PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMENUHAN HAK PEKERJA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMENUHAN
HAK PEKERJA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh
Muhammad Fahrozi

Pertumbuhan Industri skala Kecil dan Menengah belakangan berkembang mewarnai
perekonomian di Indonesia. Di Kota Bandar Lampung, struktur industri berdasarkan usaha masih
sangat didominasi oleh industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang kemudian penyerapan
tenaga kerja pada industri ini menjadi lebih besar daripada industri besar dan sedang.
Pekerja/buruh merupakan bagian dari tenaga kerja yang telah melakukan kerja, dalam hubungan
kerja atau dibawah perintah pemberi kerja dan atas jasanya dalam bekerja yang bersangkutan
akan menerima hak-hak nya sebagai pekerja. Hal yang terpenting untuk dikaji adalah hak pekerja
sektor informal, khususnya yang termasuk dalam industri kecil, telah dan dapat diakomodir di
dalam hukum ketenagakerjaan di Indonesia yang berlaku saat ini. Permasalahan dalam penelitian
ini adalah bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pemenuhan hak pekerja dan
faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pemenuhan
hak pekerja industri kecil dan menengah di kota Bandar Lampung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris

dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari penelitian lapangan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, yakni
dilakukannya wawancara, data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, kemudian data primer
diperoleh melalui studi lapangan dengan cara observasi dan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Perlindungan hukum
terhadap pemenuhan hak pekerja industri kecil dan menengah di Kota Bandar Lampung belum
dapat terpenuhi dikarenakan badan usaha yang belum terdaftar di Dinas Tenaga Kerja. Faktorfaktor penghambat ditimbulkan baik dari Pekerja, Pengusaha dan Pemerintah.
Saran dalam penelitian ini adalah dibentuknya suatu wadah tersendiri untuk para pekerja industri
kecil dan menengah di kota Bandar Lampung, yang bertujuan untuk mendapatkan haknya
sebagai pekerja, sesuai dengan hak pekerja yang tercantum dalam Undang-Undang
Ketenagakerjaan.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Hak Pekerja, Industri Kecil dan Menengah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMENUHAN
HAK PEKERJA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Skripsi


Oleh :
Muhammad Fahrozi

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

DAFTAR ISI

ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................................
1.1. Latar Belakang Masalah .....................................................................
1.2. Rumusan Masalah ..............................................................................
1.3. Tujuan dan manfaat Penelitian .........................................................
1.3.1. Tujuan Penelitian ...........................................................................
1.3.2. Manfaat Penelitian .........................................................................

1

5
6
6
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
2.1. Pengertian Industri dan Pengelompokan Jenis Industri ......................
2.1.1. Pengertian Industri ........................................................................
2.1.2. Pengelompokan Jenis Industri ......................................................
2.2. Industri Kecil dan Menengah ..............................................................
2.3. Hukum Ketenagakerjaan .....................................................................
2.3.1. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan ................................................
2.3.2 Sumber Hukum Ketenagakerjaan ....................................................
2.4. Pengertian Tenaga Kerja dan Pengolongan Tenaga Kerja ....................
2.4.1. Pengertian Tenaga Kerja ..................................................................
2.4.2. Penggolongan Tenaga Kerja ............................................................
2.5. Hubungan Kerja .....................................................................................
2.6. Perlindungan Hukum Pekerja ...............................................................


8
8
9
11
13
13
16
17
17
19
19
21

BAB III
METODE PENELITIAN .............................................................................
3.1. Pendekatan Masalah ................................................................................
3.2. Sumber dan Jenis Data ............................................................................
3.3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .........................................
3.3.1. Pengumpulan Data ...........................................................................
3.3.2. Pengolahan Data ...............................................................................

3. 4. Analisis Data ...........................................................................................

32
32
34
34
35
35

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... ....................
4.1. Gambaran Umum Penelitian ...................................................................
4.1.1. Dinas Tenaga Kerja .........................................................................
4.1.2. Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian
dan Perdagangan ..............................................................................
4.1.3. Industri Kecil dan Menengah keripik pisang Aneka Rasa .............
4.2. Perlindungan Hukum Terhadap Pemenuhan Hak Pekerja Industri
Kecil dan Menengah Di Kota Bandar Lampung .....................................
4.3. Faktor-faktorPenghambat dalam Perlindungan Hukum Terhadap
Pemenuhan Hak Pekerja Industri Kecil dan Menengah

Di Kota Bandar Lampung .......................................................................

37
37
38
39
39

47

BAB V
KESIMPULAN .................................................................................................
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 49
5.2. Saran ........................................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA

Moto

“Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa
bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada

kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri
yang tersenyum.”
“Mahatma Gandhi”

“Tidak ada kesia-siaan yang menguras tubuh kecuali kekhawatiran,
dan orang yang punya keyakinan pada Tuhan seharusnya merasa malu
kalau
masih mengkhawatirkan sesuatu.”
“Adolf Hitler”

“Kesombongan lebih merugikan daripada kelaparan, kehausan, dan
kedinginan”
“Thomas Jefferson”

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung (Lampung) 10 Maret
1992 sebagai anak Pertama dari dua bersaudara dari pasangan
Bapak Sahril dan Farida Zubaidah.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negri 5

Sukaraja, Bandar Lampung tahun 2004, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Sekolah Menengah Pertama Negri 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun
2006, dan Sekolah Menengah Atas Taman Siswa T. B. Bandar Lampung
diselesaikan pada tahun 2009.
Tahun 2009 Penulis diterima di Fakultas Hukum, Universitas Lampung (UNILA)
melalui jalur SNMPTN. Penulis menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Negri Agung, Way Kanan, Lampung Barat pada tahun 2012.

