Jurnal
Public Policy
l9 perlengkapannya
20. Bimbingan teknis implementasi
peraturan perundang-undangan 1.437.000.000,-
1.225.954.500,- 85
21. Peningkatan kapasitas
pimpinan dan anggota DPRK 225.000.000,-
22. Pelantikan Bupati dan Wakil
Bupati 339.186.000,-
302.029.691,- 89
Sumber Data : Sekretariat DPRK Aceh Barat, Februari 2016. Jelaslah bahwa dari 22 dua puluh dua kegiatan yang dikelola oleh Sekretariat DPRK
Aceh Barat pada tahun 2016, 6 enam kegiatan terealisasi 100 seratus persen, 9 sembilan kegiatan terealisasi antara 90 sembilan puluh sampai dengan 99 sembilan puluh sembilan
persen, 1 satu kegiatan terealisasi antara 80 delapan puluh sampai dengan 89 delapan puluh sembilan persen, 1 satu kegiatan terealisasi antara 70 tujuh puluh sampai dengan 79 tujuh
puluh sembilan persen, 3 tiga kegiatan terealisasi antara 60 enam puluh sampai dengan 69 enam puluh sembilan persen. Sedangkan kegiatan yang realisasinya 0 nol persen yaitu
peningkatan kapasitas pimpinan dan anggota DPRK.
Realisasi anggaran Sekretariat DPRK Aceh Barat cukup baik, dalam pengertian bahwa hampir semua kegiatan yang direncanakan pada tahun 2016 dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya. Pada sisi lain tidak ada penarikan dana untuk kegiatan yang tidak berjalan, sehingga pengelolaan anggaran pada DPRK Aceh Barat telah berjalan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Hal ini dikarenakan setiap pengeluaran untuk belanja DPRK atas beban APBK harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Bukti-bukti tersebut harus mendapat pengesahan
dari pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti tersebut.
C. Pelaksanaan Pengawasan Anggaran DPRK
Pengawasan merupakan salah satu fungsi utama yang melekat pada DPRK Aceh Barat selain fungsi legislasi dan anggaran. Tentunya fungsi pengawasan ini diharapkan bisa berjalan
efektif sesuai harapan masyarakat, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan oleh DPRK bertujuan untuk menjamin agar Pemerintah Kabupaten menjalankan
programnya sesuai dengan rencana dan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku. Kewenangan pengawasan oleh DPRK ini antara lain mengacu kepada Pasal 42 ayat 1 point c
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, yang menyatakan bahwa
“DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, Peraturan Kepala Daerah, APBD, kebijakan
pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah”.
Pengawasan merupakan suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan
kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya Pemerintahan Kabupaten telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan pemerintahan. Pengawasan pada dasarnya diarahkan
sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai
Wawancara,
tanggal 7 Maret 2016 Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai dimana terdapat kecocokan dan
ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan tata kelola pemerintahan yang
baik
good governance,
pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi
Jurnal
Public Policy
l10 samapentingnya dengan penerapan
good governance
itu sendiri. Dalam pelaksanaan pengawasan terhadap pengelolaan anggaran di DPRK Aceh Barat, khusus pengawasan
administratif, maka telah dilaksanakan beberapa jenis atau bentuk pengawasan, yaitu pengawasan internal dan eksternal, preventif dan represif, aktif dan pasif, pengawasan
kebenaran formil menurut hak dan pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran
Wawancara,
tanggal 7 Maret 2016. Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang
bersangkutan. Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh
Inspektorat Kabupaten Aceh Barat. Pengawasan eksternal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi, dalam hal ini adalah
Badan Pemeriksa Keuangan BPK. Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan dari Inspektorat Kabupaten Aceh Barat sendiri
Wawancara,
tanggal 7 Maret 2016 Pengawasan ini dilakukan dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan
pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan
sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung, yaitu pimpinan DPRK Aceh Barat sendiri dan Sekretaris
Daerah Kabupaten Aceh Barat, sehingga jika diduga ada kemungkinan akan terjadi penyimpangan, akan terdeteksi lebih awal
Wawancara,
tanggal 7 Maret 2016. Di sisi lain, pengawasan represif merupakan pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah
kegiatan itu dilakukan. Pengawasan seperti ini biasanya dilakukan pada akhir tahun anggaran, dimana anggaran yang telah ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu,
dilakukan pemeriksaan dan pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan
Wawancara,
tanggal 7 Maret 2016. Berkenaan dengan pengawasan aktif dan pasif, dapat dikemukakan bahwa pengawasan
aktif dilakukan sebagai bentuk pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan. Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh atau pasif dimana pengawasannya
dilakukan melalui penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggungjawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran. Selanjutnya pengawasan berdasarkan
pemeriksaan kebenaran formil menurut hak merupakan pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kedaluwarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.
Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran merupakan pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip
ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.
Pengawasan kebenaran formil menurut hak dan pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran dalam kaitannya dengan penyelenggaraan kegiatan di lingkungan
Sekretariat DPRK Aceh Barat ditujukan untuk menghindari terjadinya korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran daerah yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri. Dengan
dijalankannya pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggungjawaban anggaran dan kebijakan daerah dapat berjalan sebagaimana direncanakan. Dalam kaitannya dengan
akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan daerah dengan menciptakan suatu
sistem pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern maupun pengawasan ekstern selain mendorong adanya pengawasan dari masyarakat sendiri. Sasaran pengawasan adalah temuan
yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan, menyarankan
agar ditekan adanya pemborosan, dan mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.
Jurnal
Public Policy
l11 Berdasarkan uraian-uraian di atas jelaslah bahwa pelaksanaan pengawasan anggaran
DPRK dilakukan oleh banyak pihak, yaitu selain atasan langsung Sekretaris DPRK, juga dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten, BPK dan BPKP. Semua kegiatan pengawasan yang
dilakukan itu dimaksudkan untuk mencegah dan menindak apabila terjadi penyimpangan pengelolaan anggaran dari perencanaan awal, terjadinya penggelembungan harga, adanya
perjalanan dinas atau kegiatan yang bersifat fiktif dan sebagainya. Saran dari pengawasan yang telah dilakukan adalah mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan, menyarankan agar
ditekan adanya pemborosan, dan mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.
SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN
Pertama
, Anggaran yang ditetapkan kepada DPRK setiap tahunnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Qanun Kabupaten Aceh Barat tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Kabupaten. Dengan demikian pembahasan anggarannya juga mengikuti mekanisme pembahasan anggaran satuan kerja perangkat daerah lainnya serta dibahas secara bersama-sama
antara Tim Anggaran Pemerintah Daerah dan Panitia Anggaran DPRK. Proses penyusunan anggaran DPRK setiap tahunnya tetap dilakukan dengan mekanisme yang telah bersifat standar
yaitu karena secara administratif Sekretaris DPRK bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, maka rencana anggaran DPRK tetap dimasukkan dalam buku RAPBK untuk
dibawa ke DPRK untuk dibahas dan disetujui bersama. Pembahasan rencana anggaran DPRK setiap tahunnya biasanya berada pada tahap awal pembahasan, walaupun kadang-kadang ada
juga yang dilakukan pada akhir pembahasan. Hal yang menarik disini adalah bahwa hampir tidak pernah ada anggota TAPD yang mempersoalkan besarnya anggaran dan rencana
penggunaan anggaran yang diusulkan oleh Sekretaris DPRK Pidie, sehingga pembahasannya setiap tahun berlangsung sangat mulus dan tanpa interupsi baik oleh TAPD maupun oleh Panitia
Anggaran DPRK sendiri.
Kedua
,Realisasi anggaran Sekretariat DPRK Aceh Barat cukup baik, dalam pengertian bahwa hampir semua kegiatan yang direncanakan pada tahun 2016 dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Pada sisi lain tidak ada penarikan dana untuk kegiatan yang tidak berjalan, sehingga pengelolaan anggaran pada DPRK Aceh Barat telah berjalan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini dikarenakan setiap pengeluaran untuk belanja DPRK atas beban APBK harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Bukti-bukti
tersebut harus mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti tersebut.
Ketiga
Pelaksanaan pengawasan anggaran DPRK Aceh Barat dilakukan oleh banyak pihak, yaitu selain atasan langsung
Sekretaris DPRK Aceh Barat sendiri, juga dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten, BPK Perwakilan Provinsi Aceh dan BPKP Provinsi Aceh. Semua kegiatan pengawasan yang
dilakukan itu dimaksudkan untuk mencegah dan menindak apabila terjadi penyimpangan pengelolaan anggaran dari perencanaan awal, terjadinya penggelembungan harga, adanya
perjalanan dinas atau kegiatan yang bersifat fiktif dan sebagainya. Saran dari pengawasan yang telah dilakukan adalah mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan, menyarankan agar
ditekan adanya pemborosan, dan mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
B.SARAN
Pertama,
Disarankan agar penyusunan anggaran Sekretariat DPRK Aceh Barat pada masa yang akan datang dapat lebih dipertajam lagi dengan menghindari terjadinya tumpang tindih
pengeluaran anggaran untuk satu kegiatan akan tetapi dengan nama yang berbeda. Hal ini dikarenakan ada berbagai kegiatan yang sangat mirip atau dekat namun mempunyai anggaran
sendiri-sendiri sehingga hal ini nantinya dikhawatirkan penyerapan anggran kurang sesuai dengan tata kelola anggaran yang baik.
