Berdirinya Organisasi Dharma Wanita
Organisasi Dharma Wanita dalam mencapai tujuannya melakukan beberapa usaha yang dilakukan. Usaha-usaha yang dilakukan Organisasi
Dharma Wanita antara lain: 1.
Membimbing dan membina organisasi istri pegawai dalam rangka pemupukan pengembangan rasa persatuan dan
kesatuan serta senasib dan seperjuangan. 2.
Membimbing dan membina organisasi istri pegawai dalam rangka peningkatan partsipasinya guna mensukseskan
pembanguan nasional sesuai dengan kodrat dan kedudukan wanita Indonesia sebagai istri dan ibu rumah tangga.
3. Menyelenggarakan pendidikan terhadap istri pegawai untuk
meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab ber Negara sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah.
39
Usaha yang dilakukan organisasi Dharma Wanita lebih terfokuskan kepada pembimbingan dan pembinaan terhadap istri pegawai. Pembimbingan dan
pembinaan yang dilakukan organisasi Dharma Wanita memupuk rasa persatuan sesama anggota organisasi Dharma Wanita. Organisasi Dharma
Wanita juga melakukan peningkatan-peningkatan dalam pendidikan bagi sang istri pegawai negeri, dengan meningkatkan pendidikan maka kaum
istri dapat lebih mempertanggung jawabkan perannya sebagai ibu dan pelaksana dalam pembangunan.
Dharma Wanita menurut bahasa sansekerta menyatakan secara tidak langsung peranan yang telah ditakdirkan bagi kaum wanita. Organisasi
Dharma Wanita dalam bahasa in ggris mengandung pengertian “organisasi
39
Kowani, op.cit., hlm. 280.
untuk membantu kaum wanita”.
40
Kaum wanita yang masuk dalam organisasi ini merupakan para istri yang suaminya bekerja sebagai
pegawai negeri atau penjabat pemerintahan. Organisasi Dharma Wanita sebenarnya berakar dari pemikiran militer,
yang berasal dari organisasi wanita militer yaitu Persit Persatuan Istri Tentara dan Bhayangkari Persatuan Istri Polisi. Organisasi istri dari
kalangan ABRI yang sebenarnya mempunyai sifat dan struktur organisasi seperti ini.
41
Organisasi istri ketika masa sebelumnya mereka sifatnya tidak terikat dan bebas melakukan aktivitas mereka, namun memasuki masa
Orde Baru mereka menjadi organisasi wanita yang terikat. Pemerintah menerapkan sifat dan struktur yang sama dengan
organisasi istri dari kalangan ABRI kepada organisasi istri. Sifat organisasi istri ini menjadi organisasi persatuan. Organisasi Dharma Wanita
menerapkan struktur yang sama dengan organisasi istri ABRI yaitu mengikuti jabatan sang suami. Istri dari kepala staf ini secara otomatis
menjadi ketua di dalam organisasi, dan istri penjabat lainnya ditempatkan sesuai dengan jabatan sang suami.
Pemerintah Orde Baru takut dan trauma akan terjadi kembali peristiwa tahun 1965 yang melibatkan organisasi wanita berhaluan komunis yaitu
Gerwani, oleh karena itu pemerintah Orde Baru mengawasi dengan ketat
40
Kathryn Robinson. 2001. “Wanita: Dikotomi Versus keragaman”. Dalam Donald. K. Emerson Ed, Indonesia Beyond Soeharto. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka, hlm. 434.
41
Siti Fatimah, op.cit., hlm. 241.
gerakan kaum wanita. Pada saat sebelum peristiwa tahun 1965 politik golongan kiri mempunyai pengaruh yang begitu kuat terhadap organisasi
wanita. Pemerintah Orde Baru memiliki cara agar peristiwa tahun 1965 tidak terjadi kembali yaitu dengan mengkaitkan organisasi istri terhadap
perkerjaan suami, dengan cara seperti ini pemerintah dapat mengontrol segala kegiatan organisasi wanita dan menjinakan organisasi wanita
dalam kebijakan pemerintah. Organisasi Dharma Wanita menganut asas wilayah yang dibagi dalam
tingkat yaitu: tingkat pusat, tingkat daerah, dan tingkat cabang.
