sayuran. Pengalaman yang panjang tersebut secara tidak langsung mengajarkan petani sayuran di dalam penentuan dosis pupuk sehingga kebiasaan untuk menebak-nebak dosis pupuk dapat diminimalisir.


(46)

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan hasil

Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran Usahatani Sayuran

Dipengaruhi Faktor produksi pupuk

X1 = pupuk

Fungsi Cobb-Douglas

Analisis Efisiensi 1. Efisiensi Teknis (Pendekatan Frontier)

2. Efisiensi Harga 3. Efisiensi Ekonomi

Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk (harga sayuran, harga pupuk, dan pengalaman petani) Dosis penggunaan Pupuk seharusnya

X1=X1E (Efisien)

Penggunaan pupuk oleh petani sayuran

Penggunaan pupuk Inefisien X1>X1E

(Tidak Efisien) X1 Perlu Dikurangi

Penggunaan pupuk Inefisien X1<X1E

(Belum Efisien)

X1 Perlu Ditambah Dosis

penggunaan Pupuk menurut

Teori Law of Diminishing Returns (LDR)

Perbandingan


(47)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka dan landasan teori yang telah dikemukakan, hipotesis penelitian ini adalah :

1. Penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo tidak efisien baik secara teknis, harga maupun ekonomi. 2. Harga sayuran, harga pupuk, dan pengalaman petani merupakan faktor

yang mempengaruhi penggunaan pupuk oleh petani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

3. Adanya perbedaan yang signifikan antara penggunaan pupuk efisien berdasarkan teori The Law of Diminishing Returns (LDR) dengan penggunaan pupuk oleh petani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian adalah secara sengaja (purposive), yaitu di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Hal ini didasari karena Kabupaten Karo merupakan daerah penghasil sayuran terbesar di Sumatera Utara.

Sayuran yang dipilih merupakan golongan sayuran yang paling banyak dibudidayakan di Kecamatan Tigapanah yakni : kubis, kubis bunga dan wortel.

Tabel 3.1 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Sayur-Sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2012

No. Jenis sayuran Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

1. bayam 0 0 0

2. bawang daun 5 30 6

3. bawang merah 0 0 0

4. bawang putih 0 0 0

5. buncis 212 1 109 5,2

6. cabe 500 1 829 3,65

7. ercis 0 0 0

8. kacang merah 0 0 0

9. kacang panjang 0 0 0

10. kangkung 0 0 0

11. kentang 298 3 178 10,66

12. ketimun 0 0 0

13. kubis bunga 234 1 633 6,98

14. kubis 775 12 957 16.72

15. labu siam 16 466 29,12

16. lobak 0 0 0

18. terong 182 1 637 8,99

19. tomat 3 3 1

20. wortel 152 1 425 9,37


(49)

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo adalah penghasil beberapa jenis sayuran yaitu buncis, cabe, kentang, kubis bunga, kubis, sawi, terong, dan wortel. Dan sayur kubis merupakan produksi sayur terbesar, kol bunga merupakan produksi kelima dan wortel merupakan urutan ketujuh.

3.2 Metode Penentuan Jumlah Sampel

Sampel merupakan petani yang membudidayakan sayuran,yakni : kubis, kubis bunga dan wortel yang berada di Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.

Berdasarkan hasil pra survey diketahui jumlah populasi petani sayuran di Kecamatan Tigapanah berjumlah 25 petani kubis, 75 petani kol bunga dan 20 petani wortel. Untuk menetukan jumlah petani yang akan dijadikan sampel maka metode penentuan besar sampel menggunakan Rumus Slovin ( Supranto, 2000), di mana jumlah populasi telah diketahui dengan pasti, sehingga :

�= N

1+Ne2

di mana :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir, yaitu 10% n = ...?

N = 25 (petani sayur kubis) e = 10%

n = N

1+Ne2

n = 25

1+25.10%2


(50)

n = 20 sampel petani sayuran kubis

Pengambilan sampel 20 dari 25 populasi dilakukan dengan metode pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).

N = 75 (petani sayur kubis bunga) e = 10%

n = N

1+Ne2

n = 75

1+75.10%2

n = 42,85

n = 43 sampel petani sayuran kol bunga (kubis bunga)

Pengambilan sampel 43 dari 75 populasi dilakukan dengan metode pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).