Kedua,
Disarankan agar penggunaan anggaran
Jurnal
Public Policy
l12 Sekretariat DPRK Aceh Barat yang relatif sudah baik agar lebih ditingkatkan lagi pada masa
yang akan datang, karena masih ada dana yang sudah direncanakan akan tetapi tidak dapat diimplementasikan yaitu dana peningkatan kapasitas dewan. Dengan demikian kejelian dan
penempatan skala prioritas perlu diperhatikan oleh Sekretaris DPRK dalam mengusulkan rencana anggaran setiap tahunnya, karena rencana anggaran DPRK biasanya tidak mendapat
koreksi lagi dari Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
Ketiga,
Perlu diberikan pembekalan atau pelatihan kepada para anggota DPRK Aceh Barat tentang mekanisme dan kewenangan
pengawasan anggaran. Masih banyak anggota dewan yang belum memahami fungsi pengawasan yang seharusnya dilaksanakan oleh DPRK dalam panyelenggaraan pemerintahan
daerah. Hal ini dikarenakan dalam sistem pengawasan selain meliputi pengawasan politik, dikenal pula pengawasan fungsional, pengawasan melekat dan pengawasan masyarakat,
sehingga dapat dihindari adanya tumpang tindih diantara berbagai lembaga pengawasan dalam melaksanakan fungsinya, pada gilirannya diharapkan efektivitas sistem penyelenggaraan
pemerintahan daerah tertib dan lancar dan suasana yang kondusif dapat tetap terjaga karena tidak akan terjadi gesekan antara DPRK dengan lembaga-lembaga pengawas yang ada.
REFERENSI Anonimus,
Kinerja Pengelolaan Anggaran Daerah
, http:seknasfitra.orgpublication kinerja- pengelolaan-anggaran-daerah, diakses tanggal 1 April 2017.
Andi A.M. 2001
Otonomi Daerah Perspektf Teoritis dan Praktis,
Bigraf Publishing, Yogyakarta, hal 105.
Firmanzah,
Akuntabilitas Penggunaan Anggaran Negara,
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, http:setkab.go.idartikel-5342-.html, diakses tanggal 3 April 2017.
Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Barat Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Barat.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Josef Riwu Kaho, 2001.
Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia
, RajaGrafindo Persada, Jakarta
Laporan Keuangan
Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Barat dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012 dan 2017
, Meulaboh, 2012. Mardiasmo, 2009.
Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah,
dalam Komisi Pemberantasan Korupsi,
Meningkatkan Kapasitas fungsi Penganggaran DPRD Dalam Konteks Pencegahan Korupsi,
Jakarta. Mardiasmo, 2002.
Akuntansi Sektor Publik.
Edisi Pertama. ANDI, Yogyakarta. Mardiasmo, 2002.
Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah
. Edisi Pertama, Yogyakarta: ANDI.
Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 9 Tahun 2012 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Barat.
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2016 tentang Pemerintahan Daerah.
Jurnal
Public Policy
l13
IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN
STUDI KASUS USAHA GARAM RAKYAT
Nodi Marefanda
1
, Lukman Yudho Prakoso
2 1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Teuku Umar nodimarefandautu.ac.id
2
Disadal TNI AL, Jl. Raya Hankam Gedung B4Lantai 6-Jakarta Timur kamalekumdeplekgmail.com
Abstract
The purpose of this study to describe and analyze the implementation of the Regulation of the Minister of Marine and Fisheries, numbers Per.06MEN2011 special self-direct aid welfare of
the salt business people in Gresik. This study uses qualitative descriptive approach. The analysis was performed with the findings of the data that has been collected and var ious of
relevant information from the list of literature secondary data. This study uses Merille Daniel S. Grindle, Mazmanian and Paul A. Sabatier theory. The research found that the production of
people salt in Gresik increased from 40 tonsha to 60 tonsha, the goal of implementation has not been achieved caused there was nothing confining regulation in the marketing of salt, the
production was increased but the price tended to degenerative because there was no bargaining value in selling of salt production, the standard quality and prices that established by the
Ministry of industry still has not been done, there was no confining control to the marketing of salt, there was no institution at the farmers level to help salt workers in processing the result of
production, the poor of cooperative institution and unsupported powerful rules made the goals of salt workers prosperity could not be implemented. Institution of revitalization and excitation
for implementor or cooperative need to implemented immediately to help salt workers and supported by a main policy in order to become effective in salt workers prosperity.
Keywords:
Implementation, PNPM-KP, Salt Workers.
Jurnal
Public Policy
l14
PENDAHULUAN
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS Tahun 2013, jumlah penduduk miskin mencapai 28,07 juta orang, dimana 25,14 diperkirakan tinggal di wilayah pesisir. Kemiskinan
yang terjadi pada masyarakat kelautan dan perikanan merupakan salah satu masalah pokok nasional yang penanggulangannya harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan
pembangunan kelautan dan perikanan. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan dilaksanakan berdasarkan prinsip
pro poor, pro job, pro growth,
dan
pro sustainability
, untuk memberikan jaminan terlaksananya pembangunan kelautan dan perikanan berkelanjutan. Salah
satu yang menjadi hal pokok berkaitan dengan kemiskinan petani dan merupakan polemik yang sering dibahas adalah tentang masalah pemberdayaan usaha garam rakyat.
Sejak dari dahulu kala usaha garam rakyat merupakan salah satu tumpuan mata pencaharian masyarakat pesisir Indonesia pada umumnya dan Kabupaten Gresik khususnya
yang tinggal di daerah sekitar pesisir pantai dan laut, karena ditunjang oleh potensi lahan dan iklim, potensi sumber daya manusia, peluang pasar domestik yang masih terbuka luas serta
bahan baku yang melimpah untuk pembuatan garam yaitu kosentrasi kadar garam yang tinggi dan aliran air lautsungai yang cocok untuk proses pembuatan garam, dimana debit airnya
tersebut mengalir lancar ke lahantambak garam milik petani garam rakyat.
Usaha garam rakyat ini mempunyai prospek yang cukup baik untuk masa yang akan datang karena garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari
kebutuhan pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia termasuk negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam belum begitu diminati
dikarenakan harga garam yang ada sangatlah murah, termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Dilain pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik yaitu dengan sedikit
cemaran kalsium dan magnesium terutama dalam hal ini garam beryodium serta garam konsumsi Purbani, 2012. Direktur
Institute for Development of Economics and Finance Indef
Enny Sri Hartati mengungkapkan, garam merupakan komoditas sangat strategis. Namun, nasib petani garam terimpit persoalan produksi, distribusi, dan teknologi akibat kebijakan pemerintah
yang tidak berpihak kepada petani Arifin, 2014. Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan
pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia termasuk negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam belum begitu diminati dikarenakan
harga garam yang ada sangatlah murah, termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Dilain pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik yaitu dengan sedikit cemaran kalsium
dan magnesium terutama dalam hal ini garam beryodium serta garam konsumsi Purbani, 2012.
PNPM-KP yang diinisiasi oleh Kemernterian Kelautan dan Perikanan mulai tahun 2009 merupakan perwujudan dari komitmen nasional dalam rangka percepatan penanggulangan
kemiskinan. Beberapa kegiatan tersebut antara lain di bidang penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengolahan dan pemasaran ikan, pengawasan dan pengendalian
sumberdaya ikan, dan pengolahan sumberdaya kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Dalam pelaksanaannya PNPM Mandiri KP tidak serta merta menghilangkan program yang sudah
berjalan. Pendekatan program yang digunakan sepenuhnya
bottom up
, masyarakat sendiri yang merencanakan program, melaksanakan dan melakukan monitoring dan evaluasi sesuai dengan
mekanisme yang ditentukan. Menurut Herman 2014 rata-rata kebutuhan garam Indonesia per tahun mencapai 3 juta
ton. Dimana kebutuhan garam konsumsi mencapai 1,4 juta dan kebutuhan garam industri mencapai 1,6 juta ton. Sementara itu produksi rata-rata per tahun garam Indonesia hanya
mencapai 1,3-1,4 Juta Ton. Sedangkan minimal kandungan NaCl untuk garam konsumsi menurut SNI 2010 yaitu 94 dan Industri 97. Hal tersebut mengakibatkan
diberlakukannnya impor garam karena dalam kenyataannya untuk kualitas garam rakyat di Indonesia sangat rendah, sebagai contoh dalam penelitian Marefanda, N 2012 dengan sampel
Jurnal
Public Policy
l15 garam krosok Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik maksimal kandungan NaClnya hanya
mencapai 89,06. Tahap pemberdayaan yang dikembangkan dalam PNPM mandiri adalah : 1 tahap
inisiasi yaitu masyarakat melalui kelompok-kelompok masyarakat dibina, dilatih berbagai keterampilan dan diberikan pendampingan; 2 tahap penguatan yaitu kelompok masyarakat
terbina dilatih untuk mampu memanfaatkan skema kredit dan usaha mikro, kecil dan menengah, diberikan pendampingan dan bantuan pemasaran serta peningkatan kualitas produk; 3 tahap
peningkatan kemandirian yaitu kelompok masyarakat yang diperkuat ditingkatkan kapasitas dan kemampuannya sehingga mampu mengakses kredit perbankan, difasilitasi dengan
pendampingan serta penguatan kemitraan ekonomi dan sosial.