42
Organisasi Dharma Wanita pada tingkat pusat yaitu organisasi Dharma Wanita yang wilayah kerjanya berada di daerah pusat yaitu Jakarta.
Organisasi Dharma wanita pada tingkat Daerah yaitu organisasi Dharma Wanita yang wilayah kerjanya berada di tingkat provinsi. Organisasi
Dharma wanita pada tingkat cabang yaitu organisasi Dharma Wanita yang wilayah kerjanya berada di tingkat Kabupaten atau Kota madya.
Struktur organisasi Dharma wanita pada tingkat Pusat terdiri dari presidium Dharma wanita dan pengurus hariannya organisasi Dharma
wanita. Pada organisasi Dharma Wanita di tingkat pusat dipimpin oleh presidium Dharma Wanita. Presidium Dharma Wanita terdiri dari
seseorang yang mewakili dari masing-masing Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen Kesekretariatan Lembaga Tertinggi Negara,
Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Kejaksaan agung, Bank milik
42
Kowani, op.cit., hlm. 280.
Negara.
43
Pengurus harian organisasi Dharma wanita sendiri merupakan anggota-anggota yang tergabung di dalam organisasi Dharma Wanita
Pusat. Pada organisasi Dharma Wanita di tingkat pusat selain adanya
presidium Dharma Wanita dan pengurus harian terdapat pembina umum, penasihat utama, penasihat, dan dewan pimpinan pusat. Pembina umum di
dalam organisasi Dharma Wanita tingkat pusat yaitu Bapak Soeharto selaku presiden Indonesia pada masa Orde Baru. Penasihat utamanya,
yaitu Ibu Tien Soeharto. Penasihat organisasi Dharma Wanita, yaitu Ibu Nelly Adam Malik. Dewan pimpinan pusat, yaitu dewan pembina
KORPRI.
44
Presiden Soeharto selaku pembina utama mempunyai tanggung jawab terhadap keberlangsungan organisasi Dharma Wanita. Ibu
Tien selaku istri dari Presiden Republik Indonesia menjadi penasihat umum. Tugas dari penasihat umum yaitu yang memberikan nasihat dan
saran terhadap keberlangsungan organisasi Dharma wanita. Pemerintah Orde Baru mewajibkan para istri dari Pegawai Republik
Indonesia untuk masuk ke dalam organisasi Dharma Wanita. Jabatan ketua diperoleh melalui pemilihan yang dilakukan oleh anggota. Memasuki masa
Orde Baru organisasi istri tidak diraih melalui pemilihan, akan tetapi harus
43
Struktur organisasi Dharma Wanita terdapat dalam AD ART organisasi Dharma Wanita, dapat dilihat dalam lampiran. hlm. 118.
44
Kowani, loc.cit.
mengikuti dengan pola hierakhi pemerintahan.
45
Jabatan sang istri di dalam organisasi mengikuti jabatan sang suami di dalam Departemen atau
Lembaga. Jabatan ketua organisasi dipegang oleh istri dari kepala Departemen atau Lembaga. Sistem keanggotaan organisasi istri diwajibkan
bagi sang istri yang suaminya berkerja sebagai Pegawai Republik Indonesia.
Organisasi Dharma Wanita adalah organisasi istri yang sifatnya persatuan. Anggota-anggota yang ada di dalam organisasi Dharma Wanita
terdiri dari organisasi-organisasi di Lingkungan Departemen-Departemen, Lembaga Tertinggi Negara, dan Lembaga Tinggi Negara, Kejaksaan
Agung, Pemerintah Daerah, Bank Milik Negara, dan Perusahaan Milik Negara.
46
Organisasi Dharma wanita saat itu menjadi payung bagi organisasi istri Pegawai Republik Indonesia.
Para istri dari Departemen-Departemen, Lembaga Tertinggi Negara, dan Kesekretariatan, Lembaga Tinggi Negara, Kejaksaan Agung,
Pemerintah Daerah, Bank Milik Negara, dan Perusahaan Milik Negara dilebur dalam organisasi Dharma Wanita. Peleburan para organisasi istri
dari Departemen-Departemen, Lembaga Tertinggi Negara, dan Lembaga Tinggi Negara, Kejaksaan Agung, Pemerintah Daerah, Bank Milik Negara,
dan Perusahaan Milik Negara tetapi tidak dapat menghilangkan ciri khas dari setiap Departemen, Lembaga masing-masing. Peleburan berbagai
45
Saskia Wieringa, op.cit., hlm. 40.