N = 20 (petani sayur wortel) e = 10%

n = N

1+Ne2

n = 20

1+20.10%2

n = 16,66

n = 17 sampel petani sayuran wortel

Pengambilan sampel 18 dari 20 populasi dilakukan dengan metode pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuissioner) yang telah dibuat terlebih


(51)

dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang relevan, seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo dan dari dinas terkait lainnya yang dapat mendukung kelengkapan data dalam penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Model Fungsi Produksi Frontier

Untuk lebih menyederhanakan analisis data yang terkumpul, maka digunakan suatu model. Model ini digunakan untuk menghubungkan antara input dengan output dalam proses produksi dan untuk mengetahui tingkat keefisienan suatu faktor produksi adalah fungsi produksi frontier seperti yang dipakai oleh Coelli, et al sebagai berikut:

Ln Y = b0 + b1LnX1 + b2LnX2 (V1-U1)...(4.1) Adapun pengertian dari setiap variabel fungsi produksi dalam usaha tani sayuran seperti Tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2 Definisi variabel Fungsi Produksi Usaha Tani Sayuran

Variabel Kode Variabel Skala pengukuran Dependen Ln Y Output Kg

Independen LnX1

b0

Pupuk Intersep

Kg

(Coelli, T.J, 1992) 3.4.2 Efisiensi Teknis

Penelitian ini menggunakan stochastic frontier dengan metode pendugaan

Maximum Likelihood (MLE). Variabel independen penduga fungsi produksi ini yaitu: Pupuk (X1).


(52)

Karakter uji efisiensi teknis berdasarkan alat uji Frontier adalah, semakin mendekati 1 maka data dianggap semakin efisien secara teknis.

3.4.3 Efisiensi Harga

Menurut Soekartawi (1990) apabila fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb-Douglas, maka:

Y = AXb………..…. (4.2)

Atau Ln Y = Ln A + bLnX

Maka kondisi produksi marginal adalah: ∂Y / ∂X = b (Koefisien parameter elastisitas)

Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, maka b disebut dengan koefisien regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Dengan demikian, maka nilai produksi marginal (NPM) faktor produksi X, dapat ditulis sebagai berikut:

NPM = bYPy/X……….…... (4.3) dimana:

b = elastisitas produksi (sayuran) Y = produksi (sayuran)

Py = harga produksi (harga sayuran) X = jumlah faktor produksi X (Pupuk) Px = harga faktor produksi X (harga Pupuk)

Secara ekonomi ada satu syarat lagi yang perlu dipenuhi yaitu pilihan yang berkaitan dengan harga input atau Px dan harga output atau PY. Jumlah input disebut X dan jumlah output disebut Y, jumlah keuntungan disebut B, sehingga dapat dituliskan :


(53)

B = (Y. Py) – (X. PX)

Agar B mencapai maksimum, turunan pertama harus disamakan dengan nol, dengan asumsi PX dan PY konstan. Turunan pertamanya adalah nol.

dB = Py . dY dX dX

- PX

Py . MP = PX VMP = PX VMP (NPMXi)

PX

= 1

VMP = Value Marginal Product

Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Yang sering terjadi adalah sebagai berikut:

a. (NPMx / Px) > 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien, untuk mencapai efisien input X perlu ditambah.

b. (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk mencapai efisien input X perlu dikurangi (Soekartawi, 1990).

3.4.4 Efisiensi Ekonomis

Efisiensi Ekonomi merupakan produk dari efisiensi teknik dan efisiensi harga (Susantun, 2000). Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga/ alokatif dari seluruh faktor input dan dapat tercapai

apabila kedua efisiensi tercapai, yaitu efisiensi teknik dan efisiensi harga/ alokatif (Soekartawi, 1990).

Jadi, efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai, sehingga dapat dituliskan menjadi:


(54)

EE = ET . EH...(4.5) Dimana:

EE : Efisiensi Ekonomi ET : Efisiensi Teknis EH : Efisiensi Harga

Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :

1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien 2. EE >1 , maka penggunaan faktor produksi belum efisien 3. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien

(Soekartawi, 1990).

3.4.5 Analisis Pengaruh Harga Pupuk, Harga Sayuran dan Pengalaman Petani Terhadap Dosis Pupuk

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif, analisis Cobb-Douglas dan menggunakan model regresi berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor (harga pupuk, harga sayuran, dan pengalaman petani) terhadap dosis penggunaan pupuk. Pengolahan data digunakan dengan menggunakan alat bantu software spss 17. Setelah data diolah menggunakan spss 17, maka dilakukan interpretasi hasil.

