Pendekatan Saintifik TINJAUAN PUSTAKA

yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Kegiatan menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat Permendikbud, 2013: 36. c. Mengumpulkan Informasi Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek kejadian, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat Permendikbud, 2013: 36. d. MengasosiasikanMengolah InformasiMenalar Kegiatan mengasosiasimengolah informasimenalar adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkaneksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta- kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori Permendikbud, 2013: 36. e. Menarik kesimpulan Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan Permendikbud, 2013: 36. f. Mengkomunikasikan Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar Permendikbud, 2013: 36.

F. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Berbeda halnya dengan kegiatan mengajar yang bersifat ekspositori, dalam pelaksanaan kegiatan mengajar yang mengaktifkan siswa, guru tidak begitu banyak melakukan aktivitas. Aktivitas lebih banyak dilakukan oleh siswa, walaupun demikian, tidak berarti guru harus tinggal diam. Guru memberi petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa, megarahkan, menguasai, dan mengadakan evaluasi. Kalau dalam pelaksanaan mengajar guru banyak melakukan kegiatan yang bersifat teknis-prosedural, maka dalam rencana pengajaran, guru banyak melakukan kegiatan yang bersifat konseptual. Kemampuan-kemampuan apa yang diharapkan tumbuh dan dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran, serta bentuk aktivitas apa yang cocok dan yang paling baik untuk menguasai kemampuan tersebut. Semua kegiatan belajar yang akan dilakukan oleh siswa hendaknya dicantumkan dalam rencana pengajaran atau telah dibuat skenarionya dalam rencana pengajaran Ibrahim, 1996: 44. Dalam kaitannya dengan pendidikan anak usia SD, guru perlu mengetahui benar sifat-sifat serta karakteristik siswa agar dapat memberikan pembinaan dengan baik dan tepat sehingga dapat meningkatkan potensi kecerdasan dan kemampuan siswanya sesuai dengan kebutuhan anak. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, guru harus mengenal betul perkembangan fisik dan mental serta intelektual siswanya. Siwa kelas IV SD, biasanya berumur 9 – 10 tahun. Anak berusia 9 – 10 tahun telah sampai ke tahap realisme reflektif. Sikap anak terhadap dunia kenyataan bertambah intelektualitas artinya ia mulai berpikir terhadap realita. Keterangan-keterangan guru dan orang tua tidak hanya ditelan mentah-mentah, makin mendalam. Keterangan berdasar pengalaman berganti dengan keterangan berdasar hasil proses berpikir, sekalipun masih sederhana. Adanya perubahan ini kadang-kadang menyebabkan nilai hasil belajar anak menurun Soemanto, 1977: 58. Kuhn dan Franklin 2006: 74 menyatakan bahwa karakteristik yang sangat menonjol pada anak usia sekolah dasar 6-12 tahun adalah rasa ingin tahu yang sangat besar. Hal ini terjadi karena anak usia tersebut sangat memerlukan banyak pengetahuan dan pengalaman untuk memenuhi celah-celah kekurangan pengetahuan di dalam memory store-nya, selain keingindekatan dengan objek nyata dan lingkungan alam sekitar. Hal ini juga ditunjang oleh teori perkembangan intelektual dari Piaget, bahwa anak usia 6 – 12 tahun termasuk dalam fase operasional konkret dan merupakan usia strategis yang sangat peka terhadap proses pembentukan fondasi pengetahuan, keterampilan, kesadaran, sikap, serta partisipasi. Dasar filosofi, epistemologi, dan ontologi konstruktivisme mengindikasikan bahwa prinsip-prinsip konstruktivisme pada hakikatnya memberikan wider mandates kepada individu anak untuk mengembangkan potensi melalui curiosity dan Inquiry nya. Hal itu semua mungkin bisa tercapai dengan baik kalau di dalam proses pembelajaran dibimbing, difasilitasi dan didampingi oleh guru yang mempunyai anthusiastic, intelligent, dan appreciative Barlia, 2011: 340. Dengan dimplementasikannya prinsip-prinsip konstruktivisme dalam proses pembelajaran sains di sekolah dasar, diharapkan dapat memupukkembangkan kekhasan karakteristik yang dipunyainya seoptimal mungkin. Proses pembelajaran sains di sekolah dasar dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip konstruktivisme secara benar dan komprehensip diasumsikan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada anak didik walaupun kita sepakat bahwa cara mengajar dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip konstruktivisme bukan satu-satunya cara, metode atau model mengajar yang paling baik, serta diharapkan dapat mendidik dan membiasakan anak didik menggunakan cara- cara ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Diharapkan pengimplementasian prinsip-prinsip konstruktivisme dapat mendidik manusia-manusia masa depan yang berkeahlian dan berketerampilan tepat guna. Lebih jauh lagi, diharapkan dapat membantu anak didik menjadi orang Indonesia yang melek sains dan teknologi Barlia, 2011: 349.

Dokumen yang terkait

PROFIL KEMAMPUAN GURU KELAS V SD NEGERI DALAM MELAKUKAN PENILAIAN PADA MATA PELAJARAN IPA SE-KECAMATAN RAJA BASA, BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2009/2010

0 4 13

PROFIL KEMAMPUAN GURU KELAS V SD NEGERI DALAM MELAKUKAN PENILAIAN PADA MATA PELAJARAN IPA SE-KECAMATAN RAJA BASA, BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2009/2010

0 5 2

Kajian Implementasi Pembelajaran IPA Berdasarkan Kurikulum 2013 pada Kelas IV SD Negeri Se-Kecamatan Enggal Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014

0 5 59

PROFIL GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN RAJABASA BANDAR LAMPUNG

0 2 52

PROFIL GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN RAJABASA BANDAR LAMPUNG

0 8 58

PROFIL GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN RAJABASA BANDAR LAMPUNG

0 6 57

PROFIL GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 (Studi Deskriptif pada Guru IPA Kelas VII SMP Negeri di Bandar Lampung)

0 8 62

PROFIL GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 ( Studi Deskriptif Pada Guru IPA Kelas VIII SMP Negeri Di Bandar Lampung)

0 6 63

PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA (Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas IV dan V Semester Genap SD Negeri 3 Rajabasa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016)

0 11 65

PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA (Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas IV dan V Semester Genap SD Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016)

18 103 62