Pengelolaan dan efisiensi anggaran pendidikan yang belum maksimal; 4. Keterbatasan sarana dan prasarana; 5. Pengawasan yang lemah terhadap
penyelenggara pendidikan; 6. Kinerja guru yang belum maksimal; 7. Kesejahteraan guru yang masih kurang
3. Persamaan Pendidikan di Korea Selatan dan di Indonesia a. Cram school
Mereka menghafal rumus-rumus dari yang mudah sampai yang susah sekalipun. Ujian nasional yang berisi terlalu banyak pertanyaan dalam sedikit
waktu memaksa mereka mengerjakan semua soal secepat mungkin. Menghafal rumus adalah salah satu hal penting menuju sukses ujian
nasional. Mungkin menghafal beberapa rumus sederhana tidak menjadi masalah, namun mereka juga menghafal rumus-rumus penurunan, kebiasaan
ini berlangsung sampai universitas. Mereka menghafalnya karena mereka tidak punya cukup waktu untuk
mengerti konsep tersebut karena beban belajar mereka terlalu berat. Namun dengan menghafal, mereka tidak mengerti konsepnya sehingga ketika
dihadapkan pada permasalahan lain yang konsepnya sama, mereka tidak dapat menyelesaikannya.
Hal tersebut juga terjadi di Indonesia, siswa masih di berikan materi- materi hafalan tanpa diberikan ruang untuk berfikir kritis. Sehingga ketika
mencapai kelas 6, 9 dan 12, para siswa banyak di drill dengan rumus-rumus dan cara mencapai sukses ujian nasional.
b. Overstudying
Dengan beban belajar yang sangat banyak, muncullah bimbingan belajar di Korea yang dalam promosinya menawarkan peningkatan kemampuan
dalam waktu singkat dengan cara memberi bermacam-macam solusi cepat dan solusi tepat menghafal. Detail dari waktunya adalah :
10
1 Anak berumur 13 dan 14 tahun memulai kelas pada pukul 5:50, mengambil dua kelas 60 menit dan 70 menit. Kemudian pulang ke rumah
jam 9:30. Sesampai di rumah, mereka masih harus mengerjakan PR dari sekolah dan dari bimbingan belajar.
2 Anak usia 15 tahun memulai kelas pada pukul 7:06, mengambil kelas 60 menit dan 70 menit, selesai pada pukul 10:55. Sesampai di rumah, mereka
masih harus mengerjakan PR dari sekolah dan dari bimbingan belajar. 3 Ada kelas Sabtu, dan ini dilakukan walaupun beberapa sekolah
memberlakukan setengah hari masuk untuk siswa. Hal yang baik adalah, hampir semua orangtua sebenarnya tidak suka mengirim anak-anak SMP
sampai larut malam, namun mereka dipaksa oleh tuntutan dari sistem pendidikan nasional yang terus meningkat.
c. Stereotipe Bidang Studi Jurusan
Sama seperti di Indonesia, orang tua anak Korea biasanya mendorong anak-anak mereka untuk menjadi seorang dokter atau insinyur dari kecil.
Status sosial dan uang biasanya menjadi alasannya. Di Korea hal ini sudah sangat lazim dan terkadang mereka tidak merasa bahwa hal ini adalah sesuatu
yang aneh dan seharusnya tidak terjadi. Mereka juga akan mendorong anak- anaknya untuk mengambil bidang-bidang yang berstatus sosial tinggi dan
menghasilkan banyak uang. Kerja keras mereka ini tak lain adalah untuk lulus dan masuk ke
perguruan tinggi terbaik. Walaupun capek dan tertekan, pelajar tetap semangat demi menggapai impian mereka. Tidak heran kalau mereka termasuk siswa
dengan nilai tertinggi di dunia dan termasuk siswa yang paling sering diterima di Universitas-universitas Amerika. Program Penilaian Siswa Internasional
Program for International Student Assessment yang dijalankan oleh OECD baru-baru ini menempatkan pendidikan Korea Selatan di peringkat 11 dunia.
E. Struktur Sistem Pendidikan Korea Selatan