PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA (Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas IV dan V Semester Genap SD Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016)
ABSTRAK
PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas IV dan V Semester Genap SD Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016)
Oleh
NURUL ROFIQOTUS SHOLIHAH
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil kemampuan kerjasama danpolakerjasamadalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV dan kelas V SD Negeri 1 Rajabasa.Sampel penelitian adalah siswa kelas IVb dan Va berjumlah 54 siswa yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sederhana. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, angket siswa, angket guru dan wawancara guru. Data kualitatif berupa pola kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA diperoleh dari lembar observasi, data kualitatif berupa kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA diperoleh darilembar observasi dan angket siswa yang dianalisis dengan menghitung presentase dan di interpretasikan kedalam tabel kriteria kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA serta diperkuat dengan angket guru dan wawancara guru.
(2)
iii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kemampuan kerjasama siswa pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Rajabasa termasuk dalam kriteria
“sedang”sebesar 56%, dengan aspek kemampuan kerjasama yang tertinggi yaitu “menerima tanggung jawab” dan “berada dalam tugas”. Sedangkan pola
kerjasama yang terbentuk pada siswa SD Negeri 1 Rajabasa yaitu pola kerjasama berbeda dan pola kerjasama suplementer. Pola kerjasama yang paling menonjol yaitu pola kerjasama berbeda yang dilakukan oleh 5 kelompok.
(3)
PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas IV dan V Semester Genap SD Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016)
(Skripsi)
Oleh
NURUL ROFIQOTUS SHOLIHAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2016
(4)
ABSTRAK
PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas IV dan V Semester Genap SD Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016)
Oleh
NURUL ROFIQOTUS SHOLIHAH
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil kemampuan kerjasama danpolakerjasamadalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV dan kelas V SD Negeri 1 Rajabasa.Sampel penelitian adalah siswa kelas IVb dan Va berjumlah 54 siswa yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sederhana. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, angket siswa, angket guru dan wawancara guru. Data kualitatif berupa pola kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA diperoleh dari lembar observasi, data kualitatif berupa kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA diperoleh darilembar observasi dan angket siswa yang dianalisis dengan menghitung presentase dan di interpretasikan kedalam tabel kriteria kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA serta diperkuat dengan angket guru dan wawancara guru.
(5)
iii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kemampuan kerjasama siswa pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Rajabasa termasuk dalam kriteria
“sedang”sebesar 56%, dengan aspek kemampuan kerjasama yang tertinggi yaitu “menerima tanggung jawab” dan “berada dalam tugas”. Sedangkan pola
kerjasama yang terbentuk pada siswa SD Negeri 1 Rajabasa yaitu pola kerjasama berbeda dan pola kerjasama suplementer. Pola kerjasama yang paling menonjol yaitu pola kerjasama berbeda yang dilakukan oleh 5 kelompok.
(6)
PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas IV dan V Semester Genap SD Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016)
Oleh
NURUL ROFIQOTUS SHOLIHAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2016
(7)
(8)
(9)
(10)
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Subang, Jawa Barat pada tanggal 09 September 1994, merupakan anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak H. Moh Tarsidi dengan Ibu Hj. Idoh Faridah. Penulis beralamatkan di Dsn Krajan Desa Sukahaji RT/RW. 04/02, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Jawa Barat. No.Hp penulis 08561222108.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 1 Bungur Jaya (2000-2006), SMP Negeri 2 Jatisari (2006-2009), SMA Negeri 1 Cikampek (2009-2012). Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM).
Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Cukuh Balak dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kec. Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus (Tahun 2015), dan melakukan penelitian pendidikan di SD Negeri 1 Rajabasa untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd. (Tahun 2016).
(11)
ix
MOTTO
Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha
Penyayang”. (Q.S Az-Zumar [39]: 53)
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah” (Thomas Alva
Edison)
“Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah” (Abu Bakar Sibli)
(12)
x
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Teriring doa dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulis persembahkan skripsi ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku yang tulus kepada:
Ayahanda tercinta H. Moh Tarsidi dan Ibunda Hj. Idoh Faridah, yang telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh doa terbaik, kesabaran dan
limpahan kasih sayang yang takkan pernah bisa terbalas.
Kakakku tercinta Muhammad Taufik yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan doa terbaik.
(13)
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA (Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas IV dan V Semester Genap SD Negeri 1 Rajabasa Tahun Ajaran 2015/2016)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 2. Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas
Lampung;
3. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;
4. Berti Yolida, S. Pd., M. Pd., selaku Ketua Program Studi dan sekaligus pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;
5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;
(14)
xii
6. Kepala sekolah SD Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian;
7. Teman satu tim skripsi Evi Yunita Sari, Ferlyn Normatilova, Niki Harfa Julita, terima kasih untuk kebersamaan dan dukungannya;
8. Para sahabat Ratna Yuningsih, Indri Puspita, Lina Yunita Sari, Lala Barodatul Fauziah, Dwi Rahmawati, Dwi Mustika, Lia Lestari, Dwi Respita, Dian Puspita Sari, Farhanah yang selalu memberikan semangat yang luar biasa dan dukungan yang tiada henti;
9. Rekan-rekan Pendidikan Biologi 2012 yang selalu memberikan dukungan.
Akhir kata, Alhamdulillahirobbil’alamiin skripsi ini telah selesai dengan baik dan penulis persembahkan karya terbaik penulis ini untuk semuanya, harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 21 Desember 2016 Penulis
(15)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
F. Kerangka Pikir ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Kerjasama ... 9
B. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 19
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25
B. Populasi dan Sampel ... 25
C. Desain Penelitian ... 25
D. Prosedur Penelitian ... 26
E. Data Penelitian danTeknik Pengumpulan Data ... 28
1.Data Penelitian ... 28
2.Teknik Pengumpulan Data ... 28
F. Teknik Analisis Data ... 31
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36
B. Pembahasan ... 43
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 59
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
LAMPIRAN 1. Angket Kemampuan Kerjasama Siswa dalam Pembelajaran IPA ... 68
(16)
2. Angket Peran Guru dan Ketertarikan Siswa dalam Pembelajaran ... 70
3. Lembar Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa ... 71
4. Keterangan dan Skor Kriteria ... 73
5. Lembar Observasi Pola Kerjasama Siswa ... 74
6. Rubrik Penilaian Angket Kemampuan Kerjasama ... 75
7. Rubrik Penilaian Angket Peran Guru dan Ketertarikan Siswa Dalam Pembelajaran ... 76
8. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa ... 77
9. Wawancara Guru ... 79
10.Data Penelitian ... 82
11.Silabus Kelas IV ... 91
12.RPP Kelas IV ... 95
13.Silabus Kelas V ... 110
14.RPP Kelas V ... 126
15.Surat Izin Penelitian ... 136
16.Surat Balasan Penelitian ... 137
(17)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kisi-kisi angket siswa tentang kemampuan kerjasama dalam
kelompok ... 29
2. Kisi-kisi angket peran guru dalam pembelajaran dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran ... 29
3. Kisi-kisi lembar observasi tentang kemampuan kerjasama siswa ... 29
4. Kisi-kisi lembar observasi tentang pola kerjasama siswa ... 30
5. Daftar pertanyaan wawancara guru ... 30
6. Kriteria kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA kelas IV dan V ... 33
7. Kriteria penilaian angket siswa ... 34
8. Kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA ... 38
9. Kemampuan kerjasama siswa per indikator ... 38
10.Kemampuan kerjasama menurut pendapat siswa ... 40
11.Kemampuan kerjasama menurut pendapat siswa per indikator ... 41
(18)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Pikir... 8
2. Siswa Bermusyawarah dan Berpartisipasi Mengerjakan Tugas ... 45
3. Siswa Berkomunikasi Untuk Mengurangi Ketegangan ... 46
4. Siswa Mengerjakan Tugas Sebagai Tanggung Jawab ... 46
5. Siswa Menerima Tanggung Jawab ... 48
6. Siswa Selalu Berada dalam Tugas ... 49
7. Siswa Bertanggung Jawab Terhadap Tugas ... 50
8. Siswa Mengerjakan Tugas Bersama-Sama (Pola Suplementer) ... 54
(19)
1
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia termasuk Indonesia di abad 21 dihadapkan pada sebuah tuntutan akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu
berkompetisi (Widhy, 2013: 1), salah satunya adalah kemampuan berkomunikasi dan berkerjasama secara efektif dengan berbagai pihak (BSNP, 2010: 44). Kerjasama timbul karena adanya kesamaan tujuan yang akan dicapai, tanpa adanya kerjasama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, serta sekolah (Soekanto, 2007: 66).
Pada kenyataannya saat ini tindakan kerjasama yang terjadi di masyarakat sudah banyak mengalami perubahan, salah satu kegiatan kerjasama yang mengalami perubahan yaitu bentuk kerjasama kerukunan seperti gotong royong. Pada sebagian kecil masyarakat Indonesia bentuk kegiatan kerjasama gotong royong sudah mengalami perubahan bentuk yakni digantikan dengan uang (Anggorowati, 2015: 39). Selain kenyataan kurangnya kerjasama yang terjadi didalam masyarakat, fakta tentang kurangnya kerjasama juga terjadi di antara siswa. Hal ini dapat terlihat dari sebuah berita tentang perkelahian yang melibatkan dua orang siswa sekolah dasar yang berujung pada kematian di SDN 07 Pagi Kebayoran Lama,
(20)
2
menurut penuturan dari kepolisian Jakarta Selatan, perkelahian berawal dari saling ejek ketika perlombaan menggambar, pelaku diduga memukul bagian dada dan menendang bagian kepala korban (Aziza dalam Kompas, 2015). Selain itu, berita tentang perkelahian antara siswa SD juga terjadi di SDN Ngablak, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, perkelahian bermula dari perselisihan antara pelaku dan korban yang merupakan teman sekelas, perkelahian ini mengakibatkan luka parah pada korban sehingga berujung pada kematian (Sugiyarto dalam Tribunnews, 2014).