Dalam kegiatan penggaraman terdapat 4 isu strategi yang menjadi dasar perhatian dalam pelaksanaan pemberdayaan usaha garam rakyat PUGAR yaitu:
pertama
, isu kelembagaan yang mengakibatkan lemahnya posisi tawar para petani garam rakyat;
kedua
, isu permodalan yang menyebabkan para petani garam rakyat masih belum optimal dalam mengakses sumber
permodalan baik dari bank maupu non bank sehingga para petani garam terjerat kepada bakul, tengkulak dan juragan;
ketiga,
isu regulasi yang menyebabkan lemahnya keberpihakan dan proteksi pemerintah pada sektor garam rakyat, sehingga usaha garam rakyat menjadi tidak
prospektif dan
marketable
; dan
keempat
, isu tata niaga garam rakyat yang sangat liberalistik dengan tidak adanya penetapan standar kualitas dan harga dasar garam rakyat yang tidak
menentu, sehingga terjadi deviasi harga yang tinggi di tingkat produsen petani garam dan pelaku pasar, serta terjadinya penguasaan kartel perdagangan garam ditingkat lokal.
Selama ini garam di Indonesia diproduksi oleh Badan Usaha Milik Negara BUMN dalam hal ini PT. Garam persero, dan petani-petani garam atau yang dikenal sebagai
penggaraman rakyat. Sebagaian besar sumber garam di Indonesia didapat dari air laut, dan dalam jumlah yang relatif kecil sekali didapat dari air garam dalam tanah. Teknologi pembuatan
garam yang digunakan adalah dengan sistem penguapan air laut menggunakan sinar matahari
solar energy
diatas lahan tanah, namun ada beberapa daerah yang memperoduksi garam dengan cara memasak karena kondisi tanah yang porous yaitu di Provinsi Aceh dan Bali.
Produktifitas lahan garam tiap daerah tidaklah sama, hal ini sangat dipengaruhi oleh kualitas tanah yang tersedia, kelembaban udara, kecepatan angin dan sistem teknologi yang digunakan.
Perintah implementasi mungkin ditransmisikan secara akurat, jelas dan konsisten, namun jika para implementor kekurangan sumberdaya yang perlu untuk menjalankan kebijakan,
implementasi mungkin menjadi tidak efektif, proses komunikasi dan koordinasi dengan instansi lain juga memberi kontribusi terhadap berhasilnya PNPM Mandiri KP khusus bantuan bantuan
langsung mandiri BLM pemberdayaan usaha garam rakyat PUGAR. Komunikasi yang melibatkan aparat pelaksana, kelompok sasaran, dinas terkait, dan elemen lain yang terkait bila
berjalan tidak efektif diduga akan menghambat implementor program.
METODOLOGI PENELITIAN Lokus Penelitian
Riset tersebut dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2013 di Desa Prambangan Kecamatan Kebomas di Kabupaten Gresik yang menerima kebijakan bantuan langsung mandiri
pemberdayaan usaha garam rakyat dari Pemerintah. Fokus Penelitian
Untuk memperoleh ketajaman analisis penelitian terhadap implementasi kebijakan PNPM Mandiri KP, maka yang menjadi fokus penelitian adalah:
1. Variabel isi kebijakan, mencakup:
a. Kepentingan yang dipengaruhi
b. Tipe manfaat
Jurnal
Public Policy
l16 c.
Derajat perubahan yang diharapkan d.
Letak pengambilan keputusan e.
Pelaksanaan Program f.
Sumberdaya yang dikerahkan 2.
Variabel Konteks implementasi, mencakup: a.
Kekuasaan dan strategi aktor yang terlibat b.
Karakteristik lembaga dan penguasa c.
Kepatuhan dan daya tanggap.
Sumber Informasi Informan a.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gresik. b.
Kapala Desa Perambangan Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. c.
Kepala Bidang Perindustrian, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Gresik.
d. Petani Garam yang mendapatakan BLM PUGAR di Desa Perambangan Kecamatan
Kebomas Kabupaten Gresik pada Tahun 2011. e.
Tim pendamping program PUGAR yang disiapkan Pemda Aceh Besar. f.
Pengepul garam dari petani di Desa Perambangan Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan cara: Dokumentasi Suharismi A, 2002:206, Wawancara Sutopo HB, 2006:73-74, Observasi dan
Focus Group Discussion
FGD Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah: Analisis Sebelum di Lapangan
data reduction, data display
dan
conclusion verification
, Analisis Selama di Lapangan dan Analisis Data Selesai di Lapangan Analisis domain, taksonomi, komponensial dan tema kultural Weis
CH, 1972 dan validasi data dari keseluruhan. Sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori
Merille S. Grindle
1980
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Variabel isi kebijakan
Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan
Sumber: Modul Pelatihan PUGAR DKPP Kab. Gresik 2011
Pedagang Kecil Bakul
Pedagang Besar Trader
Asosiasi Garam
PT. Garam Petani Garam
Perusahaan Garam
Konsumen industri besar
Konsumen Rumah Tangga dan Industri Kecil
Jurnal
Public Policy
l17
Jenis manfaat yang dihasilkan
Petani yang tergabung dalam kelompok usaha garam rakyat KUGAR di Desa Prambangan memberikan manfaat, yakni adanya peningkatan produksi garam menjadi 60
TonHa sedangkan petani yang tidak tergabung dalam KUGAR hanya menghasilkan 24 TonHa. Dengan asumsi pembelian harga yang sama di Desa Prambangan, artinya petani yang
tergabung dalam KUGAR akan mendapatkan keuntungan finansial yang lebih baik. Selain keuntungan finansial yang didapat, beberapa manfaat lainnya yang diperoleh petani dapat dilihat
pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Manfaat yang diperoleh petani No
Manfaat Keterangan
1 2
3 Pengetahuan
tentang teknologi
pembuatan garam. Pengetahuan tentang kualitas garam
Pengetahuan tentang kebutuhan garam oleh pangsa pasar.
Pengetahuan ini didapatkan melalui program pelatihan-pelatihan baik yang dilaksanakan
oleh dinas kelautan Provinsi maupun dari Kementerian Kelautan dan Perikanan dan
bimbingan tim pendamping dari DKPP Kabupaten Gresik.
Sumber: Pengolahan data primer penelitian, 2012 Manfaat yang diterima oleh petani garam di Desa Prambangan dirasakan berguna dan
perlu terus ditingkatkan. Untuk 2 tahun pertama PUGAR dengan belum adanya pengendalian tata niaga garam, diduga keuntungan hanya dinikmati oleh beberapa oknum pedagang garam
saja karena trend harga garam nasional terus mengalami kenaikan sementara ditingkat petani masih terus memprihatinkan. Berikut disajikan tabel perbandingan produksi garam petani garam
di Desa Prambangan yang PUGAR dan Non PUGAR pada tahun 2011 yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Perbandingan Produksi Petani Garam di Desa Prambangan yang PUGAR dan Non PUGAR, 2011
Desa Luas Lahan Ha
Produksi Ton PUGAR
NON PUGAR TOTAL
PUGAR NON
PUGAR TOTAL
Prambangan 16
12 28
960 290
1250 Sumber: Diolah dari data DKPP Kab. Gresik 20012.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa dengan adanya PUGAR di Desa Prambangan terlihat hasil produksi garam yang berbeda, dimana petani yang ikut dalam PUGAR menghasilkan
produksi garam yang lebih banyak yaitu 60 TonHa, sedangkan petani yang tidak ikut dalam program PUGAR hanya menghasilkan 24 TonHa, dengan asumsi pembelian harga yang sama
di Desa Prambangan, artinya petani di Desa Prambangan yang ikut PUGAR akan mendapatkan keuntungan finansial yang lebih baik.
Derajat perubahan yang diharapkan
Derajat perubahan yang diharapkan dari berbagai pihak dalam PUGAR di Desa Prambangan, dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3. Derajat Perubahan yang diharapkan No
Indikator Perubahan Keterangan
1 2
3 Meningkatnya pendapatan kelompok usaha
garam rakyat. Meningkatnya kapasitas kelompok usaha
garam rakyat. Berkembangnya skala dan nilai tambah
usaha garam rakyat. Petani garam di desa prambangan masih
belum bisa sepenuhnya mengandalkan hasil
dari garam
dikarenakan tidak menentunya harga dan rendahnya kualitas
garam, dan selain mencari hasil sampingan dengan
bekerja serabutan,
misalnya
Jurnal
Public Policy
l18 4
5 Meningkatnya kemandirian kelompok usaha
garam rakyat. Meningkatnya produktivitas dan kualitas
garam rakyat. memfungsikan lahan sebagai tambak ikan
saat musim hujan, pilihan umunya adalah menjadi TKI
Sumber: Pengolahan data primer penelitian, 2012 Dari seluruh hasil wawancara peneliti terhadap informan, baik yang berada di Desa
Prambangan maupun di wilayah lain Kabupaten Gresik maupun informan dari Kabupaten sekitar, mengharapkan menjadi petani garam ini dapat dijadikan sandaran hidup pokok,
mengingat saat ini, petani garam masih herus berjuang selain menjadi petani garam untuk mencukupi hidupnya terutama saat musim hujan atau cuaca tidak mendukung, petani berharap
dengan hasil garam ini, petani dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengambilan Keputusan
Sumber: Kepmen KKP No.6MEN2011 Pengambilan keputusan terutama dalam penyeluran dana bantuan langsung mandiri
BLM yang diterima oleh petani garam adalah langsung dari KKP, dan setelah melalui proses, dana langsung dikirimkan ke rekening ketua KUGAR. Hal ini untuk menghindar bocornya
anggaran kepada oknum yang tidak bertanggungjawab.
