Usulan Pengelolaan Lalu Lintas

30 Walaupun pengaruh kegiatan perguruan tinggi kecil terhadap tingkat pelayanan jalan di Jalan Raya Jatinangor akan tetapi kegiatan perguruan tinggi tersebut berpengaruh besar terhadap volume lalu lintas di Jalan Raya Jatinangor. korelasi yang mempunyai hubungan yang sangat kuat adalah korelasi antara bangkitan pergerakan dengan jadwal kuliah menunjukan korelasi yang sangat kuat diantara korelasi-korelasi yang lain dengan nilai korelasinya 0,900. Korelasi antara bangkitan pergerakan dengan jadwal kuliah bernilai positif + yang artinya semakin padat jadwal kuliah perharinya maka bangkitan pergerakannya semakin tinggi pula. Sedangkan nilai koefisien determinasinya sebesar 81, hal ini berarti kontibusi atau peranan yang diberikan oleh jadwal kuliah terhadap bangkitan pergerakan kegiatan perguruan tinggi sebesar 81. Sedangkan untuk 19 merupakan kontribusi faktor-faktor lain. Korelasi yang mempunyai hubungan yang lemah adalah korelasi korelasi antara luas area dengan tarikan pergerakan sebesar 0,165, dengan nilai koefisien korelasi sebesar Hal ini berarti kontibusi atau peranan yang diberikan oleh luas area terhadap bangkitan pergerakan kegiatan perguruan tinggi sebesar 2,72. Sedangkan untuk 97,28 merupakan kontribusi faktor-faktor lain.

2.6.3 Usulan Pengelolaan Lalu Lintas

Studi ini pada dasarnya bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pelayanan ruas Jalan Setiabudi yang disebabkan oleh meningkatnya volume lalu lintas dan adanya gangguan lokal, dengan melihat kondisi eksisting yang ada dan permasalahan yang ada disekitarnya. Dalam studi ini jenis data yang digunakan adalah: 31 1. Traffic Counting 2. Tarikan dan bangkitan kegiatan komersial Analisis yang digunakan dalam studi ini adalah analisis deskriptif, perhitungan besarnya ratio volume per kapasitas VCR, dan tingkat pelayanan jalan LOS untuk mengetahui kinerja jalan. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, tingkat pelayanan Jalan Setiabudi buruk dimana LOS masing-masing ruas penelitian di Jalan Setiabudi antara level C-F. Dengan pelayanan yang buruk maka ada usulan tindakan penanganan persoalan lalu lintas di Jalan Setiabudi diberikan berdasarkan dua scenario yang berbeda. Skenario pertama adalah tindakan penanganan berdasarkan kondisi eksisting lalu lintas di Jalan Setiabudi dikaitkan dengan sistem aktivitas yang ada di tiap-tiap ruas beserta biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penanganan tersebut. Skenario kedua merupakan usulan tindakan manajemen lalu lintas yang perlu dilakukan beserta biaya penanganannya, dengan asumsi mulai beroperasinya Setiabudi Apartemen yang terletak di ruas 3 Jalan Setiabudi. 32

BAB III KAPASITAS JALAN, KARAKTERISTIK LALU LINTAS, DAN

KECELAKAAN DI JALAN NAGREG PADA SAAT LEBARAN Bab ini mengenai gambaran umum di Jalan Nagreg dan Jalur Lingkar Nagreg yang meliputi karakteristik jalan yaitu kapasitas jalan, karakteristik jalan, dan kecelakaan di jalan nagreg 3.1 Kapasitas Jalan Perhitungan kapasitas Jalan Nagreg dan Jalur Lingkar Nagreg dilakukan berdasarkan karakteristrik geometri yang dimiliki oleh Jalan Nagreg. Karakteristik geometrik pada Jalan Nagreg dan Jalur Lingkar Nagreg memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga kapasitas jalan memiliki kapasitas yang berbeda pula.

3.1.1 Data Teknik Jalan

Jalan Nagreg memiliki panjang 5,3 km dengan lebar 22 meter. Jenis permukaan merupakan agregat, beton dan aspal hotmix dengan jumlah lajur 4 lajur, untuk pembagian arah 2 arah. Persimpangan di Jalan Nagreg terdiri dari 3 persimpangan tidak bersinyal. Jalan Nagreg tidak memiliki median yang berupa pembatas jalan. Jalur Lingkar Nagreg memiliki panjang 5,27 km dengan lebar 11 meter. Jenis permukaan merupakan beton dan aspal hotmix dengan jumlah lajur 2 lajur, untuk pembagian arah 2 arah. Persimpangan di Jalur Lingkar Nagreg terdiri dari 4 persimpangan tidak bersinyal. Jalur Lingkar Nagreg tidak memiliki median yang berupa pembatas jalan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III-1.