Kondisi yang memperhatinkan di kalangan siswa tersebut sudah jelas memperlihatkan masih rendahnya kemampuan kerjasama diantara siswa. Sehingga untuk mempersiapkan generasi yang lebih baik dan berkarakter serta yang mempunyai kemampuan kerjasama harus disiapkan melalui sebuah pendidikan, salah satunya dengan pendidikan IPA. Karena bila IPA diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis, serta bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidak hanya mata pelajaran yang bersifat hapalan belaka, dan mata pelajaran IPA mempunyai nilai- nilai pendidikan yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan (Samatowa, 2011: 4).
Pada saat ini pendidikan IPA telah mengalami pergeseran yang lebih menekankan proses belajar mengajar dan metode penelitian yang menitikberatkan konsep bahwa dalam belajar seseorang mengkontribusi pengetahuannya (Tawil, 2014: 3). Pembelajaran IPA sangat berperan dalam
(21)
3
proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta pemahaman tentang alam semesta. Pembelajaran IPA pada saat ini dilaksanakan dengan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered learning) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif (creative thinking) dan berpikir kritis (critical thinking), mampu memecahkan masalah, melatih kemampuan inovasi dan menekankan pentingnya kolaborasi dan komunikasi (Widhy, 2013: 11).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru IPA kelas IV dan kelas V di SD Negeri 1 Rajabasa diketahui bahwa
pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sudah menggunakan metode diskusi, namun hanya pada materi tertentu saja. Sehingga dengan kondisi seperti ini sudah dapat memberikan kesempatan siswa untuk bekerjasama dengan baik dan menumbuhkan interaksi sosial dengan siswa lainnya, tetapi tidak semua guru kelas V di SD Negeri 1 Rajabasa menggunakan metode diskusi, hanya guru kelas Va saja yang terkadang menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran IPA.
Banyak penelitian tentang peningkatan kerjasama siswa dalam
pembelajaran, salah satunya penelitian Apriyani (2012) dengan hasil adanya peningkatan kerjasama siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran tutor sebaya di SMP Negeri 1 Karangnongko Kelas VIII A. Hal ini dapat dilihat dari indikator yang meliputi keterlibatan dalam kerja kelompok sebelum tindakan 35,29% dan setelah tindakan 70,59%, tanggung jawab dalam kerja kelompok sebelum tindakan 29,41% setelah
(22)
4
tindakan 64, 70%, dan kepercayaan dalam kerja kelompok sebelum tindakan 17,70% dan setelah tindakan 58,82%.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai kerjasama harus ditanamkan dari sejak dini dalam jenjang pendidikan terutama dalam jenjang pendidikan sekolah dasar. Pada usia siswa sekolah dasar yaitu 7- 12 tahun masih memiliki karakteristik berupa rasa ingin tahu yang sangat tinggi dan pada pembelajarannya masih belajar secara tematik, sehingga dapat membentuk karakter atau kepribadian anak secara
keseluruhan yang salah satunya memiliki kepribadian bekerjasama yang baik. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis perlu melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Profil Kemampuan Kerjasama Siswa dalam Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar Negeri 1 Rajabasa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana profil kemampuan kerjasama siswa kelas IV dan V dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung? 2. Bagaimana pola kerjasama siswa kelas IV dan V dalam pembelajaran
(23)
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
1. Profil kemampuan kerjasama siswa kelas IV dan V dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung
2. Pola kerjasama siswa kelas IV dan V dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Peneliti
Dapat memberi wawasan atau gambaran jika kelak menjadi guru untuk melatih kemampuan kerjasama pada siswa, terlebih melatih
kemampuan kerjasama dalam pembelajaran IPA. 2. Guru
Dapat memberikan wawasan serta informasi untuk melatih
keterampilan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar.
3. Sekolah
Memberikan informasi dalam perbaikan proses pembelajaran serta untuk meningkatkan mutu pembelajaran terutama dalam pembelajaran IPA.
(24)
6
E. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Kerjasama merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan siswa untuk saling berbagi ilmu dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. 2. Profil kemampuan kerjasama yang diukur meliputi aspek musyawarah di dalam kelompok,partisipasi dalam kelompok, menerima tanggung jawab, mengurangi ketegangan, dan berada dalam tugas.
3. Pola kerjasama adalah karakteristik yang harus dimiliki oleh setiap anggota kelompok, ciri-ciri untuk melihat pola kerjasama yaitu tidak ada pembagian tugas oleh ketua kelompok, anggota harus berkumpul, tugas dikerjakan secara bersama-sama, adanya pembagian tugas oleh ketua kelompok, setiap anggota memiliki peran tugasnya masing-masing, dikerjakan secara individu sesuai dengan tugas yang dibagikan lalu berkumpul untuk mendiskusikan.
4. Pembelajaran IPA merupakan konsep pembelajaran tentang alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Materi IPA pada semester genap untuk kelas IV mencakup gaya; energi panas dan bunyi; energi alternatif; permukaan bumi dan benda langit; lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan; sumber daya alam. Sedangkan untuk materi IPA kelas V pada
semester genap mencakup hubungan gaya, gerak dan energi; sifat-sifat cahaya; tanah dan pembentukkan tanah; struktur bumi; air; dan
(25)
7
F. Kerangka Pikir
Keberhasilan proses pembelajaran IPA di kelas banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor pendukung seperti suasana sekolah, suasana kelas, guru, metode pembelajaran, bahan ajar, serta kurikulum. Suasana sekolah dan suasana kelas yang kondusif akan berpengaruh kepada kegiatan
pembelajaran IPA di kelas sehingga dapat membentuk peserta didik berkelakuan baik dan dapat meningkatnya prestasi akademik. Selain itu, dalam pembelajaran guru memiliki peranan sangat penting seperti dalam menggunakan metode pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran IPA guru harus berinovasi mengunakan metode pembelajaran tidak selalu
menggunakan metode konvensional secara terus menerus karena metode konvensional hanya mengarah pada satu arah, sesekali guru harus menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi akademik siswa. Oleh karena itu, dalam pencapaian keberhasilan proses kegiatan pembelajaran guru merupakan faktor pendukung yang memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
Bahan ajar yang digunakan oleh guru juga merupakan faktor terpenting yang berikutnya dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran IPA, karena bahan ajar merupakan representasi dari penjelasan guru didepan kelas serta bahan ajar juga memiliki kedudukan untuk mencapai kompetensi inti yang dikehendaki. Faktor terakhir yaitu kurikulum, kurikulum merupakan suatu faktor yang paling pokok dalam kegiatan pembelajaran karena kurikulum
(26)
8
merupakan pedoman atau acuan bagi guru dalam melakasanakan proses pembelajaran.
Apabila semua faktor-faktor yang mendukung suatu kegiatan pembelajaran IPA sudah dilaksanakan dengan baik maka kegiatan pembelajaran IPA di kelas akan berhasil. Keberhasilan kegiatan pembelajaran IPA ini nantinya akan menghasilkan produk siswa yang memiliki kemampuan kerjasama yang baik .
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Suasana
Sekolah Suasana
Kelas
Metode Pembelajaran
Bahan Ajar
Kurikulum Kegiatan Pembelajaran IP
Kemampuan Kerjasama Siswa
(27)
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemampuan Kerjasama
Kerjasama merupakan kepedulian satu orang atau satu pihak dengan orang atau pihak lain yang tercermin dalam satu kegiatan yang menguntungkan sumua pihak dengan prinsip saling percaya, menghargai dan adanya norma yang mengatur (Zainudin dalam Nasia, 2014: 65). Sementara itu, menurut Jhonson dalam Fitri (2015: 2) kerjasama merupakan sifat sosial bagian dari kehidupan masyarakat yang tidak bisa dielakkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kerjasama menurut Soekanto (2007: 66) adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, tanpa adanya kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah.
Bekerjasama akan membuat seseorang mampu melakukan lebih banyak hal daripada jika bekerja sendirian. Sebuah riset yang dilakukan pada bidang aktivitas dan upaya manusia membuktikan bahwa jika dilakukan dengan adanya kerjasama secara kelompok maka akan mengarah pada efesiensi dan efektivitas yang lebih baik (West dalam Nurnawati, 2012: 2).
(28)
10
Mengenai manfaat kerjasama bagi manusia sebagai makhluk sosial dalam melangsungkan kehidupannya, Surminah (2013: 104) menuliskan enam manfaat kerjasama sebagai berikut:
“Kerjasama mendorong persaingan di dalam pencapaian tujuan dan peningkatan produktivitas; Kerjasama mendorong berbagai upaya individu agar dapat bekerja lebih produktif, efektif, dan efisien; Kerjasama mendorong terciptanya sinergi sehingga biaya
operasionalisasi akan menjadi semakin rendah yang menyebabkan kemampuan bersaing meningkat; Kerjasama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antarpihak terkait serta meningkatkanrasa kesetiakawanan; Kerjasama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat kelompok; Kerjasama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang terjadi dilingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan melestarikan situasi dan kondisi yang telah baik”.
Lima karakterisitik suatu kelompok kerjasama menurut Jhonson (dalam Ihsan, 2014: 7) pertama, adanya ketergantungan antara individu- individu dalam kelompok untuk mencapai tujuan. Kedua, adanya interaksi atau tatap muka diantara anggota kelompok. Ketiga, adanya akuntabilitas dan tanggung jawab personal dari setiap anggota kelompok. Keempat, adanya keterampilan komunikasi interpersonal dan kelompok kecil. dan yang kelima adanya keterampilan kerjasama dalam sebuah kelompok.