46
Sukanti Suryochondro, op.cit., hlm. 178.
organisasi istri dari masing Departmen dan Lembaga ke dalam organisasi Dharma Wanita menjadikan organisasi yang besar dan memiliki jumlah
anggota yang banyak. Musyawarah yang dilakukan organisasi Dharma Wanita terdiri dari:
musyawarah nasional, musyawarah daerah, musyawarah cabang.
47
Musyawarah yang dilakukan oleh Organisasi Dharma wanita guna membahas mengenai ADART dan mempertanggungjawabkan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan selama setahun Dharma Wanita di tingkat daerah dan Dharma Wanita di tingkat cabang. Musyawarah Nasional dilakukan
dalam waktu kurun setahun tahun sekali. Musyawarah nasional organisasi Dharma Wanita dilakukan di tingkat pusat, semua perwakilan organisasi
Dharma wanita baik di tingkat daerah ataupun di tingkat cabang berkumpul di pusat. Perwakilan yang ikut serta di dalam musyawarah
nasional adalah ketua Dharma wanita yang ada di tingkat daerah dan cabang.
Organisasi Dharma wanita selain melakukan musyawarah, organisasi ini melakukan rapat. Rapat Dharma Wanita terdiri dari: rapat presidium,
rapat pengurus, rapat gabungan, konferensi, dan rapat anggota.
48
Rapat Presidium dilakukan oleh perwakilan dari masing-masing Departemen dan
Lembaga. Rapat pengurus dilakukan oleh pengurus harian Dharma wanita.
47
ADART Dharma Wanita, dapat diihat dalam lampiran ADART hlm. 120.
48
Ibid.
Rapat gabungan dilakukan oleh presidium dan pengurus harian. Konferensi dilakukan untuk berunding guna memecahkan suatu masalah di
dalam organisasi Dharma Wanita. Rapat anggota adalah rapat yang dilakukan oleh anggota-anggota organisasi Dharma Wanita.
Organisasi Dharma wanita sama dengan organsasi lainnya yang membutuhkan pemasukan keuangan bagi organisasi. Sistem keuangan
dikelola sendiri oleh anggota-anggota organisasi ini. Pemasukan organisasi Dharma Wanita berasal dari iuran, dan usaha-usaha yang dilakukan
anggota. Setiap anggota organisasi Dharma Wanita diwajibkan untuk memberikan iuran kepada organisasi Dharma Wanita. Pemasukan
keuangan organisasi ini selain iuran terdapat usaha-usaha yang dilakukan oleh anggota organisasi, seperti para istri berjualan dan hasil dari
penjualan dimasukan ke dalam kas organisasi Dharma wanita. Posisi kaum wanita sebagai rumah tangga terlihat dari pidato presiden
Soeharto. Pada pidato pengarahan Presiden Soeharto di Istana Negara, ketika Munas Dharma Wanita III 5 April 1988 disebutkan, antara lain:
“...kaum wanita adalah memberikan sumbangannya terhadap pembangunan nasional. Pembangunan masa yang akan datang akan
dapat berhasil guna apabila dilaksanakan oleh manusia-manusia yang sehat jasmani dan rohani, yang cerdas dan kuat kepribadiannya serta
memiliki rasa tanggung jawab yang besar dan budi pekerti yang luhur. Manusia yang demikian itu hanya bisa diwujudkan dari anak-anak
yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menjaga perannya sebagai ibu yang baik....
”
49
49
Siti Fatimah, op.cit., hlm. 243.