Analisis fungsi Cobb-Douglas dinyatakan oleh hubungan Y dan X yang sudah ditransformasikan ke dalam bentuk linier yaitu sebagai berikut:

LnY=lnb0+b1lnx1+ b2lnx2+ b3lnx3+ e Keterangan :

Y = dosis pupuk b0 = intercept


(55)

X1 = harga pupuk X2 = harga sayuran X3 = pengalaman petani e = kesalahan pendugaan

Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung F-hitung dan koefisien determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variable bebas (Xn) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y). pengujian secara statistik adalah sebagai berikut:

1. Uji Determinan (R2)

Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.

2. Uji T-hitung Hipotesis Ho: βo = 0 H1: βo≠ 0

Uji statistik digunakan adalah uji statistik-t t-hitung =bi���−Bi


(56)

keterangan:

bi = koefisien regresi ke-i

Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i Bi = parameter ke-I yang dihipotesiskan n = banyaknya pasangan data

p = jumlah parameter regresi Kriteria uji :

2. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel - t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0 2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima - Jika nilai Signifikansi <

Jika signifikansi < α maka parameter yang diuji atau faktor-faktor pengaruh harga pupuk (Xi) berpengaruh nyata terhadap penggunaan pupuk (Y), sebaliknya jika signifikansi > α, maka faktor-faktor pengaruh harga pupuk (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap dosis pupuk(Y).

α maka H0 ditolak

3. Uji F-hitung

Nilai F-hitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap veriabel tidak bebas. Pengujian F-hitung adalah sebagai berikut:

Hipotesis :

H0 : β1= β2 =…= β(k-1) = 0 H1 : β1≠ 0


(57)

Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu:

F−hitung = �

2/(k1)

(1−R2)/(nk)

Keterangan:

R2 = koefisien determinan

K = jumlah variabel termasuk intersep n = jumlah pengamatan

Kriteria uji :

1. Berdasarkan Perbandingan Nilai F- hitung dan F- tabel - F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- F-hitung < F-tabel α/2 (n-p), maka terima H0 2. Berdasarkan Nilai Signifikansi

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima - Jika nilai Signifikansi <

Apabila Signifikansi

α maka H0 ditolak <

3.4.6 Penentuan Dosis Pupuk Optimal Berdasarkan Teori The Law of Diminishing Returns (LDR)

α maka H0 ditolak maka secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat dan sebaliknya bila H0 diterima maka secara bersama-sama variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Berdasarkan kurva The Law of Diminishing Returns (LDR) dapat kita ketahui apakah penggunaan pupuk oleh petani sudah optimal atau tidak optimal. Optimal dapat diketahui apabila Average Product (AP) berada di titik maksimum dan ketika Average Product (AP) sama dengan Marginal Product (MP)sampai


(58)

ketika Marginal Product (MP) berada dititik 0 dan Total Product (TP) berada dititik maksimum yang sering disebut titik optimum.

3.4.7 Perbandingan Penggunaan Pupuk yang Digunakan Petani dengan Nilai Optimal Berdasarkan Teori The Law of Diminishing Returns (LDR)

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif, dan menggunakan model T-test mean compare untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara penggunaan pupuk secara efisien dengan penggunaan pupuk oleh petani sayuran. Pengolahan data digunakan dengan menggunakan alat bantu software spss 17.

Dengan kriteria uji :

1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel - t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0 2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05) - Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima - Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : 3.5.1 Defenisi

1. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi.


(59)

2. Usahatani sayuran ialah kegiatan yang dilakukan seseorang di dalam pembudidayaan tanaman sayuran (kubis, kubis bunga dan wortel) dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.

3. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input dan output. Sehingga faktor produksi dapat diartikan sebagai faktor yang mempengaruhi total produksi.

4. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan (

X

).

5. Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas.

6. Efisiensi teknis merupakan proses pengubahan input menjadi output, kombinasi antara kapasitas dan kemampuan unit kegiatan ekonomi untuk memproduksi sampai tingkat output maksimum dari input dan teknologi. Efisiensi teknis dikatakan tercapai apabila Average Product berada di titik maksimum.

7. Efisiensi harga merupakan kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk beroperasi pada tingkat nilai produk marjinal (Marginal Value Product) sama dengan biaya marjinal (Marginal Cost).