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, Tuhan
seluruh alam yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis
dapat dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Sholawat serta salam

senantiasa tercurah kepada Baginda Muhammad Rosululloh SAW, yang telah
memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan
penerus-penerus risalahnya yang mulia.

Skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Pemenuhan Hak
Pekerja Industri Kecil Dan Menengah Di Kota Bandar Lampung” adalah
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas
Lampung. Banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat,
serta saran-saran yang membangun dalam penyelesaian slripsi ini, karena itu
dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga nilainya
kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi., S.H., M.H. sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
2. Ibu Upik Hamidah., S.H., M.H., sebagai Ketua Jurusan Hukum Administrasi
Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Sri Sulastuti., S.H., M.H., sebagai Pembimbing Pertama, atas bimbingan,
arahan dan nasehatnya.
4. Ibu Marlia Eka Putri AT., S.H., M.H., sebagai Pembimbing Kedua, atas
bimbingan, arahan dan nasehatnya.
5. Bapak Satria Prayoga., S.H., M.H., sebagai Dosen Penguji Pertama,
terimakasih atas saran, arahan dan nasehatnya.
6. Bapak Agus Triono., S.H., M.H., sebagai Dosen Penguji Kedua, terimakasih

atas saran, arahan dan nasehatnya.
7. Ibu Yennie Agustin MR., S.H., M.H. sebagai Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama
menjalani studi S1 di Fakultas Hukum Universitas Lampung.
8. Karyawan-karyawan di Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum,
Prof Misyo, Pak Marlan, Ibu Erna dan Kyai, terima kasih atas bantuannya.
9. Kedua orang tuaku Tercinta yaitu Sopni dan Farida Zubaidah serta saudarasaudaraku tercinta yaitu Mita Farida, Sherly Vitaloka, Ayuk Pera dan Mey
yang telah memberikan kasih sayang dan do’a tak henti-hentinya, semoga
ALLAH SWT selalu memberikan perlindungan dan kasih sayangnya untuk
kita semua.
10. Saudara-saudaraku yang tak henti memberikanku semanangat yang tak bisa ku
sebutkan satu-satu, terimakasih selama ini telah memberikan semangat dalam
proses mengerjakan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku teman seangkatan yaitu Ajo, Aris, Billy, Caki, Dito, David,
Ardian, Dono, Deddy, Yasir, Tile, Peppy, Bambang, Radit, Arif, Rey, Tyo,
Yuki, Byon, Ade, Laura, Novi, Anisa, Meria dan teman-teman lainya yang

telah menemani hari-hari penulis selama menyelesaikan studi S1 di Fakultas
Hukum Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah

diberikan dan tetap menanamkan semangat untuk berbuat baik dalam diri kita,
semoga karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat memberikan
manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf
jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, 02 – 07 -2014
Penulis

Muhammad Fahrozi

BAB I
PENDAHULUAN

1.

1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan terus mengedepankan
pembangunan guna meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan sistem
penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan tertuang dalam pembukaan Undang - Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke IV, yaitu melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dilaksanakan
dalam rangka pembangunan ekonomi, sumber daya manusia, sosial budaya, dan
politik, untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur.1 Oleh
karena itu, pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus
menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia yang
maju dan demokratis berdasarkan Pancasila.

1

Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

2

Sebagai bagian integral dari tujuan pembangunan nasional, pembangunan
ketenagakerjaan sangatlah menentukan atas keberhasilan pembangunan, yang
dilaksanakan dalam rangka meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga
kerja, serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur, dan merata baik
material maupun spiritual.
Pembangunan ketenagakerjaan harus diatur sebagaimana mestinya, sehingga
terpenuhi hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan
pekerja/buruh, serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang
kondusif bagi pengembangan dunia usaha. Pembangunan Ketenagakerjaan
mempunyai banyak keterkaitan dimana keterkaitan tersebut tidak hanya tentang
kepentingan tenaga kerja selama, sebelum, dan sesudah masa kerja tetapi juga
keterkaitan dengan kepentingan pengusaha, pemerintah dan masyarakat.2
Diperlukan pengaturan yang menyeluruh dan kompherenshif, yang mencakup
pengembangan sumber daya manusia, peningkatan produktivitas dan daya saing
tenaga kerja, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan tenaga
kerja dan pembinaan hubungan industrial. Hal ini di pertegas dalam Pasal 27 Ayat
(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berbunyi3 : ”Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”

2

Abdul Hakim, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,
hlm. 25

3

Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

3

Pertumbuhan Industri skala Kecil dan Menengah belakangan berkembang
mewarnai perekonomian di Indonesia. Mulai dari industri makanan, kerajinan,
mebel, hingga konveksi atau tekstil, dimana keberadaannya menjadi salah satu
solusi dalam mengatasi pengangguran dan pemasukan bagi pendapatan daerah.
Di Kota Bandar Lampung, struktur industri berdasarkan usaha masih sangat
didominasi oleh industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang kemudian
penyerapan tenaga kerja pada industri ini menjadi lebih besar daripada industri
besar dan sedang. Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah yang
sangat potensial dalam pengembangan Industri Kecil dan Menengah(IKM).
Hingga tahun 2012 berdasarkan data Dinas Koperasi, UKM, dan Perindag

(Diskoperindag) Kota Bandar lampung mencatat ada 710 unit usaha kecil pada
sektor industri pengolahan yang sebagian besar merupakan industri rumah tangga.