Jenis kerjasama berdasarkan kedudukan atau status pelaku dapat dibedakan menjadi dua menurut Saputra (2005: 42) yakni kerjasama setara dan kerjasama tak setara. Jenis kerjasama setara terjadi antara dua orang yang mempunyai kedudukan yang sama, seperti kerjasama anak dengan anak. Serta kerjasama tak setara, jenis kerjasama ini terjadi antara orang dengan
kedudukan atau posisi berbeda, namun keduanya saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Sedangkan jenis kerjasama berdasarkan proses
(29)
11
kerjanya dapat dibedakan menjadi tiga yakni kerjasama berkawan, kerjasama ini dilakukan dengan berkumpul bersama-sama untuk menambah kesenangan dalam rangka melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab mereka. Kerjasama suplementer, jenis kerjasama ini harus dilakukan secara langsung dan bersama untuk mencapai tujuan bersama, setiap anggota harus berkumpul untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara bersama-sama. dan yang
terakhir adalah kerjasama berbeda, kerjasama ini dilakukan melalui pembagian tugas secara teratur, kegiatan terbagi-bagi dan tidak sama satu orang dengan yang lainnya.
Kerjasama dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi kerjasama spontan (spontaneous cooperation) yaitu kerjasama serta merta, tanpa adanya suatu perintah atau tekanan tertentu. Kerjasama langsung (directed cooperation) yaitu kerjasama yang berasal dari perintah atasan atau penguasa. Kerjasama kontrak (contractual cooperation) yaitu kerjasama atas dasar atau perjanjian tertentu. Serta kerjasama tradisional (traditional cooperation) yaitu kerjasama sebagai sistem sosial (Soekanto, 1990). Apabila dilihat dari pelaksanaannya, kerjasama memiliki bentuk- bentuk seperti kerukunan, yaitu bentuk
kerjasama yang meliputi gotong royong dan tolong menolong. Kerjasama yang umumnya terjalin di dalam masyarakat merupakan bentuk kerjasama tradisional seperti gotong royong. Gotong royong merupakan salah satu budaya khas Indonesia yang sarat akan nilai luhur, dan terus menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai (Anggorowati, dkk., 2015: 39). Kedua, bargaining yaitu pelaksanaan pertukaran barang dan jasa antara organisasi atau lebih sesuai perjanjian. Selanjutnya kooptasi
(30)
(co-12
optation) yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam organisasi demi kestabilan organisasi yang bersangkutan. Koalisi (coalition) yaitu perpaduan dua organisasi atau lebih dengan tujuan yang sama. Serta yang terakhir joint-venture yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya perfilman, pemboran minyak, pertambangan, dan perhotelan (Sunaryo, 2004: 267).
Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kerjasama yaitu: (a) faktor lingkungan keluarga, dalam faktor lingkungan keluarga terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi kemampuan kerjasama seperti status ekonomi keluarga, apabila perekonomian keluarga baik maka terdapat
peluang untuk mengembangkan kerjasama. Keutuhan keluarga, keluarga yang lengkap akan memberikan kesempatan lebih baik untuk dapat menjalin
interaksi dalam kehidupan sehari-hari tetapi jika keluarga yang broken home akan mempengaruhi kemampuan berinteraksi karena ada rasa malu dan kurang percaya diri, dan hal yang mempengaruhi kemampuan kerjasama yang terkhir yaitu sikap dan kebiasaan orang tua. (b) faktor dari luar rumah, faktor ini biasanya meliputi lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah
(Rachmawati, 2010: 15).
Menurut Smith (dalam Barkley, E Elizabert., K. P. Cross., dan C. H. Major, 2012: 13) kerjasama dalam pembelajaran bukan hanya sekedar membuat para pelajar duduk bersama dalam sebuah meja untuk saling berbicara antara satu dengan yang lain sambil mengerjakan tugas-tugas individual mereka.
(31)
13
mendiskusikan materi dengan pelajar lain, atau berbagi materi di antara para pelajar, meskipun semua ini memang penting di dalam pembelajaran. Menurut Dillenbourg (dalam Santoso, 2013: 16) pembelajaran kolaboratif adalah suatu situasi di mana dua orang atau lebih belajar atau mencoba belajar sesuatu secara bersama-sama. Sedangkan menurut Jhonson (dalam Gillies, 2009: 933) pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi merupakan praktik pedagogis yang telah menarik banyak penelitian selama tiga dekade terakhir, karena penelitian menunjukkan sebagian besar siswa baik dalam akademis maupun sosial memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Tujuan pembelajaran kolaboratif menurut Sulhan (dalam Funali, 2014: 60-61) yaitu untuk memaksimalkan proses kerjasama yang terjadi secara alamiah antar siswa, menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, mengembangkan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, mendorong eksplorasi bahan pengajaran yang melibatkan
bermacam- macam sudut pandang, menghargai pentingnya konteks sosial, menumbuhkan hubungan yang saling mendukung dan saling menghargai diantara siswa ataupun diantara siswa dengan guru, serta membangun semangat belajar sepanjang hayat.
Peran guru dalam model pembelajaran kolaboratif adalah sebagai mediator. Guru menghubungkan informasi baru terhadap pengalaman siswa dengan proses belajar di bidang lain, membantu siswa menentukan apa yang harus
(32)
14
dilakukan jika siswa mengalami kesulitan, dan membantu mereka belajar tentang bagaimana caranya belajar (Utomo, 2011: 54).
Langkah- langkah pembelajaran kolaboratif menurut Sulhan dalam Funali (2012: 61)
a. Para siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri
b. Semua siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis c. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemontrasikan, meneliti menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah dalam LKS atau masalah yang ditemukan sendiri
d. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing siswa menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap e. Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak untuk melakukan
presentasi hasil diskusi kelompok di depan kelas
f. Masing-masing siswa dalam kelompok melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi terhadap laporan yang akan dikumpulkan
g. Laporan masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah di kumpulkan disusun perkelompok kolaboratif
h. Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.
Suatu pembelajaran yang menitikberatkan kerjasama dapat efektif digunakan apabila terdapat unsur-unsur sebagai berikut: (1) guru menekankan
(33)
15
pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual, (2) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar, (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar dengan teman sendiri, (4) guru menghendaki pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai masalah (Sanjaya dalam Rusman, 2015: 206).
1. Pola Kerjasama
Pola kerjasama yang sering terjadi dalam proses pembelajaran, dan memiliki beberapa karakteristik seperti tim berbagi tugas untuk mencapai tujuan pembelajaran, diantara anggota tim saling memberi masukan untuk lebih memahami masalah yang dihadapi, para anggota tim menguasakan kepada anggota lain untuk berbicara dan memberi masukkan, serta karakteristik yang terakhir diantara anggota tim ada saling ketergantungan (Ihsan, 2014: 9 ). Agar pembelajaran yang menitik beratkan pada kerjasama dapat berhasil dengan baik, penting untuk membentuk kelompok yang efektif,
pembentukkan kelompok yang efektif dapat dilihat dari jenis kelompok, yaitu kelompok dapat bersifat formal, informal atau dasar. Kemudian dapat dilihat dari ukuran kelompok, biasanya ukuran kelompok dalam kerja kolaboratif berkisar antara dua sampai enam siswa. Selanjutnya dapat dilihat dari keanggotaan kelompok, dalam memilih keanggotaan kelompok dapat menggunakan banyak cara seperti keanggotaan dapat dipilih secara acak, dapat dipilih oleh siswa, atau ditentukkan oleh guru (Barkley, E Elizabert., K. P. Cross., dan C. H. Major, 2012: 65).
(34)
16
Guru menggunakan berbagai strategi untuk pembagian kelompok kecil, salah satunya yaitu campuran gender. Mencoba untuk menyeimbangkan antara perempuan dan laki-laki. Tetapi dalam pembentukkan kelompok guru juga memilih berdasarkan kemampuan, dan persahabatan. Selain itu, ukuran kelompok untuk empat orang sedapat mungkin anggotanya terdiri dari dua orang laki-laki dan dua orang perempuan, karena kelompok ini akan bekerja secara baik dan benar-benar pandai (Gillies, 2009: 935). Sebuah studi pada interaksi siswa selama pelajaran matematika menurut Web (dalam Gillies, 2009: 935) menemukan bahwa jika jumlah anak laki-laki sedikit dalam kelompok mereka cenderung berinteraksi dengan lebih satu sama lain dan mengabaikan teman perempuan pada kelompok. Sebaliknya, jika dalam kelompok lebih banyak perempuan daripada laki-laki maka anak perempuan akan menghabiskan waktu lebih untuk melibatkan dalam diskusi. Namun, jika jumlah laki-laki dan perempuan dalam kelompok seimbang maka akan sama-sama interaktif dan tidak ada perbedaan dalam pencapaian hasil.
Membagi peran bagi setiap anggota kelompok berrtujuan untuk membuat siswa bersedia berpartisipasi dengan kelompok. Menurut Millis dan Cotell (dalam Barkley, E Elizabert., K. P. Cross., dan C. H. Major, 2012: 78- 79) mendefinisikan enam peran umum dalam kelompok, yaitu:
1. Fasilitator berperan sebagai pemimpin diskusi tim, dan membagi setiap anggota kelompok mengerjakan tugas agar semua anggota kelompok dapat berpartisipasi serta memiliki kesempatan untuk belajar.
2. Pencatat bertugas untuk mencatat semua kegiatan dan mecatat rangkuman diskusi, serta melengkapi tugas tertulis untuk dikumpulkan kepada guru
(35)
17
3. Pelapor berperan sebagai juru bicara dalam kelompok untuk
menyimpulkan dan merangkum kegiatan- kegiatan kelompok, pelapor juga membantu pencatat dalam mempersiapkan lembar kerja.
4. Pencatat waktu bertugas untuk selalu menyadari batas waktu yang dimiliki, menjaga agar semua anggota kelompok berada dalam tugasnya, bila ada anggota yang tidak hadir maka pencatat waktu dapat
menggantikan peran anggota tersebut.
5. Pemonitor berkas berperan sebagai pengambil berkas, mendistribusikan semua materi kepada semua anggota kelompok dan mengembalikan semua lembar tugas kepada semua anggota kelompok.