Pelaksanaan program
Dalam Implementasi Kebijakan tentang PUGAR ini, KKP secara langsung menggerakkan staf DKPP KabupatenKota. Adapun hirarki organisasi yang melewati DKP Provinsi dilibatkan
sebagai koordinasi program di lapangan. Tim pendamping sebagai ujung tombak yang langsung bersentuhan dengan petani garam menjadi kunci keberhasilan program PUGAR tersebut.
Sumberdaya yang dikerahkan
Sumberdaya yang dikerahkan yaitu:
1sumberdaya penerima PUGAR
, yaitu pemberdayaan yang difokuskan pada kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan bagi
petani garam. Fungsinya memperkuat kapasitas sumberdaya manusia pada masyarakat pesisir, penguatan kelembagaan dan pemangku kepentingan di sektor garam
, 2sumberdaya anggaran,
Jurnal
Public Policy
l19 program PNPM Mandiri KP khusus PUGAR adalah dukungan dari anggaran pembangunan
belanja negara.
Variabel Konteks Implementasi. Kekuasaan dan strategi aktor yang terlibat
Desa Prambangan yang merupakan salah satu basis PUGAR di Kabupaten Gresik memiliki berbagai tantangan dalam implementasinya di lapangan, berikut disajikan pada Tabel
4 mengenai kekuasaan dan strategi aktor yang terlibat:
Tabel 4 Kekuasaan dan Strategi Aktor yang Terlibat No
Aktor Konsep
Fakta di lapangan
1 Petani garam
- Peningkatan
produksi dan
kualitas garam. -
Penerapan teknologi produksi
garam. -
Pemanfaatan gudang
penyimpanan sementara. -
Data produksi yang akurat. -
- Produksi
meningkat tetapi
kualitas NaCl garam 90 -
Masih sistem tradisional -
Langsung menjual
kepada pengepul
- Petani masih tertutup mengenai
data produksi sebenarnya. 2
Pedagang garam -
Harga beli ditingkat petani
sesuai standar kualitas -
Harga tergantung
tingkat kebutuhan dan ketersediaan
3 Industri garam
- kementerian prindustrian.
- Mengutamakan
penyerapan garam rakyat untuk produksi
garam konsumsi. -
- garam.
- Mengandalkan
garam import dan juga merangkap sebagai
distributor untuk
keperluan selain garam konsumsi.
- Penyerapan
garam rakyat
dengan harga murah. 4
Rezim yang
berkuasa pemda, bidang
prindustrian, perdagangan,
koperasi, UKM Kab. Gresik
- Pengaturan
dan pengendalian tata niaga garam.
- Program kemitraan.
- Peningkatan
kualitas garam
melalui penanganan
garam paska panen.
- Pemberdayaan koperasi
- Tata
niaga penganut sistem pasar bebas.
- Tidak berjalan
- Hanya
simbolik ke KUGAR tertentu,
program umumnya
duplikasi dengan PUGAR. -
Koperasi garam
menangani bidang lain selain garam untuk
menghidupi dirinya. Sumber: Diolah Dari Data Primer Peneliti 2013
a. Petani Garam
Strategi yang diterapkan oleh petani garam cukup memberi kontribusi dalam carut marutnya tata niaga garam sampai tingkat skala nasional. Keengganan petani untuk
menghasilkan kualitas garam, keakuratan data produksi dapat menyebabkan permasalahan yang besar terhadap indutri garam. Strategi petani ini seringkali menyulitkan konsumen khususnya
industri garam yang membutuhkan pasokan garam secara berkelanjutan baik secara kualitas maupun kuantitas, demikian juga yang utama masalah harga, sehingga DKPP Kabupaten Gresik
dan staf pelaksana PUGAR ini sering merasa kesal karena masalah tersebut. b.
Pedagang Garam Pada pelaksanaannya di lapangan, pedagang garam yang membeli garam di Desa
Prambangan dan umumnya se-Kabupaten Gresik masih tidak berdasarkan patokan standar harga yang telah ditentukan oleh Kementerian Perindutrian. Strategi pedagang dengan menggunakan
teori
supply and demand
sangat efektif meraup keuntungan. Dengan kemampuan pedagang
Jurnal
Public Policy
l20 membangun gudang-gudang penampungan garam, pengaruh pedagang dalam tata niaga garam
tersebut sangatlah kuat. c.
Industri Garam Andalan pabrik pengolah garam konsumsi adalah garam impor yang sudah jelas jaminan
kualitasnya dan ketersediaannya. Namun akhir 2013 Gubernur Jawa Timur menginstruksikan penghentian garam impor.
Strategi selanjutnya, industri garam mendatangkan garam dari luar Kabupaten Gresik yaitu dari Madura maupun Tuban dan Lamongan. Apabila sangat terpaksa membeli garam
rakyat di Kabupaten Gresik, mereka akan membeli dengan harga yang murah. d.
Rezim Penguasa Strategi yang diterapkan di Kabupaten Gresik lebih banyak diserahkan kepada koordinasi
antara pelaku tata niaga garam, perkembangan di lapangan berlangsung sangat cepat sehingga untuk membuat aturan-aturan yang ketat sangat tidak mungkin, bisa saja hanya berbeda hari
peraturan tersebut sudah tidak valid. Strategi lainnya yang digunakan oleh pemerintah Kabupaten Gresik adalah melalui koperasi, tetapi koperasi inipun tidak dapat berjalan sesuai
dengan yang direncanakan, justru koperasi akhirnya harus mengalihkan usahanya selain garam agar tetap menjaga koperasi bisa terus menghidupi dirinya.
Pembahasan terhadap strategi aktor yang terlibat dalam pengaruhnya terhadap strategi aktor yang terlibat dalam pengeruhnya terhadap implementasi kebijakan PUGAR di Kabupaten
Gresik memang sangat rumit, masing-masing aktor memiliki kepentingan dan kontribusi terhadap isu publik mengenai carut-marutnya harga garam skala nasional, dari pembahasan
tersebut peneliti memandang perlu diadakannya penelitian khusus mengenai tata niaga garam ini, sehingga dapat dihasilkan sebuah kebijakan yang dapat mengakomodasi semua kepentingan
para aktor tanpa harus ada yang dikorbankan.
Karakteristik Institusi dan Rezim yang Sedang Berkuasa.
Pihak-pihak yang berkepentingan tidak lepas juga dari sistem perpolitikan di Indonesia sehingga peran partai-partai politik juga sangat berpengaruh dalam setiap pengimplementasian
program-program pemerintah. Partai pemenang pemilu di Kabupaten Gresik dimenangkan oleh PKB. Sementara saat ini Bupati Gresik perwakilan dari partai yang diusung oleh Golkar.
Sangat disayangkan, sistem perpolitikan di Kabupaten Gresik tidak responsiv terhadap problem-problem rakyat kecil sehingga menjadi sebuah pertanyaan besar, parpol tersebut
memperjuangkan rakyat yang mana? Hal ini sangat berbeda dengan situasi di Madura dimana pengurus PBNU sebagai afiliasi parpol PKB turut terlibat dalam memperjuangkan pembelian
garam rakyat di Madura. Di Desa Perambangan karena jumlah petani garam hanya sedikit sehingga tidak dianggap signifikan dalam program memperoleh suara parpol sehingga urusan
petani garam tidak menjadi komoditi yang bagus untuk diurus oleh partai politik. Tingkat Kepatuhan dan Responsivitas Kelompok Sasaran.
Untuk dapat mengetahui data mengenai kepatuhan dan respon kelompok sasaran, peneliti melaksanakan wawancara langsung terhadap beberapa petani garam, tanpa didampingi tim
pendamping, dan dari beberapa pertanyaan yang peneliti sampaikan ke petani garam Desa Prambangan juga dapat dijawab dengan baik, selain itu peneliti juga menggunakan data hasil
produksi garam Desa Prambangan untuk melihat sejauh mana tingkat kepatuhan dan responnya terhadap kebijakan PUGAR. Berikut disajikan pada Tebel 5 mengenai lahan produksi garam di
Desa Prambangan tahun 2011-2012
Jurnal
Public Policy
l21
Tabel 5. Lahan Produksi Garam di Desa Prambangan No
Kugar 2011
2012 Ket
Lahan Produksi
Lahan Produksi
1 Garam Unggul
8 480
8 482
60 TonHa 2
Garam Lestari 8
480 8
442 57,6 TonHa
Total 16
960 16
922 TonHa
Sumber: Diolah dari data DKPP Kab Gresik 2012 Berdasarkan data dari hasil produksi 2 KUGAR yang ada di Desa Prambangan diperoleh
rata-rata tingkat produksi petani garam di Desa Prambangan adalah sebesar 16 TonHa. Dan Produksi 2 KUGAR di Desa Prambangan pada tahun 2012 adalah sebesar 58 TonHa. 2
KUGAR di Desa Prambangan menghasilkan 960 ton pada tahun 2011 dengan area lahan 16 Ha pada tuhun 2011. Dengan asumsi harga garam rata-rata Rp.300,-Kg, itu artinya dari 20 orang
petani garam di Desa Prambangan, masing-masing orang akan menerima Rp. 1.100.000,- Bulan. Keuntungan perorangan tersebut dengan bantuan BLM PUGAR yang telah meberikan
bantuan lansung untuk biaya pembelian peralatan.