Perkembangan industri kecil ini, ditandai dengan bertambahnya jumlah unit usaha
ataupun peningkatan jumlah produksi. Semakin banyak pula tenaga kerja atau
pekerja/buruh yang dibutuhkan pada suatu industri ini. 4
Pekerja adalah orang yang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
Kedudukan pekerja seringkali tidak sederajat dengan kedudukan pemberi kerja
apabila dilihat dari sudut pandang sosial ekonomis. Di Kota Bandar Lampung
jumlah tenaga kerja lebih banyak daripada jumlah pasar kerja. Mereka
kebanyakan unskill labour, sehingga posisi tawar mereka rendah. Pekerja/buruh
merupakan bagian dari tenaga kerja yang telah melakukan kerja, dalam hubungan
kerja atau dibawah perintah pemberi kerja dan atas jasanya dalam bekerja yang

4

http://www.lampung-news.com/article/BandarLampung diunduh pada 31 Oktober 2013

4

bersangkutan akan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.5
Pekerja/buruh yang dipekerjakan dalam Industri Kecil dan Menengah(IKM) pada
umumnya direkrut tanpa adanya perjanjian kerja atau kontrak kerja secara tertulis
melainkan hanya perjanjian secara lisan antara pekerja/buruh dan pengusaha.
Pekerja yang tidak memiliki kontrak kerja dapat dikatakan atau ditempatkan di
posisi pekerja informal.
Masalah yang kemudian hadir akibat tidak adanya perjanjian kerja tertulis tersebut
adalah hilangnya jaminan hak-hak dasar terhadap pekerja (buruh). Hal ini jelas
telah merugikan kaum buruh dimana hak dasar mereka untuk memperoleh
kesamaan dan kesempatan yang sama dalam melakukan pekerjaan, mendapatkan
jaminan kesejahteraan, kesehatan, dan upah yang layak tidak dapat terjamin.
Pekerjaan tanpa jaminan adalah bentuk kerja yang tidak sesuai standar hukum
tenaga kerja yang berlaku. Oleh karena itu, pekerjaan tidak pasti/tanpa jaminan
bertentangan dengan standar perjanjian kerja sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2013, Tentang Ketenagakerjaan.
Dari pengakuan salah satu pekerja industri kecil dan menengah Keripik Pisang,
Aneka Rasa di JL. Pagar Alam, sidodadi, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung,
bapak Sutono, beliau menjelaskan bahwa selama bekerja tidak adanya
perlindungan hukum yang pada dasarnya ditujukan untuk melindungi hak-haknya
sebagai pekerja, Upah yang kecil, tidak adanya akses ke jaminan sosial, dan
kesehatan. Hubungan kerja nya hanya perjanjian secara lisan antara pekerja dan
pengusaha.6

5
6

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013, tentang Ketenagakerjaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber tanggal 16 Januari 2014 Pukul 13.00 WIB

5

Dibandingkan dengan pekerja yang memiliki standar perjanjian kerja formal,
pekerja informal seperti buruh yang hanya melakukan pekerjaan dengan
perjanjian kerja secara lisan kerap mengalami perlakuan tak menyenangkan dari
perusahaan, mulai dari upah rendah, pemutusan hubungan kerja sepihak, tidak
memiliki jaminan perlindungan atas pekerjaannya, dapat diberhentikan kapan saja
dengan mudah tanpa tunjangan, mendapatkan upah yang lebih rendah dari upah
minimum, tidak mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan dan hak jaminan
sosial lainnya hingga hak-hak lain yang tidak terpenuhi.
Berdasarkan dari hasil uraian di atas, dimana hak pekerja Industri Kecil dan
Menengah(IKM) kerap tidak terpenuhi sehingga dari sinilah penulis tertarik untuk
membuat penelitian hukum

dengan judul : “Perlindungan Hukum Terhadap

Pemenuhan Hak Pekerja Industri Kecil dan Menengah di Kota Bandar Lampung”
1. 2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam suatu penelitian diperlukan untuk memfokuskan
masalah agar dapat dipecahkan secara sistematis. Dalam penelitian ini, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemenuhan hak pekerja Industri
Kecil dan Menengah di Kota Bandar Lampung?

2) Faktor-faktor apa saja yang menghambat perlindungan hukum terhadap
pemenuhan hak pekerja Industri Kecil dan Menengah di Kota Bandar
Lampung?

6

1. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian harus mempunyai tujuan penelitian yang jelas agar tepat
mengenai sasaran yang dikehendaki. Tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
(1) Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pemenuhan
hak pekerja Industri Kecil dan Menengah di Kota Bandar Lampung.

(2) Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat perlindungan hukum
terhadap pemenuhan hak pekerja Industri Kecil dan Menengah di Kota
Bandar Lampung.