6. Kartu liar bertugas untuk menggantikan peran dari anggota kelompok yang tidak hadir.
Beberapa tipe kelas yang memang lebih kondusif bagi kerja kelompok menurut Silberman (dalam Barkley, E Elizabert., K. P. Cross., dan C. H. Major, 2012: 77) menuliskan tipe kelas sebagai berikut:
a. Auditorium atau aula bangku tetap
Siswa duduk berdekatan membentuk pasangan atau trio. Meski pasangan dapat membalik tempat dudukunya selama beberapa saat untuk bekerjasama dengan orang yang duduk dibelakang.
b. Laboratorium
Tempat yang paling banyak memiliki ruang- ruang kerja di mana kelompok dapat bekerja sama. Kelompok dengan berbagai ukuran dapat dibentuk dan dibentuk ulang sepanjang sesi kelas bergantung sesi laboratorium
c. Kursi- kursi yang dapat berpindah
Siswa dapat membentuk pasangan atau kelompok kecil karena siswa tidak memiliki tempat kerja khusus untuk satu kelompok.
d. Meja- meja yang dapat berpindah
Fleksibilitas yang ditawarkan oleh jenis penataan seperti ini
membuatnya ideal untuk beberapa macam kegiatan kelompok. Meja-meja dapat ditarik menjadi satu untuk menciptakan sebuah Meja-meja
(36)
18
konferensi yang besar. Meja- meja dan kursi juga dapat diatur membentuk pola U.
e. Seminar
Bagi kelas menjadi dua atau tiga tim, satu tim dapat bekerja di bagian tengah meja, dan tim lainnya dapat bekerja di dua sudut atau ujung meja lainnya.
2. Profil Kerjasama
Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Desi, 013: 4) terdapat empat profil kerjasama yaitu : (1) mendengarkan dengan sopan ketika orang lain berbicara dan memulai berbicara setelah orang lain selesai berbicara. (2) menghormati dan menghargai ide-ide atau gagasan-gagasan yang diberikan oleh orang lain. (3) merumuskan dan menangkap ide-ide yang diberikan oleh orang lain sebelum menyatakan ketidaksetujuan. (4) melakukan intrupsi dengan sopan. Serta yang terakhir yaitu mendorong setiap orang atau setiap anggotanya untuk berpartisipasi di dalam kelompok.
Peran yang harus dikembangkan siswa dalam berkelompok adalah: (1) mengarahkan, yaitu menyusun rencana yang akan akan dilaksanakan dan mengajukkan alternative untuk pemecahan masalah, (2) menerangkan, yaitu menjelaskan kepada anggota kelompok lain, (3) bertanya, yaitu mengajukkan pertanyaan untuk mengumpulkan informasi, (4) mengkritik, memberikan sanggahan dan mempertanyakan gagasan/ide yang diajukkan, (5) penengah, yaitu meredakan konflik dalam kelompok dan meminimalkan ketegangan yang terjadi diantara anggota kelompok. Setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab dalam kerja berkelompok yaitu bertanggung jawab terhadap tugas dan menyelesaikan tepat waktu (Ihsan, 2014: 10).
(37)
19
B. Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar
IPA merupakan konsep pembelajaran tentang alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga sehingga penemuannya dapat
dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Suhendi, 2012: 228).
Proses belajar dan mengajar IPA di sekolah dasar masih sangat statis, sekedar mengejar target pencapaian kurikulum yang telah ditentukan dan siswa kurang diajak berpartisipasi secara aktif baik secara fisik maupun secara mental. Dengan situasi pembelajaran yang statis interaksi guru dengan siswa, serta siswa dengan lingkungan belajarnya menjadi kurang optimal (Medriati, 2011: 51). Menurut Depdiknas (dalam Putrama, 2012: 81) pembelajaran IPA di SD/ MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Menurut Cullingford (dalam Sari, 2010: 87) dalam pembelajaran IPA anak harus diberikesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu, hal ini akan mendorong anak untuk mengembangkan cara berfikir logis.
Konteks IPA sesuai dalam hakekat pembelajarannya mengandung tiga hal yaitu konten atau produk, proses atau metode, dan sikap (Carin dan Sund
(38)
20
dalam Astuti, R., W. Sunarno., dan S. Sudarisman, 2012: 52). Hakekat IPA yang pertama yaitu IPA sebagai proses, proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam, artinya bahwa diperlukan suatu cara tertentu yang sifatnya analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain sehingga keseluruhannya membentuk sudut pandang yang baru tentang obyek yang diamati (Darmodjo, 1992: 5). Hakekat IPA yang kedua yaitu IPA sebagai produk memiliki komponen yang terdiri atas hukum dan teori, di dalam hukum dan teori itu terdapat komponen yang lebih kecil lagi yang disebut konsep, konsep merupakan produk dari proses ilmiah (Sukowati, 2014: 70). Serta Hakikat IPAyang terakhir yaitu IPA sebagai sikap, selain ada keterampilan proses yang dimiliki serta produk yang dihasilkan, diharapkan pula tumbuh sikap yang muncul setelah proses tersebut dilalui yaitu: terbuka, obyektif, berorientasi pada kenyataan, bertanggung jawab, bekerjasama, dan lain-lain (Siahaan, 2010: 3).
Tujuan kurikulum KTSP untuk pendidikan dasar adalah untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (BSNP, 2006: 10). Tujuan pengembangan kurikulum satuan tingkat pendidikan dalam cakupan mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri (Karsidi, 2007: 3).
(39)
21
Pembelajaran IPA untuk jenjang sekolah dasar dan sederajat menggunakan metode pembelajaran tematik terintegratif, dalam metode ini materi ajar tidak disampaikan berdasarkan mata pelajaran tertentu namun dalam bentuk tema-tema yang mengintegrasikan semua mata pelajaran (Anshori, 2014: 42). Ciri-ciri pembelajaran tematik terintegratif: (a) berpusat pada anak; (b)
memberikan pengalaman langsung pada anak; (c) pemisahan antar muatan pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu pemahaman dalam
kegiatan); (d) menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait antar muatan pelajaran yang satu dengan
lainnya); (e) bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan pelajaran); (f) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya) (Mawardi, 2014: 110).
Dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingakat perkembangan dan kebutuhan anak;
2. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran tematik bertolak belakang dari minat dan kebutuhan siswa;
3. Kegiatan belajar akan lebih bermakna bagi siswa, sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama;
4. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa; menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya;
(40)
22
5. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain (Rusman, 2012: 257-258).
Implementasi kurikulum 2013 membutuhkan perubahan paradigma
pembelajaran dari pembelajaran konvensional yang hanya dilakukan dikelas menjadi pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pembelajaran yang
disarankan dalam kurikulum 2013 harus menerapkan pendekatan saintifik (Sani, 2014: 5). Menurut Dyer (dalam Sani, 2014: 53) pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain mengamati, menanya, mencoba/mengumpulakan informasi, menalar/ asosiasi, membentuk jejaring.
Pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik antara lain :
a. Pembelajaran berbasis inkuiri adalah suatu strategi pembelajaran dimana guru dan siswa mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah atau proses menemukan dan menyelidiki masalah-masalah, menyusun hipotesa, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan tentang hasil pemecahan masalah (Darmodjo dalam Pusung, 2012). Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Irjan, 2008).
(41)
23
b. Pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah suatu tipe pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengadakan suatu percobaan dan menemukan sebuah prinsip dari hasil percobaan tersebut (Joolingen dalam Putrayasa, 2014: 3). Model pembelajaran discovery learning memiliki beberapa kelebihan, yaitu: 1) menambah pengalaman siswa dalam belajar, 2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih dekat lagi dengan sumber pengetahuan selain buku, 3) menggali kreatifitas siswa, 4) mampu meningkatkan rasa percaya diri pada siswa, dan 5) meningkatkan kerja sama antar siswa (Putrayasa, 2014: 3).
c. Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan pembelajaran yang inovatif yang menekankan pada kegiatan kompleks dengan tujuan pemecahan masalah dengan berdasar pada kegiatan inkuiri (Leviantan dalam Ramadhani, 2013: 5). Pada pembelajaran berbasis proyek kegiatan pembelajarannya berlangsung secara kolaboratif dalam kelompok yang heterogen. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang sangat besar untuk melatih proses berpikir siswa yang mengarah pada keterampilan berpikir kritis siswa. Keterampilan berpikir kritis dikembangkan di setiap tahapan pembelajaran model pembelajaran berbasis proyek, dan pada pembelajaran berbasis proyek guru berperan sebagai mediator dan fasilitator bagi siswa (Sastrika, 2013: 3).
d. Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dianggap memiliki karakteristik
(42)
24
pembelajaran saintifik. Pada pembelajaran berbasis masalah , peserta didik dituntut aktif untuk mendapatkan konsep yang dapat diterapkan dengan jalan memecahkan masalah, peserta didik akan mengeksplorasi sendiri konsep-konsep yang harus mereka kuasai, dan peserta didik diaktifkan untuk bertanya dan beragumentasi melalui diskusi, mengasah keterampilan investigasi, dan menjalani prosedur kerja ilmiah lainnya (Permana dalam Fauziah, Resti., A. G. Abdullah., dan D. L. Hakim 2013: 168). Model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan/keunggulan menurut Margondoller dan Bellisimo dalam Wasonowati (2014: 68). yaitu: (1) dapat membangun dan meningkatkan kerjasama dan komunikasi antar siswa, (2) siswa dibiasakan untuk
menemukan serta mengkontruksi pengetahuannya sendiri sehingga belajar akan menjadi lebih bermakna, dan (3) dapat meningkatkanaktivitas siswa, siswa yang mempunyai rata-rata keterampilan dan pengetahuan yang rendah akan belajar lebih giat dan aktif .
(43)
25
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 28 Maret sampai dengan 7 April 2016 di SD Negeri 1 Rajabasa Bandarlampung semester genap tahun ajaran 2015/2016.
B. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dan kelas V yang berjumlah 106 siswa. Sampel dalam penelitian yaitu kelas IVb berjumlah 23 siswa dan kelas Va berjumlah 31 siswa yang dipilih melalui teknik purposive sampling (Margono, 2010: 128). Pemilihan sampel ini didasarkan atas kriteria-kriteria tertentu yaitu berdasarkan pada penggunaan metode diskusi yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran IPA.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif sederhana (Sudaryono, 2013: 9). Desain deskriptif sederhana dilakukan untuk
mengambil informasi langsung yang ada dilapangan tentang deskripsi profil kemampuan kerjasama siswa di kelas IV dan V SD Negeri 1 Rajabasa dalam pembelajaran IPA.
(44)
26
D. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah dalam prosedur penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan untuk observasi kesekolah tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi kesekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti yaitu kelas IV dan kelas V.
c. Melakukan diskusi dengan guru yang bertujuan untuk mendapatkan informasi metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPA, dan di dapatkan informasi dari guru kelas IV bahwa semua guru terkadang menggunakan metode diskusi pada pembelajaran IPA pada materi tertentu , sedangkan guru kelas V hanya satu kelas yang
menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran IPA yaitu guru kelas V a.
d. Menetapkan sampel penelitian yang berdasarkan penggunaan metode diskusi yang dilakukan oleh guru yaitu siswa kelas IVb dan Va
e. Membuat instrumen-instrumen yang diperlukan dalam penelitian yaitu lembar observasi mengenai profil kemapuan kerjasama siswa dalam kelompok, angket yang diberikan kepada siswa, angket tentang peran guru dalam pembelajaran dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran, serta lembar wawancara yang ditujukkan kepada guru guna untuk
(45)
27
mempertegas jawaban dari angket yang telah diberikan kepada guru serta mempertegas jawaban dari angket siswa.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan pengamatan dikelas pada saat guru melakukan
pembelajaran IPA selama dua kali pertemuan pada masing-masing kelas.
b. Peneliti melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi dan video terkait dengan profil kemampuan kerjasama dan pola kerjasama siswa selama pembelajaran kelompok.
c. Memberikan angket kepada guru tentang proses belajar mengajar serta ketertarikan siswa dalam pembelajaran IPA serta melakukan
wawancara kepada guru yang bertujuan untuk mempertegas jawaban angket yang telah diberikan.
d. Memberikan angket kepada siswa tentang kemampuan kerjasama yang dilakukan dalam pembelajaran IPA.
e. Menganalisis hasil observasi siswa dan memberikan skor terkait dengan kemampuan kerjasama siswa dengan rumus yang sudah dibuat sebelumnya.
f. Mendeskripsikan profil kemampuan kerjasama siswa menggunakan kriteria yang sudah dibuat yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, sangat rendah, dan rendah.
(46)
28
E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Penelitian
Data penelitian ini berupa data kualitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini yaitu berupa profil kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA dilihat berdasarkan kriteria sangat tinggi, tinggi, sedang, sangat rendah, dan rendah. Serta pola kerjasama siswa yang terbentuk pada saat diskusi.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data diambil dengan menggunakan instrument penelitian sebagai berikut: a. Angket (Questionnaire)
Pengumpulan data pada penelitian diambil dengan menggunakan angket (questionnaire) yang mengacu pada Sudaryono (2013: 30). Angket ini diberikan kepada siswa dan guru, angket yang diberikan kepada siswa berkaitan dengan kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA pada saat diskusi kelompok, yang berisi 19 butir pertanyaan. Sedangkan angket yang diberikan kepada guru berkaitan dengan peranan guru dalam proses pembelajaran dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran yang berjumlah 10 butir pertanyaan.
Tabel 1. Kisi-Kisi Angket Siswa Tentang Kemampuan Kerjasama No. Aspek yang diukur Nomor Item
1 Musyawarah dalam kelompok 1,2,3,4,5 2 Partisipasi dalam kelompok 6,7,8,9 3 Menerima tanggung jawab 10,11,12,13
(47)
29
4 Mengurangi keteganggan 14,15,16
5 Berada dalam tugas 17,18,19
(Sumber: dimodifikasi dari Apriyani dan Harta, 2013; Maryanah, 2014; Rusman, 2012; Purnomo, 2008).
Tabel 2. Kisi- Kisi Angket Peranan Guru dalam Pembelajaran dan Ketertarikan Siswa dalam Pembelajaran
No. Indikator Nomor Item
1 Ukuran kelompok 1
2 Partisipasi guru dalam kelompok 2, 3
3 Penugasan oleh guru 4
4 Partisipasi siswa dalam pembelajaran 5, 6, 5 Ketertarikan siswa dalam pembelajaran 7, 8, 9, 10 (Sumber: BPPTKPU Dinas Pendidikan Jawa Barat 2011)
b. Observasi
Pengumpulan data dalam penelitian diambil menggunakan lembar observasi (Margono, 2010: 58). Lembar observasi ini digunakan untuk mendiskripsikan profil kemampuan kerjasama siswa yang terjadi pada saat pembelajaran IPA dan untuk mendeskripsikan pola kerjasama yang ditemukan pada setiap kelompok di kelas IV dan V SD Negeri 1
Rajabasa Bandarlampung pada saat diskusi.
Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Observasi Tentang Kemampuan Kerjasama Siswa
No. Aspek yang diukur Nomor Item 1 Musyawarah dalam kelompok 1, 2, 3, 4, 5 2 Partisipasi dalam kelompok 1, 2, 3, 4 3 Menerima tanggung jawab 1, 2, 3, 4 4 Mengurangi keteganggan 1, 2, 3
5 Berada dalam tugas 1, 2, 3
(Sumber: dimodifikasi dari Apriyani dan Harta, 2013; Maryanah, 2014; Rusman, 2012; Purnomo, 2008).
(48)
30
Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Tentang Pola Kerjasama Siswa
Pola kerjasama Ciri-ciri Nomer
item Kerjasama
Suplementer
Tidak ada pembagian tugas oleh ketua
kelompok 1
Anggota harus berkumpul 2 Tugas dikerjakan secara bersama-sama 3
Kerjasama Berbeda
Setiap anggota memiliki peran tugasnya
masing-masing 1
Dikerjakan secara individu sesuai dengan tuas yang dibagikan lalu berkumpul untuk mendiskusikan
2 (Sumber: Saputra, 2005: 42)
c. Wawancara
Pengumpulan data penelitian diambil menggunakan teknik wawancara (Sudaryono, 2013: 35). Wawancara ditujukkan kepada guru untuk mempertegas jawaban angket guru tentang peranan guru dalam pembelajaran dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran kelompok, selain itu juga wawancara bertujuan untuk mempertegas jawaban dari angket siswa tentang profil kemampuan kerjasama dalam pembelajaran IPA.
Tabel 5. Daftar Pertanyaan Wawancara Guru
No Pertanyaan
1. Bagaimana cara Bapak/Ibu membentuk kelompok di dalam kelas, berdasarkan :
a. Gender (homogen/heterogen) b. Nilai siswa
c. Absen siswa yang sesuai dengan abjad d. Urutan nomer absen ganjil atau genap e. Kemauan siswa sendiri
f. Sikap atau karakteristik siswa
2. Berapa jumlah anggota dalam setiap kelompok yang Bapak/ Ibu buat?
(49)
31
cara kerjasama dan aktivitas siswa saat diskusi?
4. Apakah dalam diskusi Bapak/Ibu mengatur jalannya diskusi pada masing-masing kelompok?
5. Bagaimana cara Bapak/Ibu mendorong siswa untuk belajar dalam kelompok?
6. Bentuk tugas seperti apa yang Bapak/Ibu berikan dalam diskusi?
7. Apakah Bapak/Ibu mendorong siswa mendengarkan gagasan dan pikiran siswa lainnya?
8. Bagaimana Bapak/Ibu mengingatkan siswa untuk berperan aktif dalam diskusi?
9. Apakah siswa menyenangi pembelajaran kelompok?
10 Apakah siswa tertarik untuk belajar bersama dan saling belajar dari siswa lain?
11. Apakah siswa merasa senang bertukar pendapat dan pikiran antar sesama mereka?
12. Apakah siswa antusias mengerjakan tugas mata pelajaran IPA secara berkelompok?
d. Dokumentasi
Peneliti mendokumentasikan proses pembelajaran guna dijadikan alat ukur. Pengumpulan data penelitian berupa rekaman video dan foto-foto (Sudaryono, 2013: 41). Selain rekaman video dan foto, pada penelitian ini juga melampirkan dokumentasi RPP dan silabus yang digunakan oleh guru yang bertujuan untuk mengetahui metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPA.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Data penelitian berupa profil kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA, yang diperoleh dari hasil lembar observasi, angket yang diberikan kepada guru dan siswa, serta wawancara yang diberikan kepada guru bertujuan untuk mempertegas jawaban dari angket guru dan siswa. Kemudian lembar observasi, dan angket siswa dianalisis dan dideskriptifkan
(50)
32
yang berguna untuk menunjang data penelitian. Selain itu, angket guru dan wawancara dideskriptifkan untuk menunjang penelitian.
A.Analisis kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA dan pola kerjasama siswa berdasarkan Lembar Observasi
Adapun langkah-langkah analisis lembar observasi pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Memberikan ceklis pada lembar observasi mengenai pola kerjasama dengan menyesuaikan ciri-ciri/karakteristik yang terlihat dikelompok dengan ciri-ciri/karakterisitik yang sudah ditentukan, seperti pola kerjasama suplementer memiliki ciri-ciri (1). Tidak ada pembagian tugas oleh ketua kelompok, (2). Anggota harus berkumpul, (3). Tugas dikerjakan secara bersama-sama. Sedangkan pola kerjasama berbeda memiliki ciri-ciri (1). Adanya pembagian tugas secara teratur oleh ketua kelompok, (2). Setiap anggota memiliki peran/tugasnya masing-masing, (3). Dikerjakan secara individu sesuai dengan tugas yang diberikan lalu berkumpul untuk mendiskusikan.
b. Mendeskripsikan secara sederhana pola kerjasama yang diperoleh dari lembar observasi
c. Mengklasifikasikan skor 0 (kurang), 1 (cukup), dan 2 (baik) yang diperoleh peneliti dari lembar observasi mengenai kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA.
d. Menghitung skor yang diperoleh dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus anlisis deskriptif persentase menurut Ali (2013: 201) sebagai berikut:
(51)
33
% = �
� × 100 Keterangan :
n = Nilai yang diperoleh responden
N = Nilai yang semestinya diperoleh responden
% = Persentase kemampuan kerjasama siswa kelas IV dan V
e. Hasil perhitungan dalam bentuk persentase kemudian diinterpretasikan dengan tabel kriteria tingkat kemampuan kerjasama siswa sebagai berikut:
Tabel 6. Kriteria kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA kelas IV dan V
No Kriteria Interval skor (%) 1. Sangat tinggi 81 – 100
2. Tinggi 61 – 80
3. Sedang 41 – 60
4. Rendah 21– 40
5. Sangat rendah 0-20
(Sumber : Riduwan, 2012: 89)
f. Mendeskripsikan secara sederhana data yang diperoleh dari hasil lembar observasi, langkah ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang profil kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA.