Sistem pemberdayaan usaha garam rakyat di Kabupaten Gresik juga tak luput dengan pola pembangunan kekompakan atau pola relasi antar sesama petani garam guna dalam
bekerjasama untuk mencapai target yang diinginakan akan mudah diwujudkan. Hal mengenai relasi tersebut, sesuai dengan yang disampaikan oleh Rindayanai 2013 yaitu Dengan pola
relasi, interaksi, rasa saling percaya dan kerjasama yang terjalin dalam KUGAR mereka dapat saling mempengaruhi satu sama lain serta dapat mengembangkan kemampuannya
sehingga dapat meningkatkan produksi garamya. Strategi pengelompokan yang dijalankan melalui PUGAR tersebut cukup efektif dikarenakan petambak garam dibimbing dan
diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, di samping
dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman sesama anggota kelompok. Metode dengan pendekatan kelompok lebih menguntungkan
karena memungkinkan adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku para anggota
KUGAR.
Respon terhadap Program PUGAR di desa Prambangan terlaksana dengan baik, hal ini dimungkinkan mengingat beberapa faktor yang mendukung yaitu diantarnya dapat dilihat pada
Tabel 6 Berikut:
Tabel 6. Identifikasi Faktor Pendukung Keberhasilan PUGAR di Desa Prambangan Kec. Kebomas Kab. Gresik 2012.
NO FAKTOR PENDUKUNG
KET
1 Petani garam ang tergabung dalam KUGAR adalah
penduduk asli Desa Prambangan. Data
dari hasil
diskusi FGD 2
Kepala Desa Prambangan juga merupakan petani garam yang tergabung dalam KUGAR.
3 Lokasi tambak garam Desa Prambangan dekat-dekat
dengan DKPP Kab Gresik 10 Km Sumber: Diolah dari data Hasil diskusi FGD tanggal 25 Desember 2012
Sementara faktor yang menghambat dalam implementasi PUGAR adalah masi mengenai harga garam yang tidak terkendali. Besar harapan petani garam program 4 tahun dari KKP dapat
terlaksana. Respon petani garam positif mengingat dalam program PUGAR akan sampai kepada operasional koperasi dan pembangunan gudang-gudang penampungan sementara PUGAR.
Sehingga apabila ini terwujut petani akan lebih dapat merasakan manfaat dari progra PUGAR tersebut. Posisi kritis yang terjadi pada petani garam adalah, seperti yang telah dijelaskan pada
bab III, dalam alasan peneliti memilih lokasi penelitian. Di Desa Prambangan Kec Kebomas
Jurnal
Public Policy
l22 70 penduduknya hidup dari bekerja sebagai buruh pabrik, dengan Upah Minimum Reginal
UMR Kab Gresik 2013 direncanakan adalah Rp 1.567.000,- apabila hasil yang didapatkan oleh petani garam tidak lebih menguntungkan dari pada menjadi buruh pabrik, maka tidak
tertutup kemungkinan petani garam tidak akan tertarik lagi memproduksi garam. Berikut disajikan pada Tabel 7 mengenai biaya produksi garam per ton dan ha
Tabel 7. Biaya Produksi Garam Per Ton dan Ha No
Kegiatan Jumlah
Ket
1 Angkut
Rp. 25.000Ton BLM PUGAR
2 Peralatan
Rp. 5.000.000Ha
Total
Rp. 5.025.000Ha Sumber: Diolah dari Data Primer 2012
Dari Tabel 7 didapatkan perhitungan biaya produksi per Ha tidak termasuk biaya peralatan karena didukung dana PUGAR adalah Rp. 25.000,-Ton.
Upah Minimum Kota UMK Kabupaten Gresik
Upah Minimun Kota di Kabupaten Gresik sebagaimana ditetapkan oleh pemerintah dapat
dilihat pada tabel 8 berikut: Tabel 8. Upah Minimum Kota UMK Kabupaten Gresik
No Tahun
Umk
1 2011
Rp.1.1133.000,- 2
2012 Rp.1.257.000,-
3 2013
Rp.1.567.000,- Sumber: Serikat Pekerja Gresik
Perhitungan tersebut masih lebih kecil dari UMK buruh pabrik di Kabupaten Gresik, tahun 2012. Dengan beratnya menjadi petani nilai garam itu tidak sebanding dengan menjadi
buruh pabrik. Sehingga apabila tata niaga garam tidak segera dibenahi maka besar kemungkinan petani garam akan berhenti membuat garam. Bahkan secara ekstrim beberapa petani garam yang
peneliti wawancarai adalah, sebetulnya tanpa bantuan dana PUGAR pun asalkan pemerintah bisa konsisten menjaga harga garam, mereka sudah sangat sejahterah. Hal ini juga sudah
disetujui oleh staf DKKP Kab Gresik.
Pada tabel 5 yang merupakan data produksi garam PUGAR Desa Prabangan 2011 dan 2012, terdapat anomali pada KUGAR Garam Lestari yang angka produksi lebih sedikit
dibandingkan denagan KUGAR Garam Unggul padahal jumlah lahan yang dikelola sama luasnya yaitu 8 Ha.
Informasi yang diperoleh dari pendamping, peneliti mendapatakan data, bahwa sebenarnya petani garam itu bahkan mampu menghasilkan 100 TonHa. Dalam kondisi stok
garam banyak, yang diuntungkan hanya para pengumpul. Sementara petani garam tidak mampu mendapakan kesejahtraan yang diharapkan.
Mengenai rendahnya harga garam di Desa Prambangan ini peneliti, melakukukan wawancara keberbagai informan, termasuk dengan staf Disperindag di Kabupaten Gresik,
sehingga mengenai penyebab rendahnya harga garam tersebut dapat dilihagt pada Tabel 9 berikut:
Tabel 9. Faktor Penyebab Rendahnya Harga Garam di Desa Prambangan Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik
No Faktor
Keterangan
1 Petani garam tidak memiliki gudang
penyimpanan garam Garam dari ladang lansung di jual ke
pengepul 2
Mengandalkan cara tradisional sepenuhnya Mengutamakan kuantitas
menagabaikan kualitas
Jurnal
Public Policy
l23 3
Kualitas garam yang rendah Mengutamakan jumlah produksi saja
4 Hanya mengandalkan pembeli yang datang Belum
memanfaatkan manajemen
pemasaran modern 5
Lahan garam di Desa Perambangan jauh dari akses jalan -+ 500 m yang terdekat
Petani harus mengeluarkan biaya ekstra untuk ongkos angkut ke pinggir jalan
raya tempat pembeli. Sumber: Diolah dari Data Primer 2012
Dari hasil diskusi pada FGD di balai Desa Prambangan pada tanggal 25 Desember 2012. Hasil dari diskusi adalah, pemanfaatan gudang penyimpanan sementara adalah hal yang paling
signifikan untuk menyikapi permainan pengepul garam. Beberapa alternative usaha untuk memanfaatkan gudang penyimpanan, agar dapat nilai tawar harga garam juga dibicarakan dalam
diskusi tersebut, diantaranya adalah dengan cara menyewa, atau mendapatan pinjaman ke Bank. Petani garam juga menyampaikan bahwa mereka perna memiliki gudang, namun sayangnya,
pembuatan gudang tersebut salah penempatannya, sehingga menemui kendala sehingga pembeli datang, petani harus mengeluarkan biaya ekstra untuk mengeluarkan dari gudang ke akses jalan,
dimana mobil pengangkut berada.
Peneliti merasa senang karena dalam diskusi tersebut ditemukan suatu kesepakatan dan pemahaman bersama, bahwa adanya gudang dala suatu kebutuhan yang mendesak, agar petani
dapat menaikan niai tawar garam produksinya, bahkan diakhir sesi diskusi, ketika peneliti meninjau lahan garam produksinya.Salah satu yang menyebabkan petani garam di Kecamatan
Panceng lebih baik, selain memiliki konsumen spesifik, rata-rata petani garam di Kecamatan Panceng memiliki gudang-gudang sementara, walaupun tidak dapat menampung banyak, cukup
untuk menampung sementara dan menjualnya ketika harga garam dalam kondisi bagus.
Kalau saja di Desa Prambangan ini merealisasikan gudang sementara ini, diyakini penjual garam ini bisa lebih baik. Walaupun pembangunan gudang ini masuk dalam program PUGAR
selanjutnya, tetapi belum ada kepastian, kapan dana pembangunang gudang sementara itu dapat disalurkan ke petani garam Desa Prambangan.