(60)

8. Efisiensi ekonomi manakala petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan, tetapi dapat menjual produksinya dengan harga yang tinggi.

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk merupakan kemungkinan alasan petani menggunakan pupuk pada tanaman sayuran.

10. Harga sayuran ialah harga jual sayuran yang berlaku di daerah penelitian dalam Rupiah.

11. Harga pupuk ialah harga input pupuk anorganik yang dipakai petani sayuran di daerah penelitian dalam Rupiah.

12. Pengalaman petani ialah kejadian yang pernah dialami petani sayuran ketika dalam proses budidaya sayuran di daerah penelitian.

13. Pupuk pada penelitian ini ialah pupuk kimia/ anorganik.

14. Dosis (dose ; dosage) merupakan takaran obat, pupuk, pestisida, dsb; menyatakan banyaknya bahan (dalam kilogram) persatuan bobot badan atau satuan luas lahan, yang akan menghasilkan efek yang optimal.

15. Kesesuaian penggunaan pupuk merupakan ketika penggunaan pupuk seharusnya sama dengan penggunaan pupuk oleh petani sayuran.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

2. Data yang digunakan adalah data penggunaan faktor produksi pupuk pada usahatani sayuran.


(61)

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Kecamatan Tigapanah merupakan salah satu sentra penghasil sayuran di Kabupaten Karo. Kecamatan Tigapanah memiliki luas wilayah 186,84 Km2 dan terletak 1.192-1.376 meter dpl. Kecamatan Tigapanah berbatasan langsung dengan kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Karo, antara lain sebagai berikut:

a. Sebelah Utara :Kecamatan Dolat Raya dan Kecamatan Berastagi b. Sebelah Selatan :Kecamatan Merek

c. Sebelah Barat :Kecamatan Juhar, Munte, dan Kaban Jahe d. Sebelah Timur :Kecamatan Merek dan Kecamatan Barus Jahe. Dari segi penduduk, Kecamatan Tigapanah memiliki penduduk sebesar 29.976 jiwa berdasarkan sumber BPS Tigapanah 2012. Kecamatan Tigapanah terbagi atas 26 desa. Pada penelitian analisis penggunaan pupuk pada tanaman sayuran ( Kubis, Kubis Bunga dan Wortel) ini lokasinya berada di tiga desa yaitu Desa Aji Jahe, Desa Aji Buhara dan Desa Aji Julu. Berikut ini deskripsi Desa Aji Jahe, Desa Aji Buhara dan Desa Aji.

4.1.1 Desa Aji Jahe

Letak Geografis dan Luas Wilayah

Desa Aji Jahe memiliki luas wilayah 1000 Ha dengan ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Desa Aji Jahe berjarak 14 Km dari Kantor Bupati Kabupaten Karo di Kabanjahe dan berjarak 7 Km dari Kantor Kecamatan Tigapanah.


(62)

Luas lahan dan penggunaan lahan di Desa Aji Jahe dapat dilihat pada Tabel 4.1, sebagai berikut :

Tabel 4.1 Luas wilayah Desa Aji Jahe menurut penggunaannya

No Penggunaan lahan Luas (Ha)

1 Sawah 0

2 Bukan sawah 673

3 Bukan pertanian 327

Jumlah 1000

Sumber : BPS, Karo dalam angka 2013

Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar lahan di Desa Aji Jahe diperuntukkan untuk lahan pertanian bukan sawah yakni sebesar 673 Ha.

Keadaan penduduk

Pada tahun 2013 penduduk Desa Aji Jahe terdiri dari 1401 jiwa dengan rincian 392 kepala keluarga, 685 laki-laki dan 716 perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk pada setiap Km2 adalah 140 jiwa/ Km2. Dari segi agama penduduk, di Desa Aji Jahe 79 diantaranya beragama muslim, 1.314 beragama Kristen protestan, dan 8 beragama Kristen katolik.

Luas lahan yang sebagian besar diperuntukkan untuk lahan pertanian bukan sawah yakni 673 Ha menunjukkan keadaan alamnya bagus untuk melakukan usaha pertanian. Alasan baik tersebut mendorong warga sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Penduduk Desa Aji Jahe Berdasarkan mata pencaharian

No Mata pencaharian Penduduk

1 Petani 916

2 Industri rumah Tangga 3

3 PNS 14

4 Lainnya 14

Jumlah 947


(63)

Gambar 4.1 Grafik penduduk Desa Aji Jahe menurut mata pencaharian Sumber : BPS,Karo dalam angka 2013

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk Desa Aji Jahe berprofesi sebagai petani yaitu sebesar 97%.