Pidato yang disampaikan oleh Presiden Soeharto bahwa kaum wanita diharuskan berperan dalam pembangunan nasional. Pemerintah ketika
masa Orde Baru selalu berusaha memposisikan kaum wanita sebagai ratu rumah tangga. Kaum wanita sebagai ratu rumah tangga yaitu dimulai dari
mengurus suami, mengurus anak, dan mengurus segala keperluan rumah. Kaum wanita yang baik adalah kaum wanita yang dapat menjaga
perannya sebagai ibu yang baik. Kaum wanita mempunyai peran dalam pembangunan nasional. Kaum wanita juga berperan sebagai seorang ibu
yang akan menghasilkan anak yang sehat jasmani dan rohani, yang cerdas dan kuat kepribadiannya serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar
dari budi pekerti yang luhur. Pidato yang disampaikan oleh Dewan Pembina Dharma Wanita
mengemukakan dan menekankan mengenai sifat dan peran yang dilakukan oleh anggota organisasi Dharma Wanita yaitu:
“Sifatnya yang khas dari organisasi Dharma Wanita adalah beranggotakan para istri pegawai negeri Republik Indonesia,
sedangkan pegawai Republik Indonesia merupakan satu unsur pemerintah pelaksana pembangunan yang berperan sentral, karena
pembangunan nasional sekarang ini masih bertumpu pada peran aktif pemerintah yang ditopang oleh partisipasi msyarakat sesuai hak dan
kewajibannya sebagai warga negara. Dengan demikian, Dharma Wanita sebagai organisasi kemasyarakatan adalah sekaligus
penyandang peran sebagai organisasi pendamping aparat pemerintah, abdi negara, abdi masyrakat yang memerlukan kualitas itu untuk
suskesnya tugas pembangunan, disamping fungsi alamiah sebagai ibu rumah ta
ngga...”
50
50
Ibid.
Kaum wanita diwajibkan untuk menyumbangkan perannya dalam pembangunan pada saat itu. Pada saat itu yang menjadi pelaksanaan
pembangunan dilakukan oleh Pegawai Negeri Republik Indonesia. Organisasi Dharma Wanita dibentuk agar para istri ikut berperan serta
dalam pembangunan dengan mendukung dan mendamping perkerjaan sang suami sebagai pegawai Republik Indonesia. Organisasi ini
memperlihatkan bahwa kaum wanita selain bertugas sebagai istri di dalam rumah tangga mereka juga sebagai penyumbang dalam pelaksanaan
pembangunan dengan mendampingi para suami dalam menjalankan tugas mereka sebagai ibu rumah tangga sesuai dengan kodrat mereka sebagai ibu
dan istri.
60
BAB III PERANAN ORGANISASI DHARMA WANITA DI KOTA BANJAR
PATROMAN A.
Sekilas Mengenai Kota Banjar Patroman
Menurut kamus bahasa Kawi Indonesia, Banjar memiliki arti lingkungan, baris, berderet, berbaris. Arti Kota Banjar menurut kamus
istilah Karawitan Sunda yaitu berurutan, teratur tinggi rendahnya nada yang dimiliki oleh alat musik. Menurut kamus Bahasa Sunda, Banjar sama
artinya dengan barang, benda yang diperlihatkan pada suatu tempat.
1
Banjar menjadi lambang suatu tempat yang memiliki arti suatu tempat dengan lingkungan yang tertata rapi dan merata dimulai dari kota sampai
pada pelosok desa. Kota Banjar pada saat ini lebih dikenal dengan sebutan Banjar
Patroman. Nama Banjar Patroman berdasarkan pada lingkungan sumber daya alam dan keadaan geografis. Patroman dahulunya berawal dari
sebuah daerah bernama Pataruman. Pataruman diambil dari kata tarum merupakan sejenis pohon perdu yang tumbuh di tepi Sungai Citarum.
2
Tarum digunakan oleh masayarakat sebagai nama daerah bernama Pataruman, kemudian nama Pataruman berubah menjadi nama Patroman.
Banjar sampai saat ini dikenal dengan Banjar Patroman agar membedakan dengan nama Kota Banjar lainnya.
1
Undang Sudrajat dkk, Banjar Satu Dekade. Bandung: YAF Publish, 2013, hlm. 1.
2
Ibid., hlm. 2.
Kota Banjar awalnya merupakan daerah Kota Administratif dari Kabupaten Ciamis. Kota Banjar kemudian mengalami perubahan dalam
sistem pemerintahan sebanyak empat kali yaitu: Pertama tahun1937-1940 sebagai kecamatan, kedua tahun 1941 sampai dengan 1 Maret 1992 Banjar
sebagai ibu kota kewadanan, ketiga tahun 1992 sampai dengan 20 Februari 2003 sebagai kotif kota administratif Banjar, terakhir tahun 21 Februari
Kota Banjar menjadi kota pemerintahan sendiri.
