Teori Pemungutan Pajak Daerah

a. Asas Equality, dalam suatu Negara tidak diperbolehkan mengadakan diskriminasi diantara wajib pajak. Pengenaan pajak terhadap subjek hendaknya di lakukan seimbang sesuai dengan kemampuannya. b. Asas certainly, pajak yang harus di bayar wajib pajak harus pasti untuk menjamin adanya kepastian hukum, baik mengenai subjek, objek, besarnya pajak dan saat pembayarannya. c. Asas convenience, pajak hendaknya dipungut pada saat paling tepatbaik bagi para wajib pajak. d. Asas efficiency, biaya peungutan pajak hendaknya seminimal mungkin, artinya biaya pemungutan pajak harus lebih kecil dari pemasukan pajaknya. e. Asas ekonomi, sebagai fungsi budgetere, pajak juga digunakan sebagai alat penentu politik perekonomian, tidak mungkin suatu Negara menghendaki merosotnya kehidupan ekonomi masyarakat, karena itu emungutan pajak sebagai berikut. 1. Harus diusahakan supaya jangan sampai menghambat lancarnya produksi dan perdagangan, 2. Harus diusahakan supaya jangan menghalang-halangi rakyat dalam usahanya menuju kebahagiaan dan jangan sampai merugikan kepentingan umum. 19 Pada dasarnya terdapat 3 sistem pemungutan pajak yang berlaku yaitu: a. Official Assesment Sistem, adalah sistem pemungutan pajak dimana jumlah pajak yang harus dilunasi atau terutang oleh Wajib Pajak dihtiung dan 19 Ibid. hlm 29 ditetapkan oleh fiskusaparat pajak. Jadi dalam sistem ini Wajib Pajak bersifat pasif sedang fiskus bersifat aktif. b. Self assessment sistem, adalah sistem pemungutan pajak dimana Wajib Pajak harus menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terutang. Aparat Pajak fiscus hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan Wajib Pajak. c. With Holding Sistem, adalah sistem pemungutan pajak yang mana besarnya pajak terhutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksut disini antara lain pemberi kerja , dan bendaharawan pemerintah. 20 Dasar hukum pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia pada awalnya diatur dalam pasal 23 ayat 2 UUD 1945, setelah UUD 1945 diamandemen, pasal 23 ayat 2 diganti dengan pasal 23A UUD 1945 yang menegaskan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-Undang. Dasar pemungutan PBB P2 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009.

2.1 . Pajak Bumi Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

Pajak bumi dan bangunan PBB adalah pajak yang dipungut atas tanah dan bangunan karena adanya keuntungan danatau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya. Dasar pengenaan pajak dalam PBB adalah 20 Erly Suandy, Hukum pajak,. Jakarta: Salemba Empat, 2005, Hlm. 136-137 Nilai Jual Objek Pajak NJOP. 21 NJOP ditentukan berdasarkan harga pasar per wilayah dan ditetapkan setiap tahun oleh menteri keuangan. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman termasuk rawa-rawa, tambak, perairan serta laut wilayah republik Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang di tanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. 22 Objek PBB adalah “Bumi dan atau Bangunan”: 1. Bumi adalah Permukaan bumi tanah dan perairan dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah, pekarangan, tambang. 2. Bangunan adalah Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Contoh: rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, emplasemen, pagar mewah, dermaga, taman mewah, fasilitas lain yang memberi manfaat, jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai. 23 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau badan yang mempunyai kewajiban untuk melunasi PBB sesuai dengan ketentuan Undang-Undang PBB. 24 Di dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan dan tata pemerintahan sampai sekarang desa merupakan suatu wilayah yang di tempati oleh sejumlah penduduk 21 http:www.piramidasoft.com. Diunduh pada 9 maret 2014 22 Ibid hlm. 311 23 http:www.pajak.go.id diunduh pada 9 maret 2014 24 Wirawan B. ilyas.Hukum Pajak, Jakarta: Salemba Empat, 2001, Hlm. 74 yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat, telah memiliki hak menyelenggarakan pemerintahannya. 25 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pedesaan adalah pemukiman penduduk yang sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, iklim dan air sebagai syarat penting bagi terwujudnya pola kehidupan agraris penduduk ditempat itu. Menurut Bintaro dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya. Menurut Undang-Undang No. 22 1999 tentang Otonomi Daerah Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Menurut Peraturan Mendagri RI No. 4 1980 Kota adalah suatu wilayah yang memiliki batasan administrasi wilayah  seperti kotamadya dan kota administratif. Kota juga berarti suatu lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan. 25 Kansil, Pemerintahan Daerah di Indaonesia, Hukum Administrasi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika, 2004, Hlm.56 Dari beberapa pengertian kota diatas terdapat adanya kesamaan pernyataan tentang bagaimana suatu daerah tersebut dikatakan sebuah kota. Kesamaan tersebut dapat dilihat bahwa kota pasti mencakup adanya suatu bentuk kehidupan manusia yang beragam dan berada pada suatu wilayah tertentu.

2.4 Dasar Hukum Pajak Bumi Bangunan Pedesaan dan Perkotaan