Selain pergudangan, kualitas garam petani di Desa Prambangan memang juga harus ditingkatkan, mengingat kualitas garam yang kurang baik, akan meningkatkan biaya dalam
pemurniannya, dan juga keterbatasan dalam pemanfaatannya, dengan meningkatkan kualitas garam petani di Desa Prambangan, garam tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan berbagai
macam industri: kaca, pengeboran minyak, penyamakn kulit, es dll. Industri kimia: tekstil, farmasi, kosmetik, sabun, detergen, cakram optik, dll. Industri makanan: pengasinan ikan,
krupuk, snack, tahu, tempe, es batu dll. Sementara hasil identifikasi peneliti mengenai data kegunaan garam di Kabupaten Gresik dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:
Tabel 10. Kegunaan Garam Produksi Petani Kabupaten Gresik No
Penggunaan Keterangan
1 Untuk campuran pembakaran batu
bata. Bata akan menjadi lebih cerah warnanya dan
cepat kering sehingga membutuhkan kayu bakar lebih sedikit
2 Untuk tambak ikan
Supaya ikannya tidak berbau lumpur saat dikonsumsi, misalnya pada ikan bandeng
3 Untuk pabrik es
Agar es yang sudah jadi lebih kuat lam membekunya
4 Untuk campuran pupu petani padi
Agar padi yang ditanam subur Sumber: Diolah Dari Data Primer Peneliti 2013.
Jurnal
Public Policy
l24
Diskusi
Dengan memperhatikan pembahasn yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti menyimpulkan hal yang berkaitan dengan faktor-faktor pendukung kebijakan PUGAR yang
dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 11. Matrik Faktor Pendukung Program PUGAR No
Faktor Internal Kebijakan No
Faktor Eksternal Kebijakan
1 Kejelasan isi kebijakan
1 Program lain pendamping kebijakan
2 Sikap pelaksana isi kebijakan
2 Aktor yang terlibat dalam kebijakan
3 Sikap penerima kebijakan
3 Rezim yang sedang berkuasa
4 Kebijakan pembatasan inport garam
Sumber: Diolah Dari Data Primer Peneliti 2013 Dari tabel 9 bahwa keberhasilan PUGAR di Kab. Gresik khususnya di Desa Prambangan
Kec. Kebomas bukan saja dari kebijakan yang di keluarkan oleh KKP dengan memberikan dana berupa Bantuan Lansung Mandiri BLM PUGAR tetapi juga karena ada faktor eksternal
kebijakan yang juga cukup berperan. Kebijakan yang dampaknya sangat dirasakan adalah penghentian garam import oleh Gubernur Jawa Timur yang diberlakukan selama musim panen
2012. Hal tersebut sangat dirasakan bermanfaat terserapnya garam rakyat secara maksimal. Sedangkan mengenai faktor penghambat program PUGAR dapat dilihat pada Tabel 10 Berikut:
Tabel 12. Matrik Faktor Penghambat Program PUGAR No
Faktor Internal Kebijakan No
Faktor Eksternal Kebijakan
1 Petani masih enggan memberikan data
real hasil produksinya 1
Belum adanya
data mengenai
produksi dan kebutuhan garam yang secara valit dapat dipercaya
2 Maih
ada petani
garam yang
menimbun hasil produksinya dan menjual dengan harga relative mahal
pada saat tertentu 2
Tataniaga garam yang belum diatur secara ketat
3 Maih
ada petani
garam yang
menggunakan dana bantuan untuk kepentingan lain
3 Adanya garam import yang tidak
terkendali 4
Petani masih belum mau mengikuti standard kualitas yang ditentukan
4 Belum adanya proteksi terhadap
garam lokal Kab.Gresik Sumber: Diolah Dari Data Primer Peneliti 2013
Dari data matrik diatas yang secara dominan mempengaruhi terhambatnya program PUGARadalah permasalahan tata niaga garam, semuah faktor penghambat tersebut sangat
berkonstribusi terhadap pencapaian tujuan kebijakan untuk mensejahtrakan masyarakat khususnya petani garam. Keengganan petani untuk memproduksi garam yang sesuai standard
kualiatas dikarenakan tidak adanya perbedaan harga beli. Dari semuah informan yang diwawancara oleh peneliti mengatakan hal yang sama. Faktaor internal dan ekternal hanya bisa
diselesaikan dengan kebijakan yang dapat mengatur secara detail mengenai tata niaga gara. Sehingga semuah pihak yang tekait dalam tata niaga garam tidak ada yang dirugikan, dan tidak
ada pihak yang mendapatkan untung berlebihan. Sementara mengenai pengaruha kebijakan PUGAR terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam tata niaga garam dapat dilihat pada Tabel 13
berikut:
Tabel 13. Pengaruha Kebijakan PUGAR Terhadap Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Tata Niaga Garam
Petani Garam Pedagang Kecil
Pedagang Besar Industri Garam
1. Meningkatnya
produksi. 1.
Ketersediaan stok
1. Ketersediaan stok
2. Pemasaran
sampai 1.
Keterpaksaan menggunkan
Jurnal
Public Policy
l25 2.
Pengetahuan teknologi garam
yang berkualitas.
3. Kesejahteraan
meningkat. 4.
Bertambahnya jumlah
petani garam. 5.
Potensi menjadikan
profesi petani garam sebagai
sandaran hidup muncul kembali.
6. Petani
garam ikut
memainkan ketersediaan
stok garam.
2. Pemasaran
lebih luas dan sampai ke luar
kabupaten. 3.
Keuntungan meningkat.
ke luar kabupaten dan keluar pulau
jawa. 3.
Keuntungan meningkat
4. Ketergantungan
stok kapada petani garam.
5. Ketidak
pastian stok garam.
garam rakyat. 2.
Untuk garam
konsumsi didatangkan
dari madura.
3. Ongkos
produksi meningkat.
4. Keuntungan
berkurang. 5.
Hilangnya kesempatan
merangkap sebagai distributor.
6. Ketidak
pastian stok garam makin
tinggi Sumber: Diolah dari Data Penelitian di Lapangan 2013
Dengan melihat tabel 11. Penulis melihat besarnya faktor yang mempengaruhi kebijakan yang berasal dari faktor eksternal kebijakan sehingga dalam mendiskusikan masalah tersebut,
sesuai dengan menggunakan teori implementai kebijakan publik dari
Daniel Mazmanian an Paul A. Sabatier,
yaitu pada Variabel ke-3, Variabel diluar Undang-undang Kebijakan yang mempengaruhi implementai, Khususnya pada faktor Kesepakatan dan Kemampuan
Kepemimpinan para pejabat pelaksana. Saat ini diwilaya jatim, Gubernur Jatim Soekarwo telah memerintahkan penghentian semuah inport garam, kebijakan ini sudah berpengaruh kepada
tingkat pedagang petani, tetapi juga belum terlalu signifikan. Karena diwilaya Gresik masih dibanjiri produk dari madura. Apabila Bupati juga membuat kebijakan untuk proteksi terhadap
produksi garam di Kab. Gresik khususnya di Desa Prambangan Kec. Kebomas, maka akan bisa dirasakan secara baik oleh semua kalangan petani garam
Fakta dilapangan sangat diperlukan kebijakan daris setiap stake holder kebijakan untuk menghasilkan produk kebijakan yang sinergi satu sama lain, sehingga tidak
overlape
atau bahkan saling menyandra kepentingan, kebijakan PNPM mandiri KP BLM PUGAR yang
dilaksanakan di Kabupaten Gresik khususnya di Desa Prambangan, tidak dapat berdiri sendiri untuk mewujudkan kesejahtraan petani garam tampa dukungan kebijakan lainnya, yang secara
nyata sangat mempengaruhi keberhasilan PUGAR di Desa Prambangan adalah, program pembinaan petani garam Gresikmdari Bidang Peindustrian Kab.Gresik dan juga kebijakan
pembatasan inport garam oleh Gubernr Jatim SIMPULAN.
Dari pembahasan tentang implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri kelautan dan Prikanan, Bantuann Lansung Mandiri, Pemberdayaan Usaha Garam
rakyat yang dilaksanakan di Desa Prambangan Kec Kebomas Kabupaten Gresik dapatah diambil kesimpuan sebagai berikut:
pertama
, Tujuan Implementasi PNPM Mandiri KP BLM PUGAR Studi Kasus Implementasi Praturan Mentri Kelautan Dan Prikanan RI Nomor
Per.06MEN2011 Khusus Bantuan Lansung Mandiri Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat Di Desa Prambangan Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dapat dicapai dengan meningkatnya
produksi KUGAR dari 40 tonHa menjadi 60 tonHa.
Kedua,
Sasaran Implementasi PNPM Mandiri KP BLM di Desa Prambangan Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik belum tercapai
disebabkan tidak adanya pengaturan yang ketat dalam tata niaga garam, produksi naik tetapi harga cendrung merosot. Khususnya di Desa Prambangan dengan ketidak adaan gudang
penampungan sementara, petani garam tidak memiliki nilai tawar dalam penjualan produksi
Jurnal
Public Policy
l26 garamnya.
Ketiga,
Terdapat beberapa faktor yang sangat dominan dalam mempengaruhi tercapainya sasaran, faktor adalah: Program PUGAR masih dalam tahap tahun ke-2 dari 4
tahap yang akan dilaksanakan, Standar kualitas dan harga yang ditetapkan oleh kementrian Prindustriann masih belum terlaksana, Belum adanya pengendalian yang tegas terhadap tata
niaga garam di wilaya Kabupaten Gresik, Import garam masih belum terkendali, Belum adanya kelembagaan ditingkat petani yang kuat untuk membantu petani garam dalam mengelola hasil
produksinya, sehingga yang terjadi ditingkat petani adalah pasar bebas.
Keempat,
Keunikan di lokus penelitian ikut menentukan keberhasilan implementasi kebijakan mengenai BLM
PUGAR, dalam satu Kabupaten Gresik, masing-masing desa memiliki keragaman karakter. Dalam melaksanakan kebijakanpun perlu adanya modifikasi kebijakan sehingga dapat
terlaksana dengan baik.