4.1.2 Desa Aji Julu

Letak Geografis dan Luas Wilayah

Desa Aji Julu memiliki luas wilayah 516 Ha dengan ketinggian 1300 m di atas permukaan laut. Desa Aji Julu berjarak 16 Km dari Kantor Bupati Kabupaten Karo di Kabanjahe dan berjarak 9 Km dari Kantor Kecamatan Tigapanah.

Luas lahan dan penggunaan lahan di Desa Aji Julu dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3 Luas wilayah Desa Aji Julu menurut penggunaannya

No Penggunaan lahan Luas (Ha)

1 Sawah 0

2 Bukan sawah 347

3 Bukan pertanian 169

Jumlah 516

Sumber : BPS,Karo dalam angka 2013

Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar lahan di Desa Aji Julu diperuntukkan untuk lahan pertanian bukan sawah yakni sebesar 347 Ha.

Keadaan penduduk 0%

20% 40% 60% 80% 100%

Petani Industri rumah

Tangga


(64)

Pada tahun 2013 penduduk Desa Aji Julu terdiri dari 1367 jiwa dengan rincian 382 kepala keluarga, 677 laki-laki dan 690 perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk pada setiap Km2 adalah 265 jiwa/ Km2. Dari segi agama penduduk, di Desa Aji Julu 123 diantaranya beragama muslim, 983 beragama Kristen protestan, dan 261 beragama Kristen katolik.

Luas lahan yang sebagian besar diperuntukkan untuk lahan pertanian bukan sawah yakni 347 Ha menunjukkan keadaan alamnya bagus untuk melakukan usaha pertanian. Alasan baik tersebut mendorong warga sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4 Penduduk Desa Aji Julu Berdasarkan mata pencaharian

No Mata pencaharian Penduduk

1 Petani 873

2 Industri rumah Tangga 2

3 PNS 32

4 lainnya 20

Jumlah 927

Sumber : BPS,Karo dalam angka 2013

Gambar 4.2 Grafik penduduk Desa Aji Julu menurut mata pencaharian Sumber : BPS, Karo dalam angka 2013

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk Desa Aji Julu bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebesar 94%.

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Petani Industri rumah

Tangga


(65)

4.1.3 Desa Aji Buhara

Letak Geografis dan Luas Wilayah

Desa Aji Buhara memiliki luas wilayah 450 Ha dengan ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Desa Aji Buhara berjarak 15 Km dari Kantor Bupati Kabupaten Karo di Kabanjahe dan berjarak 8 Km dari Kantor Kecamatan Tigapanah. Secara geografis disebelah utara berbatasan dengan Desa Aji Julu, disebelah selatan berbatasan dengan Desa Aji Mbelang, disebelah timur berbatasan dengan Desa Bukit Kecamatan Dolat Raya, disebelah Barat berbatasan dengan Desa Aji Jahe.

Keadaan penduduk

Pada tahun 2013 penduduk Desa Aji Buhara terdiri dari 794 jiwa dengan rincian 215 kepala keluarga, 399 laki-laki dan 395 perempuan. dengan tingkat pendidikan, usia, dan mata pencaharian yang berbeda.

Penduduk di Desa Aji Buhara memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5 Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tinggkat Pendidikan Jumlah (jiwa)

1 Belum Sekolah 73

2 Tidak Tamat SD 96

3 Tamat SD 140

4 Tamat SMP 222

5 Tamat SMA 217

6 Perguruan Tinggi 46

Jumlah 794

Sumber : Profil Desa 2014

Berdasarkan Tabel 4.5 sebagian besar penduduk memiliki tingkatan pendidikan pada strata SMP sebesar 222 jiwa dan SMA sebesar 217 jiwa.