B.Analisis kemampuan kerjasama siswa berdasarkan Angket Siswa Adapun langkah-langkah untuk menganalisis angket siswa pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Mengklasifikasikan skor nilai 1 (Ya) dan skor nilai 0 (Tidak) sedangkan untuk pertanyaan dengan kalimat negatif mengklasifikasikan skor nilai 1 (Tidak) dan skor nilai 0 (Ya).
(52)
34
b. Setelah diberikan skor kemudian menghitung skor dari angket dalam bentuk presentasi dengan menggunakan rumus analisis deskriptif presentasi menurut Ali (2013: 201) sebagai berikut:
%= �
� ×100 Keterangan:
% = Presentase kemampuan kerjasama kelas IV dan V N = Jumlah seluruh skor
n = Jumlah skor yang diperoleh c. Setalah dilakukan analisis perhitungan, data
dikelompokkan kedalam kriteria standar sebagai berikut: Tabel 7. Kriteria penilaian angket siswa
No Kriteria Interval skor (%) 1. Sangat tinggi 81 – 100
2. Tinggi 61 – 80
3. Sedang 41 – 60
4. Rendah 21– 40
5. Sangat rendah 0-20
(Sumber : Riduwan, 2012: 89)
d. Mendeskripsikan secara sederhana data yang diperoleh dari hasil angket siswa untuk mendapatkan gambaran tentang profil kemampuan
kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA. C.Analisis Angket Guru
Adapun langkah-langkah menganalisis angket guru sebagai berikut: a. Terdapat 10 pertanyaan tentang peranan guru dalam pemberlajaran dan
ketertarikan siswa dalam pembelajaran
b. Angket ini diisi oleh guru, tidak ada mengklasifikasikan skor pada angket ini karena tidak dihitung nilai presentasenya, angket ini
(53)
35
bertujuan mempertegas atau memperkuat jawaban dari angket siswa dan memandingkan dengan lembar observasi.
c. Setelah mengetahui isi dari angket guru, lalu kemudian dideskripsikan. D.Analisis Wawancara Guru
Adapun langkah-langkah melakukan wawancara guru sebagai berikut: a. Wawancara pada penelitian ini ditujukkan kepada guru mata pelajaran
IPA di kelas IVb dan kelas Va setelah penelitian berakhir
b. Wawancara dilakukan setelah guru mengisi angket yang telah diberikan sebelumnya
c. Hasil dari wawancara ini tidak dihitung nilai presentasenya hanya dideskripsikan saja. Lembar wawancara pada penelitian ini hanya digunakan untuk mempertegas kembali jawaban guru dari angket yang telah diberikan, selain itu jawaban dari wawancara ini juga dapat digunakan untuk mempertegas jawaban dari angket siswa.
(54)
59
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.SIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Secara keseluruhan kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA
menunjukan kriteria “sedang” dengan rata-rata sebesar 56% dengan dua aspek kemampuan kerjasama yang memiliki krtieria “tinggi” yaitu aspek
“menerima tanggung jawab” dan aspek “berada dalam kelompok”. Apabila
dilihat kemampuan kerjasama setiap kelas, kelas IV memiliki kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA berkriteria “sedang” sebesar 50% dan kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA kelas V
memiliki kriteria “tinggi” dengan presentase sebesar 61%.
2. Secara umum terdapat dua pola kerjasama yang terbentuk yaitu pola kerjasama suplementer yang ditemukan pada 5 kelompok dan kerjasama berbeda yang ditemukan pada 3 kelompok. Apabila dilihat pola kerjasama setiap kelas, maka kelas IV yang memiliki pola kerjasama suplementer dengan ciri-ciri tidak ada pembagian tugas oleh ketua kelompok, anggota berkumpul untuk mengerjakan tugas secara bersama-sama terdapat pada kelompok 2, 3 dan 4 sedangkan pola kerjasama berbeda dengan ciri-ciri adanya pembagian tugas, setiap anggota memiliki peran/ tugasnya masing-masing, dan dikerjakan secara individu sesuai dengan tugas yang dibagikan
(55)
60
lalu berkumpul untuk mendiskusikan ditemukan pada kelompok 1. Pola kerjasama suplementer yang terbentuk di kelas V ditemukan di kelompok 3 dan 4 sedangkan pola kerjasama berbeda ditemukan di kelompok 1 dan 2.
B.SARAN
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Bagi guru, penggunaan diskusi kelompok pada siswa siswi sekolah dasar
sebagai salah satu alternatif menyampaikan materi-materi IPA, selain itu penggunaan diskusi juga dapat menumbuhkan kerjasama, tanggung jawab serta interaksi sosial diantara siswa.
2. Bagi peneliti berikutnya, jika ingin melakukan penelitian tentang kemampuan kerjasama siswa agar lebih mempersiapkan
(56)
62
DAFTAR PUSTAKA
Ajaja, O.P., dan Eravwoke, U, O. (2010). Effects of 5E Learning Cycle on Students Achievement in Biology and Chemistry. Cypriot Journal of Educational Science. Vol. 7, 244-262. (Online).
(http://www.world-education-center.org/inex.php/cjes/article/view/7.3.9, diakses pada tanggal 1 Sepetember 2016; Pukul 19.00 WIB)
Ali, M. 2013. Prosedur dan Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung. 233 hlm.
Apriyani, Dewi, dan I. Harta. 2012. Upaya Meningkatkan Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya (PTK Pada Siswa Kelas VIII A Semester Genap SMP Negeri 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013). Skripsi. (Online).
(http://eprints.ums.ac.id/26889/26/NASKAH.pdf, diaskes pada tanggal 4 Desember 2015; Pukul 19.00 WIB).
Anggrowati, Puput., dan Sarmini. 2015. Pelaksanaan Gotong Royong Di Era Global (Studi Kasus Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan). Vol. 01. No. 03. 15 hlm. (Online).
(http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-kewarganegaraa/article/view/10766/baca-artikel, diakses pada tanggal 5 Desember 2015; Pukul 19.00 WIB).
Anshori, Sodiq. 2014. Pembelajaran Tematik (Tematik Integrative) Mata
Pelajaran IPS Pada Kurikulum 2013. Jurnal Ilmiah PGSD. Vol. 6, No. 2. 12 hlm. (Online).
(http://jurnal.pgsdunj.org/index.php/pgsd/article/viewFile/122/118, diakses pada tanggal 16 Januari 2016; Pukul 22.00 WIB).
Astuti, R., W. Sunarno., dan S. Sudarisman. 2012. Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode Eksperimen Bebas Termodifikasi Dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau Dari Sikap Ilmiah dan Motivasi Belajara Siswa. Jurnal Inkuiri. Vol. 1, No. 1. 9 hlm. (Online). (https://core.ac.uk/download/files/478/12346061.pdf, diakses pada tanggal 10 Desember 2015; Pukul 21.20 WIB).
(57)
63
Asyari, Muslichah. 2006. Penerapan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains Di SD. Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.
Aziza, Kurnia Sari. 2015. Berawal dari Ejekan, Perkelahian Siswa Kelas 2 SD Itu Berujung Kematian. (Online).
(http://megapolitan.kompas.com/read/2015/09/19/17421981/Berawal.dari. Ejekan.Perkelahian.Siswa.Kelas.2.SD.Itu.Berujung.Kematian, diakses pada tanggal 9 Maret 2016; Pukul 21.45 WIB).
Badan Standar Nasional Pendidikan . 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Di Abad-21. BSNP. Jakarta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP. Jakarta. 24 hlm.
Barkley, E Elizabert., K. P. Cross., dan C. H. Major. 2012. Collaborative
Learning Techniques. Terjemahan Oleh Nurlita Yusron. Nusmed-Studio. Bandung. 444 hlm.
BPPTKPU. 2011. Lesson Study. Dinas Pendidikan Jawa Barat. Jawa Barat. Darmodjo, Hendro. 1992. Pendidikan IPA 2. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta.
Desi. 2013. Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Pada Materi Pesawat Sederhana Di Kelas V SDN 13/I Muara Bulian. (Online) .
(http://e-campus.fkip.unja.ac.id/eskripsi/data/pdf/jurnal_mhs/artikel/A12D110025_ 429.pdf, diaskes pada tanggal 02 Februari2016; Pukul 21.15 WIB). Fauziah, Resti., A. G. Abdullah., dan D. L. Hakim. 2013. Pembelajaran Saintifik
Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Invotec. Vol. 9, No. 2. 13 hlm. (Online).
(http://jurnal.upi.edu/file/06._Resti_Fauziah_165-178pdf_.pdf, diakses pada tanggal 14 Desember 2015; Pukul 14.00 WIB).
Fitri, F., dan D. A. Kusumaningtyas. 2015. Penerapan Metode Pembelajaran Tugas Kelompok Sebagai Alternatif Peningkatan Kerjasama Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika, Sains, dan Teknologi. Vol. 01, No. 01. (Online). (http://omega.uhamka.ac.id/index.php/omega/article/download/8/23, diakses pada tanggal 14 Desember 2015; Pukul 12.00 WIB).