3
Perubahaan status pemerintahan yang dialami oleh Kota Banjar merupakan dinamika dari
suatu wilayah Pada tahun 1937 bupati Tumenggung Sunarya mengembangkan
daerah Banjar menjadi ibukota kecamatan. Pemusatan kegiatan yang terkonsentrasi di satu wilayah ini kemudian disebut sebagai pusat
lingkungan desa yang menyatu menjadi kesatuan sehingga lahirlah pusat Kecamatan Banjar yang berada di Desa Pataruman. Konsentrasi pusat
pemerintahan saat itu berada pada seputar kegiatan sosial ekonomi, yaitu adanya kantor pemerintahan kecamatan, pasar tradisional, dan fasilitas-
fasilitas sosial lain.
4
Pemusatan kegiatan ini merubah Kecamatan Banjar yang awalnya hanya pemukiman menjadi sebuah kecamatan. Perubahan
Banjar menjadi kecamatan tidak bisa dipandang sebelah mata. Pada tahun 1941 Kecamatan Banjar ditetapkan menjadi ibu kota
kewadanaan. Ditetapkannya Kecamatan Banjar menjadi ibu kota
3
Tim Fase. 2012. Patruman embrio Kota Banjar, Fase, Edisi Februari, hlm. 4.
4
Ibid.
kewadanaan menunjukan bahwa pertumbuhan penduduk yang dialami oleh Kecamatan Banjar semakin pesat. Banjar sebagai ibu kota
kewadanaan ini menjadi salah satu wilayah pengembangan Kabupaten Ciamis sebagai kabupaten induk.
5
Banjar menjadi salah satu wilayah yang menjadi perhatian Kabupaten Ciamis karena letaknya strategis yang
menghubungkan wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Barat. Sekitar tahun 1990-an muncul pembicaran-pembicaran mengenai
pemisahan dan pembentukan pemerintahan sendiri yang disebabkan oleh adanya kekecewaan masyarakat Banjar terhadap pemerintahan Kabupaten
Ciamis. Pada akhirnya keluar kebijakan pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat saat itu mengeluarkan SK Surat Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Jawa Barat No.031 Tahun 1990 untuk menata daerah otonom tingkat II yang ada di wilayah administartif Provinsi Jawa Barat
menjadi 42 daerah otonom tingkat II yang salah satunya adalah Kotif Banjar. Pada tahun 1992 Banjar secara resmi menjadi Kotif Banjar.
6
Sejak resmi Banjar menjadi Kotif Banjar, maka terjadi perluasan daerah di
sekitar Kotif Banjar. Sekitar tahun 1993 setelah setahun penetapan Banjar menjadi Kotif,
masyarakat Banjar mengalami titik jenuh. Pada tahun 1993 Kotif Banjar kehilangan fungsinya sebagai jalur transit disebabkan adanya kebijakan
pemerintah daerah yang membuka jalur trayek langsung, seperti jalur
5
Ibid.
6
Ibid.
Jakarta menuju Pangandaran, Bandung menuju Pangandaran, Jakarta menuju Banjarsari, dan Bandung menuju Wangon, Jakarta menuju
Bandung menuju Wangon yang pada saat itu mulai berkembang.
7
Kebijakan jalur trayek membuat Kotif Banjar hanya menjadi jalur lintasan dari arah Jawa Tengah menuju daerah-daerah yang ada di Jawa Barat atau
dari arah Jawa Barat menuju daerah-daerah yang ada di Jawa Tengah. Pada sekitar tahun 1993 timbul rasa kejenuhan dan kekecewaan
masyarakat Kotif Banjar terhadap pemerintah Kabupaten Ciamis karena kurang memperhatikan Kotif Banjar dan hilangnya fungsi Kotif Banjar
sebagai jalur transit. Faktor kekecewaan masayarakat menjadi alasan berpisahnya Banjar dari pemerintahan Kabupaten Ciamis. Pada saat itu
pemisahan Banjar dari pemerintahan Kabupaten Ciamis belum dapat terlaksana karena ketika masa Orde Baru belum ada perundang-undangan
yang mengatur tentang daerah otonom.