Kelima,
Lemahnya kelembagaan koperasi di Kabupaten Gresik dengan tidak didukung dengan aturan yang kuat, membuat sasaran mensejahtrakan petani garam tidak
dapat dilaksanakan, petani garam sendiri tidak loyal terhadap koperasi garam yang sudah ada. REFERENSI
DKPP Kab. Gresik. Perencanaan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat PUGAR Tahun 2012-
2014. DKPP Kab. Gresik. Perencanaan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat PUGAR Tahun 2011.
Ekowanti, MRL. 2005.
Prencanaan, Implementasi dan Evaluasi Program.
Surakarta: Pustaka Cakra.
KKP. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 06MEN2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan
Perikanan Tahun 2011. Nugroho, Riant. 2013.
Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.
Jakarta: Alex Media Komputindo.
Rindayani dan Ma‟ruf, MF. 2013.
Community Empowerment Through The People Salt Enterprises Empowerment Program Pugar On The Department Of Marine And
Fisheries At Pamekasan Regency
. online William Dunn. 1998.
Pengantar Analisis Kebijakan Publik
. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Jurnal
Public Policy
l27
OLIGARK SEBAGAI RENT SEEKER: HARUSKAH?
Vellayati Hajad Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar
vellayati.hajadgmail.com
Abstract
This article talks about the emergence of oligarchs in West Aceh district. Oligarch is referred to here are those who dominate limited resources. Furthermore, this paper aims to examine the
practice of rent seeking that playedby businessmen after the local election process. Based on the study it can be concluded that; First, there is a strong connection between businessmen and
candidates; clientelistic both emerging businessman who work on the basis of patronage; and third the practice of rent seeking in the distribution of government projects.
Keyword:
oligarch, rent seeker, local election, democracy.
Jurnal
Public Policy
l28
PENDAHULUAN
Penelitian ini akan membahas tentang peran pengusaha terhadap dinamika politik lokal di Kabupaten Aceh Barat. Pengusaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang atau pelaku
usaha yang bergerak di bidang konstruksi dan menggantungkan hidupnya pada proyek-proyek pembangunan dari pemerintah. Pengusaha jenis ini semakin marak ditemukan di Aceh setelah
masa perdamaian antara NKRI dan Gerakan Aceh Merdeka GAM, tidak terkecuali pengusaha di Kabupaten Aceh Barat.
Pengusaha adalah oligarch yaitu orang yang selalu berusaha mempertahankan kekayaan yang dimiliki dengan berbagai cara. Mereka akan menguasai dan mengendalikan berbagai
sumberdaya material yang bisa digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan kekayaan pribadi dan posisi sosial yang dimilikinya Winters, 2014. Meskipun demikian, oligark
biasanya hanya segelintir orang atau elit saja dan para oligark ini akan bertindak secara politis hanya jika kekayaan yang dimiliki diganggu oleh pihak lain dan oligark berusaha
mempertahankan dan mengingkatkan kekayaan yang dimilikinya Winters, 2011
Pengusaha di Kabupaten Aceh Barat khususnya pengusaha di bidang konstruksi seringkali mendekati pemerintah yan
g berkuasa untuk mendapatkan “bagi-bagi proyek” yang kerap dilakukan. Pengusaha bertindak sebagai pembururente atau pemburu proyek pemerintah,
baik itu proyek kecil atau pun besar. Berbagai macam cara mereka lakukan untuk memenangkan tender yang telah dilelang oleh pemerintah. Namun untuk beberapa kasus, apabila pendekatan
yang dilakukan tidak berbuah hasil maka mereka sendiri yang terjun dalam dunia politik dengan menjadi politisi Sarangi, 2016. Masuknya para oligark dalam ranah politik dipandang Winters
sebagai kegagalan negara dalam menjaga kekayaan mereka sehingga para pengusaha merasa terancam dan beralih posisi untuk terjun dalam pemerintahan. Secara sederhana dapat dikatakan
pengusaha sebagai oligark adalah para individu pemilik kekayaan yang berupaya mempertahankan kekayaan yang mereka miliki Carsodo, 1993; Morck, 2004.
Oligarki dapat dipandang dari dua sisi. Pertama, dari sisi politik, oligarki merupakan pemusatan kekuasaan pada segelintir elit yang menjalankan urusan publik dengan mekanisme
mereka. Kedua, dari sisi ekonomi-politik, oligarki merupakan relasi kekuasaan yang memusatkan sumber daya ekonomi pada segelintir pihak, dalam konteks ini relasi antara
pengusaha dan elit politik yang saling menguntungkan secara timbal-balik. Dengan kata lain, oligarki didefinisikan sebagai politik mempertahankan kekayaan wealth defense. Baik terlibat
secara langsung dalam kekuasaan atau pun tidak. Dalam penelitian ini fokus pengamatan adalah terhadap oligark yang terlibat langsung dalam kekuasaan atau oligark yang terjun dalam politik
terutama sebagai kepala daerah Bartels, 2003.
Pengusaha terlibat aktif dalam pilkada Aceh Barat yang berlangsung bulan Februari 2017 lalu. Kehadiran pengusaha saat ini sangat berbeda dengan pengusaha pada masa Orde Baru yang
hanya bertindak sebagai supporting system atau mendukung pemerintah yang sudah ada dalam berbagai bentuk kerjasama . Pengusaha yang muncul sebatas kapitalis semu Kunio, 1990. Para
pengusaha besar kapitalis di Indonesia tidak mampu berdiri sendiri dan bersaing dengan kompetitornya tanpa bantuan pemerintah. Kebanyakan dari mereka, kata Kunio, adalah para
pemburu rente rent seekers yang mencoba mencari keuntungan melalui jalinan koneksi dengan pemerintah. Mereka mencari peluang menerima rente dengan memanfaatkan proteksi,
lisensi bisnis, atau monopoli kegiatan bisnis tertentu dari pemerintah.Pengusaha-pengusaha jenis ini memperoleh dukungan dan perlindungan dari patronnya di dalam pemerintahan Scott,
1972.
Meskipun demikian keterlibatan pengusaha atau oligark dalam politik praktis di Kabupaten Aceh Barat melalui pilkada bukan hanya sebatas sebagai calon bupati. Pengusaha
justru memainkan peran vital sebagai pendukung calon bupati dalam pilkada. Di tengah biaya pilkada yang mahal, kehadiran pengusaha dalam politik sangat menarik untuk diteliti lebih jauh.
Jurnal
Public Policy
l29
KAJIAN LITERATURE
Secara teoritis kegiatan mencari rente dianggap sebagai pengeluaran sumber daya untuk mengubah kebijakan ekonomi atau menelikung kebijakan tersebut agar dapat menguntungkan
pihak pencari rente. Dengan bahsa sederhana, kegiatan mencari rente rent-seeking bisa didefinisikan sebagai upaya individu atau kelompok untuk meningkatkan pendapatan melalui
pemanfaatan regulasi pemerintah Bhagwati, 1982; Krueger, 2000. Penggunaan kata
rente
merujuk pada sifat pelaku bisnis yang bertujuan untuk memudahkan memperoleh keuntungan dengan menggunakan modal orang lain atau modal publik untuk keuntungan sendiri rent
seeking behaviour. Mereka menggunakan kekuasaan pemerintah untuk menghambat penawaran atau
permintaan sumberdaya yang dimiliki Clark, 1998. Sedangkan Prasad mendefiniskan rent seeking sebagai proses di mana individu memperoleh pendapatan tanpa secara aktual
meningkatkan produktivitas, atau malah mengurangi produktivitas tersebut Prasad, 2003. Secara singkat dapat dikatakan bahwa semakin besar kuasa pemerintah untuk menentukan
alokasi kesejahteraan allocation of wealth maka akan semakin besar kesempatan bagi munculnya pencari rente Little, 2002.
Secara teoritis kegiatan mencari rente rent-seeking harus dimaknai secara netral, karena individukelompok bisa memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang legal sah
seperti menyewakan tanah, modal dan lain-lain. Meskipun demikian dalam literatur ekonomi politik, konsep rent-seeking tidak dimaknai secara netral. Kecenderungannya melihat perilaku
pencari rente dari kacamata negatif. Asumsi awalnya adalah, setiap kelompok kepentingan self- interest selalu berupaya untuk mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesar-besarnya
dengan upaya effort sekecil-kecilnya. Pada saat ini seluruh sumberdaya ekonomi politik yang dimiliki akan dikerahkan, misalnya lobi untuk melancarkan tujuan tersebut. Persoalannya, jika
produk lobi tersebut adalah terkait kebijakan maka akan berdampak sangat besar bagi masyarakat Yustika, 2014.
Berbagai penelitian empiris di Korea Selatan, Filipina, dan Amerika mengurai hubungan mesra penguasa dan pengusaha dalam mengejar rente ekonomi untuk membangun kelompok
business-politic. Para chaebol di Korea Selatan membangun perusahaan multinasional mereka dengan sokongan penuh dari rezim yang berkuasa saat itu Kang, 2002. Mereka menjalin
hubungan mesra cozy relationship dengan penguasa untuk memperoleh konsesi dan lisensi. Di Filipina, pengusaha menguasai ranah politik dan bisnis yang dibangun dengan dengan
memusatkan perhatian kepada presiden sebagai patron pengusaha. Kemudian memunculkan apparatus negara yang terbuka untuk dijarah oleh kekuatan-kekuatan sektor privat yang kuat
atau disebut booty capitalism.