1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Bagi Perkembangan ilmu Hukum Administrasi Negara khususnya bidang
hukum ketenagakerjaan mengenai perlindungan hukum terhadap pekerja
Industri Kecil dan Menengah di Kota Bandar Lampung.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Dapat memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman ke dalam
bidang sesungguhnya dan sebagai aplikasi ilmu yang telah diperoleh
selama diperkuliahan untuk diterapkan kepada realita-realita yang

7

timbul dimasyarakat, baik memotivasi diri sendiri maupun memotivasi
orang lain.
b. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah dalam rangka meningkatkan
perlindungan hukum terhadap pekerja Industri Kecil dan Menengah
Kota Bandar Lampung.
c. Bagi Pekerja dan Pengusaha
Sebagai acuan nantinya dapat memberikan pemahaman yang tepat
tentang kerjasama saling menguntungkan antara Pengusaha, Pekerja
dan Pemerintah terkait pemberian hak pekerja pada Industri Kecil dan
Menengah di Kota Bandar Lampung.
d. Bagi Masyarakat
Memberikan pemahaman yang dianggap tepat kepada masyarakat agar
memahami tentang pentingnya hak pekerja Industri Kecil dan
Menengah di Kota Bandar Lampung.

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Industri dan Pengelompokan Jenis Industri
2.1.1. Pengertian Industri
Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu industria yang artinya buruh atau
tenaga kerja. Istilah industri sering digunakan secara umum dan luas, yaitu semua
kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai
kesejahteraan. Definisi Industri menurut Sukirno adalah perusahaan yang
menjalankan kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Kegiatan
itu antara lain adalah pabrik tekstil, pabrik perakitan dan pabrik pembuatan rokok.
Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan
baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih
tinggi kegunaannya.1

Dalam pengertian yang sempit, industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi
menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya, termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industri.

1

Sukirno Sadono, 1995, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Edisi kedua, Jakarta : PT. Karya
Grafindo Persada. hlm. 54.

9

Secara umum pengertian industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan
bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang
memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau
assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak
hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Industri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejateraan penduduk.
Selain itu industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu
sumberdaya manusia dan kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya alam
secara optimal. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian,
industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi

untuk

penggunaanya

termasuk

kegiatan

rancangan

bangun

dan

perekayasaan industri. Dari sudut pandang geografi, Industri sebagai suatu sistem,
merupakan perpaduan sub sistem fisis dan sub sistem manusia.2

2.1.2. Pengelompokan Jenis Industri
Departemen Perindustrian mengelompokan industri nasional Indonesia dalam 3
kelompok besar yaitu:
1. Industri Dasar
Industri dasar meliputi kelompok industri mesin dan logam dasar (IMLD)
dan kelompok industri kimia dasar (IKD). Yang termasuk dalam IMLD
atara lain industri mesin pertanian, elektronika, kereta api, pesawat terbang,
kendaraan bermotor, besi baja, alumunium, tembaga dan sebagainya.

2

Sritomo Wignjosoebroto, 2003, Pengantar Teknik &Manajemen Industri Edisi Pertama, Jakarta :
Penerbit Guna widya hlm. 19

10

Sedangkan yang termasuk IKD adalah industri pengolahan kayu dan karet
alam, industri pestisida, industri pupuk, industry silikat dan sebagainya.
Industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
membantu struktur industri dan bersifat padat modal. Teknologi yang
digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak padat karya namun dapat
mendorong terciptanya lapangan kerja secara besar.
2. Aneka industri (AL)
Yang termasuk dalam aneka industri adalah industri yang mengolah sumber
daya hutan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas dan
lain-lain. Aneka industri mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat
modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah atau
teknologi maju.
3. Industri Kecil
Industri kecil meliputi industri pangan (makanan, minuman dan tembakau),
industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi serta barang dari kulit),
industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas, percetakan, penebitan,
barang-barang karet dan plastik), industri kerajinan umum (industri kayu,
rotan, bambu dan barang galian bukan logam) dan industri logam (mesin,
listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dan logam dan sebagainya).
Industri di Indonesia dapat digolongkan kedalam beberapa macam
kelompok. Industri didasarkan pada banyaknya tenaga kerja dibedakan
menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih,

11

2. Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20–99 orang,
3. Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5–19 orang,
4. Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1–4 orang.

2. 2 Industri Kecil dan Menengah
IKM atau Industri Kecil dan Menengah adalah sebuah istilah yang mengacu ke
jenis usah kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta usahanya berdiri sendiri.

Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 Tahun 1998 maka pengertian usaha kecil
adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang
secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk
mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:
1) Mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- ( Dua Ratus
Juta Rupiah ) dimana tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2) Mempunyai hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,(Satu Miliar Rupiah).
3) Dimiliki Warga Negara Indonesia.
4) Dimiliki / Berdiri sendiri, bukan merupakan bagian anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik secara
langsung maupun secara tidak langsung dengan Usaha Menengah atau
Usaha Besar lainnya.
5) Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak memiliki badan
hukum, atau badan usaha yang memiliki badan hukum, termasuk koperasi.