8
Belum adanya perundang- undangan yang mengatur tentang daerah otonom tidak menyurutkan
semangat dari masyarakat Kotif Banjar untuk segera berpisah dari pemerintahan Kabupaten Ciamis dan mendirikan pemerintahan Kota
Banjar. Pada tahun 1999 baru ditetapkannya undang-undang pembentukan
daerah otonom. Penetapan undang-undang mengenai pembentukan daerah
7
Ibid.
8
Hasil wawancara dengan Dedi Suryadi pada tanggal 3 Maret 2013, dapat dilihat dalam lampiran hasil wawancara hlm. 181.
otonom baru diresmikan pada masa pemerintahan B.J Habibie.
9
Resmi ditetapkannya undang-undang pembentukan daerah otonom membuat
masyarakat Banjar memiliki harapan besar untuk segera melakukan peningkatan status Kota Banjar dan berpisah dari pemerintah Kabupaten
Ciamis. Sejak tahun 1999 perjuangan tokoh masyarakat dan penjabat
pemerintahan Kotif Banjar terus dilakukan demi terwujudnya pemisahan pemerintahan Banjar dengan pemerintahan Kabupaten Ciamis. Keinginan
masyarakat Banjar kurang mendapat respon yang baik dari pemerintah Kabupaten Ciamis. Bupati Oma Sasmita mengeluarkan kebijakan yaitu
menarik kembali para penjabat pemerintahan Kotif Banjar. Salah satu penjabat yang ditarik oleh Bupati Oma Sasmita adalah H.M Efendi
Taufikurahman, SH, MH yang saat itu menjabat sebagai Walikotatif Banjar.
10
Penarikan Walikotatif ini berdampak kepada Kehidupan pemerintahan Kotif Banjar saat itu, karena melumpuhkan jalannya
pemerintah di Kotif Banjar. Pada tanggal 21 Februari 2003, disahkan peningkatan status dari Kotif
Banjar menjadi Kota Banjar sesuai dengan UU No. 27 Tahun 2002. Peresmian status pemerintahan Kota Banjar dilakukan sebelum menjelang
pemilu 2003, oleh karena itu untuk sementara untuk menjalankan lajunya
9
Ibid.
10
Hasil wawancara dengan Dedi Suryadi pada tanggal 3 Maret 2013, dapat dilihat dalam lampiran hasil wawancara hlm. 182.
pemerintahan di Kota Banjar maka diangkat penjabat sementara. Pada saat itu H.M Efendi Taufikurahman, SH, MH dilantik menjadi Pjs. Walikota
Kota Banjar.
11
Sejak diresmikannya peningkatan status Kota Banjar maka secara resmi juga Kota Banjar berpisah dari pemerintahan Kabupaten
Ciamis. Kota Banjar merupakan sebuah kota kecil dengan memiliki daerah
yang luas. Secara geografis Kota Banjar berada pada wilayah ujung timur Provinsi Jawa Barat. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan wilayah
Kecamatan Pamarican dan Lakbok Kabupaten Ciamis. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lakbok dan Wanareja Kabupaten Cilacap.
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cimaragas dan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.
12
Keadaan geografis yang dimiliki oleh Kota Banjar menunjukan bahwa letaknya berbatasan langsung dengan daerah Provinsi
Jawa Tengah dan Kabupaten Ciamis. Letak geografis Kotif Banjar ini berada pada posisi geografis 07
19’- 07
26’ Lintang Selatan dan 108 26’-108
40’ Bujur Timur. Daerah-daerah yang berada di Kotif Banjar sebagian besar berada pada ketinggian kurang
dari 100 mdpl
13
yaitu mencapai 87,10 persen dan sisanya berada di ketinggian 100-500 mdpl.
14
Masyarakat Kota Banjar sebagian besar
11
Ibid.
12
Bapeda Kota Banjar, Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Banjar Laporan Akhir. Kota Banjar: Bapeda, 2004, hlm. 1.3.
13
Mdpl adalah Meter diatas permukaan laut.
14
Bappeda, loc.cit.
bermata pencaharian sebagai pedagang, baik dalam bidang jasa maupun dalam bidang barang, selain sebagai pedagang masyarakat Kota Banjar
juga bermata pencaharian sebagai petani.