penyalahgunaan kekuasaan dalam hubungan kerja di antara PRT dan pengguna jasanya. Lembaga Advokasi Perempuan Damar Lampung menyebutkan hasil riset
Damar terhadap 217 orang PRT pada tahun 2010 di lima kecamatan di Kota Bandar Lampung, terdata 44 persen majikan mempekerjakan anak usia di bawah
15 tahun dan 56 persen berusia antara 15-18 tahun. Sementara hasil survei yang dilakukan terhadap 540 responden menyebutkan bahwa rata-rata para majikan
menggaji PRT berkisar antara Rp450 ribu sampai Rp750 ribu per bulan untuk PRT yang tinggal di rumah majikannya. Sedangkan PRT yang pulang rata-rata
dibayar sekitar Rp175 ribu sampai Rp350 ribubulan. Rata-rata para majikan juga memberi fasilitas harian dari kebutuhan mandi juga pulsa telepon. Survei juga
menyebutkan bahwa usia PRT berkisar antara 17-52 tahun.
4
Konvensi ILO No. 189 tentang Kerja Layak Pembantu Rumah Tangga mendorong Indonesia membuat draft Rancangan Undang-Undang PRT yang
dapat menjadi dasar hukum pengaturan PRT. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Layanan Kerja tahun 1948 Konvensi ILO
No. 88. Rekomendasi layanan kerja ILO tahun 1948 Rekomendasi ILO No. 83, yang memberikan pedoman tentang pelaksanan konvensi tersebut menyatakan
bahwa pemerintah harus membentuk kantor penempatan kerja khusus untuk kategori-
kategori pekerjaan di mana “faktor-faktor khusus membenarkan pemeliharaan ka
ntor secara terpisah tersebut”. Mengingat besarnya jumlah PRT di Indonesia, dan pentingnya mereka dalam memungkinkan keluarga-keluarga kelas
menengah keatas untuk terlibat di dalam pekerjaan yang lebih menguntungkan, terdapat suatu kasus yang harus dibuat bahwa ada faktor-faktor khusus untuk
4
Lampost, selasa, 18 Juni 2013, hlm. 8.
membenarkan pemeliharaan kantor penempatan kerjasecara terpisah bagi PRT. Kantor tersebut harus menjamin bahwa para PRT tidak ditempatkan di dalam
“pekerjaan di mana upah atau kondisi pekerjaannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh undang-
undang atau praktik yang berlaku”.
Rekomendasi ILO tentang Perumahan bagi Pekerja tahun 1961 Rekomendasi ILO No. 115
menyarankan agar semua anggota ILO menjamin, “di dalam kerangka kebijakan sosial dan ekonomi
umum mereka”, dan dengan “cara sedemikian rupa sehingga sesuai berdasarkan kondisi-kondisi
nasional”, agar “akomodasi perumahan yang layak dan memadai serta lingkungan hidup yang
sesuai disediakan bagi semua pekerja dan keluarganya ”. Karena berlaku bagi
“semua pekerja”, para PRT jelas-jelas termasuk.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul
“Perlindungan Hukum Terhadap Pembantu Rumah Tangga di Kota Bandar Lampung
’’.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumya maka yang menjadi fokus permasalahan adalah:
1. Bagaimana pola hubungan hukum Pembantu Rumah Tangga dengan
majikan ? 2.
Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap Pembantu Rumah Tangga di Kota Bandar Lampung ?
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari permasalahan ini adalah :
Peran Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam memberikan perlindungan hukum terhadap Pembatu Rumah Tangga.
Sedangkan objek penelitian hukum dilakukan di Kantor Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar lampung.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain : a.
Untuk mengetahui pola hubungan hukum Pembantu Rumah Tangga dengan majikan
b. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap Pembantu Rumah
Tangga di Kota Bandar Lampung 2.