12

Industri Kecil dan Menengah disingkat IKM merupakan bagian dari usaha rumah
tangga yang dikelola secara sederhana, dan masih terbatas dalam pengelolaannya.
Karyawannya merupakan keluarga dan melibatkan saudara-saudara serta
tetangganya,

manajemennya

masih

diatur

oleh

salah

seorang

anggota

keluarganya.3

Industri Kecil merupakan jenis usaha informal, yang

bukan termasuk badan

hukum. Pendirian badan usaha ini tidak memerlukan izin dan tata cara tententu
serta bebas membuat bisnis personal/pribadi tanpa adanya batasan untuk
mendirikannya. Pada umumnya bermodal kecil, jenis serta jumlah produksinya
terbatas, memiliki tenaga kerja/buruh yang sedikit dan masih menggunakan alat
produksi teknologi yang sederhana.

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) kriteria usaha kecil dan menengah dijelaskan
bahwa usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Sedangkan pengertian dari usaha
menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

3

http://altanwir.word, diunduh pada10 September 2013

13

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung sebagaimana diatur dalam undang-undang.
Dari klasifikasi di atas, usaha kecil dan menengah tergolong ke dalam badan
usaha yang tidak berbadan hukum dan perusahaan perseorangan, dan karena jenis
usahanya tergolong informal, maka pekerjanya pun disebut sebagai pekerja
informal. Definisi buruh sektor informal ialah segala jenis pekerjaan di luar
perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak dikenakan pajak.

Definisi lain, menyatakan pekerja industri rumahan ialah segala jenis pekerjaan
yang tidak menghasilkan pendapatan yang tetap dan tiadanya keamanan kerja (job
security) atau tidak ada status permanen atas pekerjaan tersebut. Intinya, buruh
informal ialah yang bekerja di unit usaha atau lembaga yang tak berbadan
hukum.4

2. 3. Hukum Ketenagakerjaan
2.3.1. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan
Hukum ketenagakerjaan adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan
hukum antara pekerja dengan majikan atau pengusaha dan pemerintah, termasuk
di dalamnya adalah proses-proses dan keputusan-keputusan yang dikeluarkan
untuk merealisasikan hubungan tersebut menjadi kenyataan. Dari rumusan
tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa hukum ketenagakerjaan itu adalah
suatu himpunan peraturan yang mengatur hubungan hukum antara pekerja,

majikan/pengusaha, organisasi pekerja, organisasi pengusaha, dan pemerintah.5
4
5

http://panimbang.blogspot.com/buruh-sektor-informal, diunduh pada 10 September 2013
Darwan Prints, 2000 Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, hlm 16

14

Definisi hukum perburuhan menurut pendapat para ahli hukum dapat dirumuskan
sebagai berikut:6
1.

Menurut Molenaar, hukum perburuhan adalah bagian hukum yang berlaku,
yang pokoknya mengatur hubungan antara tenaga kerja dan pengusaha,
antara tenaga kerja dan tenaga kerja.

2.

Menurut Mok, hukum perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh swapekerja yang melakukan pekerjaan atau
tanggung jawab dan risiko sendiri.

3.

Menurut Soetikno, hukum perburuhan adalah keseluruhan peraturan hukum
mengenai hubungan kerja yang mengakibatkan seseorang secara pribadi
ditempatkan di bawah perintah/pimpinan orang lain dan mengenai keadaankeadaan penghidupan yang langsung bersangkut paut dengan hubungan
kerja tersebut.

4.

Menurut Imam Soepomo, hukum perburuhan adalah himpunan peraturan,
baik tertulis maupun tidak tertulis, yang berkenaan dengan kejadian saat
seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.

5.

Menurut M.G. Levenbach, hukum perburuhan adalah hukum yang
berkenaan dengan hubungan kerja, yakni pekerja di bawah pimpinan dan
dengan keadaan penghidupan yang langsung bersangkut-paut dengan
hubungan kerja itu.

6.

Menurut N.E.H. Van Esveld, hukum perburuhan adalah tidak hanya
meliputi hubungan kerja dengan pekerjaan dilakukan di bawah pimpinan,

6

Sapoetra Karta, dkk. 1994. Hukum Perburuhan Indonesia Berlandaskan Pancasila. Catakan IV.
Jakarta: Sinar Grafika. hlm. 15.

15

tetapi juga meliputi pekerjaan yang dilakukan oleh swapekerja atas
tanggung jawab dan risiko sendiri.
7.

Menurut Halim, hukum perburuhan adalah peraturan-peraturan hukum yang
mengatur hubungan kerja yang harus diindahkan oleh semua pihak, baik
pihak buruh/pekerja maupun pihak majikan.

8.

Menurut Daliyo, hukum perburuhan adalah himpunan peraturan, baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur hubungan kerja antara
buruh dan majikan dengan mendapat upah sebagai balas jasa.

9.

Menurut Syahrani, hukum perburuhan adalah keseluruhan peraturan hukum
yang mengatur hubungan-hubungan perburuhan, yaitu hubungan antara
buruh dan majikan dengan perintah (penguasa).

Hukum ketenagakerjaan memiliki unsur-unsur sebagai berikut:7
1.

Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis.

2.

Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja dan
pengusaha/majikan.

3.

Adanya orang pekerja pada dan di bawah orang lain, dengan
mendapatkan upah sebagai balas jasa.

4.

Mengatur perlindungan pekerja/buruh, meliputi masalah sakit, haid,
hamil,

melahirkan,

keberadaan

organisasi

pekerja/buruh

sebagainya.