(58)
64
Funali, Mochamad. 2014.Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kolaborasi Pada Siswa Kelas V Sdn I Siboang. Jurnal Kreatif Tadulako OnlineVol. 4, No. 1. (Online).
(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/3266/2314, diakses pada tanggal 12 Desember 2015; Pukul 21.00 WIB).
Gillies, Robyn M dan M. Boyle. 2009. Teacher’s Reflecations On Cooperative Learning: Issues Of Implementation. Teaching and Teacher Education. 26 (2010). 7 hlm.
Ihsan, Faris. 2014. Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Peserta Diklat Melalui Pembelajaran Kolaboratif. (Online).
(http://bkddiklat.ntbprov.go.id/wp- content/uploads/2014/09/Meningkatkan-Keterampilan-Kerjasama-Peserta-Diklat-Melalui-Pembelajaran-Kolaboratif.pdf, diaskes pada 31 Januari 2016; Pukul 19.24 WIB).
Irjan. 2008. Optimalisasi Proses Dan Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Ipa) Pada Sekolah Dasar (Sd) / Madrasah Ibtidaiyah (Mi). Vol. 1, No.1. 10 hlm. ( Online).
(http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/madrasah/article/viewFile/1853/pdf, diakses pada tanggal 29 Desember 2015; Pukul 21.00 WIB).
Karsidi. 2007. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD dan MI. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo. 28 hlm.
Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Maryanah, F. 2014. Penerapan Model Buzz Group Untuk Meningkatkan
Kerjasama dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS. Skripsi. (Online).
(http://eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN%20SKRIPSI.pdf, diakses pada tanggal 11 Januari 2016; Pukul 13.00 WIB).
Medriati, Rosane. 2011. Pengembangan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Aplikasi Konsep (Studi Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Bidang Sains Di Sekolah Dasar. Jurnal Excata. Vol. 9, No. 2. (Online).
(http://repository.unib.ac.id/534/1/08.%20Rosane%20Medriati%20Hal.% 2051-58.pdf, diakses pada tanggal 15 Januari 2016; Pukul 15.00 WIB). Mawardi. 2014. Pemberlakuan Kurikulum SD/MI Tahun 2013 Dan Implikasinya
(59)
65
Scholaria. Vol. 4. No. 3. 16 hlm. (Online).
(http://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/download/96/85, diakses pada tanggal 22 Januari 2016; Pukul 13.00 WIB).
Nasia, S., B. Saneba., dan Hasdin. 2014. Meningkatkan Kerjasama Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Value Clarification Technique (VCT) di Kelas IV GKLB Sabang. Jurnal Kreatif Tadulako Online. Vol. 2 No. 3. 14 hlm. (Online).
(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/2932/2012, dikases pada tanggal 14 Januari 2016; Pukul 21.40 WIB).
Nurhamzah, N. 2012. Profil Kecakapan Hidup Generik dan Penguasaan Konsep Siswa pada Ssistem Ekskresi Melalui Metode Diskusi dan Praktikum. Jurnal. 48 hlm. (Online). (
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704339_chapter3.pdf, diakses pada tanggal 29 Januari 2016, Pukul 21.00 WIB).
Putrayasa, I Made. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Vol. 2, No. 1. (Online).
(http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download/.../256 1, diakses pada tanggal 24 Desember 2015; Pukul 22.00 WIB).
Pusung, Supit. 2012. Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep IPA Menggunakan Alat IPA Sederhana Di Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar Prndidikan Dasar. Vol. 1, No. 1. (Online).
(https://fipunima.files.wordpress.com/2012/05/program-studi-jurnal-pgsd.pdf, diakses pada tanggal 12 Januari 2016; Pukul 13.00 WIB). Purnomo, Heri. 2008. Kemampuan Bekerjasama dan Proses Pembiasaannya
Melalui Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Empat Pilar Penddikan. Tesis. (Online). (http://lib.unnes.ac.id/16955/1/4001506001.pdf, diakses pada tanggal 10 Januari 2016; Pukul 18.00 WIB).
Rachmawati, Yeni dan E. Kurniawati. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Prenada Media Group. Jakarta. 202 hlm. Ramadhani, F., S. Santosa., dan Ngadiman. 2013. Upaya Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Akuntansi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning). Jupe UNS. Vol. 1, No. 1. 12 hlm. (Online). (https://core.ac.uk/download/files/478/12346416.pdf, diakses pada tanggal 10 Januari 2016; Pukul 17.30 WIB).
(60)
66
Rusman. 2012. Model- Model Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 418 hlm.
Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar. PT. Indeks. Jakarta. 180 hlm.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Bumi Aksara. Jakarta. 306 hlm.
Santoso, Singgih. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif dan Motivasi Belajar Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah. Berkala Fisika Indonesia. Vol. 5, No.1. (Online).
(http://journal.uad.ac.id/index.php/BFI/article/download/245/167, diakses pada tanggal 01 Januari 2016; Pukul 08.00 WIB).
Saputra, Yudha. 2005. Pembelajaran Kooperatif Untuk meningkatkan Ketrampilan Anak TK. Depdiknas. Jakarta.
Sari, Kitri Nur Indah. 2010. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Maribaya Karanganyar Purbalingga. Jurnal Kependidikan Dasar.Vol. 1, No. 1. (Online).
(http://journal.unnes.ac.id › Beranda › Vol 1, No 1 (2010), diakses pada tanggal 14 Januari 2016; Pukul 21.00 WIB).
Sastrika, I. A. K., I. W. Sadia., dan I. W. Muderawan. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Pemahaman Konsep Kimia Dan Keterampilan Berpikir Kritis. e-Journal Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha. Vol. 3. (Online).
(http://undana.ac.id/jsmallfib_top/JURNAL/PENDIDIKAN/PENDIDIKA N_2013/PENGARUH%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20BERBASI S%20PROYEK.pdf, diakses pada tanggal 23 Januari 2016; Pukul 14.50 WIB).
Siahaan, Parsaoran. 2010. Hakikat Sains Dan Pembelajarannya Disampaikan dalam Pelatihan Guru MIPA Papua Barat tahun 2010. Bandung. Pendidikan Fisika FPMIPA-UPI Bandung. (Online).
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/1958030119
80021-PARSAORAN_SIAHAAN/Makalah-
Modul/Pelatihan_Guru_MIPA_Papua_Barat-11-15_Januari_2010/HAKIKAT_SAINS_DAN_Pembelajaran_IPAx.pdf, diakses pada tanggal 15 Desember 2015; Pukul 13.00 WIB).
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 327 hlm.
(61)
67
Sudaryono., G. Margono., dan W. Rahayu. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta. 174 hlm.
Sugiyarto. 2014. Anak SD di Kediri Tewas Berkelahi dengan Teman Kelas. (Online). (http://www.tribunnews.com/regional/2014/04/25/anak-sd-di-kediri-tewas-berkelahi-dengan-teman, diakses pada tanggal 10 Maret 2016; Pukul 19.43 WIB).
Sukowati, Kanti. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Gaya Dan Gerak Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas VI A SDN Darungan 01 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 3, No. 4. 9 hlm. (Online).
(http://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/article/view/986/788, diakses pada tanggal 18 Februari 2016; Pukul 17.00 WIB).
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC. Jakarta.
Surminah, Iin. 2013. Pola Kerjasama Lembaga Litbang Dengan Pengguna Dalam Manajemen Litbang (Khasus Balai Penelitian Tanaman Pemanis Dan Serat). Jurnal Bina Praja. Vol 5, No 2. 11 hlm. (Online).
(http://ejurnalbpp.com/ojs/index.php/jbp/article/viewFile/92/89, diakses pada tanggal 19 Januari 2016; Pukul 15.45 WIB).
Tawil, Muhammad dan Liliasari. 2014. Keterampilan- Keterampilan Sains dan Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA. Badan Penerbit UNM. Makassar. 143 hlm.
Utomo, Bendot Tri. 2011. Penerapan Pembelajaran Kolaboratif Dengan Asesmen Teman Sejawat Pada Mata Pelajaran Matematika SMP. JP3. Vol. 1, No. 1. (Online).
(https://jurnaljp3.files.wordpress.com/2013/09/bendot-tri-utomo.pdf, diakses pada tanggal 08 Desember 2015; Pukul 13.40 WIB).
Wasonowati, Ratna Rosidah Tri. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Hukum- Hukum Dasar Kimia
Ditinjau Dari Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia. Vol. 3, No. 3. (Online).
(http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia/article/download/4244/2988, diakses pada tanggal 26 Desember 2015; Pukul 21.00 WIB).
Widhy, Purwanti. 2013. Langkah Pengembangan Pembelajaran IPA Pada Implementasi Kurikulum 2013. (Online).
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/purwanti-widhy-hastuti-spd-mpd/worksheet-integrated-sc.pdf, diaskes pada 5 Desember 2015; Pukul 23.08 WIB).
(62)
68
Zuriah, Nurul. 2011. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. 276 hlm.
(1)
Asyari, Muslichah. 2006. Penerapan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains Di SD. Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.
Aziza, Kurnia Sari. 2015. Berawal dari Ejekan, Perkelahian Siswa Kelas 2 SD Itu Berujung Kematian. (Online).
(http://megapolitan.kompas.com/read/2015/09/19/17421981/Berawal.dari. Ejekan.Perkelahian.Siswa.Kelas.2.SD.Itu.Berujung.Kematian, diakses pada tanggal 9 Maret 2016; Pukul 21.45 WIB).
Badan Standar Nasional Pendidikan . 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Di Abad-21. BSNP. Jakarta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP. Jakarta. 24 hlm.
Barkley, E Elizabert., K. P. Cross., dan C. H. Major. 2012. Collaborative
Learning Techniques. Terjemahan Oleh Nurlita Yusron. Nusmed-Studio. Bandung. 444 hlm.
BPPTKPU. 2011. Lesson Study. Dinas Pendidikan Jawa Barat. Jawa Barat. Darmodjo, Hendro. 1992. Pendidikan IPA 2. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta.