Penduduk Desa Aji Buhara berdasarkan tingkatan usia dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut :


(1)

1 .732a .536 .500 98.99632 .536 14.998 3 39 .000 a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Pupuk (X1), Harga Kubis Bunga (X2)

b. Dependent Variable: Dosis Pupuk Y

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 440944.035 3 146981.345 14.998 .000a

Residual 382210.617 39 9800.272

Total 823154.651 42

a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Pupuk (X1), Harga Kubis Bunga (X2) b. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 326.886 157.927 2.070 .045

Harga Pupuk (X1) 8.873E-5 .000 .729 6.632 .000

Harga Kubis Bunga (X2) -.009 .034 -.031 -.278 .783

Pengalaman Bertani (X3) -.010 1.792 .000 -.006 .996


(2)

Lampiran 8. Hasil

Analisis Statistik

Kubis

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Pengalaman

Bertani (X3), Harga Pupuk (X1), Harga Kubis (X2)a

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .596a .355 .234 70.75871 .355 2.940 3 16 .065

a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Pupuk (X1), Harga Kubis (X2)

b. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Dosis Pupuk (Y) 6.0825E2 80.87149 20

Harga Pupuk (X1) 3.8888E6 7.35078E5 20

Harga Kubis (X2) 1.0400E3 354.51969 20


(3)

1 Regression 44155.028 3 14718.343 2.940 .065a

Residual 80108.722 16 5006.795

Total 124263.750 19

a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Pupuk (X1), Harga Kubis (X2) b. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 357.514 107.465 3.327 .004

Harga Pupuk (X1) 5.976E-5 .000 .543 2.653 .017

Harga Kubis (X2) -.009 .056 -.037 -.151 .882

Pengalaman Bertani (X3) 1.864 1.961 .233 .950 .356

a. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

Lampiran 9. Hasil Analisis Statistik Wortel

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Dosis Pupuk (Y) 1.9382E2 48.15760 17

Harga Pupuk (X1) 1.7005E6 4.04216E5 17

Harga Wortel (X2) 2.4706E3 1012.27757 17 Pengalaman Bertani (X3) 12.6471 7.36496 17


(4)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Pengalaman

Bertani (X3), Harga Wortel (X2), Harga Pupuk (X1)a

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .983a .966 .958 9.89227 .966 122.064 3 13 .000

a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Wortel (X2), Harga Pupuk (X1)

b. Dependent Variable: Dosis Pupuk Y

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 35834.330 3 11944.777 122.064 .000a

Residual 1272.141 13 97.857

Total 37106.471 16

a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Wortel (X2), Harga Pupuk (X1) b. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

1 (Constant) 9.440 13.810 .684 .506


(5)

Harga Wortel (X2) -.003 .003 -.060 -1.140 .275 -.266 -.302 -.059 Pengalaman

Bertani (X3) -.489 .339 -.075 -1.443 .173 .055 -.371 -.074

a. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

Lampiran 10. Hasil Analisis

One Sample T-Test

Kubis

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Dosis Pupuk Petani 20 6.0825E2 80.87149 18.08341

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Dosis Pupuk Petani 33.636 19 .000 608.25000 570.4010 646.0990

Lampiran 11. Hasil Analisis

One Sample T-Test

Kubis Bunga

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Dosis Pupuk Petani 43 6.6372E2 139.99614 21.34921

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Dosis Pupuk


(6)

Lampiran 12. Hasil Analisis

One Sample T-Test

Wortel

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Dosis Pupuk Petani 17 1.9391E2 48.13952 11.67555

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper


Dokumen yang terkait

Sikap Petani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pestisida dan Pupuk pada Tanaman Sayuran Kubis Di Kabupaten Karo

1 4 126

Sikap Petani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pestisida dan Pupuk pada Tanaman Sayuran Kubis Di Kabupaten Karo

0 0 11

Sikap Petani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pestisida dan Pupuk pada Tanaman Sayuran Kubis Di Kabupaten Karo

0 0 1

Sikap Petani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pestisida dan Pupuk pada Tanaman Sayuran Kubis Di Kabupaten Karo

0 0 10

Sikap Petani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pestisida dan Pupuk pada Tanaman Sayuran Kubis Di Kabupaten Karo

0 1 21

Sikap Petani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pestisida dan Pupuk pada Tanaman Sayuran Kubis Di Kabupaten Karo

0 0 3

Sikap Petani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pestisida dan Pupuk pada Tanaman Sayuran Kubis Di Kabupaten Karo

0 0 44

Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Sayuran (Kubis, Kubis Bunga, Dan Wortel)(Studi Kasus : Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Botani Wortel (Daucus carota L.) - Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Sayuran (Kubis, Kubis Bunga, Dan Wortel)(Studi Kas

0 0 26

KATA PENGANTAR - Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Sayuran (Kubis, Kubis Bunga, Dan Wortel)(Studi Kasus : Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

0 0 17