7

Maimun. 2007. Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar. Jakarta: PT.Pradnya Paramitha.
hlm 10.

dan

16

2.3.2. Sumber Hukum Ketenagakerjaan
A. Undang-Undang
Undang-Undang dan Peraturan lain yang dipergunakan sebagai pedoman
dalam hukum tenaga kerja yaitu sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
2. Undang-Undang Nomor. 21 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan

Pengawasan

3. Undang-Undang Nomor. 02 Tahun
Perselisihan Hubungan Industrial

Penyelesaian

2004

Tentang

4. Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional
5. Undang-Undang Nomor. 21 Tahun 1999 Tentang Pengesahan ILO
Convention No. 111 concerning Discrimination in Repect of Employment
and Occupation (Konvensi ILO Mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan
dan Jabatan)
6. Undang-Undang Nomor. 19 TAHUN 1999 Tentang Pengesahan ILO
Convention No. 105 Concerning The Abolition Of Forced Labour
(Konvensi ILO Mengenai Penghapusan Kerja Paksa)
7. Undang-Undang Nomor. 03 Tahun 1992 : Tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
8. Undang-Undang Nomor. 01 Tahun 1970 : Tentang Keselamatan Kerja.

B. Peraturan Lain.
Peraturan lain meliputi peraturan pemerintah yang dibuat oleh Pemerintah
(Presiden), Keputusan Presiden, Instruksi Presiden, Peraturan Menteri dan
Keputusan Menteri serta Peraturan/Keputusan Instansi lain yang berkaitan
dengan ketenagakerjaan untuk melaksanakan suatu undang-undang, oleh
karena itu isi dari Peraturan Pemerintah itu tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.

17

C. Kebiasaan.
Kebiasaan dalam hal ini adalah kebiasaan yang terjadi antara pekerja dan
pemberi kerja yang dilakukan berulang-ulang dan diterima masyarakat (para
pihak baik pekerja maupun pemberi kerja), Contoh : Perkerutan Pegawai
tanpa pelatihan terstruktur (industri kecil dan menengah)
D. Yurisprudensi / Putusan
Semenjak diberlakukannya Undang-Undang No. 02 Tahun 2004. : Tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial maka putusan Pengadilan
Hubungan Industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht)
akan menjadi dasar hukum bagi hakim untuk memutus perkara serupa.
E. Traktat/Perjanjian
Kaitannya dengan masalah perburuhan, perjanjian yang merupakan sumber
hukum tenaga kerja ialah perjanjian kerja. perjanjian kerja mempunyai sifat
kekuatan hukum mengikat dan berlaku seperti undang-undang pada pihak
yang membuatnya.8

2.4. Pengertian Tenaga Kerja dan Penggolongan Tenaga Kerja
2.4.1

Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Bab I pasal 1
ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi

8

Zainal Asikin, 2002, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta : PT .RajaGrafindo Persada,
hlm. 34.

18

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Sedangkan dalam kamus besar
bahasa Indonesia tenaga kerja adalah orang yang bekerja atau mengerjakan
sesuatu, orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja.
Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika
penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di
Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Tenaga kerja merupakan istilah
yang identik dengan istilah personalia, di dalamnya meliputi buruh. Buruh yang
dimaksud adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan
imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua
belah pihak, biasanya imbalan kerja tersebut diberikan secara harian.9

Pengertian tenaga kerja dalam penelitian ini adalah mereka yang bekerja pada
suatu perusahaan yang didalam maupun diluar hubungan kerja untuk
menghasilkan barang maupun

jasa. Tenaga kerja di Indonesia menghadapi

permasalahan dalam hal produktifitasnya yang rendah. Hal ini terjadi akibat
jumlah orang yang mencari pekerjaan atau yang menganggur semakin besar.
Keadaan tersebut membawa konsekuensi terhadap usaha penyediaan lapangan
pekerjaan bagi angkatan kerja baru. Dengan adanya permasalahan mengenai
ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja, maka perlu
upaya peningkatan mutu tenaga kerja, dan meningkatkan sumberdaya manusia
yang baik akan menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan mempunyai

9

Iman Soepomo, 1997, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Penerbit Djambatan, hlm. 39

19

produktifitas yang tinggi. Akibatnya tenaga kerja akan mudah dalam mencari
kerja, atau mampu menciptakan lapangan kerja sendiri.

2.4.2. Penggolongan Tenaga Kerja
Dari segi keahlian dan pendidikannya tenaga kerja dibedakan menjadi tiga
golongan, yaitu :
1. Tenaga kerja kasar yaitu tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan tidak
mempunyai keahlian dalam suatu bidang pekerjaan.
2. Tenaga kerja terampil yaitu tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan
pendidikan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu, dan
tukang memperbaiki televisi dan radio.
3. Tenaga kerja terdidik yaitu tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang
tinggi dan ahli dalam bidang-bidang tertentu seperti dokter, akuntan ahli
ekonomi, dan insinyur.

2. 5. Hubungan Kerja
Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha yang terjadi
setelah adanya perjanjian kerja. Dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang
Ketenagakerjaan

disebutkan bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara

pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai
unsur pekerjaan, upah, dan perintah.10

Dalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa
perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau
pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
10

F.X Djumialdji, 2010. Perjanjian Kerja Edisi Revisi. Jakarta : Sinar Grafika. hlm 53.