Desi. 2013. Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Pada Materi Pesawat Sederhana Di Kelas V SDN 13/I Muara Bulian. (Online) .
(http://e-campus.fkip.unja.ac.id/eskripsi/data/pdf/jurnal_mhs/artikel/A12D110025_ 429.pdf, diaskes pada tanggal 02 Februari2016; Pukul 21.15 WIB). Fauziah, Resti., A. G. Abdullah., dan D. L. Hakim. 2013. Pembelajaran Saintifik
Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Invotec. Vol. 9, No. 2. 13 hlm. (Online).
(http://jurnal.upi.edu/file/06._Resti_Fauziah_165-178pdf_.pdf, diakses pada tanggal 14 Desember 2015; Pukul 14.00 WIB).
Fitri, F., dan D. A. Kusumaningtyas. 2015. Penerapan Metode Pembelajaran Tugas Kelompok Sebagai Alternatif Peningkatan Kerjasama Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika, Sains, dan Teknologi. Vol. 01, No. 01. (Online). (http://omega.uhamka.ac.id/index.php/omega/article/download/8/23, diakses pada tanggal 14 Desember 2015; Pukul 12.00 WIB).
(2)
Funali, Mochamad. 2014.Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kolaborasi Pada Siswa Kelas V Sdn I Siboang. Jurnal Kreatif Tadulako OnlineVol. 4, No. 1. (Online).
(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/3266/2314, diakses pada tanggal 12 Desember 2015; Pukul 21.00 WIB).
Gillies, Robyn M dan M. Boyle. 2009. Teacher’s Reflecations On Cooperative Learning: Issues Of Implementation. Teaching and Teacher Education. 26 (2010). 7 hlm.
Ihsan, Faris. 2014. Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Peserta Diklat Melalui Pembelajaran Kolaboratif. (Online).
(http://bkddiklat.ntbprov.go.id/wp- content/uploads/2014/09/Meningkatkan-Keterampilan-Kerjasama-Peserta-Diklat-Melalui-Pembelajaran-Kolaboratif.pdf, diaskes pada 31 Januari 2016; Pukul 19.24 WIB).
Irjan. 2008. Optimalisasi Proses Dan Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Ipa) Pada Sekolah Dasar (Sd) / Madrasah Ibtidaiyah (Mi). Vol. 1, No.1. 10 hlm. ( Online).
(http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/madrasah/article/viewFile/1853/pdf, diakses pada tanggal 29 Desember 2015; Pukul 21.00 WIB).
Karsidi. 2007. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD dan MI. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo. 28 hlm.
Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Maryanah, F. 2014. Penerapan Model Buzz Group Untuk Meningkatkan
Kerjasama dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS. Skripsi. (Online).
(http://eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN%20SKRIPSI.pdf, diakses pada tanggal 11 Januari 2016; Pukul 13.00 WIB).
Medriati, Rosane. 2011. Pengembangan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Aplikasi Konsep (Studi Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Bidang Sains Di Sekolah Dasar. Jurnal Excata. Vol. 9, No. 2. (Online).
(http://repository.unib.ac.id/534/1/08.%20Rosane%20Medriati%20Hal.% 2051-58.pdf, diakses pada tanggal 15 Januari 2016; Pukul 15.00 WIB). Mawardi. 2014. Pemberlakuan Kurikulum SD/MI Tahun 2013 Dan Implikasinya
(3)
Scholaria. Vol. 4. No. 3. 16 hlm. (Online).
(http://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/download/96/85, diakses pada tanggal 22 Januari 2016; Pukul 13.00 WIB).
Nasia, S., B. Saneba., dan Hasdin. 2014. Meningkatkan Kerjasama Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Value Clarification Technique (VCT) di Kelas IV GKLB Sabang. Jurnal Kreatif Tadulako Online. Vol. 2 No. 3. 14 hlm. (Online).
(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/2932/2012, dikases pada tanggal 14 Januari 2016; Pukul 21.40 WIB).
Nurhamzah, N. 2012. Profil Kecakapan Hidup Generik dan Penguasaan Konsep Siswa pada Ssistem Ekskresi Melalui Metode Diskusi dan Praktikum. Jurnal. 48 hlm. (Online). (
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704339_chapter3.pdf, diakses pada tanggal 29 Januari 2016, Pukul 21.00 WIB).
Putrayasa, I Made. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Vol. 2, No. 1. (Online).
(http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download/.../256 1, diakses pada tanggal 24 Desember 2015; Pukul 22.00 WIB).
Pusung, Supit. 2012. Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep IPA Menggunakan Alat IPA Sederhana Di Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar Prndidikan Dasar. Vol. 1, No. 1. (Online).
(https://fipunima.files.wordpress.com/2012/05/program-studi-jurnal-pgsd.pdf, diakses pada tanggal 12 Januari 2016; Pukul 13.00 WIB). Purnomo, Heri. 2008. Kemampuan Bekerjasama dan Proses Pembiasaannya
Melalui Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Empat Pilar Penddikan. Tesis. (Online). (http://lib.unnes.ac.id/16955/1/4001506001.pdf, diakses pada tanggal 10 Januari 2016; Pukul 18.00 WIB).
Rachmawati, Yeni dan E. Kurniawati. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Prenada Media Group. Jakarta. 202 hlm. Ramadhani, F., S. Santosa., dan Ngadiman. 2013. Upaya Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Akuntansi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning). Jupe UNS. Vol. 1, No. 1. 12 hlm. (Online). (https://core.ac.uk/download/files/478/12346416.pdf, diakses pada tanggal 10 Januari 2016; Pukul 17.30 WIB).
(4)
Rusman. 2012. Model- Model Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 418 hlm.
Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar. PT. Indeks. Jakarta. 180 hlm.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Bumi Aksara. Jakarta. 306 hlm.
Santoso, Singgih. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif dan Motivasi Belajar Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah. Berkala Fisika Indonesia. Vol. 5, No.1. (Online).
(http://journal.uad.ac.id/index.php/BFI/article/download/245/167, diakses pada tanggal 01 Januari 2016; Pukul 08.00 WIB).
Saputra, Yudha. 2005. Pembelajaran Kooperatif Untuk meningkatkan Ketrampilan Anak TK. Depdiknas. Jakarta.
Sari, Kitri Nur Indah. 2010. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Maribaya Karanganyar Purbalingga. Jurnal Kependidikan Dasar.Vol. 1, No. 1. (Online).
(http://journal.unnes.ac.id › Beranda › Vol 1, No 1 (2010), diakses pada tanggal 14 Januari 2016; Pukul 21.00 WIB).
Sastrika, I. A. K., I. W. Sadia., dan I. W. Muderawan. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Pemahaman Konsep Kimia Dan Keterampilan Berpikir Kritis. e-Journal Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha. Vol. 3. (Online).
(http://undana.ac.id/jsmallfib_top/JURNAL/PENDIDIKAN/PENDIDIKA N_2013/PENGARUH%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20BERBASI S%20PROYEK.pdf, diakses pada tanggal 23 Januari 2016; Pukul 14.50 WIB).
Siahaan, Parsaoran. 2010. Hakikat Sains Dan Pembelajarannya Disampaikan dalam Pelatihan Guru MIPA Papua Barat tahun 2010. Bandung. Pendidikan Fisika FPMIPA-UPI Bandung. (Online).
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/1958030119
80021-PARSAORAN_SIAHAAN/Makalah-
Modul/Pelatihan_Guru_MIPA_Papua_Barat-11-15_Januari_2010/HAKIKAT_SAINS_DAN_Pembelajaran_IPAx.pdf, diakses pada tanggal 15 Desember 2015; Pukul 13.00 WIB).
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 327 hlm.
(5)
Sudaryono., G. Margono., dan W. Rahayu. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta. 174 hlm.
Sugiyarto. 2014. Anak SD di Kediri Tewas Berkelahi dengan Teman Kelas. (Online). (http://www.tribunnews.com/regional/2014/04/25/anak-sd-di-kediri-tewas-berkelahi-dengan-teman, diakses pada tanggal 10 Maret 2016; Pukul 19.43 WIB).
Sukowati, Kanti. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Gaya Dan Gerak Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas VI A SDN Darungan 01 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 3, No. 4. 9 hlm. (Online).
(http://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/article/view/986/788, diakses pada tanggal 18 Februari 2016; Pukul 17.00 WIB).
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC. Jakarta.
Surminah, Iin. 2013. Pola Kerjasama Lembaga Litbang Dengan Pengguna Dalam Manajemen Litbang (Khasus Balai Penelitian Tanaman Pemanis Dan Serat). Jurnal Bina Praja. Vol 5, No 2. 11 hlm. (Online).
(http://ejurnalbpp.com/ojs/index.php/jbp/article/viewFile/92/89, diakses pada tanggal 19 Januari 2016; Pukul 15.45 WIB).
Tawil, Muhammad dan Liliasari. 2014. Keterampilan- Keterampilan Sains dan Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA. Badan Penerbit UNM. Makassar. 143 hlm.
Utomo, Bendot Tri. 2011. Penerapan Pembelajaran Kolaboratif Dengan Asesmen Teman Sejawat Pada Mata Pelajaran Matematika SMP. JP3. Vol. 1, No. 1. (Online).
(https://jurnaljp3.files.wordpress.com/2013/09/bendot-tri-utomo.pdf, diakses pada tanggal 08 Desember 2015; Pukul 13.40 WIB).
Wasonowati, Ratna Rosidah Tri. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Hukum- Hukum Dasar Kimia
Ditinjau Dari Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia. Vol. 3, No. 3. (Online).
(http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia/article/download/4244/2988, diakses pada tanggal 26 Desember 2015; Pukul 21.00 WIB).
Widhy, Purwanti. 2013. Langkah Pengembangan Pembelajaran IPA Pada Implementasi Kurikulum 2013. (Online).
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/purwanti-widhy-hastuti-spd-mpd/worksheet-integrated-sc.pdf, diaskes pada 5 Desember 2015; Pukul 23.08 WIB).
(6)
Zuriah, Nurul. 2011. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. 276 hlm.