Manfaat Penulisan Setiap penelitian pasti mendatangkan manfaat sebagai tindak lanjut dari apa
yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian. Penulis mengharapkan dengan adanya penelitian ini membawa manfaat positif bagi penulis atau
pembaca secara langsung maupun secara tidak langsung. Penelitian ini juga sangat berpengaruh bagi perkembangan individu atau objek dari penelitian
ini. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini merupakan hasil dari studi ilmiah yang dapat memberikan masukan pemikiran dan ilmu pengetahuan baru terhadap ilmu hukum
pada umumnya dan ilmu Hukum Ketenagakerjaan pada khususnya. b.
Manfaat Praktis Sebagai suatu informasi dan referensi bagi mahasiswa fakultas hukum serta dapat
membantu instansi terkait dalam mengevaluasi kinerjanya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hubungan Kerja Antara Majikan Dengan Pembantu Rumah Tangga
Hubungan kerja adalah suatu hubungan yang timbul anatara pekerja dan pengusaha. Setelah diadakan perjanjian sebelumnya oleh pihak yang
bersangkutan. Pekerja menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada pengusaha dengan menerima upah dan sebaliknya pengusaha menyatakan pula
kesanggupannya untuk mempekerjakan pekerja dengan membayar upah. Dengan demikian hubungan kerja yang terjadi antara pekerja dan pengusaha adalah
merupakan bentuk perjanjian kerja yang pada dasarnya memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Sedangkan perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana seseorang mengikatkan diri untuk bekerja dengan pihak lain dengan menerima imbalan
berupa upah sesuai dengan syarat-syarat yang dijanjikan dan disetujui bersama. Perjanjian kerja diadakan pada waktu hubungan kerja diadakan antara pekerja dan
pengusaha. Dengan adanya perjanjian kerja antara pekerja dan pengusaha akan menimbulkan hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak. Definisi mengenai
perjanjian kerja di rumah itu sendiri, di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata maupun di dalam peraturan perundang-undangan lainnya
tidak ditemukan secara tegas. Akan tetapi seorang pakar Hukum Perburuhan Belanda yaitu Mr. M. G. Rood memberikan batasan-batasan tentang pengertian
perjanjian kerjadi rumah sebagai berikut : “Perjanjian kerja di rumah adalah suatu
perjanjian dimana pihak yang satu, pekerja, membuat suatu persetujuan dengan pihak lain, si majikan, untuk di bawah pengawasan majikan melakukan pekerjaan
di rumah dengan imbalan yang saling disetujui sebelumnya antara kedua belah pihak”.
1
2.2
Pola Hubungan Majikan Dengan Pembantu Rumah Tangga
Fokus penelitian ini terletak pada pola hubungan yang terjadi diantara pembantu rumah tangga dengan majikan. Hal ini disebabkan pembantu rumah tangga pada
awalnya bersal dari lingkungan keluarga sendiri dengan tujuan agar posisi pembantu rumah tangga dalam suatu rumah tangga dapat dipercaya, loyal dan
bekerja keras atau dengan kata lain apabila sesuatu terjadi diantara pembantu rumah tangga dan majikan dapat diselesaikan melalui “sidang keluarga” karena
pembantu rumah tangga tersebut memiliki hubungan persaudaraan dengan majikan walaupun hubungan persaudaraan tersebut dapat dikatakan jauh.
Posisi pembantu rumah tangga yang memiliki hubungan persaudaraan dengan majikan juga mendapatkan posisi yang sama dengan pembantu rumah tangga
yang memiliki hubungan persaudaraan, pada umumnya pola hubungan yang erat antara pembantu rumah tangga dengan majikan disebabkan beberapa hal, seperti :
intensitas pertemuan, waktu, keikhlasan dan penilaian atas kinerja. Keadaan pada saat sekarang ini hubungan yang terjadi antara pembantu rumah
tangga dengan majikan mengalami suatu suasana yang dapat dikatakan mencurigakan yang dalam artian majikan mendapatkan “tugas baru” untuk selalu
memperhatikan pekerjaan pembantu rumah tangga dan perilaku pembantu rumah
1
Pengertian tersebut disampaikan sewaktu beliau memberikan penataran Dosen-Dosen Hukum Perburuhan seluruh Indonesia, pada tanggal 7 sampai 19 Agustus 1989 di Fakultas Hukum
UNPAD, Bandung, dalam rangka kerjasama Indonesia-Belanda