20

Perjanjian kerja yang menimbulkan hubungan kerja mempunyai unsur-unsur,
yaitu :
1. Pekerjaan
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (obyek
perjanjian), pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya
dengan seizin majikan, pekerja tersebut dapat menyuruh orang lain. Sifat
pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena bersangkutan
dengan keterampilan/keahliannya, maka menurut hukum jika pekerja
meninggal dunia, perjanjian kerja tersebut putus demi hukum.
2. Upah
Upah memegang peranan penting dalam perjanjian kerja, bahkan dapat
dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja bekerja pada pengusaha adalah
untuk memperoleh upah. Sehingga jika tidak ada unsur upah, maka suatu
hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja.
3. Perintah
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha
adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan.

Selanjutnya berdasarkan Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan,
syarat sahnya perjanjian kerja adalah:
1. Kesepakatan kedua belah pihak
Maksudnya bahwa pihak-pihak yang yang mengadakan perjanjian kerja harus
setuju/sepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan. Pihak pekerja menerima

21

pekerjaan yang ditawarkan, dan pihak pengusaha menerima

pekerjaan

tersebut untuk dipekerjakan.
2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum
Maksudnya pihak pekerja maupun pihak pengusaha cakap membuat
perjanjian, yaitu telah cukup umur (minimal 18 tahun), dan tidak terganggu
jiwanya.
3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan
Merupakan obyek dari perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha,
yang akibat hukumnya melahirkan hak dan kewajiban para pihak.
4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

2.6.

Perlindungan Hukum Pekerja

Perlindungan pekerja dan buruh menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan
meliputi:
Perlindungan hukum menurut Philipus, selalu berkaitan dengan kekuasaan. Ada
dua kekuasaan yang selalu menjadi perhatian yakni kekuasaan pemerintah dan
kekuasaan ekonomi. Dalam hubungan kekuasaan pemerintah, permasalahan
perlindungan hukum bagi rakyat (yang diperintah), terhadap pemerintah (yang
memerintah). Dalam hubungan dengan kekuasaan ekonomi, permasalahan
perlindungan hukum adalah perlindungan bagi si lemah (ekonomi) terhadap si
kuat (ekonomi), misalnya perlindungan bagi pekerja terhadap pengusaha.11

11

Philipus M. Hadjon (1994)

22

Perlindungan hukum bagi pekerja sangat diperlukan mengingat kedudukannya
yang lemah. Disebutkan oleh Zainal Asikin, yaitu : perlindungan hukum dari
kekuasaan majikan terlaksana apabila peraturan perundang-undangan dalam
bidang peburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak seperti
dalam perundang-undangan tersebut benar-benar dilaksanakan semua pihak
karena keberlakuan hukum tidak dapat diukur secara yurdis saja.12

1. Perlindungan Pengupahan
Sesungguhnya upah dibayarkan berdasarkan kesepakatan para pihak, yakni
pekerja/buruh dan pengusaha, namun untuk melindungi pekerja dari
pengupahan yang terlampau rendah dan tidak sesuai dengan kualitas pekerjaan
serta kuantitas lamanya jam kerja dan/atau jumlah hari kerja, maka pemerintah
menetapkan standar upah terendah melalui suatu perundang-undangan, inilah
yang kemudian disebut dengan upah minimum.13

Untuk merealisasikan bunyi Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi:
”Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan”, maka pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan
untuk melindungi pekerja/buruh, yang meliputi:
a) Upah minimum;
b) Upah kerja lembur;
c) Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
d) Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaannya;
12
13

Zainal Asikin (1993)
F.X Djumialdji, Op, Cit., hlm 84.

23

e) Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
f) Bentuk dan cara pembayaran upah;
g) Denda dan potongan upah;
h) Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
i) Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
j)

Upah untuk pembayaran pesangon; dan

k)

Upah untuk peritungan pajak penghasilan.

Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak
dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Upah
minimum dapat terdiri atas upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau
kabupaten/kota; upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau
kabupaten/kota.

Secara yuridis Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan memberikan perlindungan bahwa setiap tenaga kerja berhak
dan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan
penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama,
dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang
bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang cacat.
Sedangkan Pasal 6 mewajibkan kepada pengusaha untuk memberikan hak dan

24

kewajiban pekerja/buruh tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama,
warna kulit, dan aliran politik. 14

Dalam buku Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Zainal Asikin menjelaskan
bahwa perlindungan tenaga kerja dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam
yaitu :
1. Perlindungan secara ekonomis, yaitu perlindungan pekerja dalam
bentuk penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak
bekerja diluar kehendaknya.
2. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan
hak untuk berorganisasi.
3. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
keamanan dan keselamatan.15

Selain perlindungan tenaga kerja di atas, terdapat perlindungan lain terhadap
pekerja yaitu:
1. Norma Keselamatan Kerja, meliputi keselamatan kerja yang bertalian
dengan mesin, alat-alat kerja bahan dan proses pengerjaan, keadaan
tempat kerja, lingkungan serta cara melakukan pekerjaan.
2. Norma kesehatan kerja dan higiene kesehatan perusahaan, yang
meliputi

14

pemeliharaan

dan

peningkatan

keselamatan

pekerja,

Abdul Hakim, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti, hlm.60
15
Zainal Asikin Op.Cit. hlm.76

25

penyediaan perawatan medis bagi pekerja, dan penetapan standar
kesehatan kerja.
3. Norma kerja, berupa perlindungan hak tenaga kerja secara umum baik
sistem pengupahan, cuti, kesusilaan, dan religius dalam rangka
memelihara kinerja pekerja.
4. Norma kecelakaan kerja, berupa pemberian ganti rugi perawatan atau
rehabilitasi akibat kecelakaan kerja dan/atau menderita penyakit akibat
pekerjaan, dalam hal ini ahli waris berhak untuk menerima ganti rugi.
2. Perlindungan Jam Kerja.
Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan disebutkan setiap pengusaha wajib
melaksanakan ketentuan waktu kerja (Pasal 77 ayat 1). Waktu kerja yang
dimaksud meliputi yang pertama adalah 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40
(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu. Atau 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh.
Tercantum pada Pasal 79 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan:
1. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah
bekerja selama 4 (empat) jam terus-menerus dan waktu istirahat
tersebut tidak termasuk jam kerja;
2. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
(satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu;

26

3. Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah
pekerja/ buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan
secara terus-menerus; dan
4. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan
pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi
pekerja/ buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terusmenerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/ buruh
tersebut berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun
berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6
(enam) tahun.
3. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Dalam Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa
setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
Keselamatan dan kesehatan kerja; Moral dan kesusilaan; dan Perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Tujuan diselenggarakannya K3 adalah untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Ditinjau
dari segi keilmuan, K3 diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di tempat kerja. K3 harus diterapkan dan dilaksanakan di setiap
tempat kerja/perusahaan. Tempat kerja adalah setiap tempat yang di dalamnya
terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu:
1. Adanya suatu usaha, baik bersifat ekonomi maupun sosial
2. Adanya sumber bahaya

27

3. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terusmenerus maupun sewaktu-waktu.

Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen K3 yang terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan. Ada 3 (tiga) hal di sini, yaitu:
1. Tindakan membahayakan (unsafe practices/actions)
Tindakan yang membahayakan adalah tindakan yang
pekerjaan

tanpa

kewenangannya,

mempunyai

kewenangan/bekerja

gagal menciptakan keadaan

menjalankan
bukan

pada

yang baik sehingga

menjadi tidak aman atau memanas menjalankan pekerjaan yang tidak
sesuai dengan kecepatan geraknya, pengrusakan alat pengaman peralatan
yang digunakan, bekerja berlebihan/melebihi jam kerja di tempat kerja,
mengangkat/mengangkut beban yang berlebihan, menggunakan tenaga
berlebihan/tenaganya, peminum/pemabuk/mengkonsumsi narkoba.

2. Kondisi yang membahayakan (unsafe conditions)
Adapun yang dimaksud dengan kondisi yang membahayakan adalah
kondisi yang:
a. Dalam keadaan pengamanan yang berlebihan
b. Alat dari peralatan yang sudah tidak layak
c. Terjadi kemacetan (congestion)
d. Sistem peringatan yang berlebihan (inadequate warning system)
e. ada api dan di tempat yang berbahaya;
gedung kurang standar

alat penjaga/pengaman

28

f. kondisi suhu (atmosfir) yang membahayakan
g. terpapar gas, fumes, bising, radiasi
h. Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau pun berlebihan.
3. Upaya-upaya pengendalian K3
Adapun suatu bentuk upaya pengendalian K3 antara lain: substitusi
bahan kimia yang berbahaya,

proses isolasi, pemasangan lokal

exhauster, ventilasi umum, pemakaian APD, ketatarumahtanggaan
perusahaan, pengadaan fasilitas saniter, pemeriksaan kesehatan sebelum
kerja dan berkala, penyelenggaraan latihan/penyuluhan kepada semua
karyawan dan pengusaha, dan kontrol administrasi.
4. Perlindungan Kesejahteraan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah suatu perlindungan
bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti
sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan
sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja
berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal
dunia.16

Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan
memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan
keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang
hilang, akibat risiko sosial. Kebutuhan Jamsostek sudah merupakan hak
asasi manusia yang wajib dipenuhi oleh pihak perusahaan atau instansi
16

Rocky Marbun,, 2010, Jangan Mau di PHK Begitu Saja, Jakarta : Visimedia,hlm. 53.

29

kepada tiap-tiap tenaga kerjanya. Kebijakan tentang jamsostek tersebut
sesuai untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia serta
menciptakan Indonesia yang adil dan demokratis.17
5. Perlindungan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Undang-Undang Ketenagakerjaan memberikan pengertian PHK adalah
pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara buruh/pekerja dengan pengusaha.
Mengenai

PHK

sekarang

diatur

dalam

Bab

XII

Undang-Undang

Ketenagakerjaan. Ketentuan PHK ini berlaku bagi :
1.

Badan usaha yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan
hukum milik orang perseorangan, milik persekutuan, milik badan
hukum, baik yang milik swasta maupun milik negara.

2.

Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan mendapat upah atau imbalan
dalam bentuk lain.

Jenis-jenis PHK antara lain:18
1.

PHK oleh majikan/pengusaha
Berdasarkan Pasal 158 ayat (1) Undang-Undang Ketenagaker