Sedangkan Yoshihara Kunio menyebut kapitalis yang berkembang di Asia Tenggara ini sebagai kapitalis semu ersatz capitalist, yaitu pengusaha yang tumbuh karena bergandeng
mesra dengan rezim Kunio, 1990. Pengusaha semu ini membangun bisnis dengan memperoleh kemudahan atau privilage dan proteksi politik. Sedang di Indonesia studi tentang oligark
dilakukan oleh Robinson dan Hadiz yang mengkonfirmasi bahwa pengusaha adalah pemburu rente dari hasil selingkuh kepentingan dengan penguasa Hadiz, 2014.
Istilah rent-seeking behavior dikembangkan dalam literatur ekonomi. Rente atau sewa ekonomi atas faktor produksi tertentu disebut sebagai kelebihan pembayaran atas biaya
minimum yang diperlukan untuk tetap mengkonsumsi faktor produksi tersebut Deliarnov, 2006. Contoh rente adalah laba yang diterima oleh sebuah perusahaan monopolis dalam jangka
panjang. Laba ini tercipta karena adanya kekuatan monopoli atas faktor produksi tertentu sehingga menyebabkan tingginya pembayaran atas faktor produksi tersebut dari jumlah yang
mungkin diterima seandainya faktor tersebut juga dimiliki oleh perusahaan lain. Sejak itu, segala bentuk keuntungan eksesif super normal yang berhubungan dengan struktur pasar
monopolistis disebut rente.
Jurnal
Public Policy
l30 Perusahaan yang bisa menciptakan halangan masuk pasar barrier to entry denan cara
menguasai sumber daya strategis atau mengupayakan agar tidak ada barang pengganti subtitusi, akan dapat menikmati laba super normal atau rente yang lebih tinggi. Untuk
memperoleh rente yang lebih tinggi, kadang-kadang pengusaha berkolusi dengan penguasa agar mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan pengusaha. Sebagai balasannya,
pengusaha memberikan imbalan, baik berupauang tunai maupun ”hadiah”. Dalam literatur ekonomi politik, imbalan yang diterima penguasa melalui kekuasaan yang dimilikinya dan
digunakan untuk mengejar kepentingan pribadinya juga disebut rente. Sedangkan perilaku aparat pemerintah atau penguasa yang mengharapkan ”imbalan” atas kebijakan yang
dikeluarkannya disebut perilaku perburuan rente rentseeking behaviour. Mengenai
“rentseeking behaviour”, Gordon Tullock mendefinisikannya sebagai ”Collusive pursuit by producers of restriction on competition that transfer consumer surplus
into producers surplus”Deliarnov, 2006. Dalam konteks Indonesia, perspektif patrimonialism dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena
”rent seeking behaviour” yang terjadi di antara birokrasi pemerintah dan dunia bisnis di masa lalu.
Patrimonialism
merujuk pada sistem politik di mana para penguasa mencari dukungan yang dibangun berdasarkan pertukaran kepentingan
materi, sebagai imbal jasa bagi penghormatan dan loyalitas bawahan kepada atasannya. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang berusaha memahami makna peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-
orang tertentu dalam situasi tertentu secara holistik dalam realitas sosial empirik. Dengan menggunakan logika fenomenologi, penelitian ini berusaha untuk melihat keterlibatan
pengusaha dalam pilkada Aceh Barat serta perilaku pengusaha setelahnya. Melihat aktor-aktor pengusaha tentunya tidak bisa secara parsial, namun harus dengan pendekatan holistik
Muhadjir, 1988.
Penelusuran informan penelitian dilakukan dengan cara snowball sampling, yaitu proses penelusuran informan yang berpijak pada logika efek bola salju. Artinya daftar nama informan
diperoleh melalui hasil wawancara dengan informan sebelumnya. Untuk memperkuat validitas data penelitian juga didukung dengan dokumentasi dan data sekunder melalui media massa
lokal untuk mengimbangi temuan di lapangan.
Langkah-langkah dalam pencarian data untuk penelitian ini meliputi datalapangan dan data pustaka. Sumber data yang digunakan berupa manusia, peristiwa, tingkah laku,benda, arsip,
dan dokumen. Strategi pengumpulan data dilakukan melalui dua cara. Pertama, melalui field study studi lapangan, yaitu peneliti berinteraksi langsungdengan realita yang sedang diteliti
sehingga akhirnya dapat diperoleh data primer, yaitu datayang berasal langsung dari informan. Data yang diperoleh berupa hasil pengamatan berperan sertaobservasi partisipatif maupun
berupa hasil wawancara mendalam indepth interview.Penggunaan teknik observasi partisipatif dalam penelitian ini bertujuan untuk menjaring informasi atau data mengenai konteks penelitian
yang meliputi: manusianya; kondisi sosial budaya, politik, dan lingkungan; kegiatan program dan aktor yang terlibat.
Dalam hal ini, peneliti terlibat secara langsung dalam konsolidasi politik yang dilakukan oleh pengusaha dengan kandidat yang didukung. Adapun informan dari studi ini adalah para
pengusaha di Kabupaten Aceh Barat. Pengusaha yang dimaksud adalah individu-individu yang berusaha dan berniaga di lingkungan Kabupaten Aceh Barat dan diutamakan pengusaha yang
terlibat dalam kehidupan politik Aceh Barat.
Tahap selanjutnya adalah proses analisis yang dilakukan bersamaan denganpengumpulan data
flow model of analysis
atau model analisis interaktif. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti membuat catatansingkat dengan kata-kata kunci. Selanjutnya dari deskripsi singkat
tersebut dikembangkan menjadi deskripsi lengkap, dilanjutkan dengan refleksi metode, teori,
Jurnal
Public Policy
l31 analisis. Deskripsi data dengan refleksinya tersebut disusun dalam fieldnote. Setelah unit data
lengkap, dilanjutkan dengan tiga komponen analisis yaitu: 1 reduksi data, yang isinya rumusan singkat dari setiap jenis temuan fieldnote; 2 sajian data, yang berawal dari pokok-pokok
temuan dalam reduksi data, penulisan mengenai kondisi sesuai dengan konteks yang diteliti; 3 penarikan kesimpulan, dilakukan berdasarkan uraian yang telah dibuat dalam sajian data. Dari
hasil ini selanjutnya meneruskan dan melakukan pemantapan dengan verifikasi. Artinya, guna meningkatkan validitas data yang diperoleh dan demi kemantapan kesimpulan dan tafsir makna
penelitian, maka penelitian ini menggunakan pengolahan data yang bersifat triangulasi. Metode triangulasi dipakai guna memperoleh validitas data yakni menggunakan sumber data yang
berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis atau sama serta digunakan untuk mengorganisir informasi yang ada.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Memahami Konsep Oligarki Politik
Oligarki dipahami secara berbeda oleh para ahli dan hingga saat ini belum ada definisi baku yang dapat dijadikan pegangan. Hal tersebut karena perbedaan persepsi atas oligarki dan
munculnya anggapan bahwa oligarki merupakan sebuah konsep seperti diungkapkan oleh James Payne maupun Leach. Oligarki menurut Aristoteles adalah sebuah bentuk pemerintahan.
Oligarki sendiri memiliki sebutan yang berbeda di tiap negara diantaranya Grao Fino di Brazil, Rosca di Bolivia, dan Oligarquia di Peru dan mayoritas sumberdaya kekuasaan material yang
dimiliki oleh oligark berasal dari kepemilikan atas tanah atau dengan bahasa lain mereka bertindak sebagai tuan tanah.
Posisi berbeda dikemukakan oleh Jeffrey Winters 2011. Oligarki politik menurut Winters adalah sistem pemerintahan yang kekuasaan politiknya dipegang oleh sejumlah kecil
elit yang bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri dan kelompoknya secara finansial. Jeffrey Winters dalam bukunya yang berjudul Oligarki mengatakan bahwa motif dari oligarki politik
adalah untuk mengejar kekayaan pribadi. Lebih lanjut Winters mengatakan bahwa orang yang melakukan oligarki atau disebut oligark adalah mereka yang menggunakan harta untuk
mempertahankan kekayaannya. Sehingga secara sederhana oligarki dapat dikatakan sebagai politik untuk mempertahankan kekayaan oleh mereka yang kaya meskipun tidak selalu
bertujuan politik. Oligarki politik dalam pandangan yang sedikit berbeda dikemukakan oleh Richard Robison dan Vedi Hadiz.
Dalam buku Reorganizing Power In Indonesia:The Politics of Oligarchy in Age of Markets 2004 Hadiz dan Robison mendefinisikan oligarki sebagai sistem yang dibangun oleh
aliansi yang lebih cair di mana motif politik dan bisnis berbaur dan saling menunjang satu sama lain. Seorang oligark yang terjun dalam dunia politik dalam pandangan Hadiz dan Robison pasti
bertujuan untuk menunjang kepentingan ekonomi dan di saat yang sama dapat pula menggunakan kekayaan yang dimiliki untuk kepentingan politis. Pemahaman tersebut, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan di bawah ini:
Bagan 1: Proses Pertahanan Kekayaan Oligark
Sumber: Diadaptasi dari Jeffrey A. Winters
Jurnal
Public Policy
l32
B. Oligark dalam Ruang